Anda di halaman 1dari 18

PENGANTAR AKUNTANSI 2

KEWAJIBAN JANGKA PENDEK


&
AKUNTANSI PENGGAJIAN

Kelompok 1:
1. Hanifah (13218047)
2. Muhammad Rizki (14218912)
3. Putri Oktavia (15218660)
4. Thrisna Wahyudatama (17218059)
A. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK/KEWAJIBAN LANCAR

I. Sifat Kewajiban Lancar


Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban yang diperkirakan akan dibayar
dengan menggunakan asset lancar atau menciptakan kewajiban lancar lainnya dan
harus segera dilunasi dalam jangka waktu 1 tahun.
Yang dimaksud dalam kategori kewajiban jangka pendek adalah hutang
usaha, pendapatan diterima dimuka, hutang pajak penghasilan karyawan, hutang
bunga, hutang upah, hutang pajak penjualan, dan kewajiban jangka panjang yang
akan segera jatuh tempo dalam jangka waktu 1 tahun. Yang termasuk dalam
kategori kewajiban lancar antara lain sebagai berikut :

1. Hutang usaha (accounts payable)

Hutang usaha timbul pada saat barang atau jasa diterima sebelum melakukan
pembayaran. Dalam transaksi perusahaan dagang, seringkali perusahaan membeli
barang dagangan secara kredit dari pemasok untuk dijual kembali kepada
pelanggannya.

2. Pendapatan diterima dimuka (unearned revenue)

Pendapatan diterima dimuka timbul pada saat pembayaran diterima sebelum


barang atau jasa diberikan. Uang yang diterima dimuka ini, bagi pihak yang
menyewakan adalah merupakan hutang, karena uang akan pe

3. Pajak penghasilan (employees income taxes payable)

Merupakan jumlah pajak yang terhutang kepada pemerintah atas besarnya


gaji karyawan yang terkena pajak penghasilan. Pemberi kerja selaku wajib pungut
(wapu) berkewajiban untuk memotong dan memungut pajak atas gaji karyawan yang
melebihi jumlah penghasilan tidak kena pajak (PTKP).

4. Hutang bunga (interest payable)

Merupakan jumlah bunga yang terhutang kepada kreditur atas dana yang dipinjam.
Dalam hal ini, debitur telah menikmati dana kreditur selama periode berjalan namun
baru akan dibayarkan di periode akuntansi berikutnya sesuai dengan tanggal jatuh
tempo pinjaman.

1
5. Hutang Upah (wages payable)
Jumlah upah yang terhutang kepada karyawan atas manfaat yang telah diterima
perusahaan melalui pemakaian jasa karyawan selama periode berjalan. Dalam hal
ini, perusahaan telah menikmati / menggunakan jasa karyawan dalam periode
berjalan namun baru akan dibayarkan di periode akuntansi berikutnya sesuai
dengan tanggal pembayaran yang telah ditetapkan.

6. Hutang Pajak Penjualan (sales taxes payable)

Merupakan utang atas pajak yang dipungut dari pembeli ketika penjualan terjadi.
Seperti kita ketahui bahwa sebagian produk yang kita beli dari toko pengecer
dikenakan pajak penjualan.

7. Kewajiban Jangka Panjang yang Bersifat Lancar (current portion of long


term debt)

Adalah sebagian dari kewajiban jangka panjang yang akan segera jatuh tempo
dalam jangka waktu maksimal satu tahun. Kewajiban ini tergolong sebagai
kewajiban lancar.
Contoh : Asumsi bahwa tanggal 30 September 2008 perusahaan menerbitkan surat
hutang yang bernilai nominal Rp 50.000.000. Surat hutang ini akan jatuh tempo
secara bertahap dalam jangka waktu lima tahun, masing-masing Rp 10.000.000
setiap tahunnya, yang terhitung mulai 30 September 2009. Ketika laporan keuangan
disiapkan pada tanggal 31 Desember 2008, maka Rp 10.000.000 seharusnya
dilaporkan sebagai kewajiban lancar, sedangkan sisanya sebesar Rp 40.000.000
akan dilaporkan sebagai kewajiban jangka panjang.

