Anda di halaman 1dari 39

TUGAS AKHIR

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 1

Disusun Oleh :
Prasetyo Saputra
2019017205
5A06

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
2021
TOPIK 1: PEMBENTUKAN PERSEKUTUAN
Persekutuan adalah suatu penggabungan diantara dua orang (badan) atau lebih untuk memiliki
bersama-sama dan menjalankan suatu perusahaan guna mendapatkan keuntungan atau laba.
Karakteristik Persekutuan:
1.Berusaha bersama-sama
2.Jangka waktu terbatas atau tidak terbatas
3.Tanggungjawab yang tidak terbatas
4.Memiliki suatu bagian/hak di dalam persekutuan
5.Pengambilan bagian keuntungan persekutuan
Perjanjian Persekutuan
Isi perjanjian persekutuan antara lain:
a. Ketentuan mengenai persekutuan mencakup:
- Nama persekutuan dan/ atau perusahaan
- Lokasi atau kedudukan persekutuan dan/ atau perusahaan
- Tanggal pembentukan persekutuan
- Tanggal mulai berlakunya perjanjian persekutuan
- Sifat atau kegiatan perusahaan persekutuan
- Jangka waktu persekutuan
b. Ketentuan mengenai sekutu
- Nama dan alamat para sekutu
- Hak para sekutu
- Kewajiban para sekutu
c. Ketentuan yang berhubungan dengan modal persekutuan
- Jumlah dan bentuk setoran modal mula-mula para sekutu
- Waktu penyetoran modal mula-mulaJumlah dan waktu penyetoran tambahan modal
- Jumlah dan waktu penarikan kembali atas modal yang telah disetor
- Batasan dan perbedaan antara penarikan kembali atas modal dan pengambilan prive
d. Ketentuan mengenai pembagian laba
- Metode pembagian laba
- Diperhitungkan bunga modal atau tidak
e. Ketentuan yang berhubungan dengan pembubaran persekutuan:
- Prosedur pembubaran persekutuan
- Prosedur penjualan/pemindahan hak para sekutu
- Prosedur pengunduran sekutu
- Prosedur masuknya sekutu baru
- Prosedur pembagian kas
f. Ketentuan mengenai pertanggungan (asuransi) terhadap masing-masing sekutu, meliputi:
- Apakah para sekutu diasuransikan (asuransi jiwa)?
- Siapa yang menjadi benefesiary?
- Dalam hal ini sekutu yang bersangkutan ataukah persekutuan?
Isi perjanjian persekutuan akan dipakai sebagai:
a. Dasar pencatatan setoran modal
b. Dasar perhitungan modal
c. Dasar pembagian Laba/Rugi
d. Dasar pencatatan transaksi-transaksi persekutuan yang menyangkut modal
e. Dasar pembagian aktiva dalam hal likuidasi
Berdasarkan luasnya tanggungjawab masing-masing sekutu, persekutuan dapat dikelompokkan
menjadi ,2 yaitu:
a) Persekutuan Firma (general partnership)
Persekutuan firma atau sering disingkat Fa adalah persekutuan yang didirikan atau
diadakan untuk menjalankan perusahaan dengan menggunakan nama bersama dimana semua
sekutu bertanggung jawab penuh dan biasanya ikut aktif mengelola perusahaan.
b) Persekutuan Komanditer (Limited Partnership)
Persekutuan komanditer atau comanditair vennotscap (cv) adalah suatu bentuk
perjanjian kerja sama untuk berusaha bersama dimana salah satu atau lebih dari anggotanya
bertanggung jawab terbatas.
Didalam persekutuan komanditer terdiri dari 2 kelompok :
1) Sekutu aktif
2) Sekutu pasif
c) Join Stock Companny
Join stock company adalah persekutuan yang struktur modalnya terbagi atas saham–
saham yang dapat dipindah tangankan.

AKUNTANSI PERSEKUTUAN
Pada prinsipnya akuntansi untuk persekutuan tidak berbeda dengan akuntansi untuk perusahaan
perseorangan maupun akuntansi untuk perseroan terbatas (PT). Perbedaan yang ada hanyalah yang
berhubungan dengan pembagian laba dan permodalan.
Pada umumnya hubungan ekonomis antara persekutuan dan para sekutu ditampung didalam 4
rekening yaitu :
1. Rekening modal
2. Rekening “Prive”
3. Rekening “utang kepada sekutu”
4. Rekening “piutang kepada sekutu”
Berikut adalah contoh soal dari Akuntansi Persekutuan
Contoh :
Pada awal tahun 2018 tuan Ali dan tuan Amar sepakat untuk mendirikan persekutuan AA. Tuan Ali
sudah mempunyai perusahaan perseorangan dan akan menggunakan aktiva bersih perusahaan
perseorangan tersebut sebagai setoran modal. Tuan Amar akan menyetor modal berupa kas Rp
150.000.000. Neraca perusahaan perseorangan Tuan Ali pada saat itu adalah:

Perusahaan Dagang Ali Neraca per 1 Januari 2014


Kas 25.000.000 Kewajiban bank 55.000.000
Piutang dagang 30.000.000
Persediaan 35.000.000 Modal Ali 80.000.000
Tanah 28.000.000
Gedung 20.000.000
Akm penyusutan gedung (10.000.000)
Mebel dan Peralatan 14.000.000
Akm penyusutan mebel dan peralatan (7.000.000)
Total aset 135.000.000 Total kewajiban dan modal 135.000.000

Dalam hubungannya dengan setoran Ali tersebut telah disepakati adanya penyesuaian sebagai
berikut :
1. Cadangan kerugian piutang diakui sebesar 10 % dari saldo piutang dagang.
2. Persediaan dinilai berdasarkan nilai pasarnya, yaitu Rp 40.000.000
3. Diakui adanya goodwill sebesar Rp 10.000.000
4. Nilai tanah disepakati sebesar Rp 40.000.000
5. Diakui adanya utang biaya sebesar Rp 4.000.000
Apabila persekutuan AA akan menggunakan buku-buku lama maka pembentukan persekutuan
tersebut akan dicatat:
1. Untuk menyesuaikan saldo-saldo per pembukuan lama, yaitu:
Persediaan Rp 5.000.000
Tanah Rp 12.000.000
Goodwill Rp 10.000.000
Cadangan Kerugian Piutang Rp 3.000.000
Utang Biaya Rp 4.000.000
Modal Ali Rp 20.000.000
2. Mencatat setoran Tuan Amar
KasRp 150.000.000
Modal Amar Rp 150.000.000

Persekutuan AA Neraca per 1 Januari 2018


Kas 175.000.000 Kewajiban bank 55.000.000
Piutang dagang 30.000.000 Utang biaya 4.000.000
Cadangan kerugian piutang (3.000.000)
Persediaan 40.000.000 Modal Ali 100.000.000
Tanah 40.000.000 Modal Amar 150.000.000
Gedung 20.000.000
Akm penyusutan gedung (10.000.000)
Mebel dan Peralatan 14.000.000
Akm penyusutan mebel dan (7.000.000)
Peralatan
Godwill 10.000.000
Total aset 309.000.000 Total kewajiban dan modal 309.000.000

Kalau persekutuan menggunakan buku baru, maka jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Mencatat setoran Aldi
Kas Rp 25.000.000
Piutang dagang Rp 30.000.000
Persediaan Rp 40.000.000
Tanah Rp 40.000.000
Gedung Rp 20.000.000
Mesin dan peralatan Rp 14.000.000
Goodwill Rp 10.000.000

Cadangan kerugian piutang Rp 3.000.000

Akumulasi penyusutan gedung Rp 10.000.000


Akumulasi penyusutan mesin dan peralatan Rp 7.000.000
Hutang bank Rp 55.000.000
Hutang biaya Rp 4.000.000
Modal Ali Rp 100.000.000

Mencatat setoran Amar


Kas Rp 150.000.000
Modal Amar Rp 150.000.000

TOPIK 2 : PEMBAGIAN LABA DAN RUGI PERSEKUTUAN

Karakteristik utama yang kelima dari persekutuan adalah participation in partnership profit
maka laba rugi persekutuan harus dibagi kepada para sekutu secara adil. Adil berarti sesuai dengan
kontribusinya baik berupa waktu, modal dan kemampuan pribadi dalam menghasilkan laba. Selan itu
tidak ada perbedaan yang mencolok dari besarnya masing-masing bagian rugi-laba yang diberikan
kepada sekutu. Maka, diperlukan metode penghitungan untuk pembagian laba-rugi yang disepakati
bersama.
Metode Pembagian Laba-rugi
Metode pembagian laba-rugi adalah metoda atau cara yang digunakan untuk dasar penghitungan
pembagian laba-rugi. Ada berbagai macam Metode Pembagian Laba-rugi yang digunakan:
1. Laba dibagi sama.
2. Laba dibagi dengan rasio tertentu.
3. Laba dibagi menurut perbandingan modal.
4. Laba dibagi dengan memperhitungkan bunga modal dan sisanya dapat dibagi menurut metode
1,2, atau 3.
5. Laba dibagi dengan memperhitungkan gaji dan atau bonus dan sisanya dibagi menurut
metode 1,2 atau 3.
6. Laba dibagi dengan memperhitungkan bunga modal serta gaji dan atau bonus dan sisanya
dibagi menurut metode 1,2 atau 3.

A. Laba Dibagi Sama


Masing-masing sekutu selalu mendapatkan bagian laba atau rugi yang sama.
Contoh 1.
Misalnya: persekutuan ABC, didirikan th 2001 dgn modal awal:
A = Rp 51.000.000 B = Rp 54.000.000 C =Rp 45.000.000
Jumlah Rp 150.000.000
Mutasi modal masing2 sekutu pd th 2003
Pada th 2003 memperoleh laba Rp. 45.000.000
Maka dengan metode pembagian laba yang dibagi rata masing-masing sekutu mendapatkan
laba Rp 15.000.000 ( 45.000.000 / 3 ).
Jurnal yang digunakan untuk mencatat transaksi di atas antara lain:
1. Untuk membagi laba
Ikhtisar laba-rugi 45.000.000
Modal A 15.000.000
Modal B 15.000.000
Modal C 15.000.000

2. Untuk memindahkan saldo rekening prive


Modal A 6.500.000
Modal B 7.000.000
Modal C 6.750.000
Prive A 6.500.000
Prive B 7.000.000
Prive C 6.750.000

B. Laba Dibagi Dengan Rasio Tertentu


Contoh 2 data sama dg contoh 1. Dimana laba/rugi persekutuan, disepakati dibagi dengan
rasio 3:4:3. Laba th 2003: Rp. 45.000.000
Sehingga:
A = 30% x Rp. 45.000.000= Rp. 13.500.000
B = 40% x Rp. 45.000.000= Rp. 18.000.000
C = 30% x Rp. 45.000.000= Rp. 13.500.000
Rp. 45.000.000
C. Laba Dibagi dengan Rasio Modal
1. Modal Mula-mula
Adalah modal masing-masing sekutu pada saat persekutuan berdiri.Pembagian laba-rugi
dg rasio modal mula- mula, pembagian laba/rugi berdasar rasio modal mula-mula
(besarnya selalu sama).

Contoh 3:
Data sama dengan contoh 1. Di mana laba/rugi akan dibagi sesuai dengan rasio modal
mula-mula. Laba Rp. 45.000.000. Pembagian laba th 2003 adalah

Keterangan Modal Mula-Mula Laba (Rp)


Absolut (Rp) Persentase
A 51.000.000 34% 15.300.000
B 54.000.000 36% 16.200.000
C 45.000.000 30% 13.500.000
Jumlah 150.000.000 100% 45.000.000

1). 51.000.000: 150.000.000 = 34%


2). 54.000.000: 150.000.000 = 36%
3). 45.000.000: 150.000.000 = 30%

2. Modal Awal Periode


Adalah saldo modal pada awal periode yang bersangkutan. Pada umumnya saldo modal
masing-masing sekutu setiap periodenya mengalami perubahan karena berbagai macam
sebab, seperti :
a) Setoran modal.
b) Penarikan modal
c) Pemindahan saldo rekening prive.
d) Bagian laba.
e) Pembebanan bagian rugi

Contoh 4.
Data sama dengan contoh 1. Di mana laba/rugi akan dibagi sesuai dg rasio modal awal
periode. Laba Rp. 45.000.000. Pembagian laba tahun 2003 adalah:

Keterangan Modal Mula-Mula Laba (Rp)


Absolut (Rp) Persentase
A 58.500.000 32,5% 14.625.000
B 63.000.000 35% 15.750.000
C 58.500.000 32,5% 14.625.000
Jumlah 180.000.000 100% 45.000.000
1). 58.500.000: 180.000.000 = 32,5%
2). 63.000.000: 180.000.000 = 35%
3). 58.500.000: 180.000.000 = 32,5%

3. Modal Akhir Periode


Adalah saldo rekening “Modal” pada akhir periode sebelum pemindahan saldo rekening
“prive” dan pembagian laba atau rugi. Pada umumnya saldo modal akhir ini setiap
periodenya juga mengalami perubahan.

