Anda di halaman 1dari 7

Metode Unit Produksi

Penyusutan metode unit produksi merupakan cara menghitung depresiasi atau penyusutan
berdasarkan suatu pengukuran tertentu. Pengukuran tertentu itu ada kaitannya dengan unit
produksi. Contoh unit produksi pada suatu truk misalnya adalah berdasarkan ukuran kilometer yang
telah dijalani.

Rumus untuk menghitung penyusutan per unit produksi adalah:

Beban penyusutan = (Biaya perolehan - Nilai sisa)/ Perkiraan total produksi x Realisasi produksi.

Untuk memudahkan perhitungan, kita dapat menghitung biaya penyusutan per unit produksi dan
rumusnya adalah

Rate per unit produksi = (Biaya perolehan - Nilai sisa)/ Perkiraan total produksi

Misal suatu truk dibeli 610.000.000 rupiah pada tanggal 1 Januari . Maksimum penggunaan 100.000
Km. Nilai akhir atau sisanya adalah 10.000.000 rupiah.

Rate per unit produksi adalah = (610.000.000 - 10.000.000) rupiah/100.000 = 600.000.000/100.000


rupiah/km = 6.000 rupiah/km.

Jadi setiap 1 km beban penyusutan adalah 6.000 rupiah

Akhir tahun 1:

Misalnya selama tahun ke 1 ini truk sudah berjalan 30.000 km.

Maka beban penyusutan = 6.000 rupiah x 30.000 = 180.000.000

Akumulasi penyusutan = 180.000.000

Nilai buku = 610.000.000 - 180.000.000 = 430.000.000

Akhir tahun 2:

Misalnya selama tahun ke 2 ini truk sudah berjalan 20.000 km.

Maka beban penyusutan = 6.000 rupiah x 20.000 = 120.000.000

Akumulasi penyusutan = 180.000.000 + 120.000.000 = 300.000.000

Nilai buku = 610.000.000 - 300.000.000 = 310.000.000

Akhir tahun 3:
Misalnya selama tahun ke 3 ini truk sudah berjalan 25.000 km.

Maka beban penyusutan = 6.000 rupiah x 25.000 = 150.000.000

Akumulasi penyusutan = 300.000.000 + 150.000.000 = 450.000.000

Nilai buku = 610.000.000 - 450.000.000.000 = 160.000.000

Akhir tahun 4:

Misalnya selama tahun ke 4 ini truk sudah berjalan 25.000 km.

Maka beban penyusutan = 6.000 rupiah x 25.000 = 150.000.000

Akumulasi penyusutan = 450.000.000 + 150.000.000 = 600.000.000

Nilai buku = 610.000.000 - 600.000.000.000 = 10.000.000

Pada contoh di atas terlihat bahwa penyusutan berbeda dari tahun ke tahun selama penggunaan
kilometernya berbeda.

Bagaimana jika pada penghitungan nilai akhir dari nilai berada di bawah perkiraan semula? Ini sering
terjadi karena sebagai manusia kita sulit untuk memembuat perkiraan dan 100% benar. Misal akhir
tahun ke 4 truk sudah berjalan 26.000 km. Secara penghitungan maka beban penyusutan menjadi
156.000.000 dan nilai akhir menjadi 4.000.0000. Dalam kasus ini beban penyusutan yang
dimasukkan adalah tetap 150.000.000 supaya nilai akhir buku sesuai perkiraan yaitu 10.000.000 .
Metode Saldo Menurun Ganda

Metode saldo menurun merupakan bentuk yang popular untuk mempercepat depresiasi. Tingkat
yang digunakan biasanya dua kali dari tingkat yang digunakan oleh metode garis lurus. Oleh karena
itu metode saldo menurun dikenal juga sebagai saldo menurun ganda. Utk penyusutan fiskal
menggunakan metode garis lurus dan metode saldo menurun ganda.

Jadi saldo menurun ganda adalah saldo menurun yang menggunakan tarip penyusutan dua kali dari
yang digunakan metode garis lurus.