II. Akuntansi Atas Utang Wesel Jangka Pendek


Kewajiban dalam bentuk janji tertulis dicatat sebagai utang wesel. Wesel bayar
memerlukan pembayaran bunga dan seringkali diterbitkan untuk memenuhi
kebutuhan pembiayaan (pendanaan) jangka pendek. Wesel dapat diterbitkan
dengan jangka waktu pembayaran yang beragam. Wesel yang harus dibayar segera
dalam jangka waktu satu tahun akan diklarifikasikan dalam neraca sebagai
kewajiban lancar.
Untuk mengilustrasikan akuntansi atas wesel bayar berbunga, asumsi bahwa
perusahaan pada tanggal 1 september 2008 meminjam uang sebesar
Rp. 100.000.000 dari bank. Dalam hal ini, perusahaan menerbitkan wesel bayar
dengan tingkat suku bunga 12% per-tahun. Wesel bayar akan jatuh tempo dalam
jangka waktu 6 bulan sejak tanggal penerbitan. Periode akuntansi perusahan akan
berakhir setiap tanggal 31 desember.

2
Jadi, dalam contoh ini diasumsikan bahwa periode akuntansi perusahaan adalah
tahunan, bukan bulanan, dimana satu periode akuntansi mencakup 12 bulan, yaitu
dari 1 januari hingga 31 desember, sehingga tanggal jatuh tempo dan tanggal
penerbitan wesel berada dalam periode akuntansi yang berbeda.
Keseluruhan ayat jurnal yang diperlukan untuk mencatat transaksi diatas adalah :

Tanggal Nama Perkiraan Debit Kredit


01 Sept 08 Kas 100.000.000 -
Utang wesel - 100.000.000
(Penerbitan Wesel)
31 Des 08
Beban Bunga 4.000.000 -
Utang Bunga - 4.000.000
(Bunga berjalan =
4 bln x 12%/12 bln x 100
Juta)

1 Jan 09 Utang Bunga 4.000.000 -


Beban Bunga - 4.000.000
(Jurnal Pembalik)

29 Feb 09 Utang Wesel 100.000.000 -


Beban Bunga* 6.000.000 -
Kas - 106.000.000
(Pembayaran utang wesel)
*6 bln x 12%/12 bln x 100
juta

Karena ayat jurnal pembalik sifatnya opsional (pilihan) dan jika seandainya
perusahaan pada tanggal 1 Januari 2009 memilih untuk tidak membuat ayat jurnal
pembalik, maka jurnal yang akan dibuat untuk mencatat pembayaran utang wesel
pada saat jatuh tempo akan menjadi :

Tanggal Nama Perkiraan Debit Kredit


29 Feb 09 Utang Wesel 100.000.000 -
Utang Bunga 4.000.000 -
Beban Bunga* 2.000.000 -
Kas 106.000.000
*(2 bln x 12%/12 bln x 100
juta)
Meskipun ayat jurnal pembalik dibuat ataupun tidak (1 Jan 09),
penekanannya adalah bahwa beban bunga untuk tahun 2008 sebesar Rp 4.000.000
(untuk 4 bulan) dan beban bunga untuk tahun 2009 sebesar Rp 2.000.000 (untuk 2
bulan). Beban bunga sebesar Rp 4.000.000 akan dilaporkan dalam bentuk laporan
laba rugi untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2008 sebagai beban-beban lain.
3
Akun beban bunga ini merupakan perkiraan sementara, maka akan ditutup
pada 31 desember 2008.

Berikut ini merupakan ilustrasi akuntansi atas wesel bayar berbunga, yang
diterbitkan oleh perusahaan dalam rangka menggantikan sementara utang usaha
yang telah jatuh tempo, asumsi bahwa periode akuntansi perusahaan adalah
tahunan yang berakhir pada tanggal 31 Desember.
1 Maret Membeli barang dagangan seharga Rp 30.000.000 dengan persyaratan
kredit 1/10,n/30. System pencatatan persediaan yang digunakan oleh
perusahaan adalah metode periodik.
31 Maret Untuk menggantikan sementara utang usaha yang telah jatuh tempo
atas transaksi pembelian barang dagangan yang dilakukan pada tanggal
1 Maret yang lalu, perusahaan menerbitkan wesel bayar dengan nilai
nominal sebesar Rp 30.000.000. wesel bayar ini berjangka waktu 45 hari
dengan tingkat suku bunga 10% per tahun (asumsi = 360 hari).
15 Mei Perusahaan melunasi utang wesel yang telah jatuh tempo (yang
diterbitkan pada tanggal 31 Maret yang lalu).
Keseluruhan ayat jurnal yang diperlukan untuk mencatat transaksi diatas adalah:

Tanggal Nama Perkiraan Debit Kredit


1 Maret Pembelian 30.000.000 -
Utang usaha - 30.000.000

31 Maret Utang usaha 30.000.000 -


Utang wesel - 30.000.000

15 Mei Utang wesel 30.000.000 -


Beban bunga* 375.000 -
Kas - 30.375.000
*(45 hari/360 hari x
10% x 30 juta)

Dalam praktek, kadang-kadang debitur dapat menerbitkan wesel bayar yang


di diskontokan, bukan wesel bayar berbunga. Meskipun wesel bayar yang di
diskontokan tidak menyebutkan secara spesifik besarnya tingkat suku bunga, akan
tetapi, kreditur sesungguhnya telah menetapkan tingkat suku bunga. Bunga yang
telah ditetapkan oleh kreditur ini akan secara otomatis mengurangi nilai nominal
wesel yang dinamakan dengan diskonto.