Contoh 5.
Data sama dengan contoh 1. Di mana laba/rugi akan dibagi sesuai dg rasio modal akhir
periode. Laba Rp. 45.000.000. Pembagian laba tahun 2003 adalah:

Keterangan Modal Mula-Mula Laba (Rp)


Absolut (Rp) Persentase
A 72.000.000 32% 14.400.000
B 76.500.000 34% 15.300.000
C 76.500.000 34% 15.300.000
Jumlah 225.000.000 100% 45.000.000

4. Modal Rata-rata
Merupakan modal rata-rata masing-masing sekutu selama satu periode.Dalam
menghitung besarnya modal rata-rata ini ada 2 faktor yang diperhitungkan, yaitu saldo
modal dan jangka waktu, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:

Modal rata-rata = Σ ( modal x waktu )

Penggunaan rasio modal rata-ata sebagai dasar pembagian laba merupakan metode
terbaik dibandingkan dengan ketiga rasio yang lain.

Contoh 6.

Sekutu Keterangan Modal (Rp) Waktu (th) Modal x waktu

A 1/1 –1/5 58.500.000 1/3 19.500.000


1/5 –1/8 64.000.000 ¼ 16.000.000
1/8 – 31/12 72.000.000 5/12 30.000.000

MDL rata2 A 65.500.000

B 1/1 - 1/9 63.000.000 2/3 42.000.000


1/9 – 31/12 76.500.000 1/3 25.500.000

MDL rata2 B 67.500.000


C 1/1 – 1/5 58.500.000 1/3 19.500.000
Keterangan 1/5 -1/9 Modal Mula-Mula
66.000.000 1/3 Laba (Rp)
22.000.000
1/9 – 31/12Absolut (Rp)
76.500.000 Persentase
1/3 25.500.000
A 65.500.000 32,75% 14.737.500
B 67.500.000 33,75% 15.187.500
C MDL rata267.500.000
C 33,50% 15.075.000
67.000.000
Jumlah 200.000.000 100% 45.000.000
200.000.000
JML modal rata-rata

Contoh 6 data sama dengan contoh 1. Besarnya modal rata-rata masing-masing


sekutu dapat dihitung sebagai berikut:
TOPIK 3 & 4 : PERUBAHAN KEPEMILIKAN PERSEKUTUAN DAN PEMBUBARAN
PERSEKUTUAN
A. Perubahan Kepemilikan Persekutuan
Ketika persekutuan secara hukum resmi didisolusi baik dengan masuknya sekutu baru
ataudengan berhenti atau meninggalnya sekutu lama, suatu perjanjian persekutuan baru
perludibuat untuk kelangsungan usaha persekutuan tersebut. Terdapat pandangan bahwa,
karenadisolusi resmi menghentikan persekutuan lama, seluruh aktiva yang ditransfer ke
persekutuan baru harus dinilai ulang dengan cara yang sama seperti jika aktiva dijual ke
perusahaan laindimana pandangan ini mengacu pada prosedur goodwill. Dan juga pandangan
lain yangmengatakan bahwa perubahan dalam kepemilikan persekutuan tidak sama dengan
perubahan pemegang saham dalam suatu perusahaan, dan penjualan pribadi kepemilikan
pribadi tidak memerlukan penilaian ulang kesatuan usaha dimana pandangan ini mengacu
pada prosedur bonus.
1. Penyerahan Kepemilikan ke Pihak Ketiga
Persekutuan tidak didisolusi jika sekutu menyerahkan kepemilikannya dalam
persekutuankepada pihak ketiga karena penyerahan ini tidak mengubah hubungan antar
sekutu.Penyerahan ini hanya memberi hak kepada si penerima untuk menerima laba dan
aktivamilik sekutu pada saat persekutuan dilikuidasi. Si penerima tidak menjadi sekutu,
dan tidak diberi hak manajemen persekutuan. Perubahan yang dibutuhkan dalam buku
persekutuanadalah transfer modal sekutu yang memberi ke si pemberi.
Misalnya penyerahan kepemilikan Jono sebesar 25% ke Rani pada persekutuan Jono
Ranidicatat sebagai berikut:
Modal Jono  xxx
Modal Rani  xxx
Jumlah Modal yang ditransfer sama dengan jumlah yang dicatat untuk modal Jono
saatdiserahkan dan itu juga tidak berhubungan dengan perhitungan yang diterima Jono
atas 25%kepemilikannya.
2. Masuknya Sekutu Baru
Sekutu baru bisa diterima atas kesepakatan bersama antarsekutu lama. Persekutan
lamaddisolusi dan perjanjian yang baru dibuat untuk operasi persekutuan selanjutnya.
Jika tidak ada perjanjian baru, maka seluruh laba dan rugi dalam persekutuan yang baru
dibagi secaramerata. Seseorang bisa menjadi sekutu dalam persekutuan yang telah
berjalan dengan cara membeli kepemilikan satu atau sejumlah sekutu lama atas
persetujuan seluruh sekutu lamalainnya atau dengan cara menginvestasikan sejumlah
uang atau sumber daya ke dalam persekutuan.
B. Pembubaran Persekutuan
Dengan masuknya seorang sekutu kerja yang baru atau keluarnya sekutu kerja
ataumeninggalnya seorang sekutu maka akan membubarkan persetujuan bersama
persekutuan.Suatu persekutuan dikatakan bubar apabila persetujuan awal para sekutu untuk m
enjalankan usaha bersama-sama dilanggar dan tidak berlaku lagi. Misalnya,
persekutuansecara otomatis bubar jika salah seorang sekutu meninggal dunia. Apabila timbul 
perselisihan di antara para sekutu, maka atas permintaan seorang sekutu atau lebih pengadilan 
dapat memutuskan pembubaran persekutuan firma. Pengunduran diri salahseorang sekutu
atau lebih lewat penjualan kepentingannya juga membubarkan persekutuanfirma.
Dengan bubarnya persekutuan firma, maka wewenang para sekutu untuk menjalanka
n perusahaannya juga berakhir. Walaupun pembubaran ini mengakhiri asosiasi perorangan-
perorangan untuk tujuan awal mereka, namun hal ini tidak berarti pembubaran perusahaan
atau bahkan hambatan dalam kelangsungan hidupnya. Kalau
seorangsekutumeninggal atau mengundurkan diri, maka perusahaan dapat dilanjutkan sebagai 
persekutuan firma baru, yang terdiri dari sekutu-sekutu yang ada ataupun sekutu-sekutuyang
ada ditambah dengan masuknya seorang sekutu baru.
Kondisi yang menimbulkan pembubaran persekutuanMasuknya sekutu baru dan
keluarnya sekutu lama pada persekutuan akan mengakibatkan pembubaran.
Pembubaran ada dua jenis:
1. Pembubaran persekutuan dari segi hukum (perubahan surat perjanjian/akte pendirian)
, tetapi kegiatan perusahaan tetap dilanjutkan, ini disebut disolution.
2. Pembubaran persekutuan dengan menghentikan kegiatan dan penutupan perusahaan
atau disebut likuidasi.
Kondisi-kondisi yang menimbulkan pembubaran persekutuan firma dikelompokkan
dandiikhtisarkan sebagai berikut:
C. Akuntansi untuk pembubaran

1. Masuknya sekutu baru dengan membeli kepentingan sekutu lama


Seseorang dapat diterima sebagai sekutu baru hanya dengan kesepakatan
semuasekutu.Penerimaan sekutu baru menimbulkan perjanjian baru dan hal ini
merupakan pembentukan persekutuan firma baru; persekutuan firma yang
sebelumnyadianggap bubar dengan kesepakatan umum.Persetujuan persekutuan firma
hanya mengikat sepanjang para sekutunya tetaptunduk terhadap persetujuan yang
ditetapkan. Dengan masuknya seorang sekutu baru, maka suatu persetujuan baru harus
dirancang untuk menetapkan kepentingansekutu pada pembentukan firma, pembagian
laba dan rugi, dan semua hal yangmenyangkut asosiasi. Seorang sekutu yang baru masuk
biasanya menyetorkan aktiva untuk memperoleh kepentingan dalam persekutuan firma
yang baru didirikan.Seseorang dapat dapat memperoleh kepentingan dalam persekutuan
firmalewat:
1) Masuknya sekutu baru dengan membeli kepentingan sekutulama
Jika semua sekutu setuju untuk menerima seorang pembeli kepentingan
sebagaisekutu, maka hal ini akan membubarkan persekutuan firma yang lama
danmenciptakan persekutuan firma baru.
Contoh 1:
Firma Selvi dan Andi dengan masing-masing modal sebesar Rp. 75.000.000
danRp. 90.000.000. Rasio laba/rugi dibagi sesuai dengan perbandingan modal.
Henniditerima sebagai sekutu baru dengan membeli kepentingan sekutu lama
sebesar 1/6 bagian Rp. 50.000.000.
Jawab:
Jurnal Firma saat masuknya sekutu Henni:
Modal Selvi 12.500.000
Modal Andi 15.000.000
Modal Henni 27.500.000
Catatan: uang sebesar Rp. 50.000.000 diterima oleh para sekutu lama sesuai
dengan perjanjian.
2) Perolehan Kepentingan Lewat Investasi
Apabila seseorang memperoleh kepentingan dengan melakukan
investasi, makaaktiva dan modal persekutuan firma akan bertambah.
Contoh 2:
Persekutuan bergerak dalam bidang percetakan, modal sekutu lama terdiri
dariSelvi sebesar Rp. 300.000.000 dan Christi sebesar Rp. 187.500.000.
Pembagianlaba/rugi sekutu lama sesuai dengan ratio modal awal yang disetor.
Sekutu
Ritaditerima sebagai sekutu baru dan menyerahkan mesin percetakan seharga Rp.
560.000.000. sekutu lama setuju menerima Rita dengan nilai mesin sebesar
Rp.480.000.000
Jawab:
Jurnal Persekutuan atas Masuknya Rita :
Mesin 480.000.000
Modal Rita 480.000.000

2. Investasi dengan pemberian bonus atau goodwill kepada sekutu lama


Masuknya sekutu baru dengan memberikan bonus atau goodwill kepada sekutu
lama berdasarkan ratio laba-rugi sekutu lama. Bonus ditentukan oleh selisih
kepentingandengan modal yang disetor, dan total modal sekutu lama dan baru yang
disetor tidak  berubah.
Goodwill ditentukan selisih kepentingan dengan modal sekutu baru yangdisetor, dan
total modal sekutu lama berubah.Ketentuan bonus dan goodwill di atas tidak berlaku bila
ada ketentuan modal persekutuan. Bonus dan goodwill mempunyai pengertian yang sama,
tetapi berbedadari segi pencatatan. Bonus dan goodwill adalah pengakuan adanya
kelebihan terhadapsalah satu pihak dalam persekutuan yang baru didirikan.
Jika persekutuan firma telah beroperasi dengan sukses, maka para sekutu dapatmeneri
ma seorang sekutu baru dengan ketentuan sebagai berikut:
 Bagian dari investasi sekutu baru akan diberikan sebagai bonus kepada sekutu
lama, atau
 Goodwill persekutuan akan ditetapkan dan mengkreditsekutu lama.
Contoh 3:
Persekutuan Selvi dan Tini dengan masing-masing modal sebesar Rp. 52.500.000
danRp. 70.000.000. Sekutu lama membagi laba berdasar ratio 3 : 2. Shinta
diterimasebagai sekutu baru dengan menyerahkan uang tunai sebesar Rp. 85.750.000.
Kepentingan sekutu Shinta pada persekutuan sebesar 40%.
Metode Bonus
Modal Selvi = 52.500.000
Modal Tini = 70.000.000
Modal Shinta = 85.750.000
Total Modal = 208.250.000

Kepentingan Shinta = 40*208.250.000 83.300.000


Modal yang disetor Shinta 85.750.000
Bonus untuk sekutu lama 2.450.000

Jurnal persekutuan atas masuknya sekutu Shinta :


Kas 85.750.000
Modal Selvi 1.470.000
Modal Tini 980.000
Modal Shinta 83.300.000

Metode Goodwill
Total modal sekutu lama dan baru= 85.750.000 : 40% 214.375.000
Total modal sekutu lama dan baru yang disetor 208.250.000
Goodwill untuk sekutu lama 6.125.000

Jurnal Persekutuan atas masuknya Sekutu Shinta:


Kas 85.750.000
Goodwill 6.125.000
Modal Selvi 3.675.000
Modal Tini 2.450.000
Modal Shinta 85.750.000

3. Investasi dengan pemberian bonus atau goodwill kepada sekutu baru


Hal ini terjadi apabila sekutu lama mempunyai nilai tambah dibandingkan sekutu
lama.Misal, sekutu baru ahli di bidang pemasaran. Metode bonus dengan memberikan
tambahanmodal kepada sekutu baru dan mengurangi modal sekutu lama. Metode goodwil
lditetapkan bila modal persekutuan yang baru tidak sama dengan modal persekutuan
lamasetelah ditambah investasi dari sekutu baru.
Contoh 4:
Persekutuan Selvi dan Adi dengan modal masing-masing sebesar Rp. 150.000.000 dan
Rp.210.000.000. Pembagian laba-rugi persekutuan dengan ratio 30% : 70%.
Widya diterimasebagai sekutu baru dengan menyerahkan persediaan barang dagang sebes
ar Rp.330.000.000, dengan kepentingan 60%. Barang dagang dilakukan penilaian kembal
isebesar Rp. 240.000.000 dan telah disetujui oleh para sekutu.

