EDISI II
DI SUSUN OLEH :
DJODI SETIAWAN,S.E.,M.M.,Ak.,CA
PENGERTIAN UMUM
Utang adalah pengorbanan manfaat ekonomis dimasa yang akan datang dengan nilai dan
jumlah yang telah pasti dan terukur, yang timbul dari kewajiban sekarang atau masa yang lalu, yang
dilakukan entitas tertentu untuk menyerahkan aktiva dan memberikan jasa kepada entitas lain
dimasa datang sebagai akibat dari transaksi atau peristiwa pada masa lampau.
Ada tiga komponen penting yang melekat pada utang yaitu :
1. Akibat dari peristiwa masa lalu
2. Penyerahan aktiva atau jasa untuk keperluan di masa yang akan datang
3. Kewajiban saat ini : sepanjang penyerahan aktiva atau jasa adalah cukup menjadi bukti
transaksi , maka tidaklah perlu diidentifikasi orang atau pihak yang akan menerima aktiva
atau jasa tersebut dimasa yang akan datang. Yang penting adalah bahwa penyerahan aktiva
atau jasa merupakan kewajiban sekarang atau kejadian tersebut nyata adanya dan data
transaksi adalah andal.
Kewajiban lancar adalah kewajiban yang diperkirakan akan dibayar dengan menggunakan
aktiva lancar atau menciptakan kewajiban lancar lainnya dan harus segera dilunasi atau diselesaikan
dalam jangka waktu paling lama satu tahun.
Utang Usaha akan timbul pada saat barang atau jasa diterima sebelum melakukan
pembayaran. Dalam transaksi pada sebuah perusahaan dagang, seringkali perusahaan
membeli barang dagangan secara kredit dari pemasok untuk dijual kembali.
Dalam hal ini, perusahaan akan mencatat pembelian barang dagangan tersebut dalam
pembukuan dengan cara mendebet akun pembelian (sistem periodik) atau akun persediaan
barang dagangan ( sistem perpectual) dan mengkredit akun utang usaha.
Pendapatan yang diterima dimuka ( unearned revenue) timbul pada saat pembayaran
diterima sebelum barang dan jasa diserahkan kepada pembeli/konsumen.
Utang Pajak Penghasilan karyawan ( employees income taxes payable) merupakan jumlah
pajak terhutang kepada pemerintah atas besarnya gaji karyawan yang terkena pajak
penghasilan. Pemberi kerja selaku wajib pengut, berkewajiban untuk memotong dan
memungut pajak atas gaji karyawan yang melebihi jumlah penghasilan tidak kena pajak
(PTKP). Pada waktu gaji karyawan dibayarkan , kewajiban pajak akan dicatat dalam
pembukuan perusahaan dengan cara mendebet akun beban gaji dan mengkredit akun kas
dan akun utang pajak penghasilan.
Utang Bunga ( Interest payable) merupakan jumlah bunga yang terhutang kepada kreditur
atas dana yang telah dipinjam. Dalam hal ini, debitur telah menikmati dana kreditur selama
periode berjalan namun baru akan dibayarkan di periode akuntansi berikutnya sesuai
dengan tanggal jatuh tempo pinjaman.
Bunga ini terutang karena adanya perbedaan antara tanggal pembayaran dengan tanggal
tutup buku perusahaanm dimana pemanfaatan atas dana kreditur dalam periode berjalan
baru akan dibayarkan di periode akuntansi berikutnya setelah pembukuan periode berjalan
ditutup. Padaakhir periode berjalan tersebut,debitur akan mencatat jurnal penyesuaian
untuk mencatat besarnya bunga berjalan ( bunga yang masih harus dibayar atau bunga
terutang) atas saldo pinjaman yang belum dilunasi. Atas dasar acrual, jurnal penyesuaian
akan dibuat dalam pembukuan debitur dengan cara mendebet akun beban buga dan
mengkredit utang bunga.
Utang Gaji (wages payable) merupakan jumlah upah yang terutang kepada karyawan atas
manfaat yang telah diterima perusahaan melalui pemakaian jasa karyawan selama periode
berjalan. ( lihat PSAK 24 )
Kewajiban dalam bentuk janji tertulis sering disebut utang wesel (notes payable). Wesel
bayar memerlukan pembayran bunga (interest) dan seringkali diterbitkan untuk memenuhi
kebutuhan pembiayaan ( pendanaan) jangka pendek. Wesel dapat diterbitkan dengan jangka
waktu pembayaran yang beragam. Wesel yang harus segera dibayar dalam jangka waktu
satu tahun , diklasifikasikan dalam laporan posisi keuangan sebagai bagian dari
kewajiban lancar.
Contoh Ilustrasi
Perusahaan pada tanggal 1 September 2008, meminjam uang sebesar Rp. 100.000.000 dari
bank Mandiri. Dalam hal ini, perusahaan menerbitkan notes payable dengan tingkat bunga
12% per tahun.
Wesel bayar akan jatuh tempo dalam jangka waktu 6 bulan kedepan sejak tanggal
penerbitan. Periode akuntansi perusahaan akan berakhir setiap tanggal 31 Desember
Interest Expense
31 Des 2008 4.000.000
Interest Payable
(bunga berjalan = 4 bulan x 12%/12 4.000.000
bulan x 100juta )
Notes payable
29 Feb 2009 Interest Expense 100.000.000
Cash 6.000.000
(Pembayaran utang wesel 106.000.000
6 bulan x 12%/12 bulan x 100jt
Karena ayat jurnal pembalik ( reversing eantries sifatnya optional (pilihan) dan jika
seandainya perusahaan pada tanggal 1 Januari 2009 memilih untuk tidak membuat jurnal
pembalik, maka jurnal yang harus dibuat untuk mencatatpembayaran utang wesel pada saat
jatuh tempo adalah
Ilustrasi ke 2
Tanggal Keterangan
1 Maret Membeli barang dagangan seharga Rp. 30.000.000 dengan persyaratan
kredit 1/10 n/30. Sistem pencatatan persediaan yang digunakan oleh
perusahaan adalah metode periodik.
15 Mei Perusahaan melunasi utang wesel yang telah jatuh tempo ( yang di terbitkan
pada tanggal 31 Maret yang lalu)
Dalam praktek , kadang-kadang debitur dapat menerbitkan wesel bayar yang di diskontokan, bukan
wesel bayar berbunga. Meskipun wesel bayar yang di diskontokan tidak menyebutkan secara spesifik
besarnya tingkat bunga, akan tetapi kreditur sesungguhnya telah menetapkan tingkat suku bunga.
Bunga yang ditetapkan oleh kreditur ini akan secara otomatis mengurangi nilai nominal wesel yang
diterbitkan oleh debitur. Bunga yang mengurangi nilai nominal wesel dinamakan diskonto.
Untuk mengilustrasikan akuntansi atas wesel bayar yang didiskontokan , diasumsikan bahwa
perusahaan pada tanggal 1 September 2008 meminjam uang sebesar Rp.100.000.000 dari bank.
Dalam hal ini perusahaan menerbitkan wesel bayar dengan tingkat diskonto 12% per tahun. Wesel
bayar ini akan jatuh tempo dalam jangka waktu 6 bulan sejak tanggal penerbitan. Periode akuntansi
perusahaan adalah tahunan, yang akan berakhir setiap tanggal 31 Desember. Keseluruhan ayat
jurnal yang diperlukan adalah :
Dijelaskan bahwa kontinjensi maksudnya adalah hal yang masih harus dilakukan setelah
pelaporan disusun, sehingga secara keseluruhan Kewajiban Kontinjensi adalah kewajiban
yang timbul setelah tanggal neraca.
Definisinya adalah :
1. Kondisi atau situasi pada tanggal neraca yang dampak keuangannya harus ditentukan
oleh peristiwa-peristiwa dimasa depan baik yang dapat maupun yang tidak dapat
terjadi.
2. Suatu transaksi yang terjadi di masa lampau akan menimbulkan kewajiban apabila
kejadian tertentu terjadi dimasa yang akan datang. Kewajiban potensial ini dinamakan
sebagai kewajiban kontinjensi ( contingent liability), dimana kewajiban belum terjadi
pada tanggal neraca. Kewajiban ini baru akan terjadi secara aktual tergantung pada
adanya kejadian di masa yang akan datang.
