DISUSUN OLEH :
FAKULTAS EKONOMI
SURABAYA
2020
PERANAN DAN DEFENISI
Peranan Liabilitas
Entitas memberikan manfaat untuk mendanai kegiatan perusahaan.Entitas menggunakan
prinsip matching dalam memutuskan penggunaan liabilitas.Prinsip matching mengharuskan
entitas memadankan antara bentuk investasi dan jenis pendanaan yang digunakan.Konsep
matching ini juga terkait dengan konsep periode pengembalian investasi (payback
period).Penggunaan dana untuk pendanaan tambahan produksi diperlukan untuk jangka
pendek,saat liabilitas jatuh tempo entias telah memperoleh hasil penjualan sehingga dapat
mengembalikan liabilitas.
Defenisi
Liabilitas menurut kerangka dasar pengukuran dan pengungkapan laporan keuangan
(KDP2LK) adalah utang entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,penyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat
ekonomi.
PSAK 1 (Revisi 2009) mengharuskan entitas menyajikan liabilitas jangka pendek terpisah dari
liabilitas jangka panjang.Pemisahan jangka pendek dan jangka panjang menggunakan jangka
waktu 12 bulan atau satu siklus operasi perusahaan.
PSAK 1 ( Revisi 2009) menjelaskan klasifikasi liabilitas jangka pendek jika memenuhi kriteria:
· Entitas mengharapkan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus operasi normalnya.
· Entitas memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan.
· Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah periode
pelaporan.
· Entitas memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas selama sekurang-
kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.
PSAK 1 (Revisi 2009) juga menjelaskan item-item minimum dari liabilitas jangka pendek yang
harus disajikan dalam laporan posisi keuangan.Item minimum yang diharuskan untuk liabilitas
jangka pendek tersebut adalah ;
· Utang dagang dan terutang lainnya.
· Provisi.
· Liablitas keuangan jangka pendek (tidak termasuk jumlah yang disajikan dalam provisi)
· Liabilitas dan aset pajak kini,sebagaimana didefenisikan dalam PSAK 46 ( Revisi 2013) Akuntansi
Pajak Penghasilan.
· Liabilitas dan aset pajak tangguhan,sebagaimana didefenisikan dalam PSAK 46 (Revisi 2013).
· Liabilitas yang termasuk dalam kelompok yang dilepaskan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki
untuk dijual dalam PSAK 58 (Revisi 2010) Aset Lancar yang Tersedia untuk Dijual dan Operasi
yang Dihentikan.
Pengakuan,pengukuran,penyajian,dan pengungkapan liabilitas jangka pendek dan jangka
panjang diatur dalam PSAK Instrumen Keuangan yaitu PSAK 50 (Revisi 2013) Penyajian
Instrumen Keuangan, PSAK 55 (Revisi 2013) Pengakuan dan Pengukuran Instrumen Keuangan,
dan PSAK 60 (Revisi 2013) Pengungkapan Instrumen Keuangan.Untuk liabilitas diestimasi atau
sekarang dikenal dengan istilah PSAK 57 (Revisi 2009) Provisi,Liabilitas Kontijensi,dan Aset
Kontinjensi.
Klasifikasi
Liabilitas diklasifikasikan liabilitas yang nilainya tidak pasti dan di estimasi berdasarkan
informasi yang tersedia (PSAK 57 (Revisi 2009) Provisi)).
Jenis Liabilitas
Jenis Liabilitas Penjelasan
Utang dagang (account receivable/trade Utang yang timbul ketika entitas melakukan
receivable). pembelian secara tunai.
Utang bank jangka pendek. Utang yang diperoleh dari bank dengan jangka
waktu 1 tahun atau kurang.
Kontrak yang menyatakan bahwa 1 pihak akan
Wesel bayar. melakukan pembayaran sejumlah tertentu
kepada pihak lain di masa mendatang.
Utang terkait gaji karyawan. Beban gaji yang telah terjadi namun belum
dibayarkan.
Uang yang dibayarkan pelanggan sebagai deposit
Uang muka pelanggan (deposit). dan akan diberikan kembali kepada pelanggan
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.
Menentukan Jurnal Penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2015 atas bunga yang terutang
dan belum dibayarkan.
Bunga= Rp 750.000.000 * 16% * 120/360 = Rp 40.000.000
31/12-2015 Interset Expense Rp 40.000.000 -
Interset Payable - Rp 40.000.000
-Menentukan Jurnal pada saat jatuh tempo pada tanggal 28 Februari 2016.
Beban bunga = Rp 750.000.000 * 16%*60/360 =Rp 20.000.000
28/2/2016 Interset Expense Rp 20.000.000 -
Interset Payable Rp 40.000.000 -
Bank Payable Rp 750.000.000 -
Cash - Rp 810.000.000
Utang bank ada juga yang mensyaratkan pembayaran bunga pada saat kredit ditarik.Pokok
utang entitas adalah jumlah utang dalam kontrak dikurangi dengan bunga yang
dipotong/dibayarkan di depan mengurangi utang.Entitas harus mengukur tingkat bunga efektif
atas utang ini.Tingkat bunga efektif diukur dengan menghitung tingkat bunga (diskonto) yang
akan menyamakan utang dalam kontrak dikurangi bunga dengan present value dari nilai pada
tanggal jatuh tempo.
Contoh Perhitungannya 11.2 Utang Bank Jangka Pendek : Bunga Dibayar di Depan (Zero
Coupon).
