PIUTANG USAHA
Dalam kenyataan kegiatan usaha, tidak semua piutang bisa ditagih sehingga menimbulkan
biaya bagi perusahaan. Berdasarkan pengalaman dari waktu ke waktu, entitas dapat
memperkirakan jumlah piutang yang kemungkinan tidak dapat tertagih. Prinsip konservatif dalam
akuntansi mengharuskan entitas mengungkapkan kemungkinan tidak tertagihnya piutang dalam
laporan keuangan.
Standar Akuntansi keuangan mengatur penyajian piutang dalam laporan keuangan dinyatakan
sebesar jumlah bruto tagihan diikuti dengan jumlah taksiran piutang yang tidak dapat ditagih
(nilai realisasi neto).
Sebaliknya jika berdasarkan pengalaman pengalaman jumlah piutang tak tertagih relative
besar dan sering terjadi, entitas menggunakan metode penyisihan.
a. Metode Penghapusan Langsung (Direct Write-off Method)
Penghapusan piutang dilakukan pada saat piutang benar – benar tidak dapat tertagih
(Prinsip realisasi). Pencatatan dilakukan dengan mendebet Beban Piutang Tak Tertagih
dan mengkreditkan akun Piutang.
Contoh: CV Maju Mempunyai tagihan piutang dagang kepada Tn. Agus sebesar Rp.
20.000.000. Setelah dilakukan upaya penagihan piutang tersebut tidak dapat ditagih
juga dan harus dihapus.
Apabila ternyata piutang yang telah dihapus ternyata dilunasi, dibuat ayat jurnal sebagai
berikut:
Tanggal Keterangan Debit Kredit
Kas/Bank 20.000
Ayat jurnal yang dibuat: Tax Center Universitas Gunadarma Halaman 186
Apabila PT X mencadangkan Piutang Tak Tertagih pada akhir tahun 2010 sebesar Rp.
35.000.000 maka PT X mengakui Laba Piutang tak tertagih sebagai berikut:
(1) Daftar piutang yang nyata – nyata tidak dapat ditagih diserahkan kepada Kepala
KPP tempat WP terdaftar bersamaan dengan penyampaian SPT Tahunan PPh tahun
pajak yang bersangkutan (sebagai lampiran), Disertai dengan fotocopy bukti
penyerahan perkara penagihannya ke Pengadilan
Negeri atau Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) atau fotokopi
perjanjian restrukturisasi utang usaha telah dilegalisir oleh Notaris, dan fotokopi
bukti pengumuman dalam penerbitan umum atau khusus.
(2) Daftar piutang memuat data dan informasi mengenai debitur, yaitu: nama, alamat,
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), serta jumlah piutang yang nyata – nyata tidak
dapat ditagih.
Pencatuman NPWP berlaku bagi debitur:
Seluruh debitur WP badan;
Debitur WP OP yang jumlah kredit atau utangnya lebih dari Rp
100.000.000; Tax Center Universitas Gunadarma Halaman 190
(3) Dalam hal jumlah debitur lebih dari 100 (seratus) dan sepanjang nilai piutang yang
nyata – nyata tidak dapat ditagih dari masing – masing debitur tidak lebih dari Rp
5.000.000 (lima juta rupiah), daftar piutang dapat dibuat secara kumulatif dengan
menyajikan data dan informasi debitur yaitu: jumlah debitur kecil dan jumlah total
nilai piutang yang nyata – nyata tidak dapat ditagih.
Investasi dalam sekuritas dapat digolongkan sebagai investasi sementara apabila Sekuritas
tersebut mudah diperdagangkan artinya sekuritas tersebut bisa mudah dipasarkan / bisa dijual
setiap waktu dan Investasi dimaksudkan akan dilakukan (berlangsung) untuk jangka waktu yang
relatif pendek. Maksud dari jangka waktu relatif pendek adalah dilakukan dalam waktu ≤ 1 tahun
atau satu siklus operasi normal perusahaan. Investasi sementara – dilaporkan dalam neraca
sebagi aktiva lancar (current asset).