4
Berikut ini merupakan ilustrasi akuntansi atas wesel bayar yang di-diskontokan:
Asumsi bahwa perusahaan pada tanggal 1 September 2008 meminjam uang
sebesar Rp 100.000.000 dari Bank. Perusahaan menerbikan wesel bayar dengan
tingkat diskonto 12% per tahun. Wesel bayar akan jatuh tempo dalam jangka waktu
6 bulan sejak tanggal penerbitan. Periode akuntansi akan berakhir setiap tanggal 31
Desember.

Tanggal Nama Perkiraan Debit Kredit


1 Sept 08 Kas 94.000.000 -
Beban bunga 6.000.000 -
Utang wesel - 100.000.000
(Penerbitan wesel)

29 Feb Utang wesel 100.000.000 -


09 Kas - 100.000.000
(Pembayaran utang wesel)

Perhatikanlah bahwa dengan utang wesel sebesar Rp 100.000.000 perusahaan


hanya akan menerima bersih jumlah pinjaman sebesar Rp 94.000.000. dalam hal ini
(untuk wesel bayar yang di-diskontokan), akun beban bunga akan langsung dicatat
atau diakui pada saat wesel bayar diterbitkan (ditanda tangani). Tidak ada ayat
jurnal yang dibuat untuk mengakui bunga berjalan pada tanggal 31 Desember 2008,
demikian juga tidak ada pengakuan atas beban bunga pada saat utang wesel
dibayarkan.

III. Kewajiban Kontinjensi


Suatu transaksi yang terjadi di masa lampau akan menimbulkan kewajiban apabila
kejadian tertentu terjadi di masa mendatang. Kewajiban potensial ini dinamakan
sebagai kewajiban kontinjensi (contingent liabilities), dimana kewajiban belum terjadi
pada tanggal neraca. Kewajiban ini baru akan terjadi secara aktual tergantung pada
adanya kejadian di masa mendatang.
Banyak perusahaan (penjual) yang setuju untuk memberikan garansi kepada
pelanggannya atas unit produk yang kurang memuaskan atau untuk mengganti
barang yang rusak. Ketika jaminan ini melibatkan biaya di masa yang akan datang,
maka estimasi atas biaya garansi sebelumnya dibuat dan ditandingkan terhadap
pendapatan periode berjalan.
Sebuah perusahaan yang menjual mesin pendingin akan memiliki kewajiban
kontijensi untuk estimasi biaya yang akan terjadi sehubungan dengan garansi yang
diberikan atas mesin pendingin yang terjual. Transaksi pemjualan ini akan
menimbulkan kewajiban kontinjensi karena kewajiban tersebut akan sangat
tergantung pada kejadian di masa mendatang.
5
Kejadian di masa mendatang ini adalah jika ada pembeli yang meminta perbaikan
atas mesin pendingin yang dibelinya. Kejadian ini timbul sebagai hasil dari transaksi
yang telah terjadi di masa lampau, yaitu penjualan mesin pendingin.
Jika kewajiban kontinjensi sangat mungkin terjadi (probable) dan dapat diestimasi
secara layak, maka kewajiban tersebut harus dicatat dalam akun kewajiban dan
disajikan dalam laporan keuangan. Dalam contoh di atas, biaya garansi atas mesin
pendingin merupakan kewajiban kontinjensi yang dapat dicatat dan dilaporkan.
Biaya garansi tersebut sangat besar kemungkinannya terjadi, karena biaya garansi
ini pasti akan terjadi sebesar jumlah tertentu. Besarnya biaya garansi ini dapat
diestimasi secara memadai berdasarkan pengalaman perusahaan di masa lampau.
Untuk mengilustrasikan kewajiban garansi, asumsi bahwa perusahaan sepanjang
bulan Agustus 2008 telah melakukan penjualan produk senilai Rp 120.000.000.-.
Dalam hal ini, perusahaan memberikan jaminan atau garansi selama satu tahun
penuh kepada pembeli atas kemungkinan terjadinya kerusakan produk yang bukan
diakibatkan oleh kesalahan pembeli. Berdasarkan pengalaman masa lampau,
diketahui bahwa besarnya rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki
kerusakan produk selama masa garansi adalah 6% dari nilai jual. Ayat jurnal
penyesuaian yang diperlukan untuk mencatat (mengakui) estimasi beban garansi
atas penjualan produk di bulan Agustus 2008 adalah :
Tanggal Nama perkiraan Debit Kredit
31/8/200 Beban Garansi Produk 7.200.000
8 Utang Garansi Produk 7.200.000
(6% x 120.000.000)

Berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, estimasi atas beban


garansi seharusnya dibuat dan dicatat pada saat terjadinya penjualan produk, buka
pada saat terjadinya klaim aktual dari pembeli yang mengajukan klaim perbaikan.
Perlakuan akuntansi ini erat kaitannya dengan dasar akrual dan konsep
penandingan yang telah dibahas pada bab 3 yang lalu, yaitu bahwa beban-beban
yang dikorbankan dalam rangka menciptakan pendapatan haruslah dilaporkan
dalam periode yang sama sebagaimana pendapatan tersebut dilaporkan, tanpa
harus menunggu sampai beban-beban tersebut dibayarkan. Dalam ilustrasi di atas,
besarnya estimasi beban garansi untuk produk yang telah terjual selama bulan
Agustus haruslah ditandingkan ke pendapatan penjualan bulan Agustus, meskipun
klaim aktual mungkin baru akan terjadi di bulan-bulan berikutnya setelah Agustus.
Berbeda dengan perlakuan pajak (untuk menghitung laba kena pajak), dimana
beban garansi baru boleh diakui sebagai pengurang pendapatan apabila beban
garansi tersebut benar-benar secara aktual telah dikeluarkan.
Pada saat produk yang rusak diperbaiki, biaya perbaikan akan dicatat dalam
pembukuan dengan cara mendebet akun utang garansi produk dan mengkredit akun
kas atau persediaan.

6
Melanjutkan ilustrasi di atas, asumsi bahwa pada tanggal 9 September 2008,
seorang pembeli mengajukan klaim kepada perusahaan atas suku cadang yang
rusak sebesar Rp. 550.000,-. Ayat jurnal yang diperlukan untuk mencatat klaim
aktual tersebut adalah:
Tanggal Nama perkiraan Debit Kredit
9/9/2008 Utang Garansi Produk 550.000
Suku Cadang 550.000

Apabila suatu kewajiban kontinjensi, besar kemungkinannya terjadi, akan tetapi tidak
dapat diestimasi secara layak, atau termasuk dalam kategori mungkin terjadi, maka
kewajiban kontinjensi tersebut tidak dicatat dalam akun kewajiban, tetapi harus
diungkapkan dalam catatan laporan keuangan. Dalam praktek, untuk menentukan
antara kewajiban kontinjensi yang kemungkinan besar terjadi dengan kewajiban
kontinjensi yang mungkin terjadi, memerlukan suatu pertimbangan profesional
tertentu dari pihak manajemen. Contoh kewajiban kontinjensi yang harus
diungkapkan dalam catatan laporan keuangan adalah dalam kasus tuntutan
pengadilan, dimana besarnya tuntutan biasanya sangat tidak memadai untuk dapat
diestimasi, sehingga tidak dapat dicatat dalam akun kewajiban.

