Anda di halaman 1dari 66

BAHAN AJAR

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II

EDISI II

DI SUSUN OLEH :
DJODI SETIAWAN,S.E.,M.M.,Ak.,CA

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
BAB 1
HUTANG LANCAR

PENGERTIAN UMUM

Utang adalah pengorbanan manfaat ekonomis dimasa yang akan datang dengan nilai dan
jumlah yang telah pasti dan terukur, yang timbul dari kewajiban sekarang atau masa yang lalu, yang
dilakukan entitas tertentu untuk menyerahkan aktiva dan memberikan jasa kepada entitas lain
dimasa datang sebagai akibat dari transaksi atau peristiwa pada masa lampau.
Ada tiga komponen penting yang melekat pada utang yaitu :
1. Akibat dari peristiwa masa lalu
2. Penyerahan aktiva atau jasa untuk keperluan di masa yang akan datang
3. Kewajiban saat ini : sepanjang penyerahan aktiva atau jasa adalah cukup menjadi bukti
transaksi , maka tidaklah perlu diidentifikasi orang atau pihak yang akan menerima aktiva
atau jasa tersebut dimasa yang akan datang. Yang penting adalah bahwa penyerahan aktiva
atau jasa merupakan kewajiban sekarang atau kejadian tersebut nyata adanya dan data
transaksi adalah andal.

SIFAT KEWAJIBAN LANCAR

Kewajiban lancar adalah kewajiban yang diperkirakan akan dibayar dengan menggunakan
aktiva lancar atau menciptakan kewajiban lancar lainnya dan harus segera dilunasi atau diselesaikan
dalam jangka waktu paling lama satu tahun.

Yang termasuk dalam kategori kewajiban lancar adalah :


a. Utang usaha
b. Pendapatan yang diterima dimuka
c. Utang Pajak Penghasilan Karyawan
d. Utang Bunga
e. Utang Gaji
f. Utang lainnya yang akan segera jatuh tempo ( dalam jangka waktu satu tahun)

Utang Usaha akan timbul pada saat barang atau jasa diterima sebelum melakukan
pembayaran. Dalam transaksi pada sebuah perusahaan dagang, seringkali perusahaan
membeli barang dagangan secara kredit dari pemasok untuk dijual kembali.
Dalam hal ini, perusahaan akan mencatat pembelian barang dagangan tersebut dalam
pembukuan dengan cara mendebet akun pembelian (sistem periodik) atau akun persediaan
barang dagangan ( sistem perpectual) dan mengkredit akun utang usaha.

Pendapatan yang diterima dimuka ( unearned revenue) timbul pada saat pembayaran
diterima sebelum barang dan jasa diserahkan kepada pembeli/konsumen.

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Contohnya :- Sewa dimuka ( dalam hal ini, dimana pihak yang menyewakan biaanya
akan menerima uang terlebih dahulu berupa uang mukadari pihak penyewa untuk
pemakaian sewa beberpa waktu kedepan.

Utang Pajak Penghasilan karyawan ( employees income taxes payable) merupakan jumlah
pajak terhutang kepada pemerintah atas besarnya gaji karyawan yang terkena pajak
penghasilan. Pemberi kerja selaku wajib pengut, berkewajiban untuk memotong dan
memungut pajak atas gaji karyawan yang melebihi jumlah penghasilan tidak kena pajak
(PTKP). Pada waktu gaji karyawan dibayarkan , kewajiban pajak akan dicatat dalam
pembukuan perusahaan dengan cara mendebet akun beban gaji dan mengkredit akun kas
dan akun utang pajak penghasilan.

Utang Bunga ( Interest payable) merupakan jumlah bunga yang terhutang kepada kreditur
atas dana yang telah dipinjam. Dalam hal ini, debitur telah menikmati dana kreditur selama
periode berjalan namun baru akan dibayarkan di periode akuntansi berikutnya sesuai
dengan tanggal jatuh tempo pinjaman.
Bunga ini terutang karena adanya perbedaan antara tanggal pembayaran dengan tanggal
tutup buku perusahaanm dimana pemanfaatan atas dana kreditur dalam periode berjalan
baru akan dibayarkan di periode akuntansi berikutnya setelah pembukuan periode berjalan
ditutup. Padaakhir periode berjalan tersebut,debitur akan mencatat jurnal penyesuaian
untuk mencatat besarnya bunga berjalan ( bunga yang masih harus dibayar atau bunga
terutang) atas saldo pinjaman yang belum dilunasi. Atas dasar acrual, jurnal penyesuaian
akan dibuat dalam pembukuan debitur dengan cara mendebet akun beban buga dan
mengkredit utang bunga.

Utang Gaji (wages payable) merupakan jumlah upah yang terutang kepada karyawan atas
manfaat yang telah diterima perusahaan melalui pemakaian jasa karyawan selama periode
berjalan. ( lihat PSAK 24 )

Akuntansi atas utang wesel Jangka Pendek

Kewajiban dalam bentuk janji tertulis sering disebut utang wesel (notes payable). Wesel
bayar memerlukan pembayran bunga (interest) dan seringkali diterbitkan untuk memenuhi
kebutuhan pembiayaan ( pendanaan) jangka pendek. Wesel dapat diterbitkan dengan jangka
waktu pembayaran yang beragam. Wesel yang harus segera dibayar dalam jangka waktu
satu tahun , diklasifikasikan dalam laporan posisi keuangan sebagai bagian dari
kewajiban lancar.

Contoh Ilustrasi
Perusahaan pada tanggal 1 September 2008, meminjam uang sebesar Rp. 100.000.000 dari
bank Mandiri. Dalam hal ini, perusahaan menerbitkan notes payable dengan tingkat bunga
12% per tahun.
Wesel bayar akan jatuh tempo dalam jangka waktu 6 bulan kedepan sejak tanggal
penerbitan. Periode akuntansi perusahaan akan berakhir setiap tanggal 31 Desember

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Jurnal yang diperlukan

Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit


1 Sept 2008 Cash 100.000.000
Notes Payable 100.000.000
( jurnal ini diajukan untuk
penerbitan wesel)

Interest Expense
31 Des 2008 4.000.000
Interest Payable
(bunga berjalan = 4 bulan x 12%/12 4.000.000
bulan x 100juta )

1 Jan 2009 Interest Payable 4.000.000


Interest Expense 4.000.000
( Prinsip reversing eantris)

Notes payable
29 Feb 2009 Interest Expense 100.000.000
Cash 6.000.000
(Pembayaran utang wesel 106.000.000
6 bulan x 12%/12 bulan x 100jt

Karena ayat jurnal pembalik ( reversing eantries sifatnya optional (pilihan) dan jika
seandainya perusahaan pada tanggal 1 Januari 2009 memilih untuk tidak membuat jurnal
pembalik, maka jurnal yang harus dibuat untuk mencatatpembayaran utang wesel pada saat
jatuh tempo adalah

Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit


29 Feb 2009 Notes Payable 100.000.000
Interest Payable 4.000.000
InterestExpense 2.000.000
Cash 106.000.000
(2 bulan x 12%/12 bulan x 100jt)

Ilustrasi ke 2

Tanggal Keterangan
1 Maret Membeli barang dagangan seharga Rp. 30.000.000 dengan persyaratan
kredit 1/10 n/30. Sistem pencatatan persediaan yang digunakan oleh
perusahaan adalah metode periodik.

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
31 Maret Untuk menggantikan sementara utang usaha yang telah jatuh tempo atas
transaksi pembelian barang dagangan yang dilakukan pada tanggal 1 Maret
yang lalu, perusahaan menerbitkan wesel bayar dengan nilai nominal sebesar
Rp. 30.000.000. Wesel bayar ini berjangka waktu 45 hari dengan tingkat suku
bunga 10 % per tahun ( asumsi 1 tahun = 360 hari)

15 Mei Perusahaan melunasi utang wesel yang telah jatuh tempo ( yang di terbitkan
pada tanggal 31 Maret yang lalu)

Keseluruhan jurnal yang diperlukan adalah :

Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit


1 Maret Purchasing 30.000.000
Account Payable 30.000.000

31 Maret Account Payable 30.000.000


Notes Payable 30.000.000

15 Mei Notes Payable 30.000.000


Interest Expense 375.00
Cash 30.375.000
(45 hari/360 hari x 10% x 30 juta)

Dalam praktek , kadang-kadang debitur dapat menerbitkan wesel bayar yang di diskontokan, bukan
wesel bayar berbunga. Meskipun wesel bayar yang di diskontokan tidak menyebutkan secara spesifik
besarnya tingkat bunga, akan tetapi kreditur sesungguhnya telah menetapkan tingkat suku bunga.
Bunga yang ditetapkan oleh kreditur ini akan secara otomatis mengurangi nilai nominal wesel yang
diterbitkan oleh debitur. Bunga yang mengurangi nilai nominal wesel dinamakan diskonto.
Untuk mengilustrasikan akuntansi atas wesel bayar yang didiskontokan , diasumsikan bahwa
perusahaan pada tanggal 1 September 2008 meminjam uang sebesar Rp.100.000.000 dari bank.
Dalam hal ini perusahaan menerbitkan wesel bayar dengan tingkat diskonto 12% per tahun. Wesel
bayar ini akan jatuh tempo dalam jangka waktu 6 bulan sejak tanggal penerbitan. Periode akuntansi
perusahaan adalah tahunan, yang akan berakhir setiap tanggal 31 Desember. Keseluruhan ayat
jurnal yang diperlukan adalah :

Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit


1 Sep 2008 Cash 94.000.000
Interest Expense 6.000.000
Notes Payable 100.000.000
( jurnal saat penerbitan wesel)

29 Febr 2009 Notes Payable 100.000.000


Cash 100.000.000
(pembayaran utang wesel)

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
KEWAJIBAN KONTINJENSI

Dijelaskan bahwa kontinjensi maksudnya adalah hal yang masih harus dilakukan setelah
pelaporan disusun, sehingga secara keseluruhan Kewajiban Kontinjensi adalah kewajiban
yang timbul setelah tanggal neraca.

Definisinya adalah :
1. Kondisi atau situasi pada tanggal neraca yang dampak keuangannya harus ditentukan
oleh peristiwa-peristiwa dimasa depan baik yang dapat maupun yang tidak dapat
terjadi.

2. Suatu transaksi yang terjadi di masa lampau akan menimbulkan kewajiban apabila
kejadian tertentu terjadi dimasa yang akan datang. Kewajiban potensial ini dinamakan
sebagai kewajiban kontinjensi ( contingent liability), dimana kewajiban belum terjadi
pada tanggal neraca. Kewajiban ini baru akan terjadi secara aktual tergantung pada
adanya kejadian di masa yang akan datang.

Ilustrasi untuk menggambarkan hal ini adalah sebagai berikut :


Sebuah perusahaan sepanjang bulan Agustus 2008 telah melakukan penjualan produk senilai
Rp. 120.000.000. Dalam hal ini , perusahaan memberikan jaminan atau garansi selama satu
tahun penuh kepada pembeli atas kemungkinan terjadinya kerusakan produk yang bukan
diakibatkan oleh kesalahan pembeli. Berdasarkan pengalaman masa lampau , diketahui
bahwa besarnya rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki kerusakan produk
selama masa garansi adalah 6% dari nilai jual. Maka ayat jurnal penyesuaian yang diperlukan
untuk mencatat ( mengakui) estimasi beban garansi atas penjualan produk di bulan Agustus
2008 adalah :

Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit


31 Agust 2008 Beban Garansi Produk 7.200.000
Utang Garansi Produk 7.200.000
(6% x Rp 120 juta )

AKUNTANSI PENGGAJIAN
Kompensasi karyawan berupa gaji atau upah dan tunjangan-tunjangan seringkali
menimbulkan jumlah kewajiban lancar yang cukup signifikan bagi perusahaan ( pemberi
kerja). Akuntansi untuk penggajian meliputi lebih dari sekedar pembayaran gaji kepada
karyawan.

Format jurnal-jurnal yang diperlukan :

Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit


27 Januari Beban Gaji
Utang PPH
Utang Jamsos

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Utang dana pensiun
Piutang Karyawan

PENGHASILAN DITERIMA DIMUKA

Penghasilan diterima dimuka termasuk dalam kategori utang yang jumlahnya dapat ditentukan
dengan pasti dan andal. Seringkali hal ini menunjukkan kewajiban untuk menyediakan jasa di
samping utang untuk menyediakan barang dagangan. Contoh penghasilan yang diterima dimuka
adalah Uang Muka Pelanggan.
Sebagai contoh :
PT. Manuntun menerima uang tunai sebesar Rp. 10.000.000 dari pelanggan untuk jasa angkutan
yang baru akan diberikan oleh perusahaan bulan depan. Jumlah yang dibebankan kepada pelanggan
menurut perjanjian adalah Rp. 50.000.000. Sisa Rp. 40.000.000 akan dibayar oleh pelanggan pada
waktu jasa angkutan telah diserahkan oleh perusahaan.
Jurnal yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :

15 Maret Kas 10.000.000


Uang Muka Pelanggan 10.000.000
( Untuk mencatat uang muka dari pelanggan)

10 April Kas 40.000.000


Uang Muka Pelanggan 10.000.000
Pendapatan Jasa Angkutan 50.00.000

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
LATIHAN SOAL

SOAL TEORI
1. Apakah dasar sebuah kasus dapat digolongkan menjadi Utang Lancar?
2. Jelaskan oleh anda syarat-syarat yang biasa digunakan pada transaksi utang dagang.
3. Jelaskan dengan menurut pemahaman dan pengertian anda tentang pencatatan utang dagang
secara umum.
4. Buatlah kesimpulan dari IAS 37 ( liabilitas kontinjensi)

SOAL KASUS
1. Pada tanggal 2 September 2015, PT. Sempurna membeli 2 mobil baru di PT. Astra secara kredit,
dengan harga mobil Rp. 250.000.000 per unit. PT Sempurna menerbitkan wesel untuk pembayaran
tersbut kepada PT.Astra untuk jangka waktu 6 bulan. Adapun bunga adalah sebesar 10 %. Buatlah
ayat jurnal yang dibutuhkan hingga, pembayaran selesai.

2. Diketahui PT. Baringin Sakti merencanakan pembayaran Gaji karyawannya per bulan januari 2014,
yang mana pembayarannya akan dilaksanakan pada tanggal 5 Februari 2014.
Adapun komponen pembayarannya adalah sebagai berikut :
a. Jumlah gaji yang akan dibayar adalah Rp. 750.000.000
b. PPh pasal 21 yang harus disetorkan ke kas negara adalah 5% dari gaji yang dibayarkan
c. Tunjangan jaminan sosial karyawan yang harus disetor ke badan penyelenggara adalah 2 % dari
total gaji
d. Iuran Pensiun yang akan disetorkan ke badan penyelenggara adalah 1,25% dari total gaji
e. Dari sebagian karyawan terdapat piutang karyawan sebesar Rp. 5.000.000
Diminta :
a. Berapa Gaji bersih yang diterima karyawan
b. Buatlah jurnal yang dibutuhkan
c. Karena pembayaran gaji baru dibayarkan pada tanggal 5 Februari 2014, maka :
- Buatlah jurnal untuk pembayaran gaji karyawan ( jumlah gaji bersih )
- Buatlah jurnal untuk pembayaran PPh
- Buatlah jurnal untuk pembayaran Jaminan Sosial
- Buatlah jurnal untuk Pembayaran Iuran Pensiun

SOAL TERINTEGRASI
1. Buatlah oleh anda sebuah contoh kasus utang dagang yang menggunakan wesel ( notes
payable), dimana diantaranya wesel tersebut memiliki bunga (interest).
Termasuk diantaranya, anda harus melengkapinya dengan jurnal yang dibutuhkan.
2. Buatlah sebuah ilustrasi oleh anda, bagaimana sebuah transaksi Pendapatan yang diterima
dimuka dari sebuah industri jasa.

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
BAB 2
HUTANG JANGKA PANJANG

PENGERTIAN UMUM

Utang jangka panjang merupakan jenis kewajiban yang pelunasannya lebih dari satu periode
akuntansi. Yang termasuk dalam kelompok utang jangka panjang, antara lain ialah utang obligasi
(bonds payable), utang wesel jangka panjang (long tern note payable) dan utang sewa guna usaha
modal (obligation under capital lease).