PT Lawu pada tanggal 2 Oktober 2015 menarik utang jangka waktu 6 bulan dari Bank Mega
sebesar Rp 400.000.000 dengan bunga 15% per tahun dari pokok yang dipotong pada
awal.Pada saat jatuh tempo PT Lawu membayar sebesar Rp 400.000.000.Buatlah Jurnal yang
diperlukan!
Jawab:
-Menentukan jumlah kas yang diterima.
Kas yang diterima = Rp 400.000.000-(Rp 400.000.000*15%*6/12) = Rp 370.000.000
-Menentukan jurnal yang dibuat pada saat menerima utang 2 Oktober 2015
2/10-2015 Cash Rp 370.000.000 -
Bank Payable Discount Rp 30.000.000 -
Bank Payable - Rp 400.000.000
Bunga dibayarkan sekali di akhir sehingga perhitungan bunga efektif dengan membagi bunga
dengan pokok utang.
Bunga = Rp 30.000.000/Rp 370.000.000 =8.11% untuk 6 bulan atau 16.22% setahun.
->Menentukan jurnal penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2015 untuk pengakuan bunga
yang dihitung dengan bunga efektif.
31/12-2015 Interest Expense Rp 15.000.000
Bank Payable Discount Rp 15.000.000
Bunga dihitung dengan bunga efektif = 16.22%*3/12*Rp 370.000.000= Rp 15.000.000
(pembulatan)
-Menentukan Jurnal saat utang jatuh tempo pada tanggal 20 Maret 2016.
30/3-2016 Interest Expense Rp 15.000.000
Bank Payable Rp 400.000.000
Bank Payable Discount Rp 15.000.000
Cash Rp 400.000.000
Praktik yang sering terjadi adalah charges atau biaya administrasi dibebankan sebagai
pengurang utang yang diterima atau sering disebut sebagai provisi.Kapitalisasi provisi dan biaya
administrasi yang ditanggung oleh bank juga berlaku pada SAK ETAP.Provisi dan biaya transaksi
tersebut akan diamortisasi dengan metode garis lurus selama jangka waktu kredit dan akan
diakui menambah beban bunga.
Contoh perhitungannya 11.3 Utang Bank Jangka Pendek dengan Provisi.
PT SEJAHTERA pada tanggal 1 Agustus 2015 menarik utang dari Bank Mandiri sebesar Rp
650.000.000.Bunga 13.5 % per tahun yang akan dilunasi,1 Maret 2016.Biaya adm 1.2%,maka
buatlah jurnal yang diperlukan untuk transaksi di atas!
Jawab :
-Menentukan Jumlah Kas yang diterima.
Kas yang diterima oleh PT SEJAHTERA= Rp 650.000.000-Rp 7.800.000
= Rp 642.200.000
-Menentukan jurnal pada saat menerima utang pada tanggal 1 Agustus 2015.
Bunga = Rp 650.000.000*13.5%*7/12 = Rp 51.187.500
Bunga efektif = Rp 58.987.500/Rp 642.200.000 *12/7 =15.75%
1/8/2015 Cash Rp 642.200.000 -
Bank Payable Discount Rp 7.800.000 -
Bank Payable - Rp 650.000.000
Utang bank jangka pendek dalam bentuk line of credit merupakan plafon kredit modal kerja
yang dapat ditarik oleh entitas sesuai dengan kebutuhan dan dikembalikan jika entitas telah
memiliki dana untuk membayarnya.Bunga dan utang diperhitungkan dari utang telah ditarik
bukan jumlah plafon kredit yang diberikan.
Contoh perhitungannya Line of Credit atau Standby Loan.
PT Kelud pada tanggal 1 Desember 2015 mendapatkan fasilitas line of credit dari Bank Arta
sebesar 1 milliar selama jangka waktu 5 tahun.Kredit tersebut dapat ditarik sesuai kebutuhan
entitas.Bunga sebesar 12 % per tahun dikenakan atas kredit yang ditarik.untuk setiap penarikan
bank mengenakan biaya transaksi sebesar 2 % dari dana yang ditarik.Bank hanya mengenakan
atas tarikan utang yang belum dilunasi sampai dengan akhir pelaporan bulan.Jika penarikan
telah dilunasi pada bulan yang sama,maka tidak akan dikenakan bunga.Bunga akan dhitung dari
tanggal penarikan atau saldo utang terakhir sampai dengan tanggal jatuh tempo
pelaporan.Setiap bulan akan disampaikan laporan penggunaan line of credit ,yang
memperlihatkan saldo akhir utang,mutasi kredit,termasuk jumlah bunga,dan biaya(charges)
yang dikenakan.
Contoh perhitungannya 11.2 Pemakaian Line of Credit.
02-Des Penarikan 300.000.000 300.000.000
02-Des Biaya penarikan 6.000.000 306.000.000
16-Des Penarikan 400.000.000 706.000.000
16-Des Biaya penarikan 8.000.000 714.000.000
30-Des Pembayaran 300.000.000 414.000.000
31-Des Bunga 2.069.260 416.069.260
Jurnal yang akan dibuat.
2/12-2015 Cash Rp 300.000.000 -
Interest Expense Rp 6.000.000 -
Bank Payable - Rp 306.000.000
3. Obligasi seri B tetap harus direklasifikasi karena proses pengambilan belum selesai
sepenuhnya. Namun kejadian ini perlu perlu diungkapkan dalam laporan keuangan.