Metode Bonus
Total Modal Sekutu Lama dan Baru :
Modal Selvi 150.000.000
Modal Adi 210.000.000
Modal Widya 240.000.000
Total Modal 600.000

Kepentingan Widya = 60%*600.000.000 360.000.000


Setoran Modal Widya 240.000.000
Bonus untuk sekutu baru 120.000.000

Jurnal Persekutuan atas Masuknya Widya


Persediaan Barang Dagang 240.000.000
Modal Selvi 36.000.000
Modal Adi 84.000.000
Modal Widya 360.000.000

Metode Goodwill

Total Modal Sekutu Lama


Selvi 150.000.000
Adi 210.000.000
Total Modal Sekutu Lama 360.000.000

Kepentingan sekutu lama = 1-60% = 40%

Total modal ketiga sekutu = 360.000.000 : 40% 900.000.000


Total modal ketiga sekutu yang disetor 600.000.000
Goodwill untuk sekutu baru 300.000.000

Jurnal Persekutuan atas Masuknya Widya


Persediaan Barang Dagang 240.000.000
Goodwill 300.000.000
Modal Widya 540.000.000

TOPIK 5 : LIKUIDASI PERSEKUTUAN

A. Pengertian Likuidasi Persekutuan 


Likuidasi menurut Floyd A.Beams (1988) adalah “suatu proses yang
meliputimerubah aktiva non kas menjadi kas, mengakui laba atau rugi dari proses
merubahaktiva non kas menjadi kas, melunasi kewajiban firma, dan akhirnya membagi semua
kasyang dimiliki kepada masing-masing anggota sekutu sesuai dengan saldo
modalnya”.Sedangkan menurut Harry Simon (1990) likuidasi adalah proses merealisasikan
aktivanon kas menjadi uang kas, menyelesaikan dengan para kreditur dan pembagian
sisaaktiva kepada kelompok-kelompok pemilikan.
Dengan melihat definisi diatas, maka dapat dikatakan bahwa likuidasimerupakan
proses yang berakhir dengan pembubaran perusahaan sebagai suatu unitorganisasi.
Menurut The Uniform Of Partnership Act (UPA), undang-undang Persekutuan diAS,
pasal 31 menyebutkan, ada beberapa faktor yang menyebabkan suatu persekutuandibubarkan
yang pada intinya dapat diklasifikasikan sebagai berikut (seperti yang dikutipoleh Arifin
(1997) dalam bukunya pokok-pokok akuntansi lanjutan) :
1. Sistem perkonomian masyarakat atau negara tidak mendukung adanya kegiatanusaha,
seperti adanya undang-undang pemerintah, sistem monopoli perusahaanbesar dan
sebagainya, yang kesemuanya itu tidak memungkinkan lagi suatupersekutuan hidup.
2. Ada faktor-faktor ekstern yang berada diluar jangkauan manajemen perusahaanseperti
bencana alam, kecelakaan, kebakaran dan sejenisnya yang kesemuanyatidak
memungkinkan lagi suatu persekutuan mempertahankan hidupnya.
3. Adanya faktor-faktor intern di dalam persekutuan, seperti adanya perselisihanantar
anggota, kesalahan dalam manajemen, ketidakserasian dalam kerja dansejenisnya yang
kesemuanya itu dapat berakibat tidak memungkinkan lagi suatupersekutuan
dipertahankan hidupnya.
B. Prosedur Likuidasi Persekutuan.
Secara ringkas urutan (prosedur) dalam melikuidasi persekutuan adalah sebagai berikut:
1. Rekening-rekening pembukuan dilakukan penyesuaian dan penutupan
kemudianlaba/rugi selama periode tersebut dipindahkan ke rekening modal masing-
masingsekutu.
2. Aktiva dicaikan menjadi kas (bisa dijual atau dibeli sendiri oleh anggota sekutu),
jikaterjadi selisih antara nilai buku dengan harga jualnya maka laba rugi yang
terjadidibagikan kepada masing-masing sekutu sesuai dengan perjanjian.
3. Jika ditemukan rekening modal salah satu sekutu bersaldo debet maka dapatditutup
dengan salah saldo piutangnya, tetapi jika salado piutangnya tidak punyamaka sekutu
tersebut harus menyetorkan modalnya kembali. Dan jika ternyata jugatidak punya
maka saldo debet harus ditanggung anggota sekutu lainnya.
4. Jika uang kas telah tersedia dibagikan, maka terlebih dahulu dibayarkan
kepadakreditur luar, setelah itu baru digunakan untuk membayar saldo modal masing-
masing anggota sekutu.

C. Pencatatan Likuidasi Persekutuan


Menurut cara pembagian kasnya, likuidasi dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Likuidasi Sekaligus/ Sederhana , yaitu likuidasi yang pembagian kasnya
dilakukanserentak karena realisasi non-aktivanya sekaligus.
2. Likuidasi Bertahap/ Berangsur, yaitu likuidasi yang dilakukan sesuai tersedianya
kaswalaupun realisasinya belum tuntas.
Likuidasi Sederhana Dengan Kondisi Sekutu Secara Pribadi Masih Mampu
Pengertian Likuidasi Sederhana (Simple Liquidation) Likuidasi sekaligus/sederhana
sering disebut sebagai likuidasi serentak karena pembagian kasnya dilakukanserentak untuk
semua sekutunya. Disamping itu sering disebut juga sebagai likuidasitunggal karena realisasi
non aktivanya hanya sekali saja dan menyeluruh. Pembagian kasdilakukan hanya sekali saja
yaitu setelah semua aktiva non-kasnya terjual dan hutangkepada pihak ketiga maupun kepada
sekutu telah dilunasi.
Terdapat 5 kemungkinan yang akan terjadi di dalam likuidasi sederhana/sekaligus, yaitu:
1. Semua sekutu modalnya bersaldo positif.
2. Ada sekutu yang modalnya bersaldo negatif tetapi dapat ditutup dengan utangkepada
sekutu yang bersangkutan.
3. Ada sekutu yang modalnya bersaldo negatif namun tidak dapat ditutup denganutang-
piutang sekutu yang bersangkutan.
4. Kondisi Khusus: Ada sekutu yang modalnya bersaldo negatif namun sekutu
yangharus menyetor modal secara pribadi dalam keadaan tidak mampu.
5. Kondisi Khusus: Kas yang ada tidak cukup untuk melunasi Utang kepada
pihakketiga.
Pada topik 1 akan dibahas likuidasi sederhana dengan 3 kemungkinan diatas
dimanasemua sekutu dalam keadaan mampu, kemudian pada topik kedua dibahas
mengenailikuidasi sederhana dalam keadaan khusus yaitu sekutu dalam keadaan tidak
mampudan realisasi yang terlalu kecil sehingga kas tidak cukup melunasi hutang kepada
pihakketiga.
1) Saldo Semua Sekutu Setelah Realisasi Bernilai Positif.
Di dalam kasus normal biasanya nilai realisasi lebih kecil daripada nilai
bukunyanamun kerugian akibat realisasi tidak begitu besar sehingga saldo
masing-masingsekutu setelah realisasi bernilai positif semua.
Langkah-langkah:
 Realisasi nilai aktiva non-kas.
 Membagi kerugian realisasi sesuai dengan proporsi rugi labanya.
 Pelunasan utang dagang kepada pihak ketiga.
 Pelunasan hutang sekutu dan pembagian kas sekaligus.
2) Ada sekutu yang modalnya bersaldo negatif akan tetapi dapat ditutup
denganutang kepada sekutu yang bersangkutan
Rugi realisasi yang cukup besar dapat menyebabkan saldo milik sekutu
bernilainegatif (defisit) sesudah realisasi. Apabila persekutuan memiliki hutang
kepada salahseorang sekutu tersebut, maka defisit sekutu tersebut dapat ditutup
dengan hutangpersekutuan kepada sekutu.
Langkah-langkah:
 Realisasi nilai aktiva nonkas.
 Membagi kerugian realisasi sesuai dengan proporsi rugi labanya.
 Pelunasan utang dagang kepada pihak ketiga.
 Penutupan defisit dengan pembayaran sebagian hutang sekutu.
 Pelunasan hutang sekutu.
 Pembagian kas.
3) Ada sekutu yang modalnya bersaldo negatif akan tetapi tidak dapat ditutup
denganutang kepada sekutu yang bersangkutan
Rugi realisasi yang cukup besar dapat menyebabkan saldo milik sekutu
bernilainegatif (defisit) sesudah realisasi. Apabila defisit lebih besar daripada
hutangpersekutuan kepada salah seorang sekutu tersebut, maka defisit sekutu
tersebut dapatditutup dengan sebagian hutang namun akhirnya harus ditutup
sekutu yang defisittersebut dengan setoran kas.
Langkah-langkah:
 Realisasi nilai aktiva non-kas.
 Membagi kerugian realisasi sesuai dengan proporsi rugi-labanya.
 Pelunasan utang dagang kepada pihak ketiga.
 Penutupan defisit dengan pembayaran sebagian hutang sekutu.
 Pembagian kas dari selisih antara modal bersih dengan penutupan
defisityang dibebankan kepada masing-masing sekutu sesuai prosentase
yang telahdikurangi prosentase sekutu tidak mampu.
TOPIK 6 &7 : AKUNTANSI PENJUALAN ANGSURAN
A. PENGERTIAN DAN MASALAH AKUNTANSI PENJUALAN ANGSURAN
Definisi penjualan angsuran adalah penjualan yang pembayarannya dilakukan secara bertahap
dalam periode tertentu yang disepakati dan besarnya angsuran dihitung dengan metode
tertentu yang dijelaskan pada bagian berikutnya.