KARAKTERISTIK UTANG OBLIGASI

Karakteristik utang obligasi ialah seperti dibawah ini :


1. Terbagi atas nilai individual yang bervariasi
2. Bunga dapat dibayarkan menurut jangka waktu tertentu (biasanya semesteran)
3. Dapat berubah kepemilikannya
4. Dapat ditukar dengan surat berharga yang lain (dalam kondisi tertentu) convertible bond.

Obligasi dapat diklasifikasikan dalam berbagai bentuk seperti :


1. Utang obligasi dijamin dan utang obligasi yang tidak dijamin (secured and unsecured bond)
2. Utang obligasi berjangka dan utang obligasi berseri (term and serial bonds)
3. Utang obligasi atas nama dan utang obligasi atas unjuk (regristered and bearer bonds)
4. Utang obligasi konversi atau utang obligasi yang dapat ditarik sebelum jatuh tempo
(convertible and callable bonds)

Untuk memperoleh sejumlah besar dana jangka panjang, perusahaan (perseroan) pada umumnya
memiliki dua sumber alternatif pembiayaan, yaitu dengan cara menerbitkan saham (equity
financing). Dari sisi debitur, pendanaan atau pembiayaan dengan cara menerbitkan obligasi memiliki
beberapa keuntungan dibanding dengan menerbitkan saham.

HARGA PASAR OBLIGASI


Ketika perusahaan/ entitas ( debitur) menerbitkan obligasi, harga yang dimana pembeli ( kreditur)
bersedia untuk membayarnya sangat tergantung pada :
1. Nilai nominal obligasi
2. Bunga yang akab dibayar atas utang obligasi
3. Tingkat suku bunga pasar
4. Lamanya umur obligasi

Nilai nominal Obligasi mencerminkan jumlah yang terhutang pada saat obligasi jatuh tempo.
Pembayaran bunga dihitung sebagai hasil kali antara tingkat suku bunga nominal dengan nilai
nominal obligasi.

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Sehingga tingkat suku bunga nominal ini digunakan untuk menentukan besarnya jumlah kas yang
akan dibayarkan oleh debitur( penerbit obligasi) kepada kreditur (pemegang obligasi) secara
berkala.
Besarnya tingkat suku bunga nominal dinyatakan dalam per tahun, misal 10 % per tahun atau 12 %
per tahun.
Sedangkan tingkat suku bunga pasar ( market rate atau effective rate) adalah tingkat suku bunga
yang diminta oleh kreditur atas sejumlah dana yang dipinjamkannya kepada debitur. Tingkat suku
bunga pasar ini selalu berfluktuasi setiap saat, yang mana besarnya sangat dipengaruhi oleh banyak
faktor diantaranya adalah :
- ekspektasi kreditur
- kinerja keuangan debitur
- Perkembangan kondisi ekonomiregional dan global

Tingkat suku bunga nominal dan tingkat suku bunga pasar seringkali berbeda. Akibatnya obligasi
dijual dibawah atau diatas nilai nominal.

Jika besarnya tingkat suku bunga nominal sama dengan tingkat suku bunga pasar, maka berarti
obligasi tersebut dijual dengan kurs 100.
Jika tingkat suku bunga nominal lebih kecil dibanding tingkat suku bunga pasar, maka obligasi
tersebut dijual kurang dari kurs 100.
Jika tingkat suku bunga nominal lebih besar dibanding tingkat suku bunga pasar, maka obligasi
tersebut dijual lebih dari kurs 100.

Pembeli (kreditur) menentukan besarnya obligasi dengan cara menghitung nilai sekarang dari
nominal obligasi ( Present Value pokok) dan nilai sekarang anuitas dari jumlah yang akan diterima
pada akhir interval periode bunga ( PVA Interest). Tingkat suku bunga yang dipakai dalam
menghitung nilai sekarang (present value) adalah tingkat suku bunga pasar. Selanjutnya, nominal
obligasi menggambarkan nilai obligasi pada saat jatuh tempo (future value) sedangkan nilai sekarang
(present value) menggambarkan harga obligasi yang bersedia dibayar saat ini oleh kreditur kepada
debitur (penerbit obligasi).
Konsep present value ini timbul berdasarkan kenyataan bahwa nilai uang sangat dipengaruhi oleh
faktor waktu dan tingkat bunga.

Akuntansi untuk penjualan obligasi dan amortisasi


Pada saat penjualan obligasi dilakukan, debitur akan mencatatnya dalam jurnal dengan cara
mendebet akun kas dan mengkredit akun beban bunga .

Jurnal Cash
Interest expense

Akun kas disini dicatat dalam jurnal sebesar harga pasar obligasi, yang ditunjukkan lewat kurs
jual atau nilai sekarang dari obligasi yang bersangkutan. Sedangkan akun utang obligasi dicatat
dalam jurnal sebesar nilai nominal obligasi. Selisih antara harga jual dengan nilai nominal obligasi
akan dicatat dalam jurnal discount on bond payable ( jika harga jual obligasi lebih kecil dibanding
nilai nominal, sedangkan premium on bond payable jika harga jual obligasi melebihi nilai
nominalnya.

Menghitung format bunga berjalan adalah sebagai berikut :

Nilai nominal x tingkat suku bunga nominal ( per tahun) : 12 bulan x


Bahan Ajar( periode waktu antara tanggal penerbitan dengan tanggal penjualan
Akuntansi Keuangan Menengah II
( dalam satuan bulan) )
Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Atau

Nilai nominal x tingkat suku bunga nominal (per tahun ) : 12 bulan x periode
waktu antara tanggal bunga dengan tanggal penjualan ( dalam bulan )

Pada akhirnya, saat bunga obligasi untuk interval periode pertama dibayarkan, maka debitur akan
mencatatnya dalam jurnal dengan cara mendebet akun beban bunga dan mengkredit akun kas.

Nama Perkiraan Debet Kredit

Interesr Expense Xxx

Cash xxx

Ilustrasi jika penjualan obligasi terjadi diantara tanggal pembayaran bunga

Diasumsikan bahwa obligasi dengan nilai nominal Rp. 100.000.000 telah terjual pada tanggal 1 Juni
2010. Besarnya tingkat suku bunga nominal adalah 12% per tahun, dengan tanggal bunga yaitu
setiap 1 April dan 1 Oktober. Obligasi tersebut diterbitkan pada tanggal 1 April 2010, sehingga ada
bunga berjalan selama 2 bulan yang harus dicatat ( yaitu 1 April hingga 1 Juni ). Maka ayat jurnal
yang perlu dibuat untuk mencatat bunga berjalan tersebut adalah :

Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit

1 Juni 2010 Cash 2.000.000

Interest Expense 2.000.000

( 100 juta x 12% : 12 bulan x 2 bulan)

Sehingga pada saat bunga obligasi untuk interval pertama dibayarkan ( periode 1 April 2010 sampai
dengan 1 Oktober 2010), maka debitur akan mencatatnya dalam jurnal sebagai berikut :

Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit

1Oktober 2010 Interest Expense 6.000.000

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Cash 6.000.000

(100 juta x 12% : 12 bulan x 6 bulan)

Dengan kedua ayat jurnal diatas,perhatikanlah bahwa besarnya bunga (kas) yang dibayarkan sampai
dengan 1 Oktober 2010 adalah sebesar Rp. 4.000.000 ( Rp. 6.000.000 – Rp. 2.000.000 ). Perlu diingat,
bahwa debitur telah menikmati fasilitas utang obligasi selama 4 bulan, yaitu yang terhitung sejak
obligasi dijual ( 1 Juni 2010 ) sampai dengan tanggal pembayaran bunga yang pertama ( 1 Oktober
2010 ). Oleh sebab itu besarnya bunga (kas) yang dibayarkan sampai dengan 1 Oktober 2010 adalah
sebesar Rp.4.000.000 ( 100juta x 12% : 12 bulan x 4 bulan )

Pada tanggal 31 Desember 2010, ayat jurnal penyesuaian yang diperlukan untuk mencatat atau
mengakui besarnya bunga terhutang ( 1 Oktober 2010 hingga 31 Desember 2010 ).

Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit

31Desember Interest Expense 3.000.000


2010
Interest Payable 3.000.000

(100 juta x 12% : 12 bulan x 3 bulan)

Disini, secara keseluruhan, besarnya akun beban bunga yang akan masuk dalam perhitungan laba
rugi ( sebagai beban lain-lain) untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2010 adalah Rp. 7.000.000
(100juta x 12 % : 12 bulan x 7 bulan ), dimana Rp.4.000.000 nya telah dibayarkan kepada kreditur
dan sisanya Rp.3.000.000 masih terhutang ( belum dibayarkan). Jadi beban bunga sebesar
Rp.7.000.000 ini terhitung mulai 1 Juni 2010 hingga 31 Desember 2010.

Obligasi Dijual Sebesar Nilai Nominal


Seperti yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya, jika besarnya tingkat suku bunga
nominal sama dengan tingkat suku bunga pasar, maka berarti obligasi tersebut dijual dengan kurs
100, yaitu sebesar nilai nominal. Dalam hal ini, tidak akan muncul diskonto maupun premium karena
besarnya Present Value obligasi ( PV pokok + PV Anuitas bunga) akan sama dengan nilai nominal dari
obligasi bersangkutan.

Contoh Ilustrasi
Diasumsikan pada tanggal 1 Februari 2010 perusahaan menerbitkan dan menjual obligasi yang
bernilai nominal Rp. 5.000.000. Obligasi ini akan jatuh tempo dalam 5 tahun dan besarnya tingkat
suku bunga nominal maupun tingkat suku bunga pasar masing-masing 12% per tahun. Bunga atas
utang obligasi akan dibayarkan sebanyak 2 kali dalam setiap tahunnya, yaitu setiap 1 Februari dan 1
Agustus.

PV obligasi = PV pokok + PVA Bunga


= (Rp. 5.000.000 x PVF 6%; 10) + ( 6% x Rp.5.000.000 x PVAF 6% ;10 )
= (Rp.5.000.000 x 0.55839) + ( Rp. 300.000 x 7,36009)
= 2.7.91.950 + 2.208.050

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
= Rp. 5.000.000

Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit

1 Febr 10 Cash 5.000.000

Bond Payable 5.000.000

1 Agustus 10 Interest Expense 300.000

Cash 300.000

31 Des 10 Interset Expense 250.000

Bond payable 250.000

Obligasi dijual pada tingkat diskonto

Jika besarnya tingkat suku bunga nominal lebih kecil dibanding dengan tingkat suku bunga pasar,
maka berarti obligasi tersebut dijual dengan kurs kurang dari 100.
Dalam hal ini besarnya PV obligasi ( PV pokok + PVA bunga ) lebih kecil dibanding dengan nilai
nominal dari obligasi yang bersangkutan.

Contoh Ilustrasi
Pada tanggal 1 Februari 2010, perusahaan menerbitkan dan menjual obligasi yang bernilai nominal
Rp.5.000.000. Obligasi ini akan jatuh tempo dalam waktu 5 tahun dan memiliki tingkat suku bunga
nominal 11 % per tahun serta tingkat bunga pasar 12 % per tahun. Bunga atas utang obligasi akan
dibayarkan sebanyak 2 kali dalam setiap tahunnya, yaitu tanggal 1 Februari dan 1 Agustus.
Dengan menggunakan rumus present value, besarnya harga jual obligasi dapat dihitung sebagai
berikut :

PV Obligasi = PV pokok + PVA Bunga


= ( Rp.5.000.000 x PVF 6%;10 ) + ( 5,5% x Rp. 5.000.000 x PVA 6%;10 )
= ( Rp.5.000.000 x 0,55839 ) + ( Rp. 275.000 x 7,36009)
= Rp. 2.791.950 + Rp. 2.024.025
= Rp. 4.815.975

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Ayat jurnal yang dibutuhkan adalah :

Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit

1 Febr 10 Cash 4.815.975

Discount on Bond Payable 184.025

Bond Payable 5.000.000

1 Agustus 10 Interest Expense 275.000

Cash 275.000

( 5 juta x 11%: 12bulan x 6 Bulan)

31 Des 10 Interset Expense 229.167

Bond payable 229.167

(5 juta x 11%; 12bulan x 5 bulan

Ada dua metode yangsering dipakai atau digunakan entitas dalam mengamortisasi besarnya
diskonto utang obligasi, yaitu metode garis lurus ( straight line method) dan metode bunga efektif
(effective interest rate of method ).

Amortisasi dengan menggunakan metode garis lurus akan memberikan besarnya amortisasi yang
sama untuk setiap bulannya. Amortisasi dapat dicatat bersamaan dengan tanggal pembayaran
bunga dan atau pada setiap akhir periode akuntansi. Perlu diperhatikan, bahwa jika amortisasi
dilakukan bersamaan dengan tanggal pembayaran bunga maka ayat jurnal penyesuaian pada akhir
peride akuntansi tetap akan diperlukan untuk mencatat besarnya amortisasi.
Mengambil contoh diatas, jurnal untuk mencatat amortisasi diskonto utang obligasi adalah :

Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit

1 Agsts 2010 Interest Expense Rp. 18.403

Discount on Bond Payable Rp.18.403

(Rp. 184.025 : 60 bulan x 6 Bulan )

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
31 Des 2010 Interest Expense 15.335

Discount on Bond Payable 15.335

(Rp.185.025:60 bulan x 5 bulan)

( ayat jurnal penyesuaian )

1 Febr 2011 Interest Expense 3.067

Discount on Bond Payable 3.067

(Rp.184.025 : 60 Bulan x 1 Bulan )

1 Agst 2011 Interest Expense 18.403


Discount on Bond Payable 18.403
(Rp. 184.025 :60 Bulan x 6 Bulan)

Interest Expense
31 Des 2011 15.335
Discount onBond Payable
15.335
(Rp.185.025:60 bulan x 5 bulan)

( ayat jurnal penyesuaian )

Obligasi dijual pada tingkat premium

Jika tingkat suku bunga nominal lebih besar dibanding tingkat suku bunga pasar, maka berarti
obligasi tersebut dijual dengan kurs diatas 100. Yaitu di atas nilai nominalnya atau dengan kata lain
dijual pada tingkat premium. Dalam hal ini, besarnya presnt value obligasi ( PV Pokok + PVA Bunga )
akan melebihi nilai nominal dari obligasi yang bersangkutan.

Contoh Ilustrasi
Pada tanggal 1 Februari 2010 perusahaan menerbitkan dan menjual obligasi yang bernilai nominal
Rp. 5.000.000. Obligasi ini akan jatuh tempo dalam 5 tahun dan memiliki tingkat suku bunga nominal
13% per tahun serta tingkat bunga pasar adalah 12% per tahun. Bunga atas utang obligasi akan
dibayarkan sebantak 2 kali dalam setiap tahunnya, yaitu 1 Februari dan 1 Agustus.

