Anda di halaman 1dari 14

2.

1 Pengertian Penyusutan dan Deplesi

1) PENYUSUTAN

penyusutan dalam akuntansi adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan
dari suatu aset selama umur manfaatnya. Penerapan depresiasi akan memengaruhi laporan
keuangan, termasuk penghasilan kena pajak suatu perusahaan.

2) DEPLESI

Deplesi adalah kata lain penyusutan yang terjadi pada sesuatu benda yang bersifat
alami dan tidak dapat diperbaharui. Deplesi merupakan salah satu istilah ekonomi
geografi yang digunakandalam dunia pertambangan untuk menyatakan penyusutan pada
sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, seperti misalnya bijih besi, hasil
tambang, kayu hutan dsbnya.

Dalam ilmu akuntansi yang merupakan bagian ilmu yang paling banyak
menggunakan istilah deplesi, deplesi diartikan sebagai alokasi biaya yang diperolehan
sumber-sumber alam ke periode-periode yang menerima manfaat dari sumber itu. Biaya
deplesi dihitung dengan metode satuan produksi yang berarti bahwa biaya deplesi
merupakan fungsi jumlah satuan yang dieksploitasi selama satu periode. Dalam ini hal
yang di eksploitasi adala sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Karena
pengelolaan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui berhubungan erat dengan
sektor pertambangan, maka bisa dikatakan bahwa kata deplesi selalunya pasti merujuk
pada perhitungan akuntansi pertambangan yang beerkaitan dengan hasil residu, tafsiran
perolehan, dll.

2.2 Metode-metode Penyusutan

1. Metode rata-rata.

Metode rata-rata adalah salah satu cara yang dilakukan dalam pennyusuta asset dengan cara
rata-rata. Metode ini dikelompokkan atas 3 bagian, yaiti metode garis lurus, metode jam kerja
mesin, metode yang didasarkan pada jumlah produksi.

a. Metode garis lurus (straight line method)

Metode garis lurus ini tepat digunakan apabila manfaat ekonomis yang diharapkan dari aktiva
tetap tersebut setiap periode sama. Sehingga, apabila metode garis lurus ini menghasilkan
beban penyusutan yang jumlahnya sama setiap periode, maka akan terjadi pembandingan
yang tepat antara pendapatan dengan biaya. Karena manfaat ekonomis yang diharapkan dari
aktiva tetap setiap periode sama ini akan menghasilkan pendapatan yang sama setiap periode.
Alasan tambahan yang mendukung metode garis lurus ini adalah apabila biaya pemeliharaan
setiap periode sama. Sehingga pembandingan yang tepat dapat dilakukan dengan
membandingkan biaya penyusutan dan biaya pemeliharaan yang tetap periode dengan

1
pendapatan yang juga sama setiap Penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Penysutan = (Harga Beli – nilai sisa / umur ekonomis
P= B–S
n
Keterangan:
P = Harga beli asset
B = Harga beli asset (orginal cost)
S = Nilai sisa (scrap value)
N = umur ekonomis aset

Contoh :

Sebuah mesin pabrik mempunyai harga beli sebesar Rp. 55.000.000,00. Diperkirakan
mempunyai umur ekonomis selama 5 tahun dengan nilai sisa sebesar Rp 5.000.000,-. Maka
penyusutan per tahunnya adalah

Penyusutan = (Rp. 55.000.000,00 – Rp. 5.000.000,00)/5


= Rp. 10.000.000,00

b. Metode jam kerja mesin (service hours method)

Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa aktiva (terutama mesin-mesin) akan lebih cepat
rusak bila digunakan sepenuhnya (full time). Dalam cara ini beban penyusutan dihitung
dengan dasar satuan jam jasa. Beban penyusutan periodik besarnya akan sangat tergantung
pada jam jasa yang terpakai (digunakan).

