Anda di halaman 1dari 9

Materi Belajar AKUNTANSI

Nama :

AKUNTANSI KEUANGAN
DEPRESIASI (AKTIVA TETAP)

A. Penyusutan (Depreciation)
merupakan salah satu konsekwensi atas penggunaan aktiva tetap, dimana
aktiva tetap akan mengalami ke-aus-an atau penurunan fungsi.
Penyusutan (Depreciation) adalah Harga Perolehan Aktiva Tetap yang di
alokasikan ke dalam Harga Pokok Produksi atau Biaya Operasional akibat
penggunaan aktiva tetap tersebut atau Cost/Exepenses yang diperhitungkan
(dibebankan) dalam Harga Pokok produksi atau biaya operasional akibat
pengunaan aktiva di dalam proses produksi dan operasional perusahaan secara
umum.

BentukJurnalnya :

Depreciation xxxx
Accumulated Depreciation xxxx

Saatpencatatan :
Biasanyadicatat (dibukukan) padasaatpenutupanbuku (akhirbulan,
akhirkwartal, akhirtahunbuku).

B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Biaya Penyusutan

1. Harga Perolehan (Acquisition Cost)


Harga Perolehan adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap biaya
penyusutan.

2. Nilai Residu (Salvage Value)


Merupakan taksiran nilai atau potensi arus kas masuk apabila aktiva
tersebut dijual pada saat penarikan/penghentian (retirement) aktiva. Nilai
residu tidak selalu ada, ada kalanya suatu aktiva tidak memiliki nilai residu
karena aktiva tersebut tidak dijual pada masa penarikannya alias di jadikan
1
besi tua, hingga habis terkorosi. Tentu saja ini tidak dianjurkan, alangkah
bagusnya jika di daur ulang.

3. Umur Ekonomis Aktiva (Economical Life Time)


Sebagian besar, aktiva tetap memiliki 2 jenis umur, yaitu :
a. Umur fisik :
Umur yang dikaitkan dengan kondisi fisik suatu aktiva. Suatu aktiva
dikatakan masih memiliki umur fisik apabila secara fisik aktiva tersebut
masih dalam kondisi baik (walaupun mungkin sudah menurun fungsinya).
b. Umur Fungsional :
Umur yang dikaitkan dengan kontribusi aktiva tersebut dalam
penggunaanya. Suatu aktiva dikatakan masih memiliki umur fungsional
apabila aktiva tersebut masih memberikan kontribusi bagi perusahaan.
Walaupun secara fisik suatu aktiva masih dalam kondisi sangat baik, akan
tetapi belum tentu masih memiliki umur fungsional. Bisa saja aktiva
tersebut tidak difungsikan lagi akibat perubahan model atas produk yang
dihasilkan, kondisi ini biasanya terjadi pada aktiva mesin atau peralatan
yang dipergunakan untuk membuat suatu produk. Atau aktiva tersebut
sudah tidak sesuai dengan jaman (not fashionable), kondisi ini biasanya
terjadi pada jenis aktiva yang bersifat dekoratif (misalnya :
furniture/mebeler, hiasan dinding, dsb). Dalam penentuan beban
penyusutan, yang dijadikan bahan perhitungan adalah umur fungsional
yang biasa dikenal dengan umur ekonomis.

C. Metode Penyusutan Asset


 MetodeGarisLurus(Straight Line Method)
Dalam metode ini, beban penyusutan dialokasikan berdasarkan
berlalunya waktu, dalam jumlah yang sama sepanjang masa manfaat
aktiva tetap. Beban penyusutan dihitung dengan rumus:

Misalnya Anda membeli mesin produksi seharga Rp 60.000.000.


2
Taksiran nilai residu sebesar Rp. 4.000.000. Umur manfaat ditaksir selama
4 tahun. Perhitungan nilai depresiasi tiap tahunnya adalah ;

 Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method)


Dalam metode ini beban penyusutan makin menurun dari tahun ke
tahun. Pembebanan yang makin menurun didasarkan pada anggapan
bahwa semakin tua, kapasitas aktiva tetap dalam memberikan jasanya
juga akan makin menurun. Dalam metode ini, beban penyusutan
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Bebanpenyusutan = TarifPenyusutan x DasarPenyusutan
DasarPenyusutan = NilaiBukuAwalPeriode
Biasanya tarif penyusutan yang digunakan adalah dua kali tarif metode
garis lurus. Misalnya apabila suatu aktiva tetap ditaksir akan berumur 5
tahun, maka tarif penyusutannya adalah 40% yaitu dua kali tarif metode
garis lurus sebesar 20%. Dengan menggunakan contoh kendaraan seperti
yang telah disebutkan diatas, beban penyusutan pada tahun pertama
akan dihitung sebagai berikut:

Beban Penyusutan = 40% (12.500 – 0) = Rp 5.000

Perhatikan bahwa nilai buku pada awal tahun pertama adalah sama
dengan harga perolehannya, yaitu 12.500. pada saat ini akumulasi
penyusutannya sama dengan nol. Penyusutannya tahun pertama dicatat
sebagai berikut:
Beban penyusutan Rp 5.000
Akumulasi penyusutan Rp 5.000
Padaakhirtahunkedua, bebanpenyusutannyadihitungsebagaiberikut:

3
Bebanpenyusutan = 40% x (Rp 12.500 – Rp 5.000) = Rp 3.000

Nilai buku pada awal tahun kedua sama dengan harga perolehan
dikurangi dengan akumulasi penyusutan pada saat itu, yang jumlahnya
sama dengan Rp 5.000. Penyusutan tahun kedua ini dicatat sebagai
berikut:

Beban penyusutan Rp 3.000


Akumulasi penyusutan Rp 3.000

Hargaperolehan, bebanpenyusutan per


tahunakumulasipenyusutandannilaibukukendaraandalamcontohtadisela
malimatahuntampaksebagaiberikut:

Harga BebanPenyus AkumulasiP


utan enyusutan
Tahun Perolehan NilaiBuku
1 Rp Rp Rp Rp
12.500 5.000 5.000 7.500
2 Rp Rp Rp Rp
12.500 3.000 8.000 4.500
3 Rp Rp Rp Rp
12.500 1.800 9.800 2.700
4 Rp Rp Rp Rp
12.500 1.080 10.880 1.620
5 Rp Rp 70 Rp Rp
12.500 10.950 1.550

Diatas telah dijelaskan bahwa dalam metode saldo menurun, tariff


penyusutan dihitung sebesar dua kali tarif metode garis lurus dengan
tidak memperhatikan adanya nilai sisa. Walaupun demikian, aktiva tetap
4
yang bersangkutan tidak boleh disusutkan sampai dibawah nilai sisa.
Untuk menggambarkan mengenai masalah ini, perhatikan penyusutan
yang dilakukan pada tahun kelima. Pada permualaan tahun kelima nilai
buku kendaraan adalah Rp 1.620. Dengan menggunakan cara
perhitungan yang biasa, beban penyusutan untuk tahun ini seharusnya
adalah 40% dari Rp 1.620 sama dengan Rp 648. Tetapi apabila jumlah
ini yang dicatat sebagai beban penyusutan, maka pada akhir tahun
kelima nilai buku kendaraan menjadi Rp 972. Nilai sisa yang
diperkirakan semula adalah Rp 1.550. Berdasarkan ketentuan diatas,
penyusutan yang dibebankan pada tahun kelima hanyalah Rp 70 yaitu
Rp 1.620 dikurangi dengan Rp. 1.550.

 MetodeJumlahAngkaTahun(Sum of the year digit method)


Dalam metode ini jumlah penyusutannya akan semakin menurun dari
tahun ke tahun. Adapun untuk cara perhitungan beban penyusutannya
sebagai berikut:

Beban penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan


Dasar Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa

Dasar Penyusutan pada metode ini adalah harga perolehan dikurangi


nilai sisa. Tarif penyusutan dalam metode ini akan merupakan suatu
bilangan pecahan yang makin lama makin kecil. Pembilang dalam
pecahan adalah angka-angka tahun yang ada selama masa manfaat
aktiva tetap. Jadi, apabila suatu aktiva tetap ditaksir berumur lima
tahun, maka angka-angka tahun yang adalah 1,2,3,4, dan 5. Sebagai
penyebut dalam pecahan adalah jumlah angka-angka tahun yang ada.
Contohnya 1+2+3+4+5 = 15

Beban penyusutan tahun pertama dihitung sebagai berikut:


Beban penyusutan = Tarif Penyusutan x (Harga Perolehan – Nilai Sisa)
= 5/15 x (Rp 12.500 – Rp 1.550)
= Rp 3.650
Bebanpenyusutanuntuktahunkeduaadalahsebagaiberikut:
Bebanpenyusutan = TarifPenyusutan x (HargaPerolehan – NilaiSisa)
= 4/15 x (Rp 12.500 – Rp 1.550)
= Rp 1.920

5
Pencatatan beban penyusutan untuk tiap-tiap tahun tidak berbeda dengan
sebelumnya. Apabila disusun dalam bentuk table, harga perolehan, beban
penyusutan per tahun, akumulasi penyusutan , dan nilai buku kendaraan
selama lima tahun akan tampak terlihat seperti dibawah ini:

HargaPerolehan BebanPenyusutan AkumulasiPenyusutan


Tahun NilaiBuku

1 Rp 12.500 Rp 3.650 Rp 3.650 Rp 8.850


2 Rp 12.500 Rp 2.920 Rp 6.570 Rp 5.930
3 Rp 12.500 Rp 2.190 Rp 8.760 Rp 3.740
4 Rp 12.500 Rp 1.460 Rp 10.220 Rp 2.280
5 Rp 12.500 Rp 730 Rp 10.950 Rp 1.550

