Anda di halaman 1dari 7

Rangkuman Materi: Utang Lancar (Current Liabilities)

A. UTANG JANGKA PENDEK

Utang atau liabilities adalah bentuk pengorbanan manfaat ekonomi di masa depan
yang terjadi akibat kewajiban suatu badan usaha yang terjadi akibat kewajiban
badan usaha pada masa kini untuk mentransfer aktiva atau menyediakan jasa pada
badan usaha lain di masa yang akan datang sebagai akibat transaksi atau peristiwa
di masa lalu. Dalam akuntansi, utang dikelompokan menjadi 2, yaitu utang jangka
pendek (current liabilities) dan utang jangka Panjang (long term liabilities). Dalam
akuntansi, para akuntan men treatment utang jangka pendek ini dengan
mencantumkan nilai nominalnya dan bukan nilai tunainya, sedangkan biasanya
utang dicantumkan sebesar nilai tunainya. Penyimpangan ini terjadi karena antara
nilai nominal dengan tunainya tidak jauh berbeda. Batasan yang digunakan untuk
menentukan utang tersebut masuk ke dalam kategori utang jangka pendek atau
utang jangka panjang adalah jangka waktu pembayaran utang-utang tersebut.
Apabila utang dibayarkan di dalam periode akuntansi bersangkutan, maka utang
tersebut masuk ke dalam kategori utang jangka pendek, sedangkan utang yang
dilunasi atau berjangka waktu melewati 1 periode akuntansi maka akan dimasukan
ke dalam kategori utang jangka panjang. Hal ini sebenarnya tidaklah begitu tepat jika
kita mendefinisikan pola logika ini secara umum karena faktanya banyak
perusahaan yang memiliki siklus yang berbeda-beda, oleh karena itu Batasan yang
digunakan berubah sebagai berikut:

“suatu kewajiban akan dikelompokan sebagai utang jangka pendek jika


pelunasannya menggunakan sumber-sumber aktiva lancar atau dengan
menimbulkan utang jangka pendek baru”

Dengan Batasan seperti di atas, maka masalah seperti ketidaksesuaian


siklus/perbedaan sikluk akuntansi dapat diatasi.

B. UTANG JANGKA PENDEK YANG SUDAH PASTI

Utang angka pendek dikatakan sudah pasti apabila memenuhi syarat:

1. Kewajiban untuk membayar sudah pasti, artinya sudah terjadi transaksi yang
menimbulkan kewajiban membayar.
2. Jumlah yang harus dibayar sudah pasti.

Utang yang memenuhi 2 syarat di atas terdiri dari:

1. Utang dagang.

Utang dagang biasanya timbul dari pembelian barang-barang dan jasa dan
dari pinjaman jangka pendek. Dalam meentukan jumlah utang jangka pendek
perlu diperhitungkan utang atas barang-barang yang dibeli dan yang masih
dalam perjalanan. Pengakuan utang atas pembelian yang masih dalam
perjalanan harus mempertimbangkan syarat pengirimannya dari gudang pembeli
atau gudang penjual.
2. Utang wesel.

Utang wesel ada yang dijamin dan ada juga yang tanpa jaminan. Di dalam
utang weseljuga sudah termasuk wesel yang dikeluarkan untuk pembelian
barang-barang atau jasa, pinjaman bank jangka pendek, pegawai atau
pemegang saham dan untuk pembelian utility yang lain seperti mesin dan alat-
alat.

3. Utang jangka panjang yang jatuh tempo pada periode itu.

Utang obligasi dan utang-utang jangka panjang lainnya yang akan dilunasi
kurang dari satu tahun dilaporkan sebagai utang jangka pendek. Apabila utang
utang yang jatuh tempo pada periode akan dilunasi dengan dana-dana
pelunasan atau dari uang hasil penjualan obligasi baru atau akan ditukar dengan
saham, maka utang jangka panjang tadi tetap dilaporkan sebagai utang jangka
panjang.

4. Utang deviden.

Deviden yang dibagikan dalam bentuk uang atau aktiva (jika belum dibayar)
dicatat dengan mendebit rekening laba tidak dibagi dan mengkredit utang
deviden. Utang deviden ini timbul pada saat pengumuman pembagian deviden
oleh direksi dan terutang sampai tanggal yang pembayaran. Deviden untuk
saham prioritas jumlahnya memang sudah pasti, namun jika belum
pengumuman masih belum bisa dicatat sebagai utang. Utang deviden skrip akan
dicatat sebagai utang jangka pendek jika segara dilunasi. Pembagian deviden
dalam bentuk saham kreditnya tidak akan dicatat dalam bentuk utang melainkan
elemen dari modal.

5. Uang muka dan jaminan yang dapat diminta kembali.

Uang muka ini dicatat sebagai utang karena barang yang belum diserahkan
kepada pembeli. Uang muka merupaka utang jangka pendek. Jaminan juga
merupakan utang jika dapat ditagih sewaktu-waktu. Namun jika jaminan itu
disimpan di perusahaan dalam jangka waktu yang lama maka akan
dikategorikan sebagai utang jangka panjang.

6. Dana yang dikumpulkan untuk pihak ketiga.’

Pengusaha atau perusahaan biasanya akan menjadi entitas yang


mengumpulkan uang dari langganan/pegawai yang akan diserahkan kepada
pihak ketiga.

Misalnya setiap membayar gaji dipotong 15% dari gaji. Potongan 15% akan
menjadi Utang PPh bagi perusahaan dan nantinya akan disetorkan ke kas
negara. Sama halnya dengan PPN, PPN yang biasanya dibebankan oleh
penjual pada pembeli ini akan dihitung kembali oleh penjual dengan
menselisihkan PPN Masukan dan Keluaran, jika timbul Utang PPN maka Utang
PPN ini akan disetorkan ke kas negara oleh perusahaan.
7. Utang biaya (Biaya yang masih akan dibayar).

Utang biaya ini timbul dari pengakuan akuntansi terhadap biaya-biaya yang
belum dibayarkan. Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah biaya gaji,
upah, sewa, air, listrik, telepon, dan masih banyak lainnya.

Utang ini timbul biasanya di akhir tahun pembukuan atau saat tutup buku.
Misalnya gaji dibayarkan setiap hari Rabu pada akhir bulan. Ternyata akhir
bulan desember hari Rabu ada di bulan januari, maka pada hari selasa
dibukukan menjadi

Gaji dan Upah Rp xxx


Utang gaji dan upah/utang biaya Rp xxx

8. Utang Bonus

Bonus yang diberikan pada karyawan dapat dihitung dengan dasar penjualan
atau laba, tergantung pada perjanjiannya. Apabila bonus dihitung dengan
menggunakan laba maka perhitungannya ada 3 cara:

1. Bonus dihitung dari laba sebelum dikurangi bonus dan pajak penghasilan.
2. Bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi pajak penghasilan sebelum
dikurangi bonus.
3. Bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi bonus dan pajak penghasilan.

Contoh perhitungan:
“PT ABADI JAYA memberikan bonus untuk top karyawan tahun 2022 sebesar
10% dari laba. Laba tahun 2022 adalah Rp1.000.000,00. PPh sebesar 15%
dari laba bersih”
Misal:
B = Bonus
P = Pajak
Perhitungan:

a. Bonus dihitung dari laba sebelum dikurangi bonus dan PPh

B = 0,10 x Rp1.000.000,00
B = Rp100.000,00
P = 0,15x(Rp1.000.000,00 – Rp100.000,00)
P = Rp135.000,00

b. Bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi PPh sebelum dikurangi bonus

Persamaan:

B = 0,10(Rp1.000.000,00 – P)
P = 0,15(Rp1.000.000,00 – B)

P dalam persamaan kedua diganti dengan persamaan kedua, maka B dapat


dihitung sebagai berikut:
B = 0,10[Rp1.000.000,00 – 0,15(Rp1.000.000,00 – B)]
B = 0,10(Rp1.000.000,00 – Rp150.000,00 + 0,15B)
B – 0,15B = Rp85.000,00
0,985B = Rp85.000,00
B = Rp86.294,40

PPh dihitung dengan mengubah B di persamaan kedua dengan B yang


didapat di cara pertama.

P = 0,15(Rp1.000.000,00 – Rp86.294,40)
P = 0,15 x Rp913.705,60

P = Rp137.055,84

c. Bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi bonus dan PPh

B = 0,10(Rp1.000.000,00 – B – P)

P = 0,15(Rp1.000.000,00 – B)

P dalam persamaan pertama diganti dengan persamaan kedua.

B = 0,10[Rp1.000.000,00 – B – 0,15(Rp1.000.000,00 – B))


B = 0,10(Rp1.000.000,00 – B – Rp150.000,00 + 0,15B)
B = Rp100.000,00 – 0,1B – Rp15.000,00 + 0,015B
B + 0,10B – 1.015B = Rp85.000,00
1,0985B = Rp85.000,00

B = Rp77.378,00

PPh dihitung dengan mengganti B dari persamaan kedua’

P = 0,15(Rp1.000.000,00 – Rp77.378,00) = 0,15(Rp922.622,00)

P = Rp138.393,00

9. Pendapatan yang Diterima Di muka

Jumlah yang diterima dari langganan untuk barang-barang dan jasa yang
akan diserahkan dalam periode yang akan datang dicatat sebagai pendapatan
diterima dimuka dan dilaporkan di bawah kelompok utang jangka pendek.

C. TAKSIRAN UTANG

Terkadang ada utang yang sudah pasti harus dibayarkan namun jumlahnya menjadi
tidak pasti pada akhir periode. Maka dari itu pada tanggal neraca akan dilakukan
perhitungan jumlah kewajiban dengan cara taksiran. Pengelompokan utang taksiran
ini tergantung pada saat pelunasannya nanti. Jika segera maka masuk dalam
kelompok utang jangka pendek, jika pelunasannya akan dilakukan beberapa periode
yang akan datang, maka dikelompokan sebagai uatng jangka panjang.
1. Taksiran Utang Pajak Penghasilan

Pada akhir periode akan dilakukan perhitungan ulang untuk pajak


penghasilan. Setelah dihitung ulang maka akan didebitkan rekening pajak
penghasilan dan dikreditkan pada rekening utang pajak penghasilan.

2. Taksiran Utang Hadiah yang Beredar

Biasanya aka nada semacam hadiah dari perusahaan. Apabila hadiah ini
tidak diambil setelah jatuh tempo, maka tidak perlu ayat jurnal penyesuaian,
tetapi jika batas waktu melampaui 1 periode, maka perlu mendebit rekening
biaya hadiah dan menkredit rekening utang hadiah.

3. Taksiran Utang Garansi

Jika barang dijual disertai garansi, maka perlu dibuatkan ayat jurnal
penyesuaian akibat dari garansi perbaikan-perbaikan pada akhir periode.
Taksiran itu didebitkan pada rekening biaya garansi dan dikreditkan pada
rekening taksiran utang garansi. Ada 2 cara dalam mencatat utang garansi.
Pertama, menggunakan cara expense warranty treatment yang dimana biaya
dicatat pada periode terjadinya penjualan (Disesuaikan tiap akhir periode).
Kedua, metode sales warranty treatment. Mungkin saja ini terlihat lebih efektif
karena menggunakan basis accrual namun tidak sesuai dengan prinsip
matching, karena pembebanan terjadi saat ada perbaikan bukan saat
penerimaan pendapatan.

4. Taksiran Utang Pensiun

Biaya pensiun akan dibebankan sebagai biaya ke priode-periode dimana


karyawan tersebut bekerja. Jumlah uang pensiun yang akan dibayarkan ditasir
berdasarkan jumlah karyawan, umur, dan jangka waktu pembayaran pensiun.
Selanjutnya jumlah taksiran tadi dibagi dengan jumlah waktu karyawan tersebut
bekerja. Setiap periode jumlah taksiran ini didebitkan ke rekening biaya gaji dan
upah atau biaya produksi tidak langsung dan dikreditkan ke rekening utang
pensiun.

D. UTANG – UTANG BERSYARAT (CONTINGENT LIABILITIES)

Utang-utang bersayarat adalah uatng yang sampai pada tanggal neraca tidak pasti
apakah aka menjadi utang atau tidak. Utang jenis ini biasanya munculnya belum
pasti, namun bisa saja jumlahnya sudah pasti atau mungkin juga belum pasti.
Perbedaannya dengan Utang Taksiran adalah kepastian timbulnya kewajiban
membayar dan bukannya mengenai kepastian jumlahnya.

1. Piutang wesel didiskontokan dan piutang dijaminkan’


2. Endorsmen bersyarat atas wesel-wesel
3. Sengketa hukum
4. Tambahan pajak yang belum jelas kepastiannya
5. Jaminan terhadap utang anak perusahaan
6. Garansi terhadap penurunan harga barang yang dijual
Dalam neraca, utang bersyarat bisa ditunjukan melalui catatan kaki atau dengan
judul tersendiri.

Anda mungkin juga menyukai