Anda di halaman 1dari 42

Monang Situmorang, CA

BAB 9
PENYUSUTAN, PENURUNAN NILAI, DAN DEPLESI
A. PENYUSUTAN
1. Pengertian

P enyusutan (depreciation) didefinisikan sebagai proses akuntansi dalam


mengalokasikan jumlah tersusutkan ke beban dengan cara sistematis dan rasional
selama periode yang diharapkan mendapat manfaat dari penggunaan aset tersebut. Atau,
secara singkat bahwa penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan
atau jumlah tersusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya.
Sebelum jumlah beban penyusutan dapat dihitung, tiga pertanyaan mendasar yang harus
dijawab, yaitu:
1) Dasar penyusutan aset
Dasar yang ditetapkan untuk penyusutan merupakan fungsi dari dua faktor: biaya awal
dan nilai residu atau pelepasan. Nilai residu (salvage value) adalah estimasi jumlah yang akan
diterima pada saat aset itu dijual atau ditarik dari penggunaannya. Nilai residu merupakan
jumlah di mana suatu aset harus diturunkan nilainya atau disusutkan selama umur
manfaatnya. Jika suatu aset memiliki biaya perolehan Rp10.000 dan nilai residu sebesar
Rp1.000, maka dasar penyusutannya (jumlah tersusutkan) adalah Rp9.000. Jumlah
tersusutkan (depreciable amount) adalah biaya perolehan aset, atau jumlah lain yang
merupakan pengganti biaya perolehan, dikurangi nilai residunya.
2) Jumlah dan periode penyusutan
Entitas harus mengalokasikan jumlah tersusutkan secara sistematis selama umur
manfaatnya. Penyusutan dimulai ketika suatu aset tersedia untuk digunakan, misalnya aset
berada di lokasi dan kondisi yang diperlukan sehingga beroperasi sebagaimana maksud
manajemen. Penyusutan tidak dihentikan ketika aset tidak digunakan atau dihentikan
penggunaan aktifnya, kecuali aset tersebut telah disusutkan secara penuh. Namun, dalam
metode penyusutan berdasar penggunaan (usage method depreciation), beban penyusutan
menjadi nol ketika tidak ada produksi. Umur manfaat (useful life) adalah periode suatu aset
yang diharapkan dapat digunakan oleh entitas, atau jumlah produksi atau unit serupa yang
diharapkan akan diperoleh dari suatu aset oleh entitas.
Entitas harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut dalam menentukan umur manfaat
suatu aset:
a. Perkiraan daya pakai aset. Daya pakai dinilai dengan merujuk pada ekspektasi kapasitas
atau keluaran fisik;
b. Perkiraan tingkat keausan fisik, yang tergantung kepada faktor pengoperasian seperti
jumlah giliran penggunaan program pemeliharaan dan perawatan, serta perawatan dan
pemeliharaan pada saat aset tidak digunakan (menganggur);
c. Keusangan teknis dan komersial yang diakibatkan oleh perubahan atau peningkatan
produksi, atau perubahan permintaan pasar atas produk atau jasa yang dihasilkan oleh
aset tersebut; dan
d. Pembatasan hukum atau sejenisnya atas penggunaan aset, seperti berakhirnya waktu
sehubungan dengan sewa.

H a l a m a n 1 | 42
Monang Situmorang, CA

3) Metode penyusutan
Pertanyaan ketiga yang terkait dalam proses penyusutan adalah metode pembagian beban
secara adil, rasional, dan sistematis.
2. Metode Penyusutan
Entitas menggunakan sejumlah metode penyusutan sebagai berikut:
1) Metode Penyusutan Berdasarkan Faktor Waktu
a. Metode garis lurus
b. Metode beban menurun (dipercepat)
i. Metode jumlah angka tahun
ii. Metode saldo menurun
2) Metode Penyusutan Berdasarkan Faktor Penggunaan atau Aktivitas
a. Metode jumlah jam jasa
b. Metode jumlah unit produksi
3) Metode Penyusutan Khusus
 Metode Faktor Waktu
Contoh: Pada awal tahun 2021, PT Jakon membeli sebuah mesin seharga
Rp100.000, estimasi nilai residu sebesar Rp5.000, dan estimasi umur manfaat lima
tahun.
(a) Metode Penyusutan Garis Lurus (Straight-Line Method)
Metode ini digunakan jika entitas mengestimasikan bahwa manfaat aset akan
diperoleh secara merata selama masa manfaat aset tersebut.
Penyusutan per tahun = (Rp100.000 – Rp5.000) : 5 tahun = Rp19.000 per tahun.
Skedul penyusutan tahunan adalah sebagai berikut:
Akhir Penghitungan Jumlah Akumulasi Jumlah tercatat
tahun penyusutan penyusutan aset
Rp 100.000
2021 Rp95.000/5 Rp19.000 Rp19.000 Rp 81.000
2022 Rp95.000/5 Rp19.000 Rp38.000 Rp 62.000
2023 Rp95.000/5 Rp19.000 Rp57.000 Rp 43.000
2024 Rp95.000/5 Rp19.000 Rp76.000 Rp 24.000
2025 Rp95.000/5 Rp19.000 Rp95.000 Rp 5.000
Rp95.000

(b) Metode Beban Menurun (Decreasing-Charge Methods)


i. Metode Penyusutan Jumlah Angka Tahun (Sum-of-The-Years’-Digits
Method)
Umur manfaat adalah lima tahun, sehingga pembaginya adalah 15 (1 + 2 + 3 + 4
+ 5). Ketika aset memiliki umur manfaat lebih panjang, seperti 20 tahun,
perhitungan jumlah angka tahun menjadi sulit. Penghitungan berikut dapat
membantu penghitungan jumlah angka tahunnya:
[𝑛(𝑛+1)]
= (1 + 2 + 3 + ....... + n)
2
H a l a m a n 2 | 42
Monang Situmorang, CA

Dengan umur manfaat selama 20 tahun, angka pembagi yang dihasilkan dari
rumus tersebut menjadi [20 (20 + 1)] / 2 = 210. Pecahan yang akan digunakan
untuk tahun pertama menjadi 20/120, tahun kedua 19/210, dan seterusnya.
Penyusutan tahunan dihitung sebagai berikut:
Akhir Penghitungan Jumlah Akumulasi Jumlah
tahun penyusutan penyusutan tercatat aset
Rp 100.000
2021 Rp95.000 x 5/15 Rp31.667 Rp31.667 Rp 68.333
2022 Rp95.000 x 4/15 Rp25.333 Rp57.000 Rp 43.000
2023 Rp95.000 x 3/15 Rp19.000 Rp76.000 Rp 24.000
2024 Rp95.000 x 2/15 Rp12.687 Rp88.667 Rp 11.333
2025 Rp95.000 x 1/15 Rp 6.333 Rp95.000 Rp 5.000
Rp95.000

ii. Metode Penyusutan Saldo Menurun (Declining-Balance Method)


Metode penyusutan saldo menurun memberikan beban penyusutan yang terus
menurun dengan mengalikan tarif penyusutan konstan pada jumlah tercatat yang
menurun. Persentase yang paling umum adalah dua kali persentase pada metode
garis lurus yang disebut penyusutan saldo menurun ganda (double-declining-
balance method).
Nilai residu tidak digunakan pada metode ini, tetapi secara umum diakui bahwa
penyusutan tidak dilanjutkan ketika jumlah tercatat telah menyamai nilai
residu. Berikut penyusutan dengan menggunakan metode saldo menurun ganda:
Akhir Penghitungan Jumlah Akumulasi Jumlah
tahun penyusutan penyusutan tercatat aset
Rp 100.000
2021 Rp100.000 x 40% Rp40.000 Rp40 000 Rp 60 000
2022 Rp 60.000 x 40% Rp24.000 Rp64.000 Rp 34.000
2023 Rp 36.000 x 40% Rp14.400 Rp78.400 Rp 21.600
2024 Rp 21.600 x 40% Rp 8.640 Rp87.040 Rp 12.960
2025 Rp 12.960 x 40% Rp 5.184 Rp92.224 Rp 7.776
Rp92.224

 Metode Faktor Penggunaan


(a) Metode Jam Jasa (Service-Hours Method)
Metode penyusutan jam jasa didasarkan pada teori yang menyatakan pembelian aset
menggambarkan jumlah jam jasa yang diberi. Metode ini memerlukan estimasi umur
aset dalam satuam jasa. Biaya perolehan yang dapat disusutkan dibagi dengan total
jam jasa menghasilkan tarif penyusutan yang dialokasikan pada tiap jam penggunaan
aset. Penggunaan aset selama suatu periode diukur dan jumlah jam jasa dikalikan
dengan tarif penyusutan menghasilkan beban penyusutan periodik. Beban
penyusutan yang terjadi berfluktuasi setiap periode sesuai dengan penggunaan aset.
H a l a m a n 3 | 42
Monang Situmorang, CA

Dengan menggunakan data PT Jakon dan estimasi umur manfaat selama 20.000 jam,
tarif untuk tiap jam jasanya ditentukan sebagai berikut:
Rp100.000−Rp5.000
Tarif per jam = = Rp4,75 per jam
20.000 jam jasa
Misalnya jam jasa tahun 2021 adalah 3.000 jam, dengan demikian beban
penyusutannya tahun 2021 adalah Rp14.250 atau (3.000 jam x Rp4,75)
(b) Metode Unit Produksi (Production-Unit Method)
Metode penyusutan unit produksi didasarkan pada teori yang menyatakan suatu aset
diperoleh untuk jasa yang diberikannya dalam bentuk hasil produksi. Metode ini
memerlukan total unit yang dihasilkan suatu aset. Biaya perolehan yang dapat
disusutkan dibagi dengan total estimasi hasil menghasilkan biaya yang sama untuk
setiap unit produksi. Produksi selama suatu periode dikalikan dengan biaya per unit
untuk menghasilkan beban penyusutan. Beban penyusutan yang terjadi berfluktuasi
setiap periode sesuai dengan penggunaan aset.
Dengan menggunakan data PT Jakon dan estimasi umur produktif sebanyak 25.000
unit, tarif yang akan digunakan untuk tiap unit yang dihasilkan ditentukan sebagai
berikut:
Rp100.000−Rp5.000
Tarif per unit = = Rp3,8 per unit
25.000 unit

 Metode Penyusutan Khusus


Beberapa akun aset seringkali disusutkan dengan menggunakan satu tarif. Terdapat
dua metode penyusutan untuk beberapa akun aset yang digunakan yaitu, metode
kelompok dan metode gabungan. Metode kelompok (group) sering digunakan
apabila aset bersangkutan cukup homogen dan memiliki umur manfaat yang hampir
sama. Pendekatan gabungan (composite approach) digunakan apabila aset bersifat
heterogen dan memiliki umur manfaat yang berbeda.
Entitas menggunakan tarif penyusutan gabungan dengan membagi penyusutan per
tahun dengan total biaya aset. Untuk mengilustrasikannya, misalkan PT Jaya Motor
menyusutkan armada mobil, truk, dan mobil van seperti yang ditunjukkan dalam
ilustrasi berikut:
Aset Biaya awal Nilai residu Jumlah Estimasi Penyusutan per
tersusutkan umur tahun (garis
lurus)
Mobil Rp145.000 Rp25.000 Rp120.000 3 Rp40.000
Truk 44.000 4.000 40.000 4 10.000
Movil van 35.000 5.000 30.000 5 6.000
Rp224.000 Rp34.000 Rp190.000 Rp56.000
Tarif penyusutan gabungan = Rp56.000/Rp224.000 = 25%
Umur gabungan = 3,39 tahun (Rp190.000 : Rp56.000)

3. Penyusutan Komponen
Entitas dapat juga menggunakan “penyusutan komponen” (“component depreciation”).
Standar akuntansi keuangan mensyaratkan bahwa setiap komponen (bagian) dari pos-pos aset
H a l a m a n 4 | 42
Monang Situmorang, CA

tetap yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan terhadap total biaya perolehan seluruh
aset harus disusutkan secara terpisah. Oleh karena itu, entitas mengalokasikan jumlah
pengakuan awal aset pada bagian aset tetap yang signifikan dan menyusutkan secara terpisah
setiap bagian tersebut. Misalnya, adalah tepat untuk menyusutkan secara terpisah antara
badan pesawat dan mesin pesawat terbang, baik yang dimiliki sendiri maupun yang berasal
dari sewa pembiayaan. Sama halnya, jika sebuah entitas membeli bangunan, entitas harus
menetapkan bagaimana berbagai komponen bangunan (misalnya fondasi, struktur, atap,
sistem pemanasan dan pendinginan, dan elevator) harus disusutkan secara terpisah.
Suatu bagian yang signifikan dari aset tetap mungkin memiliki umur manfaat dan metode
penyusutan yang sama dengan umur manfaat dan metode penyusutan bagian signifikan
lainnya dari aset tersebut. Bagian-bagian tersebut dapat dikelompokkan menjadi satu dalam
menentukan beban penyusutan. Sepanjang entitas menyusutkan secara terpisah beberapa
bagian dari aset tetap, maka entitas juga menyusutkan secara terpisah bagian yang tersisa.
Bagian yang tersisa terdiri atas bagian yang tidak signifikan secara individual. Jika entitas
memiliki ekspektasi bervariasi untuk bagian tersebut, maka teknik penaksiran tertentu
diperlukan untuk menentukan penyusutan bagian yang tersisa sehingga mampu
mencerminkan pola penggunaan dan atau umur manfaat dari bagian tersebut.
Contoh: PT Garuda Indonesia membeli pesawat udara dengan harga Rp100 miliar pada 1
Januari 2021. Pesawat tersebut mempunyai umur manfaat 20 tahun dan nilai residu Rpnihil.
Garuda mengidentifikasi bagian-bagian berikut, jumlah, dan masa manfaat, sebagaimana
ditunjukkan di bawah ini.
Komponen Nilai komponen Umur manfaat komponen
Badan pesawat Rp60.000.000.000 20 tahun
Komponen mesin 32.000.000.000 8 tahun
Komponen lainnya 8.000.000.000 5 tahun
Perhitungan beban penyusutan komponen untuk selama tahun 2021, adalah sebagai berikut:
Komponen Nilai komponen Umur manfaat Penyusutan komponen
Badan pesawat Rp 60.000.000.000 20 tahun Rp3.000.000.000
Komponen mesin 32.000.000.000 8 tahun 4.000.000.000
Komponen lainnya 8.000.000.000 5 tahun 1.600.000.000
Rp100.000.000.000 Rp8.600.000.000
Garuda Indonesia akan mencatat beban penyusutan sebesar Rp8.600.000.000 dalam tahun
2021 sebagai berikut:
Beban penyusutan – Pesawat udara 8.600.000.000
Akumulasi penyusutan – Pesawat udara 8.600.000.000
Pada laporan posisi keuangan pada akhir tahun 2021, PT Garuda Indonesia melaporkan
pesawat udara sebagai jumlah tunggal. Penyajian jumlah tercatat pesawat udara ditunjukkan
di bawah ini.
Aset Tidak Lancar
Pesawat udara Rp100.000.000.000
Kurang: Akumulasi penyusutan – Pesawat udara (8.600.000.000)
Jumlah tercatat Rp 91.400.000.000
H a l a m a n 5 | 42
Monang Situmorang, CA