Dalam contoh diatas dianggap bahwa kendaraan dapat dibeli pada


tanggal 2 Januari 2017. Jadi, awal penyusutan dimulai sama dengan
awal tahun buku perusahaan. Apabila awal penyusutan tidak sama awal
tahun buku perusahaan, maka beban penyusutan untuk tahun kedua dan
seterusnya harus dihitung atas dasar dua tarif penyusutan. Untuk
menggambarkan hal ini anggaplah bahwa kendaraaan dalam contoh
diatas dibeli pada tanggal 1 April 2017. Dalam contoh ini, tahun
penyusutan tidak sama dengan tahun buku. Masa penyusutan tahunan
dimulai pada tanggal 1 April 2017 sedangkan tahun buku dimulai pada
tanggal 1 Januari 2017. Tarif penyusutan dalam metode ini
berhubungan dengan masa penyusutan. Oleh karena itu, tarif untuk
masa penyusutan pertama misalnya berlaku dari tanggal 1 April 2017
sampai dengan 1 Maret 2018. Pada tanggal 31 Desember 2017, masa
penyusutan dengan tarif 5/15 baru berlaku 9 bulan, sehingga beban
penyusutan untuk tahun buku 2017 dihitung sebagai berikut:

Bebanpenyusutan = 9/12 x 5/15 (Rp 12.500 – Rp 1.550)


= Rp 2.737,5
Untuktahunbuku 2017,
bebanpenyusutanakanmeliputiduabagianmasapenyusutan, yaknidari 1
6
Januarisampaidengan 31 Maret 2018 yang
tercakupdalampenyusutandengantarif 5/15 dalamperiode 1 April
sampaidengan 31 Desember 2017 yang
tercakupdalammasapenyusutandengantarif 4/15.
Bebanpenyusutanuntuktahunbuku 2018, dihitungsebagaiberikut:
Masapenyusutandengantariff
5/15 = 3/12 x 5/15 x Rp 10.950 = Rp 912,5
Masapenyusutandengantarif
4/15 = 9/12 x 4/15 x Rp 10.950 = Rp 2.190

Rp 3.102,5

Demikianlah, maka beban penyusutan untuk tahun-tahun buku


selanjutnya akan dihitung berdasarkan dua masa penyusutan. Perlu
dicatat, bahwa cara perhitungannya hanya berlaku untuk metode
jumlah angka tahun saja.

 Metode Hasil Produksi(Production Output Method)


Dalam metode ini taksiran masa manfaat dinyatakan dalam kapasitas
produksi yang dapat dihasilkan. Kapasitas produksi itu sendiri dapat
dinyatakan dalam bentuk unit produksi, jam pemakaian, kilometer
pemakaian atau unit-unit kegiatan. Harga perolehan dikurangi nilai sisa
adalah dasar penyusutan. Tarif penyusutan dihitung sebagai presentase
produksi aktual terhadap kapasitas produksi. Beban penyusutan untuk
setiap periode dihitung dengan mengalikan tariff penyusutan dengan
dasar penyusutan.

untuk menggambarkan metode penyusutan anggaplah bahwa pada


tanggal 2 Januari 2017 dibeli suatu mesin dengan harga Rp 55.000.
Mesin itu diperkirakan mempunyai nilai sisa sebesar Rp 5.000. Selama
masih dapat digunakan, mesin tersebut diperkirakan dapat menghasilkan
1.000.000 unit barang. Dalam tahun 2017 diproduksi 245.000 unit.
Beban penyusutan untuk tahun 2017 dihitung sebagai berikut:

7
 Metode Jam Mesin/Jam kerja(Service Hours Method)
Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa aktiva (mesin) akan lebih
cepat rusak bila digunakan sepenuhnya (full time) dibanding dengan
penggunaan yang tidak sepenuhnya (part time).

Beban depresiasi dalam metode ini dihitung dengan dasar satuan jam
jasa. Beban depresiasi tiap periode-nya tergantung pada jam jasa yang
digunakan.

Misalnya, mesin dengan harga perolehan Rp 60.000.000, nilai sisa Rp


4.000.000 ditaksir akan dapat digunakan selama 80.000 jam.

Perhatikan cara menghitung nilai depresiasi per jam adalah:

Apabila dalam tahun pertama, mesin tersebut digunakan selama 8000


jam maka beban depresiasinya adalah :

8
= 8.000 x Rp 700 = Rp. 5.600.000

Metode jam jasa paling tepat jika digunakan untuk kendaraan. Dengan
anggapan kendaraan itu lebih banyak aus karena digunakan
dibandingkan dengan tua karena waktu.

Anda mungkin juga menyukai