Anda di halaman 1dari 105

BAHAN AJAR

AKUNTANSI KEUANGAN 2
BAB I
UTANG JANGKA PENDEK

Utang-utang yang menjadi kewajiban suatu perusahaan dikelompokkan dalamdua


kelompok yaitu utang jangka pendek dan utang jangka panjang. Padaprinsipnya utang
akan dicantumkan sebesar nilai tunai dari utang-utang
tersebut, tetapi pada umumnya utang jangka pendek akan dicantumkandengan jumlah
sebesar nilai nominalnya

Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pencatatan, penghitungan danpelaporan utang jangka pendek
2. Mahasiswa mampu menerapkan perlakuan akuntansi terhadap utang jangka pendek

2.1 Definisi Utang


Definisi utang adalah pengorbanan manfaat ekonomi di masa yang akandatang yang
mungkin terjadi akibat kewajiban suatu badan usaha pada masakini untuk mentransfer
aktiva atau menyediakan jasa pada badan usaha lain dimasa yang akan datang sebagai
akibat transaksi atau kejadian di masa lalu.

Utang-utang yang menjadi kewajiban suatu perusahaan dikelompokkan dalam dua


kelompok yaitu utang jangka pendek dan utang jangka panjang.
Pada prinsipnya utang akan dicantumkan sebesar nilai tunai dari utang-utang tersebut,
tetapi pada umumnya utang jangka pendek akan dicantumkan dengan jumlah sebesar
nilai nominalnya.
Penyimpangan ini dilakukan dengan dasar anggapan bahwa selisih antara nilai nominal
dengan nilai tunainya relative kecil. Batasan yang biasa digunakan untuk
mengelompokkan utang adalah jangka waktu pembayaran utang-utang tersebut. Apabila
utang-utang itu akan dibayar dalam jangka waktu siklus operasi perusahaan atau dalam
waktu satu tahun maka dikelompokkan sebagai utang jangka pendek. Karena siklus usaha
perusahaan itu berbeda-beda, maka batasan dari utang jangka pendek adalah sebagai
berikut :
Suatu kewajiban akan dikelompokkan sebagai utang jangka pendek apabila pelunasannya
akan dilakukan dengan menggunakan sumber-sumber aktiva lancar atau dengan
menimbulkan utang jangka pendek yang baru.

Selanjutnya pembahasan utang jangka pendek ini akan dibagi dalam tiga bagian yaitu :
a. utang jangka pendek yang jumlahnya dapat diketahui,
b. utang jangka pendek yang jumlahnya belum dapat ditetapkan
c. utang-utang bersyarat.

2.2 Utang Jangka Pendek Yang Jumlahnya Diketahui


Utang jangka pendek dikatakan sudah pasti bila memenuhi dua syarat:
1. Kewajiban untuk membayar sudah pasti, artinya sudah terjadi transaksi yang
menimbulkan kewajiban membayar.
2. Jumlah yang harus dibayar sudah pasti.
Utang-utang yang memenuhi dua syarat di atas terdiri dari berbagai jenis utang sebagai
berikut:

1. Utang dagang dan utang wesel.

- Utang dagang dan utang wesel biasanya timbul dari pembelian barang-barang atau jasa-
jasa dan dari pinjaman jangka pendek. Dalam menentukan jumlah utang jangka pendek
perlu diperhitungkan utang atas barang-barang yang dibeli yang masih dalam perjalanan.
Pencatatan utang atas pembelian barang yang masih dalam perjalanan harus
mempertimbangkan syarat pengirimannya.
- Utang wesel ada yang dijamin, ada juga yang tanpa jaminan, di dalamnya termasuk
wesel-wesel yang dikeluarkan untuk pembelian barang-barang atau jasa, pinjaman bank
jangka pendek, pegawai atau pemegang saham dan untuk pembelian mesin-mesin dan
alat-alat.

2. Utang jangka panjang yang jatuh tempo dalam periode itu.

- Utang obligasi dan utang-utang jangka panjang lainnya yang akan dilunasi kurang dari
satu tahun dilaporkan sebagai utang jangka pendek. Jika yang jatuh tempo hanya
sebagian, maka bagian yang jatuh tempo dalam tahun itu dilaporkan sebagai utang jangka
pendek, sedang yang belum jatuh tempo tetap dilaporkan sebagai utang jangka panjang.
Apabila utang jangka panjang yang jatuh tempo dalam periode itu akan dilunasi dengan
dana-dana pelunasan atau dari uang hasil penjualan obligasi baru atau akan ditukar
dengan saham, maka utang jangka panjang tadi tetap dilaporkan sebagai utang jangka
panjang. Walaupun pelunasannya masih dalam waktu satu tahun, tetapi karena tidak
dilunasi dengan sumber aktiva lancar dan tidak menimbulkan utang jangka pendek yang
baru, maka tidak dikelompokkan dalam utang jangka pendek.

2. Utang dividen.

- Dividen yang dibagikan dalam bentuk uang atau aktiva (jika belum dibayar) dicatat
dengan mendebit rekening laba tidak dibagi dan mengkredit utang dividen.
Karena utang dividen ini segera akan dilunasi maka termasuk dalam kelompok utang
jangka pendek. Utang dividen ini timbul pada saat pengumuman pembagian dividen oleh
direksi dan terutang sampai tanggal pembayaran.
Dividen untuk saham prioritas, walaupun jumlahnya sudah pasti, tetapi sebelum tanggal
pengumuman belum merupakan utang.
Utang dividen skrip akan dikelompokkan sebagai utang jangka pendek jika segera akan
dilunasi. Pembagian dividen dalam bentuk saham (dividen saham) dicatat dengan debit
laba tidak dibagi dan kredit dividen saham yang akan dibagi. Kredit yang dibuat untuk
mencatat dividen saham yang akan dibagi tidak termasuk dalam kelompok utang jangka
pendek tetapi merupakan elemen modal.

3. Uang muka dan jaminan yang dapat diminta kembali.

- uang muka merupakan pembayaran di muka dari pembeli untuk barang-barang yang
dipesan. Sebelum barang-barang diserahkan pada pembeli, uang muka tersebut
merupakan utang jangka pendek.
- Jaminan yang diminta dari langganan juga merupakan utang, jika jaminan itu dapat
ditarik kembali sewaktu-waktu, maka merupakan utang jangka pendek. Tetapi jika
jaminan itu akan disimpan dalam perusahaan untuk jangka waktu yang lama, maka
termasuk dalam kelompok utang jangka panjang.

4. Dana yang dikumpulkan untuk pihak ketiga.

- Jaminan yang diminta dari langganan juga merupakan utang, jika jaminan itu dapat
ditarik kembali sewaktu-waktu, maka merupakan utang jangka pendek. Tetapi jika
jaminan itu akan disimpan dalam perusahaan untuk jangka waktu yang lama, maka
termasuk dalam kelompok utang jangka panjang.
- Sebagai contoh setiap membayar gaji pegawai dipotong 15% sebagai pajak penghasilan
pegawai yang nantinya akan disetorkan ke kas negara. Pajak yang dipotong oleh
perusahaan dicatat sebagai utang lancar. Apabila gaji pegawai bulan November 2005
sebesar Rpl.200.000,- maka PPh pegawai sebesar 15% akan dicatat dengan jurnal sebagai
berikut:

Gaji dan upah Rp l.200.000,-


Utang pajak penghasilan karyawan Rp 180.000,-
Kas 1.020.000,-

- Perusahaan-perusahaan yang dikenakan pajak pertambahan nilai (PPN) akan


membebankan PPN ini kepada pembeli, yaitu dengan menambahkan PPN pada harga
jual. PPN yang diterima dicatat sebagai utang sampai saat penyetorannya ke Kas Negara.
Misalnya: Penjualan bulan Maret 2005 sebesar Rp22.000.000,-, termasuk PPN sebesar
10%, maka pencatatan penjualan dilakukan dengan jurnal sebagai berikut:
Kas Rp22.000.000,-
Penjualan Rp20.000.000,-
Utang PPN 2.000.000,-

- Perhitungan: PPN = 10/no x Rp22.000.000,- = Rp2.000.000,-.


- Pada saat menyetorkan PPN tersebut ke Kas Negara, dibuat jurnal
sebagai berikut:
Utang PPN Rp2.000.000,-
Kas Rp2.000.000,-

5. Utang biaya (biaya yang masih akan dibayar).

- Utang biaya merupakan utang yang timbul dari pengakuan akuntansi terhadap biaya-
biaya yang sudah terjadi tetapi belum dibayar. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah
utang yang timbul dari gaji dan upah, bonus, biaya sewa dan Iain-lain.
Bonus yang diberikan pada karyawan-karyawan tertentu kadangkadang menimbulkan
masalah tersendiri. Bonus itu dapat dihitung dengan dasar penjualan atau laba, tergantung
pada perjanjiannya.

Apabila bonus dihitung atas dasar laba, maka perhitungannya dapat dilakukan dengan 3
cara sebagai berikut:
a. Bonus dihitung dari laba sebelum dikurangi bonus dan pajak penghasilan (PPh).
b. Bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi pajak penghasilan sebelum dikurangi
bonus.
c. Bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi bonus dan pajak penghasilan.
Penggunaan masing-masing cara di atas dapat dilihat dari contoh berikut ini:

PT Tamma Selamat memberikan bonus untuk kepala bagian penjualan


sebesar 10% dari laba. Laba tahun 2005 sebesar Rpl.000.000,-. PPh sebesar
15% dari laba bersih.

Misalnya B = Bonus
P = Pajak.
Perhitungan bonus masing-masing cara di atas sebagai berikut:

a. Bonus dihitung dari laba sebelum dikurangi bonus dan PPH:


B = 0,10 x Rp l.000.000,-
B = Rp l00.000,-.
PPh = 15% x (Rp l.000.000,- – Rp l00.000,-)
PPh = Rp l35.000,-

b. Bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi PPH sebelum dikurangi dengan
bonus:

B = 0,10 (Rp l.000.000,- - P)


P = 0,15 (Rp l.000.000,--B)
P dalam persamaan pertama diganti dengan persamaan kedua, maka B dapat dihitung
sebagai berikut:
B = 0,10[Rp l.000.000,- – 0,15 (Rp l.000.000,- - B)]
B = 0,10(RP1.000.000,- – Rp l50.000,- + 0,15B)
B = Rp l00.000,- - Rpl5.000,- + 0,015 B
B – 0,015 B = Rp 85.000,-
0,985 B = Rp 85.000,-
B = Rp 86.294,40.
PPh dihitung dengan mengganti B dari persamaan kedua sebagai berikut:
P = 0,15 (Rp l.000.000,- – Rp 86.294,40)
P = 0,15 x Rp 913.705,60
P = Rp l37.055,84.

c. Bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi bonus dan PPh:

B = 0,10 (Rp l.000.000,- – B – P)


P = 0,15 (Rp l.000.000,- – B)
P dalam persamaan pertama diganti dengan persamaan kedua, maka B
dapat dihitung sebagai berikut:
B = 0,10 [Rpl.000.000,- – B – 0,15 (Rp l.000.000,-- B)]
B = 0,10 (Rpl.000.000,- – B – Rp l50.000,- + 0,15 B)
B = Rp l00.000,- – 0,1 B – Rp l5.000,- + 0,015 B
B + 0,10 B – 0,015 B = Rp 85.000,-
1,0985 B = Rp 85.000,-
B = Rp77.378,-.

PPh dihitung dengan mengganti B dari persamaan kedua sebagai berikut:


P = 0,15 (Rpl.000.000,- - Rp77.378,-) = 0,15 (Rp922.622,-)
P = Rp l38.393,-.

Perhitungan jumlah yang masih akan dibayar untuk gaji dan upah, bunga, sewa, dan Iain-
lain dilakukan dengan dasar waktu terjadinya biaya tersebut. Misalnya gaji pegawai
dibayarkan tiap tanggal 5 bulan berikutnya.
Jika gaji dan upah bulan Desember 2005 sebesar Rpl.200.000,- maka pada tanggal 31
Desember 2005 dibuat jurnal penyesuaian untuk mencatat utang gaji dan upah sebagai
berikut:
Gaji dan upah Rpl.200.000,-
Utang gaji dan upah Rpl.200.000,-

Prosedur yang sama digunakan juga untuk menghitung biaya-biaya lain yang
masih akan dibayar.
- Pendapatan diterima di muka.
Jumlah yang diterima dari langganan untuk barang-barang dan jasa-jasa yang akan
diserahkan dalam periode yang akan datang dicatat sebagai pendapatan yang diterima di
muka dan dilaporkan di bawah kelompok utang jangka pendek.

Contoh dari pendapatan yang diterima di muka adalah uang muka yang diterima untuk
langganan majalah/surat-surat kabar. Jumlah penerimaan ini merupakan pendapatan yang
diterima di muka sampai majalah/surat kabarnya diserahkan pada pembeli.

2.3 Taksiran Utang

Biasanya jumlah kewajiban dari suatu utang sudah dapat ditentukan, baik dari kontrak
maupun dari perhitungan dengan dasar suatu tarif tertentu.
Akan tetapi tidak semua utang dapat ditentukan jumlahnya, kadang-kadang terdapat
utang-utang yang sudah jelas harus dibayar, tetapi pada tanggal neraca jumlahnya masih
belum pasti.
Karena jumlahnya masih belum jelas, tetapi kewajibannya sudah«pasti maka pada
tanggal neraca dilakukan perhitungan jumlah kewajiban dengan cara taksiran.
Taksiran utang ini mungkin dikelompokkan sebagai utang jangka pendek atau jangka
panjang, tergantung pada saat pelunasan utang tersebut. Jika pelunasannya segera, maka
dikelompokkan sebagai utang jangka pendek, tetapi jika pelunasannya akan dilakukan
beberapa periode yang akan dating maka dikelompokkan sebagai utang jangka panjang.

Beberapa jenis taksiran utang jangka pendek yang nampak dalam


neraca adalah:
a. Taksiran Utang Pajak Penghasilan

Pada akhir periode sesudah diketahui laba yang diperoleh, diperlukan untuk menaksir
besarnya pajak penghasilan yang akan menjadi beban tahun yang bersangkutan. Besarnya
pajak biasanya ditaksir dengan cara mengalikan tarif pajak yang berlaku dengan jumlah
laba. Sesudah taksiran pajak ini dihitung, akan dicatat dengan jurnal yang mendebit
rekening pajak penghasilan dan dikreditkan ke rekening utang pajak penghasilan.

b. Taksiran Utang Hadiah yang Beredar

Kadang-kadang ditawarkan hadiah atas pembelian barang-barang tertentu. Hadiah-hadiah


ini merupakan biaya untuk periode di mana penjualan barang-barang tersebut terjadi.
Apabila hadiah-hadiah itu habis waktunya pada akhir periode maka tidak perlu dibuat
jurnal penyesuaian.
Tetapi apabila jangka waktu pengambilan hadiah melampaui suatu periode akuntansi,
maka pada akhir tahun dibuat jurnal penyesuaian yang mendebit rekening biaya hadiah
penjualan dan mengkredit rekening utang hadiah yang beredar. Jumlah utang hadiah yang
beredar ini dihitung dengan cara taksiran dari jumlah penjualan.

c. Taksiran Utang Garansi

Jika barang-barang yang dijual disertai dengan garansi untuk perbaikan perbaikan maka
pada akhir periode dihitung taksiran jumlah biaya yang akan terjadi sebagai akibat
garansi tersebut.
Taksiran biaya itu didebitkan ke rekening biaya garansi dan dikreditkan ke rekening
taksiran utang garansi.
Cara tersebut merupakan cara yang sesuai dengan prinsip matching atau
mempertemukan. Dengan cara ini yang selanjutnya disebut expense warranty treatment
biaya garansi dibebankan sebagai biaya pada periode dicatatnya penjualan.

Sebagai contoh, misalnya PT HASTA menghasilkan televisi. Berdasarkan pengalaman,


garansi untuk satu set televisi rata-rata sebesar Rp50.000,-. Harga jual satu televisi
sebesar Rpl.000.000,-.

Jurnal yang dibuat oleh PT HASTA untuk mencatat penjualan, taksiran garansi, dan
biaya yang sesungguhnya dikeluarkan sebagai berikut
Januari - Desember 2005
Penjualan 1.500 set televise @ Rpl.000.000,-
Jurnal:
Piutang Penjualan Rp l.500.000.000,-
Penjualan Rp l.500.000.000,-
31 Desember 2005
Taksiran biaya garansi: 1.500 x Rp50.000,- = Rp75.000.000,-
Jurnal:
Biaya garansi Rp75.000.000,-
Taksiran utang garansi Rp75.000.000,-
Selama tahun 2006
Biaya perbaikan sesungguhnya untuk televisi yang masih dalam masa garansi sebesar
Rp20.000.000,-. Biaya ini terdiri dari spare part, gaji dan sebagainya.
Jurnal:
Taksiran utang garansi Rp20.000.000,-
Kas, persediaan suku cadang dan Iain-lain Rp20.000.000

Ada satu metode lain yang dapat digunakan untuk mencatat biaya garansi. Metode lain
ini disebut sales warranty treatment. Dalam metode ini sebagian harga jual ditunda
pengakuannya, sampai saat terjadinya pengeluaran biaya garansi yang sesungguhnya.
Karena cara ini juga berdasar pada dasar accrual, maka dapat digunakan. Kelemahannya,
adalah dilihat dari prinsip mempertemukan. Dalam cara ini, penghasilan ditunda
menunggu sampai terjadinya biaya. Seharusnya, yang benar adalah biaya dibebankan
sesuai dengan saat pengakuan pendapatan. Oleh karena itu, cara pertama (expense
warranty treatment) sebaiknya yang digunakan.

d. Taksiran Utang Pensiun

Apabila karyawan yang berhenti sesudah bekerja untuk jangka waktu tertentu diberi
pensiun, maka biaya pensiun yang dibayarkan selama masa hidupnya karyawan tersebut
akan dibebankan sebagai biaya ke periode periode di mana karyawan tersebut bekerja.
Jumlah pensiun yang akan dibayarkan ditaksir berdasarkan jumlah karyawan, umur dan
jangka waktu pembayaran pensiun. Selanjutnya jumlah taksiran tadi dibagi dengan
taksiran ini didebitkan ke rekening biaya gaji dan upah atau biaya produksi tidak
langsung dan dikreditkan ke rekening utang pensiun. Pada saat pension dibayar, rekening
utang pensiun didebit dan rekening kas dikredit.

2.4 Utang Bersyarat (Contingent Liabilities)

Utang-utang bersyarat merupakan utang-utang yang sampai pada tanggal neraca masih
belum pasti apakah akan menjadi kewajiban atau tidak. Utang-utang semacam ini timbul
akibat kegiatan di masa yang lalu.
Untuk menentukan apakah suatu utang itu merupakan utang bersyarat atau taksiran utang,
dasarnya adalah kepastian timbulnya kewajiban.
Jika kewajiban membayar itu pasti timbul, walaupun jumlahnya belum pasti maka utang
jenis ini merupakan taksiran utang.
Tetapi jika kewajiban membayar itu masih belum pasti, mungkin jumlahnya sudah pasti
atau mungkin juga belum pasti, maka utang-utang seperti ini merupakan utang-utang
bersyarat.
Jadi sesungguhnya perbedaan yang ada di antara taksiran utang dengan utang bersyarat
adalah kepastian timbulnya kewajiban membayar dan bukannya mengenai kepastian
jumlahnya.
Yang termasuk dalam utang-utang bersyarat adalah:
(a) Piutang wesel didiskontokan dan piutang dijaminkan.
(b) Endorsemen bersyarat atas wesel-wesel.
(c) Sengketa hukum.
(d) Tambahan pajak yang belum jelas kepastiannya.
(e) Jaminan terhadap utang anak perusahaan.
(f) Garansi terhadap penurunan harga barang-barang yang dijual.
Utang bersyarat dalam neraca bisa ditunjukkan dengan catatan kaki atau dilaporkan
dengan judul tersendiri, tetapi tidak ikut dijumlahkan dengan utang-utang yang lain.

BAB II

HUTANG JANGKA PANJANG

Tujuan Institusional Umum :


Mahasiswa dapat memahami pengertian utang jangka peanjang, jenis-jenisnya dan
penyajiannya di neraca.

Hutang Jangka Panjang adalah semua kewajiban perusahaan yang jatuh temponya
lebih dari satu periode akuntansi, yang akan dilunasi dengan menggunakan sumber-
sumber yang bukan digolongkan sebagai aktiva lancar.
Hutang jangka panjang ini, umumnya dibutuhkan oleh perusahaan untuk memenuhi
kebutuhan dana dalam merealisasikan rencana-rencana strategis perusahaan, misalnya ;
penambahan modal kerja permanent, pembelian mesin-mesin atau aktiva tetap baru,
perluasan pabrik, akuisisi, afiliasi, pelunasan hutang jangka panjang lain yang segera
jatuh tempo, dll.
Hutang jangka panjang, dapat berupa :
a. Hutang Obligasi (Bond Payable)
b. Hutang Hipotik (Mortgage Notes Payable), suatu jenis pinjaman (utang) jangka
panjang dengan jaminan benda-bemda tidak bergerak
c. Wesel Bayar Jangka Panjang (Long Term Notes)
d. Perjanjian-perjanjian dengan pembayaran angsuran (Installment Payment Contract)

Dalam Akuntansi Keuangan, Hutang jangka panjang yang akan dibahas hanya Hutang
Obligasi. Hal ini disebabkan karena terdapat beberapa masalah dalam akuntansi yang
timbul terkait dengan utang obligasi, diantaranya adalah :
1. Adanya perbedaan cara pelunasan obligasi
2. Prosedur penentuan harga penempatan obligasi
3. Adanya perbedaan antara harga penempatan obligasi dengan harga nominalnya
4. Prosedur amortisasi premium obligasi / diskon obligasi

5. Pelunasan obligasi
6. Konversi obligasi dengan surat-surat berharga lainnya.

HUTANG OBLIGASI

Hutang Obligasi adalah surat utang yang berisikan janji tertulis untuk membayar
sejumlah uang pada waktu yang telah ditentukan dan disertai dengan pembayaran bunga
secara berkal dengan jumlah yang telah ditentukan.

Keuntungan-keuntungan mengeluarkan obligasi :


1. Pemegang obligasi (bondholders) tidak dapat mengatur jalannya perusahaan
2. Biaya bunga yang dikeluarkan relatif lebih kecil dari bunga saham
3. EPS lebih tinggi dibandingkan apabila perusahaan mengeluarkan saham
4. Biaya bunga dapat digunakan untuk mengurangi laba sebelum pajak.