Masalah – masalah yang timbul dalam angsuran ada dua kelompok, yaitu:
1. Masalah yang bersifat non akuntansi
Masalah ini meliputi bagaimana mengurangi terjadinya pembatalan angsuran, bagaimana
menyediakan perlindungan hukum kepada penjual, bagaimana menyediakan perlindungan
ekonomi kepada penjual.
2. Masalah yang bersifat akuntansi
Masalah ini berkisar pada cara:
a. Bagaimana pengakuan laba kotor
b. Bagaimana penghitungan bunga dan angsuran
c. Bagaimana pencatatan tukar-tambah.
B. PENGAKUAN LABA KOTOR
1. Dasar Penjualan (Sales Bases atau Accrual Bases)
Metode ini cocok digunakan bagi penjualan angsuran yang memenuhi tiga persyaratan
sebagai berikut:
 Jangka waktu pembayaran relative pendek
 Biaya-biaya yang berhubungan dengan penjualan angsuran, termasuk biaya-biaya
penagihan dan biaya-biaya lain yang dapat ditaksir secara teliti
 Kemungkinan terjadinya pembatalan sangat kecil.
Contoh Soal:
PT. UNIKAN melakukan penjualan angsuran seharga Rp12.500.000 dengan syarat
pembayaran uang muka Rp2.500.000 langsung diterima, sisanya dibayar melalui 4 kali
angsuran bulanan, setiap akhir bulan. Harga Pokok Penjualan Rp10.000.000. Bila diangsur
tanpa bunga maka pembayarannya adalah sebagai berikut:
Tanggal Keterangan Jumlah

1-3-1990 Uang Muka Rp2.500.000


31-4-1990 Angsuran ke-1 Rp2.500.000
31-5-1990 Angsuran ke-2 Rp2.500.000
31-6-1990 Angsuran ke-3 Rp2.500.000
31-7-1990 Angsuran ke-4 Rp2.500.000
Rp12.500.000

Bila perusahaan menggunakan metode akrual maka pada bulan Maret 1990 perusahaan
mengakui laba kotornya sebesar Rp2.500.000.
2. Dasar Kas Tunai
a. Harga Pokok Penjualan Kemudian Laba Kotor
Pada saat penerimaan kas sampai dengan Rp10.000.000 dianggap sebagai
pembayaran Harga Pokok Penjualan (s/d angsuran ke-3 + uang muka), kemudian
setelah memperoleh di atas harga pokok pada angsuran ke-4 baru mengakui adanya
laba kotor.
b. Laba Kotor Kemudian Harga Pokok Penjualan
Pada saat penerimaan uang muka Rp2.500.000 dianggap sebagi laba kotor pada
Maret 1990 sedangkan pembayaran selanjutnya tidak menerima laba kotor karena
merupakan pembayaran bagi harga pokok penjualan (angsuran ke-1 s.d 4)
c. Harga Pokok Penjualan dan Laba Kotor Diakui Secara Proporsional
Yaitu suatu metode dimana harga pokok penjualan dan laba kotor diakui secara
bersama-sama untuk setiap periode penerimaan kas.
Tanggal Keterangan Harga Pokok Laba Kotor
Penjualan
1-3-1990 Uang Muka 2.000.000 500.000
31-4-1990 Angsuran ke-1 2.000.000 500.000
31-5-1990 Angsuran ke-2 2.000.000 500.000
31-6-1990 Angsuran ke-3 2.000.000 500.000
31-7-1990 Angsuran ke-4 2.000.000 500.000
10.000.000 2.500.000

C. METODE PENCATATAN DALAM PENJUALAN


1. Untuk Mencatat Penjualan dan Penerimaan Uang Muka
Kas xxx
Piutang Penjualan Angsuran 19XX xxx
Penjualan Angsuran xxx
Apabila perusahaan menggunakan system perpetual maka perusahaan harus mencatat
harga pokok penjualan, yaitu:
HPP Penjualan Angsuran xxx
Persediaan xxx
Untuk penjualan real estate (tak bergerak) dapat langsung mengkredit rekening aktiva
sebesar harga pokoknya.
Kas xxx
Piutang Penjualan Angsuran 19XX xxx
Laba Kotor yang Belum Terealisir xxx
Aktiva xxx
2. Untuk Mencatat Penerimaan Angsuran
Kas xxx
Piutang Penjualan Angsuran 19XX xxx
3. Untuk Mencatat Harga Pokok Penjualan Angsuran
Apabila perusahaan menggunakan system fisik, maka di akhir periode perusahaan harus
membuat jurnal penyesuaian untuk mencatat harga pokok penjualan angsuran dan harga
pokok penjualan biasa, sebagai berikut:
HPP xxx
HPP-Penjualan Angsuran xxx
Persediaan xxx
Pengembalian Pembelian xxx
Potongan Pembelian xxx
Persediaan xxx
Pembelian xxx
Biaya Angkut Pembelian xxx
4. Untuk Mencatat Laba Kotor yang Belum Terealisir
Penjualan Angsuran xxx
HPP-Penjualan Angsuran xxx
Laba kotor belum direalisir 19XX xxx
5. Untuk Mencatat Laba Kotor yang Beum Terealisir
Laba kotor belum direalisir 19XX xxx
Laba kotor belum direalisir 19XX xxx
Topik 9: AKUNTANSI PENJUALAN KONTIYASI

A. Pengertian Penjualan Konsinyasi


Konsinyasi (consignment) adalah penyerahan barang dari pihak pemilik ke pihak lain
yang  bertindak sebagai agen penjual, disertai amanat untuk dijual dengan upah
berupa komisi, tanpa disertai pemindahan hak milik. Konsinyasi merupakan
penjualan dengan cara pemilik menitipkan  barang kepada pihak lain untuk dijual
dengan harga dan syarat yang telah diatur dalam perjanjian.
- Pengertian penjualan konsinyasi menurut beberapa ahli
1. Halim (2015 : 65). Penjualan konsinyasi adalah penjualan dengan perjanjian, di
mana pihak pemilik barang (consignor)  menyerahkan barangnya kepada pihak
lain, yaitu komisioner (consignee) untuk dijual kepada pihak luar dan pihak
consignee  mendapatkan sejumlah komisi dari consignor. 
2. Yunus dan Hartanto (2013 : 141) Konsinyasi adalah suatu perjanjian di mana
salah satu pihakyang memiliki barang menyerahkan sejumlah barang tertentu
kepada pihak lain untuk dijualkan dengan imbalan komisi. 
3. Maria (2011 : 6) Konsinyasi adalah keadaan di mana pihak yang memiliki
barang menitipkan barangnya kepada pihak lain untuk dijualkan dengan
perjanjian tertentu.
4. Aliminsyah dan Padji (2008 : 77) Konsinyasi adalah barang-barang yang dikirim
untuk di titipkan kepada pihak lain dalam rangka penjualan di masa mendatang
atau untuk tujuan lain, dan hak atas barang tersebut tetap melekat pada pihak
pengirim (consignor). Penerima titipan barang tersebut selanjutnya bertanggung
jawab terhadap penanganan barang sesuai kesepakatan. Yendrawati (2008 : 89)
Konsinyasi adalah penjualan dengan cara pemilik menitipkan barangkepada
pihak lain untuk dijualkan dengan harga dan syarat yang telah diatur dalam
perjanjian.

B.  Istilah-istilah yang bersangkutan dengan penjualan konsinyasi


a. Pengamanat (Consignor ),  yaitu pihak yang memiliki barang yang dititipkan
kepada pihak lain untuk dijual.
b.  Komisioner (Consignee), yaitu pihak yang menerima titipan barang dari
pengamanat untuk dijual
c.  Konsinyasi Keluar (Consignment-Out )  , yaitu rekening yang
digunakan oleh pengamanat untuk mencatat transaksi-transaksi
yang berhubungan dengan barang-barang yang dititipkan kepada
komisioner.
d.  Konsinyasi Masuk ((Consignment-I n), yaitu rekening yang
digunakan oleh komisioner untuk mencatat transaksi-transaksi
yang berhubungan dengan barang-barang milik pengamanat yang
dititipkan kepadanya.

1.   Karakteristik dan kriteria penjualan konsinyasi


a. Karakteristik Penjualan Konsinyasi
Karakteristk penjualan konsinyasi yang sekaligus merupakan perbedaan
perlakuan akuntansi dengan transaksi penjualan yaitu : 
1)  Barang-barang konsinyasi harus dilaporkan sebagai persediaan oleh
pengamanat karena

hak milik atas barang-barang konsinyasi masih berada ditangan pengamanat.


Barang-
 barang konsinyasi tidak boleh diakui sebagai persediaan oleh pihak
komisioner (consignee).
2)  Pengiriman barang-barang konsinyasi tidak mengakibatkan timbulnya
pendapatan dan

tidak boleh dipakai sebagai kriteria untuk mengakui timbulnya pendapatan,


baik bagi

 pengamanat maupun bagi komisioner sampai barang dagangan dapat


dijual kepada pihak ketiga.
3)  Pihak pengamanat (consignor) sebagai pemilik barang tetap bertanggung
jawab

sepenuhnya terhadap semua biaya yang berhubungan dengan barang-


barang konsinyasi sejak saat pengiriman sampai dengan saat
komisioner berhasil menjual barang tersebut kepada pihak ketiga.
Kecuali ditentukan lain dalam perjanjian diantara kedua belah pihak.
4)  Komisioner dalam batas kemampuannya mempunyai kewajiban untuk menjaga
keamanandan keselamatan barang-barang komisi yang diterimanya itu. Oleh
karena itu komisioner perlu menyelenggarakan administrasi yang baik dan
tertib.

b.  Pihak-pihak yang terlibat dalam penjualan konsinyasi

1)  Pengamanat (consignor) adalah pihak yang menitipkan barang atau


pemilik barang. Pengamanat akan tetap mencatat barang yang
dititipkan sebagai persediaan selama barang yang dititipkan belum
terjual atau menunggu laporan dari komisionaL

2)  Komisioner (consignee) adalah pihak yang menerima titipan barang.

d. Kriteria penjualan konsinyasi


Kriteria transaksi penjualan konsinyasi, adalah sebagai
berikut 

1)  Dalam hal hak milik atas barang masih berada pada


pengamanat, barang konsinyasi harus dilaporkan sebagai
persediaan oleh pengamanat barang konsinyasi tidak boleh
diperhitungkan sebagai persediaan oleh pihak komisioner
(consignee)
2)  Pengiriman barang konsinyasi tidak mengakibatkan
timbulnya pendapatan dan tidak boleh dipakai untuk
mengakui timbulnya pendapatan baik bagi para pengamanat
maupun bagi komisioner sampai dengan saat barang dapat
dijual kepada pihak ketiga.

2.  Prinsip Perjanjian Konsinyasi

Menurut halim (2015, 65), hal-hal yang harus diperhatikan dalam


penjualan konsinyasi adalah sebagai berikut 

a. Pada saat penyusunan laporan keuangan, barang-barang


komisi yang ada di consignee
tidak boleh diperhitungkan/diakui sebagai persediaan-nya.\
 b.  Pengiriman barang konsinyasi tidak boleh diperhitungkan
/diakui sebagai penjualan oleh

 pihak consignor sebelum barang tersebut terjual kepada


pihak luar.

c.   Pada saat penyusunan laporan keuangan, barang-barang


konsinyasi yang ada di consignee harus
diperhitungkan/diakui oleh pihak consignor sebagai
persediaan-nya.
d.   Semua beban yang berhubungan dengan barang-barang
konsinyasi/komisi sejak saat

 pengiriman sampai terjual menjadi tanggung jawab pihak


consignor.

e.   Consignee dalam batas-batas tertentu wajib memelihara dan


menjaga keselamatan barang-

 barang komisi yang diterimanya.