Metode ini dihitung dengan rumus :


Penyusutan per jam = (harga beli aset– nilai sisa) / jumlah jam kerja ekonomis
J = B–S
j
keterangan :
J = Penyusutan per jam
B = Harga beli asset
S = nilai sisa
j = jumlah jam kerja ekonomis
Penyusutan per tahun = penyusutan per jam x jam penggunaan

Contoh :

Sebuah pesawat terbang dibeli dengan harga Rp. 100.000.000,00. Diperkirakan akan
memberikan jasa penerbangan 10.000 jasa jam terbang. Pada tahun 2008 diperkirakan
digunakan selama 1.500 jam terbang. Maka penyusutan selama tahun 2008 dihitung :

2
Penyusutan per jam = Rp. 100.000.000,-/10.000 = Rp. 10.000,-
Penyusutan tahun 2008 = Rp. 10.000,00 x 1.500
= Rp. 15.000.000

c. Metode Jumlah Produk (Product Units Method)

penyusutan yang dihitung berdasarkan jumlah produk yang dihasilakn sama dengan
penyusutan yang menggunakan metode jam kerja mesin. Besar kecilnya jumlah penyusutan
pada setiap tahun tergantung pada jumlah produk yang diproduksi pada setiap tahun. Jumlah
produksi pada setiap tahun tergantung pada permintaan pasar serta jenis barang yang
dihasilkan.. Penyusutan dihitung sebagai rumus berikut :
P= B–S
U
keterangan :
P = Penyusutan
U = jumlah unit selama umur ekonomis mesin
B = Harga beli
S = nilai sisa
Penyusutan per tahun = jml produksi setahun x penyusutan per unit
penyusutan per unit = (harga beli-nilai sisa)/taksiran jumlah produksi

Contoh :

Sebuah mesin pabrik mempunyai harga beli sebesar Rp 50.000.000,00 diperkirakan


mempunyai umur ekonomis selama 5 tahun dengan nilai sisa sebesar Rp 5.000.000,00 serta
diperkirakan dapat menghasilkan unit produksi selama 5 tahun sebagai berikut :

Tahun Ke-1 = 14.000 unit


Tahun Ke-2 = 12.000 unit
Tahun Ke-3 = 10.000 unit
Tahun Ke-4 = 8.000 unit
Tahun Ke-5 = 6.000 unit

Maka besarnya penyusutan adalah : Penyusutan per unit = (Rp.50.000.000,00 – Rp.


5.000.000,00)/50.000 = Rp. 900

Penyusutan per tahun :

Tahun Unit produksi Tarif Penyusutan


1 14.000 Rp. 900 Rp 12.600.000,00
2 12.000 Rp. 900 Rp 10.800.000,00
3 10.000 Rp. 900 Rp 9.000.000,00
4 8.000 Rp. 900 Rp 7.200.000,00
5 6.000 Rp. 900 Rp. 5.400.000,00

3
Jadwal Penyusutan Selama 5 Tahun adalah:
Akhir tahun Penyusutan tahunan Jumlah penyusutan Nilai buku
0 – – 50.000.000
1 12.600.000 12.600.000 37.400.000
2 10.800.000 23.400.000 26.600.000
3 9.000.000 32.400.000 17.600.000
4 7.200.000 39.600.000 10.400.000
5 5.400.000 45.000.000 5.000.000

2. Metode bunga majemuk (Compound Interest Methode)

Penyusutan yang dilakukan dengan menggunakan metode bunga majemuk didasarkan pada
tingkat bunga yang berlaku dalam masyarakat atau sering disebut dengan opportunity cost of
capital (OCC) sebagai biaya modal. Apabila tingkat bbunga yang berlaku dalam masyarakat
sebesar 18% per tahun maka perhitungan penusutan tahunan didasarkan pada tingkat bunga
yang berlaku. Metode penyusutan yang didasarlkan pada b unga majemuk dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu dengan metode anuitas dan metode penyisihan dana yang sering
disebut dengan siking fund method.