Utang obligasi seri C RP.100.000.000.000 -
Utang obligasi seri C - RP.100.000.000.000
jangka pendek
Diskon penjualan 2/10, n/30 setara dengan bunga( 100%-2%)/100% x 360/(30-10 = 17,64%.
Dengan cara perhitungan yang sama term perjanjian 2/15, n/45 sama dengan 11,76%
perjanjian kredit 3/10, n/45 sama dengan 9,98%.
Contoh perhitungannya 11.6 Pencatatan Utang Dagang.
Selama bulan desember 2015 PT slamet memiliki beberapa transaksi kepada para pemasoknya.
· 12 desember membeli barang secara kredit kepada PT Delima senilai RP.200.000.000
ditambah nilai PPN 10% sehingga total RP.220.000.000. persyaratan jual beli 2/10, n/30. FOB
Shipping Point PT Slamet membayar utang pada PT Delima pada 22 desmeber 2016
· 29 desember membeli barang secara kredit kepada PT Mawar senilai RP.330.000.000 setelah
nilai PPN. Persayaratan jual beli n/30 FOB Shipping Point. Barang sampai 31 desember belum
sampai kegudang dengan wesel bayar yang akan jatuh tempo 30 harui tanpa bunga
12/12-2015 Iventory RP.200.000.000 -
PPN Income RP.20.000.000 -
Account Receivable - RP.220.000.000
22/12-2015 Account Receivable RP.220.000.000 -
Inventory - RP.4.4000.000
Cash - RP.215.600.000
29/12- 2015 I Inventory Rp. 300.000.000 -
PPn Income Rp.30.000.000 -
Wesel bayar - RP.330.000.000
(tetap dicatat tertanggal 29 Desember karena titik pengakuan digudang penjualan
Sesuai dengan PSAK 14 (Revisi 2013) persediaan , pajak yang dapat dikreditkan tidak
menambah nilai persediaan, namun pajak yang tidak dapat dikreditkan akan menambah
persediaan, untuk PPN yang tidak dapat dikreditkan atau Pajak Penjualan Barang Mewah
(PPnBM) yang tidak dapat dikreditkan, maka pajak akan dicatat menambah nilai perolehan
persediaan dan tidak dicatat terpisah. PPN masukan akan diperhitungkan dengan PPN keluaran
entitas diakhir bulan.
Beban Yang Masih Harus Dibayar
Entitas belum membayar beban tersebut karena kesepakatan kontrak menyatakan pembayaran
tidak dilakukan pada saat beban terjadi atau karena keterlambatan waktu penagihan. Beban
yang masih harus dibayar yang sering muncul dilaporan posisi keuangan antara lain.
1. Beban gaji.Karyawan telah berhak atau gaji karena sudah bekerja namun tidak belum
dibayarkan oleh perusahaan
2. Bunga yang masih harus dibayar/utang bunga. Bunga sudah menjadi beban dengan berlalunya
waktu namun baru dibayarkan sesuai dengan tanggal dalam perjanjian kredit
3. Beban operasi yang masih harus dibayar. Beban atas jasa pihak lain kepada perusahaan atas
kegiatan operasinya, namun belum dibayarkan oleh perusahaan.
2. Bonus karyawan dibayarkan atas prestasi kerja tahun 2015, namun baru ditetapkan jumlahnya
setelah diketahui laba entitas sehingga jumlahnya baru dipastikan dibulan januari 2016 dan
akan dibayarkan bulan Maret 2016. Pada 15 januari sebelum laporan keuangan terbit
ditetapkan bonus untuk seluruh karyawan sebesar Rp.300.000.000. atas bonus karyawan akan
dibuat jurnal penyesuaian tertanggal 31 Desember 2015.
Keterangan DEBIT KREDIT
Salery Expense+ Bonus Rp. 300.000.000 -
Salery Payable - Rp. 300.000.000
3. Entitas memiliki utang bank yang ditarik pada 1 Dsember 2015 sebesar Rp.400.000.000 bunga
12 % pertahun, jangka waktu 5 tahun. Bunga dibayarkan setiap tanggal 1 Desember, bunga dari
tanggal 1 Desember 2015 sampai dengan 31 Desember 2015 harus dibebankan sebagai beban
bunga dan utang bunga/bunga yang masih harus dibayar.
Salery Expense+ Bonus Rp. 300.000.000 -
Salery Payable - Rp. 300.000.000
Bunga 12% x 1/12 x Rp.400.000.000 = Rp.4.000.000
4. Entitas memperbaiki AC dikantor dengan perusahaan service AC. Pekerjaan telah diselesaikan
pada tanggal 30 Desember 2015, namun sampai dengan tanggal 31 Desember, perusahaan
service AC belum mengirimkan tagihan sebesar Rp.10.000.000. tagihan baru dikirim pada
tanggal 5 januari 2016 dan diabayarkan tanggal 10 januari 2016. Atas jasa service AC tersebut
diakui pada sebagai beban pemeliharaan dan beban yang masih harus (liabilitas) pada 31
januari 2015.
Beban Pemeliharaan Rp. 4.000.000 -
Kelalaian memotong pajak menyebabkan entitas tidak dapat mengurangkan beban tersebut
sebagai pengurang penghasilan untuk kepentingan fiskal,sehingga entitas harus membayar
pajak penghasilan lebih besar.Jikaentitas telah memotong pajak dari pihak ketiga,namun tidak
menyetorkan ke kas,maka pajak yang belum disetorkan akan dikenakan sanksi.Sanksi tersebut
akan diterapkan jika entitas diketahui melakukan pelanggaran oleh pihak fiskus,setelah
dilakukan proses pemeriksaan pajak.