Kerugian-kerugian apabila mengeluarkan obligasi :


1. Biaya bunga akan menjadi beban tetap bagi perusahaan pertahunnya
2. Obligasi memiliki hak untuk melikuidasi perusahaan

Jenis-jenis obligasi :
a. Berdasarkan waktu jatuh tempo :
· Obligasi Biasa (Term Obligasi)
· Obligasi Berseri (Serial Bond)
b. Berdasarkan Jaminan :
· Obligasi yang dijamin (Secured Bond)
· Obligasi yang tidak diberi jaminan (Unsecured Bond)
c. Berdasarkan Bentuk :
· Obligasi atas nama (Registered Bond)
· Obligasi atas tunjuk (Beaner / Coupon Bond)
d. Berdasarkan sifatnya yang dapat ditukar dengan saham :
· Obligasi yang dapat ditukar dengan saham (Convertible Bond)
· Obligasi yang tidak dapat ditukar dengan saham (Callable Bond)

Metode Pencatatan Obligasi


Hutang obligasi harus dicatat sebesar nilai nominal dari obligasi itu sendiri.
Aturan penempatan obligasi perusahaan :
1. Tunai
harga penempatan obligasi dapat ditentukan berdasarkan kurs yang berlaku atau
berdasarkan tingkat bunga efektif rata-rata yang diinginkan oleh investor
2. Ditukar dengan aktiva tetap / surat berharga lain
harga penempatan obligasi berdasarkan harga pasar obilgasi perusahan tersebut.
Apabila harga pasarnya tidak diketahui, maka harga penempatan obligasi berdasarkan
pada harga pasar atau harga taksiran aktiva tetap / surat berharga lain yang diperoleh.
3. Penempatan obligasi melalui pemesanan
Metode pencatatan obligasi :
1) Utang obligasi dicatat sebesar nilai nominal obligasi yang terjual
Neraca hanya menginformasikan besarnya Utang Obligasi pada suatu saat tertentu saja
2) Utang obligasi dicatat sebesar nilai nominal obligasi yang diotorisasikan / diterbitkan.
Neraca mampu memberikan informasi tentang :
a. Besarnya nilai obligasi yang diterbitkan
b. Besarnya nilai obligasi yang belum terjual
c. Besarnya Utang Obligasi pada saat itu
Prosedur Amortisasi Premium dan Diskon Obligasi
Premium Obligasi : selisih lebih antara hasil bersih penempatan obligasi dengan nilai
nominalnya.
Diskon Obligasi : selisih kurang antara hasil bersih penempatan obligasi dengan
nilai nominalnya.
Metode Amortisasi Premium atau Diskon Obligasi :
1. Metode Garis Lurus
2. Metode Bunga Efektif Rata-rata

Pencatatan Utang Obligasi (pencatatan selama masa obligasi)


1) Jurnal transaksi penerbitan obligasi
2) Jurnal transaksi pembayaran bunga obligasi
3) Jurnal penyesuaian setiap akhir periode akutansi, yang terdiri dari :
· Jurnal penyesuaian terkait dengan beban bunga obligasi yang belum dibayar
· Jurnal penyesuaian terkait dengan amortisasi premium atau diskon obligasi
· Jurnal pembalikan setiap awal periode berikutnya
· Jurnal transaksi pelunasan obligasi
Penarikan Obligasi sebelum tanggal jatuh tempo
Alasan :
1) Penarikan obligasi dengan tujuan sebagai pelunasan obligasi
2) Penarikan obligasi dengan tujuan untuk mempengaruhi harga pasar obligasi dan atau
untuk mengurangi beban utang jangka panjang untuk sementara waktu. Obligasi ini akan
dijual kembali pada saat yang tepat.
Obligasi Konversi
Obligasi konversi adalah obligasi yang sejak awal diterbitkannya,dinyatakan
sebagai obligasi yang suatu saat dapat ditukar dengan saham biasa perusahaan.
Pendekatan akuntansi atas obligasi konversi :
1. Transaksi konversi obligasi diperlakukan sebagai transaksi pelunasan obligasi dengan
menggunakan saham sebagai alat pembayarannya.
2. Transaksi konversi obligasi diperlakukan sebagai transaksi penempatan saham
(modalsaham), sedangkan obligasi yang diterima kembali diperlakukan sebagai alat
pembayar yang diterima.

Hutang obligasi merupakan hutang wesel, utang obligasi merupakan debet bagi
perusahaan yang menerbitkannya. Pembeli obligasi menerima sertifikat obligasi, yang
menyebutkan nama perusahaan penerbitnya. Sertifikat tersebut menyatakan jumlah
pokok (principal), yang umumnya dinyatakan dalam unit, misalnya $1.000; jumlah pokok
juga disebut nilai nominal (nominal value), nilai jatuh tempo (majority value), atau nilai
pari ( par value) obligasi. OBLIGASI MEWAJIBKAN PERUSAHAAN
PENERBITNYA
BAB III

MODAL SAHAM

1. PENDAHULUAN

Penambahan modal kerja pada sebuah perusahaan salah satunya adalah dengan
menjual saham. Hal tersebut mendorong para para ilmuwan khususnya ilmuwan ekonomi
terus mengkaji sejauh mana modal saham ini menjadi minat para investor dan
perkembangannya.

Fahmi (2013), mengatakan bahwa banyak pihak terlibat dalam bermain saham di pasar
saham, secara umum ada tiga yakni:

1) Investor
2) Spekulan
3) Government

Ketiga pihak ini sama-sama memiliki tujuan dan kepentingannya masing-masing,


misalnya pemerintah mencoba mengatur dan membuat arah pasar saham sesuai dengan
kondisi dan target yang panjang.

2. PENGERTIAN SAHAM

Saham adalah

a) Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan


b) Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan diikuti dengan
hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya
c) Persediaan yang siap untuk dijual

3. PENGERTIAN COMMON STOCK DAN PREFERRED STOCK

Di dalam pasar modal ada dua jens saham yang umum dikenal yakni: common stock (saham
biasa) dan preference stock (saham istimewa)

a) Common stock (saham biasa)

Common stock (saham biasa) adalah suatu surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang
menjelaskan nilai nominal ( rupiah, dollar, yen, dsb) dimana pemegangnya diberi hak untuk
mengikuti RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) dan RUPSLB (Rapat Umum Pemegang
Saham Luar Biasa) serta berhak untuk menentukan membeli right issue ( penjualan saham
terbatas) atau tidak, yang selanjutnya di akhir tahun akan memperoleh keuntungan dalam bentuk
dividen.

b) Preferred stock (saham istimewa)

Preferred stock (saham biasa) adalah suatu surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang
mejelaskan nilai nominal (rupiah, dollar, yen dsb) dimana pemegangnya akan memperoleh
pendapatan tetap dalam bentuk dividen yang akan diterima setiap kuartal (tiga bulan)

Kedua jenis saham ini jika akan dibagi keuntungan maka saham biasa memperoleh keuntungan
lebih tinggi jika dibandingkan dengan saham istimewa karena resiko yang akan ditanggung oleh
saham biasa lebih tinggi dari pada saham istimewa.

4. JENIS-JENIS SAHAM BIASA


1) Blue chip-stock (saham unggulan)

Saham unggulan adalah saham dari perusahaan yang dikenal secara nasional dan memiliki sejarah
laba, pertumbuhan dan manajemen yang berkualitas, contoh saham IBM dan Du Pont . Di
Indonesia ada lima besar saham yakni LQ 45, adalah likuiditas empat puluh lima buah
perusahaan yang dianggap memiliki tingkat likuiditas yang baik dan sesuai dengan pengharapan
pasar modal

2) Growth stock, adalah saham-saham yang diharapkan memberikan pertumbuhan laba yang
lebih tinggi dari rata-rata saham-saham lain, karena mempunya PER (Price Earning
Ratio) yang lebih tinggi .
3) Defensive stock (saham-saham defensif)

Saham-saham defensif adalah saham yang cendrung lebih stabil dalam masa resesi atau
perekonomian yang tidak menentu berkaitan dengan deviden, pendapatan, dan kinerja pasar.
Perusahaan yang masuk kategori ini adalah perusahaan food and beverage yaitu perusahaan yang
memproduksi gula, beras, minyak makan, garam dan sejenisnya.

4) Cyclical stock

Cyclical stock adalah sekuritas yang cendrung naik nilainya secara cepat saat ekonomi semarak
dan jatuh juga secara cepat saat ekonomi lesu. Contoh saham pabrik mobil dan real estate.
Sebaliknya saham non siklis mencakup saham-saham yang memproduksi barang-barang
kebutuhan umum yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi, misalnya makanan dan obat-
obatan.

5) easonal stock

Seasonal stock adalah perusahaan yang penjualannya bervariasi karena dampak musiman,
misalnya cuaca dan liburan. Misalnya pabrik mainan, memiliki penjualan musiman yang khusus
pada saat musim Natal atau Idul Fitri, harga tiket pesawat akan naik karena liburan atau akhir
tahun.

6) Speculative stock

Speculative stock adalah saham yang kondisinya memiliki tingkat sepekulasi yang tinggi, yang
kemungkinan tingkat pengembalian hasilnya adalah rendah atau negative. Perusahaan kategori ini
adalah perusahaan bersifat intangible.

5. DIVIDEN

Dividen adalah bagian laba yang dibagikan kepada para pemegang saham. Apabila dewan
komisaris mengumumkan pembagian dividen, maka pemegang saham preferen akan
mendapatkan sejumlah dividen tahunan tertentu sebelum ditentukan dividen untuk pemegang
saham biasa.

Contoh:

Bila tiap lembar saham preferen bernilai Rp.100.000,00, dengan tingkat bunga dividen 6%, maka
pemegang saham preferen akan menerima dividen sebesar Rp.6000,00 untuk tiap lembar saham
yang dilimilikinya. Jumlah ini akan terutang kepada pemegang saham preferen bila hal itu sdh
diumumkan oleh dewan komisaris.

Bila bagian dari saham preferen itu belum dibayar sampai periode berikutnya maka disebut
saham preferen kumuliatif. Contoh, tahun lalu dividen Rp.6000,00 belum dibayar, maka pada
tahun ini dividen harus dibayar per lembar saham preferen adalah Rp.12.000,00. Dalam situasi
tertentu pemegang saham preferen mungkin akan masih menerima dividen tambahan bersama-
sama dengan pemegang saham biasa yang disebut dengan saham preferen partisipatif.

Contoh:

Saham biasa yang beredar, 2.000 lembar dengan masng-masing bernilai pari Rp.100.000,00 dan
1.000 lembar saham preferen 6% partisipatif, dengan nilai masing-masing bernilai pari
Rp.100.000,00. Seandainya perusahaan memutuskan membagi dividen sejumlah
Rp.27.000.000,00, maka pembagiannya akan dilakukan sebagai berikut:

Pembagian saham Preferen Biasa jumlah


Saham yang beredar Rp.100.000,00 Rp.200.000,00 Rp.300.000,00
dividen preferen 6% dan Rp.6.000,00 Rp.12.000,00 Rp.18.000,00
dividen untuk saham biasa juga
6%
Sisa sebesar Rp.9.000,00 dibagi Rp.3.000,00 Rp.6.000,00 Rp.9.000,00
rata kepada semua pemegang
saham:
Rp.9.000,00/Rp.300.000,00=
3%
Jumlah dividen yang dibagikan Rp.9.000,00 Rp.18.000,00 Rp.27.000,00
Tariff pembagian 9% 9%

Jenis-Jenis Dividen:

a) Dividen tunai (cash dividen): dividen yang dinyatakan dan dayarkan pada janga waktu
tertentu dan dividen tersebut berasal dari dana yang diperoleh secara legal. Dividen ini
dapat bervariasi dalam jumla bergantung kepada keuntungan perusahaan
b) Dividen property: dividen dalam bentuk property atau barang
c) Dividen likuiditas: distribusi kekayaan perusahaan kepada pemegang saham dalam hal
perusuahaan tersebut dilikuidasi

Menghitung Rate Of Return Pada Preferrent Stock Dan Common Stock

Jika seseorang memiliki preferen stock (saham istimewa ) maka dilihat dari perspektif rate of
return, saham ini memberikan dividen yang tetap setiap tahun sepeti obligasi.

Rumus rate of return dari saham preferen:

dividen per lembar saham preferen


Rate of return=
harga saham

Pemegang saham preferen jika pembayaran dividen di utamakan jika dibandingkan saham biasa
(common stock), sehingga perusahaan atau seseorang yang menyimpan uang dalam bentuk
saham preferen memiliki perhitungan penerimaan dividen yang dapat diperkirakan dan bersifat
diprioritaskan.

Contoh:

Sebuah perusahaan memiliki saham istimewa dengan nilai nominal sebesar Rp. 1 milyar, dan
pembayaran dividen dilakukan setiap tahunnya sebesar Rp. 150 juta. Harga pasar saham tersebut
sebesar Rp. 420 juta. Hitunglah Rate of return dari saham tersebut:

dividen per lembar saham preferen


Rate of return=
harga saham
150.000 .000
Rate of return= =0,3571=35,71 %
420.000 .000

Rate of return adalah rata-rata pengembalian investasi yang diperoleh dari suatu investasi yang
ditanamkan. Penentuan besarnya rate of return dan nilai dari saham biasa (common stock) lebih
sukar dibandingkan dengan obligasi dan saham preferen karena:

1) Forecasting dari pendapatan, dividen dan harga saham di waktu yang akan datang adalah:
sukar
2) Tidak seperti halnya dengan bunga dan dividen preferen, pendapatan dan dividen saham
biasa diharapkan meningkat setiap tahunnya, dan tidak tetap konstan.

6. SAHAM BERNILAI PARI DAN TIDAK BERNILAI PARI

Ditinjau dari segi akuntansi nilai yang ditetapkan dewan komisaris sama saja dengan nilai pari.
Bila saham dijual dengan harga lebih tinggi dari nilai parinya maka selisih kelebihan harga jual
di atas nilai pari disebut Agio saham, sedangkan saham itu dijual di bawah nilai pari maka
selisih kekurangan harga jual di bawah nilai pari di sebut Disagio Saham.

Contoh:

Sebuah perusahaan pada awal tahun berdiri telah menyelesaikan transaksi-transaksi penjualan
saham sebagai berikut:

1). Menjual 1000 lembar saham, nilai pari @ Rp,100.000,00, 7% preferen, dengan kurs 105 per
lembar saham

2). Menjual 1000 lembar saham , nilai pari @ Rp.100.000,00, 6 % preferen, dengan kurs 98 per
lembar saham

3). Menjual 5000 lembar saham biasa tanpa nilai pari dengan harga Rp.30.000,00 per lembar
saham. Nilai saham tersebut ditetapkan Rp.20.000,00 per saham.

4) pada tahun pertama perseroan mendapat laba sebesar Rp.50.000.000,00. Setelah membayar
dividen untuk 7% saham sebesar Rp.7.000.000,00 dan Rp.6.000.000,00 untuk 6 % saham
preferen sertaa Rp.10.000.000,00 untuk saham biasa, perusahaan masih mempunyai laba ditahan
sebesar Rp. 27.000.000,00
Penyajian Pos Modal Saham Dalam Neraca

MODAL SAHAM
Modal saham
saham preferen 7%, nilai pari Rp. 100.000.000,00
Rp.100.000,00, 1000 lembar
beredar
Agio saham Rp. 5.000.000,00 Rp. 105.000.000,00
saham preferen 6%, nilai pari Rp. 100.000.000,00
Rp.100.000,00
1.000 lembar beredar
Disagio Rp.98.000.000,00
saham biasa tanpa nilai pari, Rp. 100.000.000,00
nilai ditetapkan Rp.20.000,00,
maka dari 10.000 lembar
saham,
5000 lembar beredar..
Agio saham biasa Rp. 50.000.000,00 Rp.105.000.000,00
jumlah Rp.353.000.000,00
Laba ditahan Rp.27.000.000,00
jumlah modal Rp. 380.000.000,00
7. PENGELUARAN SAHAM SECARA TUNAI

Di dalam melakukan penerbitan (penjualan) saham, perseroan bisa menggunakan jasa dari suatu
bank. Dalam hal ini bank bertindak sebagai penjamin (underwriter) pengeluaran saham. Bank
tersebut dapat membeli saham dari perseroan dan menjualnya kembali kepada para penanam
modal (investor). Dengan demikian perseroan tidak menanggung resiko bila sahamnya tidak laku
dijual. Resiko berpindah tangan ke bank sebagai kompensasi atas laba yang diperolehnya dari
penjualan saham, karena bank bisa menjual saham dengan harga jual lebih tinggi dari harga
belinya.

Contoh: sertifikat saham, di dalamnya tertera modal saham beredar senilai Rp.320.000.000,00.

1) Menjual 1000 lembar saham preferen 7%, nilai pari Rp.100.000,00 kurs 105

Jurnal:

Kas Rp.105.000.000,00

Saham preferen 7% Rp.100.000.000,00

Agio saham preferen Rp.5.000.000,00

2) Menjual 1.000 lembar saham preferen 6%, nilai pari Rp.100.000.000, kurs 98:

Jurnal:
Kas Rp.98.000.000,00

Disagio saham preferen Rp.2.000.000,00

Saham preferen 6% Rp.100.000.000,00

3) Menjual 5.000 lembar saham biasa tanpa nilai pari, harga jual yang ditetapkan
Rp.20.000,00 per lembar, dengan harga jula Rp.30.000,00

Jurnal:

Kas Rp.150.000.000,00

Saham biasa Rp.100.000.000,00

Agio saham biasa Rp. 50.000.000,00

Contoh tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa akun saham selalu dikredit sebesar nilai pari
saham atau saham tidak bernilai pari maka bisa digunakan nilai yang ditetapkan.

8. PESANAN SAHAM

Perusahaan tidak melalui bank tetapi menjual langsung kepada investor yang telah menanda
tangani kontrak pesanan, sebelum saham dikeluarkan. Dalam kontrak bisa juga dicantumkan
dibayar secara angsuran. Jika perseroan sudah menerima pesanan maka dalam jurnal dicatat
dengan mendebet akun piutang pesanan saham dan mengkredir akun saham biasa dipesan.

Contoh:

Perseroan menerima pesanan 500 lembar saham biasa dengan nilai pari Rp.100.000,00 per lembar
saham. Harga jual yang disdepakati untuk saham tersebut adalah Rp.120.0000,00 per lembar
saham yang akan dibayar melalui dua angsuran masing-masing Rp.40.000,00 dan Rp.80.000,00

Jurnal:

Mencatat pesanan saham:

Piutang pesanan saham - biasa Rp.60.000.000,00

Saham biasa dipesan Rp.50.000.000,00

Agio saham biasa Rp.10.000.000,00

Mencatat penerimaan angsuran pertama:

Kas Rp.20.000.000,00
Piutang pesanan saham biasa Rp.20.000.000,00

Mencatat penerimaan angsuran kedua dan pengeluran saham:

Kas Rp.40.000.000,00

Piutang pesanan saham biasa Rp.40.000.000,00

Saham biasa dipesan Rp.50.000.000,00

Saham biasa Rp.50.000.000,00

9. KEUNTUNGAN MEMILIKI SAHAM


1) Memperoleh dividen yang akan diberikan pada setiap akhir tahun
2) Memperoleh capital gain, yaitu keuntungan pada saat saham yang dimiliki tersebut dijual
kembali pada harga yang lebih mahal
3) Memiliki hak suara pagi pemegang saham jenis common stock (Saham Biasa)

Rumus menghitung capital gain (cg):

Pit −Pit −1
CG=
Pit −1

Keterangan:

CG = capital gain

Pit = harga saham akhir periode

Pit – 1 = harga saham akhir periode sebelumnya

10. APA YANG MENENTUKAN SAHAM NAIK DAN TURUN


1) Kondisi mikro dan makro ekonomi
2) Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi (perluasan usaha), misalnhya
membuka kantor cabang (brand office), kantor cabang pembantu (sub brand office) baik
yang dibuka di domestic maupun luar negeri
3) Pergantian direksi secara tiba-tiba
4) Adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat tindak pidana dan
khususnya sudah masuk ke pengadilan
5) Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap waktunya
6) Resiko sistimatis yaitu suatu bentuk resiko yang terjadi secara menyeluruh dan telah ikut
menyebabkan perusahaan ikut terlibat
7) Efek dari psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi teknikal jual beli saham

11. ALASAN PERUSAHAAN MENJUAL SAHAM


1) Kebutuhan dana dalam jumlah besar dan pihak perbankan tidak mampu untuk
memberikan pinjaman karena berbagai alas an seperti tingginya resiko yang akan dialami
jika terjadi kemacetan
2) Keinginan perusahaan untuk mempublikasikan kinerja perusahaan secara lebih sistimatis
3) Mengunginkan harga saham perusahaan terus naik dan terus diminati oleh konsumen
secara luas, sehingga nantinya akan memberikan efek kuat bagi perusahaan seperti rasa
percaya diri dikalangan manajemen perusahaan
4) Mampu memperkecil rsiko yang timbul karena permasalahan resiko diselesaikan dengan
pembagian dividen

12. PELAKU PASAR SAHAM


1) Emiten yaitu perusahaan yang terlibat dalam menjual sahamnya di pasar modal
2) Underwriter atau penjamin, yaitu yang menjamin perusahaan tersebut dalam menjual
sahamnya di pasar modal
3) Broker atau pialang yaitu perantara antara pembeli dengan penjual sekuritas. Pialang
biasanya mengenakan komisi, harus terlebih dahulu terdaftar pada bursa sebelum bisa
berdagang pada bursa yang dimaksud

13. MEMBERIKAN PENILAIAN SAHAM DARI SEGI PERSPEKTIF INVESTOR


1) Prospek usaha yang menjanjikan
2) Kinerja keuangan dan non keuangan baik
3) Penyajian laporan keuangan jelas aau bersifat disclosure ( pengungkapan secara terbuka
dan jelas)
4) Terlihat sisi keuntungan yang terus meningkat
14. KATEGORI SAHAM PERSPEKTOR INDUSTRI
1) Saham-saham sector finansial (financial stocks excel)
2) Saham-saham barang-barang konsumsi tahan lama (consumer durables excel)
3) Saham-saham sektor barang modal (capital goods excel)
4) Saham-saham sector industry dasar (basic industries excel)
5) Saham-saham sector barang-barang kebutuhan pokok (consumer staples excel)

Ada 4 kategori industry yang perlu dipahami para pialang sebelum membeli saham:
1) Industry yang sedang bertumbuh terjadi pada perusahaan muda usianya dimana
perusahaan itu masih aktif untuk melakukan ekspansi
2) Industry matang adalah industry yang kondisinya sdh stabil sehingga lebih cendrung
untuk mempertahankan posisi yang sudah ada
3) Insdustri yang mulai menurun adalah industry dimana telah sangat mapan dan pasarnya
telah terebtnuk sehingga perlu adanya inovasi bagus untuk menarik pasar yang baru

RIGHT ISSUE

Right issue merupakan kebijakkan perusahaan untuk mencari tambahan dana dengan
dcara melakukan penjualan saham terbatas yang khusus diperuntukan kepada pemegang saham
lama, dan jika pemegang saham lama tidak membelinya maka hak tersebut akan hilang.

1) Definisi Right Issue

Right issue adalah pemberian hak kepada pemegang saham lama untuk memesan terlebih dahulu
saham emiten yang akan dijual dengan harga nominal tertentu. Biasanya hal itu dimaksudkan
emiten untuk penembahan keterbatasan modal usaha perusahaan.

2) Hak Right

Alternative untuk memperoleh tambahan dana adalah dengan menawarkan kepada pemegang
saham lama untuk membeli saham baru. Agar pemegang saham lama berminat maka perusahaan
akan menawarkan saham baru itu dengan harga yang lebih murah dari harga saham saat ini.

Investor lama memiliki preemptive right atau hak membeli efek terlebih dahulu agar dapat
mempertahankan proporsi kepemilikannya di perusahaan tersebut. Karena merupakan hak, maka
investor tidak terikat untuk membelinya, artinya apabila investor tidak mau penggunakan haknya,
maka dia dapat menjual right tersebut.

