AKUNTANSI KEUANGAN 2
BAB I
UTANG JANGKA PENDEK
Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pencatatan, penghitungan danpelaporan utang jangka pendek
2. Mahasiswa mampu menerapkan perlakuan akuntansi terhadap utang jangka pendek
Selanjutnya pembahasan utang jangka pendek ini akan dibagi dalam tiga bagian yaitu :
a. utang jangka pendek yang jumlahnya dapat diketahui,
b. utang jangka pendek yang jumlahnya belum dapat ditetapkan
c. utang-utang bersyarat.
- Utang dagang dan utang wesel biasanya timbul dari pembelian barang-barang atau jasa-
jasa dan dari pinjaman jangka pendek. Dalam menentukan jumlah utang jangka pendek
perlu diperhitungkan utang atas barang-barang yang dibeli yang masih dalam perjalanan.
Pencatatan utang atas pembelian barang yang masih dalam perjalanan harus
mempertimbangkan syarat pengirimannya.
- Utang wesel ada yang dijamin, ada juga yang tanpa jaminan, di dalamnya termasuk
wesel-wesel yang dikeluarkan untuk pembelian barang-barang atau jasa, pinjaman bank
jangka pendek, pegawai atau pemegang saham dan untuk pembelian mesin-mesin dan
alat-alat.
- Utang obligasi dan utang-utang jangka panjang lainnya yang akan dilunasi kurang dari
satu tahun dilaporkan sebagai utang jangka pendek. Jika yang jatuh tempo hanya
sebagian, maka bagian yang jatuh tempo dalam tahun itu dilaporkan sebagai utang jangka
pendek, sedang yang belum jatuh tempo tetap dilaporkan sebagai utang jangka panjang.
Apabila utang jangka panjang yang jatuh tempo dalam periode itu akan dilunasi dengan
dana-dana pelunasan atau dari uang hasil penjualan obligasi baru atau akan ditukar
dengan saham, maka utang jangka panjang tadi tetap dilaporkan sebagai utang jangka
panjang. Walaupun pelunasannya masih dalam waktu satu tahun, tetapi karena tidak
dilunasi dengan sumber aktiva lancar dan tidak menimbulkan utang jangka pendek yang
baru, maka tidak dikelompokkan dalam utang jangka pendek.
2. Utang dividen.
- Dividen yang dibagikan dalam bentuk uang atau aktiva (jika belum dibayar) dicatat
dengan mendebit rekening laba tidak dibagi dan mengkredit utang dividen.
Karena utang dividen ini segera akan dilunasi maka termasuk dalam kelompok utang
jangka pendek. Utang dividen ini timbul pada saat pengumuman pembagian dividen oleh
direksi dan terutang sampai tanggal pembayaran.
Dividen untuk saham prioritas, walaupun jumlahnya sudah pasti, tetapi sebelum tanggal
pengumuman belum merupakan utang.
Utang dividen skrip akan dikelompokkan sebagai utang jangka pendek jika segera akan
dilunasi. Pembagian dividen dalam bentuk saham (dividen saham) dicatat dengan debit
laba tidak dibagi dan kredit dividen saham yang akan dibagi. Kredit yang dibuat untuk
mencatat dividen saham yang akan dibagi tidak termasuk dalam kelompok utang jangka
pendek tetapi merupakan elemen modal.
- uang muka merupakan pembayaran di muka dari pembeli untuk barang-barang yang
dipesan. Sebelum barang-barang diserahkan pada pembeli, uang muka tersebut
merupakan utang jangka pendek.
- Jaminan yang diminta dari langganan juga merupakan utang, jika jaminan itu dapat
ditarik kembali sewaktu-waktu, maka merupakan utang jangka pendek. Tetapi jika
jaminan itu akan disimpan dalam perusahaan untuk jangka waktu yang lama, maka
termasuk dalam kelompok utang jangka panjang.
- Jaminan yang diminta dari langganan juga merupakan utang, jika jaminan itu dapat
ditarik kembali sewaktu-waktu, maka merupakan utang jangka pendek. Tetapi jika
jaminan itu akan disimpan dalam perusahaan untuk jangka waktu yang lama, maka
termasuk dalam kelompok utang jangka panjang.
- Sebagai contoh setiap membayar gaji pegawai dipotong 15% sebagai pajak penghasilan
pegawai yang nantinya akan disetorkan ke kas negara. Pajak yang dipotong oleh
perusahaan dicatat sebagai utang lancar. Apabila gaji pegawai bulan November 2005
sebesar Rpl.200.000,- maka PPh pegawai sebesar 15% akan dicatat dengan jurnal sebagai
berikut:
- Utang biaya merupakan utang yang timbul dari pengakuan akuntansi terhadap biaya-
biaya yang sudah terjadi tetapi belum dibayar. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah
utang yang timbul dari gaji dan upah, bonus, biaya sewa dan Iain-lain.
Bonus yang diberikan pada karyawan-karyawan tertentu kadangkadang menimbulkan
masalah tersendiri. Bonus itu dapat dihitung dengan dasar penjualan atau laba, tergantung
pada perjanjiannya.
Apabila bonus dihitung atas dasar laba, maka perhitungannya dapat dilakukan dengan 3
cara sebagai berikut:
a. Bonus dihitung dari laba sebelum dikurangi bonus dan pajak penghasilan (PPh).
b. Bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi pajak penghasilan sebelum dikurangi
bonus.
c. Bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi bonus dan pajak penghasilan.
Penggunaan masing-masing cara di atas dapat dilihat dari contoh berikut ini:
Misalnya B = Bonus
P = Pajak.
Perhitungan bonus masing-masing cara di atas sebagai berikut:
b. Bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi PPH sebelum dikurangi dengan
bonus:
Perhitungan jumlah yang masih akan dibayar untuk gaji dan upah, bunga, sewa, dan Iain-
lain dilakukan dengan dasar waktu terjadinya biaya tersebut. Misalnya gaji pegawai
dibayarkan tiap tanggal 5 bulan berikutnya.
Jika gaji dan upah bulan Desember 2005 sebesar Rpl.200.000,- maka pada tanggal 31
Desember 2005 dibuat jurnal penyesuaian untuk mencatat utang gaji dan upah sebagai
berikut:
Gaji dan upah Rpl.200.000,-
Utang gaji dan upah Rpl.200.000,-
Prosedur yang sama digunakan juga untuk menghitung biaya-biaya lain yang
masih akan dibayar.
- Pendapatan diterima di muka.
Jumlah yang diterima dari langganan untuk barang-barang dan jasa-jasa yang akan
diserahkan dalam periode yang akan datang dicatat sebagai pendapatan yang diterima di
muka dan dilaporkan di bawah kelompok utang jangka pendek.
Contoh dari pendapatan yang diterima di muka adalah uang muka yang diterima untuk
langganan majalah/surat-surat kabar. Jumlah penerimaan ini merupakan pendapatan yang
diterima di muka sampai majalah/surat kabarnya diserahkan pada pembeli.
Biasanya jumlah kewajiban dari suatu utang sudah dapat ditentukan, baik dari kontrak
maupun dari perhitungan dengan dasar suatu tarif tertentu.
Akan tetapi tidak semua utang dapat ditentukan jumlahnya, kadang-kadang terdapat
utang-utang yang sudah jelas harus dibayar, tetapi pada tanggal neraca jumlahnya masih
belum pasti.
Karena jumlahnya masih belum jelas, tetapi kewajibannya sudah«pasti maka pada
tanggal neraca dilakukan perhitungan jumlah kewajiban dengan cara taksiran.
Taksiran utang ini mungkin dikelompokkan sebagai utang jangka pendek atau jangka
panjang, tergantung pada saat pelunasan utang tersebut. Jika pelunasannya segera, maka
dikelompokkan sebagai utang jangka pendek, tetapi jika pelunasannya akan dilakukan
beberapa periode yang akan dating maka dikelompokkan sebagai utang jangka panjang.
Pada akhir periode sesudah diketahui laba yang diperoleh, diperlukan untuk menaksir
besarnya pajak penghasilan yang akan menjadi beban tahun yang bersangkutan. Besarnya
pajak biasanya ditaksir dengan cara mengalikan tarif pajak yang berlaku dengan jumlah
laba. Sesudah taksiran pajak ini dihitung, akan dicatat dengan jurnal yang mendebit
rekening pajak penghasilan dan dikreditkan ke rekening utang pajak penghasilan.