4. Penyusutan dan Periode Parsial


Aset tetap jarang sekali dibeli pada hari pertama periode fiskal atau dilepaskan pada hari
terakhir periode fiskal. Pertanyaan yang praktis adalah: Dalam menghitung beban penyusutan
periode parsial, entitas harus menentukan beban penyusutan untuk setahun penuh dan
kemudian merata-ratakan beban penyusutan ini pada dua periode yang terlibat.
Contoh: Sebuah mesin dengan umur manfaat 5 tahun yang dibeli seharga Rp450.000 (tanpa
nilai residu) pada 10 Juni 2021. Tahun fiskal entitas ini berakhir pada 31 Desember.
Penyusutan dibebankan untuk 6 2/3 bulan selama tahun tersebut. Total penyusutan untuk
setahun penuh (dengan penyusutan garis lurus) adalah Rp90.000 – (Rp450.000 / 5), dan
penyusutan untuk tahun parsial pertama adalah:
6 2/3 / 12 x Rp90.000 = Rp50.000
Bagaimana penyusutan periode parsial akan ditangani jika metode dipercepat seperti jumlah
angka tahun atau saldo menurun berganda digunakan?
Contoh: PT Gudang Garam membeli aset dengan harga Rp10.000 pada 1 Juli 2021 estimasi
umur manfaat 5 tahun dan tidak ada nilai residu. Jumlah penyusutan untuk tahun 2021,
2022, dan 2023 ditunjukkan berikut ini.
Jumlah Angka Tahun Saldo Menurun Ganda
Tahun pertama penuh (2021) (5/15 x Rp10.000) = Rp3.333,33 (40% x Rp10.000) = Rp4.000
Tahun kedua penuh (2022) (4/15 x Rp10.000) = Rp2.666,67 (40% x Rp 6.000) = Rp2.400
Tahun ketiga penuh (2023) (3/15 x Rp10.000) = Rp2.000,00 (40% x Rp 3.600) = Rp1.440
Penyusutan dari 1 Juli 2021 sampai dengan 31 Desember 2023
6/12 x Rp3.333,33 = 6/12x Rp4.000 = Rp2.000
Rp1.666,67
Penyusutan tahun 2022 6/12 x Rp3.333,33 = Rp1.666,67 6/12 x Rp4.000 = Rp2.000
6/12 x Rp2.666,67 = Rp1.333,33 6/12 x Rp2.400 = Rp1.200
Rp3.000,00 Rp3.200
Atau (Rp10.000 – Rp2.000) x 40% = Rp3.200
Penyusutan tahun 2023 6/12 x Rp2.666,67 = Rp1.333,33 6/12 x Rp2.400 = Rp1.200
6/12 x Rp2.000,00= Rp1.000,00 6/12 x Rp1.440 = Rp 720
Rp2.333,33 Rp1.920
Atau (Rp6.000 – Rp1.200) x 40% = Rp1.920

5. Revisi Umur Manfaat dan Nilai Residu


Nilai residu dan umur manfaat setiap aset tetap di-review minimum setiap akhir tahun
buku dan apabila ternyata hasil review berbeda dengan estimasi sebelumnya maka perbedaan
tersebut diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK 25:
Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan.
Contoh 1: Entitas ABC membeli peralatan senilai Rp50.000 dan estimasi umur manfaat
selama 10 tahun. Dengan menggunakan metode garis lurus tanpa nilai residu, penyusutan
tahunannya sebesar Rp5.000. Setelah empat tahun, akumulasi penyusutannya akan sebesar
Rp20.000 dan jumlah tercatatnya sebesar Rp30.000. Di awal tahun kelima, suatu penilaian
kembali terhadap umur manfaat aset menunjukkan umur aset tersebut diestimasikan tinggal
empat tahun lagi. Jadi suatu penyesuaian harus dibuat untuk tahun kelima dan tahun-tahun
setelahnya untuk mencerminkan perubahan tersebut. Beban penyusutan tahunan yang harus

H a l a m a n 6 | 42
Monang Situmorang, CA

dihitung dengan membagi jumlah tercatat dengan empat tahun umur manfaat yang tersisa.
Penyusutan untuk tahun kelima sampai tahun kedelapan akan sebesar Rp7.500 per tahun
(Rp30.000/4 = Rp7.500).
Tahun Penghitungan Jumlah penyusutan Akumulasi penyusutan
1. Rp50.000 / 10 Rp5.000 Rp 5.000
2. Rp50.000 / 10 Rp5.000 Rp10.000
3. Rp50.000 / 10 Rp5.000 Rp15.000
4. Rp50.000 / 10 Rp5.000 Rp20.000
5. (Rp50.000 – Rp20.000) / 4 Rp7.500 Rp27.500
6. (Rp50.000 – Rp20.000) / 4 Rp7.500 Rp35.000
7. (Rp50.000 – Rp20.000) / 4 Rp7.500 Rp42.500
8. (Rp50.000 – Rp20.000) / 4 Rp7.500 Rp50.000
Contoh 2: Entitas KLM memiliki sebuah aset dengan biaya awal Rp2.000.000. Pada saat
perolehan, manajemen menetapkan bahwa umur manfaat adalah 10 tahun dan nilai residu
sebesar Rp200.000. Sekarang, aset tersebut berumur 8 tahun, dan pada saat ini tidak terdapat
revisi terhadap nilai residu yang ditetapkan. Pada akhir tahun ke-8, manajemen telah
menelaah umur manfaat dan nilai residu serta menetapkan umur manfaat dapat diperpanjang
menjadi 12 tahun karena adanya program pemeliharaan yang diadopsi oleh entitas.
Akibatnya, nilai residu akan berkurang menjadi Rp100.000. Hitunglah beban penyusutan per
tahun selama sisa umur manfaat aset.
a. Jumlah tercatat aset pada akhir tahun ke-8:
Harga perolehan Rp2.000.000
Rp2.000
Akumulasi penyusutan 1.440.000
Rp1.440.000.000
Jumlah tercatat Rp 560.000
b. Akumulasi penyusutan dihitung sebagai berikut:
Harga perolehan Rp2.000.000
Nilai residu 200.000
Rp2.000
Jumlah tercatat Rp1.800.000
Beban penyusutan tahunan Rp 180.000 (Rp1.800.000/10)
Akumulasi penyusutan 1.440.000 (Rp180.000 x 8 tahun)
c. Beban penyusutan untuk sisa umur manfaat 4 tahun (12 – 8) adalah sebagai berikut:
Jumlah tercatat Rp560.000
Jumlah nilai residu setelah revisi 100.000
Rp2.000
Jumlah tercatat Rp460.000
Beban penyusutan tahunan Rp115.000 (Rp460.000 : 4 tahun)

B. PENURUNAN NILAI ASET


Suatu aset tetap mengalami penurunan nilai (impairment) bila entitas tidak mampu
menutup jumlah tercatat aset baik melalui penjualan maupun dengan pemakaiannya. Untuk
menentukan apakah aset mengalami penurunan nilai, atas dasar tahunan, pada akhir setiap
periode pelaporan entitas me-review aset untuk melihat indikator penurunan nilai – yaitu,
penurunan kemampuan aset memperoleh kas (the asset’s cash-generating) melalui penjualan
atau pemakaian. Review ini harus mempertimbangkan sumber informasi internal dan
H a l a m a n 7 | 42
Monang Situmorang, CA

eksternal. Jika terdapat indikator penurunan nilai, maka suatu pengujian penurunan nilai
(impairment test) harus dilakukan. Dalam menentukan apakah suatu aset tetap mengalami
penurunan nilai, entitas menerapkan PSAK 48: Penurunan Nilai Aset. Pernyataan tersebut
menjelaskan bagaimana entitas me-review jumlah tercatat asetnya, bagaimana menentukan
jumlah terpulihkan dari aset, dan kapan mengakui atau membalik rugi penurunan nilai.
1. Pengujian Penurunan Nilai
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan antara jumlah aset terpulihkan (the
asset’s recoverable amount) dan jumlah tercatat (carrying amount).
1) Jika jumlah tercatat lebih tinggi daripada jumlah terpulihkan, perbedaan tersebut adalah
rugi penurunan nilai (impairment loss). Dengan kata lain, rugi penurunan nilai adalah
suatu jumlah yang merupakan selisih lebih jumlah tercatat suatu aset atas jumlah
terpulihkannya.
2) Jika jumlah terpulihkan lebih besar daripada jumlah tercatat, tidak ada penurunan nilai
dicatat (no impairment).
Gambar: Pengujian Penurunan Nilai (Impairment Test)

Berikut ini diuraikan definisi yang terkait dengan penurunan nilai.


 Jumlah tercatat (carrying amount) adalah jumlah yang diakui untuk suatu aset setelah
dikurangi akumulasi penyusutan (amortisasi) dan akumulasi rugi penurunan nilai.
 Jumlah terpulihkan (recoverable amount) suatu aset atau unit penghasil kas adalah
jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajarnya dikurangi biaya penjualan dan nilai
pakainya.
 Nilai wajar dikurangi biaya penjualan (fair value less costs to sale) adalah jumlah yang
dapat dihasilkan dari penjualan suatu aset atau unit penghasil kas dalam transaksi antara
pihak-pihak yang mengerti dan berkehendak bebas tanpa tekanan, dikurangi biaya
pelepasan aset.
 Nilai pakai (value in-use) adalah nilai sekarang dari taksiran arus kas yang diharapkan
akan diterima atau unit penghasil kas atas jumlah terpulihkannya.

H a l a m a n 8 | 42
Monang Situmorang, CA

 Unit penghasil kas (cash-generating unit – CGU) adalah kelompok terkecil aset
teridentifikasikan yang menghasilkan arus kas masuk yang sebagian besar independen
dari arus kas masuk dari aset atau kelompok aset lain.
Nilai wajar dikurangi biaya penjualan dan nilai pakai dari suatu aset tidak selalu perlu
ditentukan dua-duanya. Jika salah satu jumlahnya melebihi jumlah tercatat aset, maka aset
tersebut tidak mengalami penurunan nilai dan estimasi jumlah lainnya tidak perlu dilakukan.
Contoh 1: Tidak Terdapat Penurunan Nilai (No Impairment)
PT Lam melakukan pengujian penurunan nilai atas peralatannya. Jumlah tercatat peralatan
Lam sebesar Rp200.000, nilai wajar dikurangi biaya penjualan sebesar Rp180.000, dan nilai
pakainya sebesar Rp205.000. Dalam kasus ini, nilai pakai peralatan (Rp205.000) adalah lebih
tinggi daripada jumlah tercatat (Rp200.000). Akibatnya, tidak terdapat penurunan nilai (no
impairment).
Contoh 2: Terdapat Penurunan Nilai (Impairment)
Asumsikan dengan informasi yang sama untuk Lam di atas, kecuali nilai pakai peralatan Lam
adalah Rp175.000 bukan Rp205.000. Lam mengukur rugi penurunan nilai sebagai selisih
antara jumlah tercatat Rp200.000 dan jumlah yang lebih tinggi nilai wajar dikurangi biaya
penjualan (Rp180.000) atau nilai pakai (Rp175.000). Oleh karena itu, Lam menggunakan
jumlah terpulihkan (nilai wajar dikurangi biaya penjualan) untuk mencatat rugi penurunan
nilai, yaitu sebesar Rp20.000 (Rp200.000 – Rp180.000). Lam membuat jurnal berikut untuk
mencatat rugi penurunan nilai.
Rugi penurunan nilai – Peralatan 20.000.000
20.000
Akumulasi rugi penurunan nilai – Peralatan 20.000
Rugi penurunan nilai (impairment loss) dilaporkan pada laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif lain dalam bagian operasi berlanjut (“pendapatan dan beban lain-
lain.”). Entitas kemudian mengkreditkan “Akumulasi Rugi Penurunan Nilai” (“Allowance
for Impairment Loss”) atau Akumulasi Penyusutan – Peralatan untuk mengurangi jumlah
tercatat peralatan akibat penurunan nilai.
Berikut ini disajikan contoh tambahan mengenai penurunan nilai
Kasus 1: Pada 31 Desember 2021, PT Han memiliki peralatan dengan biaya perolehan
sebesar Rp26.000.000 dan akumulasi penyusutan sebesar Rp12.000.000. Umur manfaat
peralatan adalah empat tahun dan nilai residu sebesar Rp2.000.000. Informasi berikut
berkaitan dengan peralatan tersebut.
 Jumlah tercatat peralatan pada 31 Desember 2021 sebesar Rp14.000.000 (Rp26.000.000
– Rp12.000.000).
 Han menggunakan penyusutan garis lurus. Penyusutan yang dicatat Han selama tahun
2021 sebesar Rp6.000.000 [(Rp26.000.000– Rp2.000.000) : 4].
 Han telah menetapkan bahwa jumlah terpulihkan aset pada 31 Desember 2021 sebesar
Rp11.000.000.
 Sisa umur manfaat peralatan setelah 31 Desember 2021 adalah dua tahun.
Han mencatat penurunan nilai peralatan sebesar Rp3.000.000 (Rp14.000.000 –
Rp11.000.000) pada 31 Desember 2021, sebagai berikut:
H a l a m a n 9 | 42
Monang Situmorang, CA

Rugi penurunan nilai – Peralatan 3.000.000


20.000.000
Akumulasi rugi penurunan nilai – Peralatan 3.000.000
Setelah pengakuan rugi penurunan nilai dalam tahun 2021, jumlah tercatat peralatan
sekarang Rp11.000.000. Penyajian peralatan di laporan posisi keuangan adalah sebagai
berikut:
Aset Tidak Lancar
Peralatan Rp26.000.000
Kurang: Akumulasi penyusutan (12.000.000)
Akumulasi rugi penurunan nilai (3.000.000)
Jumlah tercatat Rp11.000.000
Pada 2022, Han menetapkan bahwa total umur manfaat peralatan tidak berubah (jadi,
sisa umur manfaat tetap dua tahun). Namun, estimasi nilai residu peralatan sekarang adalah
Rpnihil. Han tetap menggunakan penyusutan garis lurus dan membuat jurnal berikut untuk
mencatat penyusutan sebesar Rp5.500.000 (Rp11.000.000/2) untuk tahun 2022.
Beban penyusutan – Peralatan 5.500.000
55.000.000
Akumulasi penyusutan – Peralatan 5.500.000
Han mencatat penyusutan dalam periode setelah penurunan nilai dengan menggunakan
jumlah tercatat aset yang telah disesuaikan dengan adanya penurunan nilai. Kemudian Han
menilai apakah selanjutnya peralatan nilainya turun pada akhir tahun 2022. Misalnya, jumlah
tercatat peralatan Han pada 31 Desember 2022 adalah Rp5.500.000 (Rp26.000.000 –
Rp12.000.000 – Rp3.000.000 – Rp5.500.000). Jika Han menetapkan bahwa jumlah
terpulihkan pada 31 Desember 2022 adalah lebih rendah daripada Rp5.500.000, maka suatu
tambahan rugi penurunan nilai dicatat.
Kasus 2: Pada akhir tahun 2021, PT Bakrie menguji penurunan nilai mesin. Jumlah tercatat
mesin sebesar Rp200.000. Estimasi sisa umur manfaat mesin adalah lima tahun. Karena sifat
khas mesin, terdapat informasi berkaitan dengan pasar sehingga jumlah tercatat mesin
ditetapkan berdasarkan nilai wajar. Bakrie menetapkan jumlah terpulihkan mesin (misalnya,
jumlah yang lebih tinggi antara nilai pakai dan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual)
akan didasarkan nilai pakai. Untuk menentukan nilai pakai, Bakrie menyusun estimasi arus
kas masa depan berdasarkan informasi internal entitas yaitu anggaran kas (yang
menggambarkan arus kas masuk dari mesin dan estimasi biaya untuk mempertahankan mesin
dalam kondisi kini). Bakrie menggunakan tingkat diskonto 8 persen, yang kira-kira sama
dengan biaya pinjaman sebelum pajak Bakrie. Analisis Bakrie menunjukkan bahwa arus kas
masuk masa depan selama lima tahun adalah Rp40.000 tiap tahun, dan akan menerima nilai
residu sebesar Rp10.000 pada akhir tahun kelima. Diasumsikan bahwa semua arus kas terjadi
pada akhir tahun.
Penghitungan nilai pakai mesin Bakrie ditunjukkan di bawah ini.
Nilai kini pembayaran lima tahunan Rp40.000 (Rp40.000. x 3,99271) Rp159.708,40
Nilai kini nilai residu Rp10.000 (Rp10.000 x 0,68058) 6.805,80
Nilai pakai mesin Rp166.514,20
Penghitungan rugi penurunan nilai mesin pada akhir tahun 2021 ditunjukkan di bawah ini.