3) Right Issue dan Pinjaman Perbankan

Keuntungan dan Kerugian Menerbitkan Right Issue dan Pinjaman Ke Perbankan

No. Keuntungan Kerugian


Right Issue Tidak harus meminjam ke Harus membayar dividen
bank dan kalau meminjam ke
bank maka membutuhkan
jaminan (collateral), maka
dengan menerbitkan right
issue tidak perlu
Tidak ada perhitungan suku Harus menanggung biaya
bunga seperti pada pinjaman untuk mencetak saham baru
karena dibayar dalam bentuk bertambah
dividen
Untung maupun rugi pihak Biaya untuk membuat
manajemen perusahaan hanya pertemuan dengan antara
berhubungan dengan pemilik manajemen perusahaan dan
saham tidak dengan pihak lain dewan komisaris
Setiap permasalahan bisa Memberi informasi kepada
diselesaikan secara internal publik bahwa perusahaan telah
tanpa harus melibatkan pihak mengalami kesulitan/kendala
eksternal dalam keuangan
Pinjaman Perbankan Pencairan dana akan diterima Harus memiliki jaminan
sesuai dengan tnggal yang (Collateral) yang sewaktu-
ditetapkan oleh pihak waktu pada saat tidak mampu
perbankan membayar maka jaminan
tersebut harus diambil
Perhitungan bunga adalah Kewajiban untuk selalu
sudah diperhitungkan dengan mambayar angsuran tepat
baik oleh pihak analis kredit waktu, jika terlambat maka
dan dipahami juga secara pihak perbankan akan
bersama oleh pihak analis mengenakan sanksi seperti
keuangan perusahaan dengan denda, teguran lisan/tertulis,
dasar asumsi melihat pada bahkan agunan bisa diambil
kondisi ekonomi mikro dan dan selanjutnya dilelang atau
makro dijual oleh perbankan
Jika pinjaman pada perbankan Jika system perhitungan bunga
syariah maka perhitungan secara efektif atau berubah-
pinjaman mengikuti ubah berdasarkan kondisi
mekanisme perbankan syariah. keadaan maka hal ini akan
Walaupun saat ini penyaluran menyebabkan pihak
dana yang dilakukan manajemen perusahaan akan
perbankan syariah adalah kewalahan dalam usahanya
masih terbatas pada bentuk- membayar angsuran
bentuk usaha tertentu
Jika kredit telah lunas dibayar Jaminan (collateral) yang telah
atau bahkan bisa dipercepat diberikan kepada pihak
pelunasannya maka jaminan perbankan tidak akan bisa
(collateral) tersebut bisa diambil kembali jika ternyata
diambil kembali nantinya pihak perusahaan
tidak mampu untuk
melunaskan angsuran tepat
waktu
Jika pihak perusahaan telah Jika pihak debitur sering
melunasi pinjaman 70%, dari bertindak wanprestasi maka
jangka waktu atau minimal kemungkinan untuk di black
60% dan pihak perbankan atau list bisa terjadi. Dan data
kreditur menganggap bahwa tersebut bisa menyebar ke
debitur sangat baik dan tepat seluruh perbankan lainnya,
waktu dalam melunaskan karena setiap perbankan
setiap angsuran maka memiliki kerjasama informasi
memungkinkan jika debitur
tersebut mangajukan
tambahan dana pinjaman
untuk disetujui oleh pihak
perbankan

4) Ketentuan Penerbitan Right Issue

Keputusan ketua Bappepam Nomor: Kep-57/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996, diubah dengan
nomor: Kep-41/PM/1998 tanggal 14 Agustus 1998 peraturan nomor IX.D.1: Hak memesan efek
terlebih dahulu (right issue)

5) Rumus perhitungan Right Issue

Ketentuan peraturan perdagangan BEI No. II-A.1.:

( Pc X N )+(Ps X M )
Harga Teoritis saham baru ( HTSB )=
N +M

Harga teoritis HMETD = HTSB – Ps

Keterangan:

Pc = Kurs penutupan saham pada hari bursa terakhir sebelum hak memesan efek terlebih dahulu
diperdagangkan

Ps = Harga pelaksanaan per saham

N = Ratio jumlah saham yang diperlukan untuk mendapatkan sejumlah hak memesan efek
terlebih dahulu tertentu

M = Jumlah saham baru hasil pelaksanaan hak memesan efek terlebih dahulu berdasarkan
pelaksanaan 1 hak memesan efek terdahulu memperoleh satu saham baru

STOCK SPLITS
1) Definisi Stock Splits:

Stock splits adalah peningkatan jumlah saham beredar dengan mengurangi nilai nominal saham.
Misalnya nilai nominal satu saham dibagi menjadi dua, sehingga terdapat dua saham yang
masing-masing memiliki nilai nominal setengah dari nominal awal.
Contoh:

Nilai nominal Rp.1.000 per saham menjadi Rp.500,00 per saham atau dari Rp.500,00 per saham
menjadi Rp.100,00 per saham.

2) Tujuan Dilakukan Stock Splits


1. Untuk menghindari harga saham yang terlalu tinggi, sehingga memberatkan publik untuk
membeli/memiliki saham tersebut
2. Mempetahankan tingkat likuiditas saham
3. Menarik investor yang berpotensi lebih banyak guna memiliki saham tersebut
4. Menarik minat investor kecil untuk memiliki saham tersebut karena jika terlalu mahal
maka kepemilikan dan dari investor kecil tidak akan terjangkau
5. Menambah jumlah saham yang beredar
6. Memperkecil resiko yang akan terjadi, terutama bagi investor yang ingin memiliki saham
tersebut dengan kondisi harga saham yang rendah maka karena sduah dipecah tersebut
artinya telah terjadi diversifikasi investasi
7. Menerapkan diversifikasi inevestasi

3) Stock Splits dan Penambahan modal

Contoh:

Sebelum ada stock splits:

Saham biasa (nominal Rp.2.500 dan 5.000 lembar) = Rp.12.500.000,00

Agio saham (capital surplus) = Rp. 5.200.000,00

Laba ditahan (retained earning) = Rp.18.400.000,00

Jumlah modal sendiri = Rp.36.100.000,00

Sesudah stock splits (two to one stock ssplits)

Saham biasa (nominal Rp.1.250,00 dan 10.000 lembar) = Rp.12.500.000,00


Agio saham (capital surplus) = Rp.5.200.000,00

Laba ditahan (retained earnings) Rp.18.400.000,00

Jumlah modal sendiri Rp.36.100.000,00

MENGHITUNG KEUNTUNGAN YANG DIHARAPKAN DARI


SAHAM

Rumus:
D 1 P 1−P 0
r= +
P0 P0

Keterangan:

r = keuntungan yang diharapkan dari saham

D1 = dividen tahun 1

P0 = harga beli

P1 = harga jual

Contoh soal:

Manajer keuangan melakukan analisis keuangan pada perusahaannya. Deviden tahun 1 yang
diperoleh sebesar Rp5.000,00. Harga beli dan harga jual masing-masing sebesar Rp.250,00 dan
Rp.270,00. Maka kita dapat menghitung keuntungan yang diharapkan dari saham tersebut:

D 1 P 1−P 0
r= +
P0 P0

5.000 270−250
r= +
250 250

r =20+0,80

r =20,80

Jadi keuntungan yang diharapkan dari saham tersebut adalah : Rp.20,08


MENGHITUNG NILAI BUKU PER LEMBAR SAHAM:

Rumus:

Te
Nbp=
Jsb

Keterangan:

Nbp = nilai buku per lembar saham

Te = Total ekuitas

Jsb = Jumlah saham yang beredar

Contoh:

Nilai total ekuitas sebesar : Rp.4.000.000.000,00 dan jumlah saham yang beredar
sebanyak 15 lot. Maka nilai buku perlembar saham adalah:

Te
Nbp=
Jsb

4.000 .000 .000


Nbp=
7.500

Nbp=533.333,3333

Jadi nilai buku perlembar saham adalah Rp.533.333,3333

Catatan: 1 lot adalah 500 lembar saham

MENGHITUNG PEMBAYARAN DEVIDEN YANG TIDAK TERATUR

Dalam kondisi tertentu perusahaan kadang kala melakukan pembayaran dividen yang
tidak teratur setiap waktunya. Hal itu terjadi bukan disengaja namun berdasarkan berbagai
alasan.

Rumus:

D D D 00
P 0= + +
( 1+k ) 1 ( 1+k ) 2 ( 1+k ) 00

Keterangan:

P0 = nilai intrinsic saham


D = Dividen

K = Tingkat diskonto

Contoh soal:

Sebuah perusahaan membayar dividen sebaya 8 periode:

periode ke- t 1 2 3 4 5 6 7 8
Dt Rp.30,00 Rp.20,00 Rp.23,00 Rp.30,00 Rp.26,00 Rp.28,00 Rp.30,00 Rp.34,00

Misalkan tingkat diskonto konstan sebesar 5% setiap periode. Maka nilai instriksi saham dapat
dihitung sebagai berikut:

D D D 00
P 0= + +
( 1+k ) 1 ( 1+k ) 2 ( 1+k ) 00

30 20 23 30 26 28
P 0= + +
( 1+0,05 ) 1 ( 1+0,05 ) 2 ( 1+0,05 ) 3 ( 1+ 0,05 ) 4 ( 1+0,05 ) 5 ( 1+0,05 ) 6

30 34
( 1+ 0,05 ) 7 (1+ 0,05 ) 8

P 0=176,8600468

Jadi nilai instriksi saham per lembar = Rp176,8600468

EARNING PER SHARE (EPS)


Earning per share atau pendapatan per lembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang
diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki.
Rumus:

EAT
EPS=
Jsh

Keterangan:

EPS = Earning Per share

EAT = Earning After Tax atau pendapatan setelah pajak

Jsh = Jumlah saham yang beredar

Contoh soal 1:

Sebuah perusahaan pada tahun 2007 memperoleh earning after tax sebesar Rp.200.000.000,00
dan 200.000 rata-rata tertimbang saham biasa beredar. Maka EPS dapat dihitung sebagai berikut:

EAT
EPS=
Jsh

200.000 .000
EPS=
200.000

EPS=¿ 1.000

Maka EPS perusahaan tersebut adalah Rp.1.000,00 per lembar saham

Contoh soal 2:

Manajer keuangan sebuah perusahaan menginformasikan bahwa tahun 2008 telah memperoleh
EAT sebesar Rp.6,3 milyar dan pada saat ini terdapat 120.000 rata-rata tertimbang saham biasa
yang beredar. Maka EPS dapat dihitung sebagai berikut:

EAT
EPS=
Jsh

6.300 .000 .000


EPS=
120.000

EPS=52,500

Jadi EPS perusahaan tersebut sebesar : Rp.52.500 lembar saham yang beredar
PRICE EARNING RATIO (PER)
Bagi para investor semakin tinggi price earning ratio maka pertumbuhan laba yang diharapkan
juga akan mengalami kenaikan. Jadi Price Earning Ratio (harga ratio terhadap laba) adalah
perbandingan antara Market Price Pershare (harga pasar perlembar saham) dengan Earning
Pershare (laba perlembar saham).

Rumus:

MPS
PER=
EPS

Keterangan:

PER = Price Earning Ratio

MPS = Market Price Pershare

EPS = Earning Pershare

Contoh soal:

Perusahaan X menginginkan pada saat melakukan go publik memperoleh harga pasar perlembar
sahamnya sebesar Rp. 12.000,00 dan mengharapkan laba perlembar sahamnhya sebesar
Rp.315,00. Maka Price Earning Ratio dapat dihitung sebagai berikut:

MPS
PER=
EPS

12.000
PER=
315

PER=38

Jadi Price Earning Ratio adalah 38 kali

MENGHITUNG RETURN ON INVESTMENT (ROI)


Return On Investment (ROI) atau pengembalian investasi, adalah sejauh mana investasi yang
telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan.

Rumus:

Earning Af ter Tax ( EAT )


ROI=
Total assets

Keterangan:

Earning After Tax (EAT) = Laba setelah pajak

Total Assets = Total aktiva

Contoh soal:

Neraca dan laporan laba rugi sebuah perusahaan menunjukkan EAT perusahaan tersebut
berjumlah Rp.720,00 dan total assets sebesar Rp.800,00. Maka ROI dapat dihitung sebagai
berikut:

Earning After Tax( EAT )


ROI=
Total assets

720
ROI=
8.000

ROI=0,09

Jadi Return on investment (ROI) perusahaan tersebut sebesar Rp.0.09

MENGHITUNG RETURN ON EQUITY (ROE)


Return on equity (ROE) disebut juga laba atas equity, disebut juga rasio total asset turnover
atau perputaran total asset. Rasio ini mengkaji sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan
sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas.

Rumus:

Earning After Tax(EAT )


ROE=
Shareholders' Equity

Keterangan:
 Earning After Tax (EAT) = laba setelah pajak. Sering juga disebut dengan pendapatan
bersih
 Shareholders’ Equity = modal sendiri atau total modal para pemegang saham

ROE adalah suatu perhitungan yang sangat penting pada suatu perusahaan yang
memperlihatkan suatu roe yang tinggi dan konsisten mengindikasikan bahwa :

 Perusahaan mempunyai suatu keunggulan yang tahan lama dalam persaingan


 Investasi anda di dalam bentuk modal para pemegang saham akan tumbuh pada suatu
tingkat pertumbuhan tahunan yang tinggi sehingga akan mengarahkan kepada suatu
harga saham yang tinggi di masa depan

Contoh soal:

Data laporan keuangan suatu perusahaan pada tahun 2010 menunjukkan laba perusahaan setelah
pajak sebesar Rp.1.265 dan dana sendiri sebesar Rp.3.803. Maka ROE dapat dihitung sebagai
berikut:

Earning After Tax(EAT )


ROE=
Shareholders' Equity

1.265
R OE=
3.803

ROE=0,33

Jadi ROE perusahaan tersebut sebesar Rp. 0,33

ZERO GROWTH MODEL DAN SIGNALING THEORY


Zero growth model atau model tidak bertumbuh merupakan kondisi yang harus hati-hati untuk
dipahami oleh pihak investor, karena naik turunnya dan konstannya saham di pasar (market) bagi
investor akan memberikan sinyal (signal positif dan negative).

Adapun informasi yang terjadi dari kondisi saham suatu perusahaan adalah selalu memberikan
efek bagi keputusan investor sebagai pihak yang menangkap sinyal tersebut. Konsep sinyal teori
disini menjadi sangat penting karena teori sinyal ini membahas tentang naik turunnya harga di
pasar, sehingga akan memberi pengaruh pada keputusan investor.
Tanggapan para investor terhadap sinyal positif dan negative sangat mempengaruhi kondisi pasar,
mereka akan bereaksi dengan berbagai cara dalam menanggapi sinyal twersebut, seperti memburu
saham yang dijual atau melakukan tindakan dalam bentuk tidak bereaksi seperti wait and see atau
tunggu dan lihat dulu perkembangan yang ada baru kemudian mengambil tindakan. Keputusan
wait and see buka sesuatu yang tidak baik atau salah namun dilihat sebagai reaksi investor untuk
mnghindari timbulnya resiko yang lebih besar karena factor pasar yang belum memberi
keuntungan atau berpihak kepadanya.

Rumus:

D D D 00
P 0= + +
( 1+k ) 1 ( 1+k ) 2 ( 1+k ) 00

Rumus tersebut kemudian disederhanakan menjadi rumus zero growth model yaitu:

D
P 0=
K

Contoh soal:

Perusahaan pada tahun 2007, mengumumkan membayar dividen konstan sebesar


Rp.500.000.000,00 setiap tahunnya. Suku bunga diskonto pertahunnya adalah 17,5%, maka nilai
instriksi saham perlembar dapat dihitung sebagai berikut:

D
P 0=
K

500.000 .000
P 0=
0,175

P 0=2.857 .142 .857,00

Maka nilai instriksi saham perlembarnya sebesar : Rp.2.857.142.857,00


BAB 4
LABA DITAHAN DAN DIVIDEN

1. LABA DITAHAN
Saldo laba ditahan mengambarkan bagian dari modal yang timbul dari penggunaan kekayaan
perusahaan dalam operasi yang mendatangkan keuntungan. Pada akhir periode akuntansi akun
laba ditahan dikredit dengan laba bersih perseroan dan akun laba rugi di debet. Sebaliknya
perusahaan mengalami kerugian maka akun laba ditahan di debet dan akun laba rugi di kredit, hal
tersebut menunjukkan perusahaan tersebut mengalami deficit.

Dalam hal tertentu akun laba ditahan langsung di debet atau dikredit, yaitu bila diperlukan
penyesuaian atas laba atau rugi tahun yang lalu dan untuk melakukan koreksi kesalahan yang
berhubungan dengan tahun yang lalu.

Dividen adalah laba yang dibagikan kepada para pemegang saham. Kebijakan pembagian
dividen ditetakan oleh dewan komisaris perusahaan. Di dalam menetapkan kebijakan tersebut,
dewan komisaris harus memperhatikan kepentingan pemegang saham dan sekaligus kepentingan
perusahaan. Oleh karena itu tidak jarang dewan komisaris memutuskan untuk menyisihkan
sebagian dari laba yang telah diperoleh perusahaan untuk tujuan tertentu seperti untuk perluasan
perusahaan atau menghadapi kemungkinan adanya kerugian besar di masa yang akan datang.

POS-POS LUAR BIASA

Pos-pos luar biasa adalah transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian yang sifatnya tidak biasa dan
tidak sering terjadi. Pos-pos luar biasa mempunyai dua ciri pokok yaitu tidak normal dan tidak
sering terjadi. Misalnya perusahaan tembakau pada suatu tahun mengalami kerugian karena
gangguan cuaca. Pengalaman perusahaan menunjukkan bahwa gangguan cuaca walaupun tidak
terjadi setiap tahun, bisa bisa terjadi pada tahun manapun termasuk pula pada tahun yang akan
datang. Oleh karena itu gangguan cuaca tidak memenuhi kriteria tidak normal sehingga tidak bisa
dikatakan sebagai hal yang luar biasa.

Kejadian luar biasa yang lain seperti gemba bumi, penjualan asset tetap atau ditetapkannya
peraturan pemerintah yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Misalnya suatu perusahaan
memiliki sebidang tanah yang dibeli dengan maksud untuk persiapan perluasan perusahaan
pabrik. Perusahaan telah mengubah rencananya dan kemudian menjual tanah tersebut. Apabila
pada awalnya perusahaan tidak bermaksud untuk menjual belikan tanah dan dalam penjualan
sebidang tanah tertentu diperoleh keuntungan, maka keuntungan tersebut harus diberlakukan
sebagai pos luar biasa.

PENYESUAIAN UNTUK TAHUN YANG LALU

Penyesuaian tahun yang lalu tidak boleh dilaporkan dalam laporan laba-rugi, karena penyesuain
tersebut yang:

1) Bisa diidentifikasikan dan berhubungan langsung dengan aktivitas periode yang lalu
2) Tidak bisa dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa ekonomi yang terjadi sesudah tanggal
laporan keuangan tahun lalu
3) Sangat tergantung pada keputusan yang diambil oleh orang yang bukan merupakan
manajemen perusahaan
4) Tidak mudah terpengaruh oleh taksiran yang wajar sebelum ditentukan

Contoh:

Hasil penelitian bagian pajak menentukan bahwa perusahaan tersebut masih harus menambah
pajak senilai Rp.800.000,00 dipandang cukup material maka perlu dibuatkan jurnal penyesuaian
sebagai berikut:

Laba ditahan Rp.800.000,00

Utang pajak penghasilan Rp.800.000,00

KOREKSI KESALAHAN

Kesalahan catatan akuntansi bisa terjadi, misalnya salah dalam perhitungan, lupa
membukukan suatu transaksi, salah menerapkan prinsip akuntansi, salah menganalisis
transkasi yang terjadi, maka perlu koreksi atas kesalahan-kesalahan tersebut.
Contoh: pada tahun 2012 ditemukan adanya kesalahan perhitungan dalam menentukan
persediaan per tanggal 31 Desember 2011, dimana persediaan tersebut telah ditetapkan
terlalu rendah Rp.11.000.000,00, maka jurnal yang perlu dibuat adalah:

Persediaan Rp.11.000.000,00

Laba ditahan Rp.11.000.000,00

(untuk memperbaiki kesalahan persediaan tahun lalu)

PERUBAHAN TAKSIRAN AKUNTANSI


Pengaruh atau akibat perubahan taksiran akuntansi harus dinyatakan baik dalam laporan laba rugi
tahun berjalan maupun tahun-tahun berikutnya, sesuai dengan sifat perubahan yang dilakukan.
Misalnya taksiran kerugian atas produk yang dijual dengan jaminan dipandang terlalu rendah
Rp.900.000,00 karena adanya taksiran kenaikan harga yang baru, maka taksiran utang atas
penjualan dengan jaminan harus ditambah dengan jurnal sebagai berikut:

Beban penjualan dengan jaminan Rp.900.000,00

Taksiran utang atas penjualan dengan jaminan Rp.900.000,00

PERUBAHAN PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI AKUNTANSI


Apabila perusahaan melakukan perubahan atas prinsip akuntansi yang dianutnya, maka
dalam laporan laba rugi harus ditunjukkan pengaruh komulatif karena perubahan prinsip
akuntansi. Pos ini menggambarkan jumlah selisih komulatif dalam laba dari tahun-tahun
yang lalu seandanya prinsip yang baru diterapkan dalam tahun-tahun tersebut.

Jumlah ini akan sama dengan selisih antara (a) laba ditahan pada awal tahun dan (b)
jumlah laba ditahan awal tahun seandanya prinsip yang baru telah dilaksanakan sejak
tahun-tahun yang lalu. Di dalam laporan laba rugi pengaruh komulatif ini dicantumkan di
antara pos-pos luar biasa dan laba bersih.

Contoh misalkan perusahaan pada tahun 2012 menggunakan metode depresiasi saldo
menurun ganda untuk mesin-mesinnya. Terhitung mulai tahun 2012 perusahaan tersebut
menggantikan metode tersebut dengan metode garis lurus. Seandainya metode garis lurus
telah digunakan sejak sebelum tahun 2012, maka laba bersih kumulatif untuk tahun-tahun
sebelum tahun 2012 akan lebih besar Rp.13.000.000,00, maka jurnal untuk mencatat
perubahan dalam prinsip akuntansi adalah sebagai berikut:

Akumulasi depresiasi mesin Rp.13.000.000,00

Pengaruh kumulatif atas laba tahun-tahun lalu Rp.13.000.000,00

LABA PER LEMBAR SAHAM


Laba per lembar saham ini menjadi perhatian bagi para investor. Oleh karena itu
informasi ini perlu dilaporkan perusahaan pada laporan laba rugi supaya calon-calon
investor dan masyarakat dapat mengetahuinya sehingga terdorong untuk membeli saham
yang akan dijual.

Contoh laporan laba rugi yang ditampilkan berikut ini ditunjukkan cara menghitung laba
per lembar saham:

PT NIRANU
LAPORAN LABA RUGI
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR TANGGAL 31 DESEMBER 2012
Laba sebelum pajak, pos-pos luar biasa dan Rp.125.000.000,00
Pengaruh kumulatif karena perubahan prinsip
akuntansi
dikurangi: Pajak penghasilan Rp.50.000.000,00
Laba Sebelum Pos-Pos Luar Biasa, Dan Pengaruh Rp.75.000.000,00
Kumulatif Karena Perubahan Prinsip Akuntansi
Pos-Pos Luar Biasa
Laba penjualan saham PT Anggun Rp.80.000.000,00
dikurang: pajak penghasilan Rp.20.000.000,00 Rp.60.000.000,00
Tambah: Pengaruh kumulatif atas laba tahun-tahun yang
lalu karena perubahan metode depresiasi Rp.13.000.000,00
Laba bersih: Rp.148.000.000,00
Laba per lembar saham untuk perusahaan yang memiliki struktur modal yang sederhana
dapat dihitung dengan cara membagi laba bersih dengan jumlah rata-rata tertimbang
saham biasa yang beredar selama tahun yang bersangkutan. Bila perseroan menerbitkan
juga saham preferen disamping saham biasa, maka dividen tetap untuk pemegang saham
preferen harus dikurangkan lebih dahulu dari laba bersih, sehnigga bisa diketahui bagian
laba bersih untuk saham biasa

Misalnya PT Niranu tahun 2012 memperoleh laba bersih sebesar Rp.39.000.000,00. Pada
tanggal 1 januari 2012 perusahaan memiliki 10.000 lembar saham biasa yang sudah
beredar. Pada tanggal 1 juli jumlah saham yang beredar telah ditambah lagi sebanyak
6.000 lembar. Seandainya PT Niranu tidak memiliki saham preferen, maka rata-rata
tertimbang saham biasa yang beredar selama 2012 sebagai berikut:

Jumlah Lembar Bulan Lembar X Bulan


10.000 6 60.000
16.000 6 96.000
12 156.000
Rata-rata tertimbang saham beredar = 156.000/12 = 13.000 lembar

Laba bersih
Laba Per lembar saham=
Rata−ratatertimbang saham

Rp .39.000 .000
Laba Per lembar saham= =Rp .3.000,00
13.000

Jadi laba per lembar saham = Rp.3.000,00

Bentuk penjelasan laba per lembar saham harus sesuai dengan isi laporan laba rugi.
Berikut ini contoh penyajian penjelasan laba per lembar saham pada suatu perusahaan
yang memiliki 10.000 lembar saham biasa yang sedang beredar:

2011 2012
Laba sebelum pos luar biasa Rp.50.000.000,00 Rp.60.000.000,00
Laba luar biasa Rp.18.000.000,00
Laba bersih Rp.68.000.000,00 Rp.60.000.000,00
Laba per lembar saham biasa:
Laba sebelum pos luar biasa Rp.5.000,00 Rp.6.000,00
Laba luar biasa Rp.1.800,00 -
Laba bersih per lembar saham Rp.6.800,00 Rp.6.000,00

2. DIVIDEN

Pembagian dividen (laba) kepada para pemegang saham dalam suatu perusahaan hanya
dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari dewan komisaris. Biasanya dividen
dibayarkan dalam bentuk kas, tetapi bisa juga dibayar dalam bentuk kekayaan lain.