Dengan menggunakan rumus present value , besarnya harga jual obligasi dapat dihitung sebagai
berikut :

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
PV Obligasi = PV Pokok + PVA Bunga
= ( Rp.5.000.000 x PVF 6%;10) + ( 6,5% x Rp.5.000.000 x PVAF 6%;10 )
= ( Rp. 5.000.000 x 0,55839) + ( Rp. 325.000 x 7,36009 )
= Rp. 2.791.950 + Rp. 2.392.029
= Rp. 5.183.979

Ayat jurnal yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :

Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit

1 Febr 10 Cash 5.183.979

Premium on Bond Payable 183.979

Bond Payable 5.000.000

1 Agustus 10 Interest Expense 325.000

Cash 325.000

( 5 juta x 13%: 12bulan x 6 Bulan)

31 Des 10 Interset Expense 270.833

Bond payable 270.833

(5 juta x 13%; 12bulan x 5 bulan

Setelah itu maka kita perlu untuk membuat ayat jurnal untuk amortisasi adalah sebagai berikut :

Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit

1 Agsts 2010 Premium on Bond Payable Rp. 18.398

Interest Expense Rp.18.398

(Rp. 183.979 : 60 bulan x 6 Bulan )

31 Des 2010 Premium on Bond Payable 15.332

Interest Expense 15.332


(Rp.183.979 : 60 bulan x 5 bulan)

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
( ayat jurnal penyesuaian )

3.066

1 Febr 2011 Premium on Bond Payable 3.066

Interest Expense

(Rp.183.979 : 60 Bulan x 1 Bulan )

18.398

1 Agst 2011 Premiun on Bond Payable 18.398

Interest Expense

(Rp. 183.979 :60 Bulan x 6 Bulan)

15.332
Premium on Bond Payable
31 Des 2011 15.332
Interest Expense

(Rp.183.979 : 60 bulan x 5 bulan)

( ayat jurnal penyesuaian )

Penebusan kembali Obligasi

Perusahaan dapat menebus kembali obligasinya sebelum tanggal jatuh tempo. Hal ini dilakukan jika
tingkat suku bunga pasar mengalami penurunan secara drastis setelah obligasi dijual. Dalam kondisi
seperti ini, perusahaan biasanya akan menerbitkan dan menjual obligasi yang baru dengan tingkat
suku bunga yang lebih rendah , kemudian hasil dari penjualan obligasi yang baru tersebut akan
dipergunakan untuk menebus kembali obligasinya yang telah terlanjur diterbitkan dan dijual pada
beberapa waktu yang lalu ( pada saat tingkat suku bunga pasar masih tinggi ).
Perusahaan biasanya akan menebus kembali obligasinya dengan harga yang berbeda dari nilai buku
utang obligasi. Dalam hal ini nilai buku utang obligasi dapat dihitung dengan cara mengurangkan
nilai nominal utang obligasi dengan besarnya diskonto utang obligasi yang belum diamortisasi atau
menjumlahkan nilai nominal utang obligasi dengan besarnya premium utang obligasi yang belum
diamortisasi. Jika harga yang dibayarkan untuk penebusan kembali obligasi lebih kecil dibanding
dengan nilai buku utang obligasi, maka selisihnya akan dicatat sebagai keuntungan dari penebusan
obligasi. Dan sebaliknya jika harga yang dibayarkan untuk penebusan kembali obligasi lebih besar
dari nilai buku utang obligasi, maka selisihnya akan dicatat sebagai kerugian dari penebusan
obligasi.Keuntungan atau kerugian yang ditimbulkan dari penebusan obligasi akan disajikan dalam
laporan laba rugi sebagai pendapatan atau beban lain-lain ( dan bukan pendapatan atau beban
operasional)

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Contoh Ilustrasi
Pada tanggal 1 Februari 2010 perusahaan menerbitkan dan menjual obligasi yang bernilai nominal
Rp. 5.000.000. Obligasi ini akan jatuh tempo dalam waktu 5 tahun yaitu Februari 2015 dan memiliki
tingkat suku bunga nominal 11 % per tahun serta tingkat suku bunga pasar 12% per tahun. Bunga
atas utang obligasi akan dibayarkan sebanyak 2 kali dalam setiap tahunnya yaitu setiap 1 Februari
dan 1 Agustus. Dengan menggunakan metode garis lurus, besarnya amortisasi diskonto utang
obligasi adalah Rp. 3.067 yang dicatat bersamaan dengan tanggal pembayaran bunga. Pada tanggal
1 April 2012 sebesar 3/5 ( 60 % ) dari nilai nominal obligasi ditebus kembali dengan kurs 120.

Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit

1 April 12 Interest Expense 55.000

Cash 55.000

(60% x 5 Juta x 11% ; 12 bulan x 2 bulan)

Interest Expense
3.680
Discount on Bond Payable
3.680
(60 % x Rp. 3.067 x 2 bulan )

3.000.000
Bond Payable
662.567
Loss on takeover on Bond Payable
62.567
Discount on Bond Payable
3.600.000
Cash

( 60% x Rp. 3.067 x 34 Bulan ) = Rp. 62.567

(1,2 x 3.000.000 ) = 3.600.000

Selanjutnya, bagaimana dengan obligasi yang tidak ditebus ? ( sisanya adalah 40 % )


Maka ayat jurnalnya adalah sebagai berikut :

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit

1 Agsts 12 Interest Expense 110.000

Cash 110.000

(40% x 5 Juta x 11% ; 12 bulan x 2 bulan)

Interest Expense
7.361
Discount on Bond Payable
7.361
(40 % x Rp. 3.067 x 2 bulan )

6.134
Interest Expense
31 Des 12 6.134
Discount on Bond Payable

(40% x Rp. 3.067 x 5 Bulan)

91.667
Interest Expense
91.667
Interest Payable

(40% x 5 Juta x 11%; 12 bulan x 5 bulan)

AMORTISASI DENGAN BUNGA EFEKTIF

Amortisasi diskonto/ premium dengan menggunakan metode bunga efektif akan


memberikan tingkat bunga yang konstan atas nilai buku obligasi pada setiap awal periode dan
memberikan besarnya amortisasi diskonto/premium yang meningkat untuk setiap periodenya. Hal
ini berlawanan dengan metode garis lurus , dimana memberikan jumlah beban bunga yang tetap
atau konstan. Tingkat suku bunga yang digunakan dalam metode bunga efektif adalah suku bunga
pasar yang berlaku pada saat obligasi diterbitkan. Tingkat suku bunga inilah yang akan
mendiskontokan nilai jatuh tempo obligasi (nilai nominal) dan pembayaran bunga berkala ke harga
pasar atau harga jual obligasi.

Sebuah Ilustrasi penggunaan metode bunga efektif


Pada tanggal 1 April 2010, PT. Oktavilani Tryana menerbitkan 1.000 lembar obligasi yang dapat
ditarik kembali (callable bonds) dengan nilai nominal Rp. 100.000 per lembar dan berjangka waktu 5
tahun. Pembayaran bunga obligasi sebesar 10% per tahun dilakukan setiap tanggal 1 April – 1
Oktober. Seluruh obligasi tersebut baru dapat terjual 6 bulan kemudian, pada saat tingkat suku
bunga pasa 11 % per tahun. Perusahaan menggunakan metode bunga efektif dalam melakukan

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
amortisasi atas diskonto/ premium dan dicatat bersamaan dengan tanggal bunga. Pada tanggal 1
Mei 2013, perusahaan menebus kembali 400 lembar obligasi (40 %) dengan kurs 98.

Jawab :
Besarnya harga pasar atau harga jual obligasi dapat dihitung sebagai berikut :

PV Obligasi = PV Pokok + PVA bunga


= ( Rp. 100 juta x PVF 5,5%; 9 ) + ( 5% x Rp.100juta x PVAF 5,5%; 9)
= ( Rp. 100 juta x 0,61763 ) + ( Rp. 5jt x 6,95220)
= Rp. 61.763.000 + Rp. 34.761.000
= Rp. 96.524.000

Dengan menggunakan metode bunga efektif, berikut adalah besarnya amortisasi yang terjadi :

Bunga efektif Bunga Nominal Amortisasi Diskonto yang Nilai Buku


( 5,5 % x nilai (5% x 100 Jt) Diskonto belum Obligasi
Tanggal Bunga buku awal ) Diamortisasi

A D-C
B C = A-B E =(100jt – D)

1 Okt 2010 3.476.000 96.524.000

1 Apr 2011 5.308.820 5.000.000 308.820 3.167.180 96.832.820

1 Okt 2011 5.325,805 5.000.000 325.805 2.841.375 97.502.349

1 Apr 2012 5.343.724 5.000.000 343.724 2.497.651 97.502.349

1 Okt 2012 5.362.629 5.000.000 362.629 2.135.022 97.864.978

1 Apr 2013 5.382.574 5.000.000 382.574 1.752.448 98.247.552

1 Okt 2013 5.403.615 5.000.000 403.615 1.348.833 98.651.167

1 Apr 2014 5.425.814 5.000.000 425.814 923.019 99.076.981

1 Okt 2014 5.449.234 5.000.000 449.234 473.785 99.526.215

1 Apr 2015 5.473.942 5.000.000 473.785 0 100.000.000

Ayat jurnal yang diperlukan :


Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II
Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Tanggal Jurnal Debet Kredit

1 Okt 2010 Cash 96.524.000

Discount on Bond Payable 3.476.000

Bond Payable 100.000.000

31 Des 2010 Interest Expense 2.500.000

Interest Payable 2.500.000

(3/12 x 10% x Rp. 100jt )

Interest Expense 154.410

Discount on Bond Payable 154.410

(3/6 x 308.820)

1 Jan 2011 Bond Payable/Interest Payable 2.500.000

Interest Expense 2.500.000

1 April 2011 Interest Expense 5.000.000

Cash 5.000.000

(6/12 x 10% x Rp.100 Juta )

Interest Expense 154.410

Discount on Bond Payable 154.410

1 Okt 2011 Interest Expense 5.000.000

Cash 5.000.000

Interest Expense 325.805

Discount on Bond Payable 325.805

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
31 Des 2011 Interest Expense 2.500.000

Interest Payable 2.500.000

(3/12 x 10% x Rp. 100jt )

Interest Expense 171.862

Discount on Bond Payable 171.862

(3/6 x 343.724)

1 jan 2012 Bond Payable 2.500.000

Interest Expense 2.500.000

1 April 2012 Interest Expense 5.000.000

Cash 5.000.000

(6/12 x 10% x Rp.100 Juta )

Interest Expense 171.862

Discount on Bond Payable 171.862

1 Okt 2012 Interest Expense 5.000.000

Cash 5.000.000

Interest Expense 362.629

Discount on Bond Payable 362.269

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
31 Des 2012 Interest Expense 2.500.000

Interest Payable 2.500.000

(3/12 x 10% x Rp. 100jt )

Interest Expense 191.287

Discount on Bond Payable 197.287

(3/6 x 382.574)

Sedangkan ayat jurnal yang diperlukan untuk mencatat transaksi tanggal 1 Mei 2013 dan 1 April
2015.

Tanggal Jurnal Debet Kredit

1 Mei 2013 Bond Payable 40.000.000

Cash 39.200.000

Discount on Bond payable 674.072

Gain on take over Bond Payable 125.928

Cash ( 0,98 x Rp. 40.000.000)

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Dicount on Bond Payable

( Rp.1,752.448 – [1/6 x Rp 403.615] )x40%

Interest Expense 333.333

Cash 333.333

( 1/12 x 10 % x Rp. 40.000.000 )

Interest Expense 26.908

Discount on Bond Payable 26.908

([1/6 x Rp. 403.615] x 40 % )

1 april 2015 Interest Expense 3.000.000

Cash 3.000.000

(6/12 x 10% x Rp. 60.000.000)

Interest Expense 142.136

Discount on Bond Payable 142.136

(3/6 x Rp. 473.785 x 60% )

Bond Payable 60.000.000

Cash 60.000.000

Jika kasus obligasi tersebut adalah premium, maka besarnya amortisasi untuk masing-masing
periode pembayaran bunga dihitung dengan cara mengurangkan bunga nominal dengan bunga
efektif ( kebalikan dari amortisasi diskonto). Nilai buku obligasi dihitung dengan cara menjumlahkan
nilai nominal obligasi dengan besarnya premium yang belum diamortisasi. Besarnya bunga efektif
Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II
Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
dan bunga nominal untuk masing-masing periode pembayaran bunga dihitung dengan cara yang
sama seperti yang telah diilustrasikan diatas.

Hal-hal yang perlu diperhatikan :


Pada tanggal jatuh tempo obligasi maka jumlah yang dibayarkan kepada si pembeli adalah
sebesar nilai nominal obligasi.
Premium/Discount yang terjadi pada waktu penjualan obligasi akan diamortisasi/ dihapuskan
secara bertahap dalam jangka waktu terhitung dari tanggal pembelian ke tanggal jatuh tempo
obligasi.
Amortisasi ini selalu dicatat pada tanggal tutup buku dengan menggunakan perkiraan tandingan
interest expense.

CONTOH-CONTOH SOAL
( DARI DIKTAT UNPAD)

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Soal 1
Pada tanggal 1 April 2015 ditempatkan 200 lembar Bond Payable 12% @ Rp. 50.000, kurs 96, Provisi
dan materai Rp. 100.000. Kupon bunga : 1 Februari – 1 Agustus.
Jatuh tempo obligasi 1 Oktober 2017
Ditanya : 1. Jurnal tanggal 1 April 2015
2. Jurnal tanggal 1 Agustus 2015

Jawab :
Jurnal untuk tanggal 1 April 2015
Dijual : 200 lbr x Rp.50.000 x 96% = Rp. 9.600.000
Provisi dan materai = 100.000 -
Sales = Rp. 9.500.000

1 Februari -- 1 April = 2 bulan


2/12 x 12% x ( 200 lbr x Rp. 50.000) = Rp. 200.000 +
Cash = Rp. 9.700.000

Jurnal : Cash 9.700.000


Discount on Bond payable 500.000
Bond Payable 10.000.000
Interest Expense 200.000

Jurnal untuk tanggal 1 Agustus 2015


Bunga = 6/12 x 12% x Rp. 10.000.000 = Rp. 600.000
Interest Expense 600.000
Cash 600.000

Soal 2

Diketahui tanggal 1 Agustus 2014 ditempatkan 120 lembar Bond Payable 12% @ Rp. 100.000 dengan
kurs 105, Provisi dan materai Rp. 120.000. Kupon pembayaran bunga 1 Maret dan 1 September.
Jatuh tempo obligasi 1 Agustus 2018.
Ditanya : 1. Jurnal tanggal 1 Agustus 2014
2. Jurnal tanggal 1 September 2014
3. Jurnal tanggal 31 Desember 2014
4. Jurnal tanggal 1 Januari 2015

Jawab :
Jurnal tanggal 1 Agustus 2014
Dijual 120 lembar x Rp. 100.000 x 105% = Rp. 12.600.000
Provisi & materai = 120.000-
Sales = Rp. 12.480.000
Kupon bunga 1 Maret - 1 Agustus
Bunga : 5/12 x 12 % x ( 120 lbr x Rp. 100.000) = 600.000+
Cash = Rp.13.080.000

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Cash 13.080.000
Bond Payable 12.000.000
Premium on Bond Payable 480.000
Interest Expense 600.000

Jurnal tanggal 1 September 2014


Pembayaran bunga pada tanggal 1 September 2014

Interest Expense 720.000


Cash 720.000

Jurnal tanggal 31 Desember 2014


1 September menuju 31 Desember 2014 ; Bunga = 4/12 x 12% x Rp. 12.000.000= Rp. 480.000
Interest Expense 480.000
Interest Payable 480.000

Menghitung Amortisasi
Premium on Bond Payable = Rp. 480.000
Jangka waktu 1 Agustus 2014 ke 1 Agustus 2018 = 48 Bulan
Amortisasi 1 bulan = Rp. 480.000 / 48 bulan = Rp. 10.000/ bulan
1 Agustus 2014 ke 31 Dsember 2014 = 5 bulan x Rp. 10.000 = Rp. 50.000

Premium on Bond Payable 50.000


Interest Expense 50.000

Jurnal tanggal 1 Januari 2015


Reversing eantries awal tahun
Interest Payable 480.000
Interest Expense 480.000

SOAL 3
Pada tanggal 1 Maret 2010, PT Krisna menerbitkan utang obligasi 12 % berjangka waktu 10 tahun
dengan nilai nominal Rp.200.000.000. Obligasi ini diterbitkan seharga Rp. 204.800.000. Bunga utang
obligasi dibayar setiap tanggal 1 Maret dan 1 September . Premium utang obligasi diamortisasi
dengan menggunakan metode garis lurus (straight lime method)
Diminta :
Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi berikut :
a. Pengeluaran utang obligasi tanggal 1 Maret 2010
b. Pembayaran bunga dan amortisasi premi tanggal 1 September 2010

Jawab :
Jurnal 1 maret 2010
Penerbitan obligasi 1 maret 2010
Cash 204.800.000
Premium on Bond Payable 4.800.000
Bond Payable 200.000.000

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Jurnal 1 September 2010
Pembayaran bunga dan amortisasi premium 1 September 2010
Interest expense 11.760.000
Premium on Bond payable 240.000
Cash 12.000.000

Perhitungan :
Interest Expense = 12.000.000 – 240.000
Premium on Bond = Rp. 4.800.000 / 20 = Rp. 240.000
( 20 = 20 pembayaran = 1 tahun ada 2 semester, 10 tahun = 20 semester 0
Cash = Rp. 200.000.000 x 6 % = Rp. 12.000.000

LATIHAN SOAL TEORI


1. Jelaskan oleh anda apa yang dimaksud dengan :
a. Term bonds
b. Serial Bonds
c. Convertible Bonds
d. Callable Bonds

2. Faktor-faktor apa saja yang menentukan besarnya harga obligasi

3. Jelaskan oleh anda perbedaan antara besarnya tingkat suku bunga nominal dengan tingkat
suku bunga pasar dapat menimbulkan diskonto dan premium utang obligasi.