IV. Penggajian Dan Pajak Gaji


Secara periodik, pemberi kerja berkewajiban untuk memberikan gaji kepada
karyawannya atas jasa-jasa mereka yang telah dinikmati oleh perusahaan dalam
rangka menghasilkan pendapatan. Gaji dan upah yang dibayarkan kepada karyawan
termasuk sebagai beban bagi perusahaan.
Istilah gaji biasanya dihitung berdasarkan tarif bulanan, bukan jam-jaman
ataupun harian. Sedangkan untuk upah biasanya dibayarkan berdasarkan hitungan
jam, harian, mingguan, atau kesatuan pekerjaan ( borongan).
Gaji merupakan item yang sangat penting. Pemberi kerja harus membayar
gaji kepada karyawannya secara akurat dan tepat waktu. Karyawan sangat sensitif
terhadap gaji yang dibayarkan secara tidak akurat dan tepat waktu.gaji yang
dibayarkan secara tidak akurat dan tepat waktu akan menimbulkan keresahan bagi
karyawan, dan hal ini pada akhirnya dapat mempengaruhi atau menyebabkan
menurunnya tingkat produktivitas maupun loyalitas karyawan terhadap perusahaan.
Gaji dibagi menjadi 2 jenis, antara lain:
a) Gaji Bruto/Gaji kotor  Besarnya gaji pokok dan ditambah dengan tunjangan-
tunjangan, sebelum dikurangi potongan-potongan.
b) Gaji Bersih  Jumlah gaji bruto setelah dikurangi potongan-potongan.
Tunjangan-tunjangannya seperti tunjangan transportasi, tunjangan makan,
tunjangan keluarga atau nikah, dan tunjangan – tunjangan lainnya. Bahkan, untuk
karyawan yang bertugas dinas diluar kota selama beberapa tahun biasanya akan
diberikan tunjangan rumah dinas dan tunjangan cuti akhir tahun.
7
Untuk karyawan yang ditugaskan untuk melakukan perjalanan dinas, biasanya akan
diberikan tunjangan akoodasi dan uang saku.
Potongan-potongan yang mengurangi jumlah gaji yang diterima oleh
karyawan biasanya terdiri atas potongan untuk pajak penghasilan dan jaminan social
tenaga kerja (Jamsostek). Dalam kasus karyawan yang memperoleh pinjaman dari
pemberi kerja, maka nantinya setiap bulan gajinya akan dipotong berupa angsuran
pinjaman dalam rangka melunasi pinjamannya. Umumnya ( diluar angsuran
pinjaman), potongan terbesar merupakan potongan untuk pajak penghasilan ( Pph
pasal 21), dihitung dengan cara mengalihkan jumlah penghasilan kena pajak dengan
tarif pajak berlapis atau bertingkat yang telah ditetapkan berdasarkan undang-
undang. Sebagai contoh, katakanlah seorang karyawan memiliki penghasilan kena
pajak dalam setahun sebesar Rp. 118.000.000.
Tarif Pajak Penghasilan (Pasal 21):
No Lapisan Penghasilan Kena Pajak Jumlah
1 Dibawah Rp 50.000.000 5%
2 Diatas Rp 50.000.000 – Rp 250.000.000 15%
3 Diatas Rp 250.000.000 – Rp 500.000.000 25%
4 Diatas Rp 500.000.000 30%

Rp 118.000.000 x 15% = Rp 17.700.000 (PPh dalam setahun)


Penghasilan kena pajak untuk setahun atau disetahunkan dihitung dengan
cara mengurangkan penghasilan tidak kena pajak ( PTKP) dari penghasilan neto.
Dengan kata lain, penghasilan kena pajak adalah penghasilan neto yang berada
diatas penghasilan tidak kena pajak. Jumlah penghasilan neto untuk penghitungan
pph pasal 21 dihitung dengan cara mengurangkan biaya jabatan dan iuran
tunjangan hari tua dari jumlah penghasilan bruto.
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) tahun 2018
No Deskripsi Jumlah
1 Wajib Pajak Orang Pribadi Rp 54.000.000
2 Wajib Pajak (Menikah) Rp 4.500.000
3 Anak (Maksimal 3) Rp 4.500.000
4 Suami Istri bekerja Rp 54.000.000
Penghasilan tidak kena pajak merupakan biaya minimum wajib pajak beserta
tanggungannya ( satu orang istri dan maksimum tiga orang anak ) untuk dapat hidup
layak atau dengan kata lain sebagai biaya minimum yang akan dikeluarkan oleh
wajib pajak yang bersangkutan ( dari sebagian penghasilannya) untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidup minimal sehari-hari. Oleh sebab itu ,penghasilan tidak
kena pajak adalah sebagian dari penghasilan karyawan yang akan dipergunakan
untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal sehari-hari (katakanlah untuk cukup
makan dan cukup rekreasi ), sehingga tidak layak untuk dikenakan pajak. Besarnya
penghasilan tidak kena pajak ditetapkan berdasarkan undang-undang.
8
V. Akuntansi Penggajian
Kompensasi karyawan berupa gaji dan tunjangan-tunjangan seringkali menimbulkan
jumlah kewajiban lancar yang cukup signifikan bagi perusahaan. Akuntansi untuk
penggajian meliputi lebih dari sekedar gaji kepada karyawan.dala merancang sistem
penggajian, semua ketentuan mengenai peraturan perpajakan atas penggajian
harus dipertimbangkan. Perusahaan biasanya secara tertib administratif akan
menyimpan seluruh catatan penggajian atas setiap karyawan untuk setiap periode
penggajian. Data penggajian ini secara berkala akan dilaporkan ke kantor pelayanan
pajak dimana perusahaan berdomisili. Sistem penggajian harus dirancang untuk
keperluan pembayaran gaji secara akurat dan tepat waktu. Sistem penggajian juga
dirancang untuk menyediakan data-data yang berguna bagi kebutuhan pengambilan
keputusan manajemen.
Ayat jurnal yang diperlukan untut mencatat pembayaran gaji karyawan adalah:
Tangga Nama Perkiraan Debet Kredit
l
27 – 01 Beban gaji xxx
Utang pajak penghasilan karyawan xxx
Utang pajak jaminan sosial xxx
Utang iuran pensiun xxx
Piutang karyawan xxx
Kas xxx