Jika barang-barang yang dijual disertai dengan garansi untuk perbaikan perbaikan maka
pada akhir periode dihitung taksiran jumlah biaya yang akan terjadi sebagai akibat
garansi tersebut.
Taksiran biaya itu didebitkan ke rekening biaya garansi dan dikreditkan ke rekening
taksiran utang garansi.
Cara tersebut merupakan cara yang sesuai dengan prinsip matching atau
mempertemukan. Dengan cara ini yang selanjutnya disebut expense warranty treatment
biaya garansi dibebankan sebagai biaya pada periode dicatatnya penjualan.
Jurnal yang dibuat oleh PT HASTA untuk mencatat penjualan, taksiran garansi, dan
biaya yang sesungguhnya dikeluarkan sebagai berikut
Januari - Desember 2005
Penjualan 1.500 set televise @ Rpl.000.000,-
Jurnal:
Piutang Penjualan Rp l.500.000.000,-
Penjualan Rp l.500.000.000,-
31 Desember 2005
Taksiran biaya garansi: 1.500 x Rp50.000,- = Rp75.000.000,-
Jurnal:
Biaya garansi Rp75.000.000,-
Taksiran utang garansi Rp75.000.000,-
Selama tahun 2006
Biaya perbaikan sesungguhnya untuk televisi yang masih dalam masa garansi sebesar
Rp20.000.000,-. Biaya ini terdiri dari spare part, gaji dan sebagainya.
Jurnal:
Taksiran utang garansi Rp20.000.000,-
Kas, persediaan suku cadang dan Iain-lain Rp20.000.000
Ada satu metode lain yang dapat digunakan untuk mencatat biaya garansi. Metode lain
ini disebut sales warranty treatment. Dalam metode ini sebagian harga jual ditunda
pengakuannya, sampai saat terjadinya pengeluaran biaya garansi yang sesungguhnya.
Karena cara ini juga berdasar pada dasar accrual, maka dapat digunakan. Kelemahannya,
adalah dilihat dari prinsip mempertemukan. Dalam cara ini, penghasilan ditunda
menunggu sampai terjadinya biaya. Seharusnya, yang benar adalah biaya dibebankan
sesuai dengan saat pengakuan pendapatan. Oleh karena itu, cara pertama (expense
warranty treatment) sebaiknya yang digunakan.
Apabila karyawan yang berhenti sesudah bekerja untuk jangka waktu tertentu diberi
pensiun, maka biaya pensiun yang dibayarkan selama masa hidupnya karyawan tersebut
akan dibebankan sebagai biaya ke periode periode di mana karyawan tersebut bekerja.
Jumlah pensiun yang akan dibayarkan ditaksir berdasarkan jumlah karyawan, umur dan
jangka waktu pembayaran pensiun. Selanjutnya jumlah taksiran tadi dibagi dengan
taksiran ini didebitkan ke rekening biaya gaji dan upah atau biaya produksi tidak
langsung dan dikreditkan ke rekening utang pensiun. Pada saat pension dibayar, rekening
utang pensiun didebit dan rekening kas dikredit.
Utang-utang bersyarat merupakan utang-utang yang sampai pada tanggal neraca masih
belum pasti apakah akan menjadi kewajiban atau tidak. Utang-utang semacam ini timbul
akibat kegiatan di masa yang lalu.
Untuk menentukan apakah suatu utang itu merupakan utang bersyarat atau taksiran utang,
dasarnya adalah kepastian timbulnya kewajiban.
Jika kewajiban membayar itu pasti timbul, walaupun jumlahnya belum pasti maka utang
jenis ini merupakan taksiran utang.
Tetapi jika kewajiban membayar itu masih belum pasti, mungkin jumlahnya sudah pasti
atau mungkin juga belum pasti, maka utang-utang seperti ini merupakan utang-utang
bersyarat.
Jadi sesungguhnya perbedaan yang ada di antara taksiran utang dengan utang bersyarat
adalah kepastian timbulnya kewajiban membayar dan bukannya mengenai kepastian
jumlahnya.
Yang termasuk dalam utang-utang bersyarat adalah:
(a) Piutang wesel didiskontokan dan piutang dijaminkan.
(b) Endorsemen bersyarat atas wesel-wesel.
(c) Sengketa hukum.
(d) Tambahan pajak yang belum jelas kepastiannya.
(e) Jaminan terhadap utang anak perusahaan.
(f) Garansi terhadap penurunan harga barang-barang yang dijual.
Utang bersyarat dalam neraca bisa ditunjukkan dengan catatan kaki atau dilaporkan
dengan judul tersendiri, tetapi tidak ikut dijumlahkan dengan utang-utang yang lain.
BAB II
Hutang Jangka Panjang adalah semua kewajiban perusahaan yang jatuh temponya
lebih dari satu periode akuntansi, yang akan dilunasi dengan menggunakan sumber-
sumber yang bukan digolongkan sebagai aktiva lancar.
Hutang jangka panjang ini, umumnya dibutuhkan oleh perusahaan untuk memenuhi
kebutuhan dana dalam merealisasikan rencana-rencana strategis perusahaan, misalnya ;
penambahan modal kerja permanent, pembelian mesin-mesin atau aktiva tetap baru,
perluasan pabrik, akuisisi, afiliasi, pelunasan hutang jangka panjang lain yang segera
jatuh tempo, dll.
Hutang jangka panjang, dapat berupa :
a. Hutang Obligasi (Bond Payable)
b. Hutang Hipotik (Mortgage Notes Payable), suatu jenis pinjaman (utang) jangka
panjang dengan jaminan benda-bemda tidak bergerak
c. Wesel Bayar Jangka Panjang (Long Term Notes)
d. Perjanjian-perjanjian dengan pembayaran angsuran (Installment Payment Contract)
Dalam Akuntansi Keuangan, Hutang jangka panjang yang akan dibahas hanya Hutang
Obligasi. Hal ini disebabkan karena terdapat beberapa masalah dalam akuntansi yang
timbul terkait dengan utang obligasi, diantaranya adalah :
1. Adanya perbedaan cara pelunasan obligasi
2. Prosedur penentuan harga penempatan obligasi
3. Adanya perbedaan antara harga penempatan obligasi dengan harga nominalnya
4. Prosedur amortisasi premium obligasi / diskon obligasi
5. Pelunasan obligasi
6. Konversi obligasi dengan surat-surat berharga lainnya.
HUTANG OBLIGASI
Hutang Obligasi adalah surat utang yang berisikan janji tertulis untuk membayar
sejumlah uang pada waktu yang telah ditentukan dan disertai dengan pembayaran bunga
secara berkal dengan jumlah yang telah ditentukan.
Jenis-jenis obligasi :
a. Berdasarkan waktu jatuh tempo :
· Obligasi Biasa (Term Obligasi)
· Obligasi Berseri (Serial Bond)
b. Berdasarkan Jaminan :
· Obligasi yang dijamin (Secured Bond)
· Obligasi yang tidak diberi jaminan (Unsecured Bond)
c. Berdasarkan Bentuk :
· Obligasi atas nama (Registered Bond)
· Obligasi atas tunjuk (Beaner / Coupon Bond)
d. Berdasarkan sifatnya yang dapat ditukar dengan saham :
· Obligasi yang dapat ditukar dengan saham (Convertible Bond)
· Obligasi yang tidak dapat ditukar dengan saham (Callable Bond)
Hutang obligasi merupakan hutang wesel, utang obligasi merupakan debet bagi
perusahaan yang menerbitkannya. Pembeli obligasi menerima sertifikat obligasi, yang
menyebutkan nama perusahaan penerbitnya. Sertifikat tersebut menyatakan jumlah
pokok (principal), yang umumnya dinyatakan dalam unit, misalnya $1.000; jumlah pokok
juga disebut nilai nominal (nominal value), nilai jatuh tempo (majority value), atau nilai
pari ( par value) obligasi. OBLIGASI MEWAJIBKAN PERUSAHAAN
PENERBITNYA
BAB III
MODAL SAHAM
1. PENDAHULUAN
Penambahan modal kerja pada sebuah perusahaan salah satunya adalah dengan
menjual saham. Hal tersebut mendorong para para ilmuwan khususnya ilmuwan ekonomi
terus mengkaji sejauh mana modal saham ini menjadi minat para investor dan
perkembangannya.