AKUNTANSI PENGGAJIAN
Kompensasi karyawan berupa gaji atau upah dan tunjangan-tunjangan seringkali
menimbulkan jumlah kewajiban lancar yang cukup signifikan bagi perusahaan ( pemberi
kerja). Akuntansi untuk penggajian meliputi lebih dari sekedar pembayaran gaji kepada
karyawan.
Penghasilan diterima dimuka termasuk dalam kategori utang yang jumlahnya dapat ditentukan
dengan pasti dan andal. Seringkali hal ini menunjukkan kewajiban untuk menyediakan jasa di
samping utang untuk menyediakan barang dagangan. Contoh penghasilan yang diterima dimuka
adalah Uang Muka Pelanggan.
Sebagai contoh :
PT. Manuntun menerima uang tunai sebesar Rp. 10.000.000 dari pelanggan untuk jasa angkutan
yang baru akan diberikan oleh perusahaan bulan depan. Jumlah yang dibebankan kepada pelanggan
menurut perjanjian adalah Rp. 50.000.000. Sisa Rp. 40.000.000 akan dibayar oleh pelanggan pada
waktu jasa angkutan telah diserahkan oleh perusahaan.
Jurnal yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
SOAL TEORI
1. Apakah dasar sebuah kasus dapat digolongkan menjadi Utang Lancar?
2. Jelaskan oleh anda syarat-syarat yang biasa digunakan pada transaksi utang dagang.
3. Jelaskan dengan menurut pemahaman dan pengertian anda tentang pencatatan utang dagang
secara umum.
4. Buatlah kesimpulan dari IAS 37 ( liabilitas kontinjensi)
SOAL KASUS
1. Pada tanggal 2 September 2015, PT. Sempurna membeli 2 mobil baru di PT. Astra secara kredit,
dengan harga mobil Rp. 250.000.000 per unit. PT Sempurna menerbitkan wesel untuk pembayaran
tersbut kepada PT.Astra untuk jangka waktu 6 bulan. Adapun bunga adalah sebesar 10 %. Buatlah
ayat jurnal yang dibutuhkan hingga, pembayaran selesai.
2. Diketahui PT. Baringin Sakti merencanakan pembayaran Gaji karyawannya per bulan januari 2014,
yang mana pembayarannya akan dilaksanakan pada tanggal 5 Februari 2014.
Adapun komponen pembayarannya adalah sebagai berikut :
a. Jumlah gaji yang akan dibayar adalah Rp. 750.000.000
b. PPh pasal 21 yang harus disetorkan ke kas negara adalah 5% dari gaji yang dibayarkan
c. Tunjangan jaminan sosial karyawan yang harus disetor ke badan penyelenggara adalah 2 % dari
total gaji
d. Iuran Pensiun yang akan disetorkan ke badan penyelenggara adalah 1,25% dari total gaji
e. Dari sebagian karyawan terdapat piutang karyawan sebesar Rp. 5.000.000
Diminta :
a. Berapa Gaji bersih yang diterima karyawan
b. Buatlah jurnal yang dibutuhkan
c. Karena pembayaran gaji baru dibayarkan pada tanggal 5 Februari 2014, maka :
- Buatlah jurnal untuk pembayaran gaji karyawan ( jumlah gaji bersih )
- Buatlah jurnal untuk pembayaran PPh
- Buatlah jurnal untuk pembayaran Jaminan Sosial
- Buatlah jurnal untuk Pembayaran Iuran Pensiun
SOAL TERINTEGRASI
1. Buatlah oleh anda sebuah contoh kasus utang dagang yang menggunakan wesel ( notes
payable), dimana diantaranya wesel tersebut memiliki bunga (interest).
Termasuk diantaranya, anda harus melengkapinya dengan jurnal yang dibutuhkan.
2. Buatlah sebuah ilustrasi oleh anda, bagaimana sebuah transaksi Pendapatan yang diterima
dimuka dari sebuah industri jasa.
PENGERTIAN UMUM
Utang jangka panjang merupakan jenis kewajiban yang pelunasannya lebih dari satu periode
akuntansi. Yang termasuk dalam kelompok utang jangka panjang, antara lain ialah utang obligasi
(bonds payable), utang wesel jangka panjang (long tern note payable) dan utang sewa guna usaha
modal (obligation under capital lease).
Untuk memperoleh sejumlah besar dana jangka panjang, perusahaan (perseroan) pada umumnya
memiliki dua sumber alternatif pembiayaan, yaitu dengan cara menerbitkan saham (equity
financing). Dari sisi debitur, pendanaan atau pembiayaan dengan cara menerbitkan obligasi memiliki
beberapa keuntungan dibanding dengan menerbitkan saham.
Nilai nominal Obligasi mencerminkan jumlah yang terhutang pada saat obligasi jatuh tempo.
Pembayaran bunga dihitung sebagai hasil kali antara tingkat suku bunga nominal dengan nilai
nominal obligasi.
Tingkat suku bunga nominal dan tingkat suku bunga pasar seringkali berbeda. Akibatnya obligasi
dijual dibawah atau diatas nilai nominal.
Jika besarnya tingkat suku bunga nominal sama dengan tingkat suku bunga pasar, maka berarti
obligasi tersebut dijual dengan kurs 100.
Jika tingkat suku bunga nominal lebih kecil dibanding tingkat suku bunga pasar, maka obligasi
tersebut dijual kurang dari kurs 100.
Jika tingkat suku bunga nominal lebih besar dibanding tingkat suku bunga pasar, maka obligasi
tersebut dijual lebih dari kurs 100.
Pembeli (kreditur) menentukan besarnya obligasi dengan cara menghitung nilai sekarang dari
nominal obligasi ( Present Value pokok) dan nilai sekarang anuitas dari jumlah yang akan diterima
pada akhir interval periode bunga ( PVA Interest). Tingkat suku bunga yang dipakai dalam
menghitung nilai sekarang (present value) adalah tingkat suku bunga pasar. Selanjutnya, nominal
obligasi menggambarkan nilai obligasi pada saat jatuh tempo (future value) sedangkan nilai sekarang
(present value) menggambarkan harga obligasi yang bersedia dibayar saat ini oleh kreditur kepada
debitur (penerbit obligasi).
Konsep present value ini timbul berdasarkan kenyataan bahwa nilai uang sangat dipengaruhi oleh
faktor waktu dan tingkat bunga.
Jurnal Cash
Interest expense
Akun kas disini dicatat dalam jurnal sebesar harga pasar obligasi, yang ditunjukkan lewat kurs
jual atau nilai sekarang dari obligasi yang bersangkutan. Sedangkan akun utang obligasi dicatat
dalam jurnal sebesar nilai nominal obligasi. Selisih antara harga jual dengan nilai nominal obligasi
akan dicatat dalam jurnal discount on bond payable ( jika harga jual obligasi lebih kecil dibanding
nilai nominal, sedangkan premium on bond payable jika harga jual obligasi melebihi nilai
nominalnya.
Nilai nominal x tingkat suku bunga nominal (per tahun ) : 12 bulan x periode
waktu antara tanggal bunga dengan tanggal penjualan ( dalam bulan )
Pada akhirnya, saat bunga obligasi untuk interval periode pertama dibayarkan, maka debitur akan
mencatatnya dalam jurnal dengan cara mendebet akun beban bunga dan mengkredit akun kas.