H a l a m a n 10 | 42
Monang Situmorang, CA

Jumlah tercatat mesin sebelum rugi penurunan nilai Rp200.000,00


Jumlah terpulihkan mesin 166.514,20
Rugi penurunan nilai Rp 33.485,80
Oleh karena itu, entitas mencatat rugi penurunan nilai pada tanggal 31 Desember 2021,
sebagai berikut:
Rugi penurunan nilai peralatan – Peralatan 33.485,80
55.000.000
Akumulasi rugi penurunan nilai – Peralatan 33.485,80
Jumlah tercatat mesin setelah mencatat rugi penurunan nilai adalah Rp166.514,20.
2. Pembalikan Rugi Penurunan Nilai
Setelah mencatat rugi penurunan nilai, jumlah tercatat menjadi dasar aset yang telah
diturunkan nilainya (impaired asset). Jika pada periode berikutnya, entitas menentukan
bahwa aset tetap yang sebelumnya telah diturunkan nilainya, kemudian ternyata mengalami
pemulihan nilai (jumlah terpulihkan aset lebih tinggi daripada jumlah tercatat). Dalam kasus
ini, rugi penurunan nilai harus dibalik atau dipulihkan (reversed).
Contoh 1: PT Tan membeli peralatan pada 1 Januari 2021 seharga Rp300.000, dengan umur
manfaat tiga tahun dan tidak ada nilai residu. Beban penyusutan dan jumlah tercatat selama
tiga tahun adalah sebagai berikut:
Tahun Beban penyusutan Jumlah tercatat
2021 Rp100.000 (Rp300.000/3) Rp 200.000
2022 Rp100.000 (Rp300.000/3) 100.000
2023 Rp100.000 (Rp300.000/3) 0
Pada akhir tahun 2021, Tan menetapkan rugi penurunan nilai atas peralatannya sebesar
Rp20.000 dan oleh karena itu melakukan jurnal sebagai berikut:
Rugi penurunan nilai 20.000.000
20.000
Akumulasi rugi penurunan nilai – Peralatan 20.000
Beban penyusutan dan jumlah tercatat setelah penurunan nilai adalah sebagaimana
ditunjukkan di bawah ini.
Tahun Beban penyusutan Jumlah tercatat
2021 Rp90.000 (Rp180.000/2) Rp 90.000
2022 Rp90.000 (Rp180.000/2) 0
Pada akhir tahun 2022, Tan menetapkan bahwa jumlah terpulihkan peralatan sebesar
Rp96.000, lebih besar daripada jumlah tercatat sebesar Rp90.000. Dalam kasus ini, Tan
membalik atau memulihkan (reverses) rugi penurunan nilai yang diakui sebelumnya dengan
jurnal berikut:
Akumulasi rugi penurunan nilai – Peralatan 20.000.000
6.000
Pemulihan rugi penurunan nilai 6.000
Pemulihan rugi penurunan nilai (recovery of impairment loss) dilaporkan sebagai
“pendapatan dan beban lain-lain” dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain.
Sekarang, jumlah tercatat peralatan Tan pada 31 Desember 2022 adalah Rp96.000
(Rp90.000 + Rp6.000).

H a l a m a n 11 | 42
Monang Situmorang, CA

Aturan umum yang berkaitan dengan pemulihan penurunan nilai (reversals of


impairments) adalah jumlah tercatat aset tetap yang meningkat yang disebabkan pembalikan
atau pemulihan penurunan nilai, tidak boleh melebihi batas yaitu jumlah tercatat aset (neto
setelah penyusutan) seandainya aset tetap tidak mengalami rugi penurunan nilai di tahun-
tahun sebelumnya.
Misalnya, pada 31 Desember 2022 jumlah tercatat peralatan (berdasarkan biaya historis)
dengan asumsi tidak ada penurunan nilai sebesar Rp100.000. Oleh karena itu pemulihan
yang dibolehkan sebesar Rp6.000, karena jumlah tercatat peralatan setelah penurunan nilai
adalah hanya Rp96.000. Namun, setiap pemulihan di atas Rp10.000 tidak dibolehkan.
Alasannya adalah setiap pemulihan di atas Rp10.000 mengakibatkan jumlah tercatat aset Tan
nilainya di atas biaya historis.
3. Penurunan Nilai Aset yang akan Dilepaskan
Apa yang terjadi jika entitas bermaksud akan melepaskan (dispose) melalui penjualan
suatu aset tetap yang mengalami penurunan nilai (impaired asset), selain daripada
memilikinya untuk digunakan atau dipakai? Dengan kata lain, entitas dapat menghentikan
suatu aset, namun tidak langsung menjualnya pada saat itu juga. Sesuai dengan PSAK 58:
Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan, entitas
mengklasifikasikan suatu aset tetap sebagai “dimiliki untuk dijual” jika jumlah tercatatnya
akan dipulihkan terutama melalui transaksi penjualan daripada melalui penggunaan berlanjut.
Untuk dapat diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar dimiliki untuk dijual, antara lain
harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
 Aset tetap tersebut memang tersedia untuk dapat segera dijual pada kondisinya sekarang.
 Penjualan aset tetap tersebut sangat mungkin terjadi, hal ini ditandai dengan komitmen
dari manajemen untuk menjual dan telah melakukan upaya untuk menjual aset tersebut
pada harga yang wajar.
 Aset tetap yang direklasifikasi menjadi aset tidak lancar dimiliki untuk dijual harus
diukur pada “nilai yang lebih rendah antara jumlah tercatat dan nilai wajar setelah
dikurangi biaya untuk menjual”.
 Penyusutan atas aset dihentikan.
 Pada saat reklasifikasi menjadi aset dimiliki untuk dijual jumlah hasil (proceed) yang
diharapkan lebih besar daripada jumlah tercatatnya, keuntungannya tidak diakui hingga
aset tersebut benar-benar telah dijual. Rugi penurunan nilai diakui dan pada saat terjual
selisih antara jumlah tercatat kini dan hasil diakui sebagai keuntungan/rugi pelepasan
aset, bukan penyesuaian atas penurunan nilai yang diakui sebelumnya.
Contoh: PT Wika mempunyai mesin yang diperoleh pada 1 Desember 2016 dengan biaya
perolehan sebesar Rp100.000, dan memutuskan pada tahun 2021 untuk menjual mesin
tersebut dengan segera. Jumlah akumulasi penyusutan pada saat keputusan dilakukan adalah
Rp40.000. Manajemen mengestimasi nilai wajar mesin sebesar Rp50.000 dan biaya untuk
menjual adalah Rp2.000.
a. Jurnal yang dilakukan pada tahun 2021 ketika diputuskan untuk menjual mesin tersebut
adalah

H a l a m a n 12 | 42
Monang Situmorang, CA

Aset dimiliki untuk dijual 48.000


Akumulasi penyusutan 40.000
Rugi penurunan nilai mesin 12.000
Mesin 100.000
Pada saat keputusan akan dilakukan untuk menjual mesin, maka:
 Aset direklasifikasi dari kelompok “aset tetap” ke kelompok “aset dimiliki untuk dijual”
sebagai persediaan.
 Jumlah terpulihkan adalah Rp30.000, dengan penghitungan sebagai berikut:
Nilai wajar Rp 50.000
Biaya untuk menjual (2.000)
Jumlah terpulihkan Rp 48.000
 Jumlah tercatat aset sebesar Rp60.000, dengan penghitungan sebagai berikut:
Biaya perolehan Rp100.000
Akumulasi penyusutan (40.000)
Jumlah tercatat Rp 60.000
 Kerugian penurunan nilai sebesar Rp12.000, dengan penghitungan sebagai berikut:
Jumlah tercatat Rp 60.000
Jumlah terpulihkan 48.000
Kerugian penurunan nilai Rp 12.000

b. Pada tahun 2021, dilakukan penjualan mesin dengan hasil bersih sebesar Rp49.000.
Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah sebegai berikut:
Kas 49.000
Aset dimiliki untuk dijual 48.000
Keuntungan penjualan mesin 1.000

c. Sekarang, jika pada tahun 2021, manajemen mengestimasi bahwa hasil penjualan
menjadi Rp65.000, bukan sebesar Rp50.000, dikurang biaya untuk menjual Rp5.000,
jurnal yang akan dilakukan adalah:
Aset dimiliki untuk dijual 60.000
Akumulasi penyusutan 40.000
Mesin 100.000
Mengapa? Karena aset dimiliki untuk dijual dicatat pada “nilai yang lebih rendah antara
jumlah tercatat dan nilai wajar setelah dikurangi biaya untuk menjual”. Nilai realisasi
bersih Rp60.000 (Rp65.000 – Rp5.000), sedangkan jumlah tercatat Rp60.000.
d. Jika realisasi penjualan tahun 2021 adalah sebesar Rp49.000, maka jurnal yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
Kas 49.000
Kerugian penjualan mesin 11.000
Aset dimiliki untuk dijual 60.000

4. Ikhtisar Konsep Utama dalam Akuntansi Penurunan Nilai

H a l a m a n 13 | 42
Monang Situmorang, CA

Pengujian Penurunan Nilai Pengukuran Rugi Penurunan Nilai

Jumlah terpulihkan Penurunan


lebih rendah daripada nilai
jumlah tercatat Ya

Tidak

Tidak terjadi
penurunan nilai Aset dimiliki Aset dimiliki
untuk digunakan untuk dijual

1. Kerugian penurunan 1. Diukur pada nilai yang


nilai: selisih lebih lebih rendah antara
jumlah tercatat atas jumlah tercatat dan
jumlah terpulihkan. nilai wajar dikurangi
biaya untuk menjual.
2. Penyusutan atas dasar
biaya perolehan baru. 2. Penyusutan aset
dihentikan.
3. Pemulihan kerugian
penurunan nilai
dibolehkan.

C. REVALUASI ASET TETAP


Pada saat perolehan aset tetap, pengukuran awal dari aset tetap diukur pada biaya
perolehan. Setelah pengakuan awal, berdasarkan PSAK 16 : Aset Tetap, entitas dapat
memilih model biaya atau model revaluasi sebagai kebijakan akuntansinya dan menerapkan
kebijakan tersebut terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama. 1
 Jika entitas memilih model biaya (cost model) sebagai kebijakan akuntansinya, maka aset
pada periode berikutnya dicatat atau diukur pada biaya perolehan dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.

1
SAK ETAP: Penilaian kembali atau revaluasi aset tetap pada umumnya tidak diperkenankan karena SAK
ETAP menganut penilaian aset berdasarkan biaya perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan dari
ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah.
H a l a m a n 14 | 42
Monang Situmorang, CA

 Jika entitas dapat mengukur secara andal nilai wajar aset tetap, entitas dapat memilih
model revaluasi (revaluation model) sebagai kebijakan akuntansinya dalam mengukur
aset tetap pada periode berikutnya. Aset tetap dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu
nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi
penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi.
Jika suatu aset tetap direvaluasi, maka:
 Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup untuk memastikan bahwa
jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan
menggunakan nilai wajar pada akhir periode pelaporan.
 Seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama harus direvaluasi.
 Frekuensi revaluasi tergantung perubahan nilai wajar dari suatu aset tetap yang
direvaluasi.
 Jika nilai wajar dari aset yang direvaluasi berbeda secara material dari jumlah
tercatatnya, maka revaluasi lanjutan perlu dilakukan. Beberapa aset tetap mengalami
perubahan nilai wajar secara signifikan dan fluktuatif, sehingga perlu direvaluasi secara
tahunan. Revaluasi tahunan seperti itu tidak perlu dilakukan apabila perubahan nilai
wajar tidak signifikan. Namun demikian, aset tersebut mungkin perlu direvaluasi setiap
tiga atau lima tahun sekali.
1. Penentuan Nilai Wajar
Menurut PSAK 68: Nilai Wajar, nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk
menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam
transaksi teratur di pasar utama pada tanggal pengukuran dalam kondisi pasar saat ini terlepas
apakah harga tersebut dapat diobservasi secara langsung atau diestimasi dengan
menggunakan teknik penilaian lain.
Jika tidak ada pasar yang dapat dijadikan dasar penentuan nilai wajar karena sifat dari
aset tetap yang khusus dan jarang diperjualbelikan, kecuali sebagai bagian dari bisnis yang
berkelanjutan, maka entitas mungkin perlu mengestimasi nilai wajar menggunakan
pendekatan penghasilan (income approach) misalnya arus kas masa depan dari aset yang
didiskontokan, atau biaya pengganti yang telah disusutkan (depreciated replacement cost
approach).
Sebagai acuan dalam menentukan nilai wajar suatu aset tetap dapat dilakukan sebagai
berikut:
Jenis Aset Tetap Penentuan Nilai wajar
 Tanah dan Bangunan  Nilai wajar tanah dan bangunan biasanya
(Land and Buildings) ditentukan melalui penilaian yang dilakukan oleh
penilai yang memiliki kualifikasi profesional
 Pabrik dan Peralatan berdasarkan bukti pasar.
(Plant and Equipment)  Menggunakan nilai pasar yang ditentukan oleh
penilai.
2. Penyesuaian Akumulasi Penyusutan pada Tanggal Revaluasi
Jika suatu aset tetap direvaluasi, maka akumulasi penyusutan pada tanggal revaluasi
diperlakukan dengan salah satu cara berikut ini:
H a l a m a n 15 | 42
Monang Situmorang, CA