Tujuan investasi jangka pendek adalah memanfaatkan kas yang sementara menganggur
untuk mendapatkan tambahan aliran kas masuk, wujudnya dapat berupa kepemilikan sementara
dari saham perusahaan, obligasi maupun sertifikat lain seperti: sertifikat deposito, surat hutang
jangka pendek pemerintah dan surat berharga komersial yang dapat diperjualbelikan dengan
segera.
Perlakukan akuntansi untuk untuk investasi sementara atau investasi dalam sekuritas yang
dapat dipasarkan dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu: diukur pada nilai wajar melalui Laporan Laba
Rugi (Trading Investment) dan Tersedia untuk Dijual (Available for Sales Investment).
1. Pengukuran Awal
Pengukuran awal investesi yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba Rugi (Trading
Investment) sebesar harga perolehan. Biaya – biaya transaksi yang dikeluarkan dibebankan
pada periode berjalan. Sementara untuk investasi yang Tersedia untuk Dijual (Availbale for
Sales Investment) pada pengakuan awal diukur sebesar harga perolehan plus biaya transaksi
sehingga harga perolehan yang diakui sebesar jumlah aset yang dikeluarkan sampai surat
berharga sah menjadi milik perusahaan, yang umumnya meliputi:
a) Harga beli
b) Ongkos makelar
c) Pajak-pajak
d) Biaya provisi dan materai
Harga Perolehan Obligasi adalah harga kurs ditambah biaya komisi perantara (broker) dan
biaya lainnya yang berhubung dengan pembelian Obligasi tersebut.
2. Pengukuran setelah Pengakuan Awal
Baik efek diperdagangkan maupun efek tersedia untuk dijual pada tanggal neraca disajikan
sebesar harga pasarnya. Perubahan dalam nilai pasar akan diakui sebagai keuntungan dan
kerugian dalam periode berjalan untuk investasi yang diukur pada nilai wajar melalui laporan
laba rugi (Trading Investment). Sementara untuk investasi yang Tersedia untuk Dijual
(Available for Sales Investment), setiap perubahan dalam nilai pasar akan diakui di ekuitas
sebagai penghasilan comprehensif lainnya (other comprehensif income /OCI).
3. Investasi Sementara dalam Ketentuan Pajak
Sesuai dengan pasal 10 ayat (1) UU PPh, harga perolehan atau harga penjualan dalam hal
terjadi jual beli HARTA yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 ayat (4) adalah jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan atau diterima,
sedangkan apabila terdapat hubungan istimewa adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan
atau diterima.
Dengan demikian, pada pengakuan awal investasi baik yang diukur pada nilai wajar melalui
Laporan Laba Rugi (Trading Investment) maupun investasi yang tersedia untuk Dijual (Available
for Sales Investment) yang akan diukur sebesar harga perolehannya. Pada umumnya dalam hal
jual beli investasi, harga perolehan investasi bagi pihak pembeli adalah harga yang sesungguhnya
dibayar dan harga penjualan bagi pihak penjual adalah harga yang sesungguhnya diterima.
Termasuk dalam harga perolehan adalah harga beli dan biaya yang dikeluarkan dalam rangka
memperoleh investasi tersebut, sampai surat berharga sah menjadi milik perusahaan, yang
umumnya meliputi: harga beli, Ongkos makelar, pajak – pajak, biaya provisi dan materai.
Pada tanggal neraca, sesuai dengan penjelasan pasal 10 ayat (6) UU PPh, investasi dalam
sekuritas seperti halnya persediaan dinilai sebesar harga perolehannya, tidak ada
keuntungan atau kerugian yang diakui secara fiskal ketika terjadi perubahan harga pasarnya.
Pada prinsipnya apabila terjadi pengalihan investasi, penilaian investasi yang dialihkan
dilakukan berdasarkan harga pasar. Selisih antara harga pasar dengan harga perolehan investasi
yang dialihkan merupakan penghasilan yang dikenakan pajak sesuai dengan pasal 4 ayat (1)
Huruf d UU PPh atau kerugian yang merupakan
pengurang penghasilan bruto sesuai dengan pasal 6 ayat (1) huruf d UU PPh kecuali transaksi atas
investasi pada efek ekuitas/saham terjadi di bursa maka terutang PPh final dengan tarif 0,1% dari
nilai transaksi sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1997.