Anda di halaman 1dari 15

METODE PENYUSUTAN SALDO MENURUN GANDA

Bagaimanakah penyusutan aktiva tetap dengan menggunakan metode saldo


menurun ganda itu?
Dengan metode ini penyusutan setiap tahun penggunaan aktiva tetap,
ditetapkan atas dasar prosentase tertentu dari harga buku pada tahun yang
bersangkutan. Prosentase penyusutan ditetapkan sebesar dua kali prosentase
penyusutan menurut metode garis lurus.
Contoh:
Sebuah mesin dibeli tanggal 1 Oktober 2000 dengan harga perolehan
Rp10.000.000,00. Taksiran usia ekonomis selama 5 tahun.
Penyusutan setiap tahun dihitung sebagai berikut:
Menghitung besarnya prosentase penyusutan: 100% : 5 = 20%. Dengan demikian
besarnya prosentase menurut metode menurun ganda adalah 2 x 20% = 40%
Akumulasi

Harga buku

Periode

Perhitungan

Penyusutan

Mesin

Akuntansi

Beban Penyusutan

Per 31

Per 31

Desember

Desember

2000

3/12 x 40% x Rp10.000.000,00 = Rp1.000.000,00

Rp 1.000.000,00

Rp 9.000.000,00

2001

40% x Rp9.000.000,00 = Rp 3.600.000,00

Rp 4.600.000,00

Rp 5.400.000,00

2002

40% x Rp5.400.000,00 = Rp 2.160.000,00

Rp 6.760.000,00

Rp 3.240.000,00

2003

40% x Rp3.240.000,00 = Rp 1.296.000,00

Rp 8.056.000,00

Rp 1.944.000,00

2004

40% x Rp1.944.000,00 = Rp

Rp 8.833.600,00

Rp 1.166.400,00

2005

9/12 x 40% x Rp1.166.400,00 = Rp349.920,00

Rp 9.183.520,00

Rp

777.600,00

816.480,00

MENGHITUNGPENYUSUTANMETODEMENURUN
GANDA
Sebuah kendaraan dengan nilai perolehan Rp 50.000.000,00. Nilai sisa/residu Rp 10.000.000,00,
umur ekonomis kendaraan tersebut 5 tahun. Hitunglah penyusutan kendaraan dengan metode
menurun ganda
Jawab:
2 x 1 x 100% = 40%
5
Penyusutan tahun I

= 40% x NP
= 40% x 50.000.000 = 20.000.000

Penyuusutan tahun II

= 40% x NP-Penyusutan tahun I


= % x 50.000.000-20.000.000 = 12.000.000

Penyusutan tahun III

= 40% x NP-Penyusutan tahun I & II


= 40% x 50.000.000-32.000.000 = 7.200.000

Penyusutan tahun IV = 44% x Penyusutan tahun I, II, III


= 40% x 50.000.000-39.200.000 = 4.320.000
Penyusutan tahun V
= 40% x Penyusutan tahun I, II, III, IV
= 40% x 50.000.000-43.520.000 = 2.592.000

Terdapat dua cara utama dalam penyusutan tercepat, yaitu : a). Metode saldo menurun ganda
(double declining balance method); dan b). Metode jumlah angka tahunan (sum of the year digits
method).
Pengaruh Metode saldo menurun ganda dan metode jumlah angka tahunan adalah untuk
menuliskan sekitar dua pertiga dari biaya pada setengah periode pertama perkiraan umur pakai
aktiva.
Metode saldo menurun ganda menggunakan nilai buku untuk menghitunng penyusutan,
penyusutan yang diterapkan pada nilai buku adalah 40% pertahun atau dua kali lipat (dobel) dari
garis lurus ya aadalah 20% per tahun.
Metode jumlah angka tahun menggunakan harga beli awal dikurangi dengan nilai sisa. Umur pakai
kemudian ditambahkan persamaan.Misalnya jika kita memiliki umur pakai selama 4 tahun,
sehingga kita menambahkan 1 + 2 + 3 + 4 = 10. kemudian penyusuta akan menjadi 4/10 tahun
pertama, 3/10 tahun kedua, 2/10 tahun ketiga dan 1/10 tahun keempat. Sehingga jika harga beli
5000 dikurangi nilai sisa 1000, hasil yang diperoleh 4000. maka untuk tahun pertama 4/10 dari
4000 adalah 1600; tahun kedua 3/10 dari 4000 adalah 1200; tahun ketiga 2/10 dari 4000 adalah
800; tahun ke empat 1/10 dari 4000 adalah 400. (Merlina Hamadi)