Cash xxx
Diasumsikan bahwa obligasi dengan nilai nominal Rp. 100.000.000 telah terjual pada tanggal 1 Juni
2010. Besarnya tingkat suku bunga nominal adalah 12% per tahun, dengan tanggal bunga yaitu
setiap 1 April dan 1 Oktober. Obligasi tersebut diterbitkan pada tanggal 1 April 2010, sehingga ada
bunga berjalan selama 2 bulan yang harus dicatat ( yaitu 1 April hingga 1 Juni ). Maka ayat jurnal
yang perlu dibuat untuk mencatat bunga berjalan tersebut adalah :
Sehingga pada saat bunga obligasi untuk interval pertama dibayarkan ( periode 1 April 2010 sampai
dengan 1 Oktober 2010), maka debitur akan mencatatnya dalam jurnal sebagai berikut :
Dengan kedua ayat jurnal diatas,perhatikanlah bahwa besarnya bunga (kas) yang dibayarkan sampai
dengan 1 Oktober 2010 adalah sebesar Rp. 4.000.000 ( Rp. 6.000.000 – Rp. 2.000.000 ). Perlu diingat,
bahwa debitur telah menikmati fasilitas utang obligasi selama 4 bulan, yaitu yang terhitung sejak
obligasi dijual ( 1 Juni 2010 ) sampai dengan tanggal pembayaran bunga yang pertama ( 1 Oktober
2010 ). Oleh sebab itu besarnya bunga (kas) yang dibayarkan sampai dengan 1 Oktober 2010 adalah
sebesar Rp.4.000.000 ( 100juta x 12% : 12 bulan x 4 bulan )
Pada tanggal 31 Desember 2010, ayat jurnal penyesuaian yang diperlukan untuk mencatat atau
mengakui besarnya bunga terhutang ( 1 Oktober 2010 hingga 31 Desember 2010 ).
Disini, secara keseluruhan, besarnya akun beban bunga yang akan masuk dalam perhitungan laba
rugi ( sebagai beban lain-lain) untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2010 adalah Rp. 7.000.000
(100juta x 12 % : 12 bulan x 7 bulan ), dimana Rp.4.000.000 nya telah dibayarkan kepada kreditur
dan sisanya Rp.3.000.000 masih terhutang ( belum dibayarkan). Jadi beban bunga sebesar
Rp.7.000.000 ini terhitung mulai 1 Juni 2010 hingga 31 Desember 2010.
Contoh Ilustrasi
Diasumsikan pada tanggal 1 Februari 2010 perusahaan menerbitkan dan menjual obligasi yang
bernilai nominal Rp. 5.000.000. Obligasi ini akan jatuh tempo dalam 5 tahun dan besarnya tingkat
suku bunga nominal maupun tingkat suku bunga pasar masing-masing 12% per tahun. Bunga atas
utang obligasi akan dibayarkan sebanyak 2 kali dalam setiap tahunnya, yaitu setiap 1 Februari dan 1
Agustus.
Cash 300.000
Jika besarnya tingkat suku bunga nominal lebih kecil dibanding dengan tingkat suku bunga pasar,
maka berarti obligasi tersebut dijual dengan kurs kurang dari 100.
Dalam hal ini besarnya PV obligasi ( PV pokok + PVA bunga ) lebih kecil dibanding dengan nilai
nominal dari obligasi yang bersangkutan.
Contoh Ilustrasi
Pada tanggal 1 Februari 2010, perusahaan menerbitkan dan menjual obligasi yang bernilai nominal
Rp.5.000.000. Obligasi ini akan jatuh tempo dalam waktu 5 tahun dan memiliki tingkat suku bunga
nominal 11 % per tahun serta tingkat bunga pasar 12 % per tahun. Bunga atas utang obligasi akan
dibayarkan sebanyak 2 kali dalam setiap tahunnya, yaitu tanggal 1 Februari dan 1 Agustus.
Dengan menggunakan rumus present value, besarnya harga jual obligasi dapat dihitung sebagai
berikut :
Cash 275.000
Ada dua metode yangsering dipakai atau digunakan entitas dalam mengamortisasi besarnya
diskonto utang obligasi, yaitu metode garis lurus ( straight line method) dan metode bunga efektif
(effective interest rate of method ).
Amortisasi dengan menggunakan metode garis lurus akan memberikan besarnya amortisasi yang
sama untuk setiap bulannya. Amortisasi dapat dicatat bersamaan dengan tanggal pembayaran
bunga dan atau pada setiap akhir periode akuntansi. Perlu diperhatikan, bahwa jika amortisasi
dilakukan bersamaan dengan tanggal pembayaran bunga maka ayat jurnal penyesuaian pada akhir
peride akuntansi tetap akan diperlukan untuk mencatat besarnya amortisasi.
Mengambil contoh diatas, jurnal untuk mencatat amortisasi diskonto utang obligasi adalah :
Interest Expense
31 Des 2011 15.335
Discount onBond Payable
15.335
(Rp.185.025:60 bulan x 5 bulan)
Jika tingkat suku bunga nominal lebih besar dibanding tingkat suku bunga pasar, maka berarti
obligasi tersebut dijual dengan kurs diatas 100. Yaitu di atas nilai nominalnya atau dengan kata lain
dijual pada tingkat premium. Dalam hal ini, besarnya presnt value obligasi ( PV Pokok + PVA Bunga )
akan melebihi nilai nominal dari obligasi yang bersangkutan.
Contoh Ilustrasi
Pada tanggal 1 Februari 2010 perusahaan menerbitkan dan menjual obligasi yang bernilai nominal
Rp. 5.000.000. Obligasi ini akan jatuh tempo dalam 5 tahun dan memiliki tingkat suku bunga nominal
13% per tahun serta tingkat bunga pasar adalah 12% per tahun. Bunga atas utang obligasi akan
dibayarkan sebantak 2 kali dalam setiap tahunnya, yaitu 1 Februari dan 1 Agustus.
Dengan menggunakan rumus present value , besarnya harga jual obligasi dapat dihitung sebagai
berikut :
Cash 325.000
Setelah itu maka kita perlu untuk membuat ayat jurnal untuk amortisasi adalah sebagai berikut :
3.066
Interest Expense
18.398
Interest Expense
15.332
Premium on Bond Payable
31 Des 2011 15.332
Interest Expense
Perusahaan dapat menebus kembali obligasinya sebelum tanggal jatuh tempo. Hal ini dilakukan jika
tingkat suku bunga pasar mengalami penurunan secara drastis setelah obligasi dijual. Dalam kondisi
seperti ini, perusahaan biasanya akan menerbitkan dan menjual obligasi yang baru dengan tingkat
suku bunga yang lebih rendah , kemudian hasil dari penjualan obligasi yang baru tersebut akan
dipergunakan untuk menebus kembali obligasinya yang telah terlanjur diterbitkan dan dijual pada
beberapa waktu yang lalu ( pada saat tingkat suku bunga pasar masih tinggi ).
Perusahaan biasanya akan menebus kembali obligasinya dengan harga yang berbeda dari nilai buku
utang obligasi. Dalam hal ini nilai buku utang obligasi dapat dihitung dengan cara mengurangkan
nilai nominal utang obligasi dengan besarnya diskonto utang obligasi yang belum diamortisasi atau
menjumlahkan nilai nominal utang obligasi dengan besarnya premium utang obligasi yang belum
diamortisasi. Jika harga yang dibayarkan untuk penebusan kembali obligasi lebih kecil dibanding
dengan nilai buku utang obligasi, maka selisihnya akan dicatat sebagai keuntungan dari penebusan
obligasi. Dan sebaliknya jika harga yang dibayarkan untuk penebusan kembali obligasi lebih besar
dari nilai buku utang obligasi, maka selisihnya akan dicatat sebagai kerugian dari penebusan
obligasi.Keuntungan atau kerugian yang ditimbulkan dari penebusan obligasi akan disajikan dalam
laporan laba rugi sebagai pendapatan atau beban lain-lain ( dan bukan pendapatan atau beban
operasional)
Cash 55.000
Interest Expense
3.680
Discount on Bond Payable
3.680
(60 % x Rp. 3.067 x 2 bulan )
3.000.000
Bond Payable
662.567
Loss on takeover on Bond Payable
62.567
Discount on Bond Payable
3.600.000
Cash
Cash 110.000
Interest Expense
7.361
Discount on Bond Payable
7.361
(40 % x Rp. 3.067 x 2 bulan )
6.134
Interest Expense
31 Des 12 6.134
Discount on Bond Payable
91.667
Interest Expense
91.667
Interest Payable
Jawab :
Besarnya harga pasar atau harga jual obligasi dapat dihitung sebagai berikut :
Dengan menggunakan metode bunga efektif, berikut adalah besarnya amortisasi yang terjadi :
A D-C
B C = A-B E =(100jt – D)
(3/6 x 308.820)
Cash 5.000.000
Cash 5.000.000
(3/6 x 343.724)
Cash 5.000.000
Cash 5.000.000
(3/6 x 382.574)
Sedangkan ayat jurnal yang diperlukan untuk mencatat transaksi tanggal 1 Mei 2013 dan 1 April
2015.