Metode Anuitas sebenarnya identik dengan perhitungan annuity yang didasarkan pada nilai
asetr atau original cost sebagai present value. Sedangkan metode penyisihan dana (siking
fund method), sebernya sama dengan melakukan deposito di. Bank pada setiap tahun, pada
akhir umur ekonomis asset dana ini digunakan sebgaia dana untuk membeli asset baru.

a. Metode Anuitas

harga beli sebuah mesin Rp. 50 juta rupiah dengan nilai sisa diperkirakan sebesar Rp. 10 juta
rupiah dan umur ekonomis set selama 5 tahun. Tingkat bunga efektif diperhitungkan sebesar
18% per tahun. Berapa besar penyusutan tahunan yang harus dilakukan dengan menggunakan
metode anuitas?
Jawab :
B = Rp.50.000.000
n = 5 tahun
S = Rp.10.000.000
i =18%

untuk menentukan nilai asset yang disusut perlu dihitung present value dari scrap value /nilai
sisa dengan menggunakan formula sebgai berikut:
P = S (1 + i)n
P = 10.000.000 (1+0.18)-5
P = 10.000.000 (0,43710922)
P = 4.371.092

present asset yang disusut

4
An = B-P = 50.000.000 – 4.371.092
= Rp. 45.628.908;
An = R. [ (1 – (1 + i)-n )]
I

Penyusutan per tahun dihitung sebagai berikut :


R = 45.628.908 [ 0,18 ]
(1 – (1+0.18)-5
R = 45.628.908 (0.31977784)
R = Rp. 14.591.114

Jadi jumlah penyusutan dalam satu tahun adalah sebesar Rp. 14.591.114.

b. Metode penyisihan dana

metode yang digunakan dengan metode penyisiha dana, merupakan deposito yang dilakukan
oleh pemilik perusahaan padas etiap akhir tahun pada lembaga keuangan (bank). Besar
kecilnya deposito yang dilakukan bergantung pada besar kecilnya dari asset itu sendiri. niali
asset, tingkat bunga, dan umur ekonomis dari asset itu sendiri.

Perhitungan jumlah penyusutan yang harus dilakukan pada setiap akhir tahun nberdasarkan
pada soal tersebut diatas, dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:
Diketahui: n= 5 tahun
i = 18%
B = Rp. 50.000.000
S = Rp. 10.000.000
Sn =B–S
= Rp. 50.000.000 – 10.000.000
= Rp. 40.000.000
R = Sn [ i ]
{(1+i) – 1 )
R = 40.000.000 [ 0.18 ]
{1+0.18)5 -1)
R = Rp.40.000.000 (0.139777837)
R = 5.591.113
Jadi, jumlah penyusutan dalam satu tahun sebesar Rp. 5.591.113

3. Metode penurunan.

Penyusutan yang dilakukan dengan menggunakan metode penurunan adalah jumlah


penyusutan yang dilakukan setiap tahun pada asset yang mengalami penurunan dari tahun ke
tahun sesuai dengan keadaan asset yang makin lama semakin tua. Cara penyusutan dengan
metode inindapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan metode jumlah angka tahunan
yang sering disebut dengan metode jumlah angka tahunan dana angka presentase.

5
a. metode jumlah angka tahunan

adalah jumlah dana penyusutan yang harus dikeluarkan pada setiap tahun didasarkan pada
jumlah angka tahunan dari umur ekonomis asset. Misalnya sebuah perusahaan krupuk
membeli alat seharga Rp. 15.000.000; mempunyai umur ekonomis selama 6 tahun, dan nilai
sisa diperhitungkan Rp. 3.000.000; maka jumlah penyusutan pada setiap tahun dapat dihitung
sebagai berikut :

jumlah angka tahunan :

1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 = 21

Nilai asset yang disusut :

(B – S) = 15.000.000 – 3.000.000 = Rp. 12.000.000

Penyusutan setiap tahun :