Fahmi (2013), mengatakan bahwa banyak pihak terlibat dalam bermain saham di pasar
saham, secara umum ada tiga yakni:
1) Investor
2) Spekulan
3) Government
2. PENGERTIAN SAHAM
Saham adalah
Di dalam pasar modal ada dua jens saham yang umum dikenal yakni: common stock (saham
biasa) dan preference stock (saham istimewa)
Common stock (saham biasa) adalah suatu surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang
menjelaskan nilai nominal ( rupiah, dollar, yen, dsb) dimana pemegangnya diberi hak untuk
mengikuti RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) dan RUPSLB (Rapat Umum Pemegang
Saham Luar Biasa) serta berhak untuk menentukan membeli right issue ( penjualan saham
terbatas) atau tidak, yang selanjutnya di akhir tahun akan memperoleh keuntungan dalam bentuk
dividen.
Preferred stock (saham biasa) adalah suatu surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang
mejelaskan nilai nominal (rupiah, dollar, yen dsb) dimana pemegangnya akan memperoleh
pendapatan tetap dalam bentuk dividen yang akan diterima setiap kuartal (tiga bulan)
Kedua jenis saham ini jika akan dibagi keuntungan maka saham biasa memperoleh keuntungan
lebih tinggi jika dibandingkan dengan saham istimewa karena resiko yang akan ditanggung oleh
saham biasa lebih tinggi dari pada saham istimewa.
Saham unggulan adalah saham dari perusahaan yang dikenal secara nasional dan memiliki sejarah
laba, pertumbuhan dan manajemen yang berkualitas, contoh saham IBM dan Du Pont . Di
Indonesia ada lima besar saham yakni LQ 45, adalah likuiditas empat puluh lima buah
perusahaan yang dianggap memiliki tingkat likuiditas yang baik dan sesuai dengan pengharapan
pasar modal
2) Growth stock, adalah saham-saham yang diharapkan memberikan pertumbuhan laba yang
lebih tinggi dari rata-rata saham-saham lain, karena mempunya PER (Price Earning
Ratio) yang lebih tinggi .
3) Defensive stock (saham-saham defensif)
Saham-saham defensif adalah saham yang cendrung lebih stabil dalam masa resesi atau
perekonomian yang tidak menentu berkaitan dengan deviden, pendapatan, dan kinerja pasar.
Perusahaan yang masuk kategori ini adalah perusahaan food and beverage yaitu perusahaan yang
memproduksi gula, beras, minyak makan, garam dan sejenisnya.
4) Cyclical stock
Cyclical stock adalah sekuritas yang cendrung naik nilainya secara cepat saat ekonomi semarak
dan jatuh juga secara cepat saat ekonomi lesu. Contoh saham pabrik mobil dan real estate.
Sebaliknya saham non siklis mencakup saham-saham yang memproduksi barang-barang
kebutuhan umum yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi, misalnya makanan dan obat-
obatan.
5) easonal stock
Seasonal stock adalah perusahaan yang penjualannya bervariasi karena dampak musiman,
misalnya cuaca dan liburan. Misalnya pabrik mainan, memiliki penjualan musiman yang khusus
pada saat musim Natal atau Idul Fitri, harga tiket pesawat akan naik karena liburan atau akhir
tahun.
6) Speculative stock
Speculative stock adalah saham yang kondisinya memiliki tingkat sepekulasi yang tinggi, yang
kemungkinan tingkat pengembalian hasilnya adalah rendah atau negative. Perusahaan kategori ini
adalah perusahaan bersifat intangible.
5. DIVIDEN
Dividen adalah bagian laba yang dibagikan kepada para pemegang saham. Apabila dewan
komisaris mengumumkan pembagian dividen, maka pemegang saham preferen akan
mendapatkan sejumlah dividen tahunan tertentu sebelum ditentukan dividen untuk pemegang
saham biasa.
Contoh:
Bila tiap lembar saham preferen bernilai Rp.100.000,00, dengan tingkat bunga dividen 6%, maka
pemegang saham preferen akan menerima dividen sebesar Rp.6000,00 untuk tiap lembar saham
yang dilimilikinya. Jumlah ini akan terutang kepada pemegang saham preferen bila hal itu sdh
diumumkan oleh dewan komisaris.
Bila bagian dari saham preferen itu belum dibayar sampai periode berikutnya maka disebut
saham preferen kumuliatif. Contoh, tahun lalu dividen Rp.6000,00 belum dibayar, maka pada
tahun ini dividen harus dibayar per lembar saham preferen adalah Rp.12.000,00. Dalam situasi
tertentu pemegang saham preferen mungkin akan masih menerima dividen tambahan bersama-
sama dengan pemegang saham biasa yang disebut dengan saham preferen partisipatif.
Contoh:
Saham biasa yang beredar, 2.000 lembar dengan masng-masing bernilai pari Rp.100.000,00 dan
1.000 lembar saham preferen 6% partisipatif, dengan nilai masing-masing bernilai pari
Rp.100.000,00. Seandainya perusahaan memutuskan membagi dividen sejumlah
Rp.27.000.000,00, maka pembagiannya akan dilakukan sebagai berikut:
Jenis-Jenis Dividen:
a) Dividen tunai (cash dividen): dividen yang dinyatakan dan dayarkan pada janga waktu
tertentu dan dividen tersebut berasal dari dana yang diperoleh secara legal. Dividen ini
dapat bervariasi dalam jumla bergantung kepada keuntungan perusahaan
b) Dividen property: dividen dalam bentuk property atau barang
c) Dividen likuiditas: distribusi kekayaan perusahaan kepada pemegang saham dalam hal
perusuahaan tersebut dilikuidasi
Jika seseorang memiliki preferen stock (saham istimewa ) maka dilihat dari perspektif rate of
return, saham ini memberikan dividen yang tetap setiap tahun sepeti obligasi.
Pemegang saham preferen jika pembayaran dividen di utamakan jika dibandingkan saham biasa
(common stock), sehingga perusahaan atau seseorang yang menyimpan uang dalam bentuk
saham preferen memiliki perhitungan penerimaan dividen yang dapat diperkirakan dan bersifat
diprioritaskan.
Contoh:
Sebuah perusahaan memiliki saham istimewa dengan nilai nominal sebesar Rp. 1 milyar, dan
pembayaran dividen dilakukan setiap tahunnya sebesar Rp. 150 juta. Harga pasar saham tersebut
sebesar Rp. 420 juta. Hitunglah Rate of return dari saham tersebut:
Rate of return adalah rata-rata pengembalian investasi yang diperoleh dari suatu investasi yang
ditanamkan. Penentuan besarnya rate of return dan nilai dari saham biasa (common stock) lebih
sukar dibandingkan dengan obligasi dan saham preferen karena:
1) Forecasting dari pendapatan, dividen dan harga saham di waktu yang akan datang adalah:
sukar
2) Tidak seperti halnya dengan bunga dan dividen preferen, pendapatan dan dividen saham
biasa diharapkan meningkat setiap tahunnya, dan tidak tetap konstan.
Ditinjau dari segi akuntansi nilai yang ditetapkan dewan komisaris sama saja dengan nilai pari.
Bila saham dijual dengan harga lebih tinggi dari nilai parinya maka selisih kelebihan harga jual
di atas nilai pari disebut Agio saham, sedangkan saham itu dijual di bawah nilai pari maka
selisih kekurangan harga jual di bawah nilai pari di sebut Disagio Saham.
Contoh:
Sebuah perusahaan pada awal tahun berdiri telah menyelesaikan transaksi-transaksi penjualan
saham sebagai berikut:
1). Menjual 1000 lembar saham, nilai pari @ Rp,100.000,00, 7% preferen, dengan kurs 105 per
lembar saham
2). Menjual 1000 lembar saham , nilai pari @ Rp.100.000,00, 6 % preferen, dengan kurs 98 per
lembar saham
3). Menjual 5000 lembar saham biasa tanpa nilai pari dengan harga Rp.30.000,00 per lembar
saham. Nilai saham tersebut ditetapkan Rp.20.000,00 per saham.
4) pada tahun pertama perseroan mendapat laba sebesar Rp.50.000.000,00. Setelah membayar
dividen untuk 7% saham sebesar Rp.7.000.000,00 dan Rp.6.000.000,00 untuk 6 % saham
preferen sertaa Rp.10.000.000,00 untuk saham biasa, perusahaan masih mempunyai laba ditahan
sebesar Rp. 27.000.000,00
Penyajian Pos Modal Saham Dalam Neraca
MODAL SAHAM
Modal saham
saham preferen 7%, nilai pari Rp. 100.000.000,00
Rp.100.000,00, 1000 lembar
beredar
Agio saham Rp. 5.000.000,00 Rp. 105.000.000,00
saham preferen 6%, nilai pari Rp. 100.000.000,00
Rp.100.000,00
1.000 lembar beredar
Disagio Rp.98.000.000,00
saham biasa tanpa nilai pari, Rp. 100.000.000,00
nilai ditetapkan Rp.20.000,00,
maka dari 10.000 lembar
saham,
5000 lembar beredar..
Agio saham biasa Rp. 50.000.000,00 Rp.105.000.000,00
jumlah Rp.353.000.000,00
Laba ditahan Rp.27.000.000,00
jumlah modal Rp. 380.000.000,00
7. PENGELUARAN SAHAM SECARA TUNAI
Di dalam melakukan penerbitan (penjualan) saham, perseroan bisa menggunakan jasa dari suatu
bank. Dalam hal ini bank bertindak sebagai penjamin (underwriter) pengeluaran saham. Bank
tersebut dapat membeli saham dari perseroan dan menjualnya kembali kepada para penanam
modal (investor). Dengan demikian perseroan tidak menanggung resiko bila sahamnya tidak laku
dijual. Resiko berpindah tangan ke bank sebagai kompensasi atas laba yang diperolehnya dari
penjualan saham, karena bank bisa menjual saham dengan harga jual lebih tinggi dari harga
belinya.
Contoh: sertifikat saham, di dalamnya tertera modal saham beredar senilai Rp.320.000.000,00.
1) Menjual 1000 lembar saham preferen 7%, nilai pari Rp.100.000,00 kurs 105
Jurnal:
Kas Rp.105.000.000,00
2) Menjual 1.000 lembar saham preferen 6%, nilai pari Rp.100.000.000, kurs 98:
Jurnal:
Kas Rp.98.000.000,00
3) Menjual 5.000 lembar saham biasa tanpa nilai pari, harga jual yang ditetapkan
Rp.20.000,00 per lembar, dengan harga jula Rp.30.000,00
Jurnal:
Kas Rp.150.000.000,00
Contoh tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa akun saham selalu dikredit sebesar nilai pari
saham atau saham tidak bernilai pari maka bisa digunakan nilai yang ditetapkan.
8. PESANAN SAHAM
Perusahaan tidak melalui bank tetapi menjual langsung kepada investor yang telah menanda
tangani kontrak pesanan, sebelum saham dikeluarkan. Dalam kontrak bisa juga dicantumkan
dibayar secara angsuran. Jika perseroan sudah menerima pesanan maka dalam jurnal dicatat
dengan mendebet akun piutang pesanan saham dan mengkredir akun saham biasa dipesan.
Contoh:
Perseroan menerima pesanan 500 lembar saham biasa dengan nilai pari Rp.100.000,00 per lembar
saham. Harga jual yang disdepakati untuk saham tersebut adalah Rp.120.0000,00 per lembar
saham yang akan dibayar melalui dua angsuran masing-masing Rp.40.000,00 dan Rp.80.000,00
Jurnal:
Kas Rp.20.000.000,00
Piutang pesanan saham biasa Rp.20.000.000,00
Kas Rp.40.000.000,00
Pit −Pit −1
CG=
Pit −1
Keterangan:
CG = capital gain
Ada 4 kategori industry yang perlu dipahami para pialang sebelum membeli saham:
1) Industry yang sedang bertumbuh terjadi pada perusahaan muda usianya dimana
perusahaan itu masih aktif untuk melakukan ekspansi
2) Industry matang adalah industry yang kondisinya sdh stabil sehingga lebih cendrung
untuk mempertahankan posisi yang sudah ada
3) Insdustri yang mulai menurun adalah industry dimana telah sangat mapan dan pasarnya
telah terebtnuk sehingga perlu adanya inovasi bagus untuk menarik pasar yang baru
RIGHT ISSUE
Right issue merupakan kebijakkan perusahaan untuk mencari tambahan dana dengan
dcara melakukan penjualan saham terbatas yang khusus diperuntukan kepada pemegang saham
lama, dan jika pemegang saham lama tidak membelinya maka hak tersebut akan hilang.
Right issue adalah pemberian hak kepada pemegang saham lama untuk memesan terlebih dahulu
saham emiten yang akan dijual dengan harga nominal tertentu. Biasanya hal itu dimaksudkan
emiten untuk penembahan keterbatasan modal usaha perusahaan.
2) Hak Right
Alternative untuk memperoleh tambahan dana adalah dengan menawarkan kepada pemegang
saham lama untuk membeli saham baru. Agar pemegang saham lama berminat maka perusahaan
akan menawarkan saham baru itu dengan harga yang lebih murah dari harga saham saat ini.
Investor lama memiliki preemptive right atau hak membeli efek terlebih dahulu agar dapat
mempertahankan proporsi kepemilikannya di perusahaan tersebut. Karena merupakan hak, maka
investor tidak terikat untuk membelinya, artinya apabila investor tidak mau penggunakan haknya,
maka dia dapat menjual right tersebut.
Keputusan ketua Bappepam Nomor: Kep-57/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996, diubah dengan
nomor: Kep-41/PM/1998 tanggal 14 Agustus 1998 peraturan nomor IX.D.1: Hak memesan efek
terlebih dahulu (right issue)
( Pc X N )+(Ps X M )
Harga Teoritis saham baru ( HTSB )=
N +M
Keterangan:
Pc = Kurs penutupan saham pada hari bursa terakhir sebelum hak memesan efek terlebih dahulu
diperdagangkan
N = Ratio jumlah saham yang diperlukan untuk mendapatkan sejumlah hak memesan efek
terlebih dahulu tertentu
M = Jumlah saham baru hasil pelaksanaan hak memesan efek terlebih dahulu berdasarkan
pelaksanaan 1 hak memesan efek terdahulu memperoleh satu saham baru
STOCK SPLITS
1) Definisi Stock Splits:
Stock splits adalah peningkatan jumlah saham beredar dengan mengurangi nilai nominal saham.
Misalnya nilai nominal satu saham dibagi menjadi dua, sehingga terdapat dua saham yang
masing-masing memiliki nilai nominal setengah dari nominal awal.
Contoh:
Nilai nominal Rp.1.000 per saham menjadi Rp.500,00 per saham atau dari Rp.500,00 per saham
menjadi Rp.100,00 per saham.
Contoh:
Rumus:
D 1 P 1−P 0
r= +
P0 P0
Keterangan:
D1 = dividen tahun 1
P0 = harga beli
P1 = harga jual
Contoh soal:
Manajer keuangan melakukan analisis keuangan pada perusahaannya. Deviden tahun 1 yang
diperoleh sebesar Rp5.000,00. Harga beli dan harga jual masing-masing sebesar Rp.250,00 dan
Rp.270,00. Maka kita dapat menghitung keuntungan yang diharapkan dari saham tersebut:
D 1 P 1−P 0
r= +
P0 P0
5.000 270−250
r= +
250 250
r =20+0,80
r =20,80
Rumus:
Te
Nbp=
Jsb
Keterangan:
Te = Total ekuitas
Contoh:
Nilai total ekuitas sebesar : Rp.4.000.000.000,00 dan jumlah saham yang beredar
sebanyak 15 lot. Maka nilai buku perlembar saham adalah:
Te
Nbp=
Jsb
Nbp=533.333,3333
Dalam kondisi tertentu perusahaan kadang kala melakukan pembayaran dividen yang
tidak teratur setiap waktunya. Hal itu terjadi bukan disengaja namun berdasarkan berbagai
alasan.