DIVIDEN TUNAI

Pada saat pembagian divden diumumkan oleh perusahaan perlu dibuat pencatatan untuk
mengakui timbulnya utang dividen kepada para pemegang saham. Jurnal yang harus
dibuat adalah debet laba ditahan dan kredit utang dividen.
Misalkan perusahaan memiliki 1.000 lembar saham preferen 6 % dengan nilai pari
Rp.50.000,00. Perusahaan tersebut mengumumkan akan membayar dividen tetap untuk
saham preferen sebesar Rp.6.000,00 per lembar dan untuk saham biasa akan dibayar
dividen sebesar Rp.4.000,00. Laba yang ditahan akan dibagikan sebagai dividen
seluruhnya berjumlah Rp.18.000.000,00. Maka jurnal yang dibuat adalah:

Laba ditahan Rp.18.000.000,00

Utang dividen saham preferen Rp.6.000.000,00

Utang dividen saham biasa Rp.12.000.000,00

(untuk mencatat pengumuman dividen preferen Rp.6.000,00 dan dividen biasa Rp.4.000,00 per lembar saham)

Selama dividen belum dibayar, dalam pembukuan akan Nampak utang dividen kepada pemegang
saham. Pada saat dividen dibayar tunai, perlu dibuat jurnal pengeluaran kas sebagai berikut:

Utang dividen preferen Rp.6.000.000,00

Utang dividen biasa Rp.12.000.000,00

Kas Rp.18.000.000,00
(untuk mencatat pembayaran dividen atas saham preferen dan saham biasa)

Pembayaran dividen secara kwartalan pada saat pemgumuman akan dibuatkan jurnal, mendebet
akun dividend dan mengkredit akun utang dividen. Pada akhir tahun akan ditutup maka akun
laba ditahan di debet. Contoh suatu perusahaan membayar dividen kwartalan sebesar
Rp.5.000.000,00 atau Rp20.000.000,00 dalam setahun. Maka jurnal dibuat setiap kwartalan
adalah:

Dividen Rp.5.000.000,00

Utang dividen Rp.5.000.000,00

(untuk menatat utang dividen kwartalan)

Apabila dividen dibayar melalui kas maka jurnal yang dibuat sebagai berikut:

Utang dividen Rp.5.000.000,00

Kas Rp.5.000.000,00

(untuk mencatat pembayaran dividen kwartalan)

Dalam waktu waktu satu tahun, perusahaan akan mendebet akun dividen sebanyak emapt kali
sehingga akhir tahun akun tersebut akan bersaldo debet Rp.20.000.000,00. Pada akhir tahun
buku saldo akun dividen harus ditutup kea kun Laba Ditahan dengan membuat jrunal sebagai
berikut:
Laba ditahan Rp.20.000.000,00

Dividen Rp.20.000.000,00

(untuk mencatat penutupan akun dividen)

DIVIDEN SAHAM
Apabila saham yang akan dibayarkan sebagai dividen tidak lebih dari 25% dari jumlah
saham biasa yang semula beredar maka pembayaran dividen ini bisa dicatat dengan mendebet
akun laba ditahan dan mengkredit modal saham biasa sebesar harga pasar saham yang
dikeluarkan. Misalnya bagian modal dalam neraca suatu perseroan sebelum pembagian dividen
saham 10% maka jurnalnya sebagai berikut:

Laba ditahan Rp.20.000.000,00

Dividen Rp.20.000.000,00

(untuk mencatat penutupan akun dividen)

Saham biasa, nilai pari Rp.50.000,00,

2000 lembar ditempatkan dan beredar Rp.100.000.000,00

Agio saham biasa Rp. 5.000.000,00

Laba ditahan Rp.80.000.000,00

Jumlah modal Rp.185.000.000,00

Saham yang telah beredar berjumlah 2.000 lembar, maka pembagian dividen saham 10%
akan menyebabkan saham bertambah 200 lembar. Misalkan harga pasar saham sebesar
Rp.70.000,00 per lembar, maka jumlah laba ditahan harus dipindahkan ke modal
berjumlah Rp.14.000.000,00. Maka jurnal yang harus dibuat adalah:

Laba ditahan Rp.14.000.000,00

Saham akan diterbitkan Rp.10.000.000,00

Agio saham biasa Rp.4.000.000,00


(untuk mencatat pengumuman pembagian dividen saham biasa 10%)

Apabila saham dibagikan, maka jurnal yang dibuat adalah:

Saham akan diterbitkan Rp.10.000.000,00

Saham biasa Rp.10.000.000,00

(untuk mencatat penerbitan saham sebagai pembayaran dividen saham)

Setelah pebagian saham, maka bagian modal dalam neraca perusahaan akan nampak
sebagai berikut:

Saham biasa, nilai pari Rp.50.000,00,

2.200 lembar ditempatkan dan beredar Rp.110.000.000,00

Agio saham biasa Rp. 9.000.000,00

Laba ditahan Rp. 16.000.000,00

Jumlah modal Rp.185.000.000,00

LAPORAN LABA DITAHAN

Laporan laba ditahan merupakan analisis atas akun laba ditahan untuk suatu periode akuntansi
tertentu dan disajikan bersama-sama dengan laporan keuangan yang lain.

Contoh laporan laba ditahan:

PT LIAMU
Laporan Laba Ditahan
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2011
Disisihkan:
Disisihkan untuk perluasan perusahaan, 1
Januari 2011 Rp.40.000.000,00
Disisihkan dalam tahun 2011 Rp.50.000.000,00
Rp.10.000.000,00
Tidak disisihkan:
Saldo, 1 januari 2011 Rp.80.000.000,00
Tambahan:Laba Bersih Rp.35.000.000,00
Rp.115.000.000,00
Kurang:
Dividen tunai Rp.15.000.000,00
Disisihkan untuk perluasan Rp.10.000.000,00 Rp.25.000.000,00
Rp.90.000.000,00
Jumlah Laba Ditahan 31 Desember 2011 Rp.140.000.000,00

BAB 5
INVESTASI JANGKA PANJANG

1. INVESTASI DALAM OBLIGASI


1) Obligasi Dimiliki Untuk Diperdagangkan
a) Pembelian obligasi

Misalkan pada tanggal 1 oktober 2011 perusahaan membeli 10 lembar obilgasi salah satu
perusahaan dengan nilai nominal Rp.1.000.000,00 per lembar, bunga 12 % dengan
tanggal bunga 1 Februari dan 1 Agustus. Obligasi dibeli dengan kurs 99, ditambah
bunga berjalan 2 bulan, biaya komisi perantara dan pajak berjumlah Rp.150.000.000,00

Harga kurs obilgasi: 99%XRp.10.000.000,00 Rp.9.900.000,00

Biaya komisi dan pajak: Rp. 150.000,00

Biaya perolehan obligasi: Rp.10.050.000,00

Bunga berjalan: Rp.10.000.000,00 X 12% X 2/2: Rp. 200.000,00

Jumlah yang Harus Dibayar: Rp.10.250.000,00

Jurnal pembelian obligasi:

Pada tanggal I oktober 2011

Investasi-obligasi: Rp.10.050.000,00

Piutang Bunga Obligasi: Rp.200.000,00

Kas: Rp.10.250.000,00

(Untuk Mencatat Pembelian 10 Lembar Obligasi PT.X)


b) Pencatatan Piutang Bunga Dan Pendapatan Bunga

Pada akhir periode tanggal 31 Desember 2011 perusahaan harus membuat jurnal penyesuaian
untuk mencatat bunga 3 bulan yang telah menjadi haknya tetapi uang yang baru akan diterima
pada tanggal 1 Februari yang akan dating yaitu sebesar Rp.300.000,00 (Rp.10.000.000,00 X 12%
X 3/12), maka jurnal penyesuainnya adalah:

Pada tanggal 31 Desember 2011:

Piutang bunga obligasi: Rp.300.000,00

Pendapatan bunga obligasi: Rp.300.000,00

(untuk mencatat bunga 3 bulan yang masih akan diterima)

c) Penerimaan bunga

Tanggal 1 Februari 2011 perusahaan menerima bunga 6 bulan. Dari jumlah penerimaan
Rp.200.000,00 di antaranya adalah pengembalian bunga berjalan yang telah dicatat pada tanggal
1 Oktober 2011 dan Rp.300.000,00 adalah pendapatan bunga tahun 2011 yang telah dicatat
melalui jurnal penyesuian pada tanggal 31 desember 2011.

Perhitungan Bunga berjalan:

 Bunga 2 bulan 1 Agustus sampai dengan 1 September (Rp.10.000.000 X 12% X 2/12) =


Rp.200.000,00
 Bunga yang masih akan diterima 3 bulan 1 Oktober, 1 Nopember dan 1 Desember
(Rp.10.000.000,00 X 12% x 3/12) = Rp.300.000,00
 Pendapatan bunga tahun 2012, 1 bulan, 31 Desember (Rp.10.000.000,00 X 12% X 1/12 )
= Rp.100.000,00
 Penerimaan bunga untuk 6 bulan 1 Agustus sampai dengan 31 Desember
(Rp.10.000.000,00 X 12% X 6/120 = Rp.600.000,00

Jurnal mencatat penerimaan bunga:

Pada tanggal 1 Februari 2012:

Kas: Rp.600.000,00

Piutang bunga obligasi: Rp.500.000,00

Pendapatan bunga obligasi; Rp.100.000,00


(Untuk Mencatat Penerimaan Bunga Obligasi)

Pada tanggal 1 Agustus 2012 perusahaan menerima bunga untuk 6 bulan ( 1 Februari – 1 Agustus
2012) sebesar Rp.600.000,00 ( Rp.10.000.000,00 X 12% X 6/12 ), maka jurnalnya sebagai
berikut:

Pada tanggal 1 Agustus:

Kas : Rp.600.000,00

Pendapatan bunga obligasi: Rp.600.000,00

(untuk mencatat penerimaan bunga obligasi)

2) Penjualan Investasi Obligasi

Perusahaan menjual obligasi pada tanggal 2 agustus 2012 dengan kurs 103, pembayaran komisi
perantara sebesar rp.70.000,00. Perhitungan laba penjuala obligasi dapat dihitung sebagai
berikut:

Harga kurs obliasi ( Rp.10.000.000,00 X 103/100 : Rp.10.300.000,00

Biaya komisi perantara: Rp. 70.000,00

Hasil penjualan bersih: Rp.10.230.000,00

Biaya perolehan obligasi : Rp.10.050.000,00

Laba penjualan obligasi : Rp. 180.000,00

Jurnal yang dibuat adalah:

Pada tanggal 2 agustus 2012:

Kas: Rp.10.230.000,00

Investasi obligasi: Rp.10.050.000,00

Laba penjualan investasi obligasi: Rp. 180.000,00

(untuk mencatat penjualan investasi obligasi sementara dalam obligasi PT.X)

Laba penjualan investasi obligasi Rp.180.000,00 dan pendapatan bunga obligasi


Rp.700.000,00 keduanya dilaporkan pada laporan laba rugi tahun 2012.

3) Obligasi Dimiliki Hingga Jatuh Tempoh


a) Pembelian obligasi

Obligasi yang dibeli perusahaan sebagai investasi yang akan dimiliki hingga jatuh tempo, dicatat
sebesar biaya perolehannya, meliputi harga beli obligasi ditambah komisi perantara, pajak, dan
beban-beban lain yang berhubungan dengan pembelian obligasi.

Contoh:

Perusahaan X membeli obligasi pada tanggal 1 Juni 2011 sebanyak 100 lembar, dengan nilai
nominal Rp. 1.000.000,00 per lembar dengan kurs 97 ditambah bunga berjalan dan komisi
perantara sebesar Rp.800.000,00. Tingkat bunga obligasi 9% dengan tanggal bunga 30 Juni dan
31 Desember. Tanggal jatuh tempoh obligasi 31 Desember 2015. Perhitungan harga beli obligasi
sebagai berikut:

Harga kurs Obligasi (Rp.1.000.000,00 X 97/100): Rp.97.000.000,00

Komisi Perantara : Rp. 800.000,00

Harga Peroleh Obligasi : Rp.97.800.000,00

Bunga Berjalan 5 Bulan (Rp.100.000.000,00 X 9% X 5/12): Rp.3.750.000,00

Jumlah Yang Harus Dibayar: Rp.101.550.000.00

Jurnal:

Pada tanggal 1 juni

Investasi obligasi : Rp.97.800.000,00

Piutang bunga obligasi: Rp.3.750.000,00

Kas: Rp. 101.550.000,00

(untuk mencatat pembelian 100 lembar obligasi PT.X 9%, Kurs 97)

b) Penerimaan bunga obligasi

Perusahaan menerima pembayaran bunga obligasi untuk 6 bulan pada tanggal 30 Juni 2011,
senilai Rp.4.500.000,00 (Rp.100.000.000,00 X 9% X 6/12). Perusahaan mendebet akun investasi
obligasi untuk mengamortisasi diskonto. Pada waktu pembelian perusahaan tidak mendebet
diskonto ke akun khusus namun dicatat dalam akun investasi obligasi senilai harga perolehan
Rp.97.800.000,00.

Pada tanggal jatuh tempo tanggal 31 Desember 2015 perusahaan menerima pelunasan obligasi
dari perusahaan yang membeli senilai Rp.100.000.000,00. Artinya pembelian obligasi oleh
perusahaan memperoleh keuntungan berupa diskonto senilai Rp.2.200.000,00
( Rp.100.000.000,00 – Rp.97.800.000,00). Keuntungan ini diakui selama periode pemilikan
obligasi melalui proses amortisasi. Perhitungan amortisasi sebagai berikut:

Jumlah diskonto: (Rp.100.000.000,00 – Rp.97.800.000,00): Rp.2.200.000,00

Jangka waktu obligasi sejak tanggal pembelian sampai tanggal

jatuh tempo ( 1 Juni 2011 s/d 31 Desember 2015): 55 bulan

Amortisasi per bulan (Rp.2.200.000,00 : 55): Rp.40.000,00

Jurnal:

Pada tanggal 30 Juni 2012

Kas: Rp.4.500.000,00

Piutang bunga obligasi: Rp.3.750.000,00

Pendapatan bunga: Rp.750.000,00

(untuk mencatat pendapatan bunga 1 bulan dan pengembalian bunga berjalan)

Investasi obligasi: Rp.40.000,00

Pendapatan bunga: Rp.40.000,00

(untuk mencatat amortisasi diskonto selama 1 bulan)

Perusahaan menerima bunga tenga tahunan 31 desember 2011 seniai rp.4.500.000,00, pada saat
yang sama perusahaan melakukan amortisasi diskonto 6 bulan atau rp.240.000,00 (rp.40.000,00
X 6)

Jurnal:

Pada tanggal 31 desember 2011

Kas: Rp.4.500.000,00

Investasi obligasi: Rp.240.000,00

Pendapatan bunga: Rp.R4.740.00,00

(Untuk mencatat penerimaan bunga tengah tahunan dan amortisasi diskonto)


Amortisasi diskonto yang dilakukan secara terus menerus setiap tanggal bunga
menyebabkan saldo akun investasi obligasi terus bertambah. Saldo tersebut menunjukkan nilai
buku akun investasi obligasi. Contoh perhitungan amortisasi dan nilai buku selama masa
kepemilikan obligasi sebagai berikut:

Saldo awal investasi Amortisasi Saldo akhir


Tanggal
obligasi Diskonto investasi obligasi
30-06-11 Rp.97.800.000,00 Rp.40.000,00 Rp.97.840.000,00
31-12-11 Rp.97.840.000,00 Rp.240.000,00 Rp.98.080.000,00
30-06-12 Rp.98.080.000,00 Rp.240.000,00 Rp.98.320.000,00
31-12-12 Rp.98.320.000,00 Rp.240.000,00 Rp.98.560.000,00
30-06-13 Rp.98.560.000,00 Rp.240.000,00 Rp.98.800.000,00
31-12-13 Rp.98.800.000,00 Rp.240.000,00 Rp.99.040.000,00
30-06-14 Rp.99.040.000,00 Rp.240.000,00 Rp.99.280.000,00
31-12-14 Rp.99.280.000,00 Rp.240.000,00 Rp.99.520.000,00
30-06-15 Rp.99.520.000,00 Rp.240.000,00 Rp.99.760.000,00
31-12-15 Rp.99.760.000,00 Rp.240.000,00 Rp.100.000.000,00
Rp.2.200.000,00

c) Penerimaan pelunasan obligasi pada tanggal jatuh

Obligasi yang dimiliki perusahaan sampai tanggal jatuh tempoh maka perusahaan akan
menerima pelunasan sebesar nilai nominal obligasi, Rp.100.000.000,00 maka jurnal yang dibuat
adalah:

Pada tanggal 31 desember 2015

Kas: Rp.100.000.000,00

Investasi obligasi: Rp.100.000.000,00

(Untuk Mencatat Penerimaan Obligasi Pada Tanggal Jatuh)

Dengan adanya pengkreditan atas akun tersebut maka akun investasi obligasi bersaldo nol dan
berakhirlah investasi jangka panjang dalam obligasi tersebut .

d) Pembelian obligasi dengan premi

Obligasi dibeli dengan harga lebih tinggi dari nilai nominal maka timbul premi obligasi.

Misalnya perusahaan pada tanggal 1 Juni 2011, membeli 200 lembar obligasi dengan nilai
nominal Rp.1.000.000,00 per lembar, kurs 102 ditambah bunga berjalan. Komisi perantara
pembelian obligasi senilai Rp.1.160.000,00,. Tingkat bunga 15% yang pembayarannya setiap
tanggal 30 Juni dan 31 Desember dan tanggal jatu tempo 31 Desember 2014.

Harga kurs obligasi (Rp.200.000.000,00 X 102%)= Rp.204.000.000,00


Komisi perantara: Rp. 1.160.000,00

Biaya perolehan obligasi= Rp.205.160.000,00

Bunga Berjalan 5 Bulan (Rp.200.000.000,00 X 15% X 5/12)= Rp. 12.500.000,00

Jumlah yang harus dibayar: Rp.217.660.000,00

Jurnal:

Pada tanggal 1 juni 2011:

Investasi obligasi: Rp.205.160.000,00

Piutang bunga obligasi: Rp.12.500.000,00

Kas:Rp.217.660.000,00

(Untuk Mencatat Pembelian 200 Lembar Saham, Nominal Rp.1.000.000,00, 15%, Kurs 102)

Amortisasi premi dilakukan bersamaan dengan pencatatan penerimaan bunga pada setiap
tanggal bunga. Perhitungannya sebagai berikut:

Premi obligasi (Rp.205.160.000,00 – Rp.200.000.000,00): Rp.5.160.000,00

Jangka waktu obligasi sejak 1 Juni 2011

sampai dengan 31 Desember 2014: 43 Bulan

Amortisasi premi obligasi per bulan (Rp.5.160.000,00 : 43): Rp.120.000,00

Jurnal:

Pada tanggal 30 juni 2011:

Kas: Rp.15.000.000,00

Piutang bunga obligasi:Rp.12.500.000,00

Pendapatan bunga obligasi: Rp.2.500.000,00

(Untuk Mencatat Pendapatan Bunga 1 Bulan Dan Pengembalian Bunga Berjalan)


Pendapatan bunga obligasi:Rp.120.000,00

Investasi obligasi: Rp.120.000,00

(untuk mencatat amostisasi premi selama 1 bulan)

Jurnal:

Pada tanggal 31 desember 2011

Kas: Rp.15.000.000,00

Investasi Obligasi: Rp.720.000,00

Pendapatan Obligasi: Rp.14.280.000,00

(untuk mencatat penerimaan bunga tengah tahunan dan amortisasi premi selama 6 bulan)

Dengan adanya pengkreditan pada akun investasi obligasi yang dilakukan setiap kali perusahaan
melakukan amortisasi premi maka saldo akun semakin menurun dan akhirnya sama dengan nilai
nominal obligasi.

Saldo Awal Amortisasi Saldo Akhir


Tanggal
Investasi Obligasi Diskonto Investasi Obligasi
30-06-11 Rp.205.160.000,00 Rp.120.000,00 Rp.205.040.000,00
31-12-11 Rp.205.040.000,00 Rp.720.000,00 Rp.204.320.000,00
30-06-12 Rp.204.320.000,00 Rp.720.000,00 Rp.203.600.000,00
31-12-12 Rp.203.600.000,00 Rp.720.000,00 Rp.202.880.000,00
30-06-13 Rp.202.880.000,00 Rp.720.000,00 Rp.202.160.000,00
31-12-13 Rp.202.160.000,00 Rp.720.000,00 Rp.201.440.000,00
30-06-14 Rp.201.440.000,00 Rp.720.000,00 Rp.200.720.000,00
31-12-13 Rp.200.720.000,00 Rp.720.000,00 Rp.200.000.00,00
rp.5.160.000,00

4) Obligasi Tersedia Untuk Dijual


Obligasi yang dimiliki dijual sebelum tanggal jatu obligasi, maka akun kas di debet
sebesar jumlah kas yang diterima dan akun investasi obligasi dikredit sebesar nilai buku
investasi pada saat penjualan terjadi.

Contoh:

Perusahaan menjual obligasi yang dimiliki senilai rp.203.000.000,00 pada tanggal 1


Oktober 2013. Bunga berjalan 3 bulan senilai Rp.7.500.000,00 (Rp.200.000.000,00 X
15% X 3/12). Amortisasi 3 bulan Rp.360.000,00 ( Rp.120.000,00 X 3).

Jurnal:

Pada tanggal 1 oktober 2013

Pendapatan bunga obligasi: Rp.360.000,00

Investasi: Rp.360.000,00

(Untuk Mencatat Amortisasi Premi Selama 3 Bulan)

Perhitungan nilai buku tanggal 1 oktober 2013 sdebagai berikut:

Harga perolehan obligasi pada tanggal 1 Juni 2011: Rp.205.160.000,00

Amortisasi premi sejak 1 Juni 2011 S/D Juni 2013

(25 Bulan X Rp.120.000,00): Rp.3.000.000,00

Nilai buku obligasi sampai dengan tanggal bunga

yang berakhir 30 Juni 2013: Rp.202.160.000,00

Amortisasi yang dibuat pada tanggal 1 Oktober

1 Juli S/D 1 Oktober 2013: Rp.360.000,00

Nilai buku obligasi tanggal 1 Oktober 2013: Rp.201.800.000,00

Perhitungan laba atau rugi penjualan obligasi dilakukan dengan membandingkan hasil
penjualana bersih dengan nilai buku obligasi pada tanggal penjualan:

Harga jual obligasi……………………………………………………… Rp


203.000.000,00

Nilai buku obligasi pada tanggal penjualan………………………….. 201.800.000,00


Laba penjualan obligasi………………………………………………. Rp 1.200.000,00

-----------------------------

Jumlah yang harus dibuat untuk mencatat transaksi peenjualan obligasi pada tanggal 1
Oktober 2013 adalah sebagai berikut:

2013 Kas………………………………….. Rp
Okt.1 investasi obligasi……………... 210.500.000,00 Rp
Pendapatan bunga obligasi…. 201.800.000,00
Laba penjualan obligasi……...
(Untuk mencatat penjualan obligasi 7.500.000,00
PT Semeru)
1.200.000,00

Dalam transaksi diatas, kas yang diterima sebesar Rp 210.500.000,00 terdiri atas hasil
penjualan obligasi Rp 203.000.000,00 ditambah bunga berjalan sebesar Rp 7.500.000,00.
Bunga berjaln tidak mempengaruhi perhitungan laba atau rugi penjualan, tetapi
merupakan pendapatan yang langsung dibayar oleh pembeli obligasi.

 INVESTAS DALAM SAHAM

Investasi dalam saham adalah investasi dalam yang diterbitkan oleh perusahaan lain.
Apabila perusahaan melakukan investasi dalam saham (dan / atau obligasi) yang
diterbitkan oleh berbagai perusahaan, maka keseluruhan investasi tersebut dinamakan
portofolio investasi (investment portfolio).

Akuntasi untuk investasi dalam saham tergantung pada seberapa besar pengaruh investor
terhadap operasi dan peristiwa-peristiwa keuangan perusahaan penerbit saham (investee).
Pedoman akuntansi utuk investasi saham terlukis dalam gambar berikut:

Pemilikan Investor Dalam


Perkiraan Pengaruh Atas
Saham Biasa Perusahaan Pedoman Akuntansi
Investee
Investee
Tidak Signifikan Metode biaya
perolehan

Kurang dari 20%

Signifikan Metode Ekuitas

Antara 20% dan 50%

Mengendalikan Laporan Keuangan


Konsolidasi

Lebih dari 50%

Berikut ini akan diberikan contoh penerapan masing-masing pedoman akuntasi di atas.

 PEMILIKAN SAHAM KURANG DARI 20%

Dalam akuntasi untuk pemilikan saham kurang dari 20%, perusahaan menggunakan
metode biaya perolehan. Dalam metode biaya perolehan ini, perusahaan mencatat
investasi sebesar biaya perolehannya, dan pendapatan diakui hanya ketika perusahaan
menerima dividen tunai.

 PENCATATAN PEMBELIAN SAHAM

Misalkan pada tanggal 1 April 2011, PT Merapi membeli 3.000 lembar saham PT Kenciri
yang bernilai nominal Rp 3.500,00 perlembar (pemilikan 10%), biaya komisi perantara
dan pajak untuk transaksi pembelian tersebut adalah Rp 250.000,00.

Harga saham (3.000 x Rp 3.500,00)……………………… Rp 10.500.000,00


Biaya komisi perantara……………………………………. 250.000,00
---------------------
Biaya Perolehan Saham (3.000 lembar)………………... Rp 10.750.000,00
Jurnal untuk mencatat pembelian saham sebagai investasi sementara di atas adalah
sebagai investasi sementara di atas adalah sebagai berikut:

2011 investasi saham………….. Rp10.750.000,00


Apr.1 Kas……..……………... Rp10.750.000,00
(Untuk mencatat pembelian
3.000 lembar saham PT Kerinci)

 PENCATATAN PENERIMAAN DIVIDEN

Misalkan pada tanggal 10 Juni 2011, PT Merapi menerima dividend dari PT Kerinci
sebesar Rp 450.000,00 (satu lembar saham mendapat dividen sebesar Rp 150,00). Jurnal
untuk mencatata transaksi penerimaan dividen adalah sebagai berikut:

2011 Kas……..……………............ Rp 450.000,00


Juni 30 Pendapatan Dividen…. Rp 450.000,00
(Untuk mencatat penerimaan
dividen dari PT Kerinci)

Pendapatan dividen dilaporkan oleh PT Merapi dalam laporan laba-rugi di bawah judul
“Pendapatan dan Beban Lain-lain”. Berbeda dengan bunga pada wesel dan obligasi,
perusahaan tidak membuat jurnal penyesuaian akhir periode untuk pendapatan dividen,
karena penerimaan dividen tidak dapat dipastika.
 PENJUALAN INVESTASI DALAM SAHAM

Misalkan pada tanggal 15 September 2011, PT Merapi menjual seluruh saham PT


Kerinci dengan harga Rp 4.000,00 per lembar. Dalam transaksi tersebut PT Merapi harus
membayar biaya komisi perantara dan pajak sebesar Rp 280.000,00.

Harga jual saham (3.000 x Rp 400,00)……………………… Rp 12.000.000,00

Dikurangi: biaya komisi perantara dan pajak……………….. 280.000,00

--------------------------

Hasil penjualan saham………………………………………… Rp 11.720.000,00

Biaya perolehan saham……………………………………….. 10.750.000,00

-----------------------------

Laba penjualan saham………………………………………… Rp 970.000,00

Jurnal untuk mencatat transaksi penjualan saham di atas adalah sebagai berikut:

2011 Kas……..……………............ Rp11.720.000,00


Sept.15 Investasi saham…….…. Rp10.750.000,00
(Untuk mencatat penjualan 970.000,00
3.000 lembar saham PT Kerinci)

Laba penjualan investasi saham sebesar Rp 970.000,00, dilaporkan oleh PT Merapi


dalam laporan laba-rugi di bawah judul “Pendapatan dan beban lain-lain” .

 PEMILIKAN SAHAM ANTARA 20% DAN 50%


Apabila perusahaan investor hanya memiliki sebagaian kecil dari saham biasa perusahaan
lain, investor tidak dapat mengendalikan perusahaan lain tersebut. Akan tetapi jika
investor memiliki antara 20% dan 50% saham biasa dari suatu perusahaan, makan dapat
diperkirakan bahwa investor memiliki pengaruh yang signifikan atas aktifitas operasi dan
keuangan perusahaan investee. Apabila investor mempunyai pengaruh signifikan tetapi
tidak mengenndalika investee, maka bagi investor perusahaan investee dipandang sebagai
asosiasi. Investor biasanya mempunyai wakil dalam dewan komisaris perusahaan
investee, dan melalui wakil tersebut dapat melakukan pengendalian tertentu terhadap
investee. Perusahaan investee dalam hal-hal tertentu menjadi bagian dari perusahaan
investor.

Seperti terlihat pada gambar diatas, investasi saham antara 20% dan 50% dicatat dengan
menggunakan metode ekuitas. Dalam metode ekuitas, perusahaan investor pada awalnya
mencatat investasi dalam saham biasa yang diterbitkan asosiasi sebesar biaya
perolehannya. Selanjutnya, setiap tahun membuat penyesuain tahunan atas akun
investasi untuk menunjukkan besarnya ekuitas investor dalam asosiasi. Setiap tahun
investor melakukan hal-hal sebagai berikut: (1) mendebet (menambah) akun investasi dan
mengkredit (menambah) pendapatan sebesar persentase tertentu dari laba bersih asosiasi.
(2) investor juga mengkredit (mengurangi) akun investasi sejumlah dividen yang
diterima. Akun ivestasi dikurangi sebesar dividen yang diterima karena pembayaran
dividen oleh asosiasi akan mengurangi asset bersih asosiasi.

 PEMILIKAN SAHAM ANTARA 20% DAN 50%

Misalkan pada tanggal 1 Januari 2011, PT Serayu membeli 30% saham biasa yang
diterbitkan PT Citarum seharga Rp 120.000.000,00. PT Serayu akan mencatat transaksi
ini dengan jurnal sebagai berikut:

2011 Investasi saham…….………. Rp120.000.000,00


Jan. 1 Kas………………………... Rp120.000.000,00
(Untuk mencatat pembelian
saham biasa PT Citarum)
 PEMILIKAN SAHAM ANTARA 20% DAN 50%

Untuk tahun 2011, PT Citarum melaporkan laba bersih sebesar Rp 100.000.000,00. Pada
tanggal 31 Desember 2011 itu juga PT Citarum mengumumkan dan membayar dividen
tunai sebesar Rp 40.000.000,00. PT Serayu akan mencatat hal-hal berikut: (1) pendapatan
sebesar 30% dari laba bersih PT Citarum (30% x Rp 100.000.000,00 = Rp
30.000.000,00) dan (2) pengurusan dalam akun inventasi sebesar deviden tunai yang
diterima (30% x Rp 40.000.000,00 = Rp 12.000.000,00):

(1)

2011 Investasi saham…….………. Rp30.000.000,00


Des. 31 pendapatan dari investasi
saham PT Citarum ………... Rp30.000.000,00
(Untuk mencatat pembelian
saham biasa PT Citarum)

(2)

2011 Kas…………….…….………. Rp12.000.000,00


Des. 31 Investasi saham ………... Rp12.000.000,00
(Untuk mencatat penerimaan
deviden)

Setelah ayat-ayat jurnal di atas dibukukan, maka buku besar PT Serayu akan Nampak
akun investasi dan akun pendapatan sebagai berikut:

Investasi Saham

Jan. 1 120.000.000,00 Des. 31 12.000.000,00


Des. 31 30.000.000,00
Des. 31 Saldo 138.000.000,00

Pendapatan dari Investasi Saham PT Citarum

Des. 31 30.000.000,00

Selama tahun 2011 kenaikan bersih dalam akun investasi adalah Rp 18.000.000,00.
Seperti terlihat diatas, akun investasi bertambah sebesar Rp 30.000.000,00 yang berasal
dari bagian pedapatan dari laba bersih PT Citarum, dan berkurang dengan Rp
12.000.000,00 karena adanya penerimaan divide dari PT Citarum. Selain itu, PT Serayu
juga melaporkan pendapatan sebesar Rp 30.000.000,00 yaitu 30% dari laba bersih PT
Citarum (30% x Rp 100.000.000,00= Rp 30.000.000,00)

Perlu diketahui bahwa perbedaan pendapatan yang dilaporkan berdasarkan metode biaya
perolehan dengan metode ekuitas bisa sangat signifikan. Sebagai contoh bila investasi PT
Serayu dalam saham PT Citarum diatas di catat dengan menggunakan metode biaya
perolehan, maka PT Serayu hanya melaporkan pendapatan dividen sebesar Rp
12.000.000,00 (30% x Rp 40.000.000,00)

 PEMILIKAN SAHAM LEBIH DARI 50%

Perusahaan yang memiliki lebih dari 50% saham biasa yang diterbitkan perusahaan lain
disebut perusahaan induk. Perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh perusahaan induk
disebut perusahaan anak (afiliasi). Dengan pemilikan saham yag besar ini maka
perusahaan induk bisa mengendalikan perusahaan anak.

Apabila perusahaan memiliki saham perusahaan lain lebih dari 50%,maka perusahaan
tersebut biasanya menyusun laporan keuangan konsolidasi. Lapran tersebut menyajikan
total asset dan kewajiban yang dikendalikan oleh perusahaan induk. Laporan tersebut
juga menyajikan total pendapatan dan beban perusahaan anak. Perusahaan induk
menyajikan laporan konsolidasi sebagai tamahan atas laporan keuangan untuk
perusahaan induk dan masing-masing perusahaan anak.

Laporan keuangan konsolidasi sangat bermanfaat bagi para pemegang saham, dewan
komisaris, dan manager perusahaan induk. Laporan keuangan tersebut menunukan
keseluruhan dan lingkup operasi perusahaan-perusahaan yang berada di bawah kendali
perusahaan induk.

BAB 6

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN

1. PENDAHULUAN
Pajak, pajak penghasilan (pph) pasal 21: Merupakan pajak terutang atas penghasilan
yang menjadi kewajiban Wajib Pajak untuk membayarnya. Penghasilan yang
dimaksud yaitu berupa gaji, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan
nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan yang dilakukan oleh
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri. Pajak penghasilan PPH pasal 21 sebenarnya
ditanggung oleh perusahaan pemberi kerja dimasukkan terlebih dahulu ke dalam
unsur gaji dan tunjangan kepada karyawan saat menerima uang (Tunjangan pph pasal
21 dihitung pph pasal 21-nya). Jadi seolah-olah karyawan menerima uang Tunjangan
pph tadi terlebih dahulu dan dihitung pula pph Pasal 21-nya, baru kemudian dipotong
kembali oleh perusahaan pemberi kerja. Pajak yang berlaku bagi pegawai/karyawan
adalah pajak penghasilan pasal 21. Undang- undang yang dipakai untuk mengatur
besarnya tarif pajak, tata cara pembayaran dan pelaporan pajak adalah undang-
undang nomor 36 tahun 2008 yang merupakan penyempurnaan bagi undang-undang
terdahulunya yaitu undang-undang no.17 tahun 2000.

2. PENGERTIAN PAJAK

Definisi atau pengertian pajak menurut Soemitro (2011:1) dalam buku


perpajakan adalah sebagai berikut: “ pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa
timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum.
3. FUNGSI PAJAK

Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang mempunyai dua fungsi


Mardiasmo (2011 : 1), yaitu :

1. Fungsi anggaran (budgetair) sebagai sumber dana bagi pemerintah, untuk


membiayai pengeluaran- pengeluarannya.

2. Fungsi mengatur (regulerend) sebagai alat mengatur atau melaksanakan


kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial ekonomi.

4. SYARAT PEMUNGUTAN PAJAK

Menurut Mardiasmo (2011:2) agar pemungutan pajak tidak menimbulkan


hambatan atau perlawanan, pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai
berikut:

1. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan)

Sesuai dengan tujan hukum, yakni mencapai keadilan, undang-undang dan


pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-undangan di
antaranya mengenakan pajak secara umum, merata, serta disesuaikan dengan
kemampuan masing-masing. pelaksanaannya yakni dengan
memberikan hak bagi wajib pajak untuk mengajukan keberatan. Penundaan
dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada majelis pertimbangan
pajak.

2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat


yuridis)
Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikan
jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi Negara maupun warganya.

3. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomis)

Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan


sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian
masyarakat.

4. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansiil)

Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih
rendah dari hasil pemungutannya.

5. System pemungutan pajak harus sederhana


System pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah dipenuhi undang-undang
perpajakan yang baru.

5. PENGELOMPOKAN PAJAK

Menurut Mardiasmo (2011:5) pengelompokan pajak adalah sebagai berikut:

1. Menurut Golongannya.
a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak
dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : pajak penghasilan.
b. Pajak tidak langsung, pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan
kepada orang lain. Contoh : pajak pertambahan nilai.

2. Menurut sifatnya
a. Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya dalam arti memperhatikan keadaan diri
wajib pajak. Contoh : pajak penghasilan.
b. Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya tanpa
memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: pajak pertambahan
nilai dan pajak penjualan barang mewah.

3. Menurut lembaga pemungutnya


a. Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara. Contoh: pajak
penghasilan, pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang
mewah, dan bea materai.
b. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

6. SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK

Menurut Mardiasmo (2011:6) sistem pemungutan pajak adalah sebagai berikut:

1. Official Assessment System adalah suatu sistem pemungutan yang memberi


wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak
yang terutang oleh Wajib Pajak.

2. Self Assesment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak
yang terutang.

3. With Holding System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada

Pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk
menetukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

7. PAJAK PENGHASILAN

Definisi atau pengertian pajak menurut Mardiasmo (2011:188) adalah : pajak penghasilan
PPh pasal 21 adalah pajak penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi. Subjek pajak dalam negeri,
sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 Undang-undang Pajak Penghasilan.

8. WAJIB PAJAK PENGHASILAN

Menurut Mardiasmo (2011:191) penerima penghasilan yang dipotong PPh 21 adalah orang
pribadi yang merupakan :

1. Pegawai.

2. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau
jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya.

3. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan


pekerjaan, jasa atau kegiatan, antara lain meliputi:
a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan,
arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.
b. Pemain music, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron,
bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama,
penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya.

4. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan


keikutsertaannya dalam suatu kegiatan antara lain meliputi:
a. Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain: perlombaan olah raga, seni,
ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya.
b. Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja.
9. TARIF PAJAK PENGHASILAN

Direktorat Jenderal Pajak telah menerbitkan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak


Nomor PER-31/PJ/2009 tentang pedoman teknis tata cara pemotongan,
penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 sehubungan dengan
pekerjaan, jasa dan kegiatan orang pribadi. Peraturan tersebut merupakan
petunjuk pelaksanaan dari Menteri Keuangan-252/PMK.03/2008, tentang
petunjuk pemotongan atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan
kegiatan orang pribadi. Menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21, terlebih dahulu
diketahui dasar pengenaan pajaknya. Untuk Wajib Pajak dalam negeri dan Badan
Usaha Tetap, yang menjadi dasar pengenaan pajakya adalah Penghasilan Kena
Pajak.

Pajak penghasilan bagi Wajib Pajak dihitung dengan cara mengalikan


Penghasilan Kena Pajak dengan tarif pajak sesuai dalam Undang-Undang Pajak
Penghasilan Pasal 17 didasarkan pada tarif Progresif, yaitu tarif yang didasarkan
pada lapisan Penghasilan Kena Pajak, yang artinya persentase tarif yang
digunakan semakin besar jika jumlah yang dikenakan pajak semakin besar. Tarif
Pasal 17 Undang-Undang Pajak Penghasilan, yaitu:

Tabel 1. Daftar Tarif Pajak PenghasilanLapisan


Lapis Lapisan penghasilan kena Tarif
an pajak Pajak

I s.d Rp. 50.000.000,00 5%

II Di atas Rp. 50.000.000,00 s.d 15%


Rp.250.000.000,00

III Di atas Rp. 250.000.000,00 s.d Rp. 25%


500.000.000,00

IV Di atas Rp. 500.000.000,00 30%

Sumber: Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2008 pasal


17.
10. KONSEP AKUNTANSI PAJAK

Akuntansi pajak (tax accounting) merupakan bidang akuntansi yang bertujuan untuk
menetapkan besar kecilnya jumlah pajak. Sederhananya, akuntansi pajak bertugas
menangani, mencatat, meng- kalkulasi dan menganalisa serta membuat strategi pajak
berkaitan dengan kejadian atau transaksi ekonomi perusahaan. Laporan Akuntansi Pajak
disusun serta disajikan dengan berdasar pada peraturan perpajakan yang berlaku walaupun
ada ketidak cocokan aturan antara akuntansi pajak dengan pedoman laporan keuangan

11. PERLAKUAN AKUNTANSI TENTANG PAJAK PENGHASILAN PPH 21

Perlakuan akuntansi tentang pajak penghasilan PPH 21 bahwa pajak penghasilan


diperlakukan sebagai biaya bagi perusahaan. Oleh karena itu pajak penghasilan harus
diasosiasikan dengan laba dimana pajak penghasilan tersebut dikenakan atau diperhitungkan.
Proses untuk mengasosiasikan dengan laba dimana pajak penghasilan itu dikenakan disebut
alokasi pajak karena tarif penghasilan berubah-ubah dari waktu ke waktu, maka diperlukan
suatu metode alokasi agar diperoleh kepastian dan perlakuan yang konsisten terhadap pajak
penghasilan tersebut beserta penyajiannya dalam laporan keuangan.

1. (PPh) Pasal 21 terhadap gaji karyawan.

Rumusnya:

1. Penghasilan Bruto – biaya jabatan – iuran dana pensiun, JHT, THT


dibayar sendiri = Penghasilan Netto.

2. Penghasilan Netto – PTKP = PKP

3. PKP x Tarif PPh 21


Tarif PPh 21 : 0 – 50 jt = 5%

> 50 – 250 jt = 15%

> 250 – 500 jt = 25%

> 500 jt = 30%

2. Menganalisis penerapan akuntansi atas pemotongan dan penyetoran (PPh)


Pasal 21 atas gaji karyawan. Adapun penerapan akuntansinya atas
pemotongan, penyetoran PPh Pasal 21 nya yaitu atas penjurnalan dari
puskesmas

3. Membandingkan perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dan


penerapan akuntansi perpajakan oleh puskesmas dengan Undang-Undang
dan peraturan perpajakan (PPh) Pasal 21. Adapun perbandingannya yaitu
membandingkan jumlah perhitungan karyawan dengan yang akan dilakukan
perhitungan sekarang
Contoh Hasil Penelitian:

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Puskesmas Palengaan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Palengaan diperoleh data
berupa daftar gaji sebanyak 34 karyawan. Jumlah tersebut adalah jumlah karyawan yang
masuk daftar database Dinas Kesehatan Kabupaten Pamekasan yang ditempatkan di
Puskesmas Palengaan. Diantara 34 karyawan tersebut, terdapat 17 karyawan di dalam daftar
tersebut yang dipotong PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut:

Tabel 2

Daftar gaji karyawan Puskesmas Palengaan

No Nama Gaji PPh 21

1. Nur Rahma 3.912.600 43.145


Karmiatus
2. 3.248.300 28.987
Sakdiyah
3. Junaidah 4.429.300 87.991
Syarofah
4. 3.912.600 41.245
Handayani
Herman
5. 4.383.300 62.008
Hidayat
6. Indriana 3.639.200 28.908

7. Sri Daryati 3.639.200 28.908

8. Ihmiriyani 3.639.200 28.908

9. Istyorini 3.528.100 23.891


Endang Tri
10. 3.639.200 37.216
Anggraini
Abdur
11. 2.898.700 -
Rahman

12. Eva Widianti -


2.898.700
Lilik
13. 3.181.300 -
Sukarsih

14. Subiarto 3.714.900 31.8130


15. Mohammad Soudy 26.150
3.714.900

Uswatun
16. 17.350
Hasanah 3.714.900
Kurrotul
17. 2.724.400 -
Aini
18. Astutik 3.247.500 70

19. Rukiyah 3.349.800 7.370

20. Abdul Wari 3.455.300 12.795

21. Fathol Bari 3.247.500 2.104

22. Busri 2.928.300 -

23. Indra Wahyuni 2.752.300 -

24. Sugianto B 3.419.500 16.691

25. Henni Andanurulita -


2.481.800
26. Dwi Rose Miniarti 2.481.800 -

27. Nurus Syamsiyah 2.809.500 -

28. Mahmudi 2.481.800 -

29. Sugianto 2.332.500 -

30. Hidayatur Rahmah 2.332.500 -


31 2.381.10
Siti Jamilah -
. 0
Dwi Ratna
32. 2.237.900 -
Anggarini
33. Suyatmi 2.456.000 -

34. Mistari 2.751.600 -


Dan berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Herman Hidayat selaku bendahara
Puskesmas Palengaan tentang tata cara pemotongan PPh Pasal 21 atas karyawan adalah :
“Bahwa terdapat beberapa tunjangan penghasilan seperti tunjangan struktur, fungsional,
pajak dan tunjangan beras yang dimasukkan dalam pemotongan Pajak (PPh) Pasal 21’’.
Penjelasan : Bahwa data yg diperoleh dari objek hanya daftar gaji karyawan dan tidak ada
cara perhitungan serta penjurnalannnya yang sesuai dengan UU Perpajakan. Begitu pula
berdasarkan hasil wawancara dengan bendahara Puskesmas juga tidak tau cara menghitung
(PPh) Pasal 21. Mengatakan bahwa : “ Tidak ada cara perhitungan pajak penghasilan PPh
Pasal 21 yang sesuai berdasarkan KUP No. 16 tahun 2009 dan Undang-undang No. 36 tahun
2008 Pasal 17 tentang pajak penghasilan di Puskesmas tersebut”. Dari data yang ada, dapat
kita simpulkan bahwa yang termasuk penambah penghasilan karyawan berupa tunjangan di
antaranya tunjangan struktur, Tunjangan fungsional dan tunjangan umum serta PPh Pasal 21
sebagai penambah Gaji pokok karyawan dan yang menjadi pengurangnya adalah beras, PFK,
PPh, dan sewa hutang rumah.

12. PERHITUNGAN PPH (PASAL 21)

Berdasarkan ketentuan KUP No. 16 Tahun 2009 dan Undang-undang perpajakan


RI No. 36 Tahun 2008 Pasal 17 tentang pajak penghasilan, bahwa perhitungan
PPh Pasal 21 terhadap gaji karyawan Puskesmas Palengaan.
Adalah sebagai berikut :
Rumus =

1. (Penghasilan Bruto – biaya jabatan – iuran dana pensiun, JHT, THT dibayar
sendiri = Penghasilan Netto.

2. Penghasilan Netto – PTKP = PKP

3. PKP x Tarif PPh Pasal 21)

Adapun perhitungan PPh Pasal 21 atas karyawan menurut UU Perpajakan:


1. Januari 2016 Nur Rahma bekerja di puskesmas palengaan dengan status menikah (k/0),
menerima penghasilan bruto sebulan Rp. 4.568.205,- maka perhitungan PPh Pasal
21 dihitung sebagai berikut :

Gaji = Rp. 3.912.600,-


Tunjangan Struktur = Rp. 540.040,-
Tunjangan Beras = Rp. 72.420,-
Tunjangan PPh Pasal 2 = Rp. 43.145,- +

Penghasilan Bruto = Rp. 4.568.205,-

Biaya Jabatan 5% x Penghasilan Bruto = Rp. 228.410,-


Iuran Pensiun 47,5% = Rp. 216.989,- _

= Rp. 4.122.806,-

Penghasilan Netto setahun x 12


= Rp. 4.122.806,- x 12 = Rp. 49.473.672 ,-

WP OP = Rp. 36.000.000,-

Kawin = Rp. 3.000.000,- +

= Rp. 39.000.000,-
PKP = Rp. 10.473.672,-

Tarif Pajak = 5% x PKP


= 5% x Rp. 10.473.672,-
= Rp. 523.683,-12
PPh Pasal 21 = Rp. 43.640,-

Adapun Jurnal Akuntansinya Sebagai Berikut :

Beban Gaji = Rp. 4.568.205,-

PPh pasal 21 = Rp. 43.640,-

Kas/Bank = Rp. 4.176.905,-

Potongan = Rp. 434.900,-

2. Januari 2016 Junaidah bekerja di Puskesmas Palengaan dengan status menikah (k/1), dan
punya 1 anak menerima penghasilan bruto sebulan Rp. 5.605.114,- maka perhitungan
PPh Pasal 21 dihitung sebagai berikut :

Gaji = Rp. 4.872.230,-


Tunjangan Struktur = Rp.500.053,-
Tunjangan Beras = Rp.144.840,- Tunjangan PPh Pasal
21 = Rp. 87.991,- +

Penghasilan Bruto = Rp. 5.605.114,-

Biaya Jabatan 5% x Penghasilan Bruto = Rp. 280.255,-Iuran


Pensiun 47,5% = Rp. 266.242,- _
= Rp. 546.497,-

Penghasilan Netto setahun x 12

= Rp.5.058.617,- x 12
= Rp. 60.703.404,-

WP O = Rp. 36.000.000,-
Kawin = Rp. 3.000.000,-
1 Anak = Rp. 3.000.000,- +
= Rp. 42.000.000,-
PKP = Rp. 18.703.404,-

Tarif Pajak 5% x PKP

= 5% x Rp. 18.703.404,-

= Rp. 935.170,-12

PPh Pasal 21 = Rp. 77.931,-

Adapun Jurnal Akuntansinya Sebagai Berikut :

Beban Gaji = Rp. 4.872.230,-


PPh pasal 2 = Rp. 77.931,-
Kas/Bank = Rp. 4.385.007, - Potongan PFK Rp 565.154,-

3. Januari 2016 Karmiatus Sakdiyah bekerja di puskesmas palengaan dengan


status menikah (k/2), dan punya 2 anak menerima penghasilan bruto
sebulan Rp.4.771.793,- maka perhitungan PPh Pasal 21 dihitung sebagai
berikut :
Gaji = Rp. 3.248.300,-
Tunjangan Struktur = Rp. 750.064,-
Tunjangan Beras = Rp. 289.680,-
Tunjangan PPh Pasal 21 = Rp. 28.987,-+

Penghasilan Bruto = Rp. 4.771.793,-

Biaya Jabatan 5% x Penghasilan Bruto = Rp. 238.586,-


Iuran Pensiun 47,5% = Rp. 266.242,- _

= Rp. 465.246,-
Penghasilan Netto setahun x 12
= Rp. 4.306.547,- x 12
= Rp. 51.678.564,-
WP OP = Rp. 36.000.000,-
Kawin = Rp. 3.000.000,-
2 Anak= Rp. 6.000.000,- +
= Rp. 45.000.000,-

PKP = Rp. 6.678.564,-

Tarif Pajak 5% x PKP

= 5% x Rp. 6.678.564,-

= Rp. 333.928,-12
PPh pasal 21 = Rp28.827,-

Adapun Jurnal Akuntansinya Sebagai Berikut :

Beban Gaji = Rp. 3.703.062,-

PPh pasal 2 = Rp. 39.161,-

Kas/Bank = Rp. 3.332.756,-

Potongan PFK = Rp. 409.467


Setelah dihitung menurut KUP No. 16 Tahun 2009 dan UU Perpajakan No 36 Tahun
2008 Pasal 17 tentang pajak penghasilan, terdapat perbedaan dengan daftar gaji
karyawan Puskesmas Palengaan. Seperti yang tercantum pada tabel dibawah ini :
Tabel 3

Perbandingan Pajak PPh Pasal 21 Karyawan Puskesmas Palengaan.


No Nama Hasil Hasil
Perhitungan Perhitungan
Puskesmas Peneliti
Palengaan

1. Nur Rahma Rp. 43.145,- Rp. 43.640,-

2. Karmiatus Rp. 28.987 Rp. 27.827,-


Sakdiyah
3. Junaidah Rp. 87.991 Rp. 77.930,-
4. Syarofah Rp. 41.245 Rp. 41.749,-
Handayani
5. Herman Rp. 62.008,- Rp. 63.474,-
Hidayat
6. Indriana Rp. 28.908 Rp. 28.854,-
7. Sri Daryati Rp. 28.908 Rp. 28.854,-
8. Ihmiriyani Rp. 28.908 Rp. 28.854,-
9. Istyorini Rp. 23.89 Rp. 23.619,-
10. Endang Tri Rp. 37.216 Rp. 37.024
Anggraini
11. Subiarto Rp. 31.858,- Rp. 32.342,-
12. Mohammad Rp. 26.150 Rp. 26.206,-
Soudy
13. Uswatun Rp. 17.350 Rp. 17.538,-
Hasanah
14. Rukiyah Rp. 7.370 Rp. 6.576,-
15. Abdul Wari Rp. 12.795 Rp. 12.253,-
16. Fathol Bari Rp. 2.104 Rp. 1.228,-
17. Sugianto B Rp. 16.691 Rp. 16.504,-
Sumber : Data Diolah
Berdasarkan tabel di atas bahwa ada perbedaan Perhitungan PPh Pasal 21 terhadap gaji
karyawan Puskesmas Palengaan, untuk semua karyawan ada beberapa pajak
penghasilan pph pasal 21 yang berbeda dengan daftar gaji. Perhitungan pajak untuk
karyawan terdapat perbedaan antara perhitungan dari puskesmas dengan perhitungan
yang dilakukan peneliti sesuai dengan KUP No. 16 Tahun 2009 dan UU perpajakan
No. 36 Tahun 2008 Pasal 17 tentang pajak penghasila

13. HASIL ANALISIS PAJAK PENGHASILAN (PPH) ATAS TUNJANGAN PAJAK

Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Palengaan mengenai PPh Pasal


21 menunjukkan bahwa PPh Pasal 21 dimasukkan kedalam tunjangan gaji yang menambah
penghasilan. Sebagai contoh yaitu :

Nur Rahma bekerja di Puskesmas Palengaan dengan status menikah (K/0), menerima
penghasilan bruto sebulan Rp. 4.568.205,- maka perhitungan PPh Pasal 21 berdasarkan KUP
No.16 Tahun 2009 dan UU perpajakan No. 36 Tahun 2008 Pasal 17 tentang pajak
penghasilan, sebesar Rp. 43.640,- hasil perhitungan pajak penghasilan (PPh) Pasal 21 sebesar
Rp. 43.640,-menunjukkan jumlah pajak terutang setiap bulan yang harus dibayar oleh
karyawan (Nur Rahma).

Berdasarkan UU PPh menanggung PPh tersebut dapat dilakukan dengan dua cara, yang
pertama dengan seolah-olah memberikan tunjangan pajak (Tunjangan PPh) seperti layaknya
memberikan tunjangan struktur, tunjangan beras, tunjangan fungsional atau lainnya. Dengan
cara ini, PPh Pasal 21 yang sebenarnya ditanggung oleh perusahaan pemberi kerja
dimasukkan terlebih dahulu ke dalam unsur gaji dan tunjangan kepada karyawan saat
penghitungan PPh Pasal 21 dilakukan (Tunjangan PPh Pasal 21 ikut dihitung PPh Pasal 21-
nya). Jadi seolah-olah karyawan menerima uang Tunjangan PPh tadi terlebih dahulu dan
dihitung pula PPh Pasal 21-nya, baru kemudian dipotong kembali oleh perusahaan pemberi
kerja.Besarnya Tunjangan PPh dapat disesuaikan dengan kebijakan Puskesmas Palengaan.
Puskesmas atau pemberi kerja bisa saja menerapkan kebijakan untuk memberikan tunjangan
pajak sebesar 100% dari jumlah PPh Pasal 21 yang terutang. Seperti perhitungan di bawah
ini : Nur Rahma (k/0):

Gaji = Rp. 3.912.600,-


Tunjangan = Rp. 612.460,- +

Penghasilan Bruto = Rp. 4.525.060,-

Pengurang :

Sewa hutang Rumah = Rp. 7.000,-

PFK = Rp. 391.260,- _

= Rp. 4.126.800,-

Potongan PPh 21 = Rp. 43.145,- _


= Rp. 4.083.655,-

Cara menanggung PPh Pasal 21 yang kedua (menanggung PPh tanpa


memberikan tunjangan pajak) dalam istilah peraturan pajak disebut dengan PPh
Ditanggung Pemberi Kerja. Dengan cara ini, PPh Pasal 21 yang terutang atas gaji
karyawan dibayar sendiri oleh pemberi kerja dan PPh Pasal 21 yang dibayar
(ditanggung) oleh si pemberi kerja itu tidak dimasukkan sebagai unsur
penghasilan karyawan.
Adapun jurnal akuntansinya sebagai berikut:

Beban Gaji Rp. 4.568.205,-


PPh pasal 21 Rp. 43.640,-
Kas/Bank Rp. 4.176.905,-
Potongan Rp. 434.900,-

perhitungan yang dilakukan peneliti berdasarkan ketentuan Undang-undang Perpajakan


1. Pajak Penghasilan PPh Pasal 21 di Puskesmas Palengaan yang sebenarnya ditanggung
oleh puskesmas pemberi kerja dimasukkan terlebih dahulu ke dalam unsur gaji dan
tunjangan kepada karyawan saat penghitungan PPh Pasal 21 dilakukan (Tunjangan PPh
Pasal 21 ikut dihitung PPh Pasal 21-nya).
BAB 7
AKUNTANSI UNTUK LEASE

A. PENGERTIAN
Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991 tanggal 21 Nopember 1991
tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha: Sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam
bentuk penyediaan barang modal baik secara guna usaha dengan hak opsi (finance lease)
maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease), untuk digunakan oleh lessee selama
jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala

finance lease adalah kegiatan sewa guna usaha dimana lessee pada akhir masa
kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai
sisa yang disepakati . operating lease tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek
sewa guna usaha.

Transaksi leasing di dalamnya selalu melibatkan 3 pihak utama, yaitu:

a. Lessor adalah perusahaan sewa guna usaha atau pihak yang memiliki hak
kepemilikan atas barang
b. Lessee adalah peruahaan atau pihak pemakai barang yang bisa memiliki hak
opsi pada akhir perjanjian
c. Supplier adalah pihak penjual barang yang disewagunausahakan.

B. PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT DALAM LEASING


1. Lessor adalah perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan kepada pihak
lessee dalam bentuk barang modal
2. Lessee adalah perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk barang
modal dari lessor
3. Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang untuk
dijual kepada lessee dengan pembayaran secara tunai oleh lessor
4. Bank. Dalam suatu perjanjian atau kontrak leasing, pihak bank atau kreditor tidak terlibat
secara langsung dalam kontrak tersebut, namun pihak bank memegang peranan dalam hal
penyediaan dana kepada lessor, terutama dalam mekanisme leverage lease di mana sumber dana
pembiayaan lessor diperoleh melalui kredit bank
KEUNTUNGAN LEASING :
1. Flexible / Luwes, yaitu besarnya pembayaran atau periode lease dapat disesuaikan dengan
kondisi cashflow perusahaan.
2. Tidak diperlukan jaminan, karena hak kepemilikan sah atas aktiva yang dileasekan tetap ada
pada lessor.
3. On/Off Balance Sheet, artinya barang modal dapat ditampilkan atau tidak ditampilkan
dalam neraca perusahaan.
4. Capital Saving, yaitu tidak perlu menyediakan dana yang besar untuk pengadaan barang
modal, maksimum dana yang disediakan hanya untuk down payment. Leasing pada
umumnya membiayai 100 % barang modal yang dibutuhkan.
5. Secara prosedur, leasing lebih sederhana dan relatif lebih cepat dalam realisasi
pembiayaan bila dibandingkan dengan kredit investasi dari bank.
6. Pembayaran lease diperhitungkan sebagai biaya operasional dalam penentuan laba/rugi
perusahaan.
7. Terhindar dari resiko penurunan nilai uang yang disebabkan oleh inflasi karena lesse
sampai kapan pun akan tetap membayar dengan jum;lah yang sudah ditetapkan
sebelumnya.
8. Dapat mengatasi kekhawatiran terhadap resiko keusangan.
9. Kemudahan dalam menyusun anggaran tahunan bagi lesse, karena pembayaran yang tetap
selama periode leasing.
10. Masa laku lease biasanya mendekati masa daya guna peralatan yang bersangkutan,
sehingga memungkinkan perusahaan untuk membiayai peralatan sesuai dengan umur
ekonomisnya.
11. Adanya hak opsi bagi lessee pada akhir masa lease.
12. Adanya kepastian hukum, artinya perjanjian leasing tidak dapat dibatalkan (non
cancelable) dalam kondisi keuangan yang bagaimanapun.

KERUGIAN LEASING :
1. Leasing merupakan sumber pembiayaan yang relatif mahal bila dibandingkan kredit
investasi dari bank.
2. Bagi para pengusaha tertentu kadang-kadang timbul masalah antara memiliki barang sendiri
atau lease.
3. Resiko yang lebih besar pada lessor, artinya adanya tanggung jawab atas tuntutan pihak
ketiga jika terjadi kecelakaan atau kerusakan atas barang orang lain yang disebabkan oleh
lease property tersebut

AKUNTANSI LEASE OLEH LESSEE


1. Lease Modal (Capital Lease)
2. Lease Operasi (Operasting Lease)

Lease modal (capital lease) artinya dianggap tidak bisa dibatalkan, dan paling kurang
memenuhi salah satu kriteria yakni :
1. Lease mentransfer kepemilikan properti kepada lessee
2. Lease memiliki opsi untuk membeli dengan harga khusus (bargain purchase option)
3. Jangka waktu lease sama dengan atau melebihi 75% dari estimasi umur ekonomis aktiva
yang di-lease
4. Nilai sekarang (present value) dari pembayaran lease minimum (tidak termasuk executory
cost) sama dengan atau melebihi 90% dari nilai wajar properti yang di-lease.

1. Lease Modal (Capital Lease)


Contoh Kasus :
Dua pihak antara Caterpilar Financial Services Corp. dan Sterling Construction Corp.
menandatangani perjanjian lease pada tanggal 1 Januari 2008 dimana pihak Caterpilar
melease-kan peralatan kepada pihak Sterling dimulai pada tanggal 1 Januari 2008.
Data-data lease seperti di bawah ini:
 Jangka waktu lease 5 tahun dan perjanjian lease tidak dapat dibatalkan, yang mengharuskan
pembayaran sewa yang sama senilai $ 25.981,62 setiap awal tahun.
 Peralatan tersebut memiliki nilai wajar pada awal lease sebesar $100.000 dengan estimasi umur
ekonomis 5 tahun tanpa nilai residu.
 Sterling membayar seluruh biaya eksekutori secara langsung kepada pihak ketiga kecuali untuk
pajak properti sebesar $ 2.000 per tahun, yang dimasukkan dalam pembayaran tahunan kepada
lessor.
 Lease ini tidak mencakup opsi pembaruan, dan peralatan kembali menjadi milik Caterpillar pada
akhir masa lease.
 Suku bunga pinjaman inkremental Sterling adalah 11% per tahun.
 Sterling menyusutkan peralatan serupa miliknya atas dasar garis lurus.
Caterpillar menetapkan sewa tahunan untuk memperoleh tingkat pengembalian atas investasi
sebesar 10% per tahun. dan diberitahukan kepada Sterling

Lease tersebut memenuhi kriteria sebagai lease modal (capital lease) karena :
a. Jangka waktu lease selama 5 tahun sama dengan estimasi umur ekonomis peralatan selama 5
tahun, memenuhi pengujian 75%.
b. Nilai sekarang dari pembayaran lease minimum dihitung sbb :
Jumlah yang dikapitalisasi = ($ 25.981,62 - $ 2.000) x Nilai sekarang anuitas jatuh
tempo sebesar 1 selama 5 periode pada 10%.
= $ 25.981,62 x 4,16986
= $ 100.000
Nilai tersebut melebihi 90% dari nilai wajar properti ($ 100.000)

Tabel amortisasi pembayaran lease adalah sebagai berikut :


STERLING
CONSTRUCTION
Skedul Amortisasi
Lease (Dasar Anuitas
Jatuh Tempo)
Tanggal Pembayaran Executory Bunga (10%) Pengurangan Saldo
Lease Cost Kewajiban Lease Kewajiban Lease
Tahunan
1 Januari - - - - $ 100.000,00
2008
1 Januari $ 25.981,62 $ 2.000 $ -0- $ 23.981,62 $ 76.018,38
2008
1 Januari $ 25.981,62 $ 2.000 $ 7.601,84 $ 16.379,78 $ 59.638,60
2009
1 Januari $ 25.981,62 $ 2.000 $ 5.963,86 $ 18.017,76 $ 41.620,84
2010
1 Januari $ 25.981,62 $ 2.000 $ 4.162,08 $ 19.819,54 $ 21.801,30
2011
1 Januari $ 25.981,62 $ 2.000 $ 2.180,32 $ 21.801,30 $ -0-
2012
$ 129.908,10 $ 10.000 $ 10.908,10 $ 100.000,00

Jurnal:
 Jurnal untuk mencatat lease modal pada pembukuan sterling per 1 Januari 2008 adalah :
Peralatan yang di-lease menurut lease modal $ 100.000 -
Kewajiban lease - $ 100.000

 Jurnal untuk mencatat pembayaran lease pertama per 1 Januari 2008 adalah :
Biaya pajak properti $ 2.000,00 -
Kewajiban lease $ 23.981,62 -
Kas $ 25.981,62

 Jurnal untuk mencatat bunga akrual (accrued interest) tanggal 31 Desember 2008
adalah :
Biaya bunga $ 7.601,84
Hutang bunga $ 7.601,84

 Jurnal untuk mencatat biaya penyusutan tanggal 31 Desember 2008 adalah :


Biaya penyusutan Lease modal $ 20.000
Akumulasi penyusutan Lease modal $ 20.000

Jurnal untuk mencatat pembayaran Lease tanggal 1 Januari 2009 adalah :


Biaya pajak property $ 2.000
Hutang bunga $ 7.601,84
Kewajiiban lease $ 16.379,78
Kas $ 25.981,62

Jurnal Pada saat berakhirnya masa lease:

Jika lessee tidak membeli peralatan tersebut, maka peralatan tersebut akan dikembalikan ke
lessor. Rekening peralatan yang di-lease dan rekening akumulasi penyusutan akan dihapus dari
pembukuan, sehingga perlu dibuatkan jurnal seperti berikut ini:

Akumulasi penyusutan – Lease modal $ 100.000 -


Peralatan yang di-lease menurut lease modal - $ 100.000

Jika lessee membeli peralatan tersebut pada akhir masa lease dengan harga $ 5.000 dan estimasi
umur peralatan diubah dari 5 tahun menjadi 7 tahun, maka lessee akan membuat jurnal sbb :

Peralatan ($ 100.000 + $ 5.000) $ 105.000

Akumulasi penyusutan – Lease modal $ 100.000 –

Peralatan yang di-lease menurut lease modal $ 100.000

Akumulasi penyusutan Peralatan $ 100.000

Kas $ 5.000

LEASE OPERASI (LESSEE)


Apabila lease tidak memenuhi kriteria sebagai lease modal, maka diperlakukan sebagai lease
operasi. Lessee membebankan biaya sewa ke periode-periode yang memperoleh manfaat dari
penggunaan aktiva yang di-lease tersebut, sehingga jurnal yang dibuat oleh lesse setiap tahun
untuk membebankan biaya sewa sebesar $ 25.981,62 sebagi berikut:
Biaya sewa: $ 25.981,62
Kas: $ 25.981,62

AKUNTANSI LEASE OLEH LESSOR


Ditinjau dari segi Lessor, type Leasing adalah sbb :
1. Capital Lease
a. Sales Type Lease
b. Direct Financing Lease
c. Leveraged Lease
2. Operating Lease / True Lease

Apabila lease dicatat sebagai lease modal (capital lease) maka lease tersebut harus dianggap tidak
dapat dibatalkan, dan harus memenuhi salah satu dari kriteria berikut ini :
1. Lease mentransfer kepemilikanproperti kepada lessee
2. Lease memiliki opsi untuk membeli dengan harga khusus (bargain purchase option)
3. Jangka waktu lease sama dengan atau melebihi 75% dari estimasi umur ekonomis aktiva yang
di-lease
4. Nilai sekarang (present value) dari pembayaran lease minimum (tidak termasuk executory
cost) sama dengan atau melebihi 90% dari nilai wajar properti yang di-lease.

Executory Cost adalah biaya pemeliharaan, asuransi dan pajak


Lease yang tidak memenuhi salah satu kriteria di atas, diklasifikasikan sebagai lease operasi
(operating lease).

CAPITAL LEASE (LESSEE)

Contoh Kasus :
Caterpilar Financial Services Corp dan Sterling Construction Corp, menandatangani perjanjian
lease tertanggal 1 Januari 2008 dimana Caterpilar melease-kan peralatan kepada Sterling mulai
tanggal 1 Januari 2008.
Data-data lease sebagai berikut :
 Jangka waktu lease 5 tahun, perjanjian lease tidak dapat dibatalkan, mengharuskan
pembayaran sewa yang sama senilai $ 25.981,62 pada setiap awal tahun.
 Peralatan tersebut memiliki nilai wajar pada awal lease sebesar $100.000 dengan estimasi
umur ekonomis 5 tahun tanpa nilai residu.
 Sterling membayar seluruh biaya eksekutori secara langsung kepada pihak ketiga kecuali
untuk pajak properti sebesar $ 2.000 per tahun, yang dimasukkan dalam pembayaran tahunan
kepada lessor.
 Lease ini tidak mencakup opsi pembaruan, dan peralatan kembali menjadi milik Caterpillar
pada akhir masa lease.
 Suku bunga pinjaman inkremental Sterling adalah 11% per tahun.
 Sterling menyusutkan peralatan serupa miliknya dengan metode garis lurus.
 Caterpillar menetapkan sewa tahunan untuk memperoleh tingkat pengembalian atas investasi
sebesar 10% per tahun dan diberitahukan juga ke Sterling.

Lease ini memenuhi kriteria sebagai lease modal (capital lease) karena :
a. Jangka waktu lease selama 5 tahun sama dengan estimasi umur ekonomis peralatan selama 5
tahun, memenuhi pengujian 75%.
b. Nilai sekarang dari pembayaran lease minimum dihitung sbb :
Jumlah yang dikapitalisasi = ($ 25.981,62 - $ 2.000) x Nilai sekarang anuitas jatuh tempo
sebesar 1 selama 5 periode pada 10%.
= $ 25.981,62 x 4,16986
= $ 100.000

Nilai tersebut melebihi 90% dari nilai wajar properti ($ 100.000)

Tabel amortisasi pembayaran lease adalah sebagai berikut :

STERLING
CONSTRUCTION
Skedul Amortisasi Lease
(Dasar Anuitas Jatuh
Tempo)
Tanggal Pembayaran Executory Bunga (10%) Pengurangan Saldo
Lease Tahunan Cost Kewajiban Lease Kewajiban Lease
1 Januari 2008 - - - - $ 100.000,00
1 Januari 2008 $ 25.981,62 $ 2.000 $ -0- $ 23.981,62 $ 76.018,38
1 Januari 2009 $ 25.981,62 $ 2.000 $ 7.601,84 $ 16.379,78 $ 59.638,60
1 Januari 2010 $ 25.981,62 $ 2.000 $ 5.963,86 $ 18.017,76 $ 41.620,84
1 Januari 2011 $ 25.981,62 $ 2.000 $ 4.162,08 $ 19.819,54 $ 21.801,30
1 Januari 2012 $ 25.981,62 $ 2.000 $ 2.180,32 $ 21.801,30 $ -0-
$ 129.908,10 $ 10.000 $ 10.908,10 $ 100.000,00

JURNAL – JURNAL :
Jurnal untuk mencatat lease modal pada pembukuan sterling per 1 Januari 2008 adalah :

Peralatan yang di-lease menurut lease modal: $ 100.000


Kewajiban lease: $ 100.000

Jurnal untuk mencatat pembayaran lease pertama per 1 Januari 2008 adalah :

Biaya pajak property: $ 2.000,00


Kewajiban lease: $ 23.981,62
Kas: $ 25.981,62

Jurnal untuk mencatat bunga akrual (accrued interest) tanggal 31 Desember 2008 adalah :

Biaya bunga : $ 7.601,84


Hutang bunga: $ 7.601,84

Jurnal untuk mencatat biaya penyusutan tanggal 31 Desember 2008 adalah :

Biaya penyusutan Lease modal: $ 20.000


Akumulasi penyusutan Lease modal: $ 20.000
Jurnal untuk mencatat pembayaran Lease tanggal 1 Januari 2009 adalah :

Biaya pajak property: $ 2.000 -


Hutang bunga: $ 7.601,84 -
Kewajiiban lease: $ 16.379,78 -
Kas: $ 25.981,62

Pada saat berakhirnya masa lease:

Jika lessee tidak membeli peralatan tersebut, maka peralatan tersebut akan dikembalikan ke
lessor. Rekening peralatan yang di-lease dan rekening akumulasi penyusutan akan dihapus dari
pembukuan, dengan jurnal :

Akumulasi penyusutan Lease modal: $ 100.000 -


Peralatan yang di-lease menurut lease modal ; $ 100.000

Jika lessee membeli peralatan tersebut pada akhir masa lease dengan harga $ 5.000 dan estimasi
umur peralatan diubah dari 5 tahun menjadi 7 tahun, maka lessee akan membuat jurnal seperti
berikut ini :

Peralatan ($ 100.000 + $ 5.000): $ 105.000 -


Akumulasi penyusutan Lease modal: $ 100.000 -
Peralatan yang di-lease menurut lease modal: $ 100.000
Akumulasi penyusutan Peralatan: $ 100.000
Kas: $ 5.000

LEASE OPERASI (LESSEE)

Apabila lease tidak memenuhi kriteria sebagai lease modal, maka akan diperlakukan sebagai
lease operasi. Lessee membebankan biaya sewa ke periode-periode yang memperoleh manfaat
dari penggunaan aktiva yang di-lease tersebut, sehingga jurnal yang dibuat oleh lesse setiap tahun
untuk membebankan biaya sewa sebesar $ 25.981,62 sebagai berikut :
Biaya sewa: $ 25.981,62 -

Kas: $ 25.981,62
AKUNTANSI LEASE OLEH LESSOR
Ditinjau dari segi Lessor, type Leasing adalah sbb :
1. Capital Lease
a. Sales Type Lease
b. Direct Financing Lease
c. Leveraged Lease
2. Operating Lease / True Lease

Untuk mengklasifikasikan lease, lessor harus memperhatikan dua kelompok kriteria:


Kelompok 1
1. Lease mentransfer kepemilikanproperti kepada lessee
2. Lease memiliki opsi untuk membeli dengan harga khusus (bargain purchase option)
3. Jangka waktu lease sama dengan atau melebihi 75% dari estimasi umur ekonomis aktiva yang
di-lease
4. Nilai sekarang (present value) dari pembayaran lease minimum (tidak termasuk executory cost)
sama dengan atau melebihi 90% dari nilai wajar properti yang di-lease.