Utang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
PPN adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai yang diciptakan oleh
perusahaan.PPN sebenarnya ditanggung oleh konsumen sebagai pemakai barang atau
jasa,namun pengusaha kena pajak atau entitas yang bertugas melakukan pemungutan pajak.
PPN tidak mempengaruhi nilai penjualan atau persediaan (pembelian) kecuali PPN yang tidak
dapat dikreditkan.Hal ini sesuai dengan PSAK 14 (Revisi 2010) Persediaan dan PSAK 16 (Revisi
2011) Aset Tetap yang menyatakan bahwa pajak yang dapat dikreditkan tidak boleh menambah
harga perolehan persediaan dan aset tetap.
Utang PPN akan dibayarkan paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya.Jika PPN masukan
lebih besar,maka kelebihan pembayaran PPN ini akan dikompensasi pada pembayaran pajak
periode berikutnya atau dimintakan restitusi.Sebelum restitusi diberikan,pihak raja akan
melakukan pemeriksaan.
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) adalah pajak yang dikenakan atas penjualan
barang mewah.PPnBM tidak dapat dikreditkan.Bagi produsen barang mewah,PPnBM yang
dikenakan harus disetorkan ke kas negara.Bagi importir barang mewah,PPnBM dibayarkan ke
kas negara bersamaan dengan pembayaran pajak impor dan bea masuk.
Contoh perhitungannya 11.11 Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah.
PT Gede melakukan transaksi sebagai berikut :
5 Desember Melakukan pembelian persediaan untuk bahan produksi senilai Rp
300.000.000 dikenakan PPN 10%.
10 Desember Menjual barang mewah secara kredit sebesar Rp 900.000.000. Atas penjualan tersebut
dikenakan PPN 10% dan PPnBM 20%.Harga pokok barang yang dikirim nilainya Rp
600.000.000.
15 Desember Membeli peralatan secara kredit untuk pabrik sebesar Rp 600.000.000 dikenakan PPN
10%. Atas peralatan ini pajaknya boleh dikreditkan.
25 Desember Menerima uang muka dari pelanggan sebesar Rp 132.000.000 atas pesanan yang akan
dikirimkan pada bulan Januari 2016.Nilai uang muka termasuk nilai PPN 10%.Buatlah
Jurnal untuk transaksi di atas!
Garansi
Garansi dapat dibedakan menjadi dua yaitu garansi jaminan(assurance type warranty) dan
garansi jasa (service type warranty). Gransi jasa merupakan bentuk pelayanan tambahan yang
diberikan kepada pelanggan karena permintaan pelanggan, atas garansi jasa ini,penjual akan
mengakui pendapatan ditangguhkan pada saat penjualan dan mengakui sebagai pendapatan
saat layanan purna jual diberikan kepada pelanggan. Garansi jasa akan menimbulkan
pendapatan jasa akan menimbulkan pendapatan jasa dan akan diakui saat waktu berlalu atau
secara proporsional dengan jasa yang diberikan. Bentuk kewajiban penjual untuk memastikan
bahwa produk yang diberikan tidak rusak. Atas garansi jaminan, entitas harus mengakui
liabilitas karena kontrak untuk memberikan pelayanan. Produk-produk elektronik atau pelatan
merupakan contoh produk yang dijual dengan memberikan garansi.
Garansi jaminan produk merupakan contoh dari kontijensi karena jumlah dan waktunya
tidak pasti. Garansi merupakan bentuk kewajiban kontraktual karena garansi diberikan
berdasarkan perjanjian jual beli yang tertera dalam dokumen jual beli. Pengakuan timbulnya
provisi pada saat terjadi penjualan karena saat penjualan terjadi berarti entitas telah memiliki
liabilitas untuk memberikan garansi produk. Konsep pengakuan ini juga sejalan dengan konsep
matching principles,beban garansi diakui pada saat penjualan karena garansi merupakan
konsekuensi dari penjualan tersebut.
Provisi garansi yang disajikan pada laporan keuangan 31 Desember 2015 sebesar
Rp.35.000.000. jurnal yang dibuat tahun 2016
Keterangan DEBIT KREDIT
Provisi garansi yang disajikan pada laporan keuangan 31 Desember 2016 sebesar
Rp.40.000.000.
Etntitas dapat mencatat jurnal pemberian garansi, baru diakhir periode pelaporan mencatat
provisi dengan jurnal penyesuaian, jika pendekatan tersebut digunakan maka jurnal yang dibuat
Jurnal tahun 2015.
Keterangan DEBIT KREDIT
Jurnal yang dibuat oleh perusahaan pada saat melakukan penjualan adalah:
Keterangan DEBIT KREDIT
Kas Rp.309.000.000
Beban Garansi Rp.7.000.000
Provisi Garansi Rp.7.000.000
Pendapatanditangguhkan garansi jasa Rp.9.000.000
Penjualan Rp.300.000.000
Jurnal pada 2015,saat memberikan garansi jaminan dan pengakuan garansi jasa.
Depresiasi ini akan dilakukan bersamaan dengan nilai peralatan drilling sebagai satu
kesatuan. Tidak didepresiasikan secara terpisah.