Depresiasi suatu aktiva dilihat dari anggapan bahwa aktiva baru sangat besar peranannya dalam
usaha mendapatkan penghasilan, peranan aktiva tersebut semakin lama semakin mengecil seiring
dengan semakin tuanya aktiva tersebut. Nilai sisa atau nilai residu tidak diikutsertakan dalam
perhitungan. Satu-satunya metode depresiasi yang menggunakan nilai buku.

Pembelian melewati tanggal 15 bulan berjalan, depresiasi dihitung pada bulan berikutnya.

Rumus Depresiasi Saldo Menurun : = { (100%/umur ekonomis) x 2 } x Nilai Perolehan/Nilai Buku

Metode saldo menurun ganda adalah metode penyusutan dipercepat. Perhitungan saldo menurun
ganda tidak mempertimbangkan nilai sisa dalam penyusutan setiap periode Namun, jika nilai buku
akan jatuh di bawah nilai sisa, periode terakhir mungkin disesuaikan sehingga berakhir pada nilai
sisa. Ketika metode saldo menurun ganda tidak sepenuhnya terdepresiasi aset pada akhir hidupnya,
keseimbangan menurun variable metode yang dapat digunakan sebagai gantinya. Dan kemudian
metode saldo menurun merupakan bentuk yang popular untuk mempercepat depresiasi. Tingkat
yang digunakan biasanya dua kali dari tingkat yang digunakan oleh metode garis lurus.

Rumus despresiasi saldo menurun ganda :

Tarip despresiasi : (100 % : taksiran umur manfaat) x 2

Despresiasi : nilai buku awal tahun x tarip despresiasi

Perhatikanlah bahwa nilai sisa tidak ikut diperhitungkan jika menggunakan metode ini untuk
menghitung despresiasi.
Contoh soal :

Pak H memberi asset untuk kantornya seharga Rp 1.750.000, akan memiliki kehidupan 10 tahun dan
nilai sisa pada akhir 10 tahun akan menjadi Rp 10.000. Dengan mengunakan metode menurun
ganda, hitunglah despresiasinya pada akhir tahun pertama ?

Tarif Penyusutan = (100% : taksiran umur manfaat) x2

= (100 % : 10 thn ) x 2

= 10 x 2 = 20 % per tahun

Despresiasi = nilai buku awal x tarip despresiasi

= 1.750.000 x 0,2

= Rp 350.000 ( despresiasi untuk tahun pertama)

Metode penyusutan saldo menurun ganda (double declining balance method) menghasilkan
perhitungan beban penyusutan periodik yang semakin menurun selama estimasi masa manfaat aset
tetap. Tingkat penyusutan metode saldo menurun ganda dihitung dengan menggandakan tingkat
penyusutan metode garis lurus.

Sebagai ilustrasi, diasumsikan sebuah aset tetap memiliki masa manfaat selama empat tahun. Nilai
perolehan aset sebesar Rp 10 juta dengan nilai sisa pada akhir tahun kempat sebesar Rp 1 juta.
Maka depreciable cost atau biaya perolehan aset tetap yang dapat disusutkan adalah sebesar Rp 9
juta.

Tingkat penyusutan per tahun :

Tingkat penyusutan metode saldo menurun ganda

= tingkat penyusutan metode garis lurus X 2

= (1/4) X 2 = 25% X 2 = 50%

Untuk tahun pertama, biaya penyusutan diperoleh dengan menghitung biaya perolehan aset tetap
dikalikan dengan tingkat penyusutan saldo menurun ganda. Contoh biaya penyusutan tahun
pertama adalah sebesar Rp 10 juta dikalikan 50%, atau sebesar Rp 5 juta.

