Anda di halaman 1dari 8

“MATEMATIKA

KEUANGAN”
AMORTISASI

KELOMPOK 6 :
o DINI FADILLAH
o LAILA DEVI SARAGIH
o PURNAMA HASIBUAN
o ZAINAB

o PMM5 / SEM VII


Pengertian Amortisasi
 Amortisasi adalah pengurangan nilai aktiva tidak
berwujud (aset tidak berwujud), seperti merek
dagang, hak cipta, dan lain-lain, secara bertahap
dalam jangka waktu tertentu pada setiap periode
akuntansi. Pengurangan ini dilakukan
dengan mendebit akun beban amortisasi terhadap
akun aktiva. amortisasi biasa ditemukan dalam
mata pelajaran Akuntansi dan Akuntansi
Pembiayaan.
Kelompok Aset Tetap Tak Berwujud dan Tarif
Amortisasi

Dalam menghitung amortisasi asset tetap tidak


berwujud terlebih dahulu harus dikelompokkan sesuai
dengan masa manfaatnya. Untuk lebih jelasnya
pengelompokkan masa manfaat dan tariff penyusutan
terlihat sebagai berikut:
Tarif Amortsasi berdasarkan metode Tarif Amortsasi berdasarkan metode
Masa Manfaat
Kelompok Harta Tak garis lurus saldo menurun
Berwujud

     Kelompok 1 4 tahun 25% 50%

     Kelompok 2 8 tahun 12,50% 25%

     Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,50%

     Kelompok 4 20 tahun 5% 10%


Metode Amortisasi
 Secara umum metode yang digunakan dalam
amortisasi aset tidak berwujud menurut akuntansi ada
dua jenis, yaitu metode garis lurus dan metode saldo
menurun. Jika mengacu pada Undang – Undang
Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2000 tentang
Perubahan Ketiga Atas Undang – Undang Nomor 7
tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, metode dan
penilaian amortisasi aset tak berwujud dikelompokan
menurut masa manfaatnya.
Tarif Amortisasi
Kelompok Harta
Masa Manfaat
Tidak Berwujud Garis Lurus Saldo Menurun

Kelompok
4 Tahun8 Tahun 25%12.5% 50%25%
1Kelompok 2
16 Tahun 6.25% 12.5%
Kelompok 3
20 Tahun 5% 10%
Kelompok 4
Metode garis lurus
Metode penyusutan garis Sebagai contoh, perusahaan anda
membeli lisensi IKEA untuk produksi
lurus merupakan suatu metode furnitur rumah tangga dengan masa
pengalokasian pembebanan manfaat selama 4 tahun sebesar Rp
100.000.000,-. Maka perhitungan
biaya, dimana jumlah biaya amortisasi pertahunnya adalah sebagai
yang dialokasikan setiap berikut :
tahunnya adalah sama.  Beban amortisasi tahunan:

¼ x Rp 100.000.000,- = Rp
Dengan kata lain, untuk 25.000.000,-
metode garis lurus, nilai biaya  Dari perhitungan di atas, maka setiap

penyusutannya konstan untuk tahun perusahaan anda harus


melakukan amortisasi lisensi IKEA
setiap tahunnya, dari tahun sebesar Rp 25.000.000,-. Sehingga
perolehan sampai dengan perhitungan akuntansinya ketika tutup
buku akhir tahun Rp
adalah sebagai berikut
tahun akhir masa manfaatnya.Beban Amortisasi 25.000.000,-
            Aset tak Berwujud                Rp 25.000.000,-
Metode saldo menurun
Sedangkan metode penyusutan saldo menurun, merupakan suatu metode
pengalokasian pembebanan biaya, dimana jumlah biaya yang dialokasikan semakin
menurun tiap tahunnya seiring bertambahnya masa manfaatnya, dan pada tahun dimana
merupakan akhir masa manfaatnya, dilakukan penyusutan sekaligus atas nilai sisa buku
yang ada. Dalam metode saldo menurun, pada tahun perolehan, biaya penyusutan akan
lebih besar, dan untuk tahun berikutnya biaya penyusutan akan semakin kecil.
Jika mengikuti contoh kasus di atas, maka perhitungan amortisasinya adalah sebagai
berikut
 Lisensi IKEA tahun pertama

50% x Rp 100.000.000 = Rp 50.000.000,-


 Lisensi IKEA tahun ke-2

50% x (Rp 100.000.000 – Rp 50.000.000) = Rp 25.000.000,-


 Lisensi IKEA tahun ke-3

50% x (Rp 50.000.000 – Rp 25.000.000) = Rp 12.500.000,-


 Lisensi IKEA tahun ke-4

Tahun keempat adalah akhir masa manfaat lisensi. Maka pada pembukuannya adalah
dengan cara mendebet sisa nilai ke dalam akun beban amortisasi dan mengkreditkan
akun aset tak berwujud atau akun lisensi. Dari perhitungan di atas, maka sisa nilai
lisensi yang harus bukukan adalah sebesar Rp 12.500.000,-
Contoh :
Pada tanggal 04 April 2010 PT Sun Profit membeli francise sebuah
perusahaan dagang PT Indoapril seharga Rp 150.000.000 selama 5 tahun.
Diminta: Buatlah perhitungan amortisasi francise tersebut.
Amortisasinya adalah sebagai berikut:  Menggunakan metode saldo menurun
 Menggunakan metode garis lurus  Tahun 2010
 Tahun 2010 50 % x Rp 150.000.000 = Rp 75.000.000
25 % x Rp 150.000.000 = Rp  Tahun 2011
37.500.000 50 % x (Rp 150.000.000 – Rp 75.000.000)
 Tahun 2011 50 % x Rp 75.000.000 = Rp 37.500.000
25 % x Rp 150.000.000 = Rp  Tahun 2012
37.500.000 50 % x (Rp 75.000.000 – Rp 37.500.000)
 Tahun 2012 50 % x Rp 37.500.000 = Rp 18.750.000
25 % x Rp 150.000.000 = Rp  Tahun 2013
37.500.000 50 % x (Rp 37.500.000 – Rp 18.750.000)
 Tahun 2013 50 % x Rp 18.750.000 = Rp 9.375.000
25 % x Rp 150.000.000 = Rp  Tahun 2014
37.500.000 50 % x (Rp 18.750.000 – Rp 9.375.000)
 Tahun 2014 50 % x Rp 9.375.000 = Rp 4.687.500
25 % x Rp 150.000.000 = Rp
37.500.000
THANK YOU !!!

Anda mungkin juga menyukai