Jurnal pengakuan bunga atas liabilitas pembongkaran aset
Litigasi Hukum
Litigasi hukum merupakan tuntutan perkara terkait suatu entitas yang sedang berjalan proses
hukumnya. Kasus hukum entitas dapat berakibat timbulnya liabilitas yang harus diselsaikan
oleh sebuah entitas. Ada tidaknya liabilitas yang diakui dipengaruhi oleh kasusnya dan estimasi
atau potensi munculnya liabilitas.Suatu kasus dapat saja mengidentifikasikan suatu entitas
kalah dan memiliki liabiltas dimasa mendatang. Namun jika proses pengadilan menetapkan
sebaliknya, potensi kerugian tersebut menjadi tidak ada sehingga tidak perlu pengakuan utang.
Liabilitas Kontinjensi
Entitas tidak diperkenankan mengakui liabilitas kontinjensi, artinya liabilitas kontinjensi
tidak pernah diakui dalam laporan posisi keuangan. Keberadaannya hanya perlu diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan, kecuali jika kemungkinan arus keluar sumber daya kecil,
maka liabilitas kontinjensi tidak perlu diungkapkan.
Entitas tidak dipernankan mengakui aset kontijensi. Aset kontinjensi timbul dari peristiwa
tidak terencana yang menimbulkan kemungkinan arus masuk manfaat ekonomis bagi entitas
misalnya kemungkinan klaim yang diperoleh karena proses hukum. Pengakuan aset kontinjensi
tidak diperkenankan, agar tidak menimbulkan pengakuan penghasilan yang tidak pernah
diralisasi. Jika sudah dapat dipastikan akan langsung diakui sebagai aset. Aset kontinjensi
diungkapkan jika terdapat kemungkinan besar arus ekonomi akan diperoleh. Seperti halnya
liabilitas kontinjensi, aset kontinjensi juga dikaji ulang terus-menerus untuk memastikan
kemungkinan terjadinya menjadi lebih pasti atau menjadi tidak mungkin terjadi.
Penyajian
Liabilitas jangka pendek menurut PSAK (Revisi 2009) dalam laporan keuangan disajikan pada
bagian atas sebelum liabilitas jangka panjang.Penyajian menurut PSAK ini berbeda dengan
penyajian menurut IAS1 yang menempatkan liabilitas jangka pendek setelah liabilitas jangka
panjang.
PSAK 7 (Revisi 2010) Pengungkapan Pihak-Pihak Berelasi mengharuskan entitas memisahkan
utang berasal dari pihak berelasi dan tidak berelasi.
Pengungkapan.
Pengungkapan liabilitas jangka pendek berisikan rincian dan tambahan penjelasan.Misalnya
utang usaha,pengungkapan menjelaskan detail utang usaha berdasarkan pemasok dengan nilai
material,utang berdasarkan klasifikasi umum,dan pengungkapan utang berdasarkan mata uang
asing.
Analisis laporan keuaangan
Entitas melakukan analisis liabilitas jangka panjang dengan melihat kemampuannya untuk
membayar utang yang akan jatuh tempo. Rasio yang digunakan adalah rasio lancer( current
ratio), rasio kas ( cash ratio) atau rasio cepat (quick ratio). Semakin besar jumlah utang lancer
akan memperbesar risiko perusahaan untuk kesulitan membayar utangnya.
Ratio Lancar = Aset Lancar
Liabilitas jangka pendek
Rasio lancer merupakan kemampuan perusahaan membayar liabilitas jangka pendek dengan
menggunakan aset lancar yang dimiliki. Semakin tinggi rasio lancar menunjukkan entitas
memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam membayar liabilitas jangka pendeknya. Rasio
cepat merupakan kemampuan perusahaan membayar liabilitas jangka pendek dengan
menggunakan aset yang sangat likuid. Aset likuid (cepat) merupakan aset lancar dikurangkan
dengan persediaan dan biaya dibayar dimuka. Persediaan untuk dapat menjadi kas harus dijual
dahulu menjadi piutang, baru kemudian ditagih mendapatkan kas.
Rasio kas merupakan kemampuan perusahaan membayar liabilitas jangka pendek dengan
menggunakan kas yang dimiliki entitas. Rasio ini merupakan ukuran kemampuan membayar
segera, karena diasumsikan semua liabilitas jangka panjang akan dibayar dalam waktu yang
sangat dekat. Ukuran rasio kas merupakan ukuran lebih ketat karena menganggap bahwa
semua utang harus disediakan kas untuk melunasinya
Provisi perlu dianalisis untuk melihat nilai dan probabilitas terjadinya. Pembaca perlu secara
kritis menganalisis jumlah estimasi yang dilakukan apakah telah mencerminkan informasi
terkini yang tersedia. Pembaca harus harus berhati-hati menganalisis kontinjensi, karena
kontinjensi ini dapat berubah menjadi liabilitas yang harus dibayar oleh perusahaan dimasa
depan. Kontinjensi dapat memunculkan aktivitas yang tidak ditampilkan dalam laporan
keuangan ( off balance sheet) padahal mungkin menurut asumsi analisis harus dimunculkan
dalam laporan keuangan.
PSAK
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORITIS
BAB III
STUDI KASUS
3.1 PENGAKUAN
Provisi diakui jika :
a. Entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat konstruktif) sebagai
akibat peristiwa masa lalu.
b. Kemungkinan besar penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan arus keluar sumber
daya yang mengandung manfaat ekonomi.
c. Estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat dibuat.
