Anda di halaman 1dari 6

MATEMATIKA EKONOMI

MATERI DEPRESIASI

OLEH :
KELOMPOK 6

DOSEN PENGAJAR :
Dr. Komang Ayu Krisnadewi, SE., M.Si., Ak

UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI
TAHUN 2022
Pengertian Depresiasi
Umur aktiva tetap mungkin saja lama tetapi bukan tak terbatas. Pada akhirnya aktiva
tetap akan kehilangan semua nilai produktifnya dan hanya memiliki nilai sisa (salvage value)
atau residual). Oleh karena itu biaya suatu aktiva tetap (yaitu jumlah keseluruhan di atas nilai
sisanya) didistribusikan sepanjang umur taksirannya. Penyebaran biaya ke periode tersebut
disebut dengan depresiasi (penyusutan).
Untuk menjaga kontinuitas kegiatan usaha dari proyek yang direncanakan perlu
dihitung besarnya biaya penyusutan pada setiap tahun. Setiap perusahaan yang sehat pada
umumnya mempunyai cadangan penyusutan (depresiasi) untuk menjaga kontinuitas dari
kegiatan usaha disamping menjaga kualitas produk dan memudahkan dalam mengikuti
perubahan aset dengan adanya perubahan teknologi.
Penyusutan yang biasa diistilahkan sebagai depresiasi digunakan untuk menunjukan
alokasi harga perolehan aktiva tetap berwujud yang dapat diganti, seperti mesin, peralatan
dan lain-lain. Penyusutan merupakan pengakuan adanya penurunan nilai aktiva tetap
berwujud dimana dana penyusutan adalah biaya yang dibebankan pada konsumen melalui
harga pokok produksi.

Factor-faktor yang Mempengaruhi Depresiasi


a) Harga Perolehan
Harga perolehan adalah factor yang paling berpengaruh terhadap penyusutan. Harga
perolehan adalah harga dari pembelian barang.
b) Nilai Residu
Nilai residu merupakan taksiran nilai atau petensi arus kas masuk apabila aktiva tersebut
dijual pada saat penghentian aktiva. Nilai residu tidak selalu ada ada kalanya suatu aktiva
tidak memiliki nilai residu karena aktiva tersebut tidak dapat di jual pada masa penghentian
aktiva.
c) Umur Ekonomis
Umur ekonomis dibagi menjadi dua yaitu Umur fisik dan Umur Fungsional
Umur fisik adalah dikaitkan dengan kondisi fisik suatu aktiva. Semua aktiva dikatakan masih
memiliki umur fisik apabila secara fisik aktiva tersebut masih dalam kondisi baik.
Umur Fungsional adalah dikaitkan dengan kontribusi aktiva tersebut dalam penggunaannya.
Suatu aktiva dikatakan memiliki umur fungsional apabila aktiva tersebut masih memberikan
kontribusi bagi perusahaan.
d) Pola Pengunaan Aktiva
Pola penggunaan aktiva berpengaruh terhadap tingkat penyusutan. Apakah aktiva sering
digunakan pada satu waktu tertentu ataukah tidak. Untuk mengakomodasi ini biasanya
digunkan penyusutan yang paling sesuai.

Metode Depresiasi
Jumlah yang didepresiasi dari suatu aktiva tetap yaitu harga perolehan minus nilai sisa dapat
disusun dalam berbagai cara yaitu

1. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)


Metode garis lurus adalah depresiasi yang paling sederhana dan paling sering digunakan.
Metode ini menganggap aktiva tetap akan memberikan kontribusi yang merata disepanjang
masa penggunaannya. Sehingga aktiva tetap mengalami tingkat penurunan fungsi yang sama
dari periode ke periode hingga aktiva ditarik dari penggunaannya. Metode garis lurus ini
tepat digunakan apabila manfaat ekonomis yang diharapkan dari aktiva tetap tersebut setiap
periode sama. Sehingga apabila metode ini menghasilkan beban penyusutan yang jumlahnya
sama setiap periode, maka akan terjadi pembandingan yang tepat antara pendapatan dan
biaya. Metode garis lurus digunakan untuk menyusutkan aktiva-aktiva yang fungsionalnya
tidak berpengaruh oleh besar kecilnya volume produk yang dihasilkan. Biaya depresiasi per
periode dinyatakan sebagai berikut.

AC−SC
D=
¿
D= Depreciation (Depresiasi)
AC= Acquistion Cost (Harga Perolehan)
SV= Salvage Value ( Nilai Sisa)
LT= Life Time ( Umur Manfaat)
Contoh Soal :
Jika harga perolehan mesin 1.700.000 dan nilainya 200.000 dan umur manfaat taksirannya 5
tahun maka depresiasi dengan metode garis lurus akan menjadi sebesar.
harga perolehan−nilai sisa
Depresiasi=
taksiran umur manfaat
1.700.000−200.000
¿ =Rp 300.000/tahun
5 tahun

2. Metode Unit Produksi


Jika pemakaian alat sangat bervariasi dari tahun ke tahun maka metode unit produksi
lebih tepat untuk dipakai dalam penentuan depresiasi. Contoh dalam tahun-tahun tertentu alat
pengangkutan mungkin digunakan dalam 200 hari sementara untuk tahun-tahun lainnya
mungkin 200 hari sementara tahun berikutnya 150 hari. Hal ini tergantung kondisi, dengan
metode ini depresiais dihitung berdasarkan pada unit output atau unit produksinya.
Perhitungan depresiai adalah sebagai berikut :
harga perolehan−nilai sisa
Depresiasi=
unit produksi taksiran selama usiamanfaat
Untuk total yang digunakan dalam satu tahun tertentu kemudian dikalikan dengan depresiais
perunitnya sehingga didapatkan jumlah depresiasi untuk tahun tersebut. Kita dapat
meyatakan sebagai berikut:
Depresiasi=Depresiasi per unit × pemakaian
Atau
harga perolehan−nilai sisa
Depresiai= × pemakaian
umur taksiran (dalamunit )
Metode ini mempunyai kebaikan karena secara langsung mempertalikan biaya depresiasi
dengan pendapatan
Contoh soal:
Harga perolehan suatu mesin 1.700.000 nilai sisa 200.000 umur taksiran 8.000 jam
1.700 .000−200.000
Depresiasi per jam= =Rp 187 , 50
8.000 jam
Selama 5 tahun usianya, mesin tersebut telah dioperasikan selama 1.800 jam, 1.200 jam,
2.000 jam, 1,400 jam, 1.600 jam masing-masing untuk tahun pertama sampai dengan tahun
kelima depresiasinya adalah sebagai berikut:
Tahun I 1.800 jam × Rp 187,50 = Rp 337,500
Tahun II 1.200 jam × Rp 187,50 = Rp 225.000
Tahun III 2.000 jam × Rp 187,50 = Rp 375.000
Tahun IV 1.400 jam × Rp 187,50 = Rp 262.500
Tahun V 1.600 jam × Rp 187,50 = Rp 300.000
Depresiasi Total (8000 jam) = Rp 1.500.000

3. Metode Jam Kerja Mesin


Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa aktiva (terutama mesin) akan lebih cepat
rusak apabila digunakan sepenuhnya ( full time). Dalam cara ini beban penyusutan dihitung
dengan satuan jasa yang terpakai. Untuk menghitung dengan metode ini digunakan rumus
sebagai berikut.
harga perolehan−nilai sisa
Depresiasi=
jumlah jam kerja Ekonomis
4. Metode Saldo Menurun Ganda
Metode saldo menurun ganda menghasilkan jumlah depresiasi yang lebih besar pada
tahun-tahun yang lebih awal. Hal ini karena aktiva tetap akan memberikan kontribusi terbesar
pada periode di awal masa penggunaannya dan akan mengalami tingkat penurunan fungsi
yang semakin besar di periode berikutnya seiring dengan semakin berkurangnya umur
ekonomis atas aktiva tersebut.
Dalam menghitung depresiasi dengan metode ini tidak diakui adanya nilai sisa,malah nilai
buku aktiva tetap yang masih tersisa pada akhir periode depresiasilah yang akan dinyadikan
nilai sisanya. Berdasarkan metode ini tarip depresiasi garis lurus tanpa nilai sisa diduakalikan
dan dipakai untuk menentukan depresiasi saldo menurun ganda dengan cara mengalikan tarip
yang telah diduakalikan tersebut dengan nilai buku aktiva pada tiap-tiap periode.
Contoh soal :

Suatu aktiva yang mempunyai harga perolehan Rp 1.700.000 akan didepresiasi selama 5
tahun. Hitung tarip depresiasi dengan saldo menurun ganda.
100 %
Depresiasi= ×2
taksiran umur manfaat
100 %
Depresiasi= × 2=40 % per tahun
5 Tahun
Depresiasi dan nilai buku aktiva setiap tahunnya akan nampak seperti pada tabel di bawah
Tahun Nilai Buku awal Tarip Depresaisi Nilai buku pada
Tahun Depresiasi Untuk tahun ke Akhir tahun
tahun
1 1.700.000 40% 680.000 1.020.000
2 1.020.000 40% 408.000 612.000
3 612.000 40% 244.800 367.200
4 367.200 40% 146.800 220.400
5 220.400 40% 88.100 132.300

Nilai buku yang sebesar 132.200 yang masih tersisa pada akhir kelima dijadikan nilai sisa
aktiva. Namun jika diputuskan bahwa nilai sisanya adalah 200.000 maka depresiasi tahun
kelima akan disesuaikan menjadi 20.400 (220.400-200.000) jadi bukan 88.100
5. Metode Jumlah Angka Tahun (Sum Of Year Method)
Metode jumlah angka tahun adalah jumlah dana penyusutan yang dikeluarkan pada setiap
tahun didasarkan pada jumlah angka tahunan dari umur ekonomis suatu aktiva.
Contoh Soal :
Suatu perusahaan sepatu yang membeli peralatan potong kulit seharga Rp 12.000.000
mempunyai umur ekonomis selama 5 tahun dua nilai sisa diperhitungkan Rp 2.000.000
Jumlah angka tahunan : 1+2+3+4+5 = 15
Nilai aktiva yang disusut: 12.000.000-3.000.000 = 9.000.000
Penyusutan tiap tahun :
Tahun I = 5/15 × 9.000.000 = 3.000.000
Tahun II = 4/15 × 9.000.000 = 2.400.000
Tahun III = 3/15 × 9.000.000 = 1.800.000
Tahun IV = 2/15 × 9.000.000 = 1.200.000
Tahun V = 1/15 × 9.000.000 = 600.000

Anda mungkin juga menyukai