Rumus:
D D D 00
P 0= + +
( 1+k ) 1 ( 1+k ) 2 ( 1+k ) 00
Keterangan:
K = Tingkat diskonto
Contoh soal:
periode ke- t 1 2 3 4 5 6 7 8
Dt Rp.30,00 Rp.20,00 Rp.23,00 Rp.30,00 Rp.26,00 Rp.28,00 Rp.30,00 Rp.34,00
Misalkan tingkat diskonto konstan sebesar 5% setiap periode. Maka nilai instriksi saham dapat
dihitung sebagai berikut:
D D D 00
P 0= + +
( 1+k ) 1 ( 1+k ) 2 ( 1+k ) 00
30 20 23 30 26 28
P 0= + +
( 1+0,05 ) 1 ( 1+0,05 ) 2 ( 1+0,05 ) 3 ( 1+ 0,05 ) 4 ( 1+0,05 ) 5 ( 1+0,05 ) 6
30 34
( 1+ 0,05 ) 7 (1+ 0,05 ) 8
P 0=176,8600468
EAT
EPS=
Jsh
Keterangan:
Contoh soal 1:
Sebuah perusahaan pada tahun 2007 memperoleh earning after tax sebesar Rp.200.000.000,00
dan 200.000 rata-rata tertimbang saham biasa beredar. Maka EPS dapat dihitung sebagai berikut:
EAT
EPS=
Jsh
200.000 .000
EPS=
200.000
EPS=¿ 1.000
Contoh soal 2:
Manajer keuangan sebuah perusahaan menginformasikan bahwa tahun 2008 telah memperoleh
EAT sebesar Rp.6,3 milyar dan pada saat ini terdapat 120.000 rata-rata tertimbang saham biasa
yang beredar. Maka EPS dapat dihitung sebagai berikut:
EAT
EPS=
Jsh
EPS=52,500
Jadi EPS perusahaan tersebut sebesar : Rp.52.500 lembar saham yang beredar
PRICE EARNING RATIO (PER)
Bagi para investor semakin tinggi price earning ratio maka pertumbuhan laba yang diharapkan
juga akan mengalami kenaikan. Jadi Price Earning Ratio (harga ratio terhadap laba) adalah
perbandingan antara Market Price Pershare (harga pasar perlembar saham) dengan Earning
Pershare (laba perlembar saham).
Rumus:
MPS
PER=
EPS
Keterangan:
Contoh soal:
Perusahaan X menginginkan pada saat melakukan go publik memperoleh harga pasar perlembar
sahamnya sebesar Rp. 12.000,00 dan mengharapkan laba perlembar sahamnhya sebesar
Rp.315,00. Maka Price Earning Ratio dapat dihitung sebagai berikut:
MPS
PER=
EPS
12.000
PER=
315
PER=38
Rumus:
Keterangan:
Contoh soal:
Neraca dan laporan laba rugi sebuah perusahaan menunjukkan EAT perusahaan tersebut
berjumlah Rp.720,00 dan total assets sebesar Rp.800,00. Maka ROI dapat dihitung sebagai
berikut:
720
ROI=
8.000
ROI=0,09
Rumus:
Keterangan:
Earning After Tax (EAT) = laba setelah pajak. Sering juga disebut dengan pendapatan
bersih
Shareholders’ Equity = modal sendiri atau total modal para pemegang saham
ROE adalah suatu perhitungan yang sangat penting pada suatu perusahaan yang
memperlihatkan suatu roe yang tinggi dan konsisten mengindikasikan bahwa :
Contoh soal:
Data laporan keuangan suatu perusahaan pada tahun 2010 menunjukkan laba perusahaan setelah
pajak sebesar Rp.1.265 dan dana sendiri sebesar Rp.3.803. Maka ROE dapat dihitung sebagai
berikut:
1.265
R OE=
3.803
ROE=0,33
Adapun informasi yang terjadi dari kondisi saham suatu perusahaan adalah selalu memberikan
efek bagi keputusan investor sebagai pihak yang menangkap sinyal tersebut. Konsep sinyal teori
disini menjadi sangat penting karena teori sinyal ini membahas tentang naik turunnya harga di
pasar, sehingga akan memberi pengaruh pada keputusan investor.
Tanggapan para investor terhadap sinyal positif dan negative sangat mempengaruhi kondisi pasar,
mereka akan bereaksi dengan berbagai cara dalam menanggapi sinyal twersebut, seperti memburu
saham yang dijual atau melakukan tindakan dalam bentuk tidak bereaksi seperti wait and see atau
tunggu dan lihat dulu perkembangan yang ada baru kemudian mengambil tindakan. Keputusan
wait and see buka sesuatu yang tidak baik atau salah namun dilihat sebagai reaksi investor untuk
mnghindari timbulnya resiko yang lebih besar karena factor pasar yang belum memberi
keuntungan atau berpihak kepadanya.
Rumus:
D D D 00
P 0= + +
( 1+k ) 1 ( 1+k ) 2 ( 1+k ) 00
Rumus tersebut kemudian disederhanakan menjadi rumus zero growth model yaitu:
D
P 0=
K
Contoh soal:
D
P 0=
K
500.000 .000
P 0=
0,175
1. LABA DITAHAN
Saldo laba ditahan mengambarkan bagian dari modal yang timbul dari penggunaan kekayaan
perusahaan dalam operasi yang mendatangkan keuntungan. Pada akhir periode akuntansi akun
laba ditahan dikredit dengan laba bersih perseroan dan akun laba rugi di debet. Sebaliknya
perusahaan mengalami kerugian maka akun laba ditahan di debet dan akun laba rugi di kredit, hal
tersebut menunjukkan perusahaan tersebut mengalami deficit.
Dalam hal tertentu akun laba ditahan langsung di debet atau dikredit, yaitu bila diperlukan
penyesuaian atas laba atau rugi tahun yang lalu dan untuk melakukan koreksi kesalahan yang
berhubungan dengan tahun yang lalu.
Dividen adalah laba yang dibagikan kepada para pemegang saham. Kebijakan pembagian
dividen ditetakan oleh dewan komisaris perusahaan. Di dalam menetapkan kebijakan tersebut,
dewan komisaris harus memperhatikan kepentingan pemegang saham dan sekaligus kepentingan
perusahaan. Oleh karena itu tidak jarang dewan komisaris memutuskan untuk menyisihkan
sebagian dari laba yang telah diperoleh perusahaan untuk tujuan tertentu seperti untuk perluasan
perusahaan atau menghadapi kemungkinan adanya kerugian besar di masa yang akan datang.
Pos-pos luar biasa adalah transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian yang sifatnya tidak biasa dan
tidak sering terjadi. Pos-pos luar biasa mempunyai dua ciri pokok yaitu tidak normal dan tidak
sering terjadi. Misalnya perusahaan tembakau pada suatu tahun mengalami kerugian karena
gangguan cuaca. Pengalaman perusahaan menunjukkan bahwa gangguan cuaca walaupun tidak
terjadi setiap tahun, bisa bisa terjadi pada tahun manapun termasuk pula pada tahun yang akan
datang. Oleh karena itu gangguan cuaca tidak memenuhi kriteria tidak normal sehingga tidak bisa
dikatakan sebagai hal yang luar biasa.
Kejadian luar biasa yang lain seperti gemba bumi, penjualan asset tetap atau ditetapkannya
peraturan pemerintah yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Misalnya suatu perusahaan
memiliki sebidang tanah yang dibeli dengan maksud untuk persiapan perluasan perusahaan
pabrik. Perusahaan telah mengubah rencananya dan kemudian menjual tanah tersebut. Apabila
pada awalnya perusahaan tidak bermaksud untuk menjual belikan tanah dan dalam penjualan
sebidang tanah tertentu diperoleh keuntungan, maka keuntungan tersebut harus diberlakukan
sebagai pos luar biasa.
Penyesuaian tahun yang lalu tidak boleh dilaporkan dalam laporan laba-rugi, karena penyesuain
tersebut yang:
1) Bisa diidentifikasikan dan berhubungan langsung dengan aktivitas periode yang lalu
2) Tidak bisa dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa ekonomi yang terjadi sesudah tanggal
laporan keuangan tahun lalu
3) Sangat tergantung pada keputusan yang diambil oleh orang yang bukan merupakan
manajemen perusahaan
4) Tidak mudah terpengaruh oleh taksiran yang wajar sebelum ditentukan
Contoh:
Hasil penelitian bagian pajak menentukan bahwa perusahaan tersebut masih harus menambah
pajak senilai Rp.800.000,00 dipandang cukup material maka perlu dibuatkan jurnal penyesuaian
sebagai berikut:
KOREKSI KESALAHAN
Kesalahan catatan akuntansi bisa terjadi, misalnya salah dalam perhitungan, lupa
membukukan suatu transaksi, salah menerapkan prinsip akuntansi, salah menganalisis
transkasi yang terjadi, maka perlu koreksi atas kesalahan-kesalahan tersebut.
Contoh: pada tahun 2012 ditemukan adanya kesalahan perhitungan dalam menentukan
persediaan per tanggal 31 Desember 2011, dimana persediaan tersebut telah ditetapkan
terlalu rendah Rp.11.000.000,00, maka jurnal yang perlu dibuat adalah:
Persediaan Rp.11.000.000,00
Jumlah ini akan sama dengan selisih antara (a) laba ditahan pada awal tahun dan (b)
jumlah laba ditahan awal tahun seandanya prinsip yang baru telah dilaksanakan sejak
tahun-tahun yang lalu. Di dalam laporan laba rugi pengaruh komulatif ini dicantumkan di
antara pos-pos luar biasa dan laba bersih.
Contoh misalkan perusahaan pada tahun 2012 menggunakan metode depresiasi saldo
menurun ganda untuk mesin-mesinnya. Terhitung mulai tahun 2012 perusahaan tersebut
menggantikan metode tersebut dengan metode garis lurus. Seandainya metode garis lurus
telah digunakan sejak sebelum tahun 2012, maka laba bersih kumulatif untuk tahun-tahun
sebelum tahun 2012 akan lebih besar Rp.13.000.000,00, maka jurnal untuk mencatat
perubahan dalam prinsip akuntansi adalah sebagai berikut:
Contoh laporan laba rugi yang ditampilkan berikut ini ditunjukkan cara menghitung laba
per lembar saham:
PT NIRANU
LAPORAN LABA RUGI
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR TANGGAL 31 DESEMBER 2012
Laba sebelum pajak, pos-pos luar biasa dan Rp.125.000.000,00
Pengaruh kumulatif karena perubahan prinsip
akuntansi
dikurangi: Pajak penghasilan Rp.50.000.000,00
Laba Sebelum Pos-Pos Luar Biasa, Dan Pengaruh Rp.75.000.000,00
Kumulatif Karena Perubahan Prinsip Akuntansi
Pos-Pos Luar Biasa
Laba penjualan saham PT Anggun Rp.80.000.000,00
dikurang: pajak penghasilan Rp.20.000.000,00 Rp.60.000.000,00
Tambah: Pengaruh kumulatif atas laba tahun-tahun yang
lalu karena perubahan metode depresiasi Rp.13.000.000,00
Laba bersih: Rp.148.000.000,00
Laba per lembar saham untuk perusahaan yang memiliki struktur modal yang sederhana
dapat dihitung dengan cara membagi laba bersih dengan jumlah rata-rata tertimbang
saham biasa yang beredar selama tahun yang bersangkutan. Bila perseroan menerbitkan
juga saham preferen disamping saham biasa, maka dividen tetap untuk pemegang saham
preferen harus dikurangkan lebih dahulu dari laba bersih, sehnigga bisa diketahui bagian
laba bersih untuk saham biasa
Misalnya PT Niranu tahun 2012 memperoleh laba bersih sebesar Rp.39.000.000,00. Pada
tanggal 1 januari 2012 perusahaan memiliki 10.000 lembar saham biasa yang sudah
beredar. Pada tanggal 1 juli jumlah saham yang beredar telah ditambah lagi sebanyak
6.000 lembar. Seandainya PT Niranu tidak memiliki saham preferen, maka rata-rata
tertimbang saham biasa yang beredar selama 2012 sebagai berikut:
Laba bersih
Laba Per lembar saham=
Rata−ratatertimbang saham
Rp .39.000 .000
Laba Per lembar saham= =Rp .3.000,00
13.000
Bentuk penjelasan laba per lembar saham harus sesuai dengan isi laporan laba rugi.
Berikut ini contoh penyajian penjelasan laba per lembar saham pada suatu perusahaan
yang memiliki 10.000 lembar saham biasa yang sedang beredar:
2011 2012
Laba sebelum pos luar biasa Rp.50.000.000,00 Rp.60.000.000,00
Laba luar biasa Rp.18.000.000,00
Laba bersih Rp.68.000.000,00 Rp.60.000.000,00
Laba per lembar saham biasa:
Laba sebelum pos luar biasa Rp.5.000,00 Rp.6.000,00
Laba luar biasa Rp.1.800,00 -
Laba bersih per lembar saham Rp.6.800,00 Rp.6.000,00
2. DIVIDEN
Pembagian dividen (laba) kepada para pemegang saham dalam suatu perusahaan hanya
dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari dewan komisaris. Biasanya dividen
dibayarkan dalam bentuk kas, tetapi bisa juga dibayar dalam bentuk kekayaan lain.
DIVIDEN TUNAI
Pada saat pembagian divden diumumkan oleh perusahaan perlu dibuat pencatatan untuk
mengakui timbulnya utang dividen kepada para pemegang saham. Jurnal yang harus
dibuat adalah debet laba ditahan dan kredit utang dividen.
Misalkan perusahaan memiliki 1.000 lembar saham preferen 6 % dengan nilai pari
Rp.50.000,00. Perusahaan tersebut mengumumkan akan membayar dividen tetap untuk
saham preferen sebesar Rp.6.000,00 per lembar dan untuk saham biasa akan dibayar
dividen sebesar Rp.4.000,00. Laba yang ditahan akan dibagikan sebagai dividen
seluruhnya berjumlah Rp.18.000.000,00. Maka jurnal yang dibuat adalah:
(untuk mencatat pengumuman dividen preferen Rp.6.000,00 dan dividen biasa Rp.4.000,00 per lembar saham)
Selama dividen belum dibayar, dalam pembukuan akan Nampak utang dividen kepada pemegang
saham. Pada saat dividen dibayar tunai, perlu dibuat jurnal pengeluaran kas sebagai berikut:
Kas Rp.18.000.000,00
(untuk mencatat pembayaran dividen atas saham preferen dan saham biasa)
Pembayaran dividen secara kwartalan pada saat pemgumuman akan dibuatkan jurnal, mendebet
akun dividend dan mengkredit akun utang dividen. Pada akhir tahun akan ditutup maka akun
laba ditahan di debet. Contoh suatu perusahaan membayar dividen kwartalan sebesar
Rp.5.000.000,00 atau Rp20.000.000,00 dalam setahun. Maka jurnal dibuat setiap kwartalan
adalah:
Dividen Rp.5.000.000,00
Apabila dividen dibayar melalui kas maka jurnal yang dibuat sebagai berikut:
Kas Rp.5.000.000,00
Dalam waktu waktu satu tahun, perusahaan akan mendebet akun dividen sebanyak emapt kali
sehingga akhir tahun akun tersebut akan bersaldo debet Rp.20.000.000,00. Pada akhir tahun
buku saldo akun dividen harus ditutup kea kun Laba Ditahan dengan membuat jrunal sebagai
berikut:
Laba ditahan Rp.20.000.000,00
Dividen Rp.20.000.000,00
DIVIDEN SAHAM
Apabila saham yang akan dibayarkan sebagai dividen tidak lebih dari 25% dari jumlah
saham biasa yang semula beredar maka pembayaran dividen ini bisa dicatat dengan mendebet
akun laba ditahan dan mengkredit modal saham biasa sebesar harga pasar saham yang
dikeluarkan. Misalnya bagian modal dalam neraca suatu perseroan sebelum pembagian dividen
saham 10% maka jurnalnya sebagai berikut:
Dividen Rp.20.000.000,00
Saham yang telah beredar berjumlah 2.000 lembar, maka pembagian dividen saham 10%
akan menyebabkan saham bertambah 200 lembar. Misalkan harga pasar saham sebesar
Rp.70.000,00 per lembar, maka jumlah laba ditahan harus dipindahkan ke modal
berjumlah Rp.14.000.000,00. Maka jurnal yang harus dibuat adalah:
Setelah pebagian saham, maka bagian modal dalam neraca perusahaan akan nampak
sebagai berikut:
Laporan laba ditahan merupakan analisis atas akun laba ditahan untuk suatu periode akuntansi
tertentu dan disajikan bersama-sama dengan laporan keuangan yang lain.