Akun beban gaji didebet dalam jurnal sebesar jumlah gaji bruto. Dalam jurnal
diatas, asumsi bahwa jumlah gaji bersih yang dibayarkan adalah besarnya gaji bruto
setelah dikurangi dengan potongan-potongan untuk pajak penghasilan, jamsostek,
iuran pensiun, dan angsuran pinjaman.
Pada saat utang pajak penghasilan yang dipotong dan dipungut seluruhnya dari
gaji karyawan disetorkan ke kas negara, ayat jurnal yang akan dibuat adalah :
Nama Perkiraan Debet Kredit
Utang pajak penghasilan karyawan xxx
Kas Xxx

Pada saat utang pajak jaminan sosial yang dipotong dan dipungut sebagian
dari gaji karyawan disetorkan ke lembaga jamsostek, ayat jurnal yang dibuat
adalah :
Nama Perkiraan Debet Kredit
Utang pajak jaminan sosial xxx
Kas Xxx

9
Pada saat utang iuran pensiun yang dipotong dan dipungut sebagian dari gaji
karyawan disetorkan ke lembaga dana pensiun, ayat jurnal yang akan dibuat
adalah :
Nama Perkiraan Debet Kredit
Utang Iuran pensiun xxx
Kas xxx

Beban pajak yang berkaitan dengan penggajian akan menjadi kewajiban bagi
pemberi kerja pada saat gaji dibayarkan kepada karyawan. Seperti telah dijelaskan
diatas, bahwa peberi kerja juga turut berkontribusi atas sebagian jaminan sosial
tenaga kerja dan iuran pensiun karyawan. Jurnal yang diperlukan untuk mencatat
beban pajak gaji adalah :
Tangga Nama perkiraan Debet Kredit
l
27 Januari Beban pajak gaji xxx
Utang pajak jaminan sosial Xxx
Utang iuran pension Xxx

VI. Pengendalian Internal Atas Sistem Penggajian


Pengendalian internal atas sistem penggajian diperlukan untuk menjamin
agar pembayaran gaji dapat dilakukan secara akurat dan tepat waktu serta
tersedianya catatan akuntansi yang memadai atas penggajian. Selain itu, sistem
penggajian harus dapat menyediakan pengamanan yang memadai terhadap
tindakan pencurian, penyelewengan, dan penyalahgunaan atas dana gaji.
Untuk mencegah penyalahgunaan atas dana gaji, maka catatan daftar hadir
karyawan harus dapat dikendalikan dengan semestinya. Secara konvensional,
catatan kehadiran karyawan dapat diperoleh baik secara manual ataupun dengan
Sistem Elektronik seperti sidik jari dan kartu yang dimasukkan kedalam mesin
kehadiran.

10
Gaji sebaiknya dibayarkan kepada karyawan secara akurat dan tepat waktu melalui
penggunaan rekening khusus bank. Rekening khusus ini dibuka dan digunakan oleh
perusahaan hanya untuk tujuan pembayaran gaji karyawan agar lebih efisien dalam
pengelolaan dana gaji.
Aktivitas pengajian meliputi empat fungsi;
- Perekrutan karyawan
- Pencatatan jam kerja/kehadiran karyawan
- Menyiapkan dana gaji
- Pembayaran gaji
Bagian perekrutan bertanggungjawab dalam mencarikan karyawan pengganti
untuk menempatkan atau mengisi posisi pekerjaan yang kosong. Setelah karyawan
diterima kerja, bagian perekrutan akan menyiapkan dokumen pengesahan
(otorisasi). Dokumen pengesehan ini berisi data mengenai karyawan baru akan
dikirim ke bagian penggajian selanjutnya diinput dalam daftar gaji. Data yang
tercantum dalam dokumen pengesahan antara lain, nama karyawan, tempat dan
tanggal lahir, jenjang pendidikan, tanggal mulai bekerja, jabatan, bagian pekerjaan,
golongan gaji dan besar gaji karyawan.
Daftar gaji akan disiapkan oleh bagian penggajian berdasarkan pada data yang
tertera dalam dokumen pengesahan karyawan (dari bagian perekrutan) dan data
mengenai jumlah jam kerja atau kehadiran karyawan. Bagian penggajian selanjutnya
akan menghitung besar gaji bruto dan berserta potongan-potongannya dan
selanjutnya akan diberitahukan ke masing-,masing karyawan. Gaji kemudian akan
dibayarkan melalui bendahara gaji.