Dalam peristiwa yang jarang terjadi, tidak dapat ditentukan secara jelas apakah terdapat kewajiban
kini. Dalam hal ini, peristiwa masa lalu dianggap menimbulkan kewajiban kini jika, setelah
mempertimbangkan semua bukti tersedia, terdapat kemungikan lebih besar daripada tidak terjadi
bahwa kewajiban kini muncul pada akhir periode pelaporan.
Peristiwa masa lalu yang menimbulkan kewajiban kini disebut peristiwa mengikat. Dalam
peristiwa mengikat, entitas tidak mempunyai alternatif realistis selain menyelesaikan kewajiban
yang timbul dari peristiwa tersebut. Ini akan terjadi hanya jika :
a. Penyelesaian kewajiban dipaksakan oleh hukum
b. Dalam kasus kewajiban konstruktif, suatu peristiwa (mungkin berupa tindakan entitas)
menciptakan ekspektasi yang valid pada pihak lain bahwa entitas akan bertanggung jawab
terhadap kewajiban tersebut.
Laporan keuangan menggambarkan posisi keuangan entitas pada akhir periode pelaporan , bukan
posisi keuangan yang mungkin terjadi di masa depan. Oleh karena itu, entitas tidak mengakui
provisi untuk biaya yang diperlukan untuk operasi di masa depan. Liabilitas yang diakui dalam
laporan posisi keuangan (neraca) entitas hanyalah liabilitas yang telah ada pada akhir periode
pelaporan.
Liabilitas yang memenuhi kualifikasi pengakuan tidak hanya kewajiban kini saja namun juga
kemungkinan besar terjadinya arus keluar sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi untuk
menyelesaikan kewajiban tersebut. Jika tidak terdapat kemungkinan besar bahwa kewajiban kini
telah ada, maka entitas mengungkapkan kewajiban kontinjensi. Pengungkapan tersebut tidak perlu
dilakukan jika arus keluar sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi kemungkinannya
kecil.
Liabilitas kontinjensi diungkapkan, seperti disyaratkan di paragraf 86, kecuali arus keluar sumber
daya yang mengandung manfaat ekonomi kemungkinannya kecil. Liabilitas kontinjensi dapat
berkembang ke arah yang tidak diperkirakan semula. Oleh karena itu, liabilitas kontinjensi terus
menerus dikaji ulang untuk menentukan apakah tingkat kemungkinan arus keluar sumber daya
yang mengandung manfaat ekonomi bertambah sehingga menjadi kemungkinan besar. Jika timbul
kemungkinan besar bahwa arus keluar sumber daya ekonomi diperlukan untuk menyelesaikan
suatu unsur yang sebelumnya diklasifikasikan sebagai liabilitas kontinjensi, maka entitas
mengakui provisi dalam laporan keuangan pada periode saat perubahan menjadi kemungkinan
besar tersebut terjadi (kecuali dalam keadaan yang sangat jarang, ketika estimasi andal tidak dapat
dibuat).
Aset kontinjensi biasanya timbul dari peristiwa tidak terencana atau tidak diharapkan yang
menimbulkan kemungkinan arus masuk manfaat ekonomi untuk entitas. Misalnya, klaim yang
sedang diusahakan entitas melalui proses hukum yang hasilnya belum pasti. Aset kontinjensi tidak
diakui dalam laporan keuangan karena dapat menimbulkan pengakuan penghasilan yang mungkin
tidak pernah terealisasikan. Akan tetapi, jika realisasi penghasilan sudah dapat dipastikan, maka
aset tersebut bukan merupakan aset kontinjensi, melainkan diakui sebagai aset. Aset kontijensi
diungkapkan jika terdapat kemungkinan besar arus masuk manfaat ekonomi akan diperoleh entitas
sebagaimana diatur di paragraf 89.
Contoh :
1. Pada saat penjualan, produsen memberikan jaminan atau garansi produk kepada pembeli
produknya. Berdasarkan kontrak penjualan, produsen menjamin akan memperbaiki atau
mengganti produk yang dalam jangka waktu tiga tahun sejak tanggal penjualannya menampakkan
cacat. Berdasarkan pengalaman masa lalu, terdapat kemungkinan besar bahwa akan terjadi klaim
atas jaminan yang diberikan.
Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu yang mengikat. Peristiwa yang
mengikat adalah penjualan produk dengan jaminan, yang selanjutnya menimbulkan kewajiban
hukum.
Keluarnya sumber daya yang mengandung manfaat ekonomis dalam rangka penyelesaian
kewajiban. Terdapat kemungkinan besar bahwa hal ini (keluarnya sumber daya) akan terjadi bagi
jaminan secara keseluruhan.
Simpulan. Entitas mengakui provisi sebesar estimasi terbaik biaya perbaikan dan/atau penggantian
yang mungkin perlu dikeluarkan dalam rangka menjamin produk yang dijual sebelum akhir
periode pelaporan.
2. Sebuah toko ritel mempunyai kebijakan untuk mengembalikan uang pembelian dari
pelanggan yang tidak puas, meskipun tidak ada kewajiban hukum yang mengharuskan entitas
untuk mengembalikan uang konsumen.
Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat dari peristiwa masa lalu yang mengikat. Peristiwa
mengikat adalah peristiwa penjualan produk, yang menimbulkan kewajiban konstruktif karena
tindakan entitas telah menciptakan ekspektasi yang valid bagi pembeli bahwa entitas akan
mengembalikan uang mereka.
Keluarnya sumber daya yang mengandung manfaat ekonomis dalam rangka penyelesaian
kewajiban. Terdapat kemungkinan besar bahwa hal ini (keluarnya sumber daya akan terjadi).
Simpulan. Entitas mengakui provisi sebesar estimasi terbaik dari biaya pengembalian.
3.2 PENGUKURAN
Jumlah yang diakui sebagai provisi adalah hasil estimasi terbaik pengeluaran yang diperlukan
untuk menyelesaikan kewajiban kini pada akhir periode pelaporan. Estimasi terbaik pengeluaran
yang diperlukan untuk menyelesaikan kwajiban kini adalah jumlah yang secara rasional akan
dibayar entitas untuk menyelesaikan kewajibannya pada akhir periode pelaporan atau untuk
mengalihkan kewajibannya kepada pihak ketiga pada saat itu. Seringkali tidak mungkin dan tidak
ekonomis bagi entitas untuk meyelesaikan kewajiban atau mengalihkan kewajibannya pada akhir
periode pelaporan. Namun, estimasi jumlah yang secara rasional akan dibayar entitas untuk
menyelesaikan kewajibannya atau untuk mengalihkan kewajibannya, merupakan estimasi terbaik
atas pengeluaran yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kewajiban kini pada akhir periode
pelaporan. Estimasi hasil dan dampak keuangan ditentukan berdasarkan pertimbangan manajemen
entias, ditunjang dengan pengalaman dari transaksi serupa, serta dalam beberapa kasus dilengkapi
dengan laporan ahli independen. Di antara bukti yang dipertimbangkan termasuk bukti tambahan
yang diperoleh dari peristiwa setelah periode pelaporan.
Provisi diukur sebelum memperhitungkan pajak karena dampak pajak dari provisi dan
perubahannya diatur dalam PSAK 46: Akuntansi Pajak Penghasilan.
Dalam menentukan estimasi terbaik suatu provisi, entitas mempertimbangkan berbagai risiko dan
ketidakpastian yang selalu mempengaruhi berbagai peristiwa dan keadaan.
Jika dampak nilai waktu dari uang cukup material, maka jumlah provisi adalah nilai kini dari
perkiraan pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban. Karena nilai waktu dari
uang, provisi yang melibatkan pengeluaran uang yang timbul seketika setelah periode pelaporan
lebih memberatkan jika dibandingkan dengan provisi yang melibatkan pengeluaran uang dalam
jumlah sama yang timbul kemudian. Dengan demikian, jika dampaknya bersifat material, provisi
didiskontokan.
Peristiwa masa depan yang dapat mempengaruhi jumlah yang diperlukan untuk menyelesaikan
kewajiban tercermin dalam jumlah provisi jika ada bukti obyektif bahwa peristiwa itu akan terjadi.
Dalam mengukur kewajiban yang ada, dipertimbangkan dampak peraturan perundang – undangan
yang kemungkinan akan diberlakukan, khususnya jika terdapat bukti objektif yang memadai
bahwa peraturan perundang – undangan itu pasti akan diberlakukan. Dalam kenyataannya, sering
kali sangat sulit bagi entitas untuk menentukan apakah suatu peristiwa akan menghasilkan bukti
objektif yang memadai. Bukti tersebut harus jelas menunjukkan hal – hal yang diatur dalam suatu
peraturan dan menimbulkan kepastian bahwa peraturan itu akan diundang – undangkan dalam
lembaran negara pada waktunya.
Contoh :
Entitas menjual produk dengan memberikan garansi / jaminan kepada pelanggan untuk
menanggung biaya perbaikan cacat pabrikasi yang ditemukan dalam jangka waktu enam bulan
setelah penjualan. Jika kerusakan yang terdeteksi dari seluruh produk yang terjual digolongkan
cacat ringan, maka biaya perbaikannya Rp 1.000.000. Sementara itu, jika kerusakan yang
terdeteksi dari seluruh produk terjual digolongkan cacat berat, maka biaya perbaikannya Rp
4.000.000. Pengalaman entitas di masa lalu dan ekspektasi masa datang memberikan indikasi
bahwa dalam tahun mendatang 75% dari produk terjual tidak mengandung cacat, 20% dari produk
terjual mengandung cacat ringan dan 5 % dari produk yang terjual mengandung cacat berat. Sesuai
dengan paragraf 24, entitas menentukan probabilitas atau kemungkinan arus keluar sumber daya
untuk pemenuhan kewajiban garansi secara keseluruhan.
Nilai yang diharapkan untuk biaya perbaikan adalah : (75% x Rp 0) + (20% x Rp 1.000.000) +
(5% x Rp 4.000.000) = Rp 400.000
3.3 PENGGANTIAN
Jika sebagian atau seluruh pengeluaran untuk menyelesaikan provisi diganti oleh pihak ketiga,
maka penggantian itu diakui hanya pada saat timbul keyakinan bahwa penggantian pasti akan
diterima jika entitas menyelesaikan kewajiban. Penggantian tersebut diakui sebagai aset yang
terpisah. Jumlah yang diakui sebagai penggantian tidak boleh melebihi nilai provisi.
Dalam laporan laba rugi komprehensif, beban yang terkait dengan provisi dapat disajikan secara
neto setelah dikurangi jumlah yang diakui sebagai penggantian nya.
Provisi ditelaah pada setiap akhir periode pelaporan dan disesuaikan untuk mencerminkan estimasi
terbaik yang paling kini. Jika arus keluar sumber daya untuk menyelesaikan kewajiban
kemungkinan besar tidak terjadi, maka provisi dibatalkan.
Jika provisi didiskontokan, maka nilai tercatatnya akan meningkat pada setiap periode untuk
mencerminkan berlalunya waktu. Peningkatan ini diakui sebagai biaya pinjaman.
Provisi hanya dapat digunakan untuk pengeluaran yang berhubungan dengan tujuan pembentukan
provisi. Membebankan pengeluaran untuk mengurangi provisi yang semula diakui untuk tujuan
lain akan menghilangkan pengaruh dari dua peristiwa yang berbeda.
3.4 PENGUNGKAPAN
Untuk setiap jenis provisi, entitas mengungkapkan :
a. Nilai tercatat pada awal dan akhir periode.
b. Provisi tambahan yang dibuat dalam periode bersangkutan, termasuk peningkatan jumlah
provisi yang ada.
c. Jumlah yang digunakan, yaitu jumlah yang terjadi dan dibebankan pada provisi selama
periode bersangkutan.
d. Jumlah yang belum digunakan yang dibatalkan selama periode bersangkutan.
e. Peningkatan, selama periode yang bersangkutan, dalam nilai kini yang timbul karena
berlalunya waktu dan dampak dari setiap perubahan tingkat diskonto.
Jika kemungkinan besar terjadi arus masuk manfaat ekonomi, maka entitas mengungkapkan uraian
singkat mengenai kharakteristik aset kontinjensi pada akhir periode pelaporan dan jika praktis,
estimasi dampak keuangannya, diukur sesuai dengan prinsip yang berlaku bagi provisi.
Pada kasus yang sangat jarang terjadi, pengungkapan sebagian atau seluruh informasi yang diatur
di paragraf 84 – 89 diperkirakan dapat menyulitkan entitas dalam perselisihan dengan pihak lain
mengenai hal yang menjadi subjek provisi, liabilitas kontinjensi, atau aset kontinjensi. Dalam hal
demikian, entitas tidak perlu mengungkapkan informasi tersebut, tetapi mengungkapkan uraian
umum perselisihan, berikut fakta dan alasan bahwa informasi tersebut tidak diungkapkan.
Contoh :
1. Pada saat penjualan, suatu produsen memberikan garansi atau jaminan kepada pembeli ketiga
lini produknya. Berdasarkan garansi tersebut, produsen bersedia untuk memperbaiki atau
mengganti produk – produk yang gagal menunjukkan kinerja yang memuaskan selama dua tahun
terhitung sejak tanggal penjualan. Pada tanggal neraca, diakui provisi sebesar Rp 60.000.000.
Provisi tersebut tidak didiskontokan (dihitung nilai kininya) karena dampak pendiskontoan tidak
material. Entitas mengungkapkan informasi berikut ini :
Entitas mengakui provisi sebesar Rp. 60.000.000. Jumlah tersebut adalah jumlah yang
diperkirakan akan dikeluarkan entitas bagi klaim atas garansi produk yang dijual selama tiga tahun
buku terakhir. Diperkirakan sebagian besar pengeluaran tersebut akan terjadi dalam tahun buku
mendatang, dan semua pengeluaran akan terjadi dalam dua tahun sejak akhir periode pelaporan.
2. Entitas terlibat perselisihan dengan salah satu pesaingnya, yang menuduh entitas telah
melanggar hak paten yang dimilikinya. Pesaing tersebut menuntut ganti rugi sebesar Rp
100.000.000.000. Entitas mengakui provisi sebesar estimasi terbaik atas kewajiban tersebut,
namun entitas tidak mengungkapkan informasi yang disyaratkan dalam PSAK 57. Entitas
mengungkapkan informasi berikut :
Entitas sedang menghadapi proses tuntutan hukum sehubungan dengan perselisihan dengan salah
satu pesaing yang menuduh bahwa entitas telah melanggar hak patennya, dan menuntut ganti rugi
sebesar Rp 100.000.000.000. Informasi yang biasanya disyaratkan dalam PSAK 57 tidak
diungkapkan karena dapat menimbulkan prasangka yang mempengaruhi hasil tuntutan hukum.
Dewan direksi berpandangan bahwa tuntutan tersebut akan dapat ditolak oleh entitas.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
a. Jika sebagai akibat dari kejadian masa lampau, timbul kemungkinan entitas akan
mengeluarkan sumber daya yang mengandung manfaat ekonomis dalam rangka menyelesaikan :
· Kewajiban masa kini
· Kemungkinan kewajiban yang keberadaannya akan menjadi pasti hanya dengan terjadinya
atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa yang belum pasti di masa depan, yang (peristiwa itu)
tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas.
b. Jika sebagai akibat dari kejadian masa lalu, terdapat kemungkinan timbul aset yang
keberadaannya akan menjadi pasti hanya dengan terjadinya atau tidak terjadinya satu atau lebih
peristiwa yang belum pasti di masa depan, yang (peristiwa itu) tidak sepenuhnya berada dalam
kendali entitas.
c. Sebagian atau seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk menyelesaikan suatu provisi
diharapkan akan diganti atau ditanggung oleh pihak ketiga.
Daftar pustaka
http://fransiskusanwar.blogspot.com/2016/03/akuntansi-keuangan-2-liabilitas-jangka_18.html?m=1
http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/pernyataan-sak-39-psak-57-provisi-liabilitas-
kontinjensi-dan-aset-kontinjensi