LATIHAN SOAL KASUS ( Amortisasi dengan metode garis lurus )


Pada tanggal 1 April 2011 perusahaan menerbitkan dan menjual obligasi yang bernilai nominal Rp.
25.000.000. Obligasi ini akan jatuh tempo dalam 5 tahun dan memiliki tingkat bunga pasar adalah
12% per tahun. Bunga atas utang obligasi akan dibayarkan sebantak 2 kali dalam setiap tahunnya,
yaitu 1 April dan 1 Oktober.

Diminta :
a. Buatlah jurnal-jurnal yang dibutuhkan jika tingkat suku bunga nominal 13% per tahun
b. Buatlah jurnal-jurnal yang dibutuhkan jika tingkat suku bunga nominal 11% per tahun
c. Buatlah ayat jurnal penyesuaian yang diperlukan untuk soal a dan b
d. Buatlah ayat jurnal yang diperlukan untuk penebusan atas obligasi tersebut ( lihat soal no. b)

SOAL KASUS ( Amortisasi dengan Metode Bunga Efektif)


Pada tanggal 1 April 2010, PT. Usaha Keras, menerbitkan 2.500 lembar obligasi yang dapat ditarik
kembali (callable bonds) dengan nilai nominal Rp. 100.000 per lembar dan berjangka waktu 5 tahun.
Pembayaran bunga obligasi sebesar 10% per tahun dilakukan setiap tanggal 1 April – 1 Oktober.
Seluruh obligasi tersebut baru dapat terjual 6 bulan kemudian, pada saat tingkat suku bunga pasar
11 % per tahun. Perusahaan menggunakan metode bunga efektif dalam melakukan amortisasi atas
diskonto/ premium dan dicatat bersamaan dengan tanggal bunga. Pada tanggal 1 Mei 2013,
perusahaan menebus kembali 400 lembar obligasi (40 %) dengan kurs 98.
Diminta :
Buatlah jurnal-jrnal yang diperlukan untuk kasus diatas.
BAB 3
INVESTASI DALAM SEKURITAS DAN EKUITAS

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
PENGERTIAN UMUM

Ketika perseroan telah resmi dibentuk dan disyahkan oleh notaris, persoran biasanya akan memulai
penjualan hak kepemilikan usaha dalam bentuk lembaran saham.
Ada dua jenis saham yang biasa dikeluarkan oleh saham ,bergantung pada keadaan organisasi
perusahaan tersebut. Pembuatan saham-saham tersebut dibuat dan diterbitkan untuk beberapa
kepentingan. Jika saham tersebut di terbitkan satu jenis saham , maka saham tersebut adalah saham
biasa ( common stock ). Dan jika perusahaan memberikan hak kepada pemegang saham untuk
menentukan perihal perusahaan yang akan berkaitan dengan hak suara, maka saham tersebut
adalah saham istimewa ( preffered stock ).

Hak –hak yang akan diberikan oleh perusahaan kepada investor atas kepemilikan saham biasanya
dinyatakan secara tertulis dalam akta pendirian perusahaan atau dalam anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga.

Modal pemilik dalam perseroan dinamakan modal pemegang saham ( stock holder equity). Dalam
neraca perrseroan, bagian modal pemegang saham akan melaporkan secara terperinci jumlah dari
masing-masing modal usaha yang terkumpul.
Sumber modal yang pertama adalah modal yang disetor atau yang dikontribusi oleh pemegang
saham , yang dinamakan modal disetor ( paid in capital) atau modal yang dikontribusi ( contributed
capital). Sedangkan sumber modal yang kedua adalah laba bersih yang ditahan atau diinvestasikan
kembali ke dalam perusahaan yang dinamakan laba ditahan ( retained earning).

Modal disetor adalah keseluruhan jumlah kas dan aktiva lainnya yang disetorkan okeh pemegang
saham ke dalam perseroan untuk dipertukarkan dengan saham. Sedangkan laba ditahan timbul
sebagai hasil dari kegiatan operasonal perusahaan, yaitu laba bersih.

Pada setiap akhir periode akuntansi, laba bersih ( net income) yang dihasilkan selama periode
berjalan akan ditutup ke rekening laba ditahan melalui ayat jurnal penutup, dimana akun ikhtisar
laba rugi ( income summary) akan didebet dan akun laba ditahan ( retained earning) akan di posisi
kredit.

Pengumuman atas pembagian keuntungan ( sebagai hasil dari kegiatan operasional perusahaan
selama periode berjalan) kepada pemegang saham dalam bentuk deviden juga akan ditutup ke
dalam bentuk akun laba ditahan ( retained earning) posisi debet dan akun devidend pada posisi
kredit.

Posisi Laba bersih yang dihasilkan selama periode berjalan ini akan menambah jumlah laba
ditahan yang ada pada awal periode, sedangkan deviden yang diumumkan untuk periode berjalan
akan mengurangi atau memperkecil retained earning. Retained earning memiliki saldo normal
pada posisi kredit sehingga pengurangan terhadap retained earning akan dicatat pada posisi
debet dan penambahannya akan dicatat pada posisi kredit.

Besarnya laba ditahan pada akhir periode sesungguhnya adalah akumulasi laba berdih dari beberapa
periode (termasuk periode berjalan) yang masih tersisa setelah dibagikan kepada para pemegang
saham dalam bentuk deviden (baik deviden tunai maupun deviden saham biasa). Besarnya Retained

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Earning pada akhir periode ini dapat dihitung dengan cara menjumlahkan antara besarnya
retained earning yang ada pada awal periode dengan besarnya retained earning untuk periode
berjalan (akhir periode). Retained earning untuk untuk periode berjalan dihitung dengan cara
mengurangkan laba bersih yang dihasilkan selama satu periode ( periode berjalan) dengan
deviden yang diumumkan untuk periode berjalan. Rugi bersih ( net loss) yang dihasilkan selama
periode berjalan akan mengurangi besarnya retained earning yang ada pada awal periode.

PENGERTIAN MODAL DISETOR

Sumber utama modal disetor adalah berasal dari penerbitan saham ( modal saham). Jumlah
maksimum lembar sahan yang dapat diterbitkan oleh perseroan dinamakan modal dasar ( modal
yang diotorisasi). Besarnya modal dasar ( authorized capital) biasanya disebutkan dalam sebuah
sertifikat atau akta pendirian perusahaan.

Keseluruhan modal dasar sesungguhnya mencerminkan dua hal. Tercermin pada beberapa hal yaitu :
1. Upaya untuk memenuhi kebutuhan modal di awal pendirian perseroan
2. Sebagai antisipasi untuk memenuhi kebutuhan modal di masa mendatang
3. Upaya untuk pengembangan usaha dimasa yang akan datang

Pengertian otorisasi ( authorized) modal saham tidak memerlukan ayat jurnal akuntansi karena
peristiwa ini tidak memeliki efek langsung terhadap besarnya aktiva maupun modal pemegang
saham. Akan tetapi, pengungkapan atasw jumlah lembar saham yang diotorisasi tetap akan
diperlukan di laporan posisi keuangan, yaitu di bagian modal pemegang saham (stock holdres
equity).

Jumlah lembar saham yang beredar (dipasar) / oustanding adalah jumlah lembar saham yang telah
diotorisasi, diterbitkan dan dimiliki oleh para pemegang saham ( berada di tangan pemegang
saham). Akan tetapi dalam keadaan tertentu, perseroan dapat menarik kembali beberapa sahamnya
yang telah beredar dari para pemegang saham.

Contoh ilustasi
Mengilustrasikan perbedaan antara jumlah lembar saham yang diotorisasi dengan jumlah
lembar saham yang diterbitkan dan jumlah lembar saham yang beredar.
Diketahui bahwa sebuah perseroan dengan modal dasar 10.000 lembar saham telah
menerbitkan 6.000 lembar sahamnya, dan kemudian menarik kembali sahamnya dari tangan
pemegang saham sebanyak 2.500 lembar. Maka untuk kasus ini, jumlah saham yang
diotorisasu adalah sebanyak 10.000 lembar, dimana 6.000 lembar telah diterbitkan dan
sisanya adalah 4.000 lembar saham belum diterbitkan ( sebagai antisipasi untuk memenuhi
kebutuhan modal dimasa yang akan datang). Dari 6.000 lembar saham tersebut, 3.500
lembar telah beredar ( berada di tangan pemegang saham) dan sisanya 2.500 lembar ditarik
kembali ( dibeli kembali) oleh perusahaan.

Besarnya saham dinyatakan dalam satuan unit moneter (mata uang) yang dinamakan sebagai nilai
pari ( par value). Perseroan akan menilai dan menerbitkan sertifikat saham kepada masing-masing
investor (pemegang saham) untuk mendokumentasikan kepemilikan mereka atas perseroan.

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Sehingga nilai pari adalah besarnya nilai saham yang tertera pada sertifikat saham. Didalam sertifikat
juga tercantum nama perseroan, nama pemegang saham, kelas saham dan jumlah saham yang
dimiliki, sedangkan nilai pari saham sering dianggap sebagai legal capital.

Saham juga dapat diterbitkan tanpa nilai pari ( no-par stock). Di beberapa negara, stated value (nilai
yang telah ditetapkkan) harus dibuat atas saham yang diterbitkan tanpa nilai pari. Hal ini dilakukan
dengan maksud untuk menentukan besarnya legal capital (modal resmi/modal yang sah) yang
merupakan jumlah kontribusi minimum investor terhadap kreditur perusahaan, khususnya apabila
perusahaan tidak mencukupi dalam menutup kewajibannya. Sehingga, baik nilai pari maupun nilai
yang ditetapkan sesungguhnya sama-sama dianggap sebagai legal capital. Adapun untuk tujua
pelaporan, stated value diperlakukan sama seperti par value, dimana selisih antara nilai nominal
saham ( baik yang dinyatakan lewat stated value maupun par value) dengan harga pasarnya akan
dicatat sebagai tambahan modal disetor ( paid in capital).

PENGERTIAN SAHAM PREFEREN/ ISTIMEWA DAN SAHAM BIASA

Ketika perseroan hanya memiliki satu jenis atau satu kelas saham, maka saham tersebut dinamakan
sebagai saham biasa ( common stock), dimana setiap lembar saham biasa memiliki hak yang sama.
Untuk menarik investor lebih banyak, perusahaan dapat pula menerbitkan saham tertentu , dimana
pada saham ini memberikan beberapa hak istimewa kepada pemegangnya, dan saham ini
dinamakan saham preferen ( preferred stock).

PENERBITAN SAHAM

Sebuah ilustrasi dalam hal penerbitan saham.


PT. Maju Terus menerbitkan dan menjual secara tunai 1.000 lembar saham preferen dan 5.000
lembar saham biasa. Nilai pari untuk setiap lembar saham preferen dan saham biasa adalah Rp.1.400
dan Rp. 600. Sedangkan harga pasar ( harga jual ) untuk setiap lembar saham preferen dan saham
biasa, masing-masing Rp. 1.700 dan Rp. 800. Adapun saham yang diotorisasi sebanyak 3.500 lembar
saham preferen dan 8.000 lembar saham biasa.

Perkiraan Jurnal Debet Kredit

Cash 5.700.000

Preffered Stock 1.400.000

Common Stock 3.000.000

Paid in Capital Prefered Stock (gain) 300.000

Paid in Capital Common Stock (gain) 1.000.000

Jika ilustrasi diatas dilanjutkan, misalnya, pada akhir tahun 2010 perusahaan memiliki retained
earning sebesar Rp. 40.000.000, maka bagian modal pemegang saham yang akan tampak dalam
laporan posisi keuangan menjadi sebagai berikut :

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
PT. Maju Terus
Laporan Posisi Keuangan (sebagian)
31 Desember 2010

Modal Pemegang Saham


Modal Disetor
Modal Saham
Prefered Stock ( par Rp. 1.400/share) Rp. 1.400.000
( 3.500 share authorized, 1.000 share issued)

Common Stock ( par Rp. 600/share) Rp. 3.000.000


(8.000 share authorized, 5.000 share issued)

Total Stock Rp. 4.400.000

Additional of Stock
Paid in capital Preffered stock Rp. 300.000
Paid in capital Common Stock Rp. 1.000.000
Total Paid in Capital Rp. 1.300.000
Total Capital of Stock Rp. 5.700.000

Retained Earning Rp. 40.000.000


Total Capital Owners Rp. 45.700.000

Saham dapat juga diterbitkan atas pesanan. Kontrak pesanan ini secara hukum akan mengikat
antara pemesan (pembeli saham) dengan perseroan (penerbit saham). Dalam kontrak pesanan
disebutkan jumlah lembar saham yang dipesan, harga pesanan dan memberikan persyaratan atau
jangka waktu pembayaran. Pesanan yang dituangkan dalam kontrak ini akan dan memberikan status
legalitas/ status hukum kepada pemesan sebagai pemegang saham. Biasanya, ketika saham dijual
melalui prosedur pesanan, sertifikat saham akan diserahkan kepada pemesan jika seluruh harga
saham yang dipesan dilunasi.
Untuk mengilustrasikan hal ini, diasumsikan d akhir tahun 2010, PT. Maju Terus menerima pesanan
saham biasa sebanyak 2.000 lembar saham dengan harga pesanan Rp. 770 per lembar. Dalam hal ini,
perusahaan menerima uang muka sebesar 30% dari total harga pesanan. Sedangkan sisanya sebesar
70% akan diterima pelunasannya pada tanggal 7 Januari 2011.

Ayat jurnal yang diperlukan untuk mencatat transaksi tersebut diatas adalah (pada akhir tahun 2010)

Perkiraan Jurnal Debet Kredit

Cash 462.000

Common Srock Subscribe Receivable 1.078.000

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Common Stock Subscribe 1.200.000

Paid in Capital (gain) 340.000

Dalam ulasan dan ilustrasi diatas, besarnya total modal yang disetor adalah Rp. 462.000. Angka ini
diperoleh dari Rp. 1.200.000 + Rp. 340.000 – Rp. 1.078.000.
Dimana nilai Rp. 1.200.000 ( 2.000 lembar x Rp. 600 ) yang ditunjukkan lewat akun pesanan saham
biasa merupakan modal saham dan nilai Rp. 340.000 didapat dari ((Rp. 770 – Rp. 600)) x 2.000
lembar) merupakan Paid in capital, sedangkan Rp. 1.078.000 (70% x Rp. 770 x 2.000 lembar) yang
ditunjukkan lewat akun common stock subscribe receivable yang merupakan pengurang dari paid in
capital.
Akun untuk pesanan saham biasa (common stock) merupakan akun sementara dari akun saham
biasa. Seperti telah diuraikan sebelumnya, akun saham biasa selalu dilaporkan sebesar nilai par, oleh
sebab itu akun pesanan saham biasa juga akan dilaporkan sebesar nilai par . Akun pesanan saham
biasa akan di reklasifikasi menjadi akun saham biasa pada saat seluruh harga saham yang dipesan
telah dilunasi. Dengan melanjutkan tampilan dan uraian dari Laporan Posisi Keuangan parsial diatas,
maka pengaruh transaksi pesanan saham biasa terhadap modal pemegang saham adalah sebagai
berikut :

PT. MAJU TERUS


LAPORAN POSISI KEUANGAN
31 DESEMBER 2010

Modal pemegang saham


Modal disetor
Capital Stock
Preffered stock
(par Rp. 1.400 per share; 3.500 authorized;1.000 isued) Rp. 1.400.000
Common Stock
(par Rp. 600 per share; 8.000 authorized; 7.000 isued) Rp. 4.200.000
Total of Capital Stock Rp. 5.600.000

Add Paid in Capital


Paid in Capital ( gain) Preffered stock Rp. 300.000
Paid in Ca[ital ( gain) Common stock Rp. 1.340.000
Paid in capital for Treasury Stock Rp. 48.000
Total Additional Paid in Capital Rp. 1.688.000
Total Modal Disetor Rp. 7.288.000
Retained Earning Rp. 40.000.000
Less : Treasury Stock (Rp. 1.512.000)
Total Owner’s Rp. 45.776.000

Perlu disimak bahwa dengan penjualan kembali 1.200 lembar treasury stock, jumlah lembar saham
biasa yang beredar berubah dari 4.000 lembar menjadi 5.200 lembar, tetapi tanpa merubah total
modal saham. Total additional paid in capital bertambah sebesar Rp. 48.000. Jumlah treasury stock
sekarang tinggal 1.800 lembar dengan harga pokok Rp. 1.512.000 ( 1.800 lembar x Rp.840). Maka
secara keseluruhan, modal pemegang saham bertambah sebesar Rp. 1.056.000

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Jika seandainya pada tanggal 19 Januari 2011 perusahaan menjual lagi treasury stock nya sebanyak
1.000 lembar dengan harga Rp. 790 per lembar, maka jurnal yang diperukan untuk mencatat
transaksi tersebut adalah :

Nama Perkiraan Debit Kredit

Cash 790.000

Paid in capital for Treasury Stock 48.000

Retained Earning 2.000

Treasury Stock 840.000

Pemecahan Saham ( Stock Split )

Perusahaan terkadang akan mengurangi nilai pari atau nilai yang ditetapkan atas saham biasa
dengan cara menerbitkan sejumlah tambahan lembah saham biasa yang besarnya sebanding
(proporsional) dengan jumlah penurunan nilai pari atau nilai yang ditetapkan sebelumnya. Ketika hal
ini dilakukan, perusahaan dikatakan memecah sahamnya dan prosesnya dinamakan pemecahan
saham ( stock split ).