11
SOAL 1
PT. Mentari Food menerbitkan wesel bayar berbunga dalam rangka menggantikan
sementara utang usaha yang telah jatuh tempo, asumsi bahwa periode akuntansi
perusahaan adalah tahunan yang berakhir pada tanggal 31 Desember.
1 Maret Membeli barang dagangan seharga Rp 45.000.000 dengan syarat kredit
1/10, n/30. Sistem pencatatan persediaan yang digunakan oleh
perusahaan adalah sistem periodik
31 Maret Untuk menggantikan sementara utang usaha yang telah jatuh tempo
atas transaksi pembelian barang dagangan yang dilakukan pada tanggal
1 Maret lalu, perusahaan menerbitkan wesel bayar dengan nilai nominal
sebesar Rp 45.000.000. wesel bayar ini berjangka waktu 45 hari dengan
tingkat suku bunga 10 % per tahun (Asumsi = 360 hari)
15 Mei Perusahaan melunasi utang wesel yang telah jatuh tempo (yang
diterbitkan pada tanggal 31 Maret lalu.

Diminta:
Buatlah semua ayat jurnal yang diperlukan untuk mencatat transaksi-transaksi diatas
dalam pembukuan PT. Mentari Food!
Pembahasan:

Tanggal Nama Perkiraan Debit Kredit


1 Maret Pembelian 45.000.000 -
Utang usaha - 45.000.000

31 Maret Utang usaha 45.000.000 -


Utang wesel - 45.000.000

15 Mei Utang wesel 45.000.000 -


Beban bunga* 562.500 -
Kas - 45.562.500
*(45 hari/360 hari x
10% x 45 juta)

12
SOAL 2
Berikut ini adalah beberapa transaksi yang telah terjadi sepanjang tahun 2009 pada
PT. LINK BROWSE yang menimbulkan kewajiban jangka pendek bagi perusahaan :
1. Besarnya transaksi penjualan tunai adalah Rp. 200.000.000. nilai ini belum
termasuk pajak penjualan yang dibebankan kepada pembeli sebesar 10%.
2. PT. Link Browse menyetorkan pajak penjualan tersebut ke Bank Intan selaku
bank persepsi, yaitu bank yang ditunjuk pemerintah untuk menampung
sementara uang kas hasil penerimaan pajak negara.
3. Pada awal tahun 2009, PT. Link Browse menerbitkan sebuah promes ( wesel
bayar ) untuk mendapatkan uang pinjaman dengan total senilai Rp.
250.000.000. lama wesel tersebut adalah 6 bulan, dengan tingkat suku bunga
sebesar 9% per tahun. Pada saat wesel tersebut jatuh tempo, perusahaan
membayar nilai pokok pinjaman beserta bunganya kepada kreditur.
4. Berdasarkan pada dasarnya klaim akrual yang telah terjadi di masa lampau,
perusahaan mengestimasi bahwa rata-rata biaya garansi atas setiap produk
yang dijualnya adalah sebesar 2% dari harga jual.
5. Pada pertengahan tahun 2009 PT. Link Browse menerbitkan sebuah wesel
bayar untuk menggantikan sementara utang usahanya, karna telah
melampaui batas waktu jatuh tempo yang diberikan oleh supplier kepada
PT.Link Browse untuk melunasi hutangnya sebesar Rp. 40.000.000. tingkat
diskonto yang berlaku pada saat itu adalah 8% per tahun. Umur wesel yang
disepakati antara PT.Link Browse dengan suppliernya atas perpanjangan
periode pembayaran utang usaha adalah 2 bulan. Pada saat wesel tersebut
jatuh tempo, perusahaan membayar nilai pokok pinjaman beserta bunganya
kepada supplier.
Diminta :
Buatlah seluruh ayat jurnal yang diperlukan dalam pembukuan PT.Link Browse
Sepanjang tahun 2009, sehubungan dengan transaksi-transaksi yang telah
menimbulkan kewajiban lancar bagi perusahaan !