Metode Saldo Menurun


Pertama, tentukan prosentase penyusutan, biasanya dua kali prosentase penyusutan metode garis
lurus. Dengan demikian jika ada mesin umurnya 5 tahun, maka tarif/prosentase penyusutan
tahunannya adalah 2 x 100% : 5 = 40%.
Setelah itu ditentukan nilai buku pada awal tahun. Nilai buku adalah saldo rekening aktiva tetap
dikurangi dengan saldo rekening akumulasi penyusutan. Untuk tahun pembelian, karena
akumulasi penyusutannya belum ada, maka nilai bukunya adalah sebesar harga perolehannya.
Selanjutnya besarnya penyusutan satu tahun dihitung dengan cara mengalikan % penyusutan
dengan nilai buku. Misalkan ada sebuah mesin dibeli tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp
16.000.000 dan ditaksir dapat digunakan selama 5 tahun. Penyusutan tahun 2001, 2002, dan
2003 dapat dihitung sebagai berikut:
Tarif/prosentase penyusutan = 2 x (100% : 5) = 40%
Penyusutan tahun 2001 = 40% x Nilai Buku
= 40% x Rp 16.000.000
= Rp 6.400.000
Penyusutan tahun 2002 = 40% x Nilai buku awal tahun 2002
= 40% x (Rp 16.000.000 Rp 6.400.000)
= Rp 3.840.000
Penyusutan tahun 2003 = 40% x Nilai buku awal tahun 2003

= 40% x (16.000.000 6.400.000 3.840.000)


= Rp 2.304.000
Penyusutan tahunan dapat dicari dengan rumus lain yaitu menentukan Nilai Buku pada akhir tahun
ke-n = cost x (1 tarip)n
= Rp 16.000.000 x (1 0,4) n
Nilai buku akhir tahun ke-3 = Rp 16.000.000 x (1 0,4) 3
= Rp 16.000.000 x 0,216
= Rp 3.456.000,00.
Penyusutan tahun 2004 adalah 40% x Rp 3.456.000 = Rp 1.282.600,00.

Terdapat dua cara utama dalam penyusutan tercepat, yaitu : a). Metode saldo menurun ganda
(double declining balance method); dan b). Metode jumlah angka tahunan (sum of the year digits
method).
Pengaruh Metode saldo menurun ganda dan metode jumlah angka tahunan adalah untuk menuliskan
sekitar dua pertiga dari biaya pada setengah periode pertama perkiraan umur pakai aktiva.
Metode saldo menurun ganda menggunakan nilai buku untuk menghitunng penyusutan, penyusutan
yang diterapkan pada nilai buku adalah 40% pertahun atau dua kali lipat (dobel) dari garis lurus ya
aadalah 20% per tahun.
Metode jumlah angka tahun menggunakan harga beli awal dikurangi dengan nilai sisa. Umur pakai
kemudian ditambahkan persamaan.Misalnya jika kita memiliki umur pakai selama 4 tahun, sehingga
kita menambahkan 1 + 2 + 3 + 4 = 10. kemudian penyusuta akan menjadi 4/10 tahun pertama, 3/10
tahun kedua, 2/10 tahun ketiga dan 1/10 tahun keempat. Sehingga jika harga beli 5000 dikurangi nilai
sisa 1000, hasil yang diperoleh 4000. maka untuk tahun pertama 4/10 dari 4000 adalah 1600; tahun
kedua 3/10 dari 4000 adalah 1200; tahun ketiga 2/10 dari 4000 adalah 800; tahun ke empat 1/10 dari
4000 adalah 400. (Merlina Hamadi)

Metode Saldo Menurun


Pertama, tentukan prosentase penyusutan, biasanya dua kali prosentase penyusutan metode garis
lurus. Dengan demikian jika ada mesin umurnya 5 tahun, maka tarif/prosentase penyusutan
tahunannya adalah 2 x 100% : 5 = 40%.
Setelah itu ditentukan nilai buku pada awal tahun. Nilai buku adalah saldo rekening aktiva tetap
dikurangi dengan saldo rekening akumulasi penyusutan. Untuk tahun pembelian, karena akumulasi
penyusutannya belum ada, maka nilai bukunya adalah sebesar harga perolehannya.
Selanjutnya besarnya penyusutan satu tahun dihitung dengan cara mengalikan % penyusutan
dengan nilai buku. Misalkan ada sebuah mesin dibeli tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp
16.000.000 dan ditaksir dapat digunakan selama 5 tahun. Penyusutan tahun 2001, 2002, dan 2003
dapat dihitung sebagai berikut:
Tarif/prosentase penyusutan = 2 x (100% : 5) = 40%
Penyusutan tahun 2001 = 40% x Nilai Buku
= 40% x Rp 16.000.000
= Rp 6.400.000
Penyusutan tahun 2002 = 40% x Nilai buku awal tahun 2002
= 40% x (Rp 16.000.000 Rp 6.400.000)
= Rp 3.840.000
Penyusutan tahun 2003 = 40% x Nilai buku awal tahun 2003
= 40% x (16.000.000 6.400.000 3.840.000)