Cash 39.200.000
Cash 333.333
Cash 3.000.000
Cash 60.000.000
Jika kasus obligasi tersebut adalah premium, maka besarnya amortisasi untuk masing-masing
periode pembayaran bunga dihitung dengan cara mengurangkan bunga nominal dengan bunga
efektif ( kebalikan dari amortisasi diskonto). Nilai buku obligasi dihitung dengan cara menjumlahkan
nilai nominal obligasi dengan besarnya premium yang belum diamortisasi. Besarnya bunga efektif
Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II
Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
dan bunga nominal untuk masing-masing periode pembayaran bunga dihitung dengan cara yang
sama seperti yang telah diilustrasikan diatas.
CONTOH-CONTOH SOAL
( DARI DIKTAT UNPAD)
Jawab :
Jurnal untuk tanggal 1 April 2015
Dijual : 200 lbr x Rp.50.000 x 96% = Rp. 9.600.000
Provisi dan materai = 100.000 -
Sales = Rp. 9.500.000
Soal 2
Diketahui tanggal 1 Agustus 2014 ditempatkan 120 lembar Bond Payable 12% @ Rp. 100.000 dengan
kurs 105, Provisi dan materai Rp. 120.000. Kupon pembayaran bunga 1 Maret dan 1 September.
Jatuh tempo obligasi 1 Agustus 2018.
Ditanya : 1. Jurnal tanggal 1 Agustus 2014
2. Jurnal tanggal 1 September 2014
3. Jurnal tanggal 31 Desember 2014
4. Jurnal tanggal 1 Januari 2015
Jawab :
Jurnal tanggal 1 Agustus 2014
Dijual 120 lembar x Rp. 100.000 x 105% = Rp. 12.600.000
Provisi & materai = 120.000-
Sales = Rp. 12.480.000
Kupon bunga 1 Maret - 1 Agustus
Bunga : 5/12 x 12 % x ( 120 lbr x Rp. 100.000) = 600.000+
Cash = Rp.13.080.000
Menghitung Amortisasi
Premium on Bond Payable = Rp. 480.000
Jangka waktu 1 Agustus 2014 ke 1 Agustus 2018 = 48 Bulan
Amortisasi 1 bulan = Rp. 480.000 / 48 bulan = Rp. 10.000/ bulan
1 Agustus 2014 ke 31 Dsember 2014 = 5 bulan x Rp. 10.000 = Rp. 50.000
SOAL 3
Pada tanggal 1 Maret 2010, PT Krisna menerbitkan utang obligasi 12 % berjangka waktu 10 tahun
dengan nilai nominal Rp.200.000.000. Obligasi ini diterbitkan seharga Rp. 204.800.000. Bunga utang
obligasi dibayar setiap tanggal 1 Maret dan 1 September . Premium utang obligasi diamortisasi
dengan menggunakan metode garis lurus (straight lime method)
Diminta :
Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi berikut :
a. Pengeluaran utang obligasi tanggal 1 Maret 2010
b. Pembayaran bunga dan amortisasi premi tanggal 1 September 2010
Jawab :
Jurnal 1 maret 2010
Penerbitan obligasi 1 maret 2010
Cash 204.800.000
Premium on Bond Payable 4.800.000
Bond Payable 200.000.000
Perhitungan :
Interest Expense = 12.000.000 – 240.000
Premium on Bond = Rp. 4.800.000 / 20 = Rp. 240.000
( 20 = 20 pembayaran = 1 tahun ada 2 semester, 10 tahun = 20 semester 0
Cash = Rp. 200.000.000 x 6 % = Rp. 12.000.000
3. Jelaskan oleh anda perbedaan antara besarnya tingkat suku bunga nominal dengan tingkat
suku bunga pasar dapat menimbulkan diskonto dan premium utang obligasi.
Diminta :
a. Buatlah jurnal-jurnal yang dibutuhkan jika tingkat suku bunga nominal 13% per tahun
b. Buatlah jurnal-jurnal yang dibutuhkan jika tingkat suku bunga nominal 11% per tahun
c. Buatlah ayat jurnal penyesuaian yang diperlukan untuk soal a dan b
d. Buatlah ayat jurnal yang diperlukan untuk penebusan atas obligasi tersebut ( lihat soal no. b)
Ketika perseroan telah resmi dibentuk dan disyahkan oleh notaris, persoran biasanya akan memulai
penjualan hak kepemilikan usaha dalam bentuk lembaran saham.
Ada dua jenis saham yang biasa dikeluarkan oleh saham ,bergantung pada keadaan organisasi
perusahaan tersebut. Pembuatan saham-saham tersebut dibuat dan diterbitkan untuk beberapa
kepentingan. Jika saham tersebut di terbitkan satu jenis saham , maka saham tersebut adalah saham
biasa ( common stock ). Dan jika perusahaan memberikan hak kepada pemegang saham untuk
menentukan perihal perusahaan yang akan berkaitan dengan hak suara, maka saham tersebut
adalah saham istimewa ( preffered stock ).
Hak –hak yang akan diberikan oleh perusahaan kepada investor atas kepemilikan saham biasanya
dinyatakan secara tertulis dalam akta pendirian perusahaan atau dalam anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga.
Modal pemilik dalam perseroan dinamakan modal pemegang saham ( stock holder equity). Dalam
neraca perrseroan, bagian modal pemegang saham akan melaporkan secara terperinci jumlah dari
masing-masing modal usaha yang terkumpul.
Sumber modal yang pertama adalah modal yang disetor atau yang dikontribusi oleh pemegang
saham , yang dinamakan modal disetor ( paid in capital) atau modal yang dikontribusi ( contributed
capital). Sedangkan sumber modal yang kedua adalah laba bersih yang ditahan atau diinvestasikan
kembali ke dalam perusahaan yang dinamakan laba ditahan ( retained earning).
Modal disetor adalah keseluruhan jumlah kas dan aktiva lainnya yang disetorkan okeh pemegang
saham ke dalam perseroan untuk dipertukarkan dengan saham. Sedangkan laba ditahan timbul
sebagai hasil dari kegiatan operasonal perusahaan, yaitu laba bersih.
Pada setiap akhir periode akuntansi, laba bersih ( net income) yang dihasilkan selama periode
berjalan akan ditutup ke rekening laba ditahan melalui ayat jurnal penutup, dimana akun ikhtisar
laba rugi ( income summary) akan didebet dan akun laba ditahan ( retained earning) akan di posisi
kredit.
Pengumuman atas pembagian keuntungan ( sebagai hasil dari kegiatan operasional perusahaan
selama periode berjalan) kepada pemegang saham dalam bentuk deviden juga akan ditutup ke
dalam bentuk akun laba ditahan ( retained earning) posisi debet dan akun devidend pada posisi
kredit.
Posisi Laba bersih yang dihasilkan selama periode berjalan ini akan menambah jumlah laba
ditahan yang ada pada awal periode, sedangkan deviden yang diumumkan untuk periode berjalan
akan mengurangi atau memperkecil retained earning. Retained earning memiliki saldo normal
pada posisi kredit sehingga pengurangan terhadap retained earning akan dicatat pada posisi
debet dan penambahannya akan dicatat pada posisi kredit.
Besarnya laba ditahan pada akhir periode sesungguhnya adalah akumulasi laba berdih dari beberapa
periode (termasuk periode berjalan) yang masih tersisa setelah dibagikan kepada para pemegang
saham dalam bentuk deviden (baik deviden tunai maupun deviden saham biasa). Besarnya Retained
Sumber utama modal disetor adalah berasal dari penerbitan saham ( modal saham). Jumlah
maksimum lembar sahan yang dapat diterbitkan oleh perseroan dinamakan modal dasar ( modal
yang diotorisasi). Besarnya modal dasar ( authorized capital) biasanya disebutkan dalam sebuah
sertifikat atau akta pendirian perusahaan.
Keseluruhan modal dasar sesungguhnya mencerminkan dua hal. Tercermin pada beberapa hal yaitu :
1. Upaya untuk memenuhi kebutuhan modal di awal pendirian perseroan
2. Sebagai antisipasi untuk memenuhi kebutuhan modal di masa mendatang
3. Upaya untuk pengembangan usaha dimasa yang akan datang
Pengertian otorisasi ( authorized) modal saham tidak memerlukan ayat jurnal akuntansi karena
peristiwa ini tidak memeliki efek langsung terhadap besarnya aktiva maupun modal pemegang
saham. Akan tetapi, pengungkapan atasw jumlah lembar saham yang diotorisasi tetap akan
diperlukan di laporan posisi keuangan, yaitu di bagian modal pemegang saham (stock holdres
equity).
Jumlah lembar saham yang beredar (dipasar) / oustanding adalah jumlah lembar saham yang telah
diotorisasi, diterbitkan dan dimiliki oleh para pemegang saham ( berada di tangan pemegang
saham). Akan tetapi dalam keadaan tertentu, perseroan dapat menarik kembali beberapa sahamnya
yang telah beredar dari para pemegang saham.
Contoh ilustasi
Mengilustrasikan perbedaan antara jumlah lembar saham yang diotorisasi dengan jumlah
lembar saham yang diterbitkan dan jumlah lembar saham yang beredar.
Diketahui bahwa sebuah perseroan dengan modal dasar 10.000 lembar saham telah
menerbitkan 6.000 lembar sahamnya, dan kemudian menarik kembali sahamnya dari tangan
pemegang saham sebanyak 2.500 lembar. Maka untuk kasus ini, jumlah saham yang
diotorisasu adalah sebanyak 10.000 lembar, dimana 6.000 lembar telah diterbitkan dan
sisanya adalah 4.000 lembar saham belum diterbitkan ( sebagai antisipasi untuk memenuhi
kebutuhan modal dimasa yang akan datang). Dari 6.000 lembar saham tersebut, 3.500
lembar telah beredar ( berada di tangan pemegang saham) dan sisanya 2.500 lembar ditarik
kembali ( dibeli kembali) oleh perusahaan.
Besarnya saham dinyatakan dalam satuan unit moneter (mata uang) yang dinamakan sebagai nilai
pari ( par value). Perseroan akan menilai dan menerbitkan sertifikat saham kepada masing-masing
investor (pemegang saham) untuk mendokumentasikan kepemilikan mereka atas perseroan.
Saham juga dapat diterbitkan tanpa nilai pari ( no-par stock). Di beberapa negara, stated value (nilai
yang telah ditetapkkan) harus dibuat atas saham yang diterbitkan tanpa nilai pari. Hal ini dilakukan
dengan maksud untuk menentukan besarnya legal capital (modal resmi/modal yang sah) yang
merupakan jumlah kontribusi minimum investor terhadap kreditur perusahaan, khususnya apabila
perusahaan tidak mencukupi dalam menutup kewajibannya. Sehingga, baik nilai pari maupun nilai
yang ditetapkan sesungguhnya sama-sama dianggap sebagai legal capital. Adapun untuk tujua
pelaporan, stated value diperlakukan sama seperti par value, dimana selisih antara nilai nominal
saham ( baik yang dinyatakan lewat stated value maupun par value) dengan harga pasarnya akan
dicatat sebagai tambahan modal disetor ( paid in capital).
Ketika perseroan hanya memiliki satu jenis atau satu kelas saham, maka saham tersebut dinamakan
sebagai saham biasa ( common stock), dimana setiap lembar saham biasa memiliki hak yang sama.
Untuk menarik investor lebih banyak, perusahaan dapat pula menerbitkan saham tertentu , dimana
pada saham ini memberikan beberapa hak istimewa kepada pemegangnya, dan saham ini
dinamakan saham preferen ( preferred stock).
PENERBITAN SAHAM
Cash 5.700.000
Jika ilustrasi diatas dilanjutkan, misalnya, pada akhir tahun 2010 perusahaan memiliki retained
earning sebesar Rp. 40.000.000, maka bagian modal pemegang saham yang akan tampak dalam
laporan posisi keuangan menjadi sebagai berikut :
Additional of Stock
Paid in capital Preffered stock Rp. 300.000
Paid in capital Common Stock Rp. 1.000.000
Total Paid in Capital Rp. 1.300.000
Total Capital of Stock Rp. 5.700.000
Saham dapat juga diterbitkan atas pesanan. Kontrak pesanan ini secara hukum akan mengikat
antara pemesan (pembeli saham) dengan perseroan (penerbit saham). Dalam kontrak pesanan
disebutkan jumlah lembar saham yang dipesan, harga pesanan dan memberikan persyaratan atau
jangka waktu pembayaran. Pesanan yang dituangkan dalam kontrak ini akan dan memberikan status
legalitas/ status hukum kepada pemesan sebagai pemegang saham. Biasanya, ketika saham dijual
melalui prosedur pesanan, sertifikat saham akan diserahkan kepada pemesan jika seluruh harga
saham yang dipesan dilunasi.
Untuk mengilustrasikan hal ini, diasumsikan d akhir tahun 2010, PT. Maju Terus menerima pesanan
saham biasa sebanyak 2.000 lembar saham dengan harga pesanan Rp. 770 per lembar. Dalam hal ini,
perusahaan menerima uang muka sebesar 30% dari total harga pesanan. Sedangkan sisanya sebesar
70% akan diterima pelunasannya pada tanggal 7 Januari 2011.
Ayat jurnal yang diperlukan untuk mencatat transaksi tersebut diatas adalah (pada akhir tahun 2010)
Cash 462.000
Dalam ulasan dan ilustrasi diatas, besarnya total modal yang disetor adalah Rp. 462.000. Angka ini
diperoleh dari Rp. 1.200.000 + Rp. 340.000 – Rp. 1.078.000.
Dimana nilai Rp. 1.200.000 ( 2.000 lembar x Rp. 600 ) yang ditunjukkan lewat akun pesanan saham
biasa merupakan modal saham dan nilai Rp. 340.000 didapat dari ((Rp. 770 – Rp. 600)) x 2.000
lembar) merupakan Paid in capital, sedangkan Rp. 1.078.000 (70% x Rp. 770 x 2.000 lembar) yang
ditunjukkan lewat akun common stock subscribe receivable yang merupakan pengurang dari paid in
capital.
Akun untuk pesanan saham biasa (common stock) merupakan akun sementara dari akun saham
biasa. Seperti telah diuraikan sebelumnya, akun saham biasa selalu dilaporkan sebesar nilai par, oleh
sebab itu akun pesanan saham biasa juga akan dilaporkan sebesar nilai par . Akun pesanan saham
biasa akan di reklasifikasi menjadi akun saham biasa pada saat seluruh harga saham yang dipesan
telah dilunasi. Dengan melanjutkan tampilan dan uraian dari Laporan Posisi Keuangan parsial diatas,
maka pengaruh transaksi pesanan saham biasa terhadap modal pemegang saham adalah sebagai
berikut :
Perlu disimak bahwa dengan penjualan kembali 1.200 lembar treasury stock, jumlah lembar saham
biasa yang beredar berubah dari 4.000 lembar menjadi 5.200 lembar, tetapi tanpa merubah total
modal saham. Total additional paid in capital bertambah sebesar Rp. 48.000. Jumlah treasury stock
sekarang tinggal 1.800 lembar dengan harga pokok Rp. 1.512.000 ( 1.800 lembar x Rp.840). Maka
secara keseluruhan, modal pemegang saham bertambah sebesar Rp. 1.056.000
Cash 790.000
Perusahaan terkadang akan mengurangi nilai pari atau nilai yang ditetapkan atas saham biasa
dengan cara menerbitkan sejumlah tambahan lembah saham biasa yang besarnya sebanding
(proporsional) dengan jumlah penurunan nilai pari atau nilai yang ditetapkan sebelumnya. Ketika hal
ini dilakukan, perusahaan dikatakan memecah sahamnya dan prosesnya dinamakan pemecahan
saham ( stock split ).
Dapat dikatakan pula Stock Split adalah peningkatan jumlah saham beredar dengan mengurangi nilai
nominal saham, misalkan nilai nominal sebuah saham dibagi menjadi dua, sehingga terdapat dua
saham yang nilainya setengah dari sebelumnya.
Deviden Tunai
Dalam praktek, deviden tunai adalah bentuk pembagian keuntungan yang paling sering dilakukan.
Ada tiga hal penting yang membuat perusahaan dapat membayarkan deviden tunai yaitu :
1. Tersedianya laba ditahan
2. Tersedianya uang kas yang memadai
3. Adanya tindakan resmi dari Dewan Komisaris.
Deviden tunai akan dibayarkan dari laba ditahan. Akan tetapi, perusahaan yang memiliki jumlah laba
ditahan yang besar belum tentu dapat membayar deviden tunai. Hal ini dikarenakan tidak adanya
hubungan (keterkaitan) antara saldo akun kas dengan laba ditahan.
Ada tiga hal penting sehubungan dengan pembagian deviden tunai, yaitu :
1. tanggal pengumuman
2. tanggal pencatatan
3. tanggal pembayaran
Sebagai ilustrasi, diasumsikan bahwa pada tanggal 6 Desember 2010, dewan komisaris PT. Bangun
Ekspres mengumumkan deviden tunai sebesar Rp 72 atas 100.000 lembar common stock yang
beredar dengan nilai pari Rp. 1.440 per lembar.
Sebuah ilustrasi, PT. Bangun Express, diasumsikan bahwa tanggal pencatatan deviden adalah 23
Desember 2010, maka jurnalnya adalah sebagai berikut :
Selanjutnya bila dividend tersebut dibayarkan pada tanggal 20 Januari 2011, maka PT Bangun
Ekspress akan mencatat jurnalnya sebagai berikut :
Cash 7.200.000
**** Perhatikan disini bahwa pembayaran deviden tunai akan mengurangi cash dan deviden
payment ( deviden tunai). Pada saat deviden tunai dibayarkan, pembayaran deviden tidak akan
mempengaruhi jumlah modal pemegang saham. Akan tetapi, dampak atau efek kumulatif dari
pengumuman deviden tunai adalah mengurangi modal pemegang saham dan total aktiva
( karena cash pasti akan berkurang pada saat pembayaran deviden tersebut).****
Deviden saham
Distribusi sebagian keuntungan perusahaan dalam bentuk saham kepada para pemegang saham
dinakam sebagai deviden saham ( deviden stock).
Sebagai ilustrasi, diasumsikan bahwa pada tanggal 18 Desember 2010, dewan komisaris PT. Maju
Terus mengumumkan deviden saham ( deviden stock ) sebaesar 8% atas 100.000 lembar common
stock yang beredar dengan nilai pari Rp. 1.440 per lembar. Harga pasar saham pada saat deviden
diumumkan adalah Rp. 1.620 per lembar. Deviden saham ini baru akan dibagikan kepada para
pemegang saham pada tanggal 18 Januari 2011.
Keterangan :
Deviden stock = 8% x 100.000 lbr x Rp. 1.620
Deviden stock distributable = 8.000 lbr x Rp. 1.440
Paid in Capital (gain) Common Stock = 8.000 lbr x ( Rp. 1.620 – Rp. 1.440 )
Dari jurnal pembagian deviden ini, terlihat bahwa begitu sertifikat ommon stock diterbitkan, maka akun deviden stock
yang dapat dibagikan di reklas ( dihapus) dengan cara mendebet akun tersebut dan mengkredit akun common stock.
Pada saat ini pula, jumlah lembar saham biasa yang diterbitkan dan beredar ( issued of common stock ) akan menjadi
bertambah.
Dalam beberapa kasus, pencadangan atas Retained Earning akan dilakukan untuk beberapa
kepentingan diantaranya :
1. Untuk membeli Treasury Stock
2. Melunasi Current Liabilities
3. Melunasi Long term Liabilities
4. Melakukan perluasan pabrik atau usaha
5. Membuka kantor cabang baru
6. Mengatasi hal ketidakpastian ( uncertainty cases)
Sebuah ilustrasi untuk menggambarkan hal ini adalah sebagai berikut, dimisalkan pada tanggal 29
Maret 2010, direksi menyetujui pembentukan apropriasi ( cadangan) laba ditahan untuk hal
ketidakpastian (uncertainty) sebesar Rp. 50.000.000. Maka ayat jurnal yang perlu dibuat adalah
sebagai berikut :
Tanggal Uraian Jurnal Debet Kredit
Cash 50.000
Cash 50.000
Cash* 110.000
2. Asumsi bahwa jumlah yang dibayarkan dikurangi dengan penurunan harga yang terjadi
dalam penjualan kembali saham biasa adalah merupakan jumlah yang dikembalikan ke
pemesan
35.000
Hutang kepada pemesan yang lalai
35.000
Cash
3. Asumsi bahwa seluruh jumlah yang telah dibayarkan dianggap sebagai denda dan tidak
dikembalikan
Nama perkiraan Debet Kredit
Cash 110.000
4. Asumsi bahwa jumlah saham yang diterbitkan ke pemesan adalah setara dengan jumlah
yang telah dibayarkan
66.000
Cash
60.000
Common Stock
6.000
Paid in Capital (gain) Common Stock
Jika metode nilai pari digunakan, pembelian saham treasury dianggap sebagai penarikan
pemegang saham, sedangkan penjualan atau penerbitan kembali saham treasury dipandang
sebagai masuknya pemegang saham yang baru
Cash 500.000
Treasury stock
Retained Earning
100.000
Dalam hal ini tidak ada keuntungan ataupun kerugian yang diakui oleh penerbit (investee) dalam
konversi saham preferen menjadi saham biasa, karena konversi ini hanya merupakan pertukaran
dari satu bentuk ekuitas ke bentuk ekuitas lainnya. Perlu diingat, pengkonversian saham prefferen
menjadi saham biasa hanya mempengaruhi akun paid in capital.
Melanjutkan hal tersebut diatas, jika nilai par common stock adalah Rp. 2.700 per lembar ( bukan
lagi Rp. 1.800) maka ayat jurnal yang dibutuhkan adalah
LATIHAN SOAL
SOAL TEORI
SOAL KASUS
1. Modal pemegang saham dan akun-akun terkait dari PT. Maju Terus pada tanggal 1 Januari
2010 adalah sebagai berikut :
Saham preferen ; 8% 20.000 lembar, nominal Rp. 5.000 Rp. 100.000.000
Agio Saham preferen Rp. 8.000.000
Saham biasa; 100.000 lembar, nominal Rp. 2.500 Rp. 250.000.000
Agio Saham biasa Rp. 45.000.000
Laba ditahan ( Retained Earning) Rp. 315.000.000
Cash 13.000.000
2 Cash 8.100.000
5.000 lbr
Cash 10.200.000
4 Cash 108.000.000
Common stock; nilai pasar 40.000 lbr x Rp. 2.700 = Rp. 108.000.000
5 Cash 2.400.000
Harga Pokok Treasury Stock : 1.000 lbr x Rp. 2.600 = Rp. 2.600.000
Harga Jual Treasury Stock : 1.000 lbr x Rp. 2.400 = Rp. 2.400.000
Soal 2.
PT. Laba Selalu, adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan barang elektronik.
Berikut ini adalah bagian ekuitas dari Laporan Posisi Keuangan PT. Laba Selalu pada tanggal 31
Desember 2010.