PT LIAMU
Laporan Laba Ditahan
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2011
Disisihkan:
Disisihkan untuk perluasan perusahaan, 1
Januari 2011 Rp.40.000.000,00
Disisihkan dalam tahun 2011 Rp.50.000.000,00
Rp.10.000.000,00
Tidak disisihkan:
Saldo, 1 januari 2011 Rp.80.000.000,00
Tambahan:Laba Bersih Rp.35.000.000,00
Rp.115.000.000,00
Kurang:
Dividen tunai Rp.15.000.000,00
Disisihkan untuk perluasan Rp.10.000.000,00 Rp.25.000.000,00
Rp.90.000.000,00
Jumlah Laba Ditahan 31 Desember 2011 Rp.140.000.000,00
BAB 5
INVESTASI JANGKA PANJANG
Misalkan pada tanggal 1 oktober 2011 perusahaan membeli 10 lembar obilgasi salah satu
perusahaan dengan nilai nominal Rp.1.000.000,00 per lembar, bunga 12 % dengan
tanggal bunga 1 Februari dan 1 Agustus. Obligasi dibeli dengan kurs 99, ditambah
bunga berjalan 2 bulan, biaya komisi perantara dan pajak berjumlah Rp.150.000.000,00
Investasi-obligasi: Rp.10.050.000,00
Kas: Rp.10.250.000,00
Pada akhir periode tanggal 31 Desember 2011 perusahaan harus membuat jurnal penyesuaian
untuk mencatat bunga 3 bulan yang telah menjadi haknya tetapi uang yang baru akan diterima
pada tanggal 1 Februari yang akan dating yaitu sebesar Rp.300.000,00 (Rp.10.000.000,00 X 12%
X 3/12), maka jurnal penyesuainnya adalah:
c) Penerimaan bunga
Tanggal 1 Februari 2011 perusahaan menerima bunga 6 bulan. Dari jumlah penerimaan
Rp.200.000,00 di antaranya adalah pengembalian bunga berjalan yang telah dicatat pada tanggal
1 Oktober 2011 dan Rp.300.000,00 adalah pendapatan bunga tahun 2011 yang telah dicatat
melalui jurnal penyesuian pada tanggal 31 desember 2011.
Kas: Rp.600.000,00
Pada tanggal 1 Agustus 2012 perusahaan menerima bunga untuk 6 bulan ( 1 Februari – 1 Agustus
2012) sebesar Rp.600.000,00 ( Rp.10.000.000,00 X 12% X 6/12 ), maka jurnalnya sebagai
berikut:
Kas : Rp.600.000,00
Perusahaan menjual obligasi pada tanggal 2 agustus 2012 dengan kurs 103, pembayaran komisi
perantara sebesar rp.70.000,00. Perhitungan laba penjuala obligasi dapat dihitung sebagai
berikut:
Kas: Rp.10.230.000,00
Obligasi yang dibeli perusahaan sebagai investasi yang akan dimiliki hingga jatuh tempo, dicatat
sebesar biaya perolehannya, meliputi harga beli obligasi ditambah komisi perantara, pajak, dan
beban-beban lain yang berhubungan dengan pembelian obligasi.
Contoh:
Perusahaan X membeli obligasi pada tanggal 1 Juni 2011 sebanyak 100 lembar, dengan nilai
nominal Rp. 1.000.000,00 per lembar dengan kurs 97 ditambah bunga berjalan dan komisi
perantara sebesar Rp.800.000,00. Tingkat bunga obligasi 9% dengan tanggal bunga 30 Juni dan
31 Desember. Tanggal jatuh tempoh obligasi 31 Desember 2015. Perhitungan harga beli obligasi
sebagai berikut:
Jurnal:
(untuk mencatat pembelian 100 lembar obligasi PT.X 9%, Kurs 97)
Perusahaan menerima pembayaran bunga obligasi untuk 6 bulan pada tanggal 30 Juni 2011,
senilai Rp.4.500.000,00 (Rp.100.000.000,00 X 9% X 6/12). Perusahaan mendebet akun investasi
obligasi untuk mengamortisasi diskonto. Pada waktu pembelian perusahaan tidak mendebet
diskonto ke akun khusus namun dicatat dalam akun investasi obligasi senilai harga perolehan
Rp.97.800.000,00.
Pada tanggal jatuh tempo tanggal 31 Desember 2015 perusahaan menerima pelunasan obligasi
dari perusahaan yang membeli senilai Rp.100.000.000,00. Artinya pembelian obligasi oleh
perusahaan memperoleh keuntungan berupa diskonto senilai Rp.2.200.000,00
( Rp.100.000.000,00 – Rp.97.800.000,00). Keuntungan ini diakui selama periode pemilikan
obligasi melalui proses amortisasi. Perhitungan amortisasi sebagai berikut:
Jurnal:
Kas: Rp.4.500.000,00
Perusahaan menerima bunga tenga tahunan 31 desember 2011 seniai rp.4.500.000,00, pada saat
yang sama perusahaan melakukan amortisasi diskonto 6 bulan atau rp.240.000,00 (rp.40.000,00
X 6)
Jurnal:
Kas: Rp.4.500.000,00
Obligasi yang dimiliki perusahaan sampai tanggal jatuh tempoh maka perusahaan akan
menerima pelunasan sebesar nilai nominal obligasi, Rp.100.000.000,00 maka jurnal yang dibuat
adalah:
Kas: Rp.100.000.000,00
Dengan adanya pengkreditan atas akun tersebut maka akun investasi obligasi bersaldo nol dan
berakhirlah investasi jangka panjang dalam obligasi tersebut .
Obligasi dibeli dengan harga lebih tinggi dari nilai nominal maka timbul premi obligasi.
Misalnya perusahaan pada tanggal 1 Juni 2011, membeli 200 lembar obligasi dengan nilai
nominal Rp.1.000.000,00 per lembar, kurs 102 ditambah bunga berjalan. Komisi perantara
pembelian obligasi senilai Rp.1.160.000,00,. Tingkat bunga 15% yang pembayarannya setiap
tanggal 30 Juni dan 31 Desember dan tanggal jatu tempo 31 Desember 2014.
Jurnal:
Kas:Rp.217.660.000,00
(Untuk Mencatat Pembelian 200 Lembar Saham, Nominal Rp.1.000.000,00, 15%, Kurs 102)
Amortisasi premi dilakukan bersamaan dengan pencatatan penerimaan bunga pada setiap
tanggal bunga. Perhitungannya sebagai berikut:
Jurnal:
Kas: Rp.15.000.000,00
Jurnal:
Kas: Rp.15.000.000,00
(untuk mencatat penerimaan bunga tengah tahunan dan amortisasi premi selama 6 bulan)
Dengan adanya pengkreditan pada akun investasi obligasi yang dilakukan setiap kali perusahaan
melakukan amortisasi premi maka saldo akun semakin menurun dan akhirnya sama dengan nilai
nominal obligasi.
Contoh:
Jurnal:
Investasi: Rp.360.000,00
Perhitungan laba atau rugi penjualan obligasi dilakukan dengan membandingkan hasil
penjualana bersih dengan nilai buku obligasi pada tanggal penjualan:
-----------------------------
Jumlah yang harus dibuat untuk mencatat transaksi peenjualan obligasi pada tanggal 1
Oktober 2013 adalah sebagai berikut:
2013 Kas………………………………….. Rp
Okt.1 investasi obligasi……………... 210.500.000,00 Rp
Pendapatan bunga obligasi…. 201.800.000,00
Laba penjualan obligasi……...
(Untuk mencatat penjualan obligasi 7.500.000,00
PT Semeru)
1.200.000,00
Dalam transaksi diatas, kas yang diterima sebesar Rp 210.500.000,00 terdiri atas hasil
penjualan obligasi Rp 203.000.000,00 ditambah bunga berjalan sebesar Rp 7.500.000,00.
Bunga berjaln tidak mempengaruhi perhitungan laba atau rugi penjualan, tetapi
merupakan pendapatan yang langsung dibayar oleh pembeli obligasi.
Investasi dalam saham adalah investasi dalam yang diterbitkan oleh perusahaan lain.
Apabila perusahaan melakukan investasi dalam saham (dan / atau obligasi) yang
diterbitkan oleh berbagai perusahaan, maka keseluruhan investasi tersebut dinamakan
portofolio investasi (investment portfolio).