3.  Perjanjian Penjualan Konsinyasi
Ketentuan yang diatur dalam perjanjian meliputi komisi
penjualan, syarat pembayaran dan  penyerahan barang,
pengumpulan piutang dan dan tanggung jawab atas kerugian
karena piutang tidak dapat ditagih, serta biaya yang
dikeluarkan oleh komisioner dalam rangka
penerimaan, penyimpanan dari penjualan barang, penyelesaian
kepada pengamanat, serta bentuk dan jangka waktu laporan yang
harus disajikan kepada pihak pengamat.
Topik 10 : AKUNTANSI JOIN VANTURE

A. Pengertian Join Vanture


Pengertian Joint Venture Joint venture disingkat JV, di Indonesia biasa
disebut usaha patungan, adalah entitas yang dibentuk oleh dua pihak atau
lebih untuk menyelenggarakan aktivitas ekonomi bersama. Pihak- pihak
yang terlibat sepakat untuk membentuk entitas baru, masing-masing
menyetorkan modal, berbagi risiko dan keuntungan,serta kendali atas
entitas tersebut. Joint venture bisa dibentuk hanya untuk satu projek
tertentu, lalu dibubarkan. Akan tetapi, joint venture juga bisa saja dibentuk
untuk hubungan bisnis yang berkelanjutan.
Join ventura adalah kerjasama diantara dua orang atau lebih juga bisa
berupa badan usaha untuk mengusahakan usaha tertentu. Waktunya terbatas
dan masing-masing pihak dapat menyerahkan barang atau uang sebagai
kontribusi terhadap usaha bersama itu. Salah satu pihak yang bekerja sama
itu besarnya ditunjuk sebagai pemimpin usaha kerjasama atau joint venture
disebut sebagai “Managing Patner” yang berkewajiban menyelenggarakan
pembukuan dan penyajian laporan keuangan. Berdasarkan Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan No. 12 Bagian Partisipasi dalam Ventura
Bersama , Ventura bersama adalah perjanjian kontraktual dimana dua atau
lebih pihak menjalankan aktivitas ekonomi yang tundukpada pengendalian
bersama. Pihak dalam joint venture yang ikut melakukan pengendalian -
bersama terhadap joint venture disebut Venturer.
 Berdasarkan pengertian diatas maka dapat kita ketahui unsur-unsur yang terdapat
dalam joint venture ialah :
1.Kerjasama dua pihak atau lebih.
Joint venture merupakan kerjasama dua pihak atau lebih yang sepakat untuk
membentuk perusahaan baru dengan nama baru.
2.Ada modal
Dalam joint venture masing-masing pihak memberikan modal untuk disetor
dan dipakai bersama untuk mengoperasikan perusahaan baru.
3.Ada surat perjanjian
Sebagai bentuk adanya kerjasama antara dua belah pihak, maka dalam joint
venture harus ada surat perjanjian yang berfungsi untuk mengikat kedua
belah pihak tersebut. Dalam joint venture karena melibatkan orang lain,
maka perlu diperhatikan dan diteliti apakah pihak yang akan diajak
kerjasama tersebut adalah pihak yang bisa dipertanggungjawabkan.
 Ciri Ciri Join Venture:
1.Waktunya terbatas
2.Kontribusi masing-masing pihak dapat berupa barang atau uang.
3.Keuntungan atau kerugian dibagi sama.
4.Sebelum Keuntungan dibagi diperhitungkan dahulu bunga modal,
komisi,bonus dan lain-lain untuk pihak-pihak yang telah berjasa.
5.Salah satu pihak ditunjuk sebagai pimpinan usaha joint venture yang
disebut "managing partner"
 Struktur Organisasi Ventura Bersama
1.Pengendalian bersama operasi
Operasi dari beberapa ventura bersama melibatkan penggunaan aset dan sumber
daya lainnya dari venturer bukan pendirian suatu perseroan terbatas, persekutuan,
atau entitas lainnya, atau suatu struktur keuangan yang terpisah dari venturer.
Setiap venturer menggunakan aset tetap dan persediaannya. Venturer menanggung
beban dan liabilitas dan memperoleh pembiayaan, yang mewakili kewajibannya.
Aktivitas ventura bersama dapat dilaksanakan oleh karyawan venturer bersamaan
dengan aktivitas venturer yang serupa. Perjanjian ventura bersama biasanya
mengatur demikian rupa sehingga pendapatan dari penjualan produk bersama
dan beban yang terjadi dibagi antar para venturer.
Contoh pengendalian bersama operasi adalah ketika dua atau lebih venturer
menggabungkan kegiatan operasi, sumber daya, dan keahliannya untuk
menciptakan pasar dan menyalurkan produk tertentu secara bersama, seperti
pesawat terbang. Bagian yang berbeda dari proses manufaktur dikerjakan oleh
setiap venturer. Setiap venturer menanggung biayanya dan memperoleh bagian
pendapatan dari penjualan pesawat, dimana bagian tersebut ditentukan sesuai
dengan perjanjian kontraktual. Sehubungan dengan bagian partisipasi dalam
pengendalian bersama operasi, venturer mengakui dalam laporan keuangannya :
a) Aset yang dikendalikan dan liabilitas yang ditanggung.
b) Beban yang ditanggung dan bagian pendapatan yang diperoleh dari penjualan
barang dan jasa ventura bersama.
Dikarenakan aset, liabilitas, pendapatan, dan beban diakui dalam laporan
keuangan venturer, maka tidak ada penyesuaian atau prosedur konsolidasi lainnya
yang disyaratkan sehubungan dengan unsur-unsur tersebut ketika venturer
menyajikan laporan keuangan konsolidasian.
2.Pengendalian bersama aset
Beberapa venturer bersama melibatkan pengendalian bersama, dan seringkali
kepemilikan bersama, oleh venturer atas satu atau lebih aset yang dikontribusikan
kepada ventura bersama atau diperoleh untuk tujuan dari ventura bersama dan
didedikasikan untuk tujuan dari ventura bersama. Aset tersebut digunakan untuk
memperoleh manfaat bagi venturer. Setiap venturer dapat mengambil suatu bagian
output aset dan menanggung suatu bagian yang disetujui dari beban yang terjadi.
Ventura bersama tersebut tidak melibatkan pendirian suatu peseroan terbatas,
persekutuan, atau entitas lainnya, atau suatu struktur keuangan yang terisah dari
venturer. Setiap venturer memiliki pengendalian atas bagiannya dari manfaat
ekonomi masa depan melalui bagiannya dalam pengendalian bersama aset.
Banyak aktivitas dalam industri ekstraksi minyak, gas, dan mineral melibatkan
pengendalian bersama aset. Misalnya, sejumlah perusahaan yang memproduksi
minyak mengendalikan dan mengoperasikan bersama suatu pipa saluran minyak.
Setiap venturer menggunakan pipa saluran tersebut untuk mengangkut produknya
dan menanggung proporsi yang disetujui dari beban operasi pipa saluran. Contoh
lain dari pengendalian bersama aset adalah ketika dua entitas bersama-sama
mengendalikan suatu properti, dimana masing-masing pihak mengambil suatu
bagian dari sewa yang diterima dan menanggung suatu bagian dari beban.
Sehubungan dengan bagian partispasinya dalam pengendalian bersama aset,
venturer mengakui dalam laporan keuangan :
a. Bagiannya atas pengendalian bersama aset, yang diklasifikasikan sesuai
dengan sifat aset.
b. Setiap liabilitas yang telah terjadi.
c. Bagiannya atas liabilitas yang terjadi bersama dengan venturer lain yang
berkaitan dengan venturer bersama.
d. Setiap penghasilan dari penjualan atau penggunaan bagiannya atas output
ventura bersama, bersama dengan bagiannya atas beban yang terjadi pada
ventura bersama.
3. Pengendalian bersama entitas
Pengendalian bersama entitas adalah ventura bersama yang melibatkan
pendirian suatu perseroan terbatas, persekutuan atau entitas lainnya yang mana
setiap venturer mempunyai bagian partisipasi. Entitas tersebut beroperasi
dalam cara yang sama seperti entitas lainnya, kecuali adanya perjanjian
kontraktual antar venturer yang menciptakan pengendalian bersama atas
aktivitas ekonomi entitas.
Contoh umum pengendalian bersama entitas adalah ketika dua entitas
menggabungkan aktivitas mereka dalam lini usaha tertentu dengan
mengalihkan aset dan liabilitas yang relevan ke suatu pengendalian bersama
entitas. Contoh lainnya adalah ketika entitas memulai suatu usaha di luar negeri
bekerjasama dengan pemerintah atau lembaga lain di negara tersebut, dengan
cara mendirikan entitas terpisah yang dikendalikan bersama oleh entitas dan
pemerintah atau lembaga.
Topik 11dan 12 : AKUNTANSI KANTOR AGEN

A. Pengertian Kantor Agen

Perbedaan paling mendasar pencatatan yang dilakukan Kantor Cabang dan


Kantor Agen berhubungan dengan kewenangan masing- masing dalam menangani
konsumen akhir. Kantor Cabang mempunyai kewenangan penuh sehubungan
dengan transaksi penjualan termasuk menerima pembayaran secara langsung dari
konsumen akhir, sedangkan Kantor Agen tidak mempunyai kewenangan melakukan
transaksi penjualan. Pencatatan akuntansi hanya dilakukan oleh Kantor Pusat.
Kantor Cabang melaksanakan pembukuan tersendiri karena Kantor Cabang
mempunyai kewenangan dalam melakukan transaksi penjualan.

Kantor Agen dalam melakukan kegiatannya memperoleh fasilitas dari


Kantor Pusat. Salah satu fasilitas tersebut adalah berupa uang yang merupakan
modal kerja bagi Kantor Agen. Oleh karena itu pencatatan yang dilakukan oleh
Kantor Agen hanya sebatas pertanggung jawaban atas modal kerja dari Kantor
Pusat. Karena modal kerja dari Kantor Pusat diterima dalam bentuk uang tunai,
maka dalam pengelolaannya seperti mengelola kas kecil dengan sistem imprest.
Bukti-bukti pemakaian modal kerja harus dikumpulkan oleh Kantor Agen karena
laporan ke Kantor Pusat dibuat berdasarkan bukti-bukti yang dikumpulkan
tersebut.

Metode yang dapat dipakai oleh Kantor Pusat dalam melakukan pencatatan
sehubungan dengan kegiatan di Kantor Agen, yaitu:
1. Laba atau rugi Kantor Agen tidak dipisahkan dengan laba atau rugi Kantor
Pusat.
2. Laba atau rugi kantor agen dipisahkan dengan laba atau rugi kantor pusat.

Untuk tujuan pengendalian intern dan penilaian kinerja Kantor Pusat ,


sebaiknya digunakan metode yang kedua yaitu Laba atau Rugi Kantor Agen
dipisahkan dengan Laba atau Rugi yang diperoleh Kantor Pusat sendiri. Apalagi
bila kantor Agennya lebih dari satu. Dalam praktik yang sering digunakan adalah
metode yang pertama atau laba /rugi kantor agen tidak dipisahkan dengan laba atau
rugi Kantor Pusat.
Penjelasan dari ke dua metode adalah sebagai berikut:

1. Laba atau rugi kantor agen tidak dipisahkan dengan laba atau rugi
kantor pusat
Dalam metode ini pendapatan dan biaya kantor agen tidak dipisahkan
dengan pendapatan dan biaya kantor pusat. Sehingga tidak bisa diketahui laba
atau rugi kantor agen secara tersendiri. Bila metode ini yang digunakan,
Kantor Pusat hanya dapat mengetahui laba atau rugi secara total/keseluruhan.

2. Laba atau rugi Kantor Agen dipisahkan dengan laba atau rugi Kantor
Pusat
Dalam metode ini pendapatan dan biaya kantor agen dipisahkan dari
pendapatan dan biaya kantor pusat. Sehingga laba atau rugi kantor agen bisa
diketahui secara individual. Apabila metode ini yang dipakai maka diperlukan
rekening tersendiri. Rekening-rekening yang dibutuhkan bila digunakan metode
ini antara lain:
a. Modal kerja kantor agen
b. Penjualan kantor agen
c. BPP kantor agen
d. Biaya pemasaran kantor agen
e. Biaya administrasi dan umum kantor agen

Apabila Kantor Pusat mempunyai Kantor Agen lebih dari satu, maka dapat
digunakan salah satu dari cara berikut:

a. rekening masing-masing Kantor Agen disendirikan atau diberikan


kode berbeda
b. Kantor Pusat hanya memakai satu rekening buku besar untuk seluruh Kantor
Agen, sedangkan untuk masing-masing Kantor Agen hanya dibuatkan rekening
pembantu

B. Akuntansi Kantor Cabang


Seperti dijelaskan di bagian sebelumnya bahwa Kantor Cabang
mempunyai kewenangan dalam melakukan transaksi penjualan. Oleh karena
itu Kantor Cabang melaksanakan pembukuan tersendiri . Jadi baik Kantor
Pusat maupun Kantor Cabang menyelenggarakan pencatatan akuntansi
sendiri-sendiri. Pencatatan ini hanya berguna untuk pihak intern Kantor
Pusat maupun Kantor Cabang. Untuk kepentingan pihak ekstern Kantor Pusat
menyiapkan laporan konsolidasi yaitu laporan keuangan yang berisi Kinerja
Keuangan Gabungan dari Kantor Pusat dan Kantor Cabang.

Berbeda dengan investasi kantor Pusat di kantor Agen yang hanya


berupa modal kerja awal saja, investasi yang ditanamkan oleh Kantor Pusat ke
Kantor Cabang meliputi semua kebutuhan awal kantor Cabang . Oleh karena
itu dapat dikatakan bahwa kantor Pusat bertindak sebagai Investor (pihak
penyandang dana ) dan Kantor Cabang sebagai Investee (pihak penerima
dana). Oleh karena itu diperlukan rekening yang bersifat Resiprokal (timbal
balik) antara Kantor Pusat dan Kantor Cabang untuk menampung transaksi
yang bersifat resiprokal ini, Kantor Pusat menggunakan nama rekening Kantor
Cabang, sebaliknya Kantor Cabang menggunakan rekening Kantor Pusat.
Rekening kantor cabang merupakan hak kantor pusat sedangkan rekening
kantor pusat merupakan kewajiban kantor cabang. Dalam membuat laporan
konsolidasi rekening resiprokal harus dieleminasi

Contoh transaksi yang mengakibatkan timbulnya rekening timbal


balik/resiprokal ditampakkan pada contoh jurnal di bawah ini.

Keterangan Kantor Pusat (KP) Kantor Cabang (KC)


1. Pengiriman kas atau KC laba atau rugi xxx Kas (aktiva) xxx
aktiva selain barang Kas (akv) xxx KP xxx
dengan dari KP ke Kas (akv)laba KP xxx
KC, pengiriman kas atau rugi Kas (aktiva) xxx
atau aktiva selain KClaba atau
barang dengan dari rugi Sistem Fisik
KC ke KP Pengiriman brg ke KPxxx
2. Pengiriman barang Sistem Fisik KP xxx
dagang dari KP ke KC KC xxx Sistem Perpetual
Pengiriman brg ke KC Persed Brg Dg xxx
xxx KP xxx
Sistem Perpetual Sistem Fisik
KC xxx KP xxx
Pengembalian Brg
Persed Brg Dg xxx Pengiriman Brg dari
Dgg dari KC ke KP
Sistem Fisik KP xxx Sistem Perpetual
Pengiriman brg ke KP xxx
KCxxx KC xxx Persediaan Brg dr KP xxx
Sistem Perpetual
Persed Brg Dg xxx
KP xxx

Contoh :

Berikut ini adalah contoh transaksi-transaksi yang ada di kantor cabang dari PT.
”Dewi Ratih” berkedudukan di Malang dan bergerak dalam bidang alat-alat
kesehatan, pada awal tahun 2007 membuka Kantor Cabang di Jember. Ikhtisar
transaksi keuangan selama tahun 2007 diringkas sebagai berikut:
1. Kantor Cabang menerima uang Rp 150.000.000,00 dari kantor pusat
2. Kantor Cabang membeli peralatan secara tunai senilai Rp
75.000.000,00. Peralatan ini mempunyai umur ekonomis 5 tahun
3. Menerima barang dagangan senilai Rp 115.000.000,00 dari kantor pusat
4. Membeli barang dagangan dari supplier luar Rp 30.000.000,00 secara tunai
5. Menjual barang dagang seharga Rp 200.000.000,00 secara tunai
6. Mengembalikan barang dagang yang diterima dari kantor pusat seharga Rp
7.500.000,00 karena barang tersebut rusak.
7. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh kantor cabang sebagai berikut:
- Gaji Rp 30.000.000,00
- Bunga Rp 25.000.000,00
- Lain-lain Rp 15.000.000,00
8. Mengirim uang Rp 100.000.000,00 ke kantor pusat
9. Pada akhir tahun diketahui utang gaji sebesar Rp 7.000.000,00 dan biaya
depresiasi Rp 15.000.000,00
10. Persediaan barang dagangan yang diterima dari kantor pusat pada akhir tahun
Rp 6.000.000,00. Persediaan barang dagangan yang dibeli dari supplier luar
pada akhir tahun Rp 35.000.000,00

Metode pencatatan persediaan secara fisik

Dari data di atas, berikut ini adalah jurnal yang dibuat kantor pusat dan kantor
cabang:
Keterangan Kantor Pusat Kantor
(dlm ribuan Cabang (dlm
rupiah) ribuan rupiah)
1. Menerimauang dari KP KC 150.000 Kas 150.000
Rp KP 150.000
150.000.000 Kas 150.000 Peralatan 75.000
2. Membeli Peralatan Kas 75.000
seharga Rp
75.000.000,00 Pengiriman Brg dr
115.000
3. Menerima barang dagang KC 115.000
dari KP KP
seharga Rp 115.000.000,00 Pengir. Brg ke KC 115.000
115.000
Pembelian 30.000
4. Membeli barang dagang dari
Supplier Kas
luar Rp 30.000.000,00 secara
tunai 30.000
5. Mengembalikan barang Pengir. Brg ke KC KP 7.500
dagang KP 7.500 Pengir. brg dr KP 7.500
Rp 7.500.000,00 secara tunai KC 7.500 Kas 200.000
6. Menjual barang dagang Penjualan
sehrg Rp
200.000.000,00 secara tunai 200.000
7. Biaya-biaya yang dikeluarkan - Bi. Gaji 30.000
oleh KC Bi. Bunga 25.000
- Gaji Rp 30.000.000,00 Bi. Lain-lainn 15.000
- Bunga Rp 25.000.000,00
Kas 70.000
- Lain-lain Rp 15.000.000,00
KP 100.000
8. Mengirim uang ke KP Kas 100.000
Rp Kas
100.000.000,00 KC 100.000
100.000 Bi. Gaji 7.000
9. Membuat jurnal penyesuaian Utang Gaji 7.000
- Utang gaji Rp 7.000.000,00 Bi. Depresiasi 15.000
- Depresiasi Rp 15.000.000,00 Akum Depresiasi

10. Jurnal Penutup 15.000


Penjualan 200.000
Persediaan akhir 6.000
Pengiriman dr KP
107.500
Pembelian

30.000
Bi. Gaji
11. Jurnal Penyesuaian KC 16.500
Laba KC 16.500 30.000
Bi Bunga
25.000
Bi Lain-lain

15.000
Bi.Depresiasi

15.000
KP 16.500

Laporan Keuangan Konsolidasi


Dipandang dari segi ekonomi Kantor Pusat dan Kantor Cabang adalah satu
kesatuan ekonomi. Disamping itu bagi pihak eksternal menganggap bahwa Kantor
Pusat dan Kantor-kantor Cabangnya hanya merupakan satu perusahaan. Oleh
karena itu sesuai dengan konsep enterprise (satu kesatuan ekonomi) Kantor Pusat
harus menyusun Laporan Keuangan Konsolidasi (Consolidated Income
Statement) yang
merupakan Laporan Keuangan Gabungan antara Kantor Pusat dan Kantor
Cabang.

Prosedur penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasi:


a. Membuat jurnal Eliminasi
b. Membuat Kertas Kerja (Worksheet)
c. Menyusun Laporan keuangan Konsolidasi

Masing-masing tahapan dalam penyusunan Laporan Keuangan


Konsolidasi dijelaskan pada bagian berikut ini:

Membuat Jurnal Eliminas


Laporan Keuangan Konsolidasi merupakan Laporan Keuangan yang menggabungkan
Laporan Keuangan Kantor Pusat dan Kantor Cabang. Jadi jurnal eliminasi yang dibuat
tidak akan mempengaruhi Laporan Keuangan individual, baik Kantor Pusat maupun
Kantor Cabang. Jurnal Eliminasi hanya diposting pada kertas kerja yang dibuat dalam
rangka penyusunan Laporan Konsolidasi. Tujuan pembuatan Jurnal Eliminasi adalah
menghilangkan (mengeliminir) semua saldo rekening resiprokal. Caranya dengan mendebit
rekening yang dikredit dan mengkredit rekening yang didebet dari transaksi yang bersifat
resiprokal.
Contoh:

 Mengeliminasi rekening Pengiriman Barang dari Kantor Pusat ke Kantor


Cabang
Jurnal di Kantor Pusat Jurnal di Kantor Cabang

KC Rp 115.000
Pengir. Brg dr KP Rp 115.000
Pengir. Brg ke KC Rp 115.000
KP Rp 115.000

Jurnal Eliminasinya

 Pengiriman Brg ke KC 115.000


Pengiriman Brg dr KP 115.000

 Kantor Pusat 115.000


Kantor Cabang 115.000
a. Membuat Kertas Kerja (Worksheet)

Pada dasarnya pembuatan Kertas Kerja (Work Sheet) adalah untuk


mempermudah dan mempercepat penyusunan Laporan Keuangan
Konsolidasi. Prosedur untuk penyusunan Kertas Kerja Konsolidasi
:

b. masukkan angka-angka yang terdapat di Laporan Keuangan


Individual ke kolom yang tersedia.

c. masukkan angka-angka dari jurnal eliminasi ke kolom


Jurnal eliminasi sesuai debet dan kreditnya di buku besar.

d. Menghitung angka-angka yang akan disajikan di Laporan


keuangan Konsolidasi dengan cara mengkompilasi dari
langkah 1(satu) dan langkah 2 (dua)

b. Menyusun Laporan Keuangan Konsolidasi

Setelah kertas kerja selesai disusun, langkah selanjutnya adalah


membuat Laporan Keuangan Konsolidasi yang sumbernya berasal
dari kolom terakhir kertas kerja sesuai dengan format yang sesuai
dengan PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No. 1.

Contoh kertas kerja yang digunakan dalam rangka penyusunan


laporan Keuangan konsolidasi Kantor Pusat dan Kantor Cabang
disajikan pada tabel berikut:Dengan membuat kertas kerja terlebih
dahulu , Kantor Pusat dengan mudah dapat menyusun Laporan
keuangan Konsolidasi.

Laporan Keuangannya disajikan di bawah ini:

PT ”X”
Laporan Laba-Rugi
Untuk Periode yang berakhir 31 Desember
2007 (dlm Rp 000,00)
Penjualan 259.000
Beban pokok penjualan 153.000
Laba Kotor 106.000
Biaya Operasional:
Biaya gaji 50.000
Biaya depresiasi gedung 5.000
Biaya depresiasi peralatan 10.000
Biaya administrasi 7.000
Biaya bunga 3.000
Biaya lain-lain 10.000 85.000
Laba Bersih 21.000

PT ”X”
Laporan Laba Yang Ditahan
Untuk Periode yang berakhir 31 Desember 2007
(dlm Rp 000,00)
Laba yang ditahan 1 Januari 110.000
Laba bersih 21.000
89.000
Dividen (10.000)
Saldo laba 31 Desember 121.000

PT ”X”
Neraca
Per 31 Desember 2007(dlm Rp 000,00)

Aktiva Lancar Hutang


Lancar
Kas 50.000 Utang dagang 50.000
Piutang dagang 60.000 Utang gaji 5.000
(netto)
Persediaan 86.000 55.000
Total Aktiva 196.000 Ekuitas
Lancar
Aktiva Tetap Modal saham 200.000
Tanah 20.000 Laba yang 121.000
ditahan
Gedung 100.000 321.000
Peralatan 60.000
Total Aktiva Tetap 180.000
Total Aktiva 376.000 Total Pasiva 376.000
KP KC Jurnal
Eliminasi Laporan
Keterangan (dlm (dlm (dlm Rp Keu. PT.
Rp Rp 000,00) “X”
000,00 000,00
) ) Debet Kredit
Laporan Laba atau rugi
Penjualan 229.000 30.000 259.000
Kantor cabang 2.000 2.000
Beban pokok penjualan 140.000 13.000 153.000
Biaya gaji 43.000 7.000 50.000
Biaya depresiasi gedung 5.000 5.000
Biaya depresiasi peralatan 8.000 2.000 10.000
Biaya administrasi 6.000 1.000 7.000
Biaya bunga 3.000 3.000
Biaya lain-lain 8.000 2.000 10.000
Laba bersih 21.000 2.000 21.000
Laporan laba yang ditahan
Laba yang ditahan 1 Januari 110.000 110.000
Kantor cabang 20.000 20.000
Laba bersih 21.000 2.000 21.000
Dividen 10.000 10.000
Saldo laba 31 Desember 121.000 22.000 121.000
Neraca
Kas 41.000 9.000 50.000
Piutang dagang (netto) 60.000 60.000
Persediaan 80.000 6.000 86.000
Tanah 20.000 20.000
Gedung 100.000 100.000
Peralatan 52.000 8.000 60.000
Kantor cabang 22.000 20.000
2.000
Total aktiva 375.000 23.000 376.000
Utang dagang 50.000 50.000
Utang gaji 4.000 1.000 5.000
Modal saham 200.000 200.000
Laba yang ditahan 121.000 121.000
Kantor cabang 22.000
total pasiva 375.000 23.000 376.000
Kertas Kerja Kantor pusat dan Kantor Cabang 31-12-2007
Topik 13 : PENGGABUNGAN BADAN USAHA

A. Penggabungan Usaha
Pengertian Penggabungan UsahaDunia usaha semakin lama semakin berkembang dan
persaingan dalam jenis produk, mutu produk, maupun pemasarannya semakin ramai
dan ketat sehingga seringkali timbul persaingan yang tidak sehat dan saling
mengalahkan. Untuk mengatasi adanya saling merugikan antara perusahaan yang satu
dengan perusahaan yang lain, perlu kiranya diadakan suatu bentuk kerja sama yang
saling menguntungkan. Salah satu  bentuk kerjasama yang dapat ditempuh adalah
dengan melalui penggabungan usaha antara dua atau lebih perusahaan dengan
perusahaan yang lain baik yang sejenis maupun yang tidak sejenis.

Berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK)22 paragraf 08 tahun


1999 :
”Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih
perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan
menyatu dengan (uniting wiith) perusahaan lain atau memperoleh kendali (control)
atas aktiva dan operasi perusahaan lain” Sedangkan menurut Hadori Yunus (1981 : 224),
pengertiannya adalah sebagai berikut : ”Penggabungan badan usaha adalah usaha untuk
menggabungkan suatu perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain ke dalam satu
kesatuan ekonomis.” 

Dari definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa penggabungan usaha


merupakan usaha pengembangan atau perluasan perusahaan dengan cara menyatukan
perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain menjadi satu kesatuan
ekonomi.Jenis dan bentuk penggabungan usaha .
a. Jenis-jenis penggabungan usaha
Berdasarkan PSAK No. 22 paragraf 08 tahun 1999, terdapat dua jenis
penggabungan usaha yaitu:
2. Akuisisi (acquisition) adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu
perusahaan, yaitu pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali atas aktiva
netto dan operasi perusahan yang diakuisisi (acquiree), dengan memberikan
aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham.
3. Penyatuan kepemilikan (uniting of interest/pooling of interest) adalah suatu
penggabungan usaha dimana para pemegang saham perusahaan yang
bergabung bersama-sama menyatukan kendali atas seluruh, atau secara
efektif seluruh aktiva neto dan operasi kendali perusahaan yang  bergabung
tersebut dan selanjutnya memikul bersama segala resiko dan manfaat yang
melekat  pada entitas gabungan, sehingga tidak ada pihak yang dapat di
identifikasi sebagai perusahaan pengakuisisi
b. Bentuk-bentuk penggabungan usaha
Adapun bentuk-bentuk penggabungan usaha menurut Arifin S (2002 : 240-241) dapat
dibedakan ke dalam beberapa golongan, antara lain sebagai berikut :
1. Ditinjau dari bentuk penggabungannya, terdapat tiga bentuk penggabungan
usaha sebagai berikut :
a. Penggabungan horisontal, yaitu penggabungan perusahaan-perusahaan
yang sejenis yang menjadi satu perusahaan yang lebih besar. Pada
umumnya dasar dibentuknya penggabungan usaha ini adalah untuk
menghindari adanya persaingan diantara perusahaan yang sejenis dan
meningkatkan efisiensi diantara perusahaan-perusahaan yang bersangkutan
tersebut.
b. Penggabungan vertikal, yaitu penggabungan perusahaan yang sebelumnya,
keduanya mempunyai hubungan yang saling menguntungkan, misalnya
suatu perusahaan lain yang kemudian pemasok (supplier) bahan baku
perusahaan lain yang kemudian bergabung agar dapat terjaga adanya
kepastian bahan baku dan kontinuitas produksi.
c.  Penggabungan konglomerat, yaitu merupakan kombinasi dari
penggabungan horisontal dan vertikal. Penggabungan konglomerat ini
merupakan gabungan dari perusahaan-perusahaan yang memiliki usaha
yang berlainan misalnya perusahaan angkutan bergabung dengan
perusahaan jasa hotel dan perusahaan makanan (catering).
2. Sedangkan dari segi hukumnya, penggabungan usaha dibagi menjadi :
a. Merger, yaitu penggabungan usaha dengan cara satu perusahaan membeli
perusahaan lain yang kemudian perusahaan yang dibelinya tersebut
menjadi anak perusahaannya atau dibubarkan. Perusahaan yang dibelinya
sudah tidak mempunyai status hukum lagi dan yang mempunyai status
hukum adalah perusahaan yang membelinya.
b. Konsolidasi, merupakan bentuk lain dari merger, yaitu penggabungan
usaha dengan cara satu  perusahaan bergabung dengan perusahaan lain
membentuk satu perusahaan baru. Afiliasi, yaitu penggabungan usaha
dengan cara membeli sebagian besar saham atau seluruh saham perusahaan
lain untuk memperoleh hak pengendalian (controlling interest). Perusahaan
yang dikuasai tersebut tidak kehilangan status hukumnya dan masih
beroperasi sebagaimana perusahaan lainnya.
 Akuisisi Pengertian Akuisisi
Sebelum membahas lebih lanjut tentang tujuan dan motivasi perusahaan
melakukan akuisisi,terlebih dahulu akan dibahas pengertian dari akuisisi. Ada
beberapa pendapat dari para ahli tentang definisi akuisisi yang dapat
dikemukakan sebagai berikut :
Menurut PSAK No. 2 paragraf 08 tahun 1999 :
”Akuisisi (acqusition) adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu
perusahaan, yaitu  pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali atas aktiva
neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi (acquiree), dengan memberikan
aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham”. 

Sedangkan Michael A. Hitt, dkk (2002 : 259) menyatakan bahwa :


”Akuisisi yaitu memperoleh atau membeli perusahaan lain dengan cara membeli
sebagian besar saham dari perusahaan sasaran.”Definisi lainnya menurut P.S
Sudarsanan (1999) dalam Christina (2003 : 9);”Akuisisi dapat didefinisikan
sebagai sebuah perjanjian, sebuah perusahaan membeli aset atau saham perusahaan
lain, dan para pemegang dari perusahaan lain menjadi sasaran akuisisi berhenti
menjadi pemilik perusahaan.”

Marcell Go dalam Christina (2003 : 9), dalam bukunya yang berjudul


manajemen grup bisnis menyatakan bahwa :“Akuisisi sering juga disebut sebagai
investasi peranan modal. Akuisisi adalah penguasaan sebagian saham dari
perusahaan subsidiary, melalui pembelian saham hak suara perusahaan
subsidiary, dalam jumlah material (lebih dari 50%)”. Berdasarkan beberapa
definisi di atas, maka akuisisi dapat disimpulkan sebagai pengambilalihan
kepemilikan suatu perusahaan oleh perusahaan lain yang dilakukan dengan
cara membeli sebagian atau seluruh saham perusahaan, dimana perusahaan
yang diambil alih tetap memiliki hukum sendiri dan dengan maksud untuk
pertumbuhan usaha.

 Klasifikasi Akuisisi
a. Berdasarkan bentuk dasar akuisisi, terdapat tiga prosedur dasar yang
tepat dilakukanperusahaan untuk mengambil alih perusahaan lain,
yaitu :
1. Merger atau konsolidasi Istilah merger sering digunakan untuk
menunjukkan penggabungan dua perusahaan atau lebih, dan
kemudian tinggal nama salah satu perusahaan yang bergabung.
Sedangkan consolidation menunjukkan penggabungan dari dua
perusahaan atau lebih, dan dari perusahaan-perusahaan yang
bergabung tersebut hilang, kemudian muncul nama baru dari
perusahaan gabungan.
2. Akuisisi saham Cara kedua untuk mengambil alih perusahaan lain
adalah membeli saham perusahaan tersebut, baik dibeli secara tunai,
ataupun menggantinya dengan sekuritas lain (saham atau obligasi).
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan untuk memilih antara
akuisisi saham atau merger :
b. Dalam akuisisi saham, tidak diperlukan rapat umum pemegang saham
(RUPS) dan pemungutan suara
c. Dalam akuisisi saham, perusahaan yang akan mengakuisisi dapat
berhubungan langsung dengan pemegang saham target lewat tender
offer.
d. Akuisisi saham seringkali dilakukan secara tidak bersahabat untuk
menghindari manajemen perusahaan target yang seringkali menolak
akuisisi tersebut.
e.  Seringkali sejumlah minoritas pemegang saham dari perusahaan target
tetap tidak mau menyerahkan saham mereka untuk dibeli dalam tender
offer, sehingga perusahaan target tetap tidak sepenuhnya terserap ke
perusahaan yang mengakuisisi.
 Akuisisi Assets
Suatu perusahaan dapat mengakuisisi perusahaan lain dengan jalan membeli
aktiva perusahaan tersebut. Cara ini akan menghindarkan perusahaan dari
kemungkinan memiliki pemegang saham minoritas, yang dapat terjadi pada
peristiwa akuisisi saham. Akuisisi assets dilakukan dengan cara pemindahan
hak kepemilikan aktiva-aktiva yang dibeli.
Berdasarkan keterkaitan operasinya, akusisi dikelompokkan sebagai
berikut :
a. Akuisisi Horisonta
Akuisisi ini dilakukan terhadap perusahaan lain yang mempunyai bisnis
atau bidang usaha yang sama. Perusahaan yang diakuisisi dan yang
mengakuisisi bersaing untuk memasarkan produk yang mereka
tawarkan
b. Akuisisi vertika
Akuisisi ini dilakukan terhadap perusahaan yang berada pada tahap
proses produksi yang  berbeda. Misalnya, perusahaan rokok
mengakuisisi perusahaan perkebunan tembakau.
c. Akuisisi konglomerat
Perusahaan yang mengakuisisi dan yang diakuisisi tidak mempunyai
keterkaitan operasi. Akuisisi perusahaan yang menghasilkan food-
product oleh perusahaan komputer, dapat dikatakan sebagai akuisisi
konglomerat (Suad Husnan, 1998 : 648-651)
 Motivasi Akuisisi
Alasan yang sering dikemukakan ketika perusahaan bergabung dengan
perusahaan lain atau melakukan akuisisi adalah karena dengan akuisisi,
perusahaan mampu mencapai pertumbuhan lebih cepat daripada harus
membangun unit usaha sendiri. Selain itu, faktor yang paling mendasari
perusahaan melakukan akuisisi adalah motif ekonomi (mendapat
keuntungan).

Beberapa perusahaan melakukan akuisisi karena adanya beberapa motivasi.


Menurut Suad Husnan (1998 : 658-660) motivasi akuisisi adalah sebagai
berikut :
a. Sinerg
Sinergi merupakan nilai gabungan dari kedua perusahaan yang
bergabung, lebih besar dari penjumlahan masing-masing nilai
perusahaan yang digabungkan. Jadi, kondisi saling menguntungkan
Pdari peristiwa akuisisi, akan terjadi jika telah diperoleh sinergi. Sinergi
yang dihasilkan akuisisi ada dua jenis yaitu operasional sinergi dan
sinergi keuangan. Operasional sinergi adalah sinergi yang dinikmati
perusahaan karena kombinasi dari beberapa operasi, sehingga dapat
menekan biaya atau menaikkan penghasilan. Sedangkan sinergi
keuangan,berasal dari penghematan yang dinikmati perusahaan yang
berasal dari sumber pendanaan (financing).
b. Peningkatan pendapatan
Dengan adanya akuisisi, pendapatan dapat meningkat karena kegiatan
pemasaran yang lebihbaik, strategi benefits, dan peningkatan daya saing.
Pemasaran yang lebih baik dapat terjadi karena pemilihan bentuk dan
media promosi yang lebih tepat, memperbaiki sistem distribusi,
danmenyeimbangkan komposisi produk.
c. Penurunan biaya
Penurunan biaya mungkin dapat terjadi sebagai akibat dari peningkatan
unit yang dihasilkan, sehingga menekan biaya rata-rata (economies of
scale) menghilangkan manajemen yang kurang efisien dan penggunaan
sumberdaya yang komplementer, juga merupakan sumber-sumber untuk
mengurangi biaya.
d. Penghematan pajak
Perusahaan melakukan akuisisi sebagai potensi memperoleh
penghematan pajak. Salah satu sumber penghematan pajak adalah untuk
meningkatkan debt capacity. Apabila penggabunganperusahaan
menyebabkan kombinasi perusahaan tersebut mampu meminjam lebih
besar tanpa harus meningkatkan biaya kebangkrutan, maka tambahan
pinjaman tersebut akan mampu memberikan manfaat dalam bentuk tax
savings.
e. Diversifikasi
Manajemen melakukan akuisisi untuk tujuan diversifikasi usaha, yaitu
keinginan untuk memasuki industri yang lebih luas dan menguntungkan
dimana industri target berada, dan dengan menggabungkan dua badan
usaha yang berbeda ini, maka akan memiliki jenis usahayang lebih besar
tanpa harus memulai usaha dari awal, karena semuanya sudah dirintis
oleh perusahaan yang diakuisisi, sehingga perusahaan pengakuisisi
hanya melanjutkan apa yang telah ada.
 Manfaat Akuisis
Menurut Shapiro (1991 : 933) dalam Christina (2003 : 12), keuntungan atau
manfaat akuisisi adalah sebagai berikut :
a. Peningkatan tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dalam bisnis sekarang
daripada melakukan pertumbuhan secara internal.
1. Mengurangi tingkat persaingan dengan membeli beberapa badan usaha guna
menggabungkan kekuatan pasar dan pembatasan persaingan.
2. Memasuki pasar baru penjualan dan pemasaran sekarang yang tidak dapat
ditembus
3. Menyediakan managerial skill, yaitu adanya bantuan manajerial mengelola
aset-aset badan usaha.
 Proses Akuisisi
Proses akuisisi merupakan suatu faktor penting, terutama karena
pembelian suatu unit bisnis tertentu pada umumnya berkaitan dengan jumlah
uang yang relatif besar dan membutuhkan waktu yang relatif lama, sehingga
bagi perusahaan pengambil alih, sebelum memutuskan untuk akuisisi
terhadap suatu perusahaan terlebih dahulu akan berusaha memahami secara
lebih jelas mengenai prospek dan sasaran yang akan dicapai.