= Rp 2.304.000
Penyusutan tahunan dapat dicari dengan rumus lain yaitu menentukan Nilai Buku pada akhir tahun
ke-n = cost x (1 tarip)n
= Rp 16.000.000 x (1 0,4) n
Nilai buku akhir tahun ke-3 = Rp 16.000.000 x (1 0,4) 3
= Rp 16.000.000 x 0,216
= Rp 3.456.000,00.
Penyusutan tahun 2004 adalah 40% x Rp 3.456.000 = Rp 1.282.600,00.

Rumus Saldo Menurun Ganda


Januari 5, 2011 pada 4:19 am | Ditulis dalam Informasi, Tempat Diskusi | Tinggalkan Komentar

Metode saldo menurun merupakan bentuk yang popular untuk mempercepat depresiasi. Tingkat
yang digunakan biasanya dua kali dari tingkat yang digunakan oleh metode garis lurus. Oleh karena
itu metode saldo menurun dikenal juga sebagai saldo menurun ganda. Utk penyusutan fiskal
menggunakan metode garis lurus dan metode saldo menurun ganda.
Jadi saldo menurun ganda adalah saldo menurun yang menggunakan tarip penyusutan dua kali dari
yang digunakan metode garis lurus.
Contoh :
Kendaraan dengan harga perolehan sebesar 100jt dengan umur ekonomis 5 tahun, jika dihitung
menggunakan metode penyusutan garis lurus, maka akan didapat penyusutan per bulan sebesar
1,666,667
Sesuai penjelasan diatas yang mengataan bahwa metode penyusutan Saldo Menurun Ganda
menggunakan tarip penyusutan dua kali dari yang digunakan metode garis lurus, maka nilai
penyusutan kendaraan menjadi :
2 x 1,666,667 = 3,333,333

Metode Penyusutan

Berbagai metode pengalokasian harga perolehan aktiva dapat digunakan oleh perusahaan.
Berdasarkan pertimbangan dari pihak manajemen perusahaan sendiri. Metode apapun yang dipilih
oleh perusahaan harus dapat diterapkan secara konsisten dari period eke periode. Metode alokasi
harga perolehan harus diseleksi agar sedapat mungkin mendekati pola pemakaian aktiva yang
bersangkutan.
Ada beberapa metode yang berbeda untuk menghitung besarnya beban penyusutan. Dalam
praktik, kebanyakan perusahaan akan memilih satu metode penyusutan dan akan menggunakannya
untuk seluruh aktiva yang dimilikinya. Beberapa metode tersebut yaitu :
Berdasarkan waktu :
A. Metode garis lurus (straight line method)
B.

Metode pembebanan yang menurun (dipercepat):

1)

Metode jumlah angka tahun (sum of the years digits method)

2)

Metode saldo menurun ganda (double declining balance methode)


Berdasarkan penggunaan :
A.

Metode jam jasa (service hours method)

B.

Metode unit produksi (productive output method)

Dalam akuntansi, banyak terjadi pembelian aktiva tetap yang tidak dilakukan pada awal
tahun buku perusahaan, melainkan pada saat-saat tertentu selama periode berjalan. Apabila
pembelian aktiva dilakukan sebelum tanggal 15, maka pembelian aktiva tersebut akan dianggap
seolah-olah telah terjadi untuk satu bulan penuh, dengan kata lain pembelian akan dianggap terjadi
pada hari pertama dari bulan tersebut. Dalam hal ini, perusahaan akan menghitung besarnya
penyusutan atas aktiva untuk keseluruhan bulan bersangkutan. Namun untuk pembelian aktiva yang
dilakukan pada tanggal 15 atau sesudahnya, akan dianggap seolah-olah sebagai pembelian yang
terjadi pada awal bulan berikutnya, dengan kata lain pembelian akan dianggap terjadi pada hari
pertama dari bulan berikutnya. Dalam hal ini, perusahaan juga akan tetap menghitung besarnya
penyusutan atas aktiva untuk keseluruhan bulan, hanya saja baru akan diperhitungkan mulai untuk
bulan berikutnya. Metode penyusutan yang digunakan untuk tujuan pembukuan dapat berbeda
dengan metode yang digunakan untuk tujuan perpajakan.
Berdasarkan Waktu
Metode alokasi harga perolehan umumnya terkait dengan berlalunya waktu, dimana aktiva
digunakan sepanjang waktu dan kemungkinan keusangan akibat perubahan teknologi juga
merupakan fungsi dari waktu. Dari metode penyusutan yang berdasarkan factor waktu, penyusutan
garis lurus merupakan metode yang paling sering digunakan. Sedangkan metode penyusutan yang
dipercepat berdasarkan pada asumsi bahwa akan ada penurunan yang cepat dalam efisiensi aktiva ,
output atau manfaat lain pada tahun-tahun awal umur aktiva. Kebanyakan metode penyusutan
yang dipercepat menggunakan metode saldo menurun ganda.
A. Metode Garis Lurus
Model metode garis lurus cukup sederhana. Metode ini menghubungkan alokasi biaya
dengan beralalunya waktu dan mengakui pembebanan periodic yang sama sepanjang umur aktiva.
Asumsi yang mendasari metode garis lurus ini adalah bahwa aktiva yang bersangkutan akan
memberikan manfaat yang sama untuk setiap periodenya sepanjang umur aktiva, dan
pembebanannya tidak dipengaruhi oleh perubahan produktifitas maupun efisiensi aktiva. Estimasi