10% Preffered Stock , par $ 100 ( 50.000 shares authorized, 25.000 issued) $2.500.000
Paid in Capital (gain) Preffered Stock $ 50.000
Common Stock, par $ 10 ( 100.000 shares authorized, 70.000 share issued) $ 700.000
Paid in Capital (gain) Common Stock $ 350.000
Retained Earning $ 300.000
Treasury Stock (10.000 share at cost) $ 200.000
Transaksi-transaksi yang terjadi selama tahun 2011 yang berkaitan dengan ekuitas saham adalah
sebagai berikut :
10 Januari Menerbitkan secara tunai 1.000 lembar Preffered Stock dengan harga $ 120 per
share
13 Maret Menerbitkan 1.000 lembar preffered stock untuk memperoleh tanah yang memiliki
harga pasar $ 125.000
23 Juni Mengumumkan deviden tunai untuk pemegang Preffered Stock
25 Juli Membayar deviden tunai ( devidend cash) yang telah diumumkan pada tanggal 23
Juni
24 Oktober Mengumumkan 10 % devidend stock untuk pemegang common stock. Harga pasar
Saham biasa (common stock) pada saat ini adalah sebesar $ 11 per lembar
29 Oktober Membagikan deviden saham (deviden stock) yang telah diumuman pada tanggal 24
Oktober
11 November Membeli kembali 1.000 lembar common stock yang beredar dengan harga $ 24 per
lembar
30 November Menjual tunai 4.000 lembar Treasury Stock dengan total harga $ 120.000. Dalam
menetapkan harga perolehan atas Treasury Stock yang hendak dijual, perusahaan
menggunakan metode FIFO
31 Desember Perkiraan ikhtisar Laba Rugi dengan saldo kredit sebesar $ 225.000 di closed
( ditutup) demikian juga dengan perkiraan deviden.
Dminta
a. Buatlah ayat jurnal yang dibutuhkan.
b. Menyusun Retained Earning Statement
c. Menyusun Balance Sheet untuk Capital Stock and equity
Jurnal-jurnal
10% Preffered Stock , par $ 100 ( 50.000 shares authorized, 27.000 issued) $2.700.000
Paid in Capital (gain) Preffered Stock $ 95.000
Common Stock, par $ 10 ( 100.000 shares authorized, 76.000 share issued and) $ 760.000
69.000 shrare distributed)
Paid in Capital (gain) Common Stock $ 356.000
Treasury Stock (10.000 share at cost) $ 40.000
Total Paid in Capital $ 3.951.000
BAB 4
AKUNTANSI SEWA GUNA USAHA
Pengertian dasar
Klasifikasi Lease
Pada umumnya suatu transaksi keuangan akan dicatat oleh kedua belah pihak secara berlawanan.
Misalnya dalam transaksi penjualan kredit, penjual akan mencatat piutang dan penjualan,
sedangkan pembeli akan mencatat pembelian dan hutang. Untuk mengklasifikasikan lease , perlu
dipisahlan antara penyewa dan yang menyewakan. Bagi penyewa, lease dapat diklasifikasikan
sebagai operating lease ataupun capital lease. Sedangkan bagi yang menyewakan (lessor), lease
dapat diklasifikasikan sebagai operating lease, sales type lease dan direct financing.
Seperti telah diuraikan dimuka seorang penyewa (lessee), dapat mengklarifikasikan lease sebagai
operating lease maupun capital lease.
Apabila suatu lease memenuhi kriteria berikut ini, maka lease harus mengklasifikasikan sebagai
capita lease:
a. Lease memindahkan hak milik atas aktiva yang disewakan kepada penyewa (lessee) pada
akhir jangka waktu lease.
b. Lease mengandung persetujuan yang memberi hak pada penyewa (lessee) untuk membeli
aktiva yang disewa dengan harga yang disetujui.
c. Jangka waktu sewa (lessee) adalah sama atau lebih besar dari 75% dari taksiran umur
ekonomis aktiva yang disewakan.
d. Nilai tunai (present value) dari uang sewa dan pembayaran sewa minimum lainnya sama
atau lebih besar dari 90% harga pasar aktiva yang disewakan (dikurangi keringanan pajak
jika ada)
Dua kriteria terakhir ( c dan d) tidak berlaku jika jangka waktu sewa terjadi dalam 25% terakhir dari
taksiran umur ekonomis aktiva yang disewakan.
Apabila suatu lease tidak memenuhi kriteria di atas, penyewa (lessee) akan mengklasifikasikannya
sebagai opearting lease.
Operating Lease
Capital Lease
Suatu capital lease akan dicatat oleh penyewa (lessee) sebagai suatu aktiva dan hutang dengan
jumlah yang lebih rendah dari :
a. Nilai tunai pembayaran sewa minimum selama jangka waktu sewa.
b. Harga pasar yang wajar dari aktiva yang disewa pada tanggal mulai sewa
Sebagai contoh pencatatan capital lease oleh penyewa :
Misalnya PT.ABC menyewa sebuah mobil dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Jangka waktu sewa adalah 5 tahun dengan syarat tidak dapat dibatalkan sebesar
Rp.7.312.703 setiap awal tahun dimulai tanggal 1 januari 2016.
2. Harga pasar mobil tersebut adalah Rp.30.000.000 dengan taksiran umur ekonomis adalah 5
tahun.
3. Yang menyewakan , menghitung sewa dengan dasar Return on ivestment sebesar 11%.
4. Penyewa menggunakan metode garis lurus untuk menghitung penyusuntan.
Jurnal oleh Lessee
Tanggal Kejadian/ Transaksi Jurnal
1 Januari 2016 Mencatat kapitalisasi sewa Mobil sewa Capital Lease 30.000.000
sebesar Nilai tunai pembayran Hutang dari capital Lease
sewa minimum 30.000.000
1 Januari 2017 Mencatat Pembayaran sewa Hutang dari Capital Lease 4.817.100
tahun kedua sebesar Hutang bunga 2.495.603
Rp.7.312.703 yang dialokasikan : Kas 7.312.703
1 Januari 2018 Mencatat Pembayaran sewa Hutang dari Capital Lease 5.346.981
tahun ketiga sebesar Hutang Bunga 1.965.722
Rp.7.312.703 yang dialokasikan : Kas 7.3212.703
Rp.1.965.722 untuk Hutang
Bunga
Rp.5.346.981 untuk Hutang
Pokok sewa
1 Januari 2019 Mencatat Pembayaran sewa Hutang dari Capital Lease 5.935.149
tahun keempat sebesar Hutang Bunga 1.377.554
Rp.7.312.703 yang dialokasikan : Kas 7.3212.703
Rp.1.377.554 untuk Hutang
Bunga
Rp. 5.395.149 untuk Hutang
Pokok sewa
1 Januari 2020 Mencatat Pembayaran sewa Hutang dari Capital Lease 6.588.019
tahun ke lima sebesar Hutang Bunga 724.697
Rp.7.312.703 yang dialokasikan : Kas 7.3212.703
Rp. 724.687 untuk Hutang
Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II
Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Bunga
Rp. 6.588.019 untuk Hutang
Pokok sewa
Latihan soal :
Soal 1
Pada tanggal 1 Januari 2015, PT. XYZ bermaksud untuk menyewa sebuah alat berat dari PT.DEF.
Adapun masa kontrak adalah 5 tahun dan tidak dapat di batalkan. Penyewa berkewajiban untuk
membayar sewa sebesar Rp. 14.625.406. Kemudian diketahui bahwa harga pasar dari alat berat
tersebut adalah Rp.60.000.000.. Tingkat suku bunga Return on investment sebesar 11%.
Anda sebagai akuntan, diminta untuk menganalisa kasis diatas, dengan membuat perhitungan dan
jurnal baik dari Penyewa ( Lessee)
Selain syarat yang diatas, maka ada kriteria khusus bagi pencatatan yang dilakukan oleh
pihak penyewa yaitu :
Sales Type lease : bila harga pasar aktiva berbeda dengan nilai bukunya
Leverage lease : jika memenuhi kriteria tambahan untuk leverage lease, yaitu paling tidak 3
persyaratan diatas dapat dipenuhi.
Akan tetapi dalam perkuliahan ini, penulis lebih mengajak kepada para mahasiswa untuk memahami
perhitungan dengan dasar atau prinsip Direct Financing Lease
Sebagai contoh , transaksi sewa seperti contoh dimuka akan digunakan sebagai contoh (kasus)
1. Angka waktu sewa selama 5 tahun, dengan syarat tidak dapat dibatalkan dengan
pembayaran sewa sebesar Rp. 7.312.703 setiap awal tahun sejak tahun 2016.
2. Harga pasar mobil tersebut pada tanggal dimulainya sewa sebesar Rp.30.000.000 dengan
taksiran umur ekonomis 5 tahun, tanpa nilai residu.