Kelompok 2
1. Kemungkinan tertagihnya pembayaran lease minimum dapat diramalkan secara wajar
(reasonable)
2. Tidak terdapat ketidakpastian (uncertainties) yang berarti mengenai jumlah biaya yang tidak
bisa diminta kembali (unreimburseable cost) yang dikeluarkan oleh lessor untuk aktiva yang
di-lease-kan.

Bila salah satu dari empat kriteria pada kelompok 1 terpenuhi, dan juga memenuhi kedua kriteria
pada kelompok 2, maka lease harus digolongkan sebagai Sales Type Lease, Direct Financial
Lease, atau Leverage Lease sesuai dengan keadaan. Sedangkan bila tidak dipenuhi, maka harus
digolongkan sebagai Operating Lease.

Operating Lease
Lessor tidak mengharapkan profit semata-mata dari rental lease tersebut, tetapi mengharapkan
adanya recovery dari hasil penjualan barang tersebut atau dengan menyewakan barang tersebut
kepada pihak yang berikutnya.
Sales Type Lease
lessor merupakan produsen atau dealer yang menggunakan lease sebagai salah satu jalur
pemasarannya. Biaya-biaya dan keuntungan terdapat pula unsur sales/dealer‟s/manufacturer‟s
profit sebagai hasil transaksi penjualan aktiva yang bersangkutan.

Leveraged Lease
Bentuk lease ini melibatkan tiga pihak yaitu lessor, lessee, dan credit provider/debt
participan/equity participan, yang menyediakan sumber pembiayaan sehingga lebih mirip
pinjaman kepada lessee. Lessor tidak bertanggung jawab terhadap dana dari equity participan
apabila terjadi kemacetan pembayaran oleh pihak lessee, sehingga equity participan berusaha
sendiri terhadap lessee untuk pelunasan pembayaran pinjaman.
Direct Financing Lease
Financial lease dibiayai langsung oleh lessor. Tiap pembayaran lease terdiri dari bagian
pengembalian investasi lessor ditambah dengan keuntungan yang diharapkan. Dalam lease ini
nilai wajar dari harta yang dilease pada permulaan sewa sama besar dengan biaya untuk
memperolehnya. Metode ini sering juga disebut fullpay out leasing, yang menunjukkan bahwa
lessor membiayai sepenuhnya (100%) lease property yang bersangkutan.
Pada jenis lease ini lessor mencatat „piutang lease‟ pada pembukuannya. Piutang lease ini
menjadi nilai saat ini dari pembayaran minimum lease, yang mencakup :
1. Pembayaran lease (tidak termasuk biaya executory)
2. Opsi pembelian dengan harga khusus (jika ada)
3. Nilai residu yang dijamin (jika ada)
4. Denda atau pinalti atas kegagalan untuk memperbarui.

Apabila lessor membayar biaya executory, maka pembayaran lease harus dikurangkan dengan
jumlah tersebut untuk menghitung pembayaran lease menimum.

Contoh Kasus :
Dengan menggunakan data-data pada contoh kasus perjanjian lease antara Caterpilar dan Sterling
di atas, berikut ini menggambarkan perlakuan akuntansi untuk lease pembiayaan langsung
(direct financing lease). Informasi yang relevan bagi Caterpilar dalam akuntansi untuk transaksi
lease ini adalah :
Jangka waktu lease adalah 5 tahun yang dimulai pada tanggal 1 Januari 2008, tidak dapat
dibatalkan, dan membutuhkan pembayaran sewa yang sama sebesar $ 25.981,62 pada awal setiap
tahun. Pembayaran tersebut termasuk biaya executory (yaitu pajak properti) sebesar $ 2.000
Peralatan memiliki biaya $ 100.000 bagi Caterpilar, nilai wajar pada awal lease sebesar $
100.000, estimasi umur ekonomis selama 5 tahun, dan tidak ada nilai residu.
Tidak ada biaya langsung awal yang dikeluarkan untuk negosiasi dan menutup transaksi lease
Lease tidak memiliki opsi untuk memperbarui kontrak, dan peralatan dikembalikan ke Caterpilar
pada akhir masa lease.
Ketertagihan dapat dijamin dan tidak ada biaya tambahan (dengan pengecualian pajak properti
yang ditagih dari Sterling) yang harus dikeluarkan dari Caterpilar.
Caterpilar menentukan pembayaran lease tahunan untuk menjamin tingkat pengembalian 10%
(suku bunga implisit) atas investasinya, dengan perhitungan:

Nilai pasar wajar peralatan yang di-lease $ 100.000


Dikurangi : Nilai sekarang dari nilai residu $0
----------------- -
Jumlah yang dikembalikan lessor melalui pembayaran lease $ 100.000
Pembayaran lease setiap awal tahun selama 5 tahun $ 23.981,62
($ 100.000 : 4,16986*)
* PV dari anuitas jatuh tempo sebesar 1 selama 5 tahun pada 10% (lihat tabel)

Lease tersebut memenuhi kriteria klasifikasi sebagai lease pembiayaan langsung karena
1. Jangka waktu lease melebihi 75% estimasi umur ekonomis peralatan
2. Nilai sekarang dari pembayaran lease minimum melebihi 90% nilai wajar peralatan
3. Ketertagihan pembayaran dapat dipastikan secara layak
4. Tidak ada biaya tambahan yang harus dikeluarkan oleh Caterpilar

Lease ini tidak termasuk lease jenis penjualan karena tidak ada selisih antara nilai wajar peralatan
($ 100.000) dengan biaya yang dikeluarkan oleh Caterpilar ($ 100.000).

Tabel amortisasi piutang lease sebagai berikut :


CATERPILAR
FINANCIAL
Skedul Amortisasi Lease
(Dasar Anuitas Jatuh
Tempo)
Tanggal Pembayaran Executory Bunga (10%) Pengembalian Saldo Piutang
Lease Tahunan Cost Piutang Lease Lease
1 Januari 2008 - - - - $ 100.000,00
1 Januari 2008 $ 25.981,62 $ 2.000 $ -0- $ 23.981,62 $ 76.018,38
1 Januari 2009 $ 25.981,62 $ 2.000 $ 7.601,84 $ 16.379,78 $ 59.638,60
1 Januari 2010 $ 25.981,62 $ 2.000 $ 5.963,86 $ 18.017,76 $ 41.620,84
1 Januari 2011 $ 25.981,62 $ 2.000 $ 4.162,08 $ 19.819,54 $ 21.801,30
1 Januari 2012 $ 25.981,62 $ 2.000 $ 2.180,32 $ 21.801,30 $ -0-
$ 129.908,10 $ 10.000 $ 19.908,10 $ 100.000,00

JURNAL - JURNAL :
1. Untuk mencatat piutang yang dihasilkan per 1 Januari 2008 (awal lease)

Piutang lease $ 100.000 -


Peralatan - $ 100.000

2. Untuk mencatat penerimaan pembayaran lease tahun pertama (1 Januari 2008)


Kas $ 25.981,62 -
Piutang lease - $ 23.981,62
Biaya Pajak properti - $ 2.000

3. Untuk mencatat pengakuan pendapatan bunga yang diperoleh selama tahun 2008 (31 Des
2008)
Piutang bunga $ 7.601,84 -
Pendapatan bunga - lease - $ 7.601,84

Pada 31 Desember 2008, investasi bersih menurut lease modal dilaporkan dalam neraca lessor
dalam pos :

Aktiva Lancar (untuk lease yang jatuh tempo dalam waktu 1 tahun), yaitu :
Piutang bunga $ 7.601,84
Piutang lease $ 16.379,78
Aktiva Tidak Lancar / investasi (untuk lease yang jatuh tempo lebih dari 1 tahun), yaitu :
Piutang lease $ 59.638,60
Sehingga pada tahun kedua (2009), jurnal yang dibuat adalah sbb :
1. Untuk mencatat penerimaan pembayaran lease dan pengakuan pendapatan bunga (1 Januari 2009)
Kas $ 25.981,62 -
Piutang lease - $ 16.379,78
Piutang bunga - $ 7.601,84
Biaya / Hutang pajak properti - $ 2.000,00

2. Untuk mencatat pengakuan pendapatan bunga yang diperoleh selama tahun 2009 (31 Des 2009)
Piutang bunga $ 5.963,86 -
Pendapatan bunga - lease - $ 5.963,86

Jurnal yang dibuat selanjutnya sampai tahun 2012 akan mengikuti pola yang sama, kecuali pada
tanggal 31 Desember 2012 tidak ada lagi jurnal yang dibuat untuk mencatat pendapatan bunga,
karena sudah ditagih seluruhnya pada 1 Januari 2012.
Pada lease ini, Caterpillar tidak mencatat adanya penyusutan peralatan. Apabila Sterling membeli
peralatan tersebut pada akhir masa lease seharga $ 5.000 maka jurnal yang akan dibuat
Caterpillar:
Kas $ 5.000 -
Laba penjualan peralatan yang dilease - $ 5.000

LEASE OPERASI (LESSOR)


Apabila lease diklasifikasikan sebagai lease operasi, maka :
 Setiap penerimaan sewa oleh lessor dicatat sebagai pendapatan sewa.
 Jumlah pendapatan yang diakui dalam setiap periode akuntansi berjumlah sama (dasar
garis lurus)
 Biaya yang dicatat dalam transaksi lease operasi adalah : biaya penyusutan, biaya
pemeliharaan dan biaya jasa yang lain.
 Biaya yang dibayarkan kepada pihak ketiga akan diamortisasi atas dasar garis lurus
Contoh :
Apabila lease yang diilustrasikan di atas tidak memenuhi kualifikasi sebagai lease modal, maka
akan diperhitungkan sebagai lease operasi, sehingga jurnal yang dibuat setiap tahun :

1. Untuk mencatat penerimaan sewa

Kas: $ 25.981,62 -
Pendapatan sewa: $ 25.981,62

2. Untuk mencatat biaya penyusutan peralatan (dengan asumsi biaya perolehan $ 100.000 umur ekonomis 5
tahun, dan penyusutan dengan menggunakan garis lurus)

Biaya penyusutan peralatan yang dilease: $ 20.000 -


Akumulasi penyusutan peralatan yang dilease: $ 20.000
PERBEDAAN PEMBIAYAAN LEASING DENGAN PEMBIAYAAN
LAINNYA
Penjelasan Metode Pembiayaan
Leasing Sewa Beli Sewa Menyewa Kredit Bank

Jenis barang Barang bergerak Barang bergerak Barang bergerak Semua jenis investasi

& tidak bergerak perlu pemeliharaan

Penyewa/pembeli Perusahaanatau Perusahaanatau Perusahaanatau Perusahaanatau

perseorangan perseorangan perseorangan perseorangan

Bentuk perusahaan Badan hukum Supplier Supplier Bank

Pemilikan barang Perusahaan Pemilik barang Pemilik barang Debitur

leasing

Jangka waktu Menengah Pendek Menengah/pendek/ Pendek/menengah

jangka panjang

Besarnya 100% 80% Lebih rendah 80%

pembiayaan

Biaya bunga Bunga + margin Tinggi Bunga+margin Interbank rate +

spread

Akhir kontrak - Menggunakan Barang menjadi Barang kembali - Kredit lunas

hak opsi untuk milik penyewa kepada pemilik - Jaminan kembali

membeli seharga

nilai ke debitor

sisa

- Memperpanjang

kontrak

- Mengembalikan

kepada lessor

Pembiayaan melalui perusahaan leasing memiliki beberapa perbedaan pokok dengan metode
pembiayaan yang diberikan melalui lembaga-lembaga keuangan lain misalnya bank atau dengan
teknik-teknik pembiayaan lain seperti sewa menyewa dan sewa beli
KELEBIHAN LEASING SEBAGAI SUMBER PEMBIAYAAN

Leasing sebagai alternatif sumber pembiayaan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan


dengan sumber-sumber pembiayaan lainnya antara lain sebagai berikut:

1. Pembiayaan Penuh
Transaksi leasing sering dilakukan tanpa perlu uang muka dan pembiayaannya dapat
diberikan sampai 100% (full pay out). Hal ini akan membantu cash flow terutama bagi
perusahaan (lessee) yang beru berdiri atau beroperasi dan perusahaan yang mulai
berkembang.

2. Lebih Fleksibel
Dipandang dari segi perjanjiannya, leasing lebih luwes karena leasing lebih mudah
menyesuaikan keadaan keuangan lessee dibandingkan dengan perbankan. Pembayaran angsuran
secara berkala akan ditetapkan berdasarkan pendapatan yang dihasilkan lessee sehingga
pengaturan pembayaran angsuran secara berkala dapat disesuaikan dengan pendapatan yang
dihasilkan objek yang di-lease. Artinya pembayaran sewa baru dilakukan setelah barang modal
yang di-lease tersebut telah mulai produktif. Selain itu perusahaan leasing dapat melakukan
pengaturan pembayaran yang menggelembung (baloon payment) pada awal atau akhir masa
lease, pembayaran musiman (khusus apabila lessee bergerak dalam bidang pertanian,
perkebunan atau peternakan) bahkan mungkin pula suatu tenggang waktu pembayaran yang
sesuai dengan keadaan keuangan lessee.

3. Sumber Pembiayaan Alternatif


Leasing merupakan sumber pembiayaan lain bagi perusahaan tanpa mengganggu fasilitas kredit
(credit line) yang telah dimiliki. Dari segi jaminan leasing tidak terlalu menuntut adanya jaminan
tambahan yang lebih banyak dibandingkan apabila lessee memperoleh pinjaman dari pihak
lainnya. Karena hak kepemilikansah atas objek lease serta pengaturan pembayaran lease sesuai
dengan pendapatan yang dihasilkan oleh objek lease sehingga merupakan jaminan bagi leasing
itu send iri. Dengan demikian harta yang telah dijaminkan untuk kredit tetap dapat menjamin
kredit yang sudah ada.

4. Off Balance Sheet


Tidak adanya ketentuan keharusan mencantumkan transaksi leasing dalam neraca memberi
daya tarik tersendiri kepada lessee karena tanpa mencantumkan sebagai aktiva berarti
prosedur pembelian barang tidak perlu dipenuhi secara terperinci karena mungkin masih
dalam batas kewenangan direksi (seringkali kewenangan pembelian barang modal baru sah
apabila disetujui Dewan Komisaris atau bahkan Rapat Pemegang Saham). Dengan demikian
keputusan secara cepat dan tepat dapat lebih mudah dilakukan oleh direksi. Di pihak lain,
tanpa mencantumkan sebagai aktiva berarti tidak ada keharusan mencantumkannya sebagai
kewajiban. Hal ini mempunyai dampak positif terhadap kondisi rasio keuangan perusahaan
lessee karena transaksi leasing tersebut tidak akan terlihat dalam neraca lessee sebagai
komponen utang. Kondisi ini disebut off balance sheet financing.

5. Arus Dana
Keluwesan pengaturan pembayaran sewa sangatlah penting dalam perencanaan arus dana
karena pengaturan ini akan mempunyai dampak yang berarti terhadap pendapatan lessee. Di
samping itu, persyaratan pembayaran di muka yang relatif lebih kecil akan sangat
berpengaruh pada arus dana terlebih apabila ada pertimbangan kelambatan menghasilkan
laba dalam investasi.

6. Proteksi Inflasi
Leasing dapat merupakan pelindung terhadap inflasi meskipun dalam beberapa keadaan
sering dikatakan hal ini kurang relevan. Dalam tahun-tahun berikutnya setelah kontrak
leasing dilakukan, khususnya apabila leasing berdasarkan tarif suku bunga tetap,maka
lessee akan membayar dengan jumlah tetap atas sisa kewajibannya yang berasal dari
pelunasan pembelian yang dilakukan di masa lalu.

7. Perlindungan Akibat Kemajuan Teknologi


Dengan memanfaatkan leasing, lessee dapat terhindar dari kerugian akibat barang yang
disewa tersebut mengalami ketinggalan model dan teknologi disebabkan oleh pesatnya
perkembangan teknologi. Dalam suatu kontrak leasing objek leasing sering dimasukkan
sebagai perjanjian bahwa barang yang sedang disewa tersebut dapat ditukarkan dengan
barang yang serupa yang lebih canggih apabila di kemudian hari terdapat penemuan-
penemuan baru yang lebih unggul daripada produk barang yang sama.

8. Sumber Pelunasan Kewajiban


Pembatasan pembelanjaan dalam perjanjian kredit dapat diatasi melalui leasing karena pada
umumnya pelunasan atau pembayaran angsuran hampir selalu diperkirakan berasal dari
modal kerja yang dihasilkan oleh adanya barang yang di lease. Sehingga kekhawatiran para
kreditor terhadap gangguan penggunaan modal kerja yang akan mempengaruhi pelunasan
kredit yang telah diberikan dapat diatasi.

9. Kapitalisasi Biaya
Adanya biaya-biaya tambahan selain harga perolehan seperti biaya penyerahan, instalasi,
pemeriksaan, konsultan, percobaan dan sebagainya dapat dipertimbangkan sebagai biaya
modal yang dapat dibiayai dalam leasing dan dapat disusutkan berdasarkan lamanya
leasing.

10. Risiko Keusangan


Dalam keadaan yang serba tidak menentu, operating lease yang berjangka waktu relatif
singkat dapat mengatasi kekhawatiran lessee terhadap risiko keusangan (obsolescence)
sehingga lessee tidak perlu mempertimbangkan risiko pada tahap dini yang mungkin terjadi.

11. Kemudahan Penyusutan Anggaran


Adanya pembayaran sewa secara berkala yang jumlahnya relatif tetap akan merupakan
kemudahan dalam penyusunan anggaran tahunan lessee.

12. Pembiayaan Proyek Skala Besar


Adanya keengganan untuk memikul risiko investasi dalam pembiayaan proyek yang
seringkali menjadi masalah di antara pemberi dana, masalah tersebut biasanya dapat
diatasi melalui perusahaan leasing sepanjang tersedianya suatu jaminan penuh yang dapat
diterima dan / serta kemudahan untuk menguasai barang yang dibiayai apabila terjadi
suatu kelalaian.

13. Meningkatkan Debt Capacity


Perolehan barang modal melalui leasing tidak otomatis manaikkan debt equity ratio yang
mempengaruhi bankability dari lessee yang bersangkutan
BAB 8

AKUNTANSI UNTUK DANA PENSIUN

1. PENGERTIAN DANA PENSIUN


Program Pensiun adalah perjanjian yang menetapkan bahwa pemberi kerja memberikan
tunjangan kepada karyawan setelah mereka pensiun atas jasa-jasa yang mereka berikan ketika
masih bekerja.

Ada dua macam Program pensiun :

d. Program pensiun iuran pasti (defined contribution plan)

e. Program pensiun tunjangan pasti (defined benefit plan)


2. PROGRAM PENSIUN IURAN PASTI
Pemberi kerja setuju untuk mengkontribusikan ke sebuah perwalian pensiun sejumlah tertentu
selama periode tertentu berdasarkan rumus yang ditetapkan. Rumus tersebut memperhitungkan
faktor-faktor: umur, lama masa kerja karyawan, laba pemberi kerja, dan tingkat kompensasi.

Program ini menetapkan kontribusi dari pemberi kerja, besarnya tunjangan akan dibayarkan
kepada karyawan tidak ada ketetapannya. Jumlah tunjangan pensiun yang diterima karyawan
tergantung pada :

a. Jumlah awal yang dikontribusikan kepada perwalian ension

b. Laba yang terakumulasi dalam perwalian


c. Perlakuan terhadap pengurangan dana karena karyawan lain mungkin pensiun sebelum
waktunya.

3. PROGRAM PENSIUN TUNJANGAN PASTI


Program ini menetapkan jumlah tunjangan yang akan diterima karyawan pada saat pensiun. Jadi,
berapa jumlah tunjangan yang akan diterima karyawan pada saat pensiun nanti sudah ditentukan
sebelumnya. Rumus yang biasanya digunakan menetapkan bahwa tunjangan itu merupakan
fungsi dari sekian tahun masa kerja karyawan dan tingkat kompensasi karyawan ketika ia
mendekati pensiun.

4. AKUNTANSI UNTUK PENSIUN

Akuntansi untuk program pension mencatat:

1. Berapa jumlah kewajiban pemberi kerja dan berapa jumlah kewajiban pensiun yang harus
dilaporkan dalam laporan keuangan.

2. Berapa beban / biaya pensiun untuk periode tertentu.


Kewajiban pensiun (pension obligation) pemberi kerja adalah kewajiban kompensasi yang
ditangguhkan kepada para karyawannya atas jasa-jasa mereka menurut persyaratan dalam
program pensiun. Jenis jenis ukuran kewajiban pensiun :

1. Berdasarkan pada tunjangan yang dijamin sepenuhnya kepada para karyawan.

Tunjangan terjamin (vested benefit) adalah tunjangan yang berhak diterima karyawan
sekalipun karyawan tersebut tidak memberikan jasa tambahan dalam program.Sebagian
besar program pensiun mensyaratkan seorang karyawan harus memiliki masa kerja
minimum sebelum mencapai status tunjangan terjamin. Ukuran ini disebut Kewajiban
tunjangan terjamin (vested benefit obligation)

2. Berdasarkan perhitungan jumlah kompensasi yang ditangguhkan pada seluruh tahun


masa kerja yang dijalani karyawan setelah mengikuti program – baik yang terjamin
maupun yang tidak terjamin – dengan menggunakan tingkat gaji yang berlaku sekarang.
Ukuran kewajiban ini disebut Akumulasi kewajiban tunjangan
3. Berdasarkan perhitungan jumlah kompensasi yang ditangguhkan atas masa kerja terjamin
maupun tidak terjamin dengan menggunakan gaji masa depan. Ukuran kewajiban ini
disebut Proyeksi kewajiban tunjangan.
Dari ketiga ukuran di atas, pada umumnya profesi akuntan menggunakan proyeksi kewajiban
tunjangan, yaitu nilai sekarang tunjangan yang terjamin dan yang tidak terjamin diakrualkan
sampai dengan tanggal sekarang berdasarkan tingkat gaji masa depan karyawan. Akan tetapi
dimungkinkan juga untuk menggunakan akumulasi kewajiban tunjangan dalam situasi-situasi
tertentu.

Pendekatan dalam akuntansi untuk program pensiun :

1. Pendekatan non kapitalisasi

Terjadinya nonkapitalisasi karena neraca melaporkan aktiva atau kewajiban untuk perjanjian
program pensiun hanya jika jumlah yang benar-benar didanai selama suatu tahun oleh
pemberi kerja berbeda dengan jumlah yang dilaporkan oleh pemberi kerja sebagai beban
pensiun tahun berjalan. Hal ini juga sering disebut sebagai pembiayaan di luar neraca (off
balance sheet financing)

2. Pendekatan kapitalisasi

Pendekatan ini mengukur dan melaporkan aktiva dan kewajiban pensiun perusahaan ke
dalam laporan keuangan. Kapitalisasi lebih mementingkan substansi ekonomi dari
perjanjian program pensiun daripada bentuk hukumnya.

Komponen beban pensiun :

1. Biaya Jasa
Merupakan beban yang disebabkan oleh kenaikan hutang tunjangan pensiun (proyeksi
kewajiban tunjangan) kepada karyawan atas jasa yang mereka berikan selama tahun berjalan.
Aktuaris menghitung biaya jasa (service cost) sebagai nilai sekarang tunjangan baru yang
dioeroleh karyawan selama tahun berjalan.

2. Bunga atas kewajiban


3. Pengembalian Aktual atas Aktiva Program
Kenaikan dana pensiun yang berasal dari bunga, deviden, serta perubahan yang telah
direalisasi dan yang belum direalisasi dalam nilai pasar wajar aktiva program. Pengembalian
aktual dihitung dengan menyesuaikan perubahan aktiva program untuk menentukan pengaruh
kontribusi selama tahun berjalan dan tunjangan yang dibayarkan selama tahun itu.

Saldo Akhir Aktiva Program xxx

Saldo Awal Aktiva Program xxx

-------- -

Kenaikan nilai wajar aktiva program xxx

Kontribusi xxx

Tunjangan yang dibayarkan xxx

-------- -

xxx

--------- -

Pengembalian Aktual xxx

(Jika pengembalian aktual bernilai positif selama periode berjalan, maka jumlah itu dikurangkan
dalam perhitungan beban pensiun. Tetapi jika bernilai negatif, maka jumlah tersebut
ditambahkan dalam perhitungan beban pensiun)

4. Amortisasi Biaya Jasa Sebelumnya yang belum diakui

Penghargaan yang diberikan kepada para karyawan perusahaan atas tahun-tahun masa kerja
yang telah dijalani sebelum tanggal inisiasi / dimulainya program pensiun tunjangan pasti. Biaya
jasa sebelumnya (PSC – Prior Service Cost) ini harus diamortisasi karena tunjangan yang
berlaku surut (retroaktif) tidak boleh diakui sebagai beban pensiun seluruhnya pada tahun
amandemen (tahun dimulainya program pensiun tersebut), tetapi harus diakui selama periode
masa kerja karyawan yang diperkirakan akan menerima tunjangan menurut program. Metode
amortisasi yang biasa dipakai adalah metode jumlah tahun masa kerja, tetapi diperbolehkan juga
metode alternatif yaitu dengan metode garis lurus sepajang sisa masa kerja rata-rata para
karyawan.
5. Keuntungan atau kerugian
Contoh Soal

Nafayya, Co memulai program pensiun tunjangan pasti pada tanggal 1 Januari 2009 yang
mencakup 170 karyawan. Dalam negosiasinya denga para karyawan, Nafayya, Co memberikan $
80.000 biaya jasa sebelumnya kepada para karyawannya. Para karyawan dikelompokkan menurut
perkiraan tahun pensiun sbb :

Perkiraan pensiun per 31 Des Kelompok Jumlahkaryawan

2010 A 40

2011 B 20

2012 C 40

2013 D 50

2014 E 20

JUMLAH 170
Informasi yang berhubungan dengan program pensiun untuk tahun
2010:

Saldo 31 Desember 2009 :

Biaya dibayar dimuka $ 1.000

Proyeksi kewajiban tunjangan $ 112.000

Aktiva Program $ 111.000

Biaya jasa tahunan $ 9.500

Suku bunga penyelesaian 10%

Pengembalian aktual atas aktiva program $ 11.100

Kontribusi (pendanaan) tahunan $ 20.000

Tunjangan yang dibayarkan kepada para pensiunan selama tahun berjalan $ 8.000
Diminta :

1. Hitung Amortisasi biaya jasa sebelumnya per tahun dengan menggunakan metode
amortisasi jumlah tahun masa kerja.

2. Buat lembar kerja dan jurnal untuk tahun 2010

JAWAB :

1. Perhitungan tahun masa kerja dan amortisasi tahunan

TAHUN A B C D E TOTAL Biaya per tahun masa kerja * Amortisasi

(a) ( b) (axb)

2010 40 20 40 50 20 170 $ 160 $ 27.200

2011 - 20 40 50 20 130 $ 160 $ 20.800

2012 - - 40 50 20 110 $ 160 $ 17.600

2013 - - - 50 20 70 $ 160 $ 11.200


2014 - - - - 20 20 $ 160 $ 3.200

500 $ 80.000

Biaya jasa sebelumnya $ 80.000

Biaya per tahun masa kerja = ------------------------------------ = ------------- = $ 160 / tahun

Total tahun masa kerja 500

AYAT JURNAL UMUM Saldo 31 Des 2010

Bi. pensiun Bi. dibayar

Kas
KETERANGAN tahunan dimuka

Saldo 31 Des 2009 1.000 (K)

Biaya jasa sblmnya

Saldo 1 Jan 2010 1.000 (K)

Biaya jasa 9.500 (D)

Biaya bunga 19.200 (D)

Pengembalian aktual 11.100 (K)

Amortisasi PSC 27.200 (D)

Kontribusi 20.000 (K)

Tunjangan

Jurnal tahun 2010 44.800 (D) 20.000 (K) 24.800 (K)


CATATAN MEMO

Proyeksi Biiaya jasa

Aktiva
kewajiban seblmnya yg

Program
tunjangan blm diakui

112.000 (K) 111.000 (D)

80.000 (K) 80.000 (D)

192.000 (K) 111.000 (D) 80.000 (D)

9.500 (K)

19.200 (K)

11.100 (D)

27.200 (K)

20.000 (D)

8.000 (D) 8.000 (K)

212.700 (K) 134.100 (D) 52.800 (D)


Jurnal untuk mencatat biaya pensiun tahun 2010

Biaya Pensiun: 44.800 -

Kas: 20.000

Biaya Pensiun Dibayar dimuka: 24.800

BAB 9

PERUBAHAN AKUNTANSI DAN KOREKSI KESALAHAN

IASB menetapkan kerangka kerja pelaporan mencakup tiga jenis perubahan akuntansi. yakni:

1. Perubahan Prinsip Akuntansi.


Prubahan dari satu prinsip akuntansi yang berlaku umum ke prinsip akuntansi yang berlaku
umum lainnya. Sebagai contoh, perunahan metode penilaian persediaan dari LIFO menjadi
biaya rata-rata.

2. Perubahan Estimasi Akuntansi.

Perubahan yang terjadi sebagai akibat dari informasi baru atau diperolehnya pengalaman
tambahan. Contoh: perubahan estimasi umur manfaat aktiva yang dapat disusutkan

3. Perubahan Entistas Pelaporan.

Perubahan dari pelaporan sebagai satu jenis entitas ke jenis entitas lainnya. contoh,
perubahan anak perusahaan spesifik dalam satu kelompok perusahaan di mana laporan
keuangan konsolidasi disusun. Kategori keempat membutuhkan perubahan akuntansi,
walaupun hal ini tidak diklasifikasikan sebagai perubahan akuntansi :

4. Kesalahan-Kesalahan dalam Laporan Keuangan.

Kesalahan yang terjadi sebagai akibat dari kesalahan matematis, kesalahaan penerapan
prinsip akuntansi, atau kelalaian atau penyalahgunaan fakta yang ada pada saat laporan
keuangan disusun. Contoh: penerapan metode persediaan eceran yang tidak tepat dalam
menentukan persediaan akhir

PERUBAHAN PRINSIP AKUNTANSI

Perubahan prinsip akuntansi melibatkan perubahan dari satu prinsip ekonomi yang berlaku
umum ke prinsip lain. Pengujian secara seksama dilaksanakan dalam setiap situasi ini untuk
memastikan bahwa perubahan prinsip memang telah terjadi. Jika prinsip akuntansi yang
sebelumnya diikuti tidak dapat diterima atau diterapkan secara tidak benar, maka perubahan
prinsip akuntansi yang berlaku umum dianggap sebagai koreksi kesalahan. Perpindahan dari
akuntansi dasar kas atau pajak penghasilan ke dasar akrual dianggap juga sebagai koreksi
kesalahan.

Tiga poendekatan berikut telah disarankan untuk melaporkan perubahan prinsip akuntans :

1. Pelaporan Perubahan pada Periode Berjalan.

Pengaruh kumulatif adalah perbedaan  laba tahun sebelumnya antara metode baru dan
metode lama. Penyesuaian ini kemudian dilaporkan hanya dalam laporan laba rugi tahun
berjalan. Perusahan tidak mengubah laporan keuangan tahun sebelumnya.

2. Pelaporan Perubahan Secara Retrospektif.

Penyesuaian retrospektif atas laporan keuangan nantinya untuk menyusun kembali laporan
keuangan tahun sebelumnya atas dasar konsistensi dengan prinsip yang baru. Perusahaan
menyajikan pengaruh kumulatif dari perubahan sebagai penyesuaian atas laba ditahan awal
tahun paling utama disajikan dalam laporannya.

3. Pelaporan Perubahan secara Prospektif (di masa depan).

Hasil yang telah dilaporkan sebelumnya biasanya tidak diubah. Saldo awal tidak perlu
disesuaikan. Argumennya adalah bahwa setelah manajemen menyajikan laporan  keuangan
berdasarkan prinsip akuntansi yang dapat diterima, maka laporan tersebut sudah final,
manajemen tidak dapat mengubah periode sebelumnya dengan menerapkan prinsip baru.

Pendekatan Perubahan Akuntansi Retrospektif

Jika perusahaan mengubah satu prinsip akuntansi, maka perubahan tersebut sebaiknya
dilaporkan pula aplikasi retrospektif. Secara umum, perusahaan tersebut harus melakukan:

1.      Perusahaan mengoreksi laporan keuangannya pada setiap periode yang tercakup, maka,
informasi laporan keuangan terkait periode terdahulu berdasarkan pada prinsip akuntansi yang
baru

2.      Perusahaan mengoreksi nilai pindah buku atas aktiva kewajiban terhitung awal tahun
petama yang menckup dalam laporan, maka, akun-akun tersebut mencerminkan pengaruh
kumulaitf pada periode-periode terdahulu akibat perubahan pada periode-periode yang lebih
baru. Perusahan juga melakukan koreksi pengimbang (offset) terhadap neraca pembukuan atas
akun laba ditahan atau kompnen relevan lainnya dalam ekuitas pemegang saham atau akiva
bersih terhitng awal tahun pertama yang tercantum dalam  laporan.

Melaporkan Perubaahan Prinsip Akuntansi

Pengungkapan perubahan akuntansi sangatlah penting. Para pemakai laporan keuangan


menginginkan informasi konsisten dari satu periode ke periode berikutnya. Konsisten seperti ini
menjamin manfaat laporan keuangan. Persyaratan pengungkapan utama disajikan berikut ini :

1.      Sifat dan alasan perubahan prinsip akuntansi tersebut. Harus dapat memberikan penjelasan
mengenai kelebihan prinsip akuntansi baru tersebut.

2.      Metode penerapan perubahan tersebut, yakni :

 Deskripsi, informasi periode terdahulu yang telah dikoreksi secara retrospektif


 Pengaruh perubahan tersebut terhadap laba operasi yang berlanjut, laba bersih setiap
item dalam satu bagian yang ikut berpengaruh dan setiap nlai per saham
yangvterpengaruh dalam  periode berajalan dan salam stiap periode terdahulu yang
terkoreksi secara retrospektif
 Pengaruh kumulatif perubahan terhadap laba ditahan atau komponen ekuitas atau
aktiva bersih dalam laporan posisi keuangan tehitung periode paling terdahulu yang
tercatat didalamnya.

Penyesuaian Laba Ditahan

Salah satu syarat pengungkapan adalah penyajian pengaruh kumulatif dari perubahan akuntansi
terhadap nilai laba ditahan terhitung awal periode terdahulu termasuk dalam laporan.

Pengaruh Langsung

IASB menetapkan bahwa perusahaan harus menetapkan pengaruh langsung perubahan prinsip
akuntansi secara retrospektif. Contoh: pengaruh langsung berupa koreksi neraca persediaan
akibat perubahan metode penilaian persediaan.

Pengaruh Tidak Langsung

Pengaruh tidak langsung adalah semua perubahan arus kas perusahaan pada periode berjalan
atau masa depan yang disebabkan oleh perubahan prinsip akuntansi yang diterapkan secara
retrospektif. Contoh: pengaruh tidak langsung berupa perubahan pembagian laba atau
pembayaran royalty yang bergantung pada nilai dalam laporan seperti pendapatan atau laba
bersih. Pengaruh tidak langsung tidak mengubah nilai-nilai dalam laporan pada periode
terdahulu.

Ketidakpraktisan

Penerapan retrospektif dianggap tidak praktis jika perusahaan tidak dapat menentukan pengaruh
periode terdahulu bahkan setelah mengusahakan semua cara yang masuk akal. Perusahan tidak
boleh memakai penerapan retrospektif bila memenuhi salah satu kondisi berikut ini :

1.      Perusahaan tidak dapat menentukan pengaruh penerapan retrospektif

2.      Penerapan retrospektif memerlukan penetapan asumsi-asumsi mengenai rencana kerja


pihak manajemen pada perode terdahulu

3.      Penerapan retrospektif memerlukan estimasi-estimasi signifikan terkait periode terdahulu


dan perusahaan tidak dapat secara objektif mengesahkan informasi yang diperlukan dalam
menetapkan estimasi-estimasi tersebut

PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI

Penyusunan laporan keuangan memerlukan estimasi dampak dari kondisi-kondisi dan peristiwa
di masa dtang. Berikut ini adalah contoh pos-pos yang memerlukan estimasi
·         Piutang tak tertagih

·         Keusangan Persediaan

·         Umur manfaat dan nilai sisa aktiva

·         Periode yang menerima manfaat dari biaya yang ditangguhkan

·         Kewajiban untuk biaya garansi dan pajak penghasilan

·         Cadangan mineral yang dapat dipulihkan kembali

·         Perubahan metode penyusutan

Perubahan estimasi harus ditangani secara propektif. Yaitu, tidak ada perubahanyang harus
dibuat dalam hasil yang dilaporkan sebelumnya. Jadi, pengaruh dari semua perubahan estimasi
diperhitungkan pada  (1) periode perubahan jka perubahan itu hanya mempengaruhi periode
bersangkutan atau  (2) perubahan periode dan periode di masa datang jika perubahan  tersebut
mempengaruhi keduanya. Akibatnya perubahan estimasi dipandang sebagai koreksi atau
penyesuaian normal yang berulang, hasil alami dari proses akuntansi dan perlakuan retrospektif
dilarang.

Contoh terkait perubahan estimasi yang dipengaruhi oleh perubaha prinsip akuntansi berupa
perubahan metode penyusutan (berikut amortisasi dan deplesi). Karena perusahaan mengubah
metode penyusutan betrdasarkan perubahan estimasi laba masa depan aktiva berumur panjang,
tidaklah mungkin memisahkan pengaruh perubahan prinsip akuntansi dari perubahan estimasi
tersebut. Kesimpulannya perusahaan memperhitungkan perubahan metode penyusutan sebagai
perubahan estimasi yang dipengaruhi oleh perubahan prinsip akuntasi.

PELAPORAN PERUBAHAN DALAM ENTITAS

Suatu perubahan akuntansi yang terjadi pada laporan keuangan yang sebenarnya merupakan
laporan dari entitas berbeda harus dilaporkan dengan menyatakan kembali laporan keuangan
yang disajikan selama periode sebelumnya, guna menunjukkan informasi keuangan bagi entitas
pelaporan yang baru selama semua periode.

Contoh perubaahan dalam entitas pelaporan :

1.      Menyajikan laporan konsolidasi untuk menggantikan laporan dari kelompok perusahaan


individual

2.      Mengubah anak perusahaan tertentu yang terdiri dari kelompok perusahaan di mana
laporan keuangan konsolidasi disajikan

3.      Mengubah perusahaan yang termasuk dalam laporan keuangan gabungan


4.      Perubahan metode akuntansi biaya, ekuitas atau konsolidasi untuk anak perusahaan dan
investasi. Perubahan dalam entitas pelapran bukan berasal dari penciptaan, pemutusan,
pembelian, disposisi anak perusahaan atau unti bisnis lainnya.

PELAPORAN KOREKSI KESALAHAN

Kesalahan tertentu, misalnya mengkasifikasikan neraca dalam laporan keuangan tidak


sesignifikan bagi investor dibanding kesalahan lain. Kesalahan signifikan akan menyebabkan
lebih saji atas aktiva atau laba. Namun para investor perlu mengetahui potensi pengaruh dari
semua kesalahan. Bahkan mengklasifikasikan yang “tidak berbahaya” dapat berpengaruh rasio
yang penting. Dan juga kesalahan tertentu dapat menandakan kelemahan dalam kendali internal
yang dapat memicu kesalahan lain yang lebih signifikan.

Contoh-contoh kesalahan akuntansi :

1.      Perubahan dari prinsip akuntansi yang tidaka berlaku umum ke prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Dasar pemikiran dari hal ini adalah bahwa periode sebelumnya telah disajikan
secara tidak benar. Contoh, perubahan dari akuntansi dasar kas atau pajak ke penghasilan dasar
akrual

2.      Kesalahan matematis yang diakibatkan oleh penjumlahan, pengurangan, dan sebagainya.


Contoh, penjumlahan kartu perhitungan persediaan yang salah dalam menentukan nilai
persediaan

3.      Perubahan estimasi yang terjadi karena estimasi-estimasi itu tidak dibuat dengan jujur.
Contoh, penggunaan tariff penyusutan yang secara jelas tidak realistis

4.      Kelalaian, seperti kegagalan untuk megakrualkan atau menangguhkan beban atau


pendapatanntertentu di akhir periode

5.      Penggunaan fakta yang tidak benar, seperti kegagalan untuk menggunakan nilai sisa dalam
menghitung dasar penyusutan untuk pendekatan garis lurus

6.      Klasifikasi biaya yang tidak tepat sebagai beban dan bukan sebagai aktiva serta sebaliknya.

Laporan Periode Tunggal

Neraca tahun bersangkutan atau tahun berjalan tidak akan menyatakan kewajiban pajak yang
ditangguhkan terkait bangunan dan akun Akumulasi Penyusutan, Bangunan kini dilaporkan
ulang dengan nilai yang lebih besar. Laporan Laba Rugi tidak akan terpengaruh.

Laporan Komparatif
Jika laporan keuangan komparatif dibuat, maka penyesuaian harus dilakukan guna mengkoreksi
jumlah semua akun yang terpengaruh yang dilaporkan dalam laporan keuangan untuk semua
periode pelaporan. Data dari setiap tahun yang telah disajikan harus dinyatakan kembali sampai
benar dan setiap penyesuaian susulan harus ditampilkan sebagai penyesuaian periode
sebelumnya atau laba ditahan selema periode terdahulu dilaporkan.

IKHTISAR PERUBAHAN AKUNTANSI DAN KOREKSI KESALAHAN

Perkembangan pedoman untuk pelaporan perubahan akutansi dan koreksi kesalahan telah
membantu memecahkan beberapa masalah akuntansi yang signifikan dan sudah lama.

Perubahan prinsip akuntansi akan dianggap tepat hanya apabila perusahaan menunjukkan bahwa
prinsip akuntansi alternative yang berlaku umum yang telah diadopsi lebih disukai daripada
prinsip sebelumnya. Dalam menerapkan pedoman profesi akuntansi, preferensi di antara prinsip
akuntansi harus ditentukan atas dasar apakah prinsip yang baru dapat mem[erbaiki pelaporan
keuangan bukan atas dasar dampak pajak penghasila semata.

MOTIVASI UNTUK MENGUBAH METODE AKUNTANSI

Suatu angka laba yang menguntungkan dapat mempengaruhi investor dan posisi likuiditas yang
kuat yang dapat mempengaruhi kreditor. Akan tetapi, angka laba yang terlalu menguntungkan
dapat member amunisi kepada para negosiator serikat pekerja dan pembuat kebijakan
pemerintah selama membicarakan tawar-menawar. Oleh sebab itu, para manajer mungkin
memiliki motif laba yang berbeda-beda tergantung pada waktu dan siapa yang ingin mereka
pengaruhi.

            Penelitian yang dilakukan telah memberikan masukan tambahan tentang mengapa


perusahaan lebih memilih metode akuntansi tertentu. Beberapa alasannya adalah sebagai berikut:

1. Biaya Politik.

Semakin besar perusahaan dan terlihat lebih bersifat politis, semakin besar para politis serta
pembuat peraturan mencurahkan perhatian kepada perusahaan tersebut.

2. Struktur Modal.

Sejumkah studi telah mengindikasikan bahwa struktur modal perusahaan dapat


mempengaruhi pemilihan metode akuntansi. Sebagai contoh, perusahaan dengan rasio
hutang terhadap ekuitas yang tinggi akan sangat tergantung pada perjanjian hutang.

3. Pembayaran Bonus.

Jika pembayaran bonus dilakukan kepada manajemen berkaitan dengan laba, maka dapat
dikatakan bahwa manajemn akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan
pembayaran bonus mereka
4. Memperlancar Laba.

Kenaikan laba yang substansial dapat mengundang perhatian dari para politisi, pembuat
peraturan, dan pesaing. Selain itu kenaikan laba yang besar juga dapat menciptakan masalah
bagi manajemen karena hasil yang sama akan sulit dicapau pada tahun berikutnya.

ANALISIS KESALAHAN

Dalam kenyataannya, mendefinisikan materialitas adalah sulit, dan pengalaman serta


pertimbangan harus digunakan untuk menentukan apakah perlu melakukan penyesuaian atas
kesalahan tertentu. Semua kesalahan yang dibahas dalam bagian ini diasumsikan material dan
membutuhkan penyesuaian.

KESALAHAN-KESALAHAN DALAM NERACA

Kesalahan-kesalahan ini hanya akan mempengaruhi penyjian akun aktiva, kewajiba atau ekuitas
pemegang saham. Contohnya adalah klasifikasi piutang jangka pendek sebagai bagian dari
investasi, klasifikasi wesel bayar sebagai hutang usaha dan klasifikasi aktiva pabrik sebagai
persediaan.

Reklasifikasi atas pos-pos tersebut ke posisi yang benar diperlukan apabila kesalahan ditemukan.
Jika laporan komparatif yang mencakup tahun kesalahan telah dibuat, maka neraca untuk tahun
kesalahan tersebut akan dinyatakan kembali secara benar.

KESALAHAN-KESALAHAN DALAM LAPORAN LABA-RUGI

Kesalahan-kesalahan ini hanya akan mempengaruhi penyajian akun-akun nominal dalam laporan
laba rugi. Kesalahan-kesalahan yang melibatkan klasifikasi yang tidak benar atas pendapatan
atau beban, seperti mencatat pendpatan bunga sebagai bagian dari penjualan, pembelian sebagai
beban piutang ragu-ragu dan beban penyusutan sebagai beban bunga. Kesalahan klasifikasi
dalam laporan laba rugi tidak memiliki pengaru terhadap neraca dan laba bersih.

KESALAHAN DALAM NERACA DAN LAPORAN LABA RUGI

Kesalahan yang saling menyeimbangkan adalah kesalahan yang akan dioffset atau dikoreksi
selama dua periode. Yang kedua ada Kesalahan yang tidak saling menyeimbangkan yaitu
kesalahan yang tidak dioffset dalam periode akuntansi berikutnya. Misalnya, tidak
megkapitalisasi peralatan yang memiliki unur manfaat 5 tahub. Jika kita langsung membebankan
aktiva ini maka beban akan dinyatakan terlalu tinggi dalam periode pertama, tetapi dinyatakan
terlalu rendah pada empat periode berikutnya. Pada akhir periode kedua, dampak kesalahan itu
tidak sepenuhnya dioffset. Laba bersih dinyatakan dengan benar hanya secara agregat pada akhir
tahun ke 5, karena aktiva telah disusutkan sepenuhnya. Jadi, kesalahan yang tidak saling
menyeimbangkan adalah kesalahan yanh memerlukan lebih dari 2 periode untuk mngoreksinya.
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN KOREKSI KESALAHAN

Sampai saat ini, pembahasan tentang analisis kesalahan lebih ditujukan pada identifikasi jenis
kesalahan yang terlibat dan akuntansi untuk mengoreksinya dalam catatan akuntansi. Koreksi
kesalahan harus disajikan pada laporan keuangan komparatif.

http://saidahida3010.blogspot.com/2016/05/perubahan-akuntansi-dan-koreksi.html

Anda mungkin juga menyukai