umur ekonomis dibuat dalam periode bulanan atau tahunan. Selisih antara harga perolehan aktiva
dengan nilai residunya dibagi dengan masa manfaat aktiva akan menghasilkan beban penyusutan
periodic.
Hasil perhitungan beban penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus akan
dianggap tepat (layak) hanya jika asumsi-asumsi berikut ini terpenuhi, yaitu: beban perbaikan dan
pemeliharaan tetap konstan sepanjang umur aktiva, tingkat efisiensi operasi aktiva pada periode
berjalan sama baiknya dengan periode-periode sebelumnya, pendapatan (arus kas bersih) yang bisa
dicapai dengan mempergunakan aktiva tersebut jumlahnya tetap konstan selama tahun-tahun umur
aktiva, dan semua estimasi yang diperlukan, termasuk estimasi masa manfaat diprediksi dengan
tingkat kepastian yang memadai.
Namun, karena adanya ketidakpastian dari sebagian besar factor tersebut diatas, maka
untuk menemukan suatu metode penyusutan yang dapat menampung bebagai factor tersebut
merupakan suatu hal yang sulit. Oleh karena itu, metode garis lurus seringkali diasumsikan sama
akuratnya dengan metode lain. Selain itu, metode garis lurus dianggap cukup mudah untuk
dilaksanakan dan dipahami.
Dengan menggunakan metode garis lurus, besarnya beban penyusutan periodic dapat
dihitung sebagai berikut:
Rumus = Harga Perolehan Estimasi Nilai Residu
Estimasi Masa Manfaat
Untuk mengilustrasikan penggunaan metode garis lurus, asumsi bahwa pada awal bulan
Januari 2008 dibeli sebuah aktiva tetap dengan harga perolehan sebesar Rp.100.000.000,-.
Bedasarkan estimasi manajemen, aktiva tetap ini diperkirakan memiliki umur ekonomi selama 5
tahun dengan nilai sisa sebesar Rp. 5.000.000,- pada akhir tahun kelima.
Dengan menggunakan rumus diatas, maka besarnya beban penyusutan pertahun dapat ditentukan
sebagai berikut:
= Rp. 100.000.000 Rp. 5.000.000
5 Tahun
= Rp. 19.000.000,- per tahun
Dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan masa manfaat 5 tahun, maka berarti
besarnya tariff penyusutan pertahun adalah 20% (100% : 5), sehingga besarnya beban penyusutan
pertahun menjadi 20% dari harga perolehan aktiva yang dapat disusutkan (Rp.100.000.000 Rp.
5.000.000 = Rp. 95.000.000), yaitu Rp. 19.000.000,-.
Tabel yang meringkas besarnya penyusutan tahunan untuk seluruh umur aktiva tersebut adalah
sebagai berikut (dalam ribuan Rupiah) :

Akhir Tahun

Beban Penyusutan

Akumulasi Penyusutan

Nilai Buku akhir


100.000

2008

19.000

19.000

81.000

2009

19.000

38.000

62.000

2010

19.000

57.000

43.000

2011

19.000

76.000

24.000

2012

19.000

95.000

5.000

Jika seandainya aktiva diatas dibeli dan ditempatkan pemakainya pada tanggal 14
September 2008, maka besarnya beban penyusutn untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2008
adalah Rp. 6.333.333,- (4/12 x Rp. 19 Juta). Aktiva tetap ini berarti akan berakhir masa manfaatnya
pada akhir bukan Agustus 2013, dimana besarnya beban penyusutan selama delapan bulan tersebut
adalah Rp. 12.666.667,- (8/12 x Rp. 19 juta). Besarnya beban penyusutan untuk tahun 2009, 2010,
2011, dan 2012 masing-masing adalah tetap sebesar Rp. 19.000.000,- (satu tahun penuh). Besarnya
nilai residu pada akhir bulan Agustus 2013 adalah tetap Rp. 5.000.000,- (sesuai estimasi
manajemen).
Jika seandainya aktiva tetap di atas dibeli dan detempatkan pemakainnya pada tanggal 15
September 2008, maka besarnya beban penyusutan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2008
adalah Rp. 4.750.000,- (3/12 x Rp. 19 juta). Aktiva tetap ini berarti akan berakhir masa manfaatnya
pada akhir bulan September 2013, dimana besarnya beban penyusutan selama sembilan bulan
tersebut adalah Rp. 14.250.000,- (9/12 x Rp. 19 juta). Besarnya beban penyusutan untuk tahun
2009, 2010, 2011, dan 2012 masing-masing adalah tetap sebesar Rp. 19.000.000,- (satu tahun
penuh). Besarnya nilai residu pada akhir bulan September 2013 adalah tetap Rp. 5.000.000,- (sesuai
estimasi manajemen). Berdasarkan contoh-contoh di atas, terlihat jelas bahwa nilai buku aktiva
tetap pada akhir masa manfaatnya mencerminkan estimasi nilai residu.

B. Metode Pembebanan yang Menurun


Metode ini terdiri atas metode jumlah angka tahun dan metode saldo menurun ganda.
Beberapa kondisi yang memungkinkan penggunaan metode beban menurun adalah sebagai berikut:
kontribusi jasa tahunan yang menurun, efisiensi operasi atau prestasi operasi yang menurun, terjadi
kenaikan beban perbaikan dan pemeliharaan, turunnya aliran masuk kas atau pendapatan, dan
adanya ketidakpastian mengenai besarnya pendapatan dalam tahun-tahun belakangan.
1)

Metode Jumlah Angka Tahun


Metode ini menghasilkan beban penyusutan yang menurun dalam setiap tahun berikutnya.
Perhitungannya dilakukan dengan mengalikan suatu seri pecahan ke nilai perolehan aktiva yang
dapat disusutkan. Besarnya nilai perolehan aktiva yang dapat disusutkan adalah selisih antara harga
perolehan aktiva dengan estimasi nilai residunya. Pecahan yang dimaksud didasarkan pada masa
manfaat aktiva bersangkutan. Unsure pembilang dari pecahan ini merupakan angka tahun yang
diurutkan secara berlawanan (dengan kata lain mencerminkan banyaknya tahun dari umur ekonomis
yang masih tersisa pada awal tahun bersangkutan), sedangkan unsure penyebut dari pecahan
diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh angka tahun dari umur ekonomis aktiva atau dapat
juga dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (variable n yang dimaksud dalam rumus
ini adalah lamanya estimasi masa manfaat aktiva) :
n (n + 1)
2
Dalam metode jumlah angka tahun ini, sesungguhnya tidak ada pemikiran konseptual yang
luar biasa, yang ada hanyalah skema ilmu hitung yang membuat besarnya beban penyusutan
periodic menurun dari satu periode ke periode berikutnya dan seluruh nilai perolehan aktiva yang
dapat disusutkan dialokasikan sepanjang umur aktiva.
Sebagai contoh, asumsi bahwa pada awal bulan Januari 2008 dibeli sebuah aktiva tetap
dengan harga perolehan sebesar Rp. 100.000.000,-. Berdasarkan estimasi manajemen, aktiva tetap
ini diperkirakan memiliki umur ekonomis selama 5 tahun dengan nilai sisa sebesar Rp. 5.000.000,pada akhir tahun kelima. Dengan menggunakan contoh ini, besarnya unsure penyebut dari pecahan

akan menjadi 15, yang diperoleh dari hasil =1+2+3+4+5, atau [5(5+1)]:2. sedangkan besarnya unsure
pembilang dari pecahan akan menurun setiap tahunnya, masing-masing selisih 1. untuk aktiva tetap
yang memiliki umur ekonomis 5 tahun, maka besarnya unsure pembilang pada tahun pertama
adalah 5, sedangkan pada tahun kedua adalah 4, dan seterusnya.
Dengan menggunakan metode jumlah angka tahun, besarnya penyusutan tahunan akan dihitung
sebagai berikut (dalam ribuan rupiah):

Akhir Tahun

Beban Penyusutan

Akumulasi
Penyusutan

2008
2009
2010
2011
2012

5/15 x (100.000 - 5.000) = 31.667


4/15 x (100.000 - 5.000) = 25.333
3/15 x (100.000 - 5.000) = 19.000
2/15 x (100.000 - 5.000) = 12.667
1/15 x (100.000 - 5.000) = 6.333

31.667
57.000
76.000
88.667
95.000

Nilai Buku
akhir
100.000
81.000
62.000
43.000
24.000
5.000

Ketika aktiva tetap dibeli dan ditempatkan pemakainya bukan pada awal tahun, maka
besarnya masing-masing penyusutan untuk satu tahun penuh di atas harus dialokasikan diantara dua
tahun yang memperoleh manfaat. Sebagai contoh, asumsi bahwa aktiva tetap di atas dibeli dan
ditempatkan pemakaiannya pada awal bulan Agustus 2008. besarnya beban penyusutan untuk tahun
2008 akan menjadi 5/12 x 5/15 ( Rp.100.000.000-Rp.5.000.000) = Rp. 13.194.445,-.
Besarnya beban penyusutan untuk tahun 2009 akan menjadi:
7/12 x 5/15 x (Rp.100.000.000 Rp.5.000.000) = Rp. 18.472.222,5/12 x 4/15 x (Rp.100.000.000 Rp.5.000.000) = Rp. 10.555.556,Rp. 29.027.778,Besarnya beban penyusutan untuk tahun 2010 akan menjadi:
7/12 x 4/15 x (Rp.100.000.000 Rp.5.000.000) = Rp.14.777.778,5/12 x 3/15 x (Rp.100.000.000 Rp.5.000.000) = Rp. 7.916.667,Rp. 22.694.445,-

Besarnya beban penyusutan untuk tahun 2011 akan menjadi:


7/12 x 3/15 x (Rp.100.000.000 Rp.5.000.000) = Rp. 11.083.333,5/12 x 2/15 x (Rp.100.000.000 Rp.5.000.000) = Rp. 5.277.778,Rp. 16.361.111,Besarnya beban penyusutan untuk tahun 2012 akan menjadi:
7/12 x 2/15 x (Rp.100.000.000 Rp.5.000.000) = Rp. 7.388.889,5/12 x 1/15 x (Rp.100.000.000 Rp.5.000.000) = Rp. 2.638.889,Rp. 10.027.778,Besarnya beban penyusutan untuk tahun 2013 akan menjadi:

7/12 x 5/15 x (Rp.100.000.000 Rp.5.000.000) = Rp. 3.694.444,2)

Metode Saldo Menurun Ganda


Metode ini menghasilkan suatu beban penyusutan periodic yang menurun selama estimasi
umur ekonomis aktiva. Jadi, metode ini pada hakikatnya sama dengan metode jumlah angka tahun
dimana besarnya beban penyusutan akan menurun setiap tahunnya. Beban penyusutan periodic
dihitung dengan cara mengalikan suatu tariff persentase (konstan) ke nilai buku aktiva yang kian
menurun. Besarnya tariff penyusutan yang umum dipakai adalah dua kali tariff penyusutan garis
lurus, sehingga dinamakan sebagai metode saldo menurun ganda. Aktiva tetap dengan estimasi
masa manfaat 5 tahun akan memiliki tariff penyusutan garis lurus 20% dan tariff penyusutan saldo
menurun ganda 40%, sedangkan aktiva tetap dengan estimasi masa manfaat 10 tahun akan memiliki
tariff penyusutan garis lurus 10% dan tariff penyusutan saldo menurun ganda 20%, dan seterusnya.
Dengan metode saldo menurun ganda, besarnya estimasi nilai residu tidak digunakan dalam
perhitungan, dan penyusutan tidak akan dilanjutkan apabila nilai buku aktiva telah sama atau
mendekati estimasi nilai residunya. Besarnya penyusutan untuk tahun terakhir dari umur ekonomis
aktiva harus disesuaikan agar supaya nilai buku diakhir masa manfaat aktiva tetap tersebut
mencerminkan besarnya estimasi nilai residu.
Sebagai contoh, asumsi bahwa pada awal bulan Januari 2008 dibeli sebuah aktiva tetap
dengan harga perolehan sebesar Rp. 100.000.000,-. Berdasarkan estimasi manajemen, aktiva tetap
ini diperkirakan memiliki umur ekonomis selama 5 tahun dengan nilai sisa sebesar Rp. 5.000.000,pada akhir tahun kelima. Dengan menggunakan contoh tersebut, dan apabila metode saldo
menurun ganda (double declining balance method) diterapkan, maka besarnya penyusutan tahunan
akan dihitung sebagai berikut (dalam ribuan Rupiah):

Akhir Tahun

Beban Penyusutan

Akumulasi
Penyusutan

2008
2009
2010
2011
2012

100.000 x 40% = 40.000


60.000 x 40% = 24.000
36.000 x 40% = 14.400
21.600 x 40% = 8.640
95.000 87.040 = 7.960

40.000
64.000
78.400
87.040
95.000

Nilai Buku
akhir
100.000
60.000
36.000
21.600
12.960
5.000

Perhatikanlah bahwa besarnya beban penyusutan tiap tahun (kecuali diakhir masa
manfaatnya) diperoleh dengan tanpa memperhitungkan nilai residu. Nilai buku pada awal tahun
pertama adalah sebesar harga perolehannya. Besarnya beban penyusutan untuk tahun pertama
pemakaian diperoleh dengan cara mengalikan harga perolehan aktiva ke suatu tariff persentase
konstan (40%). Besarnya akumulasi penyusutan pada akhir tahun pertama (akhir tahun 2008) adalah
sebesar beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2008, yaitu Rp.40.000.000,-. Nilai buku pada
akhir tahun 2008 (Rp.100 juta Rp.4o juta = Rp.60 juta) akan merupakan nilai buku bagi awal tahun
2009, yang kemudian nilai buku ini akan dikalikan dengan 40% untuk menghitung besarnya beban
penyusutan tahun 2009. besarnya akumulasi penyusutan pada akhir tahun 2009 diperoleh dengan
cara menjumlahkan besarnya akumulasi penyusutan pada akhir tahun 2008 (awal tahun 2009)
dengan besarnya beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2009, dan seterusnya.
Yang perlu mendapat perhatian khusus disini adalah pada waktu menghitung besarnya
beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2012, yang dimana merupakan tahun terakhir dari
estimasi umur ekonomis. Besarnya beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2012 tidaklah dihitung

melalui hasil perkalian antara nilai buku pada akhir tahun 2011 (Rp.12.960.000) dengan tariff 40%.
Ingat sekali lagi, bahwa besarnya beban penyusutan untuk tahun terakhir dari umur ekonomis aktiva
harus disesuaikan agar supaya nilai buku diakhir masa manfaatnya tersebut mencerminkan estimasi
nilai residu.
Dalam contoh ini, karena besarnya estimasi nilai residu adalah Rp.5.000.000,- dan agar
supaya besarnya akumulasi penyusutan pada akhir tahun 2012 menjadi Rp.95.000.000, maka
besarnya akumulasi penyusutan pada akhir tahun 2012 ini (Rp.95.000.000) dikurangi dengan
besarnya akumulasi penyusutan pada akhir tahun 2011 (Rp.87.040.000) akan menghasilkan besarnya
beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2012 (Rp.7.960.000). besarnya akumulasi penyusutan
pada akhir tahun 2012 (Rp.95.000.000) diperoleh dari hasil pengurangan harga perolehan
(Rp.100.000.000) dengan besarnya estimasi nilai residu yang telah ditetapkan (Rp.5.000.000). cara
lain untuk menghitung besarnya beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2012 adalah nilai buku
pada akhir tahun 2011 (Rp.12.960.000) dikurangi dengan besarnya estimasi nilai residu yang telah
ditetapkan (Rp.5.000.000).
Dalam contoh di atas, diasumsikan bahwa aktiva tetap dibeli dan ditempatkan
pemakaiannya pada awal tahun (awal Januari 2008). Hal ini sesungguhnya sangat jarang terjadi
dalam praktik. Jika seandainya aktiva dibeli dan ditempatkan penggunaannya pada awal bulan
bulan Maret 2008, maka besarnya beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2008 akan menjadi 40%
x Rp.100 juta x 10/12 = Rp. 33.333.333,-. Sedangkan besarnya beban penyusutan untuk pemakaian
tahun 2009 adalah [40% x (Rp.100.000.000-Rp.33.333.333)] = Rp.26.666.667,-.
Berdasarkan Penggunaan
Berdasarkan factor penggunaan, penyusutan aktiva terutama terkait dengan output dari
aktiva yang bersangkutan atau tingkat jasa yang diberikan. Dalam hal ini, estimasi umur ekonomis
aktiva dapat dinyatakan baik dalam satuan unit produksi ataupun jumlah jam jasa (operasional).
A. Metode Jam Jasa
Teori yang mendasari metode ini adalah bahwa pembelian suatu aktiva menunjukkan
pembelian sejumlah jam jasa langsung. Dalam menghitung besarnya beban penyusutan, metode ini
membutuhkan estimasi umur aktiva berupa jumlah jam jasa yang dapat diberikan oleh aktiva
bersangkutan. Harga perolehan yang dapat disusutkan (harga perolehan dikurangi dengan estimasi
nilai residu) dibagi dengan estimasi total jam jasa, menghasilkan besarnya tariff penyusutan untuk
setiap jam pemakaian aktiva. Pemakaian aktiva sepanjang periode (jumlah jam jasanya) dikalikan
dengan tariff penyusutan tersebut akan menghasilkan besarnya beban penyusutan periodic.
Besarnya beban penyusutan ini akan berfluktuasi setiap periodenya tergantung pada jumlah
konstribusi jam jasa yang diberikan oleh aktiva bersangkutan.
Sebagai contoh, asumsi bahwa pada akhir bulan Maret 2008 dibeli sebuah aktiva tetap
dengan harga perolehan sebesar Rp.100.000.000,-, berdasarkan estimasi manajemen, aktiva tetap
ini diperkirakan dapat beroperasi selama 25.000 jam dengan nilai sisa sebesar Rp.5.000.000,-.
Dengan menggunakan contoh tersebut, dan apabila metode jam jasa diterapkan, maka besarnya
tariff penyusutan untuk setiap jam pemakaian aktiva adalah :
(Rp.100.000.000-Rp.5.000.000) : 25.000 jam = Rp.3.800,- per jam.
Jika sepanjang tahun 2008, aktiva tersebut telah dipakai selama 4.200 jam, maka besarnya beban
penyusutan untuk pemakaian tahun 2008 akan menjadi Rp.3.800/jam x 4.200jam =
Rp.15.960.000,-.

B. Metode Unit Produksi


Metode unit produksi didasarkan pada anggapan bahwa aktiva yang diperoleh diharapkan
dapat memberikan jasa dalam bentuk hasil unit produksi tertentu. Metode ini memerlukan suatu
estimasi mengenai total unit output yang dapat dihasilkan aktiva. Harga perolehan yang dapat
disusutkan (harga perolehan dikurangi dengan estimasi nilai residu) dibagi dengan estimasi total
output, menghasilkan besarnya tariff penyusutan aktiva untuk setiap unit produksinya. Jumlah unit
produksi yang dihasilkan selama suatu periodic dikalikan dengan tariff penyusutan per unit
menghasilkan besarnya beban penyusutan periodic. Besarnya beban penyusutan ini akan
berfluktuasi setiap periodenya tergantung pada kontribusi yang dibuat oleh aktiva dalam unit yang
dihasilkannya.
Sebagai contoh, asumsi bahwa pada awal bulan Maret 2008 dibei sebuah aktiva tetap
dengan harga perolehan sebesar Rp.100.000.000,-. Berdasarkan estimasi manajemen, aktiva tetap
ini diperkirakan dapat menghasilkan 25.000 unit produksi dengan nilai sisa sebesar Rp.5.000.000,-.
Dengan menggunakan contoh tersebut, dan apabila metode unit produksi diterapkan, maka
besarnya tariff penyusutan untuk setiap unit produksi yang dihasilkan adalah :
(Rp.100.000.000-Rp.5.000.000) : 25.000 unit = Rp.3.800,- per unit.

Jika sepanjang tahun 2008, aktiva tersebut telah memproduksi 4.200 unit, maka besarnya
beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2008 akan menjadi Rp.3.800,-/unit x 4.200 unit =
Rp.15.960.000,-.

Pengertian Penyusutan Dengan Metode Saldo Menurun (Declining Balance


Method)
adalah penyusutan suatu harta/aset yang dilakukan dalam bagian-bagian
yang menurunselama masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan

tarif penyusutan atas nilai sisa buku, dan pada akhir masa manfaat nilai sisa buku
disusutkan sekaligus.
Contoh :
CV.Adi Makmur membeli 10 buah Komputer pada tanggal 20 Januari 2012 dengan
harga Rp.100.000.000,00. CV.Adi Makmur akan menyusutkan aktiva tersebut
dengan metodeSaldo Menurun (Declining Balance Method)
Maka berdasarkan Pasal 11 UU No.36 Tahun 2008, Komputer termasuk kelompok
I dengan masa manfaat 4 tahun dan tarif penyusutan sebesar 50 % setahun.
Pembebanan biaya penyusutan Komputer tersebut dihitung sebagai berikut :

Tahun

Tarif

Penyusutan

Harga Perolehan

Nilai Sisa Buku

100.000.000

2012

50%x 100.000.000

50.000.000

50.000.000

2013

50%x50.000.000

25.000.000

25.000.000

2014

50%x25.000.000

12.500.000

12.500.000

2015

Disusutkan sekaligus

12.500.000

Jadi setiap tahun CV.Adi Makmur membebankan biaya penyusutan sebesar :


Tahun 2012 sebesar : 50.000.000
Tahun 2012 sebesar : 25.000.000
Tahun 2014 sebesar : 12.500.000
Tahun 2015 sebesar : 12.500.000

Anda mungkin juga menyukai