Anda di halaman 1dari 33

AKUNTANSI MANAJEMEN

By. BETRI SIRAJUDDIN, SE., Ak., M.Si


Good NIGHT

PENGAMBILAN KEPUTUSAN TAKTIS


PENGAMBILAN
KEPUTUSAN TAKTIS

Pengambilan keputusan taktis terdiri dari


pemilihan di antara berbagai alternatif dgn
hasil yg langsung atau terbatas.
Tujuan keseluruhan dari pengambilan
keputusan strategis adalah untuk memilih
startegi alternatif shg keunggulan bersaing
jangka panjang dapat tercapai.
PROSES PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
1. PERUMUSAN MASALAH
- Pengakuan adanya masalah
- Mengumpulkan informasi mengenai masalah tsb
- Mengidentifikasi faktor penyebab
- Menetapkan skala prioritas
Contoh :
Manajer toko menerima keluhan dari konsumen
bahwa barang yang dibelinya selalu dalam
keadaan rusak/cacat. Setelah diselidiki, ternyata
gudang penyimpanan barang sudah penuh dan
kotor. Maka ia menetapkan bahwa masalah yang
dihadapi berkaitan dengan kapasitas dan kualitas
penyimpanan barang
2. MENGIDENTIFIKASI
ALTERNATIF PEMECAHAN

- Alternatif relevan
a. Membangun gudang baru
b. Menyewa gudang lain
c. Menata ulang gudang lama
- Alternatif yg tidak relevan
Menghentikan sementara pembelian barang
sampai gudang kosong
3. MENGIDENTIFIKASI KEUNGGULAN/ KELEMAHAN DARI MASING-
MASING ALTERNATIF

Alternatif Keunggulan Kelemahan


Membangu Daya tampung dapat diatur Memerlukan Biaya
n gudang sendiri investasi yg tinggi
baru Milik sendiri, pemakaian untuk Pengadaan lahan

waktu tdk terbatas


Menyewa Tidak memerlukan biaya Waktu penggunaan terbatas
gudang yg investasi tinggi, hanya biaya Daya tampung tdk dapat
lain sewa ditentukan
Tidak perlu pengadaan lahan Lokasi yg tidak selalu dekat
sendiri dengan toko
4. MENGIDENTIFIKASI BIAYA
RELEVAN DARI MASING-MASING
ALTERNATIF

Biaya relevan dari kedua alternatif :


- Biaya pengadaan lahan, material, tenaga
kerja, dll
- Biaya sewa
Bukan biaya relevan :
- Biaya pengadaan forklift dan listrik

5. MEMPERTIMBANGKAN FAKTOR-
FAKTOR KUALITATIF

Faktor keamanan, dan legalitas

6. MENGAMBIL KEPUTUSAN
KARAKTERISTIK BIAYA RELEVAN
Biaya relevan adalah biaya masa yang akan datang
(future cost), karena ia merupakan konsekuensi yang
muncul dari alternatif
Contoh :
Menyewa Membangun sendiri (umur
teknis 5 tahun)
Material - $ 150,000
Tenaga Kerja - $ 45,000
Penunjang - $ 5,000
Biaya sewa per tahun $ 40.000 -
Pengadaan Forklift dan $ 50.000 $ 50,000
perlengkapan lain
Make or Buy Decision
Keputusan membuat sendiri atau membeli memiliki dua tipe :
1. Kondisi awal membuat sendiri
2. Kondisi awal biasa membeli
Karakteristik make or buy decision

Kondisi awal Alternatif Pertimbangan


Membuat Membeli dari Kapasitas menganggur dari fasilitas
sendiri luar produksi yg tak terpakai
Fasilitas yang dimiliki akan dijual

atau disewakan
Membeli Membuat Penguasaan teknologi
dari luar sendiri Kecukupan dana untuk pengadaan

fasilitas produksi dan tenaga kerja


Contoh :
Perusahaan Citra biasanya membeli semacam komponen 20.000
unit dengan harga Rp 17.000 per unit. Jika perusahaan membuat
sendiri suku cadang tsb, biaya produksinya sbb:

Per unit Jumlah

Bahan baku 6.000 120.000.000


Biaya variabel per unit 8.000 160.000.000
Biaya Tetap *) 80.000.000
Jumlah 360.000.000

*) Dari Jumlah tersebut 50% diantaranya merupakan biaya


penyusutan dan asuransi gedung
Jika dilihat sepintas, maka keputusan yang diambil adalah membeli dari
luar, karena biayanya lebih murah dibandingkan dengan membuat sendiri
yaitu Rp 340.000.000 jika membeli dan Rp 360.000.000 jika membuat
sendiri.
Jika 50% dari biaya tetap adalah penyusutan dan biaya asuransi gedung,
maka membuat sendiri akan lebih hemat daripada membeli dari luar,
dengan perhitungan sbb:

Membuat Membeli Perbedaan

Per Jumlah Per Jumlah


unit unit
Bahan baku 6 120.000 120.000
Biaya variabel per unit 8 160.000 160.000
Biaya tetap 40.000 40.000
Harga pembelian 17 340.000 (340.000)
14 320.000 17 340.000 (20.000)
Bagaimana jika volume pembelian turun dari 20.000 unit menjadi 12.000
unit. Perhitungan :

Membuat Membeli Perbedaan

Per Jumlah Per Jumlah


unit unit
Bahan baku 6 72.000 72.000
Biaya variabel per unit 8 96.000 96.000
Biaya tetap 40.000 40.000
Harga pembelian 17 204.000 (204.000)
14 208.000 17 204.000 4.000

Ternyata biaya untuk membeli lebih murah dibandingkan dengan membuat


sendiri.
Dengan demikian manajemen dapat mengetahui pada volume berapakah
kedua alternatif tersebut bernilai sama? Ini disebut dengan Indifferent cost
volume.
Perhitungan Indifferent cost volume :
TCbeli = TCmembuat
17x = 40.000 + 14x
3x = 40.000
x = 13.333 satuan

17x = fungsi biaya membeli


40.000 + 14 X = fungsi biaya membuat
Grafik Indifferent cost volume
Jumlah biaya membeli

Indifferent Cost
Volume =13.333

Jumlah biaya
membuat
Jumlah Biaya

150

100

50

0
2 4 6 8 10 12 14 16 20 22 24

Volume (Dalam ribuan)


Keptusan Pertahankan atau Hentikan
(Keep or Drop Decision)

Keputusan ini diambil pada perusahaan yang


membuat lebih dari satu macam produk.
Dari berbagai macam produk tersebut, ada
salah satu produk yang tidak laku.
Bagaimana keputusan manajemen terhadap
produk yang tidak laku tersebut, pertahankan
atau hentikan?
Contoh :
Kepala Divisi Keuangan dan Akuntansi MOLEK (yang
memproduksi tiga macam produk) menyajikan laporan
segmentasi produk sbb:
Prod A Prod B Prod C Total
Hasil Penjualan 500.000 800.000 150.000 1.450.000
(-) Biaya variabel 250.000 480.000 140.000 870.000
Margin kontribusi 250.000 320.000 10.000 580.000
Biaya tetap langsung
Gaji 37.000 40.000 35.000 112.000
Advertensi 10.000 10.000 10.000 30.000
Penyusutan 53.000 40.000 10.000 103.000
Total biaya tetap langsung 100.000 90.000 55.000 245.000
Margin segmen 150.000 230.000 (45.000) 335.000
Biaya tetap umum 125.000
Laba bersih total 210.000
Dari ilustrasi tersebut, manajer memutuskan untuk menghentikan
produk C, karena walaupun memiliki margin kontribusi sebesar
10.000, tetapi dengan penghentian tersebut dapat menghemat
45.000 yaitu biaya gaji dan advertensi. Karena penyusutan bukan
merupakan biaya relevan, maka total biaya yang dihemat adalah
Rp 35.000. perhitungan kerugiannya :

Pertahankan Hentikan

Penjualan 150.000 -
Biaya variabel 140.000 -
Margin kontribusi 10.000 -
(-) advertensi 10.000 -
(-) gaji 35.000 -
Kerugian produk C 35.000 0
Pesanan Khusus dan Pendayagunaan Kapasitas
(Special order decision)

Keputusan ini diambil ketika ada konsumen


khusus yang memesan barang tertentu dengan
harga tertentu, dan untuk mendayagunakan
kelebihan kapasitas mesin yang menganggur
Contoh :
PT KAPPM memproduksi semacam makanan
yang disukai anak-anak pada 80% dari kapasitas
normal. Kapasitas normal yang dimiliki
perusahaan 2.000.000 unit per tahun. Total biaya
untuk 1.600.000 unit produk adalah sbb :
Jumlah Satuan
Biaya-biaya variabel
Bahan baku A 112.000.000 70,00
Bahan baku B 16.000.000 10,00
Bahan baku C 24.000.000 15,00
Upah langsung 40.000.000 25,00
Pembungkusan 32.000.000 20,00
Komisi 3.200.000 2,00
Distribusi 4.800.000 3,00
Biaya lain-lain 8.000.000 5,00
Jumlah biaya variabel 240.000.000 150,00
Biaya tetap
Gaji 9.600.000 6,00
Penyusutan 3.200.000 2,00
Pemeliharaan 800.000 0,50
Pajak 320.000 0,20
Biaya tetap lain 1.600.000 1,00
Jumlah biaya tetap 15.520.000 9,70
Jumlah biaya 255.520.000 159,70
Harga jual 320.000.000 200,00
Seorang distributor mengajukan pesanan sebanyak 200.000 unit dengan harga
Rp 155,00 per unit. Dia bersedia membayar ongkos angkut. Karena distributor
langsung mendatangi produsen, maka biaya komisi tidak ada. Bagaimana
keputusan perusahaan?
Harga yang ditawarkan distributor jelas lebih rendah. Tetapi perusahaan hsrus
menerima pemesanan khusus ini dengan perhitungan sebagai berikut :
Semua biaya variabel, kecuali komisi dan biaya distribusi merupakan biaya
relevan.
Terima Tolak
Penghasilan 200.000 x Rp 155 31.000.000 -
Biaya
Bahan A 200.000 x Rp 70 14.000.000 -
Bahan B 200.000 x Rp 10 2.000.000 -
Bahan C 200.000 x Rp 15 3.000.000 -
Upah langsung 200.000 x Rp 25 5.000.000 -
Pembungkusan 200.000 x Rp 20 4.000.000 -
Lainnya 200.000 x Rp 5 1.000.000 -
Jumlah biaya 29.000.000 -
Margin kontribusi 2.000.000 -
Jika tawaran tersebut diterima, perusahaan mendapat margin
kontribusi Rp 2.000.000. Jumlah biaya tetap yang diperhitungkan
adalah 9,70. Sehingga dengan menerima tawaran dari distributor,
keuntungan yang masih dapat diperoleh adalah Rp 60.000 dengan
perhitungan sebagai berikut :

Harga jual per unit yang diminta 155,00


Biaya-biaya variabel yg diperhitungkan 145,00
Margin kontribusi per satuan 10,00
Biaya tetap yang diperhitungkan per unit 9,70
Keuntungan dari penerimaan pesanan khusus 0,30
Jumlah pesanan 200.000
Jumlah keuntunga dari pesanan khusus 60.000
Keputusan Jual atau Proses Lebih Lanjut
(Sell or Process Further)
Pada beberapa industri terdapat beberapa produk yang dihasilkan dari proses
atau dengan menggunakan bahan yang sama. Misalnya pengeboran minyak
bumi akan menghasilkan gas, minyak tanah, bensin dll.
Produk-produk yang diolah dengan menggunakan bahan baku yang sama
disebut produk bersama (joint products).
Dalam konteks ini manajemen harus mencari titik dimana produk tersebut
memiliki dua pilihan diolah lebih lanjut atau dijual ke pasaran.
Titik tersebut dinamakan Split-Off point.
Biaya yang dikorbankan sampai dengan Split-Off point disebut joint cost ,
sedangkan biaya yang dikorbankan setelah proses tersebut dinamakan
separable cost.
Biaya relevan dalam keputusan ini adalah biaya-biaya setelah Split-Off point
dan tambahan penghasilan penjualan.
Contoh :
PT Semar mengorbankan Rp 50.000.000 sebagai biaya bersama untuk
mengolah 2.000 unit produk X. Pada Split-Off point dihasilkan 900 unit
produk A dan 1100 unit produk B. Produk A diolah lebih Lanjut
dengan biaya Rp 20.000 per unit dan dijual dengan harga Rp 80.000
per unit. Sedangkan Produk B langsung dijual tanpa pengolahan lebih
lanjut dengan harga Rp 40.000 per unit.

Separable Cost
Joint Cost

Produk A 900
Harga jual Rp
unit Rp
80.000/unit
20.000/unit

2.000 unit :
Split Off Point
Rp 50.000.000

Produk B 1100 Harga jual Rp


unit Rp 0/unit 40.000/unit
Berdasarkan data tsb kita lihat perhitungannya

A B Total

Hasil Penjualan
900 x Rp 80.000 72.000.000 - 116.000.000
1100 x Rp 40.000 - 44.000.000
Separable cost 18.000.000 - 18.000.000
Kontribusi pada joint cost 54.000.000 44.000.000 98.000.000
Joint cost 50.000.000
Operating income 48.000.000
LINEAR PROGRAMMING
Adalah teknik matematis yang digunakan
untuk menyelesaikan masalah keterbatasan
dalam maksimisasi pendapatan atau
minimisasi biaya
Dikembangkan oleh ahli matematika Rusia
L.V Kantorovich (1939), disempurnakan oleh
ahli matematika Amerika G.B Dantzig (1974)
Single Constraint dalam Linear Programming
Dalam aplikasinya, Linear Programming
memiliki 2 Fungsi :
1. Fungsi Tujuan (Objective Function)
Mengungkapkan tujuan pemecahan masalah
(fmax) atau (fmin)
2. Fungsi Batasan (Constraint Function)
Contoh :
Misalnya perusahaan membuat dua macam produk, A dan B
dengan data sbb :
Produk A Produk B
Harga jual per unit 10.000 15.000
Biaya variabel per unit 4.000 7.000
Margin kontribusi per unit 6.000 8.000
Konsumsi jam mesin per unit 3 jam 6 jam

Dengan data di atas dapat dilihat bahwa lebih menguntungkan


unruk menjual produk B saja daripada menjual produk A karena
margin kontribusi produk B lebih besar. Bagaimana apabila
kapasitas mesin terbatas hanya 24.000 jam?
Produk A = 24.000
3
= 8.000 unit
MK Produk A = 8.000 x Rp 6.000
= Rp 48.000.000
Produk B = 24.000
6
= 4.000 unit
MK Produk B = 4.000 x Rp 8.000
= Rp 32.000.000
Dengan keterbatasan yang dimiliki ternyata lebih menguntungkan menjual
Produk A saja. Jika perusahaan ingin menjual kedua produk tersebut, maka
harus dicari komposisi terbaik kedua produk tersebut dengan mencari
keuntungan maksimum. Secara sederhana komposisi tersebut digambarkan :
3XA + 6XB < 24.000
XA = Kuantitas Produk A
XB = Kuantitas Produk B
Multiple Constraint dalam Linear Programming
Contoh :
Sebuah perusahaan membuat dua macam produk pada dua departemen produksi.
Data sbb:
Departemen Jam kerja Per Unit Kapasitas
Produk A Produk B
Departemen 1 5 JKL 2,5 JKL 500 JKL/Mg
Departemen 2 3 JKL 5 JKL 600 JKL/Mg

Kebijakan Manajemen :
Produk A hanya bisa dibuat sebanyak-banyaknya 90 unit per minggu, sedangkan
produk B tidak ditentukan. Margin kontribusi per satuan masing-masing produk
adalah Produk A Rp 2.000 dan Produk B Rp 2.500. Berapa satuan Produk A dan
Produk B yang harus diproduksi agar diperoleh margin kontribusi maksimum?
a. Fungsi Tujuan
Fmax = 2.000A + 2.500B
b. Fungsi Batasan
- Produk A hanya diproduksi sebanyak-banyaknya 90 unit/mg
A < 90
- Departemen 1 memiliki kapasitas 500 Jam kerja Langsung
per minggu. Setiap unit produk A memerlukan 5 JKL dan
produk B 2,5 JKL
5A + 2,5B < 500
- Departemen 2 memiliki kapasitas 600 Jam kerja Langsung
per minggu. Setiap unit produk A memerlukan 3 JKL dan
produk B 5 JKL
3A + 5B < 600
Garis Batasan departemen 1, 500 : 5 = 100
unit produk A, 500 : 2,5 = 200 unit Produk B
200

160
Garis Batasan Produk A, A< 90
Produk B

120

Garis Batasan departemen 2, 600 : 3 = 200


80 Unit Produk A, 600 : 5 = 120 Unit Produk B

40 Feasible Set

40 80 120 160 200

Produk A
Cara Matematis :
5A + 2,5B = 500 x2 10A + 5B = 1.000
3A + 5B = 600 x1 3A + 5B = 600
7A = 400
A = 57,14 = 57
5A + 2,5B = 500
5(57,14) + 2,5B = 500
2,5B = 500 285,7
B = 85,72 = 86
Dengan demikian maka kombinasi produk A dan B yang
memberikan kontribusi maksimum adalah 57 satuan produk A
dan 86 satuan produk B. Kontribusi yang diberikan adalah :
Fmax = 2.000A + 2.500B
= 2.000(57) + 2.500(86) = Rp 329.000
Dalam menilai relevansi suatu biaya, harus diperhitungkan
permintaan/penawaran terhadap sumber daya.
Tiga model pemakaian sumberdaya :
1. Resources Acquired as Used and Needed
Pengadaan sumber daya dapat dilakukan dengan segera
begitu ada permintaan
Contoh : Biaya tenaga listrik ketika ada pesanan
2. Resources Aquired in advance (short term)
Sumberdaya diperoleh sebelum muncul permintaan
Contoh : gaji untuk tenaga kerja
3. Resources Aquired in advance (multiperiod service
capacity)
Jika sumberdaya dimiliki terlebih dahulu untuk
memberikan manfaat dalam beberapa periode.
Contoh : Biaya pembelian mesin

Anda mungkin juga menyukai