– Tahun I = 6/21 x Rp. 12.000.000 = Rp. 3.428.571,4

– Tahun II =5/21 x Rp. 12.000.000 =Rp. 2.857.142,9

– Tahun III =4/21 x Rp. 12.000.000 =Rp. 2.285.714,3

– Tahun IV = 3/21 x Rp. 12.000.000 = Rp. 1.171.285,7

– Tahun V = 2/21 x Rp. 12.000.000 =Rp. 1.142.857,1

– Tahun VI = 1/21 x Rp. 12.000.000 = Rp. 571.428,57

Rp. 12.000.000

b. metode penyusutan persentase rata-rata

jumlah penyusutan yang didasrkan pada metode penyusutan persentase rata-rata adalah hasil
pembagian dari nilai asset yang dinilai dalam keadaan baru (100%) dengan umur ekonomis
dari asset. Apabila harga beli asset seharga Rp. 10 juta rupiah dengan umur ekonomis selama
5 Tahun, maka besarnya penyusutan tahunan adalah sebesar 100% / 5 = 20%. Untuk membeli
asset baru pada masa yanga akan dating dengan harga yang lebih mahal, baik sebagai akibat
tingkat inflasi maupun akibat perubahan teknologi maka persentase penyusutan rata-rata
ditingkatkan dengan cara kelipatan dua. Berdasarkan pada penjelasan ini, jumlah penyusutan
setiap tahun dihitung sebagai berikut:

– Tahun I = 40% x Rp. 10.000.000 = Rp. 4.000.000

Rp. 10.000.000 – Rp. 4.000.000 = Rp. 6.000.000

6
– Tahun II = 40% x Rp. 6.000.000 = Rp. 2.400.000

= Rp. 6.000.000 – Rp. 2.400.000 =Rp. 3.600.000

– Tahun III = 40% x Rp. 3.600.000 = Rp. 1.440.000

= Rp. 3.600.000 – Rp. 1. 440.000 = Rp. 2.160.000

– Tahun IV = 40% x Rp. 2.160.000 = Rp. 864.000

= Rp. 2.160.000 – Rp. 864.000 = Rp. 1.296.000

– Tahun V = 40% x Rp. 1.296.000 = Rp. 518.400

Rp. 1. 296.000 – Rp. 518.400 = Rp. 777.600

4. Metode penyusutan gabungan.

Yaitu, apabila yang disusut lebih dari satu, mempunyai umur ekonomis yang berbeda dan
harga beli serta scarp value yang berbeda pula, biasanya dalam perhitungan penyusutan
dilakukan dengan metode penyusutan gabungan.

Contoh : sebuah perusahaan mempunyai 3 buah mesin, mesin I harga belinya Rp.
10.000.000; mesin II Rp. 7.000.000; dan mesin III harga belinya Rp. 5.000.000; umur
ekonomis mesin I, II, dan III masing- masing 5 tahun, 4 tahun, dan 10 tahun. Scarp value dari
ketiga mesin tersebut di duga Rp. 2.000.000; , Rp. 1.000.000; dan mesin ketiga Rp. 400.000;.

Untuk lebih jelasnya seperti terlihat dalam tabel berikut:


Mesin Harga beli (Rp) Scar value (Rp) Jumlah Umur mesinPenyusutan
penyusutan (Rp) (Th) tahunan
A 10.000.000 2.000.000 8.000.000 5 1.600.000
B 7.000.000 1.000.000 6.000.000 4 1.500.000
C 5.000.000 400.000 4.600.000 10 460.000
Jumlah 22.000.000 3.400.0000 18.000.000 19 3.560.000

Jumlah penyusutan dalam satu tahun yang dihitung berdasarkan penyusuta tetap adalah
sebagai berikut :

Persentase penyusutan = jumlah penyusutan tahunan

Jumlah harga beli asset

P = 3.560.000

22.000.000

7
= 0,161818181

=16,18%

Jumlah penyusutan yang dilakukan pada setiap tahun adalah sebagai berikut :

0,161818181 x 22.000.000 = 3.600.000

Lamanya waktu untuk melakukan penyusutan dihitung sebagai berikut:

18.000.000 = 5 tahun 2 bulan.

3.600.000

2.3 Penurunan Nilai Aktiva Tetap


Impairment secara singkat merupakan penurunan nilai aset (umumnya dilakukan uji
impairment pada tahun selain revaluasi). Fokus pembahasan impairment di sini adalah
menurut versi IFRS, bagian FASB hanya dijelaskan mengenai aturan singkatnya.
Berikut aturan mengenai impairment pada FASB:
Pada prinsipnya, setiap asset yang diperoleh diasumsikan akan menghasilkan cash
inflow di masa datang sebagai kompensasi atas cash outflow untuk memperolehnya sehingga
ketika asset tersebut dinilai tidak lagi memenuhi hal ini, maka dilakukan pengakuan suatu
impairment (kerugian/kegagalan). Namun, keputusan untuk melakukan impairment bukan
sesuatu yang sederhana. Pedoman yang harus diperhatikan antara lain (SFAS 121):
1. Kapan seharusnya melakukan penilaian untuk kemungkinan impairment; saat ada
perubahan yang material dalam penggunaan aset atau lingkungan bisnis, atau ada
informasi nilai pasar aset turun.
2. Kapan melakukan impairment; saat estimasi undiscounted future cash flow lebih
rendah dari BV aset (termasuk goodwill). Namun, sebenarnya syarat ini sangat
longgar karena FCF belum di-PV-kan, padahal BV saja sudah bisa dikatakan rugi.
3. Bagaimana mengukur kerugian; dari selisih BV dengan fair value. Kerugian
impairment pertama kali digunakan untuk mengurangi goodwil terkait perolehan
aset itu.
4. Informasi yang harus diungkap; deskripsi aset yang impaired, alasan, asumsi
pengukuran kerugian dan segmen bisnis yang terpengaruh.
Pada IFRS terdapat beberapa indikasi terdapat Impairment yang terdiri dari
faktor eksternal dan faktor intern.
1. Faktor eksternal
a. Nilai pasar aset turun secara significant melebihi penurunan akibat
depresiasi/amortisasi

8
b. Perubahan memburuk yang significant dalam hal teknologi, pasar, ekonomi atau
hukum tempat entitas beroperasi, atau dalam pasar produk atau jasa yang dihasilkan
oleh aset tersebut
c. Suku bunga pasar atau tingkat imbalan pasar meningkat sehingga akan mempengaruhi
discount factor yang digunakan untuk menghitung nilai aset yang diperoleh kembali
secara material

2. Faktor internal
a. Ada bukti keusangan/ kerusakan fisik aset
b. Telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan significant yang bersifat
merugikan sehubungan dengan cara penggunaan aset
c. Terdapat bukti dari pelaporan internal yang menunjukkan bahwa kinerja ekonomi aset
tidak memenuhi harapan atau akan lebih buruk dari yg diharapkan, dan
d. Untuk aset yang akhir tahun sebelumnya disajikan at value in use: actual cashflow <
estimated cashflow (before discounted). Jika terjadi indikasi maka harus dibandingkan
antara Carrying Value Aset (book value aset) dengan Recoverable amount / cash
generating unit. Recoverable amount / cash generating unit adalah nilai tertinggi
antara nilai wajar minus biaya menjual (NRV atau fair value less costs to sell) dan
nilai guna aset (value in use).
e. Value in use : PV diskontoan dari arus kas mendatang yang timbul dari aset atau cash
generating unit.
f. Cash generating unit: kelompok terkecil dari aset yang diidentifikasi menghasilkan
arus kas secara independen dari aset lainnya.
g. Fair value less costs to sell (NRV): jumlah diperoleh dari penjualan aset/cash
generating unit, dalam suatu transaksi bebas oleh pihak-pihak yang menginginkan,
dikurangi biaya penjualan.
h. lmpairment loss :jumlah nilai terbawa dari Carrying value > Recoverable Amount.
Apabila aset menggunakan metode revaluasi, maka untuk melakukan impairment,
digunakan saldo revaluation surplus/reserve untuk menggantikan impairment loss.

2.4 Deplesi Sumber Daya Alam


Deplesi (Penghapusan) sering kita dengar dalam akuntansi, deplesi itu selalu berkaitan
dengan Sumber Daya Alam ( Natural Resources ) yang disebut dengan aktiva yang dapat
habis, seperti emas, minyak, kayu,dan lainnya.
Penetapan/perhitungan dasar deplesi
Perhitungan dasar deplesi melibatkan 4 faktor yaitu :
a. Biaya Akuisisi ( Acquisition Cost )
Harga yang dibayarkan guna memperoleh hak properti untuk mencari dan
menemukan sumber daya alam yang belum ditemukan atau dalam beberapa kasus

9
didunia properti dilease dan pembayaran royalti khusus dibayarkan kepada pemilik
jika sumber daya produktif dan secara komersila menguntungkan.
b. Biaya Eksplorasi ( Explorations Cost )
Biaya ini sering kali diperlukan untuk menemukan sumber daya alam.
c. Biaya Pengembangan ( Development Cost )
DC dibagi 2 yaitu peralatan berwujud dan biaya pengembangan tidak berwujud..
Biaya peralatan berwujud seperti : alat transportasi dan peralatan lainnya yang
diperlukan untuk menambang sumber data alam. “biaya peralatan berwujud
biasanya tidak diperhitungkan dalam dasar deplesi” namun sebaliknya dengan
biaya pengembangan tak berwujud : seperti : biaya pengeboran, pembuatan
terowongan, sumur dan lain2 yang diperlukan dalam menambang sumber daya alam.
“biaya pengembangan tidak berwujud diperhitungkan dalam dasar deplesi”.
d. Biaya Restorasi / Perbaikan
Perusahaan kadang memerlukan biaya yang substansial untuk merestorasi ( perbaiki )
properti kembali seperti semula setelah dilakukannya aktivitas menambang sumber
daya alam. Biaya restorasi masuk sebagai dasar deplesi dan jika ada nilai residu dari
properti harus dikurangi dari dasar deplesi.

PT. Berani Maju telah mengakuisisi hak untuk menggunakan 1.000 hektar tanah di belitung
guna menambang emas. Biaya leasenya adalah Rp50.000.000.000, biaya eksplorasi sebesar
Rp75.000.000.000 dan biaya pengembangan tak berwujud sebesar Rp100.000.000.000. PT.
Berani Maju mengestimasi bahwa tambang tersebut dapat menghasilkan sekitar 1.000.000
ons emas.

Dit : a. hitunglah tingkat deplesi yang ditetapkan PT. Berani Maju ?


b. buatlah ayat jurnal untuk mencatat deplesi jika tahun ini perusahaan menambang
150.000 Ons Emas ?

Jawab :

b. Ayat Jurnal ( Jika Perusahaan Menambang 150.000 Ons emas )


Total Nilai = ( 150.000 x Rp225.000 = )

Deplesi Rp33.750.000.000

10
Akumulasi Deplesi Rp33.750.000.000

Dalam Laporan Laba – Rugi biaya deplesi masuk dalam harga pokok penjualan.

2.5 Penyajian dan Analisa Aktiva Tetap


Penilaian dan penyajian atas aktiva tetap harus berpedoman pada suatu aturan yang
sudah ditetapkan, yaitu StandarAkutansi Keuangan (PSAK) yang menyatakan bahwa :
“Aktiva tetap disajikan berdasarkan nilai perolehan aktiva tersebut dikurangi dengan
akumulasi penyusutan” (IAI, 2009: 16.6.). Perusahaan hendaknya menggunakan metode
proses akuntansi. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pihak yang berkepentingan
dalam mengadakan analisa perbandingan laporan keuangan suatu periode tertentu dengan
periode sebelumnya, agar dapat menggambarkan secara jelas sifat dan perkembangan
perubahan yang dialami perusahaan dari waktu kewaktu.
Tanah
Aset tetap Perseroan terdiri atas tanah, bangunan dan peralatan produksi. Aset tetap tersebut
dikelompokkan menjadi dua, aset yang dimiliki langsung oleh Perseroan dan aset sewa
pembiayaan.Total nilai buku netto aset tetap Perseroan tahun 2014 sebesar Rp20.221
miliar,meningkat 7,2% dari tahun sebelumnya sebesar Rp18.863 Miliar.
tanggal 21 Januari 1975. PT Semen Iindonesia memiliki aset berupa tanah di: Kel.
Gulomantung (luas: 197.213 m²) dan Kel. Ngargosari (luas: 99.685 m²).
tanggal 30 Juni 1970. PT Semen Indonesia memiliki aset berupa tanah di: Desa Kelangonan
(luas: 169.152 m²).
tanggal 15 Mei1976. PT Semen Indonesia memiliki aset berupa tanah di: Desa Kelangonan
(luas: 3.884 m²). Total luas Tanah PT Semen Indonesia di Desa Klangonan:173.036 m².
Di Rembang sudah ada 210 tambang yang memperoleh izin pemerintah dan telah beroperasi.
Total luas areal tambang mereka mencapai 820 hektare, terdiri dari tambang batu andesit 75
hektare, batu kapur (batu gamping) 493 hektare, pasir kuarsa 160 hektare, batu tras 80
hektare, tanah urug 10 hektare, 2 hektare tanah liat
Perbaikan tanah
Harga perolehan perbaikan tanah meliputi semua pengeluaran yang dilakukan sampai
perbaikan siap untuk digunakan sebagaimana dimaksud dengan perbaikan tersebut. Sebagai
contoh, harga perolehan tempat parkir kendaraan yang baru dibangun, meliputi semua
pengeluaran untuk pengerasan dan pengaspalan, saluran air dan pembuatan fasilitas
penerangan, serta pemagaran diseputar wilayah tempat parkir. Perbaikan tanah agar dapat
digunakan sebagai tempat parkir diatas, mempunyai masa pemakaian yang terbatas, sebab

11
dalam waktu beberapa tahun akan rusak karena dipakai atau dimakan usia. Oleh karena itu,
pengeluaran-pengeluaran diatas disusut selama umur pemakaian aktiva ini.
Gedung
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk meresmikan Gedung Baru di Tuban yang akan
difungsikan sebagai Kantor Pusat PT Semen Gresik. Gedung yang berbentuk bulat dengan
konsep modern dan merupakan gedung termegah di Kabupaten Tuban saat ini. Gedung
dengan tujuh lantai yang terletak di Desa Sumberarum, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban
Jawa Timur.
Pembangunan fisik gedung dimulai pada Juli 2012 memiliki luas bangunan 6.275 m2 terdiri
tujuh lantai. Selain gedung utama, dibangun juga 2 (dua) unit gedung penunjang, yaitu
Gedung Auditorium dengan luas bangunan 2.985 m2 yang bisa menampung 560 orang, dan
Gedung Diklat dengan kapasitas 120 orang dengan luas bangunan 1.369 m2. Kedua banguan
tersebut dibuat dua lantai yang disesuaikan dengan fungsi dan fasilitas masing-masing.
Ketiga gedung ini akan dimanfaatkan secara penuh pada Nopember 2014. Sedangkan
investasi Gedung beserta penunjangnya sebesar Rp 90 miliar. Pada proses pembangunan
melibatkan 13 kontraktor, 8 diantaranya adalah kontraktor lokal, serta tenaga kerja berasal
dari masyarakat sekitar perusahaan
Kantor utama Semen Gresik di Tuban ini memiliki 7 lantai. Lantai pertama diperuntukkan
sebagai lobby. Sementara lantai 2 sampai lantai 6 diperuntukkan untuk aktifitas bekerja
pegawai. Sedangkan lantai 7 akan dipakai sebagai ruang direksi, transit komisaris, ruang
rapat dan ruang vicon (video conference).
Lokasi pabrik sangat strategis di Sumatera, Jawa, Sulawesi dan Vietnam menjadikan Semen
Indonesia mampu memasok kebutuhan semen di seluruh tanah air yang didukung ribuan
distributor, sub distributor dan toko-toko. Selain penjualan di dalam negeri, Semen Indonesia
juga mengekspor ke beberapa negara antara lain: Singapura, Malaysia, Korea, Vietnam,
Taiwan, Hongkong, Kamboja, Bangladesh, Yaman, Norfolk USA, Australia, Canary Island,
Mauritius, Nigeria, Mozambik, Gambia, Benin dan Madagaskar.
Semen Padang. Semen Padang memiliki 4 (empat) pabrik semen, kapasitas terpasang 6 juta
ton semen pertahun berlokasi di Indarung, Sumatera Barat. Semen padang memiliki 5
pengantongan semen, yaitu : Teluk Bayur, Belawan, Batam, Tanjung Priok dan Ciwandan.
Semen Gresik. Semen Gresik memiliki 4 pabrik dengan kapasitas terpasang 8,5 juta ton
semen per tahun yang berlokasi di Tuban, Jawa Timur. Semen Gresik memiliki 2 pelabuhan,
yaitu : Pelabuhan khusus Semen Gresik di Tuban dan Gresik. Semen Gresik pabrik Tuban
berada di Desa Sumberarum, Kec Kerek.
Semen Tonasa. Semen Tonasa memiliki 4 pabrik semen, kapasitas terpasang 6,5 juta ton
semen per tahun, berlokasi di Pangkep, Sulawesi Selatan. Semen Tonasa memiliki 9

12
(sembilan) pengantongan semen, yaitu : Biringkasi, Makassar, Samarinda, Banjarmasin,
Pontianak, Bitung, Palu, Ambon, Bali.
Thang Long Cement Company. Thang Long Cement Company memiliki kapasitas terpasang
2,3 juta ton semen per tahun, berlokasi di Quang Ninh, Vietnam, Thang Long Cement
Company memiliki 3 (tiga) pengantongan semen. PT. Semen Tonasa membangun pabrik Unit
V dan dapat mulai berproduksi pada triwulan pertama 2013. Dengan beroperasinya pabrik
Unit V, maka kemampuan produksi Semen Tonasa nantinya akan mencapai 6,5 juta ton dan
akan dioptimalkan hingga mencapai 7 juta ton.
Peralatan
Harga perolehan peralatan terdiri dari harga beli tunai, biaya pengangkutan dan biaya
asuransi selama dalam pengangkutan yang dibayar oleh pembeli. Termasuk pula didalamnya
pengeluaran untuk perangkitan, pemasangan, dan pengujian peralatan yang dibeli. Bea balik
nama kendaraan tahunan atau asuransi kecelakaan kendaraan yang harus dibayar pemilik,
tidak dibebankan sebagai harga perolehan, melainkan diperlakukan sebagai biaya tahun yang
bersangkutan. Pembayaran untuk perbaikan keruskan dalam pengangkutan dan biaya
perakitan atau pemasangan yang dipandang tidak diperlukan, tidak dimasukkan sebagai harga
perolehan, melainkan sebagai biaya atau kerugian.
Biaya Pemeliharaan terjadi peningkatan biaya pemeliharaan di tahun 2014 sebesar 6,2%
dibanding tahun lalu, terutama dikontribusi oleh peningkatan harga suku cadang dan
peralatan impor yang sebagai dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap US dollar.
Perseroan memanfaatkan kondisi melemahnya permintaan pasar dengan melakukan kegiatan
perbaikan tambahan, sehingga secara keseluruhan tingkat utilisasi tetap baik.

13
DAFTAR PUSTAKA

Kieso, Donald E. dan Jerry J. Weygandt dan Terry D. Warfield (alih bahasa Emil Salim, S.E.
2008).Akuntansi Intermediate Jilid 2 Edisi 12. Jakarta: Erlangga.

http://audisindo.blogspot.co.id/2009/08/penyusutan.html (Diakses pada tanggal 18 September


2017 pukul 20.11)

http://pustakaclicker.blogspot.co.id/2012/03/penurunan-nilai-aset-impairment.html (Diakses
pada tanggal 18 September 2017 pukul 20.23)

http://pinkqueen0404.blogspot.co.id/2010/11/depresiasi-dan-deplesi-aktiva-tetap.html
(Diakses pada tanggal 18 September 2017 pukul 20.29)

http://rijaljauh.blogspot.co.id/2015/12/analisis-aktiva-tetap.html (Diakses pada tanggal 18


September 2017 pukul 20.45)

14

Anda mungkin juga menyukai