13
Pembahasan :

No Nama Perkiraan Debet Kredit


1. Kas Rp. 220.000.000
Penjualan Rp. 200.000.000
Utang pajak penjualan Rp. 20.000.000

2. Utang pajak penjualan Rp. 20.000.000


Kas Rp.20.000.000

3. Kas Rp. 250.000.000


Utang wesel Rp.250.000.000

Utang wesel Rp. 250.000.000


Beban bunga Rp. 11.250.000
Kas Rp. 261.250.000

4. Beban garansi produk Rp. 4.000.000


Utang garansi produk Rp.4.000.000

5. Utang usaha Rp. 40.000.000


Utang wesel Rp. 40.000.000

Utang wesel Rp. 40.000.000


Beban bunga Rp. 533.333
Kas Rp. 40. 533.333

14
SOAL 3:
Pak Roni bekerja sebagai direktur perusahaan memiliki penghasilan kena pajak
dalam setahun Rp 120.000.000. Hitunglah PPhnya!
Pembahasan:

Penghasilan kena pajak Rp 120.000.000


Tarif Pajak = Rp 120.000.000 x 15% = Rp 18.000.000 (dalam setahun)
Dalam sebulan = Rp 18.000.000 : 12 = Rp 1.200.000

SOAL 4:
Husin seorang karyawan swasta yang rajin. Setiap bulan ia mendapatkan gaji
sebesar Rp 12.000.000. Husin belum menikah. Hitunglah besarnya PPh yang
terutang dalam satu tahun pajak!
Pembahasan :

Gaji satu tahun Husin = Rp 12.000.000 x 12 bulan = Rp 144.000.000


PTKP = Rp 54.000.000
Penghasilan kena pajak = Rp 114.000.000 – Rp 54.000.000 = Rp 60.000.000
Tarif Pajak = Rp 60.000.000 x 15% = Rp 9.000.000
Jadi, PPh yang harus dibayar Husin dalam setahun Rp 9.000.000

SOAL 5:
Pak Asep adalah seorang guru PNS disebuah SMA Negeri di Bekasi. Setiap bulan ia
mendapatkan gaji sebesar Rp 6.500.000. Pak Asep sudah menikah, memiliki istri
dan memiliki 2 anak. Hitung besarnya PPh yang terutang dalam satu tahun pajak !
Pembahasan :

Gaji satu tahun Pak Asep = Rp 6.500.000 x 12 bulan = Rp 78.000.000


PTKP = Rp 54.000.000 + Rp 4.500.000 + (2 x Rp 4.500.000) = Rp 67.500.000
Penghasilan kena pajak = Rp 78.000.000 – Rp 67.500.000 = Rp 10.500.000
Tarif Pajak : Rp 10.500.000 x 5% = Rp 525.000
Jadi, PPh yang harus dibayar Pak Asep Rp 525.000

15
SOAL 6:
Budi pada tahun 2016 bekerja pada perusahaan PT. Jaya dengan memperoleh gaji
sebulan Rp 5.750.000, mendapat tunjangan Rp 2.250.000, dan uang lembur Rp
1.500.000 juga, membayar biaya jabatan sebesar 5%/bulan dari gaji bruto,
membayar iuran jamsostek sebesar Rp 100.000/bulan, iuran pensiun Rp
200.000/bulan dan PPh. Budi sudah menikah tetapi belum mempunyai anak.
Hitunglah gaji bersih Budi dalam setahun !

Pembahasan :

Gaji setahun = Rp 5.750.000 x 12 = Rp 69.000.000


Tunjangan = Rp 2.250.000 x 12 = Rp 27.000.000
Uang Lembur = Rp 1.500.000 x 12 = Rp 18.000.000
Gaji Bruto setahun = Rp 69.000.000 + Rp 27.000.000 + Rp 18.000.000
= Rp 114.000.000

Biaya Jabatan = Rp 114.000.000 x 5% = Rp 5.700.000


Iuran Jamsostek = Rp 100.000 x 12 = Rp 1.200.000
Iuran Pensiun = Rp 200.000 x 12 = Rp 2.400.000
Jumlah Potongan = Rp 5.700.000 + Rp 1.200.000 + Rp 2.400.000 = Rp 9.300.000

PPh
Gaji Setelah Potongan = Rp 114.000.000 – Rp 9.300.000 = Rp 104.700.000
PTKP = Rp 54.000.000 + Rp 4.500.000 = Rp 58.500.000
Penghasilan Kena Pajak = Rp 104.700.000 – Rp 58.500.000 = Rp 46.200.000
Tarif Pajak = Rp 46.200.000 x 5% = Rp 2.310.000

Gaji Bersih = Rp 104.700.000 – Rp 2.310.000 = Rp 102.390.000

Jadi, gaji bersih Budi selama setahun adalah Rp 102.390.000

16
DAFTAR PUSTAKA

Resmi,S.2013. Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat


Wegant,Kieso and Kimmel 2010. Accounting Principles, Edisi 7, Jilid 2. Jakarta:
Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai