Anda di halaman 1dari 36

AKUNTANSI MENENGAH II

LIABILITAS JANGKA PENDEK, PROVISI DAN KONTINJENSI

DISUSUN OLEH :

IRZA FIYAN ANGGARA (18013010151)

ALVIAN ANANTA PRAMADYA (18013010182)

AKH RIZAL FAHRUDIN (1413010186)

NAUFALDO RIZKI TANAMA (18013010192)


SULTHAN DAIFULLAH (18013010202)
FAVIAN RIZQULLAH (18013010210)

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

SURABAYA

2020
PERANAN DAN DEFENISI

Peranan Liabilitas
Entitas memberikan manfaat untuk mendanai kegiatan perusahaan.Entitas menggunakan
prinsip matching dalam memutuskan penggunaan liabilitas.Prinsip matching mengharuskan
entitas memadankan antara bentuk investasi dan jenis pendanaan yang digunakan.Konsep
matching ini juga terkait dengan konsep periode pengembalian investasi (payback
period).Penggunaan dana untuk pendanaan tambahan produksi diperlukan untuk jangka
pendek,saat liabilitas jatuh tempo entias telah memperoleh hasil penjualan sehingga dapat
mengembalikan liabilitas.

Defenisi
Liabilitas menurut kerangka dasar pengukuran dan pengungkapan laporan keuangan
(KDP2LK) adalah utang entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,penyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat
ekonomi.
PSAK 1 (Revisi 2009) mengharuskan entitas menyajikan liabilitas jangka pendek terpisah dari
liabilitas jangka panjang.Pemisahan jangka pendek dan jangka panjang menggunakan jangka
waktu 12 bulan atau satu siklus operasi perusahaan.

PSAK 1 ( Revisi 2009) menjelaskan klasifikasi liabilitas jangka pendek jika memenuhi kriteria:
· Entitas mengharapkan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus operasi normalnya.
· Entitas memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan.
· Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah periode
pelaporan.
· Entitas memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas selama sekurang-
kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.

PSAK 1 (Revisi 2009) juga menjelaskan item-item minimum dari liabilitas jangka pendek yang
harus disajikan dalam laporan posisi keuangan.Item minimum yang diharuskan untuk liabilitas
jangka pendek tersebut adalah ;
· Utang dagang dan terutang lainnya.
· Provisi.
· Liablitas keuangan jangka pendek (tidak termasuk jumlah yang disajikan dalam provisi)
· Liabilitas dan aset pajak kini,sebagaimana didefenisikan dalam PSAK 46 ( Revisi 2013) Akuntansi
Pajak Penghasilan.
· Liabilitas dan aset pajak tangguhan,sebagaimana didefenisikan dalam PSAK 46 (Revisi 2013).
· Liabilitas yang termasuk dalam kelompok yang dilepaskan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki
untuk dijual dalam PSAK 58 (Revisi 2010) Aset Lancar yang Tersedia untuk Dijual dan Operasi
yang Dihentikan.
Pengakuan,pengukuran,penyajian,dan pengungkapan liabilitas jangka pendek dan jangka
panjang diatur dalam PSAK Instrumen Keuangan yaitu PSAK 50 (Revisi 2013) Penyajian
Instrumen Keuangan, PSAK 55 (Revisi 2013) Pengakuan dan Pengukuran Instrumen Keuangan,
dan PSAK 60 (Revisi 2013) Pengungkapan Instrumen Keuangan.Untuk liabilitas diestimasi atau
sekarang dikenal dengan istilah PSAK 57 (Revisi 2009) Provisi,Liabilitas Kontijensi,dan Aset
Kontinjensi.

JENIS DAN KLASIFIKASI.

Klasifikasi
Liabilitas diklasifikasikan liabilitas yang nilainya tidak pasti dan di estimasi berdasarkan
informasi yang tersedia (PSAK 57 (Revisi 2009) Provisi)).

Jenis Liabilitas
Jenis Liabilitas Penjelasan
Utang dagang (account receivable/trade Utang yang timbul ketika entitas melakukan
receivable). pembelian secara tunai.
Utang bank jangka pendek. Utang yang diperoleh dari bank dengan jangka
waktu 1 tahun atau kurang.
Kontrak yang menyatakan bahwa 1 pihak akan
Wesel bayar. melakukan pembayaran sejumlah tertentu
kepada pihak lain di masa mendatang.

Utang pajak. Pihak yang belum dibayarkan ke kas negara.

Utang dividen. Dividen yang telah diumumkan namun belum


dibayarkan.
Beban yang telah terjadi namun sampai tanggal
Beban yang masih harus dibayar. pelaporan belum dibayarkan.
Pendapatan diterima di muka. Pendapatan yang telah diterima secara tunai
namun pendapatannya belum diperoleh.

Utang terkait gaji karyawan. Beban gaji yang telah terjadi namun belum
dibayarkan.
Uang yang dibayarkan pelanggan sebagai deposit
Uang muka pelanggan (deposit). dan akan diberikan kembali kepada pelanggan
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

UTANG BERBUNGA DALAM JANGKA PENDEK.


Utang Bank
Utang bank akan diakui nilai kontraknya dikurangi dengan provisi biaya transaksi dari
penarikan uang tersebut.Utang bank jangka pendek adalah utang suatu entitas kepada bank
dengan jangka waktu 1 tahun atau kurang.Misalnya : entitas untuk menghadapi penjualan di
tahun ajaran baru memerlukan tambahan persediaan,untuk itu diperlukan tambahan modal
kerja selama 3-5 bulan.
Contoh Perhitungannya 11.1 Utang Bank Jangka Pendek.
PT BUMI pada tanggal 1 September 2015 menarik utang dari Bank NISP sebesar Rp.750.000.000
dengan bunga 16% untuk jangka waktu 180 hari.Buatlah Jurnal atas transaksi di atas!
Jawab:
-Menentukan Jurnal yang dibuat pada saat menerima utang 1 September 2015.
1/9- Cash Rp 750.000.000 -
2015 Bank Paybale - Rp 750.000.000

-Menentukan Tanggal Jatuh Tempo.


September 30-1 = 29
Oktober = 31
November = 30
Desember = 31
Januari = 31
Februari = 28
Total = 180 hari
Maka, Jatuh tempo pada tanggal 28 Februari 2016.

Menentukan Jurnal Penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2015 atas bunga yang terutang
dan belum dibayarkan.
Bunga= Rp 750.000.000 * 16% * 120/360 = Rp 40.000.000
31/12-2015 Interset Expense Rp 40.000.000 -
Interset Payable - Rp 40.000.000

-Menentukan Jurnal pada saat jatuh tempo pada tanggal 28 Februari 2016.
Beban bunga = Rp 750.000.000 * 16%*60/360 =Rp 20.000.000
28/2/2016 Interset Expense Rp 20.000.000 -
Interset Payable Rp 40.000.000 -
Bank Payable Rp 750.000.000 -
Cash - Rp 810.000.000

Utang bank ada juga yang mensyaratkan pembayaran bunga pada saat kredit ditarik.Pokok
utang entitas adalah jumlah utang dalam kontrak dikurangi dengan bunga yang
dipotong/dibayarkan di depan mengurangi utang.Entitas harus mengukur tingkat bunga efektif
atas utang ini.Tingkat bunga efektif diukur dengan menghitung tingkat bunga (diskonto) yang
akan menyamakan utang dalam kontrak dikurangi bunga dengan present value dari nilai pada
tanggal jatuh tempo.
Contoh Perhitungannya 11.2 Utang Bank Jangka Pendek : Bunga Dibayar di Depan (Zero
Coupon).
PT Lawu pada tanggal 2 Oktober 2015 menarik utang jangka waktu 6 bulan dari Bank Mega
sebesar Rp 400.000.000 dengan bunga 15% per tahun dari pokok yang dipotong pada
awal.Pada saat jatuh tempo PT Lawu membayar sebesar Rp 400.000.000.Buatlah Jurnal yang
diperlukan!

Jawab:
-Menentukan jumlah kas yang diterima.
Kas yang diterima = Rp 400.000.000-(Rp 400.000.000*15%*6/12) = Rp 370.000.000
-Menentukan jurnal yang dibuat pada saat menerima utang 2 Oktober 2015
2/10-2015 Cash Rp 370.000.000 -
Bank Payable Discount Rp 30.000.000 -
Bank Payable - Rp 400.000.000

Bunga dibayarkan sekali di akhir sehingga perhitungan bunga efektif dengan membagi bunga
dengan pokok utang.
Bunga = Rp 30.000.000/Rp 370.000.000 =8.11% untuk 6 bulan atau 16.22% setahun.
->Menentukan jurnal penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2015 untuk pengakuan bunga
yang dihitung dengan bunga efektif.
31/12-2015 Interest Expense Rp 15.000.000
Bank Payable Discount Rp 15.000.000
Bunga dihitung dengan bunga efektif = 16.22%*3/12*Rp 370.000.000= Rp 15.000.000
(pembulatan)
-Menentukan Jurnal saat utang jatuh tempo pada tanggal 20 Maret 2016.
30/3-2016 Interest Expense Rp 15.000.000
Bank Payable Rp 400.000.000
Bank Payable Discount Rp 15.000.000
Cash Rp 400.000.000

Praktik yang sering terjadi adalah charges atau biaya administrasi dibebankan sebagai
pengurang utang yang diterima atau sering disebut sebagai provisi.Kapitalisasi provisi dan biaya
administrasi yang ditanggung oleh bank juga berlaku pada SAK ETAP.Provisi dan biaya transaksi
tersebut akan diamortisasi dengan metode garis lurus selama jangka waktu kredit dan akan
diakui menambah beban bunga.
Contoh perhitungannya 11.3 Utang Bank Jangka Pendek dengan Provisi.
PT SEJAHTERA pada tanggal 1 Agustus 2015 menarik utang dari Bank Mandiri sebesar Rp
650.000.000.Bunga 13.5 % per tahun yang akan dilunasi,1 Maret 2016.Biaya adm 1.2%,maka
buatlah jurnal yang diperlukan untuk transaksi di atas!
Jawab :
-Menentukan Jumlah Kas yang diterima.
Kas yang diterima oleh PT SEJAHTERA= Rp 650.000.000-Rp 7.800.000
= Rp 642.200.000
-Menentukan jurnal pada saat menerima utang pada tanggal 1 Agustus 2015.
Bunga = Rp 650.000.000*13.5%*7/12 = Rp 51.187.500
Bunga efektif = Rp 58.987.500/Rp 642.200.000 *12/7 =15.75%
1/8/2015 Cash Rp 642.200.000 -
Bank Payable Discount Rp 7.800.000 -
Bank Payable - Rp 650.000.000

Menentukan jurnal pada tanggal 31 Desember 2015.


Beban efektif untuk tanggal 31 Desember 2015 = 15.75%*5/12*Rp 642.200.000 =Rp
42.144.375
Bunga untuk penyesuaian =Rp 650.000.000*13.5%*5/12 =Rp 36.562.500
31-12/2015 Interest Expense Rp 42.144.375 -
Interest Payable - Rp 36.562.500
Bank Payable Discount - Rp 5.581875

Menentukan jurnal saat jatuh tempo 30 Januari 2016.


30/1-2016 Interest Expense Rp 7.800.000 -
Interset Payable Rp 36.562.500 -
Bank Payable Rp 650.000.000 -
Premi Bank Payable Rp 6.825.000 -
Discount
Cash - Rp 701.187.500

Utang bank jangka pendek dalam bentuk line of credit merupakan plafon kredit modal kerja
yang dapat ditarik oleh entitas sesuai dengan kebutuhan dan dikembalikan jika entitas telah
memiliki dana untuk membayarnya.Bunga dan utang diperhitungkan dari utang telah ditarik
bukan jumlah plafon kredit yang diberikan.
Contoh perhitungannya Line of Credit atau Standby Loan.
PT Kelud pada tanggal 1 Desember 2015 mendapatkan fasilitas line of credit dari Bank Arta
sebesar 1 milliar selama jangka waktu 5 tahun.Kredit tersebut dapat ditarik sesuai kebutuhan
entitas.Bunga sebesar 12 % per tahun dikenakan atas kredit yang ditarik.untuk setiap penarikan
bank mengenakan biaya transaksi sebesar 2 % dari dana yang ditarik.Bank hanya mengenakan
atas tarikan utang yang belum dilunasi sampai dengan akhir pelaporan bulan.Jika penarikan
telah dilunasi pada bulan yang sama,maka tidak akan dikenakan bunga.Bunga akan dhitung dari
tanggal penarikan atau saldo utang terakhir sampai dengan tanggal jatuh tempo
pelaporan.Setiap bulan akan disampaikan laporan penggunaan line of credit ,yang
memperlihatkan saldo akhir utang,mutasi kredit,termasuk jumlah bunga,dan biaya(charges)
yang dikenakan.
Contoh perhitungannya 11.2 Pemakaian Line of Credit.
02-Des Penarikan 300.000.000 300.000.000
02-Des Biaya penarikan 6.000.000 306.000.000
16-Des Penarikan 400.000.000 706.000.000
16-Des Biaya penarikan 8.000.000 714.000.000
30-Des Pembayaran 300.000.000 414.000.000
31-Des Bunga 2.069.260 416.069.260
Jurnal yang akan dibuat.
2/12-2015 Cash Rp 300.000.000 -
Interest Expense Rp 6.000.000 -
Bank Payable - Rp 306.000.000

16/12/2015 Cash Rp 400.000.000 -


Interest Expense Rp 8.000.000 -
Bank Payable - Rp 408.000.000

30/12-2015 Bank Payable Rp 300.000.000 -


Cash - Rp 300.000.000

31/12-2015 Interest Expense Rp 2.069.260 -


Bank Payable - Rp 2.069.260

Dalam praktik di beberapa entitas,ketentuan kapitalisasi biaya transaksi,perhitungan kembali


bunga dengan meggunakan tingkat bunga efektif untuk liabilitas jangka pendek sering
diabaikan.Hal ini karena menganggap beban tersebut relatif kecil sehingga tidak materil
nilainya,sehingga informasi tersebut tidak relevan bagi pengambil keputusan.
Namun untuk liabilitas jangka pendek dengan jumlah material dan dampak bunga
material,perlu dipertimbangkan untuk memperhitungkan kapitalisasi biaya transaksi.PSAK 55
(Revisi 2013) secara spesifik mengharuskan entitas untuk melakukan pencatatan biaya transaksi
secara spesifik ke masing-masing pokok utangnya.
Wesel Bayar
Wesel bayar atau sering disebut sebagai notes atau promissory notes.Wesel bayar
merupakan janji dari pihak penarik wesel untuk membayarkan sejumlah nilai tertentu di masa
mendatang.Wesel bayar biasanya berbunga,jika tidak berbunga maka wesel akan dijual dengan
diskon.Nilai diskon mencerminkan bunga dibayar di muka.
Dokumen transaksi wesel adalah surat wesel atau promissory notes,sedangkan bukti
transaksi utang bank adalah dokumen kredit bank.Jika dalam penerbitan wesel bayar,pihak
penerbit mengeluarkan biaya transaksi maka biaya transaksi tersebut akan diperhitungkan
menambah biaya bunga sehingga bunga efektif wesel akan menurun.
Liabilitas Jangka Panjang yang Akan Jatuh Tempo pada Periode Berikutnya
Liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu 12 bulan setelah periode
pelaporan,diklasifikasikan dalam jangka pendeknmeskipun :
1.Kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari 12 bulan
2.Perjanjian untuk pembiayaan kembali,atau pendjadwalan kembali pembayaran,atas dasar
jangka panjang telah diselesaikan setelah periode pelaporan dan sebelum tanggal penyelesaian
laporan keuangan untuk tidak mensyaratkan pembayaran sebagai konsekuensi atas
pelanggaran tersebut.
Entitas mengklasifikasi liabilitas tersebut sebagai liabilitas jangka pendek karena pada akhir
periode pelaporan entitas tidak memiliki hak untuk menunda penyelesaian liabilitas tersebut
dalam jangka waktu sekurang-kurangnya 12 bulan setelah tanggal pelaporan.
Perubahan perjanjian kredit dapat terjadi juga untuk liabilitas jangka pendek.Utang bank
jangka pendek misalnya dapat saja dilakukan pendanaan kembali (refinancing) dengan
menggunakan utang bank jangka panjang.
Jika entitas melakukan usaha untuk memperpanjang liabilititas jangka panjang yang akan
jatuh tempo atau melakukan pendanaan liabilitas jangka pendek menjadi liabilitas jangka
panjang,namun dilakukan antara akhir periode pelaporan dan tanggal penyelesaian pelaporan
keuangan,maka peristiwa tersebut diungkapkan dengan peristiwa yang tidak memerlukan
penyesuaian (non-adjusting events) sesuai dengan PSAK 8 ( Revisi 2009) Peristiwa Setelah
Periode Pelaporan antara lain :
1.Pembiayaan kembali berbasis jangka panjang
2.Perbaikan pelanggaran perjanjian pinjaman jangka panjang
3.Pemberian tenggang waktu pembayaran oleh pemberi pinjaman untuk memperbaiki
pelanggaran perjanjian pinjaman jangka panjang yang berakhir sekurang-kurangnya 12 bulan
setelah periode pelaporan.
Contoh perhitungannya 11.5 Liabilitas Jangka Panjang yang Jatuh Tempo dalam Dua Belas
Bulan
PT . wilis memilki bebrapa leabilitas jangka panjang untuk mendanai usahanya. Berikut
informasi yang diperoleh pada saat penyusunan laporan keuangan 31 desember 2015
1. Obligasi seri A senilai RP. 400.000.000 diterbitkan 1 maret 2007 jangka waktu 10 tahun, bunga
sebesar 10% dibayar setiap tahun
2. Obligasi seri B senilai RP. 800.000.000 diterbitkan 1 juni 2015, bunga 11% petahun dibayar
setiap tahun, jatuh tempo ssetiap tahun sebesar RP.100.000.000
3. Obligasi C senilai RP.100.000.000, diterbitkan 1 desember 2006, jatuh tempo 10 tahun, bunga
10% atas obligasi ini entitas sedang mengajukan pendanaan kepada Bank Mitra untuk
mengambil alih obligasi tersebut dan diganti dengan utang bank jangka panjang dengan jangka
waktu 5 tahun tingkat bunga 12% entitas sudah melakukan detail pembicaraan dengan BanK
Mitra. Secara prinsip Bank MItra menyetujui namun proses administrasi baru akan diselesaikan
pada tahun 2016. Proses administrasi perjanjian yang menyatakan Bank Mitra akan mendanai
utang obligasi dan menggantinya dengan utanga Bank Mitra diselesaikan pada 25 maret
sebelum laporan keuangan selesai diaudit.
4. Utang Bank Kriya ditarik pada 1 september 2011 sebesar RP.100.000.000 jangka waktu 5
tahubn,bunga 12% atas utang ini entitas telah melakukan perjanjian untuk melakukan
pendanaan kembali dengan utang jangka panjang dengan bank yang sama, namun dengan
bunga yang lebih rendah sebesar 11%.
5. Utang Bank Permata ditarik pada tanggal 1 juni 2014 sebesar RP.300.000.000.000, bunga 12%
dibayar setiap tahun. Pelunasan akan dimulai 1 juni 2015 secara angsuran RP.50.000.000.000
pertahun
Buatlah reklasifikasi untuk utang tersebut yang harus disajikan menjadi liabilitas jangka
pendek,buatlah penyajian dan pengungkapan yang diperlukan untuk kelima utang tersebut jika
ada.
1. Obligasi seri A tidak perlu direklasifikasi, tetap menjadi liabilitas jangka panjang karena jatuh
tempo tahun 2017
2. Obligasi seri B direklasifikasi menjadi liabilitas jangka pendek sebesar RP. 100.000.000.000
yang akan jatuh tempo dalam 12 bulan
Utang obligasi seri B RP.100.000.000.000 -
Utang obligasi seri B - RP.100.000.000.000
jangka pendek

3. Obligasi seri B tetap harus direklasifikasi karena proses pengambilan belum selesai
sepenuhnya. Namun kejadian ini perlu perlu diungkapkan dalam laporan keuangan.
Utang obligasi seri C RP.100.000.000.000 -
Utang obligasi seri C - RP.100.000.000.000
jangka pendek

Pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan perlu ditambahkan untuk


menginformasikan peristiwa setelah tanggal laporan posisi keuangan
4. Dilakukan reklasifikasi menjadi liabilitas jangka pendek, karena akan jatuh tempo pada 1
september 2016. Karena telah dilakukan perjanjjian untuk mempengaruhi utang dan
kontraknya telah diselesaikan, utang ini tetap menjadi utang jangka panjang.
5. Dilakukan reklasfikasi atas jumlah yang akan jatuh tempo pada 1 juni 2016.
Utang Bank Permata RP.100.000.000.000 -
Utang Bank Permata jangka - RP.100.000.000.000
pendek

Penyajian dalam laporan posisi keuangan


Liabilitas jangka pendek
Liabilitas jangka pendek yang akan jatuh tempo dalam dua bulan (lihat pengungkapan)
Utang obligasi seri B RP.100.000.000.000
Utang obligasi seri C RP.100.000.000.000 (lihat pengungkapan)
Utang Bank Kriya RP.50.000.000.000
Utang Bank Permata RP.50.000.000.000
Liabilitas Jangka Panjang
Utang obligasi seri A RP.400.000.000.000
Utang obligasi seri B RP.600.000.000.000
Utang Bank Kriya RP.100.000.000.000
Utang Bank Permata RP.200.000.000.000
LIABILITAS JANGKA PENDEK TERKAIT DENGAN KEGIATAN OPERASI ENTITAS.
Liabilitas jangka pendek terkait kegiatan operasi timbul karena konsekuensi kegiatan operasi
entitias. Utang ini muncul karena entitas menangguhkan pembayaran kepada pihak lain.
Penundaan pembayaran ini dapat dilakukan sampai dengan tanggal jatuh tempo yang telah
disepakati ,misalnya untuk utang dagang.utang dibayar pada saat jatuh tempo, pajak yang
dibayarkan pada saat tanggal jatuh tempo,tagihan kepada pihak lain dibayar sesuai tanggal
jatuh tempo.
Penggunaan utang operasi menguntungkan bagi entitas karena entitas dapat menggunakan
dana pembayaran tersebut untuk aktivitas yang lain sebelum digunakan ,sebagai contoh
sebuah supermarket yang melakukan penjualan secara tunia atau menerima kredit
pembayaran dengan kartu kredit (credit card) yang akan dibayar 3 hari setelah transaksi.
Persediaan dibeli dari pemasok dengan kredit 1 bulan atau dengan barang-barang konsinyasi
yang baru akan dibayar 2 bulan setelah penjualan. Listrik,air,jgaji dibayarkan diakhir bulan.
Hakikatnya entitas tidak memerlukan modal kerja karena entitas menerima kas terlebih dahulu
sebelum melakukan pembayaran untuk akitvitas operasionalnya.
Utang Usaha
Utang usaha adalah utang terkait dengan kegiatan utama entitas. Untuk entitas yang
bergerak dibidang perdagangan,utang usaha disebut sebagai utang dagang. Uatang dagang
timbul saat entitas melakukan pembelian kepada pemasok secara kredit. Pembelian secara
tunai dilakukan jika pemasok tidak membolehkan membeli secara kredit atau membeli secara
tunai dimana secara eknomis lkebih murah dibandingkan membeli secara kredit. Pembelian
kredit sering dituliskan dalam term : 2/10, n/60 FOB Shipping Point artinya pembelian akan
diberikan diskon 2% jika dilunasi sampai dengan 10 hari, utang jatuh tempo dalam waktu 60
hari dan titik pengakuan digudang penjual.
Untuk pembelian dengan syarat pembelian FOB Shipping Point ( franko gudang penjual)
maka titik pengakuan pembelian gudang penjual. FOB Destination Point(( franko gudang
pembeli ) titik pengakuan digudang pembeli, utang diakui saat barang telah diterima oleh
pembeli, selama dalam perjalanan barang ini merupakan barang pembeli. Resiko dalam
penjalanan akan menjadi pihak pembeli atau penjual tergantung persyaratan jual belinya, jika
imbalan hasil diskon lebih besar dibandingkan dengan imbalan hasil investasi maka entitas
harsnya mengambil diskon ini.

Pengambilan diskon = 100%- diskon x 360


100 jangka waktu – jangka diskon

Diskon penjualan 2/10, n/30 setara dengan bunga( 100%-2%)/100% x 360/(30-10 = 17,64%.
Dengan cara perhitungan yang sama term perjanjian 2/15, n/45 sama dengan 11,76%
perjanjian kredit 3/10, n/45 sama dengan 9,98%.
Contoh perhitungannya 11.6 Pencatatan Utang Dagang.
Selama bulan desember 2015 PT slamet memiliki beberapa transaksi kepada para pemasoknya.
· 12 desember membeli barang secara kredit kepada PT Delima senilai RP.200.000.000
ditambah nilai PPN 10% sehingga total RP.220.000.000. persyaratan jual beli 2/10, n/30. FOB
Shipping Point PT Slamet membayar utang pada PT Delima pada 22 desmeber 2016
· 29 desember membeli barang secara kredit kepada PT Mawar senilai RP.330.000.000 setelah
nilai PPN. Persayaratan jual beli n/30 FOB Shipping Point. Barang sampai 31 desember belum
sampai kegudang dengan wesel bayar yang akan jatuh tempo 30 harui tanpa bunga
12/12-2015 Iventory RP.200.000.000 -
PPN Income RP.20.000.000 -
Account Receivable - RP.220.000.000
22/12-2015 Account Receivable RP.220.000.000 -
Inventory - RP.4.4000.000
Cash - RP.215.600.000
29/12- 2015 I Inventory Rp. 300.000.000 -
PPn Income Rp.30.000.000 -
Wesel bayar - RP.330.000.000
(tetap dicatat tertanggal 29 Desember karena titik pengakuan digudang penjualan
Sesuai dengan PSAK 14 (Revisi 2013) persediaan , pajak yang dapat dikreditkan tidak
menambah nilai persediaan, namun pajak yang tidak dapat dikreditkan akan menambah
persediaan, untuk PPN yang tidak dapat dikreditkan atau Pajak Penjualan Barang Mewah
(PPnBM) yang tidak dapat dikreditkan, maka pajak akan dicatat menambah nilai perolehan
persediaan dan tidak dicatat terpisah. PPN masukan akan diperhitungkan dengan PPN keluaran
entitas diakhir bulan.
Beban Yang Masih Harus Dibayar
Entitas belum membayar beban tersebut karena kesepakatan kontrak menyatakan pembayaran
tidak dilakukan pada saat beban terjadi atau karena keterlambatan waktu penagihan. Beban
yang masih harus dibayar yang sering muncul dilaporan posisi keuangan antara lain.
1. Beban gaji.Karyawan telah berhak atau gaji karena sudah bekerja namun tidak belum
dibayarkan oleh perusahaan
2. Bunga yang masih harus dibayar/utang bunga. Bunga sudah menjadi beban dengan berlalunya
waktu namun baru dibayarkan sesuai dengan tanggal dalam perjanjian kredit
3. Beban operasi yang masih harus dibayar. Beban atas jasa pihak lain kepada perusahaan atas
kegiatan operasinya, namun belum dibayarkan oleh perusahaan.

Contoh perhitungannya 11.7 Beban yang Masih Harus Dibayar


1. Pembayaran gaji sebesar Rp.240.000.000 dilakukan tanggal 5 tiap bulan, untuk masa kerja
tanggal 1 sampai dengan akhir bulan. Pada akhir periode missal 31 Desember 2015 dibuat
penyesuaian atas gaji untuk masa kerja Desember 2015 yang baru akan dibayarkan tanggal 5
januari 2016
Salery Expense Rp. 240.000.000 -
Salery Payable - Rp. 240.000.000

2. Bonus karyawan dibayarkan atas prestasi kerja tahun 2015, namun baru ditetapkan jumlahnya
setelah diketahui laba entitas sehingga jumlahnya baru dipastikan dibulan januari 2016 dan
akan dibayarkan bulan Maret 2016. Pada 15 januari sebelum laporan keuangan terbit
ditetapkan bonus untuk seluruh karyawan sebesar Rp.300.000.000. atas bonus karyawan akan
dibuat jurnal penyesuaian tertanggal 31 Desember 2015.
Keterangan DEBIT KREDIT
Salery Expense+ Bonus Rp. 300.000.000 -
Salery Payable - Rp. 300.000.000
3. Entitas memiliki utang bank yang ditarik pada 1 Dsember 2015 sebesar Rp.400.000.000 bunga
12 % pertahun, jangka waktu 5 tahun. Bunga dibayarkan setiap tanggal 1 Desember, bunga dari
tanggal 1 Desember 2015 sampai dengan 31 Desember 2015 harus dibebankan sebagai beban
bunga dan utang bunga/bunga yang masih harus dibayar.
Salery Expense+ Bonus Rp. 300.000.000 -
Salery Payable - Rp. 300.000.000
Bunga 12% x 1/12 x Rp.400.000.000 = Rp.4.000.000

4. Entitas memperbaiki AC dikantor dengan perusahaan service AC. Pekerjaan telah diselesaikan
pada tanggal 30 Desember 2015, namun sampai dengan tanggal 31 Desember, perusahaan
service AC belum mengirimkan tagihan sebesar Rp.10.000.000. tagihan baru dikirim pada
tanggal 5 januari 2016 dan diabayarkan tanggal 10 januari 2016. Atas jasa service AC tersebut
diakui pada sebagai beban pemeliharaan dan beban yang masih harus (liabilitas) pada 31
januari 2015.
Beban Pemeliharaan Rp. 4.000.000 -

Salery payable - Rp. 4.000.000

Pendapatan Diterima dimuka


Pada saat kas diterima dari pelanggan, entitas akan mencatat pendapatan diterima dimuka.
Jika pekerjaan telag diselesaikan atau barang telah dikirimkan, pendapatan diterima dimuka
tersebut akan didebit dan diakui sebagai pendapatan (kredit)

Contoh perhitungannya 11.8 Pencatatan Pendapatan Diterima dimuka.


PT Ciremai mulai tahun 2015 menjual tiket keanggotaan ( membership) golf kepada pribadi dan
perusahaan. Tiket tersebut dijual dalam bentuk paket tahunan dan lima tahunan. Untuk paket
tahunan harganya Rp.6.000.000 dapat digunakan main golf selama satu tahun. Paket tiga tahun
dijual dengan harga Rp.16.200.000 keanggotaan tersebut tidak didasarkan pada jumlah
kedatangan,pemegang kartu keanggotaan bebas dating jika kartu keanggotaannya masih aktif.
Setiap tahun harga kartu keanggotaan meningkat, sehingga menjadi anggota jangka panjang
memberikan banyak keuntungan bagi anggota. Pada 1 desember diterima keanggotaan
tahunan 10 paket dan keanggotaan tiga tahunan sebanyak 5 paket. Entitas melakukan
penyesuaian untuk keanggotaan setiap bulan, Karena entitas menyusun laporan bulanan untuk
keperluan internal manajemen. Saldo pendapatan diterima dimuka dari keanggotaan tahunan
pada tanggal 1 desember 2015 adalah Rp. 337.000.000 dari total penerimaan keanggotaan
tahunan Rp.636.000.000. untuk keanggotaan tiga tahunan saldo 1 desember Rp.620.100.000
dari total penerimaan keanggotaan tiga tahunnan Rp.745.200.000. buatlah jurnal untuk
transaksi tersebut dan penyesuaian yang diperlukan
1/12- 2015 Cash Rp.141.000.000 -
Pendapatan DDM - Rp.141.000.000
31/12-2015 Pendapatan DDM Rp.80.950.000 -
Pendapatan - Rp.80.950.000
Untuk membership tahunan alokasi pendapatan yang terealisasi perbulan adalah 1/12 x
Rp.6000.000 = Rp.500.000 atau total sama dengan (Rp.636.000.000 + Rp.60.000.000) x 1/12 =
Rp.58.000.000.untuk membershipkan tiga tahunan,pendapatan terealisasi perbulan
Rp.16.200.000:3: 12 = Rp.450.000 atau total (Rp.745.200.000 + Rp.81.000.000) x 1/36 =
Rp.22.950.000. total pendapatan direalisasi Rp.58.000.000 + Rp.22.950.000 = Rp.80.950.000.
saldo pendapatan diterima dimuka pada tanggal pada tanggal 31 Desember 2015 adalah
Rp.337.000.000 + Rp.60.000.000 + Rp. 81.000.000 – Rp.58.000 – Rp. 22.950.000 =
Rp.1.017.150.000

Utang Terkait Imbalan Kerja.


Imbalan kerja diberikan dalam bentuk gaji, tunjangan, bonus, pension, dan lainnya, untuk
mengelola pembayaran gaji, entitas biasanya memilki sistem gaji (payroll system) yang dapat
menghitung gaji untuk tiap karyawan, potongan untuk tiap invidu. Gaji menurut UU Pajak
Penghasilan merupakan penghasilan bagi pihak yang menerima gaji dan entitas yang
.membayarkan harus memotong pajak saat pembayaran gaji dilakukan. Pajak yang dipotong
oleh badan atas gaji dan penghasilan lain yang diterima oleh pekerja disebut PPh Pasal 21. Gaji
perbulan tersebut disetahunkan, kemudian dikalikan dengan tariff yang berlaku (PPh Pasal 17
untuk wajib pajak pribadi ) untuk mendapatkan pajak setahun
Karyawan biasanya diberikan asuransi kecelakaan kerja,asuransi kesehatan, jaminan hari tua.
UU tenaga kerja memberikan perlindangan kepada karyawan, sehingga entitas yang
memperkerjakan karyawan harus memperhatikan keselamatan dan kesejahteraan karyawan.
Pensiun merupakan gaji yang dibayarkan tertunda kepada karyawan yaitu saat karyawan
memasuki masa pensiun dan tidak lagi bekerja. Pensiun akan diakui sebagai beban pada saat
karyawan bekerja biasanya diakui bersamaan dengan pengakuan gaji. Untuk karyawan yang
beragaam islam, beberapa entitas bekerja sama dengan lembaga zakat. Atas gaji karyawan
entitas memotong zakat atas gaji karyawan dan menyetorkannya ke lembaga zakat.
Contoh perhitungannya 11.9 Pembayaran Gaji.
Mutiara adalah pegawai PT salak pada bulan desember 2015 menerima gaji sebesar
Rp.6.000.000 per bulan ditambah tunjangan rumah Rp.500.000 dan tunjangan transportasi
Rp.1.000.000 selain itu PT Salak membayarkan asuransi kecelakaan Rp.150.000 asuransi
kematian Rp.50.000 dan iuran tunjangan hari tua Rp.250.000. Mutiara juga melakukan iuran
pensiun ke pengelola dan pensiun sebesar Rp.300.000 yang dipotong dari gajinya. Mutiara
membayar melalui pemotongan oleh PT Salak, zakat ke LAZ sebsar Rp.187.500. dan angsuran
rumah ke Bank CMN sebesar Rp.1.500.000 PPh 21 yang dipotong oleh PT Salak Rp.425.200. gaji
dibayarkan tiap akhir bulan semua pemotongan dibayarkan pada tanggal 10 bulan berikutnya.

Jurnal yang dibuat pada 31 desember 2015


31/12-2015 Salery Expense Rp.7.950.000 -

PPh 21 Payable - Rp.425.200


BPJS Payable - Rp.450.000
Utang Iuranpensiun karyawan - Rp.300.000
Utang Zakat Karyawan - Rp.187.500
Utang Angsuran Bank - Rp.1.500.000
Karyawaman
Cash - Rp.5.087.300
Tunjangan menambah gaji asuransi dan pensiun yang ditanggung entitas menambah beban gaji
Beban gaji = Rp.6.000.000 + Rp.500.000 + Rp.1.000.000 + Rp.150.000 + Rp.50.000 + Rp.250.000
= Rp.7.950.000
Kas = Rp.7.000.000 – Rp.425.200 – Rp.187.500 – Rp.300.000 = Rp.5.087.300
Menurut PSAK 24 (Revisi 2013) imbalan kerja, imbalan terkait dengan karyawan diakui pada
saat karyawan memberikan jasanya kepada entitas. Salah satu bentuk imbalan yang diberikan
kepada karyawan adalah cuti imbalan. Cuti berimbalan yang tidak dapat diakumulasi
(digunakan pada periode lain), diakui pada saat terjadinya. Sedangkan cuti berimbalan yang
dapat diakumulasi pada saat pekerja memberikan jasa yang menambah hak cuti berimbalan
dimasa depan.

Utang Pajak Pihak Ketiga.


Pajak yang dipotong di antaranya adalah PPh 21 atas gaji yang diterima pekerja.PPh 26 atas
penghasilan yang diterima wajib pajak luar negeri,PPh 23 atas jasa,sewa,bunga royalti.Jika
pembayaran pajak tidak dilakukan bersamaan dengan pembayaran kepada pihak ketiga maka
akan timbul utang pajak penghasilan.
Contoh perhitungannya 11.10 Akuntansi Utang Pajak Pihak Ketiga.
PT Salak melakukan beberapa pembayaran atas jasa atau kegiatan yang telah dilakukan
beberapa rekanan selama Desember 2015.Jasa tersebut dikenakan pajak,seperti dijelaskan
dalam informasi di soal.Pajak yang telah dipotong akan dibayar perusahaan pada masa pajak
periode berikutnya.
15 Desember 2015 Membayar jasa konsultan manajemen sebesar Rp 80.000.000 dipotong PPh 23
sebesar 2%.
20 Desember 2015 Membayar gaji pada seorang konsultan asing sebesar Rp 50.000.000 dipotong
PPh 26 sebesar 20%.
30 desember 2015 Membayar bunga kepada PT Kinibalu atas utang sebesar Rp 100.000.000 yang
akan jatuh tempo 2014,bunga 10% dibayar tahunan setiap 30 Desember.Pajak
atas bunga yang dipotong 15%.

Jurnal yang dibuat selama Desember 2015 atas transaksi di atas :


15/12-2015 Administration Expense Rp 80.000.000 -
Payable PPh 23 - Rp 1.600.000
Cash - Rp 78.400.000

20/12-2015 Salary Expense Rp 50.000.000 -


Payable PPh 26 - Rp 10.000.000
Cash - Rp 40.000.000

30/12-2015 Interest Expense Rp 100.000.000 -


Payable PPh 23 - Rp 15.000.000
Cash - Rp 85.000.000

Kelalaian memotong pajak menyebabkan entitas tidak dapat mengurangkan beban tersebut
sebagai pengurang penghasilan untuk kepentingan fiskal,sehingga entitas harus membayar
pajak penghasilan lebih besar.Jikaentitas telah memotong pajak dari pihak ketiga,namun tidak
menyetorkan ke kas,maka pajak yang belum disetorkan akan dikenakan sanksi.Sanksi tersebut
akan diterapkan jika entitas diketahui melakukan pelanggaran oleh pihak fiskus,setelah
dilakukan proses pemeriksaan pajak.
Utang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
PPN adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai yang diciptakan oleh
perusahaan.PPN sebenarnya ditanggung oleh konsumen sebagai pemakai barang atau
jasa,namun pengusaha kena pajak atau entitas yang bertugas melakukan pemungutan pajak.
PPN tidak mempengaruhi nilai penjualan atau persediaan (pembelian) kecuali PPN yang tidak
dapat dikreditkan.Hal ini sesuai dengan PSAK 14 (Revisi 2010) Persediaan dan PSAK 16 (Revisi
2011) Aset Tetap yang menyatakan bahwa pajak yang dapat dikreditkan tidak boleh menambah
harga perolehan persediaan dan aset tetap.
Utang PPN akan dibayarkan paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya.Jika PPN masukan
lebih besar,maka kelebihan pembayaran PPN ini akan dikompensasi pada pembayaran pajak
periode berikutnya atau dimintakan restitusi.Sebelum restitusi diberikan,pihak raja akan
melakukan pemeriksaan.
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) adalah pajak yang dikenakan atas penjualan
barang mewah.PPnBM tidak dapat dikreditkan.Bagi produsen barang mewah,PPnBM yang
dikenakan harus disetorkan ke kas negara.Bagi importir barang mewah,PPnBM dibayarkan ke
kas negara bersamaan dengan pembayaran pajak impor dan bea masuk.
Contoh perhitungannya 11.11 Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah.
PT Gede melakukan transaksi sebagai berikut :
5 Desember Melakukan pembelian persediaan untuk bahan produksi senilai Rp
300.000.000 dikenakan PPN 10%.
10 Desember Menjual barang mewah secara kredit sebesar Rp 900.000.000. Atas penjualan tersebut
dikenakan PPN 10% dan PPnBM 20%.Harga pokok barang yang dikirim nilainya Rp
600.000.000.
15 Desember Membeli peralatan secara kredit untuk pabrik sebesar Rp 600.000.000 dikenakan PPN
10%. Atas peralatan ini pajaknya boleh dikreditkan.
25 Desember Menerima uang muka dari pelanggan sebesar Rp 132.000.000 atas pesanan yang akan
dikirimkan pada bulan Januari 2016.Nilai uang muka termasuk nilai PPN 10%.Buatlah
Jurnal untuk transaksi di atas!

Jurnal selama Desember 2015 atas transaksi di atas.


5/12-2015 Inventory Rp 300.000.000 -
PPN Income Rp 30.000.000 -
Account Payable - Rp 330.000.000

10/12-2015 Sales Expense Rp 600.000.000 -


Inventory - Rp 600.000.000
Account Receivable Rp 1.170.000.000 -
PPN Outcome - Rp 90.000.000
PPnBM Payable - Rp 180.000.000
Sales - Rp 900.000.000

15/12-2015 Equipment Rp 600.000.000 -


PPN Income Rp 60.000.000 -
Account Payable - Rp 660.000.000

25/12-2015 Cash Rp 132.000.000 -


PPN Outcome - Rp 12.000.000
Sales - Rp 120.000.000

31/12-2015 PPN Outcome Rp 102.000.000 -


PPN Income - Rp 90.000.000
PPN Payable - Rp 12.000.000

Utang Pajak Penghasilan.


Beban pajak penghasilan terdiri dari dua yaitu pajak kini dan pajak tangguhan.Pajak kini
adalah pajak yang dihitung menurut ketentuan pajak atas penghasilan yang diperoleh entitas
dalam satu periode.Pajak kini juga merupakan pajak terutang dalam satu tahun fiskal yang
tercantum dalam Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan ditambah pajak final jika ada.
Pajak terutang dalam satu tahun fiskal dikurangi pajak yang telah dipotong pihak lain akan
menghasilkan pajak kurang (PPh 29) atau lebih bayar akhir tahun (PPh 28).PPh 29 atau pajak
kurang bayar akan disajikan sebagai utang pajak kini.

Contoh perhitungannya 11.12 Utang Pajak Penghasilan.


PT Gundul untuk tahun pajak yang berakhir 31 Desember 2015 menghitung jumlah pajak
terutang sebesar Rp 430.000.000.Pajak yang telah dibayar melalui angsuran PPh 25 sebesar Rp
360.000.000 dan dipotong oleh pihak lain PPh 23 Rp 20.000.000.Perusahaan mencatatnya
sebagai pajak dibayar di muka.Buatlah Jurnal penyesuaiannya!

Jurnal pada tanggal 31 Desember 2015.


31/12-2015 Tax expense Rp 430.000.000 -
Pendapatan dibayar di - Rp 20.000.000
muka PPh 23
Pajak di bayar di muka - Rp 360.000.000
PPh 24
PPh Payable 29 - Rp 50.000.000

PROVISI DAN KONTINJENSI.


Defenisi.
Dalam akuntansi,kontinjensi dapat muncul sebagai liabilitas kontinjensi atau aset
kontinjensi.Aset kontinjensi jika potensi terjadinya tinggi dan nilainya dapat diestimasi dengan
andal,hanya boleh diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.PSAK 57 (Revisi 2009)
mengatur penyajian dan pengungkapan untuk provisi dan kontinjensi.
Dalam PSAK 57 (Revisi 2004),provisi disebut sebagai kewajiban diestimasi.Provisi bentuk
kontinjensi yang disajikan dalam laporan keuangan (on balance sheet),sedangkan liabilitas
kontinjensi hanya diungkapkan dalam laporan keuangan.
Liabilitas kontinjensi menurut PSAK 57 (Revisi 2009) adalah:
ü Liabilitas Potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti
dengan terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak
sepenuhnya berada dalam kendali entitas
ü Liabilitas kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu,tetapi tidak diakui karena:
-Tidak terdapat kemungkinan besar (probable) entitas mengeluarkan sumber daya untuk
menyelesaikan liabilitasnya.
-Jumlah liabilitas tersebut tidak dapat diukur secara andal.liabilitas kontinjensi tidak diakui
dalam laporan keuangan,karena hanya perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan.
Untuk itu PSAK 57 (Revisi 2009) mengharuskan entitas melakukan review atas liabilitas
kontinjensi,apakah kemungkinan besar dapat diukur dengan andal sehingga berubah menjadi
provisi atau liabilitas kini lainnya atau sebaliknya.
Pengakuan dan Pengukuran.

Provisi diakui jika memenuhi tiga syarat,yaitu :


-Entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum,konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa
lalu.
-Kemungkinan besar (probable) penyelesaian liabilitas tersebut mengakibatkan arus keluar
sumber daya.
-Estimasi yang andal mengenai jumlah liabilitas nilainya dapat diukur dengan andal dapat
dibuat.

Ketika tidak memenuhi ketiga persyaratan tersebut,kemungkinan liabilitas cukup


diungkapkan sebagai liabilitas kontinjensi tergantung materialitas dan kemungkinan
terjadinya.Misalkan ketika suatu peristiwa mengikat dengan jumlah material memenuhi
persyaratan a dan b tetapi tidak memenuhi c maka entitas cukup mengungkapkan sebagai
liabilitas kontinjensi.

Contoh perhitungannya 11.13 Pengukuran Provisi.


Entitas menjual produk dengan memberikan garansi selama 1 tahun dari tanggal penjualan.Jika
kerusakan terdeteksi cacat ringan biaya perbaikan atas seluruh produk yang dijual Rp
100.000.000,jika cacat berat biaya yang dikeluarkan Rp 500.000.000.Pengalaman entitas di
masa lalu memberikan indikasi bahwa dalam tahun mendatang kemungkinan 80% produk
terjual tanpa cacat,15% cacat ringan,dan 5% cacat berat.Buatlah jurnal atas transaksi di atas!
Menentukan Estimasi biaya perbaikan didasarkan pada nilai yang diharapkan (expected
value.)
Estimasi biaya perbaikan didasarkan pada nilai yang diharapkan = ( 80%*0)+(15%*Rp
100.000.000)+(5%*Rp 500.000.000) = Rp 40.000.000
Menentukan Jurnal entitas.
Beban garansi Rp 40.000.000 -
Utang Garansi - Rp 40.000.000

Persitiwa dimasa mendatang mempengaruhi jumlah yang diperlukan untuk menyelesaikan


kewajiban harus tercemin dalam nilai provisi, jika terdapat bukti objektif bahwa peristiwa itu
akan terjadi. Contohnya entitas berkeyakinan bahwa biaya pembersihan lokasi tambang pada
akhir masa manfaat tambang dapat dikurangi karena perkembangan teknologi. Dalam laporan
laba rugi komprehensif, beban yang berkaitan dengan provisi dapat disajikan secara bersih
setelah dikurangi jumlah yang diakui sebagai penggantiannya. Entitas ekspedisi melakukan
pengiriman barang entitas lain dalam perjalanan barang tersebut mengalami kecelakaan.
Berdasarkan perjanjian pengiriman, entitas manggung kerugian akibat kecelakaan tersebut.
Entitas mengasuransikan pengiriman barang tersebut. Pihak asuransi akan mengganti jumlah
barang yang hilang karena kecelakaan. Entitas akan mengakui provisi dan kerugian sebesar
jumlah penggantian yang akan diberikan kepada pemilik barang.
Provisi tidak sama dengan penyisihan dana untuk membayar utang atau melakukan aktifitas
tertentu, provisi merupakan pengakuan liabilitas dan beban misalnya entitas mengakui provisi
untuk melakukan reklamasi tambang dimasa depan. Entitas akan mencatat beban reklamasi
pada provisi reklamasi tambang. Setiap tahun entitas juga melakukan penyisihan dana untuk
reklamasi tersebut dalam bentuk deposito yang diperuntukkan untuk pendanaan reklamasi.
Entitas akan mencatat debit dana cadangan reklamasi (aset lain-lain) dan kredit kas/bank.

Garansi
Garansi dapat dibedakan menjadi dua yaitu garansi jaminan(assurance type warranty) dan
garansi jasa (service type warranty). Gransi jasa merupakan bentuk pelayanan tambahan yang
diberikan kepada pelanggan karena permintaan pelanggan, atas garansi jasa ini,penjual akan
mengakui pendapatan ditangguhkan pada saat penjualan dan mengakui sebagai pendapatan
saat layanan purna jual diberikan kepada pelanggan. Garansi jasa akan menimbulkan
pendapatan jasa akan menimbulkan pendapatan jasa dan akan diakui saat waktu berlalu atau
secara proporsional dengan jasa yang diberikan. Bentuk kewajiban penjual untuk memastikan
bahwa produk yang diberikan tidak rusak. Atas garansi jaminan, entitas harus mengakui
liabilitas karena kontrak untuk memberikan pelayanan. Produk-produk elektronik atau pelatan
merupakan contoh produk yang dijual dengan memberikan garansi.
Garansi jaminan produk merupakan contoh dari kontijensi karena jumlah dan waktunya
tidak pasti. Garansi merupakan bentuk kewajiban kontraktual karena garansi diberikan
berdasarkan perjanjian jual beli yang tertera dalam dokumen jual beli. Pengakuan timbulnya
provisi pada saat terjadi penjualan karena saat penjualan terjadi berarti entitas telah memiliki
liabilitas untuk memberikan garansi produk. Konsep pengakuan ini juga sejalan dengan konsep
matching principles,beban garansi diakui pada saat penjualan karena garansi merupakan
konsekuensi dari penjualan tersebut.

Contoh 11.14 Garansi Produk


PT Kendang menjual produk dengan memberikan garansi perbaikan selama dua tahun.
Berdasarkan pengalaman beberapa tahun terakhir, hasil analisis teknis dan pengalaman dari
industri diketahui bahwa hanya 5% pelanggan datang meminta garansi. Dari pelanggan yang
meminta garansi tersebut 70% meminta garansi ditahun pertama dan sisanya ditahun kedua.
Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk memberikan garansi tiap produk sebesar Rp.100.000.
Pada tahun 2015 penjualan sebanyak 20.000 unit dan tahun 2015 penjualan sebanyak
26.000 unit. Total garansi aktual yang dikeluarkan ditahun 2010 sebesar Rp.65.000.000 dan
tahun 2015 sebesar Rp.125.000.000 buatlah jurnal yang diperlukan untuk mencatat garansi
didua tahun tersebut
Jurnal yang dibuat tahun 2015.
Keterangan DEBIT KREDIT

Pengakuan beban garansi


Beban Garansi Rp.100.000.000
Provisi Garansi Rp.100.000.000

( 5% x 20.000 x Rp.100.000 = Rp. 100.000.000)


Pemberian garansi tahun 2015
Provisi Garansi Rp.65.000.000
Kas Rp.65.000.000

Provisi garansi yang disajikan pada laporan keuangan 31 Desember 2015 sebesar
Rp.35.000.000. jurnal yang dibuat tahun 2016
Keterangan DEBIT KREDIT

Pengakuan beban garansi


Beban Garansi Rp.130.000.000
Provisi Garansi Rp.130.000.000
( 5% x 26.000 x Rp.100.000 = Rp. 130.000.000)
Pemberian garansi tahun 2015
Provisi Garansi Rp.125.000.000
Kas Rp.125.000.000

Provisi garansi yang disajikan pada laporan keuangan 31 Desember 2016 sebesar
Rp.40.000.000.
Etntitas dapat mencatat jurnal pemberian garansi, baru diakhir periode pelaporan mencatat
provisi dengan jurnal penyesuaian, jika pendekatan tersebut digunakan maka jurnal yang dibuat
Jurnal tahun 2015.
Keterangan DEBIT KREDIT

Pengakuan beban garansi


Beban Garansi Rp.65.000.000
kas Rp.65.000.000

Tambahan pengakuan beban garansi tahun 2015


Keterangan DEBIT KREDIT

Beban Garansi Rp.35 000.000

Provisi Garansi Rp.35.000.000

5% x 20.000 x Rp.100.000 = Rp.100.000.000

Beban garansi tambahan Rp.100.000.000 – Rp.65.000.000 = Rp.35.000.000

Jurnal tahun 2016

Keterangan DEBIT KREDIT

Pemberian beban garansi


Beban Garansi Rp.125.000.000
kas Rp.125.000.000

Tambahan pengakuan beban garansi tahun 2015

Keterangan DEBIT KREDIT

Beban Garansi Rp.5 000.000

Provisi Garansi Rp.5.000.000

5% x 26.000 x Rp.100.000 = Rp.130.000.000

Beban garansi tambahan Rp.130.000.000 – Rp.125.000.000 = Rp.5.000.000

Contoh 11.15 Garansi Jaminan Produk dan Jasa


PT Perahu menjual mobil pada 2 januari 2015 dengan memberikan garansi atas 36.000 km
pertama atau selama tiga tahun mana yang lebih dahulu. Harga jual mobil Rp.300.000.000.
entitas mengestimasi biaya garansi yang akan diberikan selama 3 tahun sebesar Rp.7.000.000.
pelanggan juga membeli garansi jasa senilai Rp.9.000.000. sehingga ada tambahan pelayanan
kuntuk servis mobil tersebut dari standar jaminan yang diberikan. Selama tahun 2015 biaya
terkait dengan jaminan asuransi yang dikeluarkan sebesar Rp.5.000.000 dan tahun 2016
sebesar Rp.1.000.000. atas garansi jasa perusahaan mengakui dengan metode garis lurus.

Jurnal yang dibuat oleh perusahaan pada saat melakukan penjualan adalah:
Keterangan DEBIT KREDIT

Kas Rp.309.000.000
Beban Garansi Rp.7.000.000
Provisi Garansi Rp.7.000.000
Pendapatanditangguhkan garansi jasa Rp.9.000.000
Penjualan Rp.300.000.000
Jurnal pada 2015,saat memberikan garansi jaminan dan pengakuan garansi jasa.

Keterangan DEBIT KREDIT

Provisi Garansi Rp.5.000.000


Kas / Persediaan Rp.5.000.000
Pendapatanditangguhkan garansi jasa Rp.3.000.000
Pendapatan Garansi Rp.3.000.000

Kewajiban Pengelolaan Lingkungan


Kewajiban untuk melakukan restorasi lingkungan tersebut ada yang bersifat umu berupa
pengelolaan lingkungan selama atau paska kegiatan produksi. Namun ada juga yang kewajiban
pengelolaan lingkungan tersebut terkait dengan pembongkaran atau pemindahan aset
tertentu.
Biaya lingkungan bersifat umum misalnya biaya reklamasi lingkungan tambang, biaya
pengelolaan areal tambang. Biaya ini sering muncul pada perusahaan pertambangan terbuka
misalnya penambangan batu bara, nikel, emas, timah. Biaya tersebut harus diakui pada saat
produksi sebagai badan dan liabilitas lingkungan/reklamasi. Kegiatan reklamasi dilakukan
secara terprogram dan dimonitor oleh regulator sebagai contoh pada perusahaan tambang
batu bara akan kita jumpai beban reklamasi penutupan tambang dan provisi reklamasi
penutupan tambang.
Menurut PSAK 16(Revisi 2011) aset tetap, termasuk komponen biaya perolehan adalah
estimasi awal biaya pembongkaran, pemindahan dan restorasi lokasi aset tetap (dismanding
cost). Pembongkaran dan restorasi local aset tetap biasanya terkait dengan kewajiban
lingkungan untuk mengembalikan lokasi seperti kondisi awal, sehingga semua peralatan yang
diatas dan tertanam harus dipindahkan.

Contoh 11.16 Akuntansi Liabilitas Pembongkaran Aset


PT Kapuas pada 2 januari 2015 memulai penggunaan peralatan penambangan (drilling)
disebuah areal tambang yang dimiliki. Regulasi pemerintah menharuskan perusahaan
melakukan pembongkaran peralatan tersebut diakhir masa manfaatnya. Masa manfaat drilling
tersebut 10 tahun dengan estimasi biaya sebesar Rp.2.000.000. dengan tingkat diskon 6%
selama masa manfaat, nilai wajar kewajiban lingkungan tersebut adalah Rp.1.116.800.000.(
Rp.2.000.000. x 0,5584).

Jurnal pengakuan liabilitas sebagai penambah nilai peralatan drilling :

Keterangan DEBIT KREDIT


Peralatan Drilling Rp.1.116.800.000
Liabilitas Pembongkaran Aset Rp.1.116.800.000

Jurnal pengakuan Depresiasi peralatan drilling :

Keterangan DEBIT KREDIT

Beban Depresiasi Rp.1.116.800.000


Akumulasi Depresiasi - Drilling Rp.1.116.800.000

Depresiasi ini akan dilakukan bersamaan dengan nilai peralatan drilling sebagai satu
kesatuan. Tidak didepresiasikan secara terpisah.
Jurnal pengakuan bunga atas liabilitas pembongkaran aset

Keterangan DEBIT KREDIT

Beban Depresiasi Rp.67.008.000


Liabilitas Pembongaran Aset Rp.67.008.000
Beban bunga = 6% x Rp.1.116.800.000 = Rp.67.008.000

Litigasi Hukum
Litigasi hukum merupakan tuntutan perkara terkait suatu entitas yang sedang berjalan proses
hukumnya. Kasus hukum entitas dapat berakibat timbulnya liabilitas yang harus diselsaikan
oleh sebuah entitas. Ada tidaknya liabilitas yang diakui dipengaruhi oleh kasusnya dan estimasi
atau potensi munculnya liabilitas.Suatu kasus dapat saja mengidentifikasikan suatu entitas
kalah dan memiliki liabiltas dimasa mendatang. Namun jika proses pengadilan menetapkan
sebaliknya, potensi kerugian tersebut menjadi tidak ada sehingga tidak perlu pengakuan utang.

Contoh 11.17 Akuntansi Litigasi


PT. Merbabu memiliki dua kasus yang saat ini sedang dalam proses di pengadilan.
1. Entitas menerima klaim dari seorang pelanggan atas proyek yang tidak dapat diselesaikan oleh
perusahaan. Akibat kegagalan tersebut, pelanggan mengajukan klaim ganti rugi sebesar
Rp.100.000.000.000. pada saat penyusunan laporan keuangan 31 Desember 2015 proses
hukum sedang berlangsung. Menurut pendpatan konsultan hukum entitas, kemungkinan
entitas dapat kalah. Namun jika kalah masih ada upaya lagi untuk melakukan banding.
Konsultan belum dapat memastikan berapa jumlah kerugian yang harus dibayar oleh
perusahaan akibat tuntutan tersebut
2. Entitas menerima klaim dari seorang ahli waris pekerja akibat kecelakaan pekerja yang
berakibat pekerja mengalami cacat seumur hidup. Pihak perusahaan sudah memberikan semua
santunan asuransi kecelakaan kerja sesuai dengan ketentuan ketenagakerjaan. Namun ahli
waris menuntut jumlah yang lebih besar Rp.300.000.000. Karena kesalahan tersebut terkait
dengan tindakan entitas yang memberikan pengamanan pada pekerja. Proses pengadilan
berlangsung selama 2013. Pada 1 Februari 2016 saat audit laporan keuangan belum selesai,
diperoleh keputusan, entitas dinyatakan bersalah dan harus membayar Rp.250.000.000. Entitas
tidak ingin mempepanjang masalah ini, sehingga tidak berniat melakukan handing

Jurnal yang dibuat :


1. Tidak diakui sebagai badan dan liabilitas, informasi merupakan liabilitas kontinjensi. Entitas
cukup menjelaskan dalam catatan atas laporan keuangan kasus litigasinya dan potensi kerugian
yang harus dibayarkan jika pengadilan menyatakan perusahan bersalah.
2. Entitas mengakui beban dan liabilitas
Keterangan DEBIT KREDIT
Kerugian Tuntunan hukum pekerja Rp.250.000.000
Utang Tuntutan Hukum Rp.250.000.000

Pelanggaran kontrak dapat mengakibatkan entittas harus melakukan pembayaran denda


kepada pihak lain. Untuk menetukan apakah pelanggan kontrak perlu diakui sebagai provisi
atau hanya diungkapkan dalam laporan keuangan, perlu dilakukan evaluasi perjanjian kontrak
yang ada dan juga dampak dari pelanggaran kontrak tersebut. Jika kewajiban untuk membayar
denda menjadi sesuatu yang tidak dihindari maka entitas harus mengakui liabilitas tersebut
pada saat pelanggaran kontrak terjadi.

Liabilitas Kontinjensi
Entitas tidak diperkenankan mengakui liabilitas kontinjensi, artinya liabilitas kontinjensi
tidak pernah diakui dalam laporan posisi keuangan. Keberadaannya hanya perlu diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan, kecuali jika kemungkinan arus keluar sumber daya kecil,
maka liabilitas kontinjensi tidak perlu diungkapkan.
Entitas tidak dipernankan mengakui aset kontijensi. Aset kontinjensi timbul dari peristiwa
tidak terencana yang menimbulkan kemungkinan arus masuk manfaat ekonomis bagi entitas
misalnya kemungkinan klaim yang diperoleh karena proses hukum. Pengakuan aset kontinjensi
tidak diperkenankan, agar tidak menimbulkan pengakuan penghasilan yang tidak pernah
diralisasi. Jika sudah dapat dipastikan akan langsung diakui sebagai aset. Aset kontinjensi
diungkapkan jika terdapat kemungkinan besar arus ekonomi akan diperoleh. Seperti halnya
liabilitas kontinjensi, aset kontinjensi juga dikaji ulang terus-menerus untuk memastikan
kemungkinan terjadinya menjadi lebih pasti atau menjadi tidak mungkin terjadi.

Penyajian
Liabilitas jangka pendek menurut PSAK (Revisi 2009) dalam laporan keuangan disajikan pada
bagian atas sebelum liabilitas jangka panjang.Penyajian menurut PSAK ini berbeda dengan
penyajian menurut IAS1 yang menempatkan liabilitas jangka pendek setelah liabilitas jangka
panjang.
PSAK 7 (Revisi 2010) Pengungkapan Pihak-Pihak Berelasi mengharuskan entitas memisahkan
utang berasal dari pihak berelasi dan tidak berelasi.
Pengungkapan.
Pengungkapan liabilitas jangka pendek berisikan rincian dan tambahan penjelasan.Misalnya
utang usaha,pengungkapan menjelaskan detail utang usaha berdasarkan pemasok dengan nilai
material,utang berdasarkan klasifikasi umum,dan pengungkapan utang berdasarkan mata uang
asing.
Analisis laporan keuaangan
Entitas melakukan analisis liabilitas jangka panjang dengan melihat kemampuannya untuk
membayar utang yang akan jatuh tempo. Rasio yang digunakan adalah rasio lancer( current
ratio), rasio kas ( cash ratio) atau rasio cepat (quick ratio). Semakin besar jumlah utang lancer
akan memperbesar risiko perusahaan untuk kesulitan membayar utangnya.
Ratio Lancar = Aset Lancar
Liabilitas jangka pendek

Rasio Cepat = Aset Lancar


Liabilitas jangka pendek

Aset cepat = Aset Lancar – persediaan – Bayar dibayar dimuka

Rasio kas = Aset Lancar


Liabilitas jangka pendek

Rasio lancer merupakan kemampuan perusahaan membayar liabilitas jangka pendek dengan
menggunakan aset lancar yang dimiliki. Semakin tinggi rasio lancar menunjukkan entitas
memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam membayar liabilitas jangka pendeknya. Rasio
cepat merupakan kemampuan perusahaan membayar liabilitas jangka pendek dengan
menggunakan aset yang sangat likuid. Aset likuid (cepat) merupakan aset lancar dikurangkan
dengan persediaan dan biaya dibayar dimuka. Persediaan untuk dapat menjadi kas harus dijual
dahulu menjadi piutang, baru kemudian ditagih mendapatkan kas.
Rasio kas merupakan kemampuan perusahaan membayar liabilitas jangka pendek dengan
menggunakan kas yang dimiliki entitas. Rasio ini merupakan ukuran kemampuan membayar
segera, karena diasumsikan semua liabilitas jangka panjang akan dibayar dalam waktu yang
sangat dekat. Ukuran rasio kas merupakan ukuran lebih ketat karena menganggap bahwa
semua utang harus disediakan kas untuk melunasinya
Provisi perlu dianalisis untuk melihat nilai dan probabilitas terjadinya. Pembaca perlu secara
kritis menganalisis jumlah estimasi yang dilakukan apakah telah mencerminkan informasi
terkini yang tersedia. Pembaca harus harus berhati-hati menganalisis kontinjensi, karena
kontinjensi ini dapat berubah menjadi liabilitas yang harus dibayar oleh perusahaan dimasa
depan. Kontinjensi dapat memunculkan aktivitas yang tidak ditampilkan dalam laporan
keuangan ( off balance sheet) padahal mungkin menurut asumsi analisis harus dimunculkan
dalam laporan keuangan.

PSAK

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam dunia akuntansi PSAK dibutuhkan untuk membantu proses penyusunan laporan keuangan
agar tersaji sesuai dengan dasar atau aturan akuntansi berterima umum. Sehingga tidak ada
keraguan didalamnya.
Salah satu yang perlu dipahami dan dipelajari dalam dunia akuntansi adalah mengetahui PSAK
No 57 secara lebih rinci yang memberikan dasar memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi
ketika tidak ada panduan yang eksplisit. Dimana PSAK ini tidak wajib diterapkan untuk unsur –
unsur yang tidak material.
PSAK ini bertujuan untuk mengatur pengakuan dan pengukuran provisi, liabilitas kontinjensi dan
aset kontinjensi serta untuk memastikan informasi memadai telah diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan. Dengan demikian, pengguna dapat memahami sifat, waktu dan jumlah yang
terkait dengan informasi tersebut.
PSAK ini diterapkan oleh semua entitas dalam akuntansi untuk provisi, liabilitas kontinjensi, dan
aset kontinjensi, kecuali yang ditimbulkan dari kontrak eksekutori dan hal – hal yang dicakup
dalam PSAK lain.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai penerapan PSAK No 57
dan menyajikannya dalam bentuk sebuah makalah tentang Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset
Kontinjensi pada PSAK No 57.

1.2 Perumusan Masalah


Sebagaimana telah diketahui bahwa akuntansi merupakan suatu proses pengolahan data atau
transaksi yang terjadi pada perusahaan sehingga menghasilkan suatu informasi yang bermanfaat
bagi pihak yang berkepantingan. Maka dapat dirumuskan masalah yang timbul :
1. Jelaskan istilah - istilah yang digunakan dalam PSAK No 57.
2. Hubungan apa yang terjadi antara Provisi dan Liabilitas Kontinjensi.
3. Bagaimana penjelasan dari Provisi, Liabilitas Kontinjensi dan Aset Kontinjensi.

1.3 Tujuan dan Manfaat


Tujuan untuk membuat makalah ini adalah untuk :
a. Menambah wawasan dan pengetahuan lebih dalam mengenai PSAK No 57.
b. Untuk mengetahui dalam penggunaan PSAK NO 57.
c. Untuk mengetahui hubungan antara Provisi dan Liabilitas Kontinjensi.

BAB II
LANDASAN TEORITIS

2.1 Definisi Provisi, Liabilitas Kontinjensi dan Aset Kontinjensi.


Provisi digunakan dalam pos misalnya penyusutan, penurunan nilai aset dan utang ragu – ragu, hal
ini merupakan penyesuaian terhadap nilai tercatat atas aset dan tidak diatur dalam PSAK ini.
a. Provisi, adalah : liabilitas yang waktu dan jumlahnya belum pasti.
b. Liabilitas Kontinjensi, adalah :
- Kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti
dengan terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa depan yang tidak sepenuhnya
berada dalam kendali entitas.
- Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi tidak diakui karena :
· Tidak terdapat kemungkinan entitas mengeluarkan sumber daya yang mengandung manfaat
ekonomi (selanjutnya disebut sebagai “sumber daya”) untuk menyelesaikan kewajibannya.
· Jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.
c. Aset Kontinjensi, adalah : aset potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan
keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa
depan yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas.

2.2 Provisi dan Liabilitas Lainnya.


Provisi dapat dibedakan dari liabilitas lain, seperti utang dagang dan akrual, karena pada provisi
terdapat ketidakpastian mengenai waktu atau jumlah yang dikeluarkan di masa depan untuk
menyelesaikan provisi tersebut. Sebaliknya :
a. Utang dagang, adalah liabilitas untuk membayar barang atau jasa yang telah diterima atau
dipasok dan telah ditagih melalui faktur secara formal sudah disepakati dengan pemasok.
b. Akrual, adalah liabilitas membayar barang atau jasa yang telah diterima atau dipasok, tetapi
belum dibayar, ditagih atau secara formal disepakati dengan pemasok, termasuk jumlah yang
masih harus dibayar kepada pegawai (misalnya jumlah tunjangan cuti). Meskipun sering kali perlu
dilakukan estimasi atau penaksiran jumlah dan waktu akrual, tingkat ketidakpastian akrual pada
umumnya lebih rendah daripada tingkat ketidakpastian provisi.
Akrual sering dilaporkan sebagai bagian dari utang dagang atau utang lain, sedangkan provisi
dilaporkan secara terpisah.
2.3 Hubungan antara Provisi dan Liabilitas Kontinjensi.
Secara umum, semua provisi bersifat kontinjensi karena tidak pasti dalam jumlah atau waktu.
Tetapi, dalam pernyataan ini istilah “kontnjensi” digunakan untuk liabilitas dan aset yang tidak
diakui karena keberadaannya baru dapat dipastikan dengan terjadi atau tidak terjadinya satu
peristiwa atau lebih yang tidak pasti di masa depan dan tidak sepenuhnya berada dalam kendali
entitas. Disamping itu, istilah “liabilitas kontinjensi” digunakan untuk liabilitas yang tidak
memenuhi kriteria pengakuan.
Pernyataan ini membedakan berbagai istilah berikut :
a. Provisi yang diakui sebagai liabilitas (dengan asumsi dapat dibuat estimasi andal) karena
provisi tersebut merupakan kewajiban kini dan kemungkinan besar mengakibatkan arus keluar
sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi untuk menyelesaikan kewajiban tersebut
b. Liabilitas kontinjensi yang tidak diakui sebagai liabilitas karena liabilitas kontinjensi tersebut
merupakan salah satu dari berikut ini :
- Kewajiban potensial karena belum pasti apakah entitas memiliki kewajiban kini yang akan
menimbulkan arus keluar sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi.
- Kewajiban kini yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam pernyataan ini bahwa
penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan arus keluar sumber daya atau yang mengandung
manfaat ekonomi karena estimasi memadai yang andal mengenai jumlah kewajiban tida dapat
dibuat.

BAB III
STUDI KASUS

3.1 PENGAKUAN
Provisi diakui jika :
a. Entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat konstruktif) sebagai
akibat peristiwa masa lalu.
b. Kemungkinan besar penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan arus keluar sumber
daya yang mengandung manfaat ekonomi.
c. Estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat dibuat.
Dalam peristiwa yang jarang terjadi, tidak dapat ditentukan secara jelas apakah terdapat kewajiban
kini. Dalam hal ini, peristiwa masa lalu dianggap menimbulkan kewajiban kini jika, setelah
mempertimbangkan semua bukti tersedia, terdapat kemungikan lebih besar daripada tidak terjadi
bahwa kewajiban kini muncul pada akhir periode pelaporan.
Peristiwa masa lalu yang menimbulkan kewajiban kini disebut peristiwa mengikat. Dalam
peristiwa mengikat, entitas tidak mempunyai alternatif realistis selain menyelesaikan kewajiban
yang timbul dari peristiwa tersebut. Ini akan terjadi hanya jika :
a. Penyelesaian kewajiban dipaksakan oleh hukum
b. Dalam kasus kewajiban konstruktif, suatu peristiwa (mungkin berupa tindakan entitas)
menciptakan ekspektasi yang valid pada pihak lain bahwa entitas akan bertanggung jawab
terhadap kewajiban tersebut.
Laporan keuangan menggambarkan posisi keuangan entitas pada akhir periode pelaporan , bukan
posisi keuangan yang mungkin terjadi di masa depan. Oleh karena itu, entitas tidak mengakui
provisi untuk biaya yang diperlukan untuk operasi di masa depan. Liabilitas yang diakui dalam
laporan posisi keuangan (neraca) entitas hanyalah liabilitas yang telah ada pada akhir periode
pelaporan.
Liabilitas yang memenuhi kualifikasi pengakuan tidak hanya kewajiban kini saja namun juga
kemungkinan besar terjadinya arus keluar sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi untuk
menyelesaikan kewajiban tersebut. Jika tidak terdapat kemungkinan besar bahwa kewajiban kini
telah ada, maka entitas mengungkapkan kewajiban kontinjensi. Pengungkapan tersebut tidak perlu
dilakukan jika arus keluar sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi kemungkinannya
kecil.
Liabilitas kontinjensi diungkapkan, seperti disyaratkan di paragraf 86, kecuali arus keluar sumber
daya yang mengandung manfaat ekonomi kemungkinannya kecil. Liabilitas kontinjensi dapat
berkembang ke arah yang tidak diperkirakan semula. Oleh karena itu, liabilitas kontinjensi terus
menerus dikaji ulang untuk menentukan apakah tingkat kemungkinan arus keluar sumber daya
yang mengandung manfaat ekonomi bertambah sehingga menjadi kemungkinan besar. Jika timbul
kemungkinan besar bahwa arus keluar sumber daya ekonomi diperlukan untuk menyelesaikan
suatu unsur yang sebelumnya diklasifikasikan sebagai liabilitas kontinjensi, maka entitas
mengakui provisi dalam laporan keuangan pada periode saat perubahan menjadi kemungkinan
besar tersebut terjadi (kecuali dalam keadaan yang sangat jarang, ketika estimasi andal tidak dapat
dibuat).
Aset kontinjensi biasanya timbul dari peristiwa tidak terencana atau tidak diharapkan yang
menimbulkan kemungkinan arus masuk manfaat ekonomi untuk entitas. Misalnya, klaim yang
sedang diusahakan entitas melalui proses hukum yang hasilnya belum pasti. Aset kontinjensi tidak
diakui dalam laporan keuangan karena dapat menimbulkan pengakuan penghasilan yang mungkin
tidak pernah terealisasikan. Akan tetapi, jika realisasi penghasilan sudah dapat dipastikan, maka
aset tersebut bukan merupakan aset kontinjensi, melainkan diakui sebagai aset. Aset kontijensi
diungkapkan jika terdapat kemungkinan besar arus masuk manfaat ekonomi akan diperoleh entitas
sebagaimana diatur di paragraf 89.
Contoh :
1. Pada saat penjualan, produsen memberikan jaminan atau garansi produk kepada pembeli
produknya. Berdasarkan kontrak penjualan, produsen menjamin akan memperbaiki atau
mengganti produk yang dalam jangka waktu tiga tahun sejak tanggal penjualannya menampakkan
cacat. Berdasarkan pengalaman masa lalu, terdapat kemungkinan besar bahwa akan terjadi klaim
atas jaminan yang diberikan.
Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu yang mengikat. Peristiwa yang
mengikat adalah penjualan produk dengan jaminan, yang selanjutnya menimbulkan kewajiban
hukum.
Keluarnya sumber daya yang mengandung manfaat ekonomis dalam rangka penyelesaian
kewajiban. Terdapat kemungkinan besar bahwa hal ini (keluarnya sumber daya) akan terjadi bagi
jaminan secara keseluruhan.
Simpulan. Entitas mengakui provisi sebesar estimasi terbaik biaya perbaikan dan/atau penggantian
yang mungkin perlu dikeluarkan dalam rangka menjamin produk yang dijual sebelum akhir
periode pelaporan.
2. Sebuah toko ritel mempunyai kebijakan untuk mengembalikan uang pembelian dari
pelanggan yang tidak puas, meskipun tidak ada kewajiban hukum yang mengharuskan entitas
untuk mengembalikan uang konsumen.
Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat dari peristiwa masa lalu yang mengikat. Peristiwa
mengikat adalah peristiwa penjualan produk, yang menimbulkan kewajiban konstruktif karena
tindakan entitas telah menciptakan ekspektasi yang valid bagi pembeli bahwa entitas akan
mengembalikan uang mereka.
Keluarnya sumber daya yang mengandung manfaat ekonomis dalam rangka penyelesaian
kewajiban. Terdapat kemungkinan besar bahwa hal ini (keluarnya sumber daya akan terjadi).
Simpulan. Entitas mengakui provisi sebesar estimasi terbaik dari biaya pengembalian.

3.2 PENGUKURAN
Jumlah yang diakui sebagai provisi adalah hasil estimasi terbaik pengeluaran yang diperlukan
untuk menyelesaikan kewajiban kini pada akhir periode pelaporan. Estimasi terbaik pengeluaran
yang diperlukan untuk menyelesaikan kwajiban kini adalah jumlah yang secara rasional akan
dibayar entitas untuk menyelesaikan kewajibannya pada akhir periode pelaporan atau untuk
mengalihkan kewajibannya kepada pihak ketiga pada saat itu. Seringkali tidak mungkin dan tidak
ekonomis bagi entitas untuk meyelesaikan kewajiban atau mengalihkan kewajibannya pada akhir
periode pelaporan. Namun, estimasi jumlah yang secara rasional akan dibayar entitas untuk
menyelesaikan kewajibannya atau untuk mengalihkan kewajibannya, merupakan estimasi terbaik
atas pengeluaran yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kewajiban kini pada akhir periode
pelaporan. Estimasi hasil dan dampak keuangan ditentukan berdasarkan pertimbangan manajemen
entias, ditunjang dengan pengalaman dari transaksi serupa, serta dalam beberapa kasus dilengkapi
dengan laporan ahli independen. Di antara bukti yang dipertimbangkan termasuk bukti tambahan
yang diperoleh dari peristiwa setelah periode pelaporan.
Provisi diukur sebelum memperhitungkan pajak karena dampak pajak dari provisi dan
perubahannya diatur dalam PSAK 46: Akuntansi Pajak Penghasilan.
Dalam menentukan estimasi terbaik suatu provisi, entitas mempertimbangkan berbagai risiko dan
ketidakpastian yang selalu mempengaruhi berbagai peristiwa dan keadaan.
Jika dampak nilai waktu dari uang cukup material, maka jumlah provisi adalah nilai kini dari
perkiraan pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban. Karena nilai waktu dari
uang, provisi yang melibatkan pengeluaran uang yang timbul seketika setelah periode pelaporan
lebih memberatkan jika dibandingkan dengan provisi yang melibatkan pengeluaran uang dalam
jumlah sama yang timbul kemudian. Dengan demikian, jika dampaknya bersifat material, provisi
didiskontokan.
Peristiwa masa depan yang dapat mempengaruhi jumlah yang diperlukan untuk menyelesaikan
kewajiban tercermin dalam jumlah provisi jika ada bukti obyektif bahwa peristiwa itu akan terjadi.
Dalam mengukur kewajiban yang ada, dipertimbangkan dampak peraturan perundang – undangan
yang kemungkinan akan diberlakukan, khususnya jika terdapat bukti objektif yang memadai
bahwa peraturan perundang – undangan itu pasti akan diberlakukan. Dalam kenyataannya, sering
kali sangat sulit bagi entitas untuk menentukan apakah suatu peristiwa akan menghasilkan bukti
objektif yang memadai. Bukti tersebut harus jelas menunjukkan hal – hal yang diatur dalam suatu
peraturan dan menimbulkan kepastian bahwa peraturan itu akan diundang – undangkan dalam
lembaran negara pada waktunya.

Contoh :
Entitas menjual produk dengan memberikan garansi / jaminan kepada pelanggan untuk
menanggung biaya perbaikan cacat pabrikasi yang ditemukan dalam jangka waktu enam bulan
setelah penjualan. Jika kerusakan yang terdeteksi dari seluruh produk yang terjual digolongkan
cacat ringan, maka biaya perbaikannya Rp 1.000.000. Sementara itu, jika kerusakan yang
terdeteksi dari seluruh produk terjual digolongkan cacat berat, maka biaya perbaikannya Rp
4.000.000. Pengalaman entitas di masa lalu dan ekspektasi masa datang memberikan indikasi
bahwa dalam tahun mendatang 75% dari produk terjual tidak mengandung cacat, 20% dari produk
terjual mengandung cacat ringan dan 5 % dari produk yang terjual mengandung cacat berat. Sesuai
dengan paragraf 24, entitas menentukan probabilitas atau kemungkinan arus keluar sumber daya
untuk pemenuhan kewajiban garansi secara keseluruhan.
Nilai yang diharapkan untuk biaya perbaikan adalah : (75% x Rp 0) + (20% x Rp 1.000.000) +
(5% x Rp 4.000.000) = Rp 400.000
3.3 PENGGANTIAN
Jika sebagian atau seluruh pengeluaran untuk menyelesaikan provisi diganti oleh pihak ketiga,
maka penggantian itu diakui hanya pada saat timbul keyakinan bahwa penggantian pasti akan
diterima jika entitas menyelesaikan kewajiban. Penggantian tersebut diakui sebagai aset yang
terpisah. Jumlah yang diakui sebagai penggantian tidak boleh melebihi nilai provisi.
Dalam laporan laba rugi komprehensif, beban yang terkait dengan provisi dapat disajikan secara
neto setelah dikurangi jumlah yang diakui sebagai penggantian nya.
Provisi ditelaah pada setiap akhir periode pelaporan dan disesuaikan untuk mencerminkan estimasi
terbaik yang paling kini. Jika arus keluar sumber daya untuk menyelesaikan kewajiban
kemungkinan besar tidak terjadi, maka provisi dibatalkan.
Jika provisi didiskontokan, maka nilai tercatatnya akan meningkat pada setiap periode untuk
mencerminkan berlalunya waktu. Peningkatan ini diakui sebagai biaya pinjaman.
Provisi hanya dapat digunakan untuk pengeluaran yang berhubungan dengan tujuan pembentukan
provisi. Membebankan pengeluaran untuk mengurangi provisi yang semula diakui untuk tujuan
lain akan menghilangkan pengaruh dari dua peristiwa yang berbeda.
3.4 PENGUNGKAPAN
Untuk setiap jenis provisi, entitas mengungkapkan :
a. Nilai tercatat pada awal dan akhir periode.
b. Provisi tambahan yang dibuat dalam periode bersangkutan, termasuk peningkatan jumlah
provisi yang ada.
c. Jumlah yang digunakan, yaitu jumlah yang terjadi dan dibebankan pada provisi selama
periode bersangkutan.
d. Jumlah yang belum digunakan yang dibatalkan selama periode bersangkutan.
e. Peningkatan, selama periode yang bersangkutan, dalam nilai kini yang timbul karena
berlalunya waktu dan dampak dari setiap perubahan tingkat diskonto.
Jika kemungkinan besar terjadi arus masuk manfaat ekonomi, maka entitas mengungkapkan uraian
singkat mengenai kharakteristik aset kontinjensi pada akhir periode pelaporan dan jika praktis,
estimasi dampak keuangannya, diukur sesuai dengan prinsip yang berlaku bagi provisi.
Pada kasus yang sangat jarang terjadi, pengungkapan sebagian atau seluruh informasi yang diatur
di paragraf 84 – 89 diperkirakan dapat menyulitkan entitas dalam perselisihan dengan pihak lain
mengenai hal yang menjadi subjek provisi, liabilitas kontinjensi, atau aset kontinjensi. Dalam hal
demikian, entitas tidak perlu mengungkapkan informasi tersebut, tetapi mengungkapkan uraian
umum perselisihan, berikut fakta dan alasan bahwa informasi tersebut tidak diungkapkan.
Contoh :
1. Pada saat penjualan, suatu produsen memberikan garansi atau jaminan kepada pembeli ketiga
lini produknya. Berdasarkan garansi tersebut, produsen bersedia untuk memperbaiki atau
mengganti produk – produk yang gagal menunjukkan kinerja yang memuaskan selama dua tahun
terhitung sejak tanggal penjualan. Pada tanggal neraca, diakui provisi sebesar Rp 60.000.000.
Provisi tersebut tidak didiskontokan (dihitung nilai kininya) karena dampak pendiskontoan tidak
material. Entitas mengungkapkan informasi berikut ini :

Entitas mengakui provisi sebesar Rp. 60.000.000. Jumlah tersebut adalah jumlah yang
diperkirakan akan dikeluarkan entitas bagi klaim atas garansi produk yang dijual selama tiga tahun
buku terakhir. Diperkirakan sebagian besar pengeluaran tersebut akan terjadi dalam tahun buku
mendatang, dan semua pengeluaran akan terjadi dalam dua tahun sejak akhir periode pelaporan.
2. Entitas terlibat perselisihan dengan salah satu pesaingnya, yang menuduh entitas telah
melanggar hak paten yang dimilikinya. Pesaing tersebut menuntut ganti rugi sebesar Rp
100.000.000.000. Entitas mengakui provisi sebesar estimasi terbaik atas kewajiban tersebut,
namun entitas tidak mengungkapkan informasi yang disyaratkan dalam PSAK 57. Entitas
mengungkapkan informasi berikut :

Entitas sedang menghadapi proses tuntutan hukum sehubungan dengan perselisihan dengan salah
satu pesaing yang menuduh bahwa entitas telah melanggar hak patennya, dan menuntut ganti rugi
sebesar Rp 100.000.000.000. Informasi yang biasanya disyaratkan dalam PSAK 57 tidak
diungkapkan karena dapat menimbulkan prasangka yang mempengaruhi hasil tuntutan hukum.
Dewan direksi berpandangan bahwa tuntutan tersebut akan dapat ditolak oleh entitas.
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
a. Jika sebagai akibat dari kejadian masa lampau, timbul kemungkinan entitas akan
mengeluarkan sumber daya yang mengandung manfaat ekonomis dalam rangka menyelesaikan :
· Kewajiban masa kini
· Kemungkinan kewajiban yang keberadaannya akan menjadi pasti hanya dengan terjadinya
atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa yang belum pasti di masa depan, yang (peristiwa itu)
tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas.
b. Jika sebagai akibat dari kejadian masa lalu, terdapat kemungkinan timbul aset yang
keberadaannya akan menjadi pasti hanya dengan terjadinya atau tidak terjadinya satu atau lebih
peristiwa yang belum pasti di masa depan, yang (peristiwa itu) tidak sepenuhnya berada dalam
kendali entitas.
c. Sebagian atau seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk menyelesaikan suatu provisi
diharapkan akan diganti atau ditanggung oleh pihak ketiga.

Daftar pustaka

http://fransiskusanwar.blogspot.com/2016/03/akuntansi-keuangan-2-liabilitas-jangka_18.html?m=1

http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/pernyataan-sak-39-psak-57-provisi-liabilitas-
kontinjensi-dan-aset-kontinjensi

Anda mungkin juga menyukai