3. Penyewa membayar semua executory cost seperti pajak, asuransi dan pemeliharaan.
4. Tidak ada pasal tentang perpanjangan sewa sesudah sewa tersebut habis jangka waktunya.
5. Yang menyewakan (lessor) menghitung sewa dengan dasar Return on investment sebesar
11%. Tarif ini diketahui oleh penyewa.
6. Penyewa meggunakan metode garis lurus untuk menghitung depresiasi aktiva tetap yang
dimilikinya.
Perhitungan-perhitungan untuk investasi bruto , pendapatan yang belum diakui dan invvestasi
netto adalah sebagai berikut :
Tugas Mahasiswa
Pada tanggal 1 Januari 2015, PT. XYZ bermaksud untuk menyewa sebuah alat berat dari PT.DEF.
Adapun masa kontrak adalah 5 tahun dan tidak dapat di batalkan. Penyewa berkewajiban untuk
membayar sewa sebesar Rp. 14.625.406. Kemudian diketahui bahwa harga pasar dari alat berat
tersebut adalah Rp.60.000.000.. Tingkat suku bunga Return on investment sebesar 11%.
Anda sebagai akuntan, diminta untuk menganalisa kasis diatas, dengan membuat perhitungan dan
jurnal dari Yang Menyewakan (Lessor).
Tugas Komprehensif
Pada tanggal 1 Januari 2015, PT. XYZ bermaksud untuk menyewa sebuah alat berat dari PT.DEF.
Adapun masa kontrak adalah 5 tahun dan tidak dapat di batalkan. Penyewa berkewajiban untuk
membayar sewa sebesar Rp. 21.938.109. Kemudian diketahui bahwa harga pasar dari alat berat
tersebut adalah Rp.90.000.000.. Tingkat suku bunga Return on investment sebesar 12%. Penyusutan
menggunakan metode Saldo menurun ( Decline Balance Method ). Anda sebagai akuntan, diminta
Di Indonesia perhitungan mengenai pajak penghasilan diatur dalam PSAK No. 46.
1. Perbedaan Permanen
2. Perbedaan Temporer
Pada pengalokasian PPh, terdapat dua macam prinsip. Prinsip alokasi PPh tersebut
bagi perusahaan sebagai wajib pajak mencakup dua hal yaitu:
Secara mendasar ada tiga pertanyaan penting yang harus dapat dijawab oleh Wajib
Pajak untuk dapat memahami Pajak Tangguhan (Deffered Tax). Pertanyaan itu
antara lain: Apa yang dimaksud dengan Pajak Tangguhan? Mengapa harus ada
Pajak Tangguhan? Dan terakhir, apa dampak Pajak Tangguhan terhadap
pemenuhan kewajiban perpajakannya? Pemahaman yang memadai tentang konsep,
makna, dan implikasi mengenai Pajak Tangguhan akan sangat membantu
menjawab ketiga pertanyaan ini. Pajak Tangguhan sendiri dapat dipahami dari sudut
pandang Akuntansi sebagai akun Aset atau Liabilitas. Aset Pajak Tangguhan
merupakan elemen Laporan Neraca sedangkan Liabilitas Pajak Tangguhan
merupakan elemen Laporan Rugi Laba. Dari sudut pandang Perpajakan, Pajak
Tangguhan adalah nilai pajaknya dapat memberi pengaruh menambah atau
mengurangi beban pajak tahun yang bersangkutan. Uraian dibawah ini mencoba
untuk memberikan jawaban atas tiga pertanyaan mendasar diatas.
Definisi resmi dari istilah Pajak Tangguhan (aset dan liabilitas) dapat ditelusuri pada
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 46 tentang Akuntansi atas Pajak
Penghasilan (PPh) yang merupakan adopsi dari International Accounting Standar
Dalam menghitung beban pajak yang harus dibayar pada akhir tahun (yang dikenal
dengan istilah beban pajak kini), Wajib Pajak menggunakan pendekatan Akuntansi
Komersial (berdasarkan PSAK) mulai dari pengakuan unsur pendapatan, pengakuan
beban yang dijadikan pengurang, metode peyusutan untuk menentukan beban
penyusutan aset, pengakuan nilai sisa aset dan penerapan jangka waktu untuk
penyusutan, hingga penetapan besaran penyisihan/biaya cadangan. Hasil
penerapan ini tertuang didalam Laporan Keuangan yang oleh Wajib Pajak dijadikan
dasar untuk menghitung beban PPh terutang secara komersial. Namun demikian,
untuk kepentingan pelaporan SPT Tahunan, hasil perhitungan yang sudah
dijabarkan didalam Laporan Keuangan komersial tidak bisa dijadikan dasar
penentuan beban pajak kini. Artinya PPh yang dhitung Wajib Pajak atas dasar laba
komersial tidak bisa langsung ditetapkan sebagai beban pajak kini. Hal ini
dikarenakan untuk dapat digunakan sebagai dasar pelaporan SPT Tahunan,
pendekatan yang digunakan adalah ketentuan perpajakan (berdasarkan UU Nomor
36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan beserta aturan pelaksanaan
dibawahnya). Pendekatan ini kerap kali berbeda dengan ketentuan yang digunakan
dalam pendekatan menurut Akuntansi Komersial. Perbedaan ini ada yang bersifat
mutlak (tetap) ada juga yang sifatnya relatif (sementara).
Jawaban atas pertanyaan ini akan menunjukkan contoh nyata dari sejumlah konsep
yang sudah diperkenalkan pada dua subbahasan diatas. Untuk dapat memberikan
jawaban pertanyaan ini maka akan disajikan dalam bentuk contoh soal agar bentuk
nyata mengenai konsep pemulihan atau pembebanan beban pajak pada masa
mendatang dapat tergambar dengan lebih jelas.
Contoh soal I:
PT ABC memperoleh laba sebelum pajak tahun 2015 Rp1.200.000.000,- dengan catatan
koreksi fiskal atas laba tersebut adalah sebagai berikut:
Beda Permanan
1. Pendapatan bunga deposito Rp40.000.000,-
2. Beban jamuan tanpa daftar nominatif Rp30.000.000,-
3. Pendapatan sewa bangunan Rp60.000.000,-
4. Beban bunga pajak Rp20.000.000,-
5. Beban pemberian fasilitas dalam bentuk natura Rp50.000.000,-
6. Pendapatan Jasa Giro Rp50.000.000,-
7. Beban Pajak Penghasilan Rp15.000.000,-
Beda Temporer
1. Penyusutan komersial Rp60.000.000 lebih rendah dari penyusutan fiskal
2. Amortisasi fiskal Rp30.000.000 lebih rendah dari amortisasi komersial
Kredit Pajak yang sudah dibayar selama tahun 2015 adalah sebagai berikut:
1. PPh Pasal 22 Rp20.000.000,-
2. PPh Pasal 23 Rp10.000.000,-
3. PPh Pasal 24 Rp15.000.000,-
4. PPh Pasal 25 Rp45.000.000,-
Pertanyaan:
c) Tentukan apakah aset atau kewajiban pajak tangguhan yang timbul? d) Buat
jurnal dan penyajian laba bersih dalam laporan laba rugi PT RUC!
Jawab:
Koreksi Fiskal
Koreksi Beda Tetap Koreksi Fiskal (+)
(–)
Total Penghasilan Kena Pajak (Setelah Koreksi Beda Tetap dan Beda Waktu) Rp1.135.000.000,-
Sehingga setelah diperhitungkan dengan beban pajak kini (PPh Pasal 29 akhir tahun) dan
beban pajak tangguhan, jumlah laba bersih PT .ABC adalah Rp908.750.000,-.
Beda Temporer
1. Penyusutan komersial Rp.65.000.000 lebih rendah dari penyusutan fiskal
2. Amortisasi fiskal Rp40.000.000 lebih rendah dari amortisasi komersial
Kredit Pajak yang sudah dibayar selama tahun 2015 adalah sebagai berikut:
1. PPh Pasal 22 Rp25.000.000,-
2. PPh Pasal 23 Rp15.000.000,-
3. PPh Pasal 24 Rp17.500.000,-
4. PPh Pasal 25 Rp40.000.000,-
Pertanyaan: