Anda di halaman 1dari 10

AKUNTANSI PAJAK

PIUTANG USAHA

Dalam kenyataan kegiatan usaha, tidak semua piutang bisa ditagih sehingga menimbulkan
biaya bagi perusahaan. Berdasarkan pengalaman dari waktu ke waktu, entitas dapat
memperkirakan jumlah piutang yang kemungkinan tidak dapat tertagih. Prinsip konservatif dalam
akuntansi mengharuskan entitas mengungkapkan kemungkinan tidak tertagihnya piutang dalam
laporan keuangan.
Standar Akuntansi keuangan mengatur penyajian piutang dalam laporan keuangan dinyatakan
sebesar jumlah bruto tagihan diikuti dengan jumlah taksiran piutang yang tidak dapat ditagih
(nilai realisasi neto).

1. Metode Penghapusan Piutang Menurut Akuntansi Komersial


Terdapat dua metode penghapusan piutang dalam akuntansi komersial yaitu:
a. Metode Penghapusan Langsung (Direct Write-off Method)
b. Metode Penyisihan (Allowance Method)

Metode penghapusan langsung digunakan apabila kemungkinan tidak tertagihnya piutang


relatif kecil (imaterial) dan jarang terjadi.

Sebaliknya jika berdasarkan pengalaman pengalaman jumlah piutang tak tertagih relative
besar dan sering terjadi, entitas menggunakan metode penyisihan.
a. Metode Penghapusan Langsung (Direct Write-off Method)
Penghapusan piutang dilakukan pada saat piutang benar – benar tidak dapat tertagih
(Prinsip realisasi). Pencatatan dilakukan dengan mendebet Beban Piutang Tak Tertagih
dan mengkreditkan akun Piutang.
Contoh: CV Maju Mempunyai tagihan piutang dagang kepada Tn. Agus sebesar Rp.
20.000.000. Setelah dilakukan upaya penagihan piutang tersebut tidak dapat ditagih
juga dan harus dihapus.

Tax Center Universitas Gunadarma


Ayat jurnal yang dibuat CV Maju Jaya:
Tanggal Keterangan Debit Kredit

Beban Piutang Tak tertagih 20.000


Piutang Usaha 20.000

(Mencatat penghapusan piutang tak tertagih)

Apabila ternyata piutang yang telah dihapus ternyata dilunasi, dibuat ayat jurnal sebagai
berikut:
Tanggal Keterangan Debit Kredit

Piutang Usaha 20.000

Beban Piutang Tak Tertagih 20.000

(Penyesuaian untuk menimblkan kembali saldo piutang)

Tanggal Keterangan Debit Kredit

Kas/Bank 20.000

Piutang Usaha 20.000

(Mencatat pelunasan piutang)

b. Metode Penyisihan (Allowance Method)


Dengan metode ini penghapusan piutang tidak dilakukan secara langsung melainkan
dengan membentuk penyisihan / penyisihan piutang tak tertagih. Pembentukan
dilakukan pada akhir periode akuntansi dengan membuat estimasi jumlah piutang yang
kemungkinan tidak dapat ditagih pada periode berikutnya.

2. Pencatatan Akuntansi Metode Penyisihan


a. Pembentukan pertama kali penyisihan piutang tidak tertagih
31 – 12 – 2009, PT X untuk pertama kalinya membentuk Penyisihan piutang tidak
tertagih. Penyisihan yang terbentuk berdasarkan umur piutang sebesar Rp 45.000.000

Ayat jurnal yang dibuat:


Tanggal Keterangan Debit Kredit

31 – 12 - 2009 Beban Piutang Tak Tertagih 45.000

Penyisihan Piutang Tak Tertagih 45.000


(Pembentukan pertama kali penyisihan piutang tidak tertagih)

Beban piutang tidak tertagih untuk tahun 2009 sebesar Rp 45.000.000


b. Penghapusan Piutang
01 – 04 – 2010, diketahui PT A, salah satu debitur PT X bangkrut dan tidak dapat
melunasi utangnya sebesar Rp 10.000.000. PT X menghapus (write-off) piutang PT A.

Ayat jurnal yang dibuat: Tax Center Universitas Gunadarma Halaman 186

Tanggal Keterangan Debit Kredit

01 – 04 – 2010 Penyisihan Piutang Tak Tertagih 10.000

Piutang Usaha 10.000

(Penghapusan piutang usaha)

c. Pelunasan piutang yang telah dihapus bukukan


01 – 06 – 2010, PT B, debitur PT X yang telah dihapus utangnya, ternyata membayar
utangnya sebesar Rp 5.000.000

Ayat jurnal yang dibuat PT X.


Tanggal Keterangan Debit Kredit

01 – 06 – 2010 Piutang Usaha 5.000

Penyisihan Piutang Tak Tertagih 5.000

(Penyesuaian untuk menimbulkan kembali saldo piutang usaha)

Tanggal Keterangan Debit Kredit

01 – 06 – 2010 Kas / Bank 5.000

Piutang Usaha 5.000

(Mencatat pelunasan piutang usaha)


Pembentukan kembali penyisihan piutang tidak tertagih.
Setelah mutasi selama tahun 2010, akun Penyisihan Piutang Tidak Tertagih per 31 – 12 –
2010 bersaldo kredit Rp 40.000.000. PT X, pada akhir tahun 2010 membentuk lagi
penyisihan piutang tak tertagih berdasarkan umur dari saldo piutang per 31 – 12 – 2010,
misalkan diperoleh perhitungan sebesar Rp 50.000.000, maka penyesuaian yang harus
dibuat pada 31 Desember 2010 adalah sebagai berikut:

 Penyisihan Piutang Tak Tertagih 31/12/2011 = Rp. 50.000.000


 Saldo Penyisihan Piutang Tak tertagih 31/12/2010 = Rp. 40.000.000
Beban Piutang Tidak Tertagih Tahun 2011 = Rp. 10.000.000

Ayat Jurnal yang dibuat:


Tanggal Keterangan Debit Kredit

31-12-2009 Beban Piutang tak tertagih 10.000

Penyisihan Piutang tak Tertagih 10.000

(Pembentukan kembali penyisihan piutang tidak tertagih)

Apabila PT X mencadangkan Piutang Tak Tertagih pada akhir tahun 2010 sebesar Rp.
35.000.000 maka PT X mengakui Laba Piutang tak tertagih sebagai berikut:

 Penyisihan yang Dibentuk per 31/12/2010 = Rp. 50.000.000


 Saldo Penyisihan Piutang Tak Tertagih per 31/12/2010 = Rp. 40.000.000
Laba piutang Tidak Tertagih Tahun 2010 = Rp. 5.000.000
Ayat jurnal yang dibuat:
Tanggal Keterangan Debit Kredit

31 – 12 – 2010 Penyisihan Piutang Tak Tertagih 10.000

Laba Piutang Tak Tertagih 10.000

(Penghapusan penyisihan piutang tak tertagih)

3. Penghapusan Piutang menurut Ketentuan Pajak


Pasal 6 ayat (1) huruf h UU No.36 Tahun 2008 mengatur, beban piutang tidak tertagih yang
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah piutang yang nyata – nyata tidak dapat
ditagih, dengan syarat:
1) Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial.
2) Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada
Direktorat Jenderal Pajak dan
3) Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi
pemerintah yang menangani; atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan
piutang / pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; atau telah
dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur
bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu;
4) Syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak
tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) huruf k; yang
pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan berdasarkan menteri keuangan.
Piutang yang nyata – nyata tidak dapat ditagih dapat dibebankan sebagai biaya sepanjang
Wajib Pajak telah mengakuinya sebagai biaya dalam laporan laba – rugi komersial dan telah
melakukan upaya – upaya penagihan yan maksimal atau terakhir.
Yang dimaksud usaha maksimal atau terakhir apabila merujuk pada Ps.6 ayat (1) huruf h UU
PPh dan Keputusan Dirjen Pajak No.KEP-238/PJ-2001 adalah sebagai berikut:
1) Menyerahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah
yang menangani piutang negara.
Penyerahan perkara penagihan piutang yang memenuhi persyaratan atau kriteria sebagai
piutang negara berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku dapat
dilakukan kepada Pengadilan Negeri atau kepada Badan Urusan Piutang dan Lelang
Negara (BUPLN), sedangkan penyerahan perkara penagihan piutang selain piutang
negara hanya dapat dilakukan pada Pengadilan Negeri. Atau;
2) Membuat perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara
kreditur dan debitur yang bersangkutan.
Perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang atau pembebasan utang (perjanjian
restrukturisasi utang usaha) antara kreditur dan debitur harus memuat secara jelas data
dan informasi mengenai kreditur, debitur, pihak ketiga terkait, pinjaman dan bentuk
perjanjian restrukturisasi yang dilakukan, serta harus disahkan oleh Notaris. Atau;
3) Dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus.
Yang dimaksud dengan penerbitan umum atau khusus adalah:
a) Penerbitan koran/majalah atau media massa cetak yang lazim lainnya yang
berskala nasional; atau
b) Penerbitan khusus Himpunan Bank-Bank Milik Negara (HIMBARA)/Persatuan
Bank-Bank Swasta Nasional (PERBANAS);atau
c) Penerbitan/pengumuman khusus Bank Indonesia
d) Dalam memori penjelasan UU PPh No.36 Tahun 2008 ditambahkan dimaksud
dengan penerbitan tidak hanya berarti penerbitan berskala nasional, Namun dapat
juga penerbitan internal asosiasi dan sejenisnya.
Atau ;
4) Adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang
tertentu.
Pengakuan dari debitur ini merupakan ketentuan baru dalam UU No.36 Tahun 2008
bentuk dan cara pengakuan debitur ini belum ada penganturan lebih lanjut. Agar piutang
tidak tertagih dapat dibiayakan WP harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat
ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak, Prosedur penyerahan daftar piutang yang tidak
dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak Kep Dirjen Pajak No.KEP-238/PJ/2001
adalah sebagai berikut:

(1) Daftar piutang yang nyata – nyata tidak dapat ditagih diserahkan kepada Kepala
KPP tempat WP terdaftar bersamaan dengan penyampaian SPT Tahunan PPh tahun
pajak yang bersangkutan (sebagai lampiran), Disertai dengan fotocopy bukti
penyerahan perkara penagihannya ke Pengadilan

Negeri atau Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) atau fotokopi
perjanjian restrukturisasi utang usaha telah dilegalisir oleh Notaris, dan fotokopi
bukti pengumuman dalam penerbitan umum atau khusus.
(2) Daftar piutang memuat data dan informasi mengenai debitur, yaitu: nama, alamat,
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), serta jumlah piutang yang nyata – nyata tidak
dapat ditagih.
Pencatuman NPWP berlaku bagi debitur:
 Seluruh debitur WP badan;
 Debitur WP OP yang jumlah kredit atau utangnya lebih dari Rp
100.000.000; Tax Center Universitas Gunadarma Halaman 190

 Debitur WP OP yang jumlah kredit atau utangnya tidak lebih dari Rp


100.000.000 sepanjang telah memiliki NPWP

(3) Dalam hal jumlah debitur lebih dari 100 (seratus) dan sepanjang nilai piutang yang
nyata – nyata tidak dapat ditagih dari masing – masing debitur tidak lebih dari Rp
5.000.000 (lima juta rupiah), daftar piutang dapat dibuat secara kumulatif dengan
menyajikan data dan informasi debitur yaitu: jumlah debitur kecil dan jumlah total
nilai piutang yang nyata – nyata tidak dapat ditagih.

UU PPh jelas menegaskan bahwa pembebanan penghapusan piutang tidak tertagih


menganut prinsip realisasi dengan menggunakan Metode Penghapusan langsung (Direct
Write-off Method) sepanjang memenuhi syarat-syarat di atas. Metode Penyisihan tidak
diperkenankan oleh peraturan perpajakan, kecuali cadangan piutang tak tertagih untuk
usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan
hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang sehingga
apabila WP menggunakan metode Penyisihan maka harus melakukan koreksi dan
melakukan pembebanan dengan menggunakan metode langsung atas piutang yang tidak
dapat ditagih yang telah memenuhi syarat yang ditentukan peraturan perpajakan.
AKUNTANSI PAJAK INVESTASI SEMENTARA
Suatu perusahaan mungkin mempunyai kelebihan kas yang tidak diperlukakn untuk sementara
waktu. Untuk itu perusahaan dapat menginvestasikan dana idle yang dimiliki ke dalam investasi
yang bisa segera dijual atau dijadikan kas. Cara inilah yang disebut sebagai investasi sementara
atau investasi dalam sekuritas yang dapat dipasarkan (temporary investments or marketable
securities).
Menurut tujuannya, Investasi dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1) Investasi sementara (short-term investment)
2) Investasi jangka panjang (long-term investment)

Investasi dalam sekuritas dapat digolongkan sebagai investasi sementara apabila Sekuritas
tersebut mudah diperdagangkan artinya sekuritas tersebut bisa mudah dipasarkan / bisa dijual
setiap waktu dan Investasi dimaksudkan akan dilakukan (berlangsung) untuk jangka waktu yang
relatif pendek. Maksud dari jangka waktu relatif pendek adalah dilakukan dalam waktu ≤ 1 tahun
atau satu siklus operasi normal perusahaan. Investasi sementara – dilaporkan dalam neraca
sebagi aktiva lancar (current asset).

Tujuan investasi jangka pendek adalah memanfaatkan kas yang sementara menganggur
untuk mendapatkan tambahan aliran kas masuk, wujudnya dapat berupa kepemilikan sementara
dari saham perusahaan, obligasi maupun sertifikat lain seperti: sertifikat deposito, surat hutang
jangka pendek pemerintah dan surat berharga komersial yang dapat diperjualbelikan dengan
segera.

Perlakukan akuntansi untuk untuk investasi sementara atau investasi dalam sekuritas yang
dapat dipasarkan dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu: diukur pada nilai wajar melalui Laporan Laba
Rugi (Trading Investment) dan Tersedia untuk Dijual (Available for Sales Investment).
1. Pengukuran Awal
Pengukuran awal investesi yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba Rugi (Trading
Investment) sebesar harga perolehan. Biaya – biaya transaksi yang dikeluarkan dibebankan
pada periode berjalan. Sementara untuk investasi yang Tersedia untuk Dijual (Availbale for
Sales Investment) pada pengakuan awal diukur sebesar harga perolehan plus biaya transaksi
sehingga harga perolehan yang diakui sebesar jumlah aset yang dikeluarkan sampai surat
berharga sah menjadi milik perusahaan, yang umumnya meliputi:
a) Harga beli
b) Ongkos makelar
c) Pajak-pajak
d) Biaya provisi dan materai

Harga Perolehan Obligasi adalah harga kurs ditambah biaya komisi perantara (broker) dan
biaya lainnya yang berhubung dengan pembelian Obligasi tersebut.
2. Pengukuran setelah Pengakuan Awal
Baik efek diperdagangkan maupun efek tersedia untuk dijual pada tanggal neraca disajikan
sebesar harga pasarnya. Perubahan dalam nilai pasar akan diakui sebagai keuntungan dan
kerugian dalam periode berjalan untuk investasi yang diukur pada nilai wajar melalui laporan
laba rugi (Trading Investment). Sementara untuk investasi yang Tersedia untuk Dijual
(Available for Sales Investment), setiap perubahan dalam nilai pasar akan diakui di ekuitas
sebagai penghasilan comprehensif lainnya (other comprehensif income /OCI).
3. Investasi Sementara dalam Ketentuan Pajak
Sesuai dengan pasal 10 ayat (1) UU PPh, harga perolehan atau harga penjualan dalam hal
terjadi jual beli HARTA yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 ayat (4) adalah jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan atau diterima,
sedangkan apabila terdapat hubungan istimewa adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan
atau diterima.
Dengan demikian, pada pengakuan awal investasi baik yang diukur pada nilai wajar melalui
Laporan Laba Rugi (Trading Investment) maupun investasi yang tersedia untuk Dijual (Available
for Sales Investment) yang akan diukur sebesar harga perolehannya. Pada umumnya dalam hal
jual beli investasi, harga perolehan investasi bagi pihak pembeli adalah harga yang sesungguhnya
dibayar dan harga penjualan bagi pihak penjual adalah harga yang sesungguhnya diterima.
Termasuk dalam harga perolehan adalah harga beli dan biaya yang dikeluarkan dalam rangka
memperoleh investasi tersebut, sampai surat berharga sah menjadi milik perusahaan, yang
umumnya meliputi: harga beli, Ongkos makelar, pajak – pajak, biaya provisi dan materai.
Pada tanggal neraca, sesuai dengan penjelasan pasal 10 ayat (6) UU PPh, investasi dalam
sekuritas seperti halnya persediaan dinilai sebesar harga perolehannya, tidak ada
keuntungan atau kerugian yang diakui secara fiskal ketika terjadi perubahan harga pasarnya.
Pada prinsipnya apabila terjadi pengalihan investasi, penilaian investasi yang dialihkan
dilakukan berdasarkan harga pasar. Selisih antara harga pasar dengan harga perolehan investasi
yang dialihkan merupakan penghasilan yang dikenakan pajak sesuai dengan pasal 4 ayat (1)
Huruf d UU PPh atau kerugian yang merupakan
pengurang penghasilan bruto sesuai dengan pasal 6 ayat (1) huruf d UU PPh kecuali transaksi atas
investasi pada efek ekuitas/saham terjadi di bursa maka terutang PPh final dengan tarif 0,1% dari
nilai transaksi sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1997.

Anda mungkin juga menyukai