Dapat dikatakan pula Stock Split adalah peningkatan jumlah saham beredar dengan mengurangi nilai
nominal saham, misalkan nilai nominal sebuah saham dibagi menjadi dua, sehingga terdapat dua
saham yang nilainya setengah dari sebelumnya.

Tujuan dilakukannya stock split adalah :


a. Untuk menghindari harga saham yang terlalu tinggi, sehingga memberatkan publik untuk
membeli dan memiliki saham tersebut.
b. Mempertahankan tingkat likuiditas saham
c. Menarik investor yang berpotensi lebih banyak guna memiliki saham tersebut.
d. Menarik investor kecil untuk memiliki saham tersebut karena jika terlalu mahal maka
kepemilikan dana dari investor kecil tidak akan terjangkau.
e. Menambah jumlah saham yang beredar
f. Memperkecil risiko yang terjadi, terutama bagi investor yang ingin memiliki saham tersebut
dengan kondisi harga saham yang rendah.
g. Menerapkan diversifikasi investasi.

Sebuah ilustrasi untuk hal ini adalah sebagai berikut :


Diasumsikan suatu perusahaan memiliki 30.000 lembar saham biasa yang beredar dengan harga
pasar sebesar Rp. 1.500 per lembar. Nilai pari saham adalah Rp. 1.200 per lembar. Selanjutnya
Dewan Komisaris mengumumkan pemecahan saham, dimana setiap lembar saham akan dipecah
menjadi 3 lembar. Maka dari hal ini, nilai pari per lembar saham akan menurun yaitu dari Rp. 1.200
per lembar menjadi Rp. 400 per lembar. Jumlah lembar saham biasa yang beredar akan berubah dan
bertambah yaitu dari 30.000 lembar menjadi 90.000 lembar. Akan tetapi secara keseluruhan, total
nilai pari saham biasa adalah tetap sama yaitu Rp. 36.000.000 , baik sebelum maupun sesudah

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
dilakukannya stock split. Maka sejak bertambahnya jumlah lembar saham biasa yang beredar,
perusahaan berharap bahwa harga pasar dari saham yang dipecah juga akan menurun.

Akuntansi untuk Deviden


Perusahaan uang memiliki tingkat akumulasi laba bersih yang cukup baik, dari satu periode ke
periode berikutnya, biasanya memiliki potensi untuk dapat membagikan sebagian dari laba bersih
tersebut kepada pemilik perusahaan (pemegang saham). Distribusi laba bersih kepada pemegang
saham ini dilakukan dalam bentuk deviden.
Umumnya, deviden yang diberikan adalah berupa uang kas atau saham biasa. Deviden merupakan
salah satu daya tark yang membuat investor mau menginvestasikan uangnya kedalam saham
perseroan.
Pada saat pengumuman deviden tunai maupun deviden saham akan berdampak pada pengurangan
(penurunan) laba ditahan. Deviden tunai mauun deviden saham akan dilaporkan sebagai pengurang
laba ditahan pada saat deviden tersebut diumumkan, dan tidak menunggu lagi sampai deviden
tersebut dibayarkan atau dibagikan.

Deviden Tunai

Dalam praktek, deviden tunai adalah bentuk pembagian keuntungan yang paling sering dilakukan.
Ada tiga hal penting yang membuat perusahaan dapat membayarkan deviden tunai yaitu :
1. Tersedianya laba ditahan
2. Tersedianya uang kas yang memadai
3. Adanya tindakan resmi dari Dewan Komisaris.
Deviden tunai akan dibayarkan dari laba ditahan. Akan tetapi, perusahaan yang memiliki jumlah laba
ditahan yang besar belum tentu dapat membayar deviden tunai. Hal ini dikarenakan tidak adanya
hubungan (keterkaitan) antara saldo akun kas dengan laba ditahan.

Ada tiga hal penting sehubungan dengan pembagian deviden tunai, yaitu :
1. tanggal pengumuman
2. tanggal pencatatan
3. tanggal pembayaran

Sebagai ilustrasi, diasumsikan bahwa pada tanggal 6 Desember 2010, dewan komisaris PT. Bangun
Ekspres mengumumkan deviden tunai sebesar Rp 72 atas 100.000 lembar common stock yang
beredar dengan nilai pari Rp. 1.440 per lembar.

maka ayat jurnal yang dibutuhkan adalah :

Tanggal Uraian Jurnal Debet Kredit

6 Des 2010 Devidend Payment 7.200.000

Devidend Payable 7.200.000

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Selanjutnya kurun waktu antara tanggal pengumuman dan tanggal pencatatan, perusahaan akan
memperbaharui catatan kepemilikan sahamnya dan jumlah lembar saham yang beredar selama
kurun waktu tersebut tetap sama. Pada tanggal pencatatan, perusahaan mengumpulkan data,
mengidentifikasi para investornya yang akan menerima deviden berdasarkan jumlah saham yang
dimilikinya.

Sebuah ilustrasi, PT. Bangun Express, diasumsikan bahwa tanggal pencatatan deviden adalah 23
Desember 2010, maka jurnalnya adalah sebagai berikut :

Tanggal Uraian Jurnal Debet Kredit

23 Des 2010 No entry journal

Selanjutnya pada tanggal 31 Desember, jurnal penutupnya adalah sebagi berikut :

Tanggal Uraian Jurnal Debet Kredit

6 Des 2010 Retained Earning 7.200.000

Devidend Payment 7.200.000

Selanjutnya bila dividend tersebut dibayarkan pada tanggal 20 Januari 2011, maka PT Bangun
Ekspress akan mencatat jurnalnya sebagai berikut :

Tanggal Uraian Jurnal Debet Kredit

20 Jan 2011 Devidend Payable 7.200.000

Cash 7.200.000

**** Perhatikan disini bahwa pembayaran deviden tunai akan mengurangi cash dan deviden
payment ( deviden tunai). Pada saat deviden tunai dibayarkan, pembayaran deviden tidak akan
mempengaruhi jumlah modal pemegang saham. Akan tetapi, dampak atau efek kumulatif dari
pengumuman deviden tunai adalah mengurangi modal pemegang saham dan total aktiva
( karena cash pasti akan berkurang pada saat pembayaran deviden tersebut).****

Deviden saham
Distribusi sebagian keuntungan perusahaan dalam bentuk saham kepada para pemegang saham
dinakam sebagai deviden saham ( deviden stock).

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Efek dari deviden saham terhadap laporan keuangan investee ( perusahaan yang membagikan
deviden) adalah mengurangi laba ditahan ( retained earning) dan menambah modal disetor ( capital
stock). Akan tetapi, tidak seperti deviden tunai, deviden saham tidak akan mempengaruhi total
aktiva, total kewajiban maupun jumlah modal pemegang saham.
Total aktiva tidak terpengaruh dikarenakan tidak ada pembayaran kas untuk pembayaran deviden
saham.
Demikian pula jumlah total pemegang saham tidak akan terpengaruh oleh karena besarnya
penurunan laba ditahan sebanding dengan besarnya peningkatan modal disetor (paid in capital).
Perlu diingat bahwa modal disetor (capital stock) serta laba ditahan (retained earning)
merupakan komponen dari jumlah modal pemegang saham.

Sebagai ilustrasi, diasumsikan bahwa pada tanggal 18 Desember 2010, dewan komisaris PT. Maju
Terus mengumumkan deviden saham ( deviden stock ) sebaesar 8% atas 100.000 lembar common
stock yang beredar dengan nilai pari Rp. 1.440 per lembar. Harga pasar saham pada saat deviden
diumumkan adalah Rp. 1.620 per lembar. Deviden saham ini baru akan dibagikan kepada para
pemegang saham pada tanggal 18 Januari 2011.

Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit

18 Des 2010 Deviden Stock 12.960.000

Deviden stock distributable 11.520.000

Paid in capital (gain) Common stock 1.440.000

Keterangan :
Deviden stock = 8% x 100.000 lbr x Rp. 1.620
Deviden stock distributable = 8.000 lbr x Rp. 1.440
Paid in Capital (gain) Common Stock = 8.000 lbr x ( Rp. 1.620 – Rp. 1.440 )

Pada tanggal 31 Desember 2011

Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit

31 Des 2010 Retained Earning 12.960.000

Deviden Stock 12.960.000

Pada saat deviden saham dibagikan ( 18 Januari 2011)


Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
18 Jan 2011 Deviden Stock Distributable 11.520.000

Common Stock Stock 11.520.000

Dari jurnal pembagian deviden ini, terlihat bahwa begitu sertifikat ommon stock diterbitkan, maka akun deviden stock
yang dapat dibagikan di reklas ( dihapus) dengan cara mendebet akun tersebut dan mengkredit akun common stock.
Pada saat ini pula, jumlah lembar saham biasa yang diterbitkan dan beredar ( issued of common stock ) akan menjadi
bertambah.

Laporan Laba Ditahan ( Retained Earning Report)


Seperti telah diungkap sebelumnya, laba ditahan (retained earning) timbul sebagai hasil dari
kegiatan operasional perusahaan yaitu laba bersih. Sebagian dari laba bersih ini akan ditahan atau
diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan.
Perlu ditekankan dan di ingat kembali :
 Retained earning memiliki saldo normal disebelah kredit, sehingga pengurangan terhadap
retained earning akan dicatat disebelah debet.
 Laba ditahan termasuk sebagai salah satu komponen dari jumlah modal pemegang saham
( setelah komponen modal disetorkan ), dimana saldonya merupakan bagian dari tuntutan
pemegang saham terhadap aktiva perseroan.
 Jika terjadi defisit retained earning maka akan dilaporkan sebagai pengurang modal
pemegang saham.

Dalam beberapa kasus, pencadangan atas Retained Earning akan dilakukan untuk beberapa
kepentingan diantaranya :
1. Untuk membeli Treasury Stock
2. Melunasi Current Liabilities
3. Melunasi Long term Liabilities
4. Melakukan perluasan pabrik atau usaha
5. Membuka kantor cabang baru
6. Mengatasi hal ketidakpastian ( uncertainty cases)

Sebuah ilustrasi untuk menggambarkan hal ini adalah sebagai berikut, dimisalkan pada tanggal 29
Maret 2010, direksi menyetujui pembentukan apropriasi ( cadangan) laba ditahan untuk hal
ketidakpastian (uncertainty) sebesar Rp. 50.000.000. Maka ayat jurnal yang perlu dibuat adalah
sebagai berikut :
Tanggal Uraian Jurnal Debet Kredit

29 Mar 2010 Unappropriated retained earning 50.000.000

Appropriated retained earning 50.000.000

Unappropriated retained earning = laba ditahan yang tidak dicadangkan


Appropriated retained earning = laba ditahan untuk dicadangkan

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Selanjutnya melalui mekanisme dengan menggunakan ayat jurnal penutup, net profit yang
dihasilkan selama periode berjalan akan menambah jumlah retained earning yang tidak
dicadangkan, sedangkan pengumuman deviden akan mengurangi jumlah laba ditahan yang tidak
dicadangkan.

Nama Perkiraan Debet Kredit

Income Summary Xxx

Unappropriated Retained Earning Xxx

(jurnal untuk menutp saldo laba bersih)

Unappropriates Retained Earning


Xxx
Dividend Payment
Xxx
Dividen stock
xxx
(menutup rekening deviden)

Berikut adalah ilustrasi tampilan format dari Retained earning

1. Unappropriated Retained Earning

PT. Maju Terus


Retained Earning
At Dec 31, 2010

Retained Earning, begin 150.000.000


Net Profit 420.000.000
Devident Payment (161.500.000) Retained earning periode
DevidentStock ( 88.500.000) berjalan.
Retained Earning, end 320.000.000

2. Appropriated Retained Earning


PT. Maju Terus
Retained Earning
At Dec 31, 2010

a. Unappropriated Retained Earning


Retained earning, begin 600.000.000
Net profit 99.000.000
Deviden Payment (34.000.000)

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Deviden Stock (28.000.000)
Uncertainty (100.000.000)
Retained Earning, end 537.000.000

b. Appropriated Retained Earning


Retained earning, begin 0
Uncertainty 100.000.000
Retained earning, end 100.000.000
Total Retained Earning, end 637.000.000

Kelalaian dalam melunasi pesanan saham


Ketika pemesan lalai atas pesanannya, yaitu dengan tidak melunasi sisa pembayarannya pada saat
jatuh tempo, maka yang mungkin dapat dilakukan oleh perusahaan selaku penerima pesanan
adalah:
1. mengembalikan ke pemesan jumlah yang telah dibayarkan
2. mengembalikan ke pemesan jumlah yang telah dibayarkan dikurangi dengan beberapa
penurunan harga atau biaya yang terjadi ketika saham yang lalai dilunasi tersebut untuk
dijual ke pembeli lain
3. menjadikan seluruh jumlah yang telah dibayar oleh pemesan sebagai denda dan tidak
dikembalikan.
4. Menerbitkan ke pemesan jumlah saham yang setara dengan jumlah yang telah dibayarkan.

Ilustrasi untuk kasus ini adalah sebagai berikut


Diketahui PT. Maju Terus menerima pesanan saham biasa sebanyak 100 lembar dari salah seorang
pemesan. Besarnya harga pesanan adalah Rp. 1.250 perlembar. Dalam hal ini, pemesan telah lalai
untuk melunasi sisa pembayarannya setelah memberikan uang muka sebesar 40% dari harga
pesanan. Pesanan saham yang lalai dilunasi tersebut selanjutnya dijual kembali oleh perusahaan
(PT.Kirana Makmur) kepada pembeli lain dengan harga Rp. 1.100 per lembar.
Nilai par saham biasa adalah Rp. 1.000 per lembar.
Ayat jurnal yang dibuat oleh PT. Maju Terus pada saat menerima pesanan adalah:

Nama perkiraan Debet Kredit

Cash 50.000

Common Stock Subscribe Receivable 75.000

Ordered Common Stock 100.000

Paid in capital (gain) Common Stock 25.000

Kas ( 40% x Rp. 1.250 x 100 lembar)

CSSR ( 60% x Rp.1.250x 100 lembar)

OCS ( Rp. 1.000 x 100 lembar)

PIC ( Rp.1.250 – Rp.1.000) x 100 lembar)

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Ayat jurnal yang perlu dibuat untuk mencatat kelalaian dalam pelunasan pesanan dan penjualan
kembali saham biasa /common stock ( saham yang lalai dilunasi) adalah :
1. Asumsi bahwa jumlah yang telah dibayarkan dikembalikan ke pemesan :

Nama perkiraan Debet Kredit

Ordered Common Stock 100.000

Paid in capital (gain) Common Stock 25.000

Common Stock Subscribe Receivable 75.000

Cash 50.000

Cash* 110.000

Common Stock** 100.000

Paid in capital (gain) common stock*** 10.000

* ((Rp.1.100 – Rp.1.100) x 100 lembar

**( Rp. 1.000 x 100 lembar)

***(Rp. 1.100 – Rp. 1.000) x 100 lembar

2. Asumsi bahwa jumlah yang dibayarkan dikurangi dengan penurunan harga yang terjadi
dalam penjualan kembali saham biasa adalah merupakan jumlah yang dikembalikan ke
pemesan

Nama perkiraan Debet Kredit

Ordered Common Stock 100.000

Paid in capital (gain) Common Stock 25.000

Common Stock Subscribe Receivable 75.000

Hutang kepada pemesan yang lalai 50.000

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Cash 110.000

Hutang kepada pemesan yang lalai* 15.000

Common Stock 100.000

Paid in capital (gain) common stock** 25.000

* ((Rp.1.250 – Rp.1.100) x 100 lembar

** dipertahankan tetap sama seperti tidak ada kelalaian

35.000
Hutang kepada pemesan yang lalai
35.000
Cash

( Rp. 50.000 – Rp. 15.000 )

3. Asumsi bahwa seluruh jumlah yang telah dibayarkan dianggap sebagai denda dan tidak
dikembalikan
Nama perkiraan Debet Kredit

Ordered Common Stock 100.000

Paid in capital (gain) Common Stock 25.000

Common stock Subscribe Receivable 75.000

Paid in Capital, fine CS subscribe 50.000

Cash 110.000

Common stock 100.000

Paid in capital (gain) Common Stock 10.000

4. Asumsi bahwa jumlah saham yang diterbitkan ke pemesan adalah setara dengan jumlah
yang telah dibayarkan

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Nama perkiraan Debet Kredit

Ordered Common Stock 100.000

Paid in capital (gain) Common Stock 15.000

Common stock 40.000

Common Stock Subscribe Receivable 75.000

PIC (60% x 100 lembar x ( Rp.1.250-Rp.1000))

CS (40% x 100 lembar x Rp.1.000

CSSR (60%x 100lembar X Rp.1.250)

66.000
Cash
60.000
Common Stock
6.000
Paid in Capital (gain) Common Stock

Cash (60% x 100 lembar x Rp.1.100)

CS ( 60% x 100 lembar x Rp.1.100)

PIC (60%x 100 lembar x (Rp.1.100 – Rp.1.000))

Saham Treasury (Treasury Stock) dengan metode nilai pari

Jika metode nilai pari digunakan, pembelian saham treasury dianggap sebagai penarikan
pemegang saham, sedangkan penjualan atau penerbitan kembali saham treasury dipandang
sebagai masuknya pemegang saham yang baru

Sebuah ilustrasi untuk kasus diatas


Dimisalkan pada tanggal 2 Januari 2009, yang merupakan tahun pertama operasi perusahaan,
diterbitkan dan dijual 10.000 lembar saham biasa dengan harga Rp. 308 per lembar. Nilai par saham
biasa adalah Rp. 350 per lembar. Kemudia pada tanggal 1 Maret 2010 diperoleh kembali 1.000
lembar saham biasa dengan harga Rp. 500 per lembar. Pada tangga 1 April 2010 dijual 150 lembar
saham treasury ( treasury stock) dengan harga Rp 550 per lembar. Penjualan saham treasury juga
terjadi pada tanggal 1 September 2010, yaitu sebanyak 250 lembar dengan harga Rp. 400 per
lembar.
Tanggal Perkiraan Jurnal Debet Kredit

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
2 Januari 2009 Cash 3.800.000

Common Stock 3.500.000

Paid in Capital (gain) Common stock 300.000

1 Maret 2010 Treasury Stock 350.000

Paid in Capital (gain) Common Stock 30.000

Retaine Earning 120.000

Cash 500.000

Treasury stock

( 1000 lembar x Rp. 350)

Paid in Capital (gain) Common stock

( 1000 lembar/10.000 lembar) x Rp. 300.000 )

Retained Earning

(1000 lembar x ( Rp. 550 – Rp. 380)

1 April 2010 Cash 82. 500

Treasury Stock 52.500

Paid in Capital (gain) Common stock 30.000

( 150 lembar x Rp. 350 )

100.000

1 September Cash 87.500


2010

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Treasury Stock 12.500

Paid in Capital (gain) Common stock

(250 lembar x Rp.350)

Akuntansi untuk konversi Saham Preferen

Dalam hal ini tidak ada keuntungan ataupun kerugian yang diakui oleh penerbit (investee) dalam
konversi saham preferen menjadi saham biasa, karena konversi ini hanya merupakan pertukaran
dari satu bentuk ekuitas ke bentuk ekuitas lainnya. Perlu diingat, pengkonversian saham prefferen
menjadi saham biasa hanya mempengaruhi akun paid in capital.

Berikut adalah kasus untuk mengilustrasikan konversi Saham Preferen


Diasumsikan bahwa 100 lembar saham preferen ditukar dengan 300 lembar saham biasa. Saham
Preferen yang ditukar tersebut, pertama kalinya diterbitkan dan dijual dengan harga Rp. 7.200 per
lembar. Nilai par saham preferen adalah Rp. 6.000 per lembar, sedangkan nilai par saham biasa
adalah Rp. 1.800 per lembar. Ayat jurnal yang dibutuhkan untuk mencatat konversi tersebut adalah:

Perkiraan Jurnal Debet Kredit

Preffered stock 600.000

Paid in capital (gain) Preffered stock 120.000

Common Stock 540.000

Paid in Capital (gain) Common Stock 180.000

Melanjutkan hal tersebut diatas, jika nilai par common stock adalah Rp. 2.700 per lembar ( bukan
lagi Rp. 1.800) maka ayat jurnal yang dibutuhkan adalah

Perkiraan Jurnal Debet Kredit

Preffered stock 600.000

Paid in capital (gain) Preffered stock 120.000

Retained Earning 90.000

Common Stock 810.000

LATIHAN SOAL
SOAL TEORI

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
1. Apakah maksud dari sebuah entitas untuk mengembangkan usahanya ?
2. Sebutkan cara-cara sebuah entitas untuk mengembangkan usahanya?
3. Apa yang anda ketahui dengan :
a. Saham
b. Modal yang disetorkan
c. Deviden

SOAL KASUS

1. Modal pemegang saham dan akun-akun terkait dari PT. Maju Terus pada tanggal 1 Januari
2010 adalah sebagai berikut :
Saham preferen ; 8% 20.000 lembar, nominal Rp. 5.000 Rp. 100.000.000
Agio Saham preferen Rp. 8.000.000
Saham biasa; 100.000 lembar, nominal Rp. 2.500 Rp. 250.000.000
Agio Saham biasa Rp. 45.000.000
Laba ditahan ( Retained Earning) Rp. 315.000.000

Informasi lainnya adalah sebagai berikut :


1. Dibeli 5.000 lembar saham treasuri ( treasury stock) seharga Rp. 13.000.000
2. Dijual 3.000 lembar saham treasuri ( Treasury stock) seharga Rp. 8.100.000
3. Diterima pesanan 4.000 lembar saham preferen Rp. 5.100 dan mendapat uang muka
50% dari harga pesanan.
4. Diterbitkan 40.000 lenbar saham biasa Rp. 2.700 per lembar, diterima tunai
5. Dijual 1.000 lembar saham treasuri ( Treasury stock) seharga Rp.2.400 per lembar.
Diminta jurna-jurnal yang dibutuhkan

No Keterangan Jurnal Debet Kredit

1 Treasury Stock 13.000.000

Cash 13.000.000

2 Cash 8.100.000

Treasury Stock 7.800.000

Paid in Capital ( gain) 300.000

Harga pokok saham treasury Rp. 13.000.000 = Rp. 2.600

5.000 lbr

Harga pokok saham treasury Rp.3.000 xRp.2.600 = Rp. 7.800.000

Harga Jual saham Treasury = Rp.8.100.000

Paid in capital (gain) =Rp. 300.000

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
3 Common Stock Subscribe Receivable 20.400.000

Common Stock Subscribe 20.000.000

Premium on common stock 400.000

Cash 10.200.000

Common Stock Subscribe Receivable 10.200.000

Saham Preferen : nominal :4.000 lembar x Rp. 5.000 = Rp. 20.000.000

Saham Preferen: pasar :4.000 lembar x Rp.5.100 = Rp. 20.400.000

Premium on common stock = 400.000

Uang muka ( Deffered Payment / Down Payment )

50 % dari nilai jual

50% x Rp. 20.400.000 + Rp. 10.200.000

4 Cash 108.000.000

Common Stock 100.000.000

Premium on Common Stock 8.000.000

Common Stock; nominal 40.000 lbr x Rp.2.500 = Rp. 100.000.000

Common stock; nilai pasar 40.000 lbr x Rp. 2.700 = Rp. 108.000.000

Premium on Common Stock = Rp. 8.000.000

5 Cash 2.400.000

Paid in capital (loss) 200.000

Treasury sock 2.600.000

Harga Pokok Treasury Stock : 1.000 lbr x Rp. 2.600 = Rp. 2.600.000

Harga Jual Treasury Stock : 1.000 lbr x Rp. 2.400 = Rp. 2.400.000

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Paid in capital = Rp. 200.000

Soal 2.

PT. Laba Selalu, adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan barang elektronik.
Berikut ini adalah bagian ekuitas dari Laporan Posisi Keuangan PT. Laba Selalu pada tanggal 31
Desember 2010.

10% Preffered Stock , par $ 100 ( 50.000 shares authorized, 25.000 issued) $2.500.000
Paid in Capital (gain) Preffered Stock $ 50.000
Common Stock, par $ 10 ( 100.000 shares authorized, 70.000 share issued) $ 700.000
Paid in Capital (gain) Common Stock $ 350.000
Retained Earning $ 300.000
Treasury Stock (10.000 share at cost) $ 200.000

Transaksi-transaksi yang terjadi selama tahun 2011 yang berkaitan dengan ekuitas saham adalah
sebagai berikut :
10 Januari Menerbitkan secara tunai 1.000 lembar Preffered Stock dengan harga $ 120 per
share
13 Maret Menerbitkan 1.000 lembar preffered stock untuk memperoleh tanah yang memiliki
harga pasar $ 125.000
23 Juni Mengumumkan deviden tunai untuk pemegang Preffered Stock
25 Juli Membayar deviden tunai ( devidend cash) yang telah diumumkan pada tanggal 23
Juni
24 Oktober Mengumumkan 10 % devidend stock untuk pemegang common stock. Harga pasar
Saham biasa (common stock) pada saat ini adalah sebesar $ 11 per lembar
29 Oktober Membagikan deviden saham (deviden stock) yang telah diumuman pada tanggal 24
Oktober
11 November Membeli kembali 1.000 lembar common stock yang beredar dengan harga $ 24 per
lembar
30 November Menjual tunai 4.000 lembar Treasury Stock dengan total harga $ 120.000. Dalam
menetapkan harga perolehan atas Treasury Stock yang hendak dijual, perusahaan
menggunakan metode FIFO
31 Desember Perkiraan ikhtisar Laba Rugi dengan saldo kredit sebesar $ 225.000 di closed
( ditutup) demikian juga dengan perkiraan deviden.

Dminta
a. Buatlah ayat jurnal yang dibutuhkan.
b. Menyusun Retained Earning Statement
c. Menyusun Balance Sheet untuk Capital Stock and equity

Jurnal-jurnal

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
10 Januari Cash $ 120.000
Preffered Stock $ 100.000
Paid in Capital ( gain) $ 20.000

13 Maret Land $ 125.000


Preffered Stock $ 100.000
Paid in Capital ( gain) $ 25.000

23 Juni Devidend Cash $ 270.000


Devidend Cash Payable $ 270.000

25 Juli Devidend Cash Payable $ 270.000


Cash $ 270.000

24 Oktober Devidend ( Common Stock) $ 66.000


Dividen (Common Stock ) Distributable $ 60.000
Paid in Capital (gain) $ 6.000

29 Oktober Dividen (Common Stock ) Distributable $ 60.000


Common Stock $ 60.000

11 November Treasury Stock $ 24.000


Cash $ 24.000

30 November Cash $ 120.000


Treasury Stock $ 80.000
PIC – Treasury Stock $ 40.000

31 Desember Income Summary $ 225.000


Retained Earning $ 225.000

Retained Earning $ 336.000


Devidend Cash $ 270.000
Devidend Stock $ 66.000

PT. Maju Terus


Retained Earning Statement
Decembe 31, 2011

Retained Earning, begin $ 300.000


Net Profit $ 225.000

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Devidend Cash $ (270.000)
Deviden Stock $ ( 66.000)
Retained Earning, end $ 189.000

PT. Maju Terus


Balance Sheet
Decembe 31, 2011

Capital Stock and equity

10% Preffered Stock , par $ 100 ( 50.000 shares authorized, 27.000 issued) $2.700.000
Paid in Capital (gain) Preffered Stock $ 95.000
Common Stock, par $ 10 ( 100.000 shares authorized, 76.000 share issued and) $ 760.000
69.000 shrare distributed)
Paid in Capital (gain) Common Stock $ 356.000
Treasury Stock (10.000 share at cost) $ 40.000
Total Paid in Capital $ 3.951.000

Retained Eaning $ 189.000


Treasury Stock ( 7.000 share at cost) ($ 144.000)
Total Capital Stock and Equity $ 3.996.000

BAB 4
AKUNTANSI SEWA GUNA USAHA

Pengertian dasar

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Yang dimaksud dengan lease adalah suatu perjanjian yang memberikan hal untuk
menggunakan harta, pabrik atau alat-alat ( tanah atau aktiva yang didepresiasi atau kedua-duanya )
yang umumnya mempuyai jangka waktu tertentu. Pihak-pihak yang langsung terlibat didalam
perjanjian ini adalah yang menyewa dan yang menyewakan.

Klasifikasi Lease

Pada umumnya suatu transaksi keuangan akan dicatat oleh kedua belah pihak secara berlawanan.
Misalnya dalam transaksi penjualan kredit, penjual akan mencatat piutang dan penjualan,
sedangkan pembeli akan mencatat pembelian dan hutang. Untuk mengklasifikasikan lease , perlu
dipisahlan antara penyewa dan yang menyewakan. Bagi penyewa, lease dapat diklasifikasikan
sebagai operating lease ataupun capital lease. Sedangkan bagi yang menyewakan (lessor), lease
dapat diklasifikasikan sebagai operating lease, sales type lease dan direct financing.

AKUNTANSI OLEH PENYEWA (LESSEE)

Seperti telah diuraikan dimuka seorang penyewa (lessee), dapat mengklarifikasikan lease sebagai
operating lease maupun capital lease.
Apabila suatu lease memenuhi kriteria berikut ini, maka lease harus mengklasifikasikan sebagai
capita lease:
a. Lease memindahkan hak milik atas aktiva yang disewakan kepada penyewa (lessee) pada
akhir jangka waktu lease.
b. Lease mengandung persetujuan yang memberi hak pada penyewa (lessee) untuk membeli
aktiva yang disewa dengan harga yang disetujui.
c. Jangka waktu sewa (lessee) adalah sama atau lebih besar dari 75% dari taksiran umur
ekonomis aktiva yang disewakan.
d. Nilai tunai (present value) dari uang sewa dan pembayaran sewa minimum lainnya sama
atau lebih besar dari 90% harga pasar aktiva yang disewakan (dikurangi keringanan pajak
jika ada)
Dua kriteria terakhir ( c dan d) tidak berlaku jika jangka waktu sewa terjadi dalam 25% terakhir dari
taksiran umur ekonomis aktiva yang disewakan.
Apabila suatu lease tidak memenuhi kriteria di atas, penyewa (lessee) akan mengklasifikasikannya
sebagai opearting lease.

Operating Lease

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Sebagai contoh pencatatan operating lease oleh penyewa , misalnya PT.ABC pada tanggal 1 Januari
2015 menyewa suatu aktiva untuk jangka waktu 5 tahun dengan uang sewa tahunan Rp.2.000.000.
Sewa ini memenuhi kriteria opearting lease. Maka jurnalnya adalah :

Biaya sewa 2.000.000


Kas 2.000.000

Capital Lease
Suatu capital lease akan dicatat oleh penyewa (lessee) sebagai suatu aktiva dan hutang dengan
jumlah yang lebih rendah dari :
a. Nilai tunai pembayaran sewa minimum selama jangka waktu sewa.
b. Harga pasar yang wajar dari aktiva yang disewa pada tanggal mulai sewa
Sebagai contoh pencatatan capital lease oleh penyewa :
Misalnya PT.ABC menyewa sebuah mobil dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Jangka waktu sewa adalah 5 tahun dengan syarat tidak dapat dibatalkan sebesar
Rp.7.312.703 setiap awal tahun dimulai tanggal 1 januari 2016.
2. Harga pasar mobil tersebut adalah Rp.30.000.000 dengan taksiran umur ekonomis adalah 5
tahun.
3. Yang menyewakan , menghitung sewa dengan dasar Return on ivestment sebesar 11%.
4. Penyewa menggunakan metode garis lurus untuk menghitung penyusuntan.
Jurnal oleh Lessee
Tanggal Kejadian/ Transaksi Jurnal
1 Januari 2016 Mencatat kapitalisasi sewa Mobil sewa Capital Lease 30.000.000
sebesar Nilai tunai pembayran Hutang dari capital Lease
sewa minimum 30.000.000

Pelunasan sewa Hutang dari Capital Lease 7.312.703


Kas 7.312.703

31 Desember Mencatat biaya bunga untuk Beban Bunga 2.495.603


2016 tahun pertama (2016) sebesar : Hutang Bunga 2.495.603
(30.000.000 -7.312.703 ) x11% =
2.495.603
Mencatat depresiasi tahun Beban Penyusutan 6.000.000
pertama: Akumulasi Depresiasi 6.000.000
Rp.30.000.000 : 5 tahun = Rp.
6.000.000

1 Januari 2017 Mencatat Pembayaran sewa Hutang dari Capital Lease 4.817.100
tahun kedua sebesar Hutang bunga 2.495.603
Rp.7.312.703 yang dialokasikan : Kas 7.312.703

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Rp.2.495.603 untuk Hutang
Bunga
Rp.4.817.100 untuk Hutang
Pokok sewa

31 Desember Mencatat beban bunga untuk Beban Bunga 1.965.722


2017 tahun Kedua (2017) yaitu : Hutang Bunga 1.965.722
30.000.000-
(7.312.703+4.817.100)x11% =
1.965.722
Mencatat depresiasi tahun Beban Penyusutan 6.000.000
Kedua: Akumulasi Depresiasi 6.000.000
Rp.30.000.000 : 5 tahun = Rp.
6.000.000

1 Januari 2018 Mencatat Pembayaran sewa Hutang dari Capital Lease 5.346.981
tahun ketiga sebesar Hutang Bunga 1.965.722
Rp.7.312.703 yang dialokasikan : Kas 7.3212.703
Rp.1.965.722 untuk Hutang
Bunga
Rp.5.346.981 untuk Hutang
Pokok sewa

31 Desember Mencatat beban bunga untuk Beban Bunga 1.377.554


2018 tahun Kedua (2017) yaitu : Hutang Bunga 1.377.554
30.000.000-
(7.312.703+4.817.100+5.346.981
)x11% = 1.377.554
Mencatat depresiasi tahun Beban Penyusutan 6.000.000
Ketiga: Akumulasi Depresiasi 6.000.000
Rp.30.000.000 : 5 tahun = Rp.
6.000.000

1 Januari 2019 Mencatat Pembayaran sewa Hutang dari Capital Lease 5.935.149
tahun keempat sebesar Hutang Bunga 1.377.554
Rp.7.312.703 yang dialokasikan : Kas 7.3212.703
Rp.1.377.554 untuk Hutang
Bunga
Rp. 5.395.149 untuk Hutang
Pokok sewa

31 Desember Mencatat beban bunga untuk Beban Bunga 724.687


2019 tahun Keempat (2019) yaitu : Hutang Bunga 724.687
30.000.000-
(7.312.703+4.817.100+5.346.981
+5.935.149)x11% = 724.687
Mencatat depresiasi tahun Beban Penyusutan 6.000.000
Keempat: Akumulasi Depresiasi 6.000.000
Rp.30.000.000 : 5 tahun = Rp.
6.000.000

1 Januari 2020 Mencatat Pembayaran sewa Hutang dari Capital Lease 6.588.019
tahun ke lima sebesar Hutang Bunga 724.697
Rp.7.312.703 yang dialokasikan : Kas 7.3212.703
Rp. 724.687 untuk Hutang
Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II
Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Bunga
Rp. 6.588.019 untuk Hutang
Pokok sewa

31 Desember Mencatat beban bunga untuk Beban Bunga 0


2020 tahun Kelima (2017) yaitu : Hutang Bunga 0
30.000.000-
(7.312.703+4.817.100+5.346.981
+5.935.149+6.588.019)x11% = 5
(dianggap 0 (habis))
Mencatat depresiasi tahun Beban Penyusutan 6.000.000
Kelima: Akumulasi Depresiasi 6.000.000
Rp.30.000.000 : 5 tahun = Rp.
6.000.000

Latihan soal :

Soal 1

Pada tanggal 1 Januari 2015, PT. XYZ bermaksud untuk menyewa sebuah alat berat dari PT.DEF.
Adapun masa kontrak adalah 5 tahun dan tidak dapat di batalkan. Penyewa berkewajiban untuk
membayar sewa sebesar Rp. 14.625.406. Kemudian diketahui bahwa harga pasar dari alat berat
tersebut adalah Rp.60.000.000.. Tingkat suku bunga Return on investment sebesar 11%.

Anda sebagai akuntan, diminta untuk menganalisa kasis diatas, dengan membuat perhitungan dan
jurnal baik dari Penyewa ( Lessee)

Akuntansi bagi yang menyewakan (Lessor)

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Pihak yang menyewakan aktiva tetap dapat mengklasifikasikan lease sebagai operating lease , sales
type lease, direct financing lease dan leverage lease. Suatu lease akan diklasifikasikan sebagai
operating lease bila tidak memenuhi syarat ke empat kriteria yang telah ditetapkan dimuka. Untuk
dapat diklasifikasikan sebagai sales type lease, direct financing lease maupun leverage lease, maka
paling tidak harus memenuhi 2 syarat yang diajukan.

Selain syarat yang diatas, maka ada kriteria khusus bagi pencatatan yang dilakukan oleh
pihak penyewa yaitu :

Direct financing lease : jika semua syarat diatas dapat dipenuhi.

Sales Type lease : bila harga pasar aktiva berbeda dengan nilai bukunya

Leverage lease : jika memenuhi kriteria tambahan untuk leverage lease, yaitu paling tidak 3
persyaratan diatas dapat dipenuhi.

Akan tetapi dalam perkuliahan ini, penulis lebih mengajak kepada para mahasiswa untuk memahami
perhitungan dengan dasar atau prinsip Direct Financing Lease

Sebagai contoh , transaksi sewa seperti contoh dimuka akan digunakan sebagai contoh (kasus)
1. Angka waktu sewa selama 5 tahun, dengan syarat tidak dapat dibatalkan dengan
pembayaran sewa sebesar Rp. 7.312.703 setiap awal tahun sejak tahun 2016.
2. Harga pasar mobil tersebut pada tanggal dimulainya sewa sebesar Rp.30.000.000 dengan
taksiran umur ekonomis 5 tahun, tanpa nilai residu.
3. Penyewa membayar semua executory cost seperti pajak, asuransi dan pemeliharaan.
4. Tidak ada pasal tentang perpanjangan sewa sesudah sewa tersebut habis jangka waktunya.
5. Yang menyewakan (lessor) menghitung sewa dengan dasar Return on investment sebesar
11%. Tarif ini diketahui oleh penyewa.
6. Penyewa meggunakan metode garis lurus untuk menghitung depresiasi aktiva tetap yang
dimilikinya.
Perhitungan-perhitungan untuk investasi bruto , pendapatan yang belum diakui dan invvestasi
netto adalah sebagai berikut :

Investasi Bruto = Pembayaran sewa minimum + Nilai residu yang tidak


dijamin

Rp. 36.563.515 = ( Rp.7.312.703 x 5 tahun )

Pendapatan yang belum diakui = Investasi Bruto – Harga perolehen


Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II
Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Rp. 6.563.515 = Rp.36.563.515 - Rp. 30.000.000

Investasi netto = Investasi bruto – Pendapatan yang belum diakui

Rp. 30.000.000 = Rp. 36.563.515 – Rp. 6.563.515

Jurnal oleh Lessor

Kasus, sama dengan yang diatas

Misalnya PT.ABC menyewa sebuah mobil dengan ketentuan sebagai berikut :


1. Jangka waktu sewa adalah 5 tahun dengan syarat tidak dapat dibatalkan sebesar
Rp.7.312.703 setiap awal tahun dimulai tanggal 1 januari 2016.
2. Harga pasar mobil tersebut adalah Rp.30.000.000 dengan taksiran umur ekonomis adalah 5
tahun.
3. Yang menyewakan , menghitung sewa dengan dasar Return on ivestment sebesar 11%.
4. Penyewa menggunakan metode garis lurus untuk menghitung penyusuntan.
Tanggal Transaksi Jurnal

1 Januari 2016 Mencatat Transaksi sewa Piutang Pembayaran Sewa 36.563.515


Mobil 30.000.000
Pendapatan belum diakui 6.563.515

Mencatat penerimaan uang sewa Kas 7.312.703


tahun pertama Piutang Pembayaran sewa 7.312.703

31 Desember Mencatat pendapatan untuk Tahun Pendapatan Belum Diakui 2.495.603


2016 pertama Pendapatan bunga sewa 2.495.603
11% x(Rp.30.000.000-Rp.7.312.703)
= Rp.2.495.603

1 Januari 2017 Mencatat Penerimaan sewa tahun Kas 7.312.703


kedua Rp.7.312.703 Piutang Pembayaran sewa 7.312.703

31 Desember Mencatat pendapatan untuk Tahun Pendapatan belum diakui 1.965.722


2017 Kedua Pendapatan bunga sewa 1.965.722
11% x(Rp.30.000.000-(Rp.7.312.703-
Rp.2.495.603)+Rp.7.312.703 =
Rp.2.495.603

1 Januari 2018 Mencatat Penerimaan sewa tahun Kas 7.312.703


ketiga Rp.7.312.703 Piutang Pembayaran sewa 7.312.703

31 Desember Mencatat pendapatan untuk Tahun Pendapatan belum diakui 1.377.534

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
2018 Ketiga Pendapatan bunga sewa 1.377.534
11% x(Rp.30.000.000-(Rp.7.312.703-
Rp.1.965.722)+
(Rp.7.312.703+Rp.4.817.100) =
Rp.1.377.534

1 Januari 2019 Mencatat Penerimaan sewa tahun Kas 7.312.703


keempat Rp.7.312.703 Piutang Pembayaran sewa 7.312.703

31 Desember Mencatat pendapatan untuk Tahun Pendapatan belum diakui 729.085


2019 Keempat Pendapatan bunga sewa 729.085
11% x(Rp.30.000.000-(Rp.7.312.703-
Rp.1.377.534)+
(Rp.7.312.703+Rp.4.817.100+5.306.9
81) = Rp.729.085

1 Januari 2020 Mencatat Penerimaan sewa tahun Kas 7.312.703


kelima Rp.7.312.703 Piutang Pembayaran sewa 7.312.703

31 Desember Mencatat pendapatan untuk Tahun Pendapatan belum diakui 0


2020 Keempat Pendapatan bunga sewa 0
11% x(Rp.30.000.000-(Rp.7.312.703-
Rp.729.085)+
(Rp.7.312.703+Rp.4.817.100+5.306.9
81+Rp.5.935.169) = Rp. 4,887
( dianggap Rp. 0)

Tugas Mahasiswa

Pada tanggal 1 Januari 2015, PT. XYZ bermaksud untuk menyewa sebuah alat berat dari PT.DEF.
Adapun masa kontrak adalah 5 tahun dan tidak dapat di batalkan. Penyewa berkewajiban untuk
membayar sewa sebesar Rp. 14.625.406. Kemudian diketahui bahwa harga pasar dari alat berat
tersebut adalah Rp.60.000.000.. Tingkat suku bunga Return on investment sebesar 11%.

Anda sebagai akuntan, diminta untuk menganalisa kasis diatas, dengan membuat perhitungan dan
jurnal dari Yang Menyewakan (Lessor).

Tugas Komprehensif

Pada tanggal 1 Januari 2015, PT. XYZ bermaksud untuk menyewa sebuah alat berat dari PT.DEF.
Adapun masa kontrak adalah 5 tahun dan tidak dapat di batalkan. Penyewa berkewajiban untuk
membayar sewa sebesar Rp. 21.938.109. Kemudian diketahui bahwa harga pasar dari alat berat
tersebut adalah Rp.90.000.000.. Tingkat suku bunga Return on investment sebesar 12%. Penyusutan
menggunakan metode Saldo menurun ( Decline Balance Method ). Anda sebagai akuntan, diminta

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
untuk menganalisa kasis diatas, dengan membuat perhitungan dan jurnal dari bagi penyewa dan
Yang Menyewakan (Lessor).

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Bab 5
Akuntansi Pajak

Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap tambahan kemampuan


ekonomis yang diterima oleh wajib pajak baik yang berasal dari dalam maupun luar
negeri yang dapat dikapai untuk konsumsi atau menambah kekayanaan wajib paja
yang bersangkutan.

Pajak Penghasilan dihitung berdasarkan penghasilan kena pajak perusahaan dan


bukan atas penghasilan kena pajak yang dikenakan kepada penghasilan kena pajak
dari si wajib pajak tersebut.

Di Indonesia perhitungan mengenai pajak penghasilan diatur dalam PSAK No. 46.

Dalam prakteknya, karena SAK dan ketentuan perpajakan memiliki perbedaan,


penentu laba akuntansi dan penghasilan kena pajak atau laba fiskal juga seringkali
berbeda. Perbedaan ini terbagi menjadi dua macam yaitu:

1. Perbedaan Permanen

Disebabkan oleh berbagai provisi dari undang-undang perpajakan yang menentukan


beberapa jenis pendapatan yang dibebaskan dari PPh (PTKP) dan beberapa jenis
beban yang tidak dikurangkan. Perbedaan ini tidak memengaruhi pajak kini maupun
pajak tangguhan (pajak yang ditangguhkan pembayarannya akibat adanya piutang
yang belum ditagih) Jenis perbedaan tetap antara lain:

1. Pengahsilan yang sudah dipotong PPh final


2. Penghasilan bukan Objek Pajak
3. Pengeluaran yang termasuk ke dalam beban yang tidak boleh dikurangkan
4. Pengeluaran yang tidak termasuk dalam beban yang boleh dikurangkan

2. Perbedaan Temporer

Disebabkan adana ketentuan perpajakan. Perbedaan ini memberikan pengaruh di


masa mendatang dalam janga waktu tertentu sehingga pengaruh terhadap laba
akuntansi dan penghasilan kena pajak pada akhirnya menjadi sama. Perbedaan
temporer ini terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Perbedaan Temporer kena pajak, adalah perbedaan yang menimbulkan


suatu jumlah kena pajak dalam penghitunga laba fiskal periode mendatang
pada saat nilai tercatat aset dipulihkan aau nilai tercatat kewajiban tersebut
dilunasi.

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
2. Perbedaan yang boleh dikurangkan, adalah perbedaan temporer yang
menimbulkan suatu jumlah yang boleh dikurangkan dalam perhitungan laba
fiskal (laba yang dicatat oleh bagain pajak) periode mendatang pada saat nilai
tercatat ases dipulihkan atau nilai tercatat kewajiban tersebut dilunasi.

Pada pengalokasian PPh, terdapat dua macam prinsip. Prinsip alokasi PPh tersebut
bagi perusahaan sebagai wajib pajak mencakup dua hal yaitu:

1. Interperiod Tax Allocation, proses alokasi pajak pengahsilan antar periode


tahun buku yang satu dengan periode-periode tahun buku berikutnya atau
sesudahnya.
2. Intraperiod Tax Allocation adalah proses alokasi pajak penghasilan dalam
suatu periode akuntansi karena adanya perbedaan tarif pajak yang dikenakan
terhadap tiap-tiap komponen laba atau pendapatan.

Karena undang-undang di Indonesia tidak mengenal diskriminasi tarif yang


diberlakukan terhadap tiap-tiap komponen laba, maka masalah Intraperiod Tax
Allocation tidak pernah dijumpai. Dalam menghitung alokasi intraperiode, terdapat
tiga metode yang digunakan, yaitu:

1. Metode Pajak Tangguhan (Deferred Method)


2. Liability Method
3. Net of Tax Method

Mengenal dan Memahami Pajak Tangguhan: Konsep, Makna, dan


Implikasi

Secara mendasar ada tiga pertanyaan penting yang harus dapat dijawab oleh Wajib
Pajak untuk dapat memahami Pajak Tangguhan (Deffered Tax). Pertanyaan itu
antara lain: Apa yang dimaksud dengan Pajak Tangguhan? Mengapa harus ada
Pajak Tangguhan? Dan terakhir, apa dampak Pajak Tangguhan terhadap
pemenuhan kewajiban perpajakannya? Pemahaman yang memadai tentang konsep,
makna, dan implikasi mengenai Pajak Tangguhan akan sangat membantu
menjawab ketiga pertanyaan ini. Pajak Tangguhan sendiri dapat dipahami dari sudut
pandang Akuntansi sebagai akun Aset atau Liabilitas. Aset Pajak Tangguhan
merupakan elemen Laporan Neraca sedangkan Liabilitas Pajak Tangguhan
merupakan elemen Laporan Rugi Laba. Dari sudut pandang Perpajakan, Pajak
Tangguhan adalah nilai pajaknya dapat memberi pengaruh menambah atau
mengurangi beban pajak tahun yang bersangkutan. Uraian dibawah ini mencoba
untuk memberikan jawaban atas tiga pertanyaan mendasar diatas.

Apa yang dimaksud dengan Pajak Tangguhan?

Definisi resmi dari istilah Pajak Tangguhan (aset dan liabilitas) dapat ditelusuri pada
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 46 tentang Akuntansi atas Pajak
Penghasilan (PPh) yang merupakan adopsi dari International Accounting Standar

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
(IAS) 12. Aset Pajak Tangguhan, sebagaimana disebutkan didalam definisi nomor
04 PSAK 46 adalah jumlah pajak penghasilan (PPh) yang dapat dipulihkan pada
periode masa depan sebagai akibat adanya: perbedaan temporer yang boleh
dikurangkan; akumulasi rugi pajak belum dikompensasi; dan akumulasi kredit pajak
belum dimanfaatkan, dalam hal peraturan perpajakan mengizinkan. Sementara itu,
Liabilitas Pajak Tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang pada periode
masa depan sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak. Dari definisi ini
yang harus dipahami adalah konsep tentang “pemulihan pada periode
mendatang” untuk Aset Pajak Tangguhan dan “terutang pada periode
mendatang” untuk Liabilitas Pajak Tangguhan. Pemahaman tentang kedua konsep
ini dapat diperoleh dari jawaban atas pertanyaan berikutnya sebagaimana diuraikan
oleh subbahasan selanjutnya.

Mengapa harus ada Pajak Tangguhan?

Dalam menghitung beban pajak yang harus dibayar pada akhir tahun (yang dikenal
dengan istilah beban pajak kini), Wajib Pajak menggunakan pendekatan Akuntansi
Komersial (berdasarkan PSAK) mulai dari pengakuan unsur pendapatan, pengakuan
beban yang dijadikan pengurang, metode peyusutan untuk menentukan beban
penyusutan aset, pengakuan nilai sisa aset dan penerapan jangka waktu untuk
penyusutan, hingga penetapan besaran penyisihan/biaya cadangan. Hasil
penerapan ini tertuang didalam Laporan Keuangan yang oleh Wajib Pajak dijadikan
dasar untuk menghitung beban PPh terutang secara komersial. Namun demikian,
untuk kepentingan pelaporan SPT Tahunan, hasil perhitungan yang sudah
dijabarkan didalam Laporan Keuangan komersial tidak bisa dijadikan dasar
penentuan beban pajak kini. Artinya PPh yang dhitung Wajib Pajak atas dasar laba
komersial tidak bisa langsung ditetapkan sebagai beban pajak kini. Hal ini
dikarenakan untuk dapat digunakan sebagai dasar pelaporan SPT Tahunan,
pendekatan yang digunakan adalah ketentuan perpajakan (berdasarkan UU Nomor
36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan beserta aturan pelaksanaan
dibawahnya). Pendekatan ini kerap kali berbeda dengan ketentuan yang digunakan
dalam pendekatan menurut Akuntansi Komersial. Perbedaan ini ada yang bersifat
mutlak (tetap) ada juga yang sifatnya relatif (sementara).

Perbedaan mutlak ini terjadi misalnya karena perbedaan pengakuan unsur


pendapatan seperti misalnya pada penghasilan yang bersifat final dan telah
dikenakan PPh Final tidak boleh lagi diperhitungkan sebagai unsur pendapatan atau
pengakuan biaya yang boleh dikurangkan, beberapa item biaya mutlak dilarang
dijadikan sebagai pengurang menurut ketentuan perpajakan. Sementara itu laba
yang sifatnya relatif ini dikarenakan perbedaan pengakuan nilai sisa atau penentuan
jangka waktu masa manfaat dalam menghitung beban penyusutan. Perbedaan
semacam ini menyebabkan perbedaan yang sifatnya tidak mutlak selamanya,
melainkan hannya sementara saja karena sifatnya hanya perbedaaan waktu dan
angka tahun pembagi, dan pada titik tertentu akan beban pajak yang ditimbulkan
akan tiba pada besaran nominal yang sama. Laba bersih yang dihasilkan melalui
proses rekonsiliasi fiskal, yakni penghitungan sebagaimana diatur menurut
ketentuan perpajakan, diistilahkan sebagai Penghasilan Kena Pajak. Sehingga pada
titik ini, jelas dapat dibedakan makna dari istilah laba komersial sebelum pajak
(komersial) dengan Penghasilan Kena Pajak (fiskal).
Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II
Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Jika tarif pajak diterapkan pada laba pada Laba Komersial (Laba Akuntansi) dengan
Penghasilan Kena Pajak (Laba Pajak), maka hasilnya besar kemungkinan akan
berbeda. Perbedaan ini yang disebut dengan istilah Pajak Tangguhan. Jika Laba
Akuntansi lebih besar daripada Laba Pajak maka akan terbentuk Kewajiban
Pajak Tangguhan, sebaliknya bila Laba Akuntansi lebih kecil daripada Laba
Pajak maka akan terbentuk Aset Pajak Tangguhan. Singkatnya, Pajak
Tangguhan tidak bisa dihindari dan dapat muncul sebagai akibat adanya dua
pendekatan yang harus dijalani dalam menghitung beban pajak kini. Pajak
Tangguhan dalam bentuk aset/manfaat membuat Wajib Pajak mengetahui bahwa
seharusnya nilai beban pajak yang harus dibayar dapat dipulihkan pada masa
mendatang sedangkan Pajak Tangguhan dalam bentuk kewajiban menimbulkan
adanya beban pajak yang akan terutang pada masa yang akan datang. Ini berkaitan
dengan konsep definisi Pajak Tangguhan sebagaimana dijelaskan pada subbahasan
pertama dalam artikel ini.

Apa dampak Pajak Tangguhan terhadap pemenuhan kewajiban


perpajakannya?

Jawaban atas pertanyaan ini akan menunjukkan contoh nyata dari sejumlah konsep
yang sudah diperkenalkan pada dua subbahasan diatas. Untuk dapat memberikan
jawaban pertanyaan ini maka akan disajikan dalam bentuk contoh soal agar bentuk
nyata mengenai konsep pemulihan atau pembebanan beban pajak pada masa
mendatang dapat tergambar dengan lebih jelas.

Contoh soal I:

PT ABC memperoleh laba sebelum pajak tahun 2015 Rp1.200.000.000,- dengan catatan
koreksi fiskal atas laba tersebut adalah sebagai berikut:
Beda Permanan
1. Pendapatan bunga deposito Rp40.000.000,-
2. Beban jamuan tanpa daftar nominatif Rp30.000.000,-
3. Pendapatan sewa bangunan Rp60.000.000,-
4. Beban bunga pajak Rp20.000.000,-
5. Beban pemberian fasilitas dalam bentuk natura Rp50.000.000,-
6. Pendapatan Jasa Giro Rp50.000.000,-
7. Beban Pajak Penghasilan Rp15.000.000,-

Beda Temporer
1. Penyusutan komersial Rp60.000.000 lebih rendah dari penyusutan fiskal
2. Amortisasi fiskal Rp30.000.000 lebih rendah dari amortisasi komersial
Kredit Pajak yang sudah dibayar selama tahun 2015 adalah sebagai berikut:
1. PPh Pasal 22 Rp20.000.000,-
2. PPh Pasal 23 Rp10.000.000,-
3. PPh Pasal 24 Rp15.000.000,-
4. PPh Pasal 25 Rp45.000.000,-

Pertanyaan:

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
a) Berapa Penghasilan Kena Pajak untuk tahun 2015?

b) Berapa PPh Kurang/ Lebih bayar untuk tahun 2014?

c) Tentukan apakah aset atau kewajiban pajak tangguhan yang timbul? d) Buat
jurnal dan penyajian laba bersih dalam laporan laba rugi PT RUC!

Jawab:

Perhitungan Penghasilan Kena Pajak

Laba sebelum pajak (komersial) Rp1.200.000.000,-

Koreksi Fiskal
Koreksi Beda Tetap Koreksi Fiskal (+)
(–)

Pendapatan bunga deposito Rp40.000.000,- – Rp40.000.000,- (Rp40.000.000,-)

Pendapatan sewa bangunan Rp60.000.000,- – Rp60.000.000,- (Rp60.000.000,-)

Pendapatan Jasa Giro Rp50.000.000,- – Rp50.000.000,- (Rp50.000.000,-)

Laba Sebelum Pajak (Fiskal) Rp1.050.000.000,-

Beban Jamuan tanpa Daftar


Rp30.000.000,- Rp30.000.000,- – Rp30.000.000,-
Nominatif

Beban Bunga Pajak Rp20.000.000,- Rp20.000.000,- – Rp20.000.000,-

Beban pemberian fasilitas


Rp50.000.000,- Rp50.000.000,- – Rp50.000.000,-
dalam bentuk natura

Beban PPh Rp15.000.000,- Rp15.000.000,- – Rp15.000.000,-

Total Koreksi Beda Tetap Pada Beban Rp115.000.000,-

Total Penghasilan Kena Pajak (Setelah Koreksi Beda Tetap) Rp1.165.000.000,-

Koreksi Beda Waktu Koreksi Fiskal (+) Koreksi Fiskal (–)

Penyusutan Komersil < Fiskal (Rp60.000.000,-) (Rp60.000.000,-)

Amortisasi Fiskal < Komersial Rp30.000.000,- Rp30.000.000,-

Total Penghasilan Kena Pajak (Setelah Koreksi Beda Tetap dan Beda Waktu) Rp1.135.000.000,-

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
Dari rekonsiliasi fiskal diatas diketahui bahwa Penghasilan Kena Pajak adalah
Rp1.135.000.000,- atau lebih kecil dari Laba Sebelum Pajak Rp1.200.000.000,-. Sehingga
sesuai dengan ketentuan bila Laba Sebelum Pajak (komersial) lebih besar dari Penghasilan
Kena Pajak (fiskal) akan muncul Kewajiban Pajak Tangguhan sebesar tarif PPh Badan dikali
dengan perbedaan temporer (beda waktu) yang terjadi.

1. Perhitungan PPh Kurang/ Lebih Dibayar (Beban Pajak Kini)

Pajak Penghasilan Terutang 25% x Rp1.135.000.000,- Rp283.750.000,-


PPh Dibayar Dimuka (Kredit Pajak)
PPh Pasal 22 Rp20.000.000,-
PPh Pasal 23 Rp10.000.000,-
PPh Pasal 24 Rp15.000.000,-
PPh Pasal 25 Rp45.000.000,-
Total Kredit Pajak Rp90.000.000,-
PPh Kurang Dibayar (Beban Pajak Kini) Rp193.750.000,-

Perhitungan Kewajiban Pajak Tangguhan

Kewajiban Pajak Tangguhan = Tarif PPh Badan x Jumlah Beda Temporer


= 25% x Rp30.000.000,-
= Rp7.500.000,-
1. Jurnal Pencatatan

Beban Pajak Kini Rp283.750.000,- –


Beban Pajak Tangguhan Rp7.500.000,- –
Kewajiban Pajak Tangguhan – Rp7.500.000,-
PPh Pasal 22 (Kredit Pajak) – Rp20.000.000,-
PPh Pasal 23 (Kredit Pajak) – Rp10.000.000,-
PPh Pasal 24 (Kredit Pajak) – Rp15.000.000,-
PPh Pasal 25 (Kredit Pajak) – Rp45.000.000,-
Kewajiban PPh Pasal 29 – Rp193.750.000,-
Sedangkan penyajian dalam Laporan laba Rugi adalah :

Penyajian Pada Laporan Keuangan (Laporan Laba Rugi)


Laba Sebelum Pajak Rp1.200.000.000,
Beban Pajak Kini (Rp283.750.000,-)
Beban Pajak Tangguhan (Rp7.500.000,-)
Total Laba Bersih Rp908.750.000,-

Sehingga setelah diperhitungkan dengan beban pajak kini (PPh Pasal 29 akhir tahun) dan
beban pajak tangguhan, jumlah laba bersih PT .ABC adalah Rp908.750.000,-.

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
TUGAS MAHASISWA
UNTUK MINGGU PERTAMA ( PERTEMUAN 11)
- Diminta mecari makna :
a. Pajak tangguhan
b. Beda Kini
c. Beda Temporer
d. Koreksi Fiskal Positif
e. Koreksi Fiskal Negatif
f. Contoh beban yang akan masuk koreksi fiskal positif
g. Contoh beban yang akan masuk koreksi fiskal negatif
Sebagai alat bantu anda dapat mencari contoh laporan SPT Tahunan Badan di
Internet atau berbagai literatur lainnya

UNTUK MINGGU KEDUA ( PERTEMUAN 12)


PT ABC memperoleh laba sebelum pajak tahun 2016 Rp 2.400.000.000,- dengan
catatan koreksi fiskal atas laba tersebut adalah sebagai berikut:
Beda Permanan
1. Pendapatan bunga deposito Rp.35.000.000,-
2. Beban jamuan tanpa daftar nominatif Rp.30.000.000,-
3. Pendapatan sewa bangunan Rp.60.000.000,-
4. Beban bunga pajak Rp.25.000.000,-
5. Beban pemberian fasilitas dalam bentuk natura Rp.45.000.000,-
6. Pendapatan Jasa Giro Rp.55.000.000,-
7. Beban Pajak Penghasilan Rp15.000.000,-

Beda Temporer
1. Penyusutan komersial Rp.65.000.000 lebih rendah dari penyusutan fiskal
2. Amortisasi fiskal Rp40.000.000 lebih rendah dari amortisasi komersial
Kredit Pajak yang sudah dibayar selama tahun 2015 adalah sebagai berikut:
1. PPh Pasal 22 Rp25.000.000,-
2. PPh Pasal 23 Rp15.000.000,-
3. PPh Pasal 24 Rp17.500.000,-
4. PPh Pasal 25 Rp40.000.000,-

Pertanyaan:

a) Berapa Penghasilan Kena Pajak untuk tahun 2016?


b) Berapa PPh Kurang/ Lebih bayar untuk tahun 2015?
c) Tentukan apakah aset atau kewajiban pajak tangguhan yang timbul?

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA
d) Buat jurnal dan penyajian laba bersih dalam laporan laba rugi PT.ABC

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah II


Hutang Lancar
Djodi Setiawan,S.E.,M.M.,Ak.,CA

Anda mungkin juga menyukai