Proses akuisisi menurut P.S Sudarsaman (1999 : 50) dalam Christina


(2003 : 15) terdiri dari tiga tahap, yaitu :
a. Tahap persiapan, meliputi :
1. Mengembangkan strategi akuisisi, alasan penciptaan nilai dan kriteria
akuisisi
2. Meneliti, menyaring dan mengidentifikasi perusahaan target.
3.  Evaluasi strategi terhadap sasaran dan menilai kelayakan akuisisi
b. Tahap negosiasi, meliputi :
1. Pengembangan strategi pengarahan
2.  Mengevaluasi keuangan dan perhitungan harga perusahaan target
3. Negosiasi dan transaksi pembiayaan
c. Tahap integrasi (penggabungan), meliputi :
1. Mengevaluasi kesehatan organisasi dan budaya perusahaan
2. Mengembangkan pendekatan integrasi
3. Menyesuaikan strategi, organisasi dan budaya antara perusahaan
pengakuisisi dan perusahaan yang diakusisi.
4. Hasil-hasil

 Metode Penggabungan Usaha


Penggabungan usaha (business combination) terjadi jika dua atau lebih
usaha yang terpisah bersama- sama menjadi satu entitas ekonomis. Ada beberapa
sebab yang dijadikan sebagai alasan oleh perusahaan dalam melakukan
penggabungan usaha yaitu manfaat biaya, risiko lebih rendah, penundaan operasi
lebih sedikit, mencegah pengambilalihan, akusisi harta tidak berwujud dan alasan-
alasan lainnya. Ada dua metode yang bisa digunakan dalam penggabungan usaha
yaitu metode pembelian dan metode penyatuan kepentingan. Metode pembelian
didasarkan pada asumsi bahwa penggabungan usaha merupakan suatu transaksi
dimana suatu entitas memperoleh aktiva bersih dari perusahaan- perusahaan lain
yang bergabung.
Pada metode penyatuan kepentingan, diasumsikan bahwa kepemilikan
perusahaan-perusahaan yang bergabung adalah satu kesatuan secara relatif tetap
tidak berubah pada entitas akuntansi yang baru, selanjutnya pada metode penyatuan
kepentingan aktiva dan kewajiban dari perusahaan-perusahaan yang bergabung
dimasukkan dalam entitas gabungan sebesar nilai bukunya. Apabila penggabungan
yang dilakukan dengan menggunakan metode purchase, maka selisih antara nilai
wajar (market value) dan nilai buku (book value) aktiva adalah penghasilan yang
merupakan objek pajak.
Sedangkan apabila penggabungan badan usaha menggunakan metode pooling
of interest tidak akan menimbulkan objek pajak penghasilan, karena harta
perusahaan dinilai berdasarkan nilai buku (book value). Perusahaan yang memilih
melakukan penggabungan dengan menggunakan metode ini diharuskan memenuhi
beberapa persyaratan yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. 
TOPIK 14 :LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI

Laporan Keuangan Konsolidasi adalah Laporan yang menyajikan posisi keuangan dan hasil operasi
untuk induk perusahaan (entitas pengendali)dan satu atau lebih anak perusahaan (entitas yang
dikendalikan) seakan-akanentitas-entitas individual tersebut merupakan satu entitas atau perusahaan
satu perusahaan. Laporan Keuangan Konsolidasi diperlukan apabila salah satu perusahaan yang
bergabung memiliki kontrol terhadap perusahaan lain, dansebaliknyalaporan keuangan konsolidasi
tidak diperlukan apabila satu perusahaan tidak memiliki kontrol terhadap perusahaan lain. Artinya,
jikatidak memiliki hak kendali (control) yang lebih, maka mereka adalah badanusaha (entity) mandiri,
artinya mereka masing-masing akan membuat laporankeuangan yang sendiri-sendiri dan tidak
mungkin untuk digabungkan,ditambahkan atau yang sejenisnya.
Adapun maksud dan tujuan Laporan Keuangan Konsolidasi disusun,yaitu: agar dapat memberikan
gambaran yang obyektif dan sesuai ataskeseluruhan posisi dan aktivitas dari satu perusahaan
(economic entity) yangterdiri atas sejumlah perusahaan yang berhubungan istime!a, dimana
laporankonsolidasi keuangan diharapkan tidak boleh menyesatkan pihak-pihak yang berkepentingan
dan harus didasarkan pada substansi atas peristi!a ekonomi juga. Dalam PSAK No. 4, Paragraf
penyajian Laporan KeuanganKonsolidasi oleh induk #erusahaan bertujuan untuk memberikan
informasikepada para pemakai Laporan Keuangan mengenai data keuangan dari suatukelompok
perusahaaan dalam kelompok tersebut merupakan suatu entitashukum yang terpisah satu sama lain.
"alam menyusun laporan keuangankonsolidasi, laporan keuangan bank dan anak perusahaan
digabungkan satu persatu dengan menjumlahkan unsur-unsur yang sejenis dari asset, ke!
ajiban,ekuitas, pendapatan dan beban. Agar laporan keuangan konsolidasi dapatmenyajikan informasi
keuangan dari kelompok perusahaan tersebut sebagaisatu kesatuan ekonomi, maka perlu dilakukan
langkah-langkah berikut:'
Transaksi dan saldo resiprokal antara induk perusahaan dan anak perusahaan harus dieliminasi.
Keuntungan dan kerugian yang belum direalialisasi, yang timbul daritransaksi antara bank dan anak
perusahaan harus dieliminasi.
Untuk tujuan konsolidasi, tanggal laporan keuangan anak perusahaan padadasarnya harus sama
dengan tanggal laporan keuangan bank. Apabilatanggal laporan keuangan tersebut berbeda maka
laporan keuangankonsolidasi per tanggal laporan keuangan bank masih dapat dilakukansepanjang:
a. Perbedaan tanggal pelaporan tersebut tidak lebih dari 3 bulan
b.Peristiwa atau transaksi material yang terjadi diantara tanggal pelaporantersebut diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan konsolidasi.
4. Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan kebijakanakuntansi yang sama untuk
transaksi, peristi!a dan keadaan yang samaatau sejenis.
5. Hak minoritas (minority interest) harus disajikan tersendiri dalam neracakonsolidasi antara ke!
ajiban dan modal sedangkan hak minoritas dalamlaba disajikan dalam laporan laba rugi konsolidasi.
B.TUJUAN DAN MANFAAT LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
a. Tujuan Laporan Keuangan Konsolidasiaksud dan tujuan penyusunan Laporan Keuangan
Konsolidasi,yaitu agar dapat memberikan gambaran yang obyektif dan sesuai ataskeseluruhan posisi
dan aktivitas dari satu perusahaan ( economic entity )yang terdiri atas sejumlah perusahaan yang
berhubungan istime!a, dimanalaporan konsolidasi keuangan diharapkan tidak boleh menyesatkan
pihak- pihak yang berkepentingan dan harus didasarkan pada substansi atas peristi!a ekonomi juga.
b. Manfaat Laporan Keuangan Konsolidasi"iantara manfaat disusunnya Laporan Keuangan
Konsolidasi adalah:+ntuk kepentingan jangka panjang, efek anak perusahaan terhadap induk
1. Memberikan informasi terkini bagi manajemen induk perusahaantehadap kinerja grup (anak)
perusahaan.
2. Kepentingan informasi pihak luar.
3. Keterbatasan Laporan Keuangan Konsolidasi
Disamping memiliki manfaat, Laporan Keuangan Konsolidasi jugamemiliki beberapa keterbatasan
diantaranya:'
Kinerja keuangan anggota perusahaan yang tidak bagus akantertutupi.
Rasio keuangan tidak mencerminkan rasio keuangan perusahaan
Ketidaktepatan penyusunan rekening akuntannsi seluruh perusahaan
Kurang lengkap catatan keungan perusahaan individu
C.TEKNIK DAN PROSEDUR LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
Prosedur Konsolidasi diatur dalam PSAK No. 4 antara lain dinyatakan bah!a dalam menyusun
Laporan Keuangan Konsolidasi Laporan Keuangan Induk perusahaan (parent Company) dan Anak
perusahaan(Subsidary Company) digabungkan satu persatu dengan menggabungkan unsure-unsur
yang sejenis dari Aktiva, Kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban.
Keterbatasan Laporan Keuangan Konsolidasi
Disamping memiliki manfaat, laporan konsoldasi juga memiliki beberapa keterbatasan, diantranya;
Kinerja keuangan anggota perusahan yang tidak bagus akan tertutupi
Rasio keunagan tidak mencerminkan rasio keuanggan perusahaan
Ketidak tepatan penyusunan rekening akuntansi seluruh pperusahaan
Kkeuranglengkapan catatan laporan keuangan perusahaan individu
Sifat-Sifat Laporan Keuangan Yang Dikonsolidasikan
Laporan keunagan konsolidasii adalah model laporan akuntansi untuk menunjukan pengaruh ekonomi
dari penggabungan dua atau lebih perusahaan yang tersendiri, yang didasarkan atas pemilikan dan
pengendalian bersama meskipun peleburan secara hukum tidak dilakukan.
Dalam penyusunan neraca konsolidasi untuk perusahan induk dan anak. Perusahaan anak ini
dipandang seakan akan sebagai cabang.
Neraca perusahaan induk yang melaporkan saham perusahaan anak sebagai inestasi, dan neraca
perusaaan anak yang melaporakan kepentingan yang dipegang oleh perusahan induk sebagai modal
saham.
Masalah-Masalah Umum Yang Dihadapi Dalm Penyususnan Laporan Keuangan Konsolidasi
Ada beberapa masalah umum yang senantiasa timbul di dalam rangka penyususnan neraca
konsolidasi. Masalah-masalah tesebut antara laian timbul dan dipengaruhi oleh :
Periode di mana laporan/neraca konsolidasi tersebut disusun.
Misalnya: penyusunan nerca konsolidasi sesaat setelah terjadi pemilikan saham-saham, berbeda
dengan neraca konsolidasi yang disusun satu tahun (priode) kemudian berhubungan telah terjadinya
perubahan-perubahan di dalam pos-pos neraca.

Jumlah saham yang dimiliki oleh perusahaan induk, dan harga perolehan yang telah dikeluarkan
untuk memperoleh sahan tersebut.
Misalnya: peneyusunan neraca konsolidasi dimana saham-saham dbeli dengan harga di atas nilai
bukunya berbeda dengan penyususnaan neraca konsolidasi apabila saham-saham dperoleh dengan
harga yang sama dankurang dari nilai buku nya.
References
Eddy Winarso, S. M. (2020). Akuntansi Keuangan Lanjutan 1: Buku Ajar. Bogor: PT Jawa Mediasindo
Lestari.

Theresia Dwi Hastuti, S. M. (2009). Akuntansi keuangan Lanjutan 1: Konsep dan Kasus. Sleman,
Yogyakarta, Indonesia: Amara Books.

Anda mungkin juga menyukai