Setelah tahun pertama, biaya penyusutan per tahun diperoleh dengan menghitung nilai buku aset
tetap, yaitu biaya perolehan aset tetap dikurangi akumulasi penyusutan tahun bersangkutan, untuk
kemudian dikalikan dengan tingkat penyusutan saldo menurun ganda. Contoh biaya penyusutan
tahun kedua adalah sebesar (Rp 10 juta – Rp 5 juta) dikalikan 50%, atau sebesar Rp 5 juta dikalikan
50% atau sama dengan Rp 2,5 juta.
Catatan penting :

Berbeda dengan cara perhitungan metode garis lurus, pada proses perhitungan biaya penyusutan
menggunakan metode saldo menurun ganda, nilai sisa tidak diperhitungkan. Jadi biaya penyusutan
tahun pertama adalah Rp 10 juta X 50%, bukan (Rp 10 juta – Rp 1 juta) X 50%.

Akan tetapi, pada tahun akhir, aset tetap tidak perlu disusutkan di bawah nilai sisa. Dalam contoh di
atas, penyusutan tahun keempat adalah Rp 250.000 (nilai buku pada awal tahun – nilai sisa = Rp
1.250.000 – Rp 1.000.000 = Rp 250.000), bukan Rp 625.000 (Rp 1.250.000 X 50% = Rp 625.000).

Dalam contoh di atas, asumsi sederhana yang digunakan adalah bahwa aset tetap tersebut diperoleh
dan digunakan mulai awal tahun pertama (1/Jan).
Metode jumlah angka tahun

Pada tanggal 2 Januari 2014, PT Foraz membeli sebuah mesin untuk meningkatkan produksinya.

Harga perolehan Mesin Sebesar Rp 135.000.000,00 dengan taksiran nilai sisa (salvage value) sebesar
Rp 15.000.000,00.

Dan ditaksir, mesin tersebut hanya mampu berproduksi sampai dengan 4 tahun !

Perhitungan:

JAT (Jumlah Angka Tahun) : 1+2+3+4 = 10

Dasar Penyusutan = Rp 135.000.000,00 - Rp 15.000.000,00

= Rp 120.000.000,00

Tahun Tarif Dasar Penyusutan Penyusutan

1. 4/10 Rp. 120.000.000,00 Rp. 48.000.000,00

2 3/10 Rp. 120.000.000,00 Rp. 36.000.000,00

3 2/10 Rp. 120.000.000,00 Rp. 24.000.000,00

4 1/10 Rp. 120.000.000,00 Rp. 12.000.000,00

Pencatatan:

Jurnalnya sama saja dengan metode garis lurus ataupun saldo menurun.

31 Desember 2014

Debit | Depreciation Rp 48.000.000

Kredit | Accumulated Depreciation Rp 48.000.000


Untuk tahun berikutnya juga sama jurnalnya

31 Desember 2015

Debit | Depreciation Rp 36.000.000

Kredit | Accumulated Depreciation Rp 36.000.000

Pada contoh di atas tanggal 2 januari, bagaimana jika seandainya aset tetap diperoleh misalnya,
terjadi pada bulan 12 Agustus ?

Pada tahun 2014, aset cuma digunakan selama 5 bulan saja.

Perhitungan tarifnya tetap, hanya di bagi selama 5 bulan dari 12 bulan yang ada

Penyusutan tahun 2014 = 4/10 x 5/12 x 120.000.000

= Rp 20.000.000

Penyusutan tahun 2014 : 4/10 x 7/12 x 120.000.000 = Rp 28.000.000

: 3/10 x 5/12 x 120.000.000 = Rp 15.000.000 (+)

= Rp 43.000.000

# Dari mana angka 7/12 ?

# Dan mengapa tarif tahun 2015 masih menggunakan tarif tahun pertama (4/10)?

Karena pada tahun pertama, tarif 4/10 hanya digunakan selama 5 bulan saja.

Maka sisanya 7 bulan digunakan pada penyusutan tahun ke dua, dan setelah tahun kedua dihitung
dengan tarif tahun pertama selama 7 bulan, (7/12)

Maka sisa 5 bulan berikutnya menggunakan tarif tahun berikurnya (3/10)

Begitu juga dengan tahun tahun berikutnya, pengerjaannya sama saja.Pencatatan jurnalnya pun juga
sama saja, tapi hanya berbeda di angka penyusutannya yang dihasilkan.

Anda mungkin juga menyukai