a. Akumulasi penyusutan disajikan kembali. Disajikan kembali (restated) secara


proporsional dengan perubahan dalam jumlah tercatat bruto aset sehingga jumlah tercatat
aset setelah revaluasi sama dengan jumlah revaluasiannya. Metode ini sering digunakan
apabila aset direvaluasi dengan cara memberi indeks untuk menentukan biaya pengganti
yang telah disusutkan. (Disebut juga “metode proporsional ”).
b. Eliminasi akumulasi penyusutan. Dieliminasi akumulasi penyusutan terhadap jumlah
tercatat bruto aset dan jumlah tercatat neto setelah eliminasi disajikan kembali sebesar
jumlah revaluasian dari aset tersebut. Metode ini sering digunakan untuk bangunan.
(Disebut juga “metode jumlah tercatat bruto”).
Jumlah penyesuaian yang timbul dari “penyajian kembali” atau “eliminasi akumulasi
penyusutan” membentuk bagian dari kenaikan atau penurunan dalam jumlah tercatat yang
ditentukan sesuai dengan hal berikut ini:
 Jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi, kenaikan tersebut diakui dalam
penghasilan komprehensif lain dan terakumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus
revaluasi. Namun, kenaikan tersebut harus diakui dalam laba rugi hingga sebesar jumlah
penurunan nilai aset akibat revaluasi yang pernah diakui sebelumnya dalam laba rugi.
 Jika jumlah tercatat aset turun akibat revaluasi, penurunan tersebut diakui dalam laba
rugi. Namun, penurunan nilai akibat revaluasi tersebut langsung didebit ke penghasilan
komprehensif lain pada bagian surplus revaluasi selama penurunan tersebut tidak
melebihi saldo kredit surplus revaluasi untuk aset tersebut.
3. Akuntansi Revaluasi Aset Tetap
Contoh 1: Untuk mengilustrasikan akuntansi revaluasi, asumsikan Kelompok Usaha Galaxi
membeli sebuah bangunan dengan biaya perolehan Rp1.000.000. Setelah satu tahun
bangunan dinilai dengan nilai wajar Rp1.100.000. Jurnal untuk mencatat kenaikan jumlah
tercatat menjadi nilai wajarnya adalah sebagai berikut:
Bangunan 100.000
Surplus revaluasi (Keuntungan revaluasi
bangunan yang belum direalisasi – bangunan) 100.000
Pada tahun berikutnya, Kelompok Usaha Galaxi menetapkan bahwa nilai wajar bangunan
tidak lagi Rp1.100.000. Dengan asumsi bahwa nilai wajar turun menjadi Rp950.000, jurnal
berikut ini dilakukan untuk mencatat penurunan revaluasi.
Surplus revaluasi 100.000
Kerugian penurunan nilai bangunan (Beban revaluasi) 50.000
Bangunan 150.000
Contoh 2: Pada akhir tahun, sebuah bangunan dengan biaya perolehan Rp1.000.000 dan
akumulasi penyusutan sebesar Rp400.000 telah direvaluasi dan jumlah revaluasian bangunan
menjadi Rp900.000. Buatlah jurnal yang diperlukan, dengan pendekatan (1) akumulasi
penyusutan disajikan kembali, dan (2) eliminasi akumulasi penyusutan.
1) Akumulasi penyusutan disajikan kembali (metode proporsional)
Dengan metode ini, maka akumulasi penyusutan disajikan kembali secara proporsional
dengan perubahan dalam jumlah tercatat bruto aset sehingga jumlah tercatat aset setelah
revaluasi sama dengan jumlah revaluasian.
H a l a m a n 16 | 42
Monang Situmorang, CA

Akhir Tahun Sebelum Setelah


Revaluasi Revaluasi
Bangunan Rp1.000.000 × Rp900.000/Rp600.000 = Rp1.500.000
Akumulasi penyusutan 400.000 × Rp900.000/Rp600.000 = 600.000
Jumlah tercatat neto Rp 600.000 × Rp900.000/Rp600.000 = Rp 900.000
2) Eliminasi akumulasi penyusutan (metode jumlah tercatat bruto)
Dengan metode ini, akumulasi penyusutan dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto aset
dan jumlah tercatat neto disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian. Dengan
demikian, (a) mengeliminasi akumulasi penyusutan sebesar Rp400.000 menjadi nol,
dan (b) menambah akun bangunan sebesar Rp300.000 menjadi pada nilai wajarnya
sebesar Rp900.000, sehingga jumlah tercatat neto adalah Rp900.000 atau (Rp1.000.000 –
Rp400.000 + Rp300.000).
Metode Proporsional Metode Jumlah Tercatat Bruto
Bangunan 500.000 Eliminasi akumulasi
Ak. penyusutan 200.000 penyusutan
Surplus revaluasi 300.000 Ak. penyusutan 400.000
Bangunan 400.000
Menyesuaikan
bangunan ke jumlah
revaluasian
Bangunan 300.000
Surplus revaluasi 300.000
Atau
Ak. penyusutan 400.000
Bangunan 100.000
Surplus revaluasi 300.000
Contoh 3: PT Lenovo membeli peralatan sebesar Rp5.000.000 pada 2 Januari 2021.
Peralatan mempunyai umur manfaat lima tahun, disusutkan dengan metode garis lurus, dan
nilai residu adalah Rp nihil. Lenovo memilih untuk merevaluasi peralatannya dengan nilai
wajar selama umur peralatan.
 Lenovo mencatat beban penyusutan sebesar Rp1.000.000 (Rp5.000.000 : 5) pada 31
Desember 2021, sebagai berikut:
Beban penyusutan – Peralatan 1.000.000
1.000.000.000
Akumulasi penyusutan – Peralatan 1.000.000
Setelah jurnal ini, jumlah tercatat peralatan adalah Rp4.000.000 (Rp5.000.000 –
Rp1.000.000).
 Pada 31 Desember 2021, penilaian independen dilakukan atas peralatan dengan nilai
wajar sebesar Rp4.600.000. Jurnal untuk mencatat revaluasi ini (menyesuaikan peralatan
pada nilai wajar dan mencatat kenaikan revaluasi) pada 31 Desember 2021, adalah
sebagai berikut: (dengan eliminasi akumulasi penyusutan)
Akumulasi penyusutan – Peralatan 1.000.000.000
1.000.000
Peralatan 400.000.000
400.000
Surplus revaluasi – Peralatan 600.000

H a l a m a n 17 | 42
Monang Situmorang, CA

Sekarang, peralatan dilaporkan pada nilai wajar sebesar Rp4.600.000 (Rp5.000.000–


Rp400.000). Kenaikan nilai wajar sebesar Rp600.000 disajikan di laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif lain sebagai penghasilan komprehensif lain. Selain itu, saldo akhir
akumulasi penghasilan komprehensif lain (surplus revaluasi) dilaporkan di laporan posisi
keuangan.
Berikut penyajian unsur-unsur revaluasi di laporan keuangan
Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain:
Penghasilan komprehensif lain:
Keuntungan revaluasi yang belum direalisasi – Peralatan Rp 600.000
Laporan Posisi Keuangan:
Aset tetap
Peralatan (Rp5.000.000 – Rp400.000) Rp4.600.000
Akum. peny. – Peralatan (Rp1.000.000 – Rp1.000.000) Rp 0
Jumlah tercatat Rp4.600.000
Ekuitas
Surplus revaluasi (Akumulasi penghasilan komprehensif lain) Rp 600.000
Sebagaimana telah ditunjukkan di atas, pada 31 Desember 2021, jumlah tercatat
peralatan sekarang adalah Rp4.600.000. Lenovo melaporkan beban penyusutan sebesar
Rp1.000.000 dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain dan Surplus
Revaluasi – Peralatan sebesar Rp600.000 dalam “Akumulasi Penghasilan Komprehensif
Lain.” Dengan asumsi tidak ada perubahan umur manfaat peralatan, beban penyusutan
adalah Rp1.115.000 (Rp4.600.000 : 4).
4. Pemindahan Saldo Surplus Revaluasi
Saldo surplus revaluasi aset tetap yang telah disajikan dalam ekuitas dapat dipindahkan
(transfer) langsung ke saldo laba pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya
(derecognized). Terdapat dua kondisi yang memungkinkan saldo surplus revaluasi
dipindahkan ke saldo laba, yaitu:
1) Pemindahan sebagian surplus revaluasi sejalan dengan penggunaan aset oleh entitas.
2) Pemindahan sekaligus surplus revaluasi pada saat penghentian atau pelepasan aset
tersebut.
Dalam hal ini, surplus revaluasi yang dipindahkan ke saldo laba adalah sebesar perbedaan
antara jumlah penyusutan berdasarkan nilai revaluasian aset dan jumlah penyusutan
berdasarkan biaya perolehan aset tersebut. Pemindahan surplus revaluasi ke saldo laba tidak
dilakukan melalui laba rugi.
1) Pemindahan Sebagian Surplus Revaluasi Sejalan dengan Penggunaan Aset oleh Entitas
Contoh: PT Asahi membeli sebuah mesin dengan biaya perolehan Rp5.000.000 pada 1
Januari 2021 dan mengadopsi model revaluasi. Estimasi umur manfaat mesin adalah 5 tahun.
Pada 1 Juli 2021, mesin tersebut direvaluasi dengan nilai wajar sebesar Rp4.950.000.
Buatlah jurnal selama tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2021.
1 Januari 2021
Mesin 5.000.000
Kas 5.000.000
(Untuk mencatat pembelian mesin sebesar Rp5.000.000)

H a l a m a n 18 | 42
Monang Situmorang, CA

30 Juni 2021
Beban penyusutan – mesin 500.000
Akumulasi penyusutan – mesin 500.000
(Untuk mencatat beban penyusutan [(Rp5.000.000 : 5 tahun) : 1/2)]
1 Juli 2021
Akumulasi penyusutan – mesin 500.000
Surplus revaluasi – mesin 450.000
Mesin 50.000
(Untuk mencatat nilai wajar mesin menjadi sebesar Rp4.950.000 dan surplus
revaluasi Rp450.000 [(Rp4.950.000 – (Rp5.000.000 – Rp500.000), [dengan
metode jumlah tercatat bruto]
31 Desember 2021
Beban penyusutan – mesin 550.000
Akumulasi penyusutan – mesin 550.000
[Untuk mencatat beban penyusutan setelah revaluasi mesin diakui berdasarkan
jumlah revaluasian (Rp4.950.000 : 4,5 tahun : 2)]
31 Desember 2021
Surplus revaluasi 50.000
Saldo laba 50.000
Untuk mencatat surplus revaluasi yang dipindahkan ke saldo laba sejalan
dengan penggunaan aset dengan penghitungan sebagai berikut:
Surplus revaluasi:
Beban penyusutan (model revaluasi) Rp550.000
Beban penyusutan (model biaya) 500.000
Perbedaan – ke saldo laba Rp 50.000

2) Pemindahan Sebagian Surplus Revaluasi Sejalan dengan Penghentian atau Pelepasan


Aset
Contoh: Pada 1 Januari 2018, PT Jaya memperoleh sebuah mesin dengan biaya perolehan
Rp1.200.000. Umur manfaat mesin adalah enam tahun, dan nilai residu Rpnihil. Metode
penyusutan yang digunakan adalah metode garis lurus. Pada awal tahun ke empat (1 Januari
2021), aset tersebut direvaluasi dengan biaya pengganti bruto (gross replacement cost)
sebesar Rp1.500.000. Setahun kemudian aset tersebut dijual seharga Rp500.000.
Buatlah jurnal yang dilakukan sejak tahun 2018 sampai dengan tanggal penjualan 1 Januari
2022.
1 Januari 2018
Mesin 1.200.000
Kas 1.200.000
(Untuk mencatat pembelian mesin sebesar Rp1.200.000)
31 Desember 2018
Beban penyusutan - Mesin 200.000
Akumulasi penyusutan – Mesin 200.000
(Untuk mencatat beban penyusutan: Rp1.200.000 : 6 tahun)
31 Desember 2019
Beban penyusutan – Mesin 200.000
Akumulasi penyusutan – Mesin 200.000
(Untuk mencatat beban penyusutan: Rp1.200.000 : 6 tahun)
H a l a m a n 19 | 42
Monang Situmorang, CA

31 Desember 2020
Beban penyusutan – Mesin 200.000
Akumulasi penyusutan – Mesin 200.000
(Untuk mencatat beban penyusutan: Rp1.200.000 : 6 tahun)
1 Januari 2021
Mesin 300.000
Akumulasi penyusutan – Mesin 150.000
Surplus revaluasi – Mesin 150.000
(Untuk mencatat revaluasi dengan metode “akumulasi penyusutan disajikan
kembali”)
31 Desember 2021
Beban penyusutan – Mesin 250.000
Akumulasi penyusutan – Mesin 250.000
(Untuk mencatat beban penyusutan berdasarkan nilai revaluasi: Rp750.000 : 3
tahun)
31 Desember 2021
Surplus revaluasi – Mesin 50.000
Saldo laba 50.000
(Untuk mencatat surplus revaluasi dipindahkan ke saldo laba sejalan dengan
penggunaan mesin, dengan penghitungan sebagai berikut):
Surplus revaluasi:
Beban penyusutan (model revaluasi) Rp250.000
Beban penyusutan (model biaya) 200.000
Perbedaan – ke saldo laba Rp 50.000
1 Januari 2022
Kas 500.000
Surplus revaluasi – Mesin 100.000
Akumulasi penyusutan – Mesin 1.000.000
Mesin 1.500.000
Keuntungan penjualan mesin 100.000
(Untuk mencatat penjualan mesin)

5. Kasus Akuntansi Revaluasi Tetap


1) Revaluasi Tanah
a. Revaluasi: 2019 – Peningkatan Nilai
Untuk mengilustrasikan akuntansi revaluasi, asumsikan Kelompok Usaha Pakuan (KUP)
membeli tanah pada 1 Januari 2019 dengan biaya perolehan Rp400.000. KUP memutuskan
untuk melaporkan tanah pada nilai wajar untuk periode berikutnya. Pada 31 Desember 2019,
penilai tanah menyatakan bahwa nilai wajarnya adalah Rp520.000. KUP membuat jurnal
berikut untuk mencatat kenaikan dalam nilai wajar.
31 Desember 2019
Tanah 120.000
Surplus revaluasi – Tanah (Keuntungan revaluasi
belum direalisasi – Tanah) 120.000
(Untuk mencatat kenaikan nilai tanah)
b. Revaluasi: 2020 - Penurunan Nilai di bawah Biaya Perolehan

H a l a m a n 20 | 42
Monang Situmorang, CA

Jika nilai wajar tanah pada 31 Desember 2020 adalah Rp380.000, terdapat penurunan sebesar
Rp140.000 (Rp520.000 – Rp380.000). Dalam kasus ini, nilai wajar di bawah biaya
perolehan. Oleh karena itu, KUP mendebit Surplus Revaluasi atau Keuntungan Revaluasi
Belum Direalisasi – Tanah” (“Unrealized Gain on Revaluation—Land”) sebesar Rp120.000
untuk mengeliminasi saldonya. Selain itu, KUP melaporkan “Kerugian Penurunan Nilai”
(“Loss on Impairment”) sebesar Rp20.000 (Rp400.000 – Rp380.000), sehingga mengurangi
laba bersih. KUP membuat jurnal berikut untuk mencatat penurunan nilai wajar tanah.
31 Desember 2020
Surplus revaluasi – Tanah 120.000
Kerugian penurunan nilai 20.000
Tanah 140.000
(Untuk mencatat penurunan nilai tanah di bawah biaya perolehan)
c. Revaluasi – 2021 : Pemulihan Kerugian Penurunan Nilai
Pada 31 Desember 2021, nilai tanah meningkat menjadi Rp415.000, terdapat
peningkatan sebesar Rp35.000 (Rp415.000 – Rp380.000). Dalam kasus ini, Kerugian
Penurunan Nilai sebesar Rp20.000 dibalik dan sisa peningkatan sebesar Rp15.000 dicatat
sebagai “Pemulihan Kerugian Penurunan Nilai” (“Recovery of Impairment Loss”) yang
dilaporkan dalam Penghasilan Komprehensif Lain. Pemulihan kerugian penurunan nilai
menambah laba (dan saldo laba). KUP membuat jurnal berikut untuk mencatat transaksi ini.
31 Desember 2021
Tanah 35.000
Surplus revaluasi – Tanah 15.000
Pemulihan kerugian penurunan nilai 20.000
(Untuk mencatat revaluasi tanah dan pemulihan kerugian penurunan nilai)
d. Penjualan Tanah
Pada 2 Januari 2022, KUP menjual tanah tersebut sebesar Rp415.000. KUP membuat
jurnal berikut untuk mencatat transaksi ini.
2 Januari 2022
Kas 415.000
Tanah 415.000
(Untuk mencatat penjualan tanah)
Dalam kasus ini, KUP tidak mencatat keuntungan atau kerugian karena jumlah tercatat tanah
sama dengan nilai wajarnya. Pada saat ini, karena tanah telah dijual, maka KUP
memindahkan “Surplus Revaluasi” atau “Akumulasi Penghasilan Komprehensif Lain -
APKL” ( “Accumulated Other Comprehensive Income - AOCI) ke Saldo Laba. Pemindahan
surplus revaluasi ini tidak menambah laba bersih.
Jurnal untuk mencatat pemindahan ini adalah sebagai berikut.
Surplus revaluasi 15.000
Saldo laba 15.000
(Untuk mengeliminasi sisa dari saldo dalam akumulasi penghasilan komprehensif
lain/surplus revaluasi)

Ikhtisar penyesuaian revaluasi tahun 2019 – 2021


H a l a m a n 21 | 42
Monang Situmorang, CA

Tanggal Pos Nilai Wajar Saldo Laba Akumulasi


Tanah PKL (Surplus
Revaluasi)
1 Jan 2019 Saldo awal Rp400.000 Rp 0 Rp 0
31 Des Revaluasi 120.000 120.000
31 Des 2019 Saldo akhir Rp520.000 0 Rp120.000
1 Jan 2020 Saldo awal Rp520.000 Rp 0 Rp120.000
31 Des Revaluasi (140.000) (20.000) (120.000)
31 Des 2020 Saldo akhir Rp380.000 (20.000) (120.000)
1 Jan 2021 Saldo awal Rp380.000 Rp(20.000) 0
31 Des Revaluasi 35.000 20.000 15.000
31 Des 2021 Saldo akhir Rp415.000 Rp 0 Rp15.000

2) Revaluasi Aset yang Dapat Disusutkan


a. Revaluasi – 2019: Peningkatan Nilai
Untuk mengilustrasikan akuntansi revaluasi dengan menggunakan aset yang dapat
disusutkan (depreciable assets), asumsikan PT Nakula (Nak) membeli peralatan dengan
harga Rp1.000.000 pada 1 Januari 2019. Umur manfaat peralatan lima tahun, disusutkan
dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus dan nilai residu adalah nol. Nak
memilih untuk merevaluasi peralatannya ke nilai wajar selama umur peralatan. Nak mencatat
beban penyusutan Rp200.000 (Rp1.000.000 : 5) sebagai berikut:
Beban penyusutan 200.000
Akumulasi penyusutan - Peralatan 200.000
(Untuk mencatat beban penyusutan pada 31 Desember 2019)
Jumlah tercatat peralatan setelah jurnal ini adalah Rp800.000 (Rp1.000.000 – Rp200.000).
Penilai independen menetapkan bahwa nilai wajar peralatan pada 31 Desember 2029 adalah
Rp950.000. Jurnal untuk mencatat revaluasi ini pada 31 Desember 2019 adalah sebagai
berikut.
Akumulasi penyusutan - Peralatan 200.000
Peralatan 50.000
Surplus revaluasi (Keuntungan revaluasi yang belum
direalisasi – Peralatan) 150.000
(Untuk menyesuaikan peralatan ke nilai wajar dan mencatat keuntungan belum
direalisasi – dengan metode eliminasi akumulasi penyusutan )
Ikhtisar penyesuaian revaluasi pada tahun 2019:
Tanggal Pos Nilai Wajar Akumulasi Saldo Laba Akumulasi
Peralatan Penyusutan PKL (Surplus
Revaluasi)
1 Jan 2019 Saldo awal Rp1.000.000 Rp 0
31 Des Penyusutan Rp200.000 Rp(200.000)
31 Des Revaluasi (50.000) (200.000) 150.000
31 Des 2018 Saldo akhir 950.000 0 (200.000) 150.000
b. Revaluasi – 2020: Penurunan di bawah Biaya Perolehan

H a l a m a n 22 | 42
Monang Situmorang, CA

Asumsikan tidak terdapat perubahan umur manfaat peralatan, maka jurnal yang dilakukan
pada 31 Desember 2019 adalah:
 Mencatat beban penyusutan tahun 2019 sebesar Rp237.500 atau (Rp950.000 : 4)
Beban penyusutan 237.500
Akumulasi penyusutan - Peralatan 237.500
(Untuk mencatat beban penyusutan pada 31 Desember 2019)
 Memindahkan dari surplus revaluasi (akumulasi penghasilan komprehensif lain) ke saldo
laba sebesar perbedaan antara beban penyusutan berdasarkan jumlah tercatat revaluasian
(Rp237.500) dan jumlah tercatat biaya perolehan (Rp200.000).
Surplus revaluasi 37.500
Saldo laba 37.500
(Untuk mencatat pemindahan surplus revaluasi Rp37.500 atau Rp237.500 –
Rp200.000)
Pada titik ini, sebelum revaluasi pada 2020, jumlah-jumlah berikut yang terkait dengan
peralatan adalah sebagai berikut:
Peralatan Rp950.000
Akumulasi penyusutan – peralatan 237.500
Jumlah tercatat Rp712.500
Surplus revaluasi Rp112.500 (Rp150.000 – Rp37.500)
Penilai menetapkan bahwa sekarang nilai wajar peralatan adalah Rp570.000. Untuk
melaporkan peralatan pada nilai wajar, maka Nak melakukan hal berikut ini:
1) Mengurangi akun akumulasi penyusutan – peralatan sebesar Rp237.500 menjadi nol.
2) Mengurangi akun peralatan sebesar Rp380.000 (Rp950.000 – Rp570.000) – kemudian
melaporkannya pada nilai wajarnya sebesar Rp570.000.
3) Mengurangi surplus revaluasi (keuntungan revaluasi yang belum direalisasi – peralatan)
sebesar Rp112.500 untuk mengompensasi saldo akun surplus revaluasi (yang berkaitan
dengan revaluasi pada 2019).
4) Mencatat kerugian penurunan nilai sebesar Rp30.000.
Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah sebagai berikut.
Akumulasi penyusutan - Peralatan 237.500
Kerugian penurunan nilai 30.000
Surplus revaluasi 112.500
Peralatan 380.000
(Untuk menyesuaikan peralatan ke nilai wajar dan mencatat kerugian penurunan
nilai)
Ikhtisar penyesuaian revaluasi sebagai berikut 2019
Tanggal Pos Nilai Wajar Akumulasi Saldo Laba Akumulasi
Peralatan Penyusutan PKL (Surplus
Revaluasi)
1 Jan 2018 Saldo awal Rp1.000.000 Rp 0
31 Des Penyusutan Rp200.000 Rp(200.000)
31 Des Revaluasi (50.000) (200.000) 150.000
31 Des 2018 Saldo akhir 950.000 0 (200.000) 150.000
1 Jan 2019 Saldo awal Rp 950.000 Rp 0 (200.000) 150.000
31 Des Penyusutan 237.500 (237.500)
H a l a m a n 23 | 42
Monang Situmorang, CA

31 Des Pemindahan
dari surplus
revaluasi 37.500 (37.500)
31 Des Revaluasi (380.000) (237.500) (30.000) (112.500)
31 Des 2019 Saldo akhir 570.000 0 (430.000) 0

c. Revaluasi – 2020: Pemulihan Kerugian Penurunan Nilai


Asumsikan tidak terdapat perubahan umur manfaat peralatan, maka jurnal yang
dilakukan pada 31 Desember 2020 adalah:
1) Mencatat beban penyusutan tahun 2020 sebesar Rp190.000 atau (Rp570.000 : 3)
Beban penyusutan 190.000
Akumulasi penyusutan - Peralatan 190.000
(Untuk mencatat beban penyusutan pada 31 Desember 2018)
2) Memindahkan dari surplus revaluasi (akumulasi penghasilan komprehensif lain) ke
saldo laba sebesar perbedaan antara beban penyusutan berdasarkan jumlah tercatat
revaluasian (Rp190.000) dan jumlah tercatat biaya perolehan (Rp200.000).
Surplus revaluasi 10.000
Saldo laba 10.000
(Untuk mencatat pemindahan surplus revaluasi Rp10.000 atau Rp200.000 –
Rp190.000)
Pada titik ini, sebelum revaluasi pada 2020, jumlah-jumlah berikut yang terkait dengan
peralatan adalah sebagai berikut:
Peralatan Rp570.000
Akumulasi penyusutan – peralatan (190.000)
Jumlah tercatat Rp380.000
Surplus revaluasi Rp 10.000
Nak melalui penilai menetapkan bahwa sekarang nilai wajar peralatan adalah Rp450.000.
Untuk melaporkan peralatan pada nilai wajar, maka Nak melakukan hal berikut ini:
1) Mengurangi akun akumulasi penyusutan – peralatan sebesar Rp190.000 menjadi nol.
2) Mengurangi akun peralatan sebesar Rp120.000 (Rp570.000 – Rp450.000) – kemudian
melaporkannya pada nilai wajarnya sebesar Rp450.000.
3) Mencatat surplus revaluasi (keuntungan revaluasi yang belum direalisasi – peralatan)
sebesar Rp40.000.
4) Mencatat pemulihan kerugian penurunan nilai sebesar Rp30.000.
Jurnal untuk mencatat transaksi ini pada nilai wajar adalah sebagai berikut.
Akumulasi penyusutan - Peralatan 190.000
Surplus revaluasi 40.000
Pemulihan kerugian penurunan nilai 30.000
Peralatan 120.000
(Untuk menyesuaikan peralatan ke nilai wajar dan mencatat pemulihan kerugian
penurunan nilai)
Ikhtisar penyesuaian revaluasi sebagai berikut 2019
Tanggal Pos Nilai Wajar Akumulasi Saldo Laba Akumulasi
Peralatan Penyusutan PKL (Surplus
H a l a m a n 24 | 42
Monang Situmorang, CA

Revaluasi)
1 Jan 2018 Saldo awal Rp1.000.000 Rp 0
31 Des Penyusutan Rp200.000 Rp(200.000)
31 Des Revaluasi (50.000) (200.000) 150.000
31 Des 2018 Saldo akhir 950.000 0 (200.000) 150.000
1 Jan 2019 Saldo awal Rp 950.000 Rp 0 (200.000) 150.000
31 Des Penyusutan 237.500 (237.500)
31 Des Pemindahan
dari surplus
revaluasi 37.500 (37.500)
31 Des Revaluasi (380.000) (237.500) (30.000) (112.500)
31 Des 2019 Saldo akhir 570.000 0 (430.000) 0
1 Jan 2020 Saldo awal Rp570.000 0 R430.000 Rp 0
31 Des Penyusutan 190.000 (190.000)
31 Des Pemindahan (10.000) 10.000
dari APKL
31 Des Revaluasi (120.000) (190.000) 30.000 40.000
31 Des 2010 Saldo akhir Rp450.000 Rp 0 Rp(600.000) Rp50.000
Pada 2 Januari 2021, Nak menjual peralatan tersebut sebesar Rp450.000. Nak membuat
jurnal berikut untuk mencatat transaksi ini.
2 Januari 2021
Kas 415.000
Peralatan 415.000
(Untuk mencatat penjualan peralatan )
Dalam kasus ini, Nak tidak mencatat keuntungan atau kerugian karena jumlah tercatat
tanah sama dengan nilai wajarnya. Pada saat ini, karena peralatan telah dijual, maka KUP
memindahkan “Surplus Revaluasi” atau “Akumulasi Penghasilan Komprehensif Lain -
APKL” ke Saldo Laba. Pemindahan Akumulasi Penghasilan Komprehensif Lain tidak
menambah laba bersih.
Jurnal untuk mencatat pemindahan ini adalah sebagai berikut.
Surplus revaluasi (Akumulasi penghasilan komprehensif 15.000
lain) 15.000
Saldo laba
(Untuk mengeliminasi sisa dari saldo dalam akumulasi penghasilan komprehensif
lain/surplus revaluasi)

D. DEPLESI
1. Pengertian
Profesi akuntansi menggunakan istilah deplesi sebagai proses untuk mengalokasikan
biaya sumber daya alam. Sumber daya alam (natural resources), sering disebut aset yang
dapat habis (wasting assets), mencakup minyak, mineral, dan kayu. Sumber daya alam dapat
dibagi menjadi dua kategori: (1) aset biologis (biological assets), seperti tanah hutan, dan (2)
sumber daya mineral (mineral resources). Aset ini dikarakteristikkan dengan dua fitur
utama: (1) pengambilan (penggunaan – consumption) sepenuhnya aset tersebut, dan (2)
penggantian aset ini hanya dapat dilakukan oleh tindakan alam.
H a l a m a n 25 | 42
Monang Situmorang, CA

Masalah akuntansi yang berhubungan dengan sumber daya alam adalah: (1) Bagaimana
dasar biaya untuk penghapusan ditetapkan? dan (2) Pola alokasi apa yang harus digunakan?
2. Penetapan Dasar Deplesi
Perhitungan dasar deplesi melibatkan akuntansi yang tepat untuk tiga jenis pengeluaran:
1) Biaya eksplorasi awal
Pengeluaran eksplorasi awal (pre-exploration expenditures) merupakan biaya-biaya yang
terjadi sebelum entitas memperoleh hak hukum (legal right) untuk mengeksplorasi area
tertentu. Biaya-biaya ini (biasa disebut dengan biaya prospek – prospecting costs) umumnya
sifatnya dianggap spekulatif dan dibebankan pada saat terjadinya.
2) Biaya eksplorasi dan evaluasi
Beberapa contoh jenis biaya eksplorasi dan evaluasi (exploratory and evaluation costs)
adalah sebagai berikut:
 Perolehan hak untuk mengekspolorasi.
 Topografi, geologi, geokimia, dan studi geofisika.
 Pengeboran eksplorasi.
 Sampel.
 Aktivitas yang berkaitan dengan evaluasi kelayakan teknis dan kelayakan komersial
untuk mengeksplorasi sumber daya mineral.
Entitas mempunyai pilihan mengenai biaya eksplorasi dan evaluasi ini. Biaya-biaya
tersebut dapat dihapuskan (write-off) pada saat terjadinya atau mengkapitalisasi biaya-biaya
evaluasi yang masih belum selesai (pending evaluation). Dua metode akuntansi telah
dikembangkan untuk mencatat biaya eksplorasi minyak dan gas bumi, yaitu konsep biaya
penuh dan konsep usaha yang berhasil. Dengan konsep biaya penuh atau kapitalisasi penuh
(full-cost concept or full capitalization), seluruh biaya eksplorasi dikapitalisasi dengan alasan
biaya pemboran sumur yang kering adalah bagian dari biaya untuk mencari sumur produktif.
Dengan konsep usaha yang berhasil (successful-efforts concept), biaya eksplorasi untuk
sumur kering dibebankan dan hanya biaya eksplorasi untuk sumur produktif yang berhasil
ditemukan dan dikapitalisasi.
3) Biaya pengembangan
Jika kelayakan teknis dan kelangsungan komersial produksi dapat dibuktikan, biaya aset
eksplorasi dan evaluasi direklasifikasi sebagai biaya pengembangan (development costs).
Pada umumnya, fase pengembangan terjadi jika entitas telah menetapkan bahwa entitas telah
memiliki tingkat keyakinan bahwa sumber daya terdapat di tanah sehingga produksi akan
menguntungkan.
Entitas membagi biaya pengembangan menjadi dua bagian, yaitu: (1) biaya peralatan
berwujud, dan (2) biaya pengembangan tidak berwujud. Biaya pengembangan berwujud
meliputi semua transportasi dan peralatan berat lainnya yang diperlukan untuk menambang
sumber daya serta menyiapkannya untuk pasar. Karena aset berwujud ini dapat dipindahkan
dari satu lokasi ke lokasi lainnya, maka biaya peralatan berwujud biasanya tidak
diperhitungkan dalam dasar deplesi. Sebaliknya, beban penyusutan terpisah digunakan untuk
mengalokasikan biaya peralatan. Akan tetapi, beberapa aset berwujud yang tidak dapat
dipindahkan (seperti fondasi pengeboran pada kilang) harus disusutkan selama umur
manfaatnya atau umur sumber daya alam, mana yang lebih pendek. Di sisi lain, biaya
H a l a m a n 26 | 42
Monang Situmorang, CA

pengembangan tidak berwujud, seperti biaya pengeboran, terowongan, gua, dan sumur.
Biaya ini tidak memiliki karakteristik berwujud tetapi diperlukan untuk produksi sumber
daya alama. Biaya pengembangan tidak berwujud dianggap sebagai beban dari dasar deplesi.
Entitas kadang-kadang mengeluarkan biaya yang substansial untuk merestorasi properti
kembali seperti pada kondisi setelah dilakukan penambanagan. Ini dinamakan biaya restorasi
(restoration cost). Biaya restorasi ini adalah bagian dari dasar deplesi.
3. Penghapusan Biaya Sumber Daya
Segera setelah entitas menemukan dasar deplesi (depletion base), masalah berikutnya
adalah menentukan bagaimana biaya sumber daya alam harus dialokasikan ke periode
akuntansi. Biasanya, entitas menghitung deplesi (biaya deplesi) dengan metode unit produksi
(pendekatan aktivitas), yang berarti bahwa deplesi merupakan fungsi dari jumlah unit yang
ditambang selama periode berjalan. Dalam pendekatan ini, total biaya sumber daya alam
dikurangi nilai residu dibagi dengan estimasi jumlah unit yang berada dalam deposit sumber
daya alam, untuk memperoleh biaya per unit produk. Biaya per unit ini kemudian dikalikan
dengan jumlah unit yang ditambang untuk menghitung deplesi.
Contoh: PT Inco telah mengakuisisi hak untuk menggunakan 1.000 hektar tanah di Sulawesi
guna menambang perak. Biaya sewa adalah Rp50.000; biaya eksplorasi yang berhubungan
dengan properti adalah Rp100.000. Biaya pengembangan tidak berwujud yang dikeluarkan
ketika membuka tambang adalah Rp850.000. Total biaya yang berhubungan dengan tambang
sebelum ons pertama perak ditambang adalah Rp1.000.000. Inco mengestimasi bahwa
tambang itu akan menyediakan sekitar 100.000 ons perak. Perhitungan beban deplesi per unit
(tingkat deplesi)
Total biaya−Nilai residu
= Biaya deplesi per unit
Total estimasi unit tersedia
Rp1.000.000
= Rp10 per ons
100.000

Jika 25.000 ons ditambang pada tahun pertama, maka deplesi untuk tahun tersebut adalah
Rp250.000 (25.000 ons x Rp10). Jurnal untuk mencatat deplesi adalah:
Persediaan 250.000
Akumulasi Deplesi 250.000
Persediaan langsung didebit sebesar total deplesi tahun berjalan dan kemudian dikredit
Akumulasi Deplesi (atau ke akun sumber daya alam) untuk mengurangi nilai tercatat sumber
daya alam. Inco mengkredit Persediaan ketika menjual persediaan. Jumlah yang tidak dijual
tetap berada dalam persediaan dan dilaporkan pada kelompok aset lancar pada laporan posisi
keuangan. Laporan posisi keuangan Inco akan menyajikan biaya sumber daya alam dan
jumlah akumulasi deplesi yang dimasukkan sampai tanggal sekarang sebagai berikut:
Tambang perak (pada biaya) Rp1.000.000
Dikurang: Akumulasi deplesi 250.000 Rp750.000
Dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain, biaya deplesi (depletion
cost) merupakan bagian dari beban pokok penjualan.

H a l a m a n 27 | 42
Monang Situmorang, CA

PERTANYAAN
1. Apakah perbedaan antara beban penyusutan, deplesi, dan amortisasi.
2. Jelaskan pengertian penyusutan, umur manfaat, nilai residu, dan jumlah tersusutkan.
3. Apa tujuan akuntansi untuk penyusutan.
4. Kapan penyusutan suatu aset tetap dimulai dan dihentikan. Jelaskan.
5. Faktor-faktor (tiga pertanyaan dasar) apa saja yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan beban penyusutan periodik pada aset entitas yang dapat disusutkan.
6. Sebutkann dan jelaskan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan entitas dalam
menentukan umur manfaat suatu aset.
7. Sebutkan dan jelaskan perbedaan antara metode penyusutan faktor waktu dan faktor
penggunaan.
8. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penyusutan komponen.
9. Pada tahun lalu PT Majalengka mencatat suatu penurunan nilai atas aset yang dimiliki
untuk digunakan. Penilai baru-baru ini menunjukkan bahwa aset telah meningkat
nilainya. Apakah Majalengka mencatat pemulihan nilainya.
10. PT Koko mengoperasikan beberapa restoran di Bogor. Tiga dari restoran berlokasi di
daerah pusat kota yang mengalami penurunan laba karena berkurangnya penduduk.
Manajemen perusahaan telah memutuskan untuk menguji kemungkinan penurunan nilai
restoran. Informasi yang relevan atas aset ini disajikan di bawah ini.
Jumlah tercatat Rp6.500.000
Nilai kini estimasi arus kas masa depan 4.000.000
Nilai wajar dikurangi biaya penjualan 3.500.000
Dimin2ta:
a. Hitunglah jumlah kerugian penurunan nilai, jika ada.
b. Asumsikan bahwa nilai kini estimasi arus kas masa depan sebesar Rp6.800.000 dan
nilai wajar dikurangi biaya penjualan sebesar Rp5.000.000, hitunglah jumlah
kerugian penurunan nilai, jika ada.
11. Jelaskan perbedaan antara biaya eksplorasi dan pengembangan dalam industri ekstraktif.
12. PT Minyak Gas dan Bumi memulai usahanya pada 1 Januari dan sepanjang tahun
tersebut mengeluarkan biaya eksplorasi minyak dan gas bumi sebesar Rp5miliar. Dari
biaya tersebut, sejumlah Rp1miliar dihubungkan dengan sumur yang berhasil dan
sebesar Rp4miliar untuk sumur-sumur kering. Untuk memudahkan, asumsikan semua
biaya yang terjadi pada 31 Desember. Hitunglah total beban eksplorasi minyak dan gas
bumi untuk dilaporkan pada akhir tahun dengan asumsi (1) entitas menggunakan metode
full cost dan (2) entitas menggunakan metode successful efforts.
13. PT Tambang Batubara memperoleh tambang batubara dengan biaya sebesar
Rp400.000.000. Total biaya pengembangan tidak berwujud sebesar Rp100.000.000.
Setelah penambangan dilakukan, PT Tambang harus merestorasi properti (estimasi nilai
wajar kewajiban ini adalah Rp80.000.000), setelah hasil tambang dijual sebesar
Rp160.000.000. PT Tambang Batubara mengestimasi bahwa 4.000 ton batubara dapat
ditambang. Jika 7.000 ton ditambang pada tahan pertama, buatlah jurnal untuk mencatat
deplesi.

H a l a m a n 28 | 42
Monang Situmorang, CA

SOAL
A. PENYUSUTAN
1. Pada tahun 1993, PT Pembangunan Jaya menyelesaikan pembangunan sebuah bangunan
dengan biaya Rp1.900.000 dan mulai dihuni Januari 1994. Diperkirakan bangunan
tersebut akan memiliki umur manfaat 40 tahun, dan nilai residu Rp60.000 pada akhir
tahun tersebut.
Pada awal tahun 2004, dilakukan penambahan (additions) pada bangunan dengan
biaya Rp470.000. Pada saat itu diestimasi bahwa sisa umur bangunan tersebut akan,
seperti telah diperkirakan sebelumnya, bertambah 30 tahun lagi, serta penambahan akan
memiliki umur 30 tahun, dan nilai residu Rp20.000.
Pada tahun 2022, kemungkinan umur bangunan dan penambahannya ditetapkan
akan bertambah hingga akhir tahun 2053 atau 20 tahun lebih lama dari estimasi awal.
Diminta:
a. Dengan menggunakan metode garis lurus, hitunglah penyusutan tahunan yang akan
dibebankan dari tahun 1994 hingga 2003.
b. Hitunglah penyusutan tahunan yang akan dibebankan dari tahun 2004 hingga 2021.
c. Buatlah jurnal, jika diperlukan, untuk menyesuaikan saldo akun karena revisi atas
estimasi umur di tahun 2022.
d. Hitunglah penyusutan tahunan yang harus dibebankan pada awal tahun 2022.
Jawaban:
a. Penyusutan tahunan dari tahun 1994 – 2003
(Rp1.900.000 – Rp60.000) : 40 = Rp46.000/tahun
b. Penyusutan tahunan yang akan dibebankan dari tahun 2004 – 2021
Bangunan (Rp1.900.000 – Rp60.000) : 40 = Rp46.000/tahun
Tambahan bangunan (Rp470.000 – Rp20.000) : 30 = Rp15.000/tahun
Jumlah Rp61.000/tahun
c. Tidak diperlukan jurnal penyesuaian. Mengapa?
d. Penyusutan tahunan yang harus dibebankan pada awal tahun 2022 adalah Rp22.875
(Rp17.250 + Rp5.625), dengan penghitungan sebagai berikut:
Penyusutan tahunan revisian
Bangunan
Jumlah tercatat: (Rp1.900.000 – Rp1.228.000 1) Rp612.000
Nilai residu (60.000)
Jumlah tersusutkan Rp552.000
Sisa umur manfaat : 32 tahun
Penyusutan tahunan Rp 17.250
1 Rp1.288.000 = Rp46.000 x 28 tahun

Penambahan
Jumlah tercatat (Rp470.000 – Rp270.000 2) Rp200.000
Nilai residu (20.000)
Jumlah tersusutkan Rp180.000
Sisa umur manfaat : 32 tahun
Penyusutan tahunan Rp 5.625
2 Rp270.000 = Rp15.000 x 18 tahun

H a l a m a n 29 | 42
Monang Situmorang, CA

2. Pada 1 April 2018, PT Susi membeli peralatan yang akan digunakan dalam proses
pabrikasinya. Biaya perolehan peralatan adalah Rp48.000.000, dengan masa manfaat
delapan tahun, dan tanpa nilai residu. Perusahaan menggunakan metode penyusutan garis
lurus untuk semua peralatan pabriknya.
Pada 4 Januari 2020, dibayar biaya perbaikan peralatan dengan menambah fitur
yang dapat meningkatkan efisiensi operasi. Dari jumlah pengeluaran tersebut,
Rp2.000.000 merupakan biaya perbaikan dan pemeliharaan tahunan serta Rp10.350.000
merupakan biaya fitur baru. Selain dapat meningkatkan efisiensi operasi, umur manfaat
peralatan bertambah menjadi 10 tahun.
Diminta:
Buatlah jurnal untuk yang berikut ini:
a. Penyusutan pada tahun 2018 dan 2019.
b. Pengeluaran pada tahun 2020.
c. Penyusutan pada tahun 2020.
Jawaban
a. Penyusutan tahun 2018 dan 2019
31 Desember 2018
Beban penyusutan 4.500.000
Akumulasi penyusutan 4.500.000
(Rp48.000.000 : 8 tahun x 9/12)
31 Desember 2019
Beban penyusutan 6.000.000
Akumulasi penyusutan 6.000.000
(Rp48.000.000 : 8 tahun)
b. Pengeluaran tahun 2020
4 Januari 2020
Beban perbaikan dan pemeliharaan 2.000.000
Peralatan 10.350.000
Kas 12.350.000
c. Penyusutan tahun 2020
31 Desember 2020
Beban penyusutan 5.800.000
Akumulasi penyusutan 5.800.000
Penghitungan penyusutan tahunan setelah perubahan estimasi:
Biaya perolehan Rp48.000.000
Penyusutan sampai dengan tahun 2019 (Rp4.500.000 +
Rp6.000.000) (10.500.000)
Biaya yang belum disusutkan 37.500.000
Tambahan aset (fitur baru) 10.350.000
Dasar penyusutan baru Rp47.850.000
Estimasi sisa umur manfaat : 8¼
Penyusutan tahunan yang baru Rp 5.800.000

H a l a m a n 30 | 42
Monang Situmorang, CA

3. Pada 1 Oktober 2019, PT Gas Negara membeli mesin seharga Rp100.000. Biaya angkut
mesin Rp5.250, biaya asuransi dalam perjalanan Rp1.250, biaya pengujian fungsionalitas
Rp3.500, dan biaya pemasangannya adalah Rp5.000. Estimasi umur manfaat mesin
adalah 10 tahun dan estimasi nilai residu sebesar Rp5.000. Mesin diharapkan dapat
menghasilkan 220.000 unit selama umur manfaatnya.
Diminta:
1) Berapakah biaya perolehan mesin tersebut untuk tujuan akuntansi?
2) Hitunglah beban penyusutan untuk tahun 2019 dan 2020 dengan menggunakan:
a. Metode garis lurus.
b. Metode jumlah angka tahun.
c. Metode saldo menurun berganda.
d. Metode unit produksi (unit yang diproduksi tahun 2019 sebesar 30.000 unit, unit
yang diproduksi tahun 2020 sebesar 25.000 unit).
4. On January 1, 2017, a machine was purchased for $90,000. The machine has an
estimated residual value of $6,000 and an estimated useful life of 5 years. The machine
can operate for 100,000 hours before it needs to be replaced. The company closed its
books on December 31 and operates the machine as follows: 2017, 20,000 hours; 2018,
25,000 hours; 2019, 15,000 hours; 2020, 30,000 hours; and 2021, 10,000 hours.
Instructions
1) Compute the annual depreciation charges over the machine’s life assuming a
December 31 year end for each of the following depreciation methods.
a. Straight-line method.
b. Sum-of-the-years’-digits method.
c. Activity method.
d. Double-declining-balance method.
2) Assume a fiscal year-end of September 30. Compute the annual depreciation charges
over the asset’s life applying each of the following methods.
a. Straight-line method.
b. Sum-of-the-years’-digits method.
c. Double-declining-balance method.
5. PT Jaya Konstruksi membangun sebuah bangunan dengan biaya Rp2.200.000 dan
menghuninya pada awal bulan Januari 2000. Diestimasi bahwa pada saat itu umur
bangunan adalah 40 tahun, tanpa nilai residu.
Pada bulan Januari 2020, sebuah atap baru dipasang dengan biaya Rp300.000, dan
kemudian diestimasi bahwa bangunan akan memiliki umur manfaat 25 tahun dari tanggal
tersebut. Biaya dari atap lama adalah Rp160.000.
Diminta:
a. Berapakah jumlah penyusutan yang harus dibebankan setiap tahun mulai dari tahun
2000 hingga 2019? (asumsikan digunakan penyusutan garis lurus).
b. Jurnal apa yang harus dibuat pada tahun 2020 untuk mencatat penggantian atap?
c. Buatlah jurnal pada bulan Januari 2020, untuk mencatat revisi estimasi bangunan,
jika perlu.
d. Berapakah jumlah penyusutan yang harus dibebankan untuk tahun 2020?
H a l a m a n 31 | 42
Monang Situmorang, CA

6. Di bawah ini disajikan komponen-komponen terkait dengan blok kantor (office block)
yang sedang dipertimbangkan oleh PT Gas Negara untuk dibeli pada awal tahun 2021
sebesar Rp10.000.000.000.
Komponen Umur manfaat Nilai
Land Umur tidak terbatas Rp3.000.000.000
Building structure 60 tahun 4.200.000.000
Building engineering 30 tahun 2.100.000.000
Building external works 30 tahun 700.000.000
Diminta:
a. Hitungkah beban penyusutan untuk tahun 2021, dengan asumsi Gas Negara
menggunakan penyusutan komponen.
b. Asumsikan bahwa building engineering diganti (replaced) setelah 20 tahun dengan
biaya Rp2.300.000.000. Buatlah jurnal untuk mencatat penggantian komponen lama
dengan komponen baru.

B. PENURUNAN NILAI
1. Pada 31 Desember 2019, PT Mayora telah mengakui kerugian penurunan nilai peralatan
sebesar Rp400.000. Pada tanggal tersebut, biaya perolehan peralatan Rp1.000.000 dan
akumulasi penyusutan sebesar Rp200.000. Estimasi umur manfaat peralatan 10 tahun,
tanpa nilai residu, dan tidak terdapat revisi umur manfaat dan nilai residu peralatan
yang dilakukan pada akhir tahun 2019. Metode penyusutan yang digunakan adalah garis
lurus. Pada 31 Desember 2021, PT Mayora mengestimasi bahwa arus kas masuk dari
peralatan meningkat secara signifikan. Jumlah terpulihkan peralatan menjadi sebesar
Rp700.000 pada tanggal tersebut.
Diminta:
a. Buatlah jurnal saat terjadi rugi penurunan nilai pada 31 Desember 2019.
b. Hitunglah pemulihan rugi penurunan nilai pada 31 Desember 2021.
c. Buatlah jurnal pemulihan rugi penurunan nilai pada 31 Desember 2021.
Jawaban:
a. Jurnal rugi penurunan nilai pada 31 Desember 2019
Rugi penurunan nilai 400.000
Akumulasi rugi penurunan nilai 400.000
b. Pemulihan rugi penurunan nilai pada 31 Desember 2021
Jumlah tercatat setelah penurunan nilai, 31 Desember 2021
Jumlah tercatat setelah rugi penurunan nilai (Rp1.000.000 –
Rp200.000 – Rp400.000), 31 Desember 2019 Rp400.000
Kurang: Beban penyusutan tahun 2020 dan 2021 (Rp400.000 : 8
tahun) x 2 tahun 100.000
Jumlah tercatat setelah rugi penurunan nilai, 31 Desember 2021 Rp300.000
A. Jumlah terpulihkan, 31 Desember 2021 Rp700.000
B. Jumlah tercatat sebelum penurunan nilai (berdasarkan biaya Rp600.000
historis), 31 Desember 2021

H a l a m a n 32 | 42
Monang Situmorang, CA

Jumlah tercatat sebelum penurunan nilai (Rp1.000.000 –


Rp200.000) Rp800.000
Kurang: Beban penyusutan tahun 2020 dan 2021 (Rp800.000 : 8
tahun) x 2 tahun 200.000
Jumlah tercatat sebelum rugi penurunan nilai Rp600.000
Jumlah tercatat setelah pemulihan – mana yang lebih rendah antara
A atau B: Rp600.000. Rp300.000
Jumlah pemulihan kerugian penurunan nilai adalah terbatas sebesar Rp300.000
(Rp600.000 – Rp300.000), bukan sebesar Rp400.000. Mengapa?
Catatan: Menurut PSAK 16: Kerugian penurunan nilai aset tetap dapat dipulihkan
sepanjang kenaikan tersebut tidak pernah lebih besar daripada jumlah tercatat
sebelum penurunan nilai.

c. Jurnal pemulihan kerugian penurunan nilai pada 31 Desember 2021


Akumulasi rugi penurunan nilai 300.000
Pemulihan rugi penurunan nilai 300.000

2. Pada akhir tahun 2017, Kelompok Usaha Silva menguji penurunan nilai sebuah mesin.
Mesin tersebut dicatat pada biaya historis tersusutkan dengan jumlah tercatat sebesar
Rp150.000.000. Sisa umur manfaat mesin adalah 10 tahun. Jumlah terpulihkan mesin
ditetapkan berdasarkan perhitungan nilai pakai, dengan menggunakan tingkat diskonto
sebelum pajak 15%. Manajemen menyetujui anggaran yang mencerminkan estimasi
biaya yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat manfaat ekonomis yang
diharapkan dari mesin dalam kondisi sekarang. Informasi berikut yang berhubungan
dengan arus kas yang tersedia pada akhir tahun 2017.
Tahun Arus kas masa depan Tahun Arus kas masa depan
2018 Rp22.165.000 2023 Rp24.825.000
2019 21.450.000 2024 24.123.000
2020 20.550.000 2025 25.533.000
2021 24.725.000 2026 24.234.000
2022 25.325.000 2027 22.850.000
Diminta:
Bagian I
a. Hitunglah jumlah kerugian penurunan nilai pada 31 Desember 2017.
b. Buatlah jurnal untuk mencatat kerugian penurunan nilai, jika ada, pada 31 Desember
2017.
Bagian II
Pada tahun 2018 – 2020, tidak terdapat kejadian yang memerlukan jumlah terpulihkan
akan diestimasi kembali. Pada akhir tahun 2021, dikeluarkan biaya sebesar
Rp25.000.000 untuk meningkatkan kinerja mesin. Berdasarkan revisi arus kas (arus kas
dari tahun 2022 hingga 2027), diperoleh nilai pakai mesin adalah Rp118.814.000.
c. Buatlah jurnal untuk mencatat kerugian penurunan nilai, jika ada, pada 31 Desember
2021.
Jawaban
Bagian I
H a l a m a n 33 | 42
Monang Situmorang, CA

a. Jumlah kerugian penurunan nilai


Perhitungan nilai pakai mesin pada akhir tahun 2017
Tahun Arus kas masa depan Faktor nilai tunai Arus kas yang
didiskontokan
2018 Rp22.165.000 0,86957 Rp 19.274.000
2019 21.450.000 0.75614 16,219.000
2020 20.550.000 0.65752 13,512.000
2021 24.725.000 0.57175 14,137.000
2022 25.325.000 0.49718 12,591.000
2023 24,825.000 0.43233 10,733.000
2024 24,123.000 0.37594 9,069.000
2025 25,533.000 0.32690 8,347.000
2026 24,234.000 0.28426 6,889.000
2027 22,850.000 0.24719 5,648.000
Nilai pakai Rp116.419.000

Jumlah tercatat sebelum kerugian penurunan nilai Rp150.000.000


Jumlah terpulihkan (nilai pakai) 116.419.000
Kerugian penurunan nilai Rp 33.581.000
b. Jurnal kerugian penurunan nilai 31 Desember 2017
Rugi penurunan nilai 33.581.000
Akumulasi rugi penurunan nilai – Mesin 33.581.000
c. Jurnal pemulihan kerugian penurunan nilai 31 Desember 2021
Akumulasi rugi penurunan nilai – Mesin 20.149.000
Pemulihan rugi penurunan nilai 20.149.000

Perhitungan pemulihan kerugian penurunan nilai pada


akhir tahun 2021
Jumlah tercatat pada akhir tahun 2017 (Bagian I) Rp116.419.000
Beban penyusutan: 2018 hingga 2021:
[(Rp116.419.000 / 10) x 4 (46.568.000)
Biaya untuk meningkatkan kinerja aset 25.000.000
Jumlah tercatat setelah penurunan nilai Rp 94.851.000
A – Jumlah pemulihan (Nilai pakai) Rp118.814.000
B – Jumlah tercatat sebelum penurunan nilai Rp115.000.000
(berdasarkan biaya historis)
Biaya perolehan Rp150.000.000
Akumulasi penyusutan berdasarkan biaya historis
(Rp15.000.000 x 4) (60.000.000)
Biaya untuk meningkatkan kinerja aset 25.000.000
Jumlah tercatat sebelum penurunan nilai (berdasarkan
biaya historis) Rp115.000.000
Jumlah tercatat setelah pemulihan – mana yang lebih
rendah antara A atau B: Rp115.000.000
Pemulihan kerugian penurunan nilai Rp20.149.000
(Rp115.000.000 – Rp94.851.000)
H a l a m a n 34 | 42
Monang Situmorang, CA

3. Di bawah ini disajikan informasi yang berkaitan dengan peralatan yang dimilki PT Pujol
pada 31 Desember 2021.
Biaya perolehan Rp9.000.000
Akumulasi penyusutan sampai dengan saat ini 1.000.000
Nilai pakai 7.000.000
Nilai wajar dikurangi biaya penjualan 4.400.000
1) Asumsikan bahwa PT Pujol akan tetap menggunakan aset ini pada masa
mendatang. Pada 31 Desember 2021, peralatan ini memiliki sisa umur manfaat 4
tahun.
Diminta:
a. Buatlah jurnal (jika ada) untuk mencatat penurunan nilai aset pada 31 Desember
2021.
b. Buatlah jurnal (jika ada) untuk mencatat beban penyusutan pada tahun 2022.
c. Jumlah terpulihkan peralatan pada 31 Desember 2022 adalah Rp6.000.000.
Buatlah jurnal yang diperlukan (jika ada) untuk mencatat kenaikan nilai wajar
ini.
2) Asumsikan bahwa PT Pujol berniat untuk menjual peralatan tersebut pada tahun
berikutnya.
Diminta:
a. Buatlah jurnal (jika ada) untuk mencatat penurunan nilai aset pada 31 Desember
2021.
b. Buatlah jurnal (jika ada) untuk mencatat beban penyusutan pada tahun 2022.
c. Aset belum dijual pada 31 Desember 2022. Nilai wajar peralatan pada tanggal
tersebut adalah Rp5.100.000. Buatlah jurnal yang diperlukan (jika ada) untuk
mencatat kenaikan nilai wajar ini. Diharapkan biaya penjualan sebesar
Rp20.000.
4. PT Roland menggunakan peralatan pengikat khusus dalam bisnis pengepakannya.
Peralatan itu dibeli pada bulan Januari 2020 seharga Rp10.000.000 dan memiliki umur
manfaat 8 tahun tanpa nilai residu. Pada 31 Desember 2021, teknologi baru
diperkenalkan yang dapat mempercepat keusangan peralatan Roland. Akuntan Roland
mengestimasi bahwa arus kas bersih ekspektasian masa depan (expected future net cash
flows) dari peralatan adalah Rp5.300.000 dan nilai wajar dikurangi biaya penjualan
adalah Rp5.600.000. Roland bermaksud terus menggunakan peralatan ini, tetapi
mengestimasi bahwa sisa umur manfaat adalah 4 tahun. Roland menggunakan metode
penyusutan garis lurus.
Diminta:
a. Buatlah jurnal (jika ada) untuk mencatat penurunan nilai pada 31 Desember 2021
(penyusutan tahun 2021 telah dicatat).
b. Buatlah setiap jurnal untuk peralatan pada 31 Desember 2022. Jumlah terpulihkan
peralatan diestimasi sebesar Rp4.900.000.
c. Ulangi permintaan (a) dan (b), dengan mengasumsikan bahwa Roland bermaksud
melepaskan peralatan tersebut namun belum melepaskannya pada 31 Desember
2022.
H a l a m a n 35 | 42
Monang Situmorang, CA

5. Schulz Ltd. purchased a machine in 2018 for $65,000. In late 2021, the company made a
plan to dispose of the machine. At that time, the accumulated depreciation was $25,000
and the estimated fair value was $35,000. Estimated selling costs were $1,000. Assume
that the asset qualifies as a held for sale asset at December 31, 2021.
Required:
a. Prepare the journal entry required at December 31, 2021.
b. On March 3, 2022, the asset is sold for $37,000. Prepare the journal entry to record
the sale.
c. Repeat parts (a) and (b) assuming that the estimated fair value on December 31,
2021, was $45,000 instead of $35,000.
6. In December 2021, the management of Bombal Inc. reviewed its property, plant,
andequipment and determined that one machine showed evidence of impairment. The
following information pertains to this machine:
Cost $325,000
Accumulated depreciation to date 175,000
Present value of estimated future cash flows 110,000
Fair value 125,000
Costs of disposal 9,000
Bombal Inc. intends to continue using the asset for the next three years, with no expected
residual value at the end of that period. Bombal uses straight-line depreciation.
Required:
a. Determine if the asset is impaired under IAS 36 (PSAK 48).
b. If impairment is indicated in part (a), prepare the necessary journal entry at
December 31, 2021, to record the impairment.
c. Prepare the journal entry to record depreciation for 2022.
d. After recording the depreciation for 2022, management reassesses the asset and
determines that the fair value is now $120,000 and the present value of the estimated
future cash flows is $90,000. There was no change to the costs of disposal. Prepare
the journal entry, if any, to record the reversal of impairment.

REVALUASI ASET TETAP


1. Pada awal tahun 2021, PT Galaxi membeli peralatan dengan biaya perolehan sebesar
Rp1.000.000. Peralatan memiliki umur manfaat lima tahun tanpa nilai residu. Galaxi
menggunakan metode penyusutan garis lurus untuk semua peralatan. Pada 31 Desember
2021, Galaxi memilih untuk merevaluasi peralatan sebagaimana diperbolehkan PSAK
No. 16, dengan nilai wajar peralatan sebesar Rp840.000. Kemudian, pada 31 Desember
2022, manajemen menetapkan bahwa nilai wajar peralatan adalah Rp570.000.
Diminta:
a. Buatlah jurnal yang diperlukan pada 31 Desember 2021.
b. Buatlah jurnal yang diperlukan pada 31 Desember 2022.
c. Buatlah penyajian transaksi di atas di laporan posisi keuangan serta laporan laba rugi
dan penghasilan komprehensif lain parsial untuk tahun 2021 dan 2022.
Jawaban:
H a l a m a n 36 | 42
Monang Situmorang, CA

a. 31 Desember 2021
1. Jurnal untuk mencatat beban penyusutan
Beban penyusutan 200.000
Akumulasi penyusutan 200.000
(Rp100.000 : 5 tahun)
2. Jurnal untuk mencatat revaluasi peralatan
Peralatan 50.000
Akumulasi penyusutan 10.000
Surplus revaluasi 40.000
Penghitungan:
31 Desember Sebelum Setelah
2021 Revaluasi Revaluasi
Peralatan Rp1.000.000 × 840.000/800.000 = Rp1.050.000 Rp50.000
Ak. Penyusutan 200.000 × 840.000/800.000 = 210.000 10.000
Nilai Tercatat Rp 800.000 × 840.000/800.000 = Rp 840.000 Rp40.000
b. 31 Desember 2022
1. Jurnal untuk mencatat beban penyusutan
Beban penyusutan 210.000
Akumulasi penyusutan 210.000
(Rp570.000 : 5 tahun)
2. Jurnal untuk mencatat pemindahan surplus revaluasi ke saldo laba
Surplus revaluasi 10.000
Saldo laba 10.000
(Rp210.000 – Rp200.000)
3. Jurnal untuk mencatat revaluasi peralatan
Surplus revaluasi 30.000
Rugi penurunan nilai 30.000
Akumulasi penyusutan 40.000
Peralatan
100.000
Penghitungan:
31 Desember Sebelum Setelah
2022 Revaluasi Revaluasi
Peralatan Rp1.050.000 × 570.000/630.000 = Rp950.000 Rp(100.000)
Ak. Penyusutan 420.000 × 570.000/630.000 = 380.000 40.000
Nilai Tercatat Rp 630.000 × 570.000/630.000 = Rp 570.000 Rp (60.000)
c. Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif
Lain
1 Jan 2021 31 Des 2021 31 Des 2022
Laporan Laba Rugi dan Penghasilan
Komprehensif Lain
Laba bersih xxx xxx xxx
Beban penyusutan xxx (200.000) (210.000)
Beban /rugi penurunan nilai xxx 0 (30.000)

H a l a m a n 37 | 42
Monang Situmorang, CA

Laba bersih xxx xxx xxx


Penghasilan komprehensif lain
Keuntungan revaluasi yang belum
direalisasi xxx 40.000 0
Laba komprehensif xxx xxx xxx
Laporan Posisi Keuangan
Aset tetap
Peralatan 1.000.000 1.050.000 950.000
Ak. Penyusutan 200.000 210.000 380.000
Jumlah tercatat 800.000 840.000 570.000
Ekuitas
Saldo laba xxx xxx (10.000)
Surplus revaluasi xxx 40.000 0
2. PT Jayanti memiliki tanah yang dibeli dengan harga perolehan Rp4.000.000 pada tahun
2018. Entitas memilih untuk menggunakan akuntansi revaluasi dalam mempertanggung
jawabkan tanah. Nilai tanah berfluktuasi sebagai berikut (semua jumlah pada 31
Desember): 2018, Rp4.500.000; 2019, Rp3.600.000; 2020, Rp3.850.000; 2021.
Rp4.100.00; dan 2022, Rp4.600.000.
Diminta:
a. Lengkapi tabel di bawah berikut.
Laporan Posisi Laporan Laba Rugi dan Penghasilan
Keuangan Komprehensif Lain
Nilai Akumulasi Keuntungan atau Diakui dalam laba
pada 31 penghasilan kerugian revaluasi tanah bersih (laba rugi)
Desember komprehensif lain yang belum direalisasi
(Surplus revaluasi) (Penghasilan
komprehensif lain)
2018
2019
2020
2021
2022
b. Buatlah jurnal untuk mencatat revaluasi tanah setiap tahun.
Jawaban
Tahun Nilai Tanah Perubahan Naik (Turun)
01 Januari 2018 Rp4.000.000 ---
31 Desember 2018 4.500.000 Rp4.500.000 – Rp4.000.000 = Rp500.000
31 Desember 2019 3.600.000 Rp3.600.000 – Rp4.500.000 = Rp(900.000)
31 Desember 2020 3.850.000 Rp3.850.000 – Rp3.600.000 = Rp250.000
31 Desember 2021 4.100.000 Rp4.100.000 – Rp3.850.000 = Rp250.000
31 Desember 2022 4.600.000 Rp4.600.000 – Rp4.100.000 = Rp500.000

a. Tabel
Laporan Laba Rugi dan Penghasilan
Laporan Posisi
Komprehensif Laian
Keuangan

H a l a m a n 38 | 42
Monang Situmorang, CA

31 Des Akumulasi Keuntungan atau Diakui dalam laba


penghasilan kerugian revaluasi tanah bersih (laba rugi)
komprehensif lain yang belum direalisasi
(Surplus revaluasi) (Penghasilan
komprehensif lain)
2018 Rp500.000 Rp500.000 --
2019 -- (500.000) Rp(400.000)
2020 -- -- 250.000
2021 100.000 100.000 150.000
2022 600.000 500.000
b. Jurnal
31 Desember 2018
Tanah (Rp4.500.000 – Rp4.000.000) 500.000
Keuntungan revaluasi belum direalisasi – Tanah 500.000
31 Desember 2019
Keuntungan revaluasi belum direalisasi – Tanah 500.000
Rugi penurunan nilai (Rp4.000.000 – Rp3.600.000) 400.000
Tanah (Rp4.500.000 – Rp3.600.000) 900.000
Catatan: Nilai Aset Menurun, Revaluasi Sebelumnya Nilai Aset Meningkat
Jika pada saat revaluasi dilakukan, entitas telah melakukan revaluasi pada
periode sebelumnya, yang pada revaluasi sebelumnya terjadi peningkatan
nilai, maka penurunan tersebut harus mengurangi saldo surplus revaluasi
selama penurunan tersebut tidak melebihi saldo kredit surplus revaluasi untuk
aset tersebut.
31 Desember 2020
Tanah (Rp3.850.000 – Rp3.600.000) 250.000
Pemulihan rugi penurunan nilai 250.000
31 Desember 2021
Tanah (Rp4.100.000 – Rp3.850.000) 250.000
Pemulihan rugi penurunan nilai (Rp400.000 –
Rp250.000) 150.000
Keuntungan revaluasi yang belum direalisasi 100.000
Catatan: Nilai Aset Meningkat, Revaluasi Sebelumnya Nilai Aset Menurun
Jika pada saat revaluasi dilakukan, entitas telah melakukan revaluasi pada
periode sebelumnya, yang pada revaluasi sebelumnya terjadi penurunan nilai,
maka kenaikan harus diakui dalam laba rugi hingga sebesar jumlah
penurunan nilai aset akibat revaluasi yang pernah diakui sebelumnya dalam
laba rugi. Selisih lebihnya dicatat pada surplus revaluasi
31 Desember 2022
Tanah (Rp4.600.000 – Rp4.100.000) 500.000
Keuntungan revaluasi belum direalisasi – Tanah 500.000

3. Wang Ltd. owns land (cost HK$200,000) for which it uses revaluation accounting. It has
the following information related to this asset, the only land asset that Wang owns.

H a l a m a n 39 | 42
Monang Situmorang, CA

Date Fair Value


January 1, 2019 HK$200,000
December 31, 2019 215,000
December 31, 2020 185,000
December 31, 2021 205,000
Instructions
a. Prepare all entries related to the land for 2019.
b. Determine the amounts to be reported by Wang at December 31, 2020 and 2021, as
Land, Other Comprehensive Income, Impairment Loss, and Accumulated Other
Comprehensive Income.
c. Prepare the entry for any revaluation adjustments at December 31, 2020 and 2021.
d. Prepare the entries for the sale of the property by Wang on January 15, 2022, for
HK$220,000.
4. Parnevik Group uses revaluation accounting for a class of equipment it uses in its golf
club refurbishing business. The equipment was purchased on January 2, 2020, for
€500,000; it has a 10-year useful life with no residual value. Parnevik has the following
information related to the equipment. (Assume that estimated useful life and residual
value does not change during the periods presented below.)
Date Fair Value
January 2, 2020 $500,000
December 31, 2020 468,000
December 31, 2021 380,000
December 31, 2022 355,000
Instructions
a. Prepare all entries related to the equipment for 2020.
b. Determine the amounts to be reported by Parnevik at December 31, 2021 and 2022,
as Equipment, Other Comprehensive Income, Depreciation Expense, Impairment
Loss, and Accumulated Other Comprehensive Income.
c. Prepare the entry for any revaluation adjustments at December 31, 2021 and 2022.
d. Prepare the entries for the sale of the equipment by Parnevik on January 2, 2023, for
$330,000.
3
C. DEPLESI
1. PT Tambang Henrik membeli tanah pada tanggal 1 Februari 2021 dengan harga
Rp1.250.000. Diestimasi bahwa total 60.000 ton mineral tersedia untuk ditambang.
Setelah semua sumber daya alam itu ditambang, entitas harus memulihkan properti itu
kepada kondisi semula karena peraturan lingkungan yang ketat (strick environmental
protection laws). Estimasi biaya restorasi ini adalah Rp90.000. Entitas merasa yakin
dapat menjual properti ini nanti seharga Rp100.000. Telah dikeluarkan biaya
pengembangan (developmental costs) sebesar Rp200.000 sebelum mampu melakukan
penambangan. Pada tahun 2021 sumber daya yang berhasil ditambang berjumlah 30.000
ton. Terjual 24.000 ton.
H a l a m a n 40 | 42
Monang Situmorang, CA

Diminta
Hitunglah informasi berikut untuk tahun 2021.
a. Biaya per unit bahan.
b. Total biaya bahan dari persediaan tanggal 31 Desember 2021.
c. Total biaya bahan dalam beban pokok penjualan tanggal 31 Desember 2021.
2. Pada awal tahun 2021, PT Tambang Timah mengakuisisi sebuah tambang seharga
Rp850.000. Dari jumlah ini Rp100.000 merupakan nilai tanah dan sisanya merupakan
nilai mineral dalam tambang. Survei yang dilakukan oleh ahli geologi menunjukkan
bahwa sekitar 12.000.000 unit biji besi berada dalam tambang tersebut. Tambang Timah
mengeluarkan biaya pengembangan yang berhubungan dengan tambang ini sebesar
Rp170.000 sebelum setiap penambangan mineral dapat dilakukan. Tambang Timah juga
mengestimasi bahwa nilai wajar kewajibannya untuk menyiapkan tanah untuk
penggunaan alternatif apabila semua mineral telah ditambang sebesar Rp40.000. Selama
tahun 2011, 2.500.000 unit biji besi telah ditambang dan 2.200.000 dari unit ini telah
dijual.
Diminta
Hitunglah berikut ini.
a. Total jumlah deplesi untuk tahun 2021.
b. Jumlah yang dibebankan sebagai beban pada tahun 2021 untuk biaya mineral yang
dijual selama tahun 2021.
3. PT Tambang Anisa didirikan pada 2 Januari 2021. Entitas menempatkan penerbitan
sebanyak 74.000 lembar saham biasa. Pada tanggal pendirian, entitas menjual 20.000
lembar seharga Rp50 per lembar dan memberikan sisa saham untuk ditukarkan dengan
tanah yang mengandung bijih besi yang diestimasi oleh ahli geologi sebanyak 900.000
ton. Tanah tersebut dianggap memiliki nilai Rp2.700.000 tanpa nilai sisa.
Selama 2021, entitas membeli bangunan dan peralatan tambang berjumlah Rp250.000.
Selama tahun tersebut, 75.000 bijih besi telah ditambang; 8.000 ton dari jumlah tersebut
tidak terjual sampai 31 Desember, sisa ton yang tersisa akan dijual seharga Rp17 per ton.
Beban-beban yang terjadi dan dibayarkan selama tahun berjalan di luar deplesi dan
penyusutan adalah sebagai berikut:
Penambangan Rp173.500
Pengangkutan 20.000
Adiministrasi dan Umum 19.500
Dividen kas sebesar Rp2 per saham diumumkan pada 31 Desember dan akan dibayar 15
Januari 2022. Entitas meyakini bangunan dan lokasi tambang hanya akan dapat
digunakan selama umur tambang, maka penyusutan akan diakui berdasarkan jumlah
hasil tambang.
Diminta:
Buatlah suatu laporan laba rugi dan laporan penghasilan komprehensif lain serta laporan
posisi keuangan untuk tahun 2021. Abaikan pajak penghasilan.
4. Phelps Oil Wildcatters plc has leased property on which oil has been discovered. Wells
on this property produced 36,000 barrels of oil during the past year, which sold at an
H a l a m a n 41 | 42
Monang Situmorang, CA

average sales price of £65 per barrel. Total oil resources of this property are estimated to
be 500,000 barrels. The lease provided for an outright payment of £1,200,000 to the
lessor (owner) before drilling could be commenced and an annual rental of £62,000. A
premium of 4% of the sales price of every barrel of oil removed is to be paid annually to
the lessor. In addition, Phelps (lessee) is to clean up all the waste and debris from drilling
and to bear the costs of reconditioning the land for farming when the wells are
abandoned. The estimated fair value, at the time of the lease, of this clean-up and
reconditioning is £50,000.
Instructions
a. From the provisions of the lease agreement, compute the cost per barrel for the past
year, exclusive of operating costs, to Phelps.
b. Compute the impact on Phelps' current year profit and loss of the operation of the
leased property.
c. Phelps is considering putting in a bid to lease an adjacent tract of land for
development, based on some preliminary geological surveys and exploratory
drilling. Advise Phelps on how to account for these exploration and evaluation costs.

H a l a m a n 42 | 42

Anda mungkin juga menyukai