Akuntasi untuk investasi dalam saham tergantung pada seberapa besar pengaruh investor
terhadap operasi dan peristiwa-peristiwa keuangan perusahaan penerbit saham (investee).
Pedoman akuntansi utuk investasi saham terlukis dalam gambar berikut:
Berikut ini akan diberikan contoh penerapan masing-masing pedoman akuntasi di atas.
Dalam akuntasi untuk pemilikan saham kurang dari 20%, perusahaan menggunakan
metode biaya perolehan. Dalam metode biaya perolehan ini, perusahaan mencatat
investasi sebesar biaya perolehannya, dan pendapatan diakui hanya ketika perusahaan
menerima dividen tunai.
Misalkan pada tanggal 1 April 2011, PT Merapi membeli 3.000 lembar saham PT Kenciri
yang bernilai nominal Rp 3.500,00 perlembar (pemilikan 10%), biaya komisi perantara
dan pajak untuk transaksi pembelian tersebut adalah Rp 250.000,00.
Misalkan pada tanggal 10 Juni 2011, PT Merapi menerima dividend dari PT Kerinci
sebesar Rp 450.000,00 (satu lembar saham mendapat dividen sebesar Rp 150,00). Jurnal
untuk mencatata transaksi penerimaan dividen adalah sebagai berikut:
Pendapatan dividen dilaporkan oleh PT Merapi dalam laporan laba-rugi di bawah judul
“Pendapatan dan Beban Lain-lain”. Berbeda dengan bunga pada wesel dan obligasi,
perusahaan tidak membuat jurnal penyesuaian akhir periode untuk pendapatan dividen,
karena penerimaan dividen tidak dapat dipastika.
PENJUALAN INVESTASI DALAM SAHAM
--------------------------
-----------------------------
Jurnal untuk mencatat transaksi penjualan saham di atas adalah sebagai berikut:
Seperti terlihat pada gambar diatas, investasi saham antara 20% dan 50% dicatat dengan
menggunakan metode ekuitas. Dalam metode ekuitas, perusahaan investor pada awalnya
mencatat investasi dalam saham biasa yang diterbitkan asosiasi sebesar biaya
perolehannya. Selanjutnya, setiap tahun membuat penyesuain tahunan atas akun
investasi untuk menunjukkan besarnya ekuitas investor dalam asosiasi. Setiap tahun
investor melakukan hal-hal sebagai berikut: (1) mendebet (menambah) akun investasi dan
mengkredit (menambah) pendapatan sebesar persentase tertentu dari laba bersih asosiasi.
(2) investor juga mengkredit (mengurangi) akun investasi sejumlah dividen yang
diterima. Akun ivestasi dikurangi sebesar dividen yang diterima karena pembayaran
dividen oleh asosiasi akan mengurangi asset bersih asosiasi.
Misalkan pada tanggal 1 Januari 2011, PT Serayu membeli 30% saham biasa yang
diterbitkan PT Citarum seharga Rp 120.000.000,00. PT Serayu akan mencatat transaksi
ini dengan jurnal sebagai berikut:
Untuk tahun 2011, PT Citarum melaporkan laba bersih sebesar Rp 100.000.000,00. Pada
tanggal 31 Desember 2011 itu juga PT Citarum mengumumkan dan membayar dividen
tunai sebesar Rp 40.000.000,00. PT Serayu akan mencatat hal-hal berikut: (1) pendapatan
sebesar 30% dari laba bersih PT Citarum (30% x Rp 100.000.000,00 = Rp
30.000.000,00) dan (2) pengurusan dalam akun inventasi sebesar deviden tunai yang
diterima (30% x Rp 40.000.000,00 = Rp 12.000.000,00):
(1)
(2)
Setelah ayat-ayat jurnal di atas dibukukan, maka buku besar PT Serayu akan Nampak
akun investasi dan akun pendapatan sebagai berikut:
Investasi Saham
Des. 31 30.000.000,00
Selama tahun 2011 kenaikan bersih dalam akun investasi adalah Rp 18.000.000,00.
Seperti terlihat diatas, akun investasi bertambah sebesar Rp 30.000.000,00 yang berasal
dari bagian pedapatan dari laba bersih PT Citarum, dan berkurang dengan Rp
12.000.000,00 karena adanya penerimaan divide dari PT Citarum. Selain itu, PT Serayu
juga melaporkan pendapatan sebesar Rp 30.000.000,00 yaitu 30% dari laba bersih PT
Citarum (30% x Rp 100.000.000,00= Rp 30.000.000,00)
Perlu diketahui bahwa perbedaan pendapatan yang dilaporkan berdasarkan metode biaya
perolehan dengan metode ekuitas bisa sangat signifikan. Sebagai contoh bila investasi PT
Serayu dalam saham PT Citarum diatas di catat dengan menggunakan metode biaya
perolehan, maka PT Serayu hanya melaporkan pendapatan dividen sebesar Rp
12.000.000,00 (30% x Rp 40.000.000,00)
Perusahaan yang memiliki lebih dari 50% saham biasa yang diterbitkan perusahaan lain
disebut perusahaan induk. Perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh perusahaan induk
disebut perusahaan anak (afiliasi). Dengan pemilikan saham yag besar ini maka
perusahaan induk bisa mengendalikan perusahaan anak.
Apabila perusahaan memiliki saham perusahaan lain lebih dari 50%,maka perusahaan
tersebut biasanya menyusun laporan keuangan konsolidasi. Lapran tersebut menyajikan
total asset dan kewajiban yang dikendalikan oleh perusahaan induk. Laporan tersebut
juga menyajikan total pendapatan dan beban perusahaan anak. Perusahaan induk
menyajikan laporan konsolidasi sebagai tamahan atas laporan keuangan untuk
perusahaan induk dan masing-masing perusahaan anak.
Laporan keuangan konsolidasi sangat bermanfaat bagi para pemegang saham, dewan
komisaris, dan manager perusahaan induk. Laporan keuangan tersebut menunukan
keseluruhan dan lingkup operasi perusahaan-perusahaan yang berada di bawah kendali
perusahaan induk.
BAB 6
1. PENDAHULUAN
Pajak, pajak penghasilan (pph) pasal 21: Merupakan pajak terutang atas penghasilan
yang menjadi kewajiban Wajib Pajak untuk membayarnya. Penghasilan yang
dimaksud yaitu berupa gaji, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan
nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan yang dilakukan oleh
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri. Pajak penghasilan PPH pasal 21 sebenarnya
ditanggung oleh perusahaan pemberi kerja dimasukkan terlebih dahulu ke dalam
unsur gaji dan tunjangan kepada karyawan saat menerima uang (Tunjangan pph pasal
21 dihitung pph pasal 21-nya). Jadi seolah-olah karyawan menerima uang Tunjangan
pph tadi terlebih dahulu dan dihitung pula pph Pasal 21-nya, baru kemudian dipotong
kembali oleh perusahaan pemberi kerja. Pajak yang berlaku bagi pegawai/karyawan
adalah pajak penghasilan pasal 21. Undang- undang yang dipakai untuk mengatur
besarnya tarif pajak, tata cara pembayaran dan pelaporan pajak adalah undang-
undang nomor 36 tahun 2008 yang merupakan penyempurnaan bagi undang-undang
terdahulunya yaitu undang-undang no.17 tahun 2000.
2. PENGERTIAN PAJAK
Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih
rendah dari hasil pemungutannya.
5. PENGELOMPOKAN PAJAK
1. Menurut Golongannya.
a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak
dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : pajak penghasilan.
b. Pajak tidak langsung, pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan
kepada orang lain. Contoh : pajak pertambahan nilai.
2. Menurut sifatnya
a. Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya dalam arti memperhatikan keadaan diri
wajib pajak. Contoh : pajak penghasilan.
b. Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya tanpa
memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: pajak pertambahan
nilai dan pajak penjualan barang mewah.
2. Self Assesment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak
yang terutang.
3. With Holding System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada
Pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk
menetukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
7. PAJAK PENGHASILAN
Definisi atau pengertian pajak menurut Mardiasmo (2011:188) adalah : pajak penghasilan
PPh pasal 21 adalah pajak penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi. Subjek pajak dalam negeri,
sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 Undang-undang Pajak Penghasilan.
Menurut Mardiasmo (2011:191) penerima penghasilan yang dipotong PPh 21 adalah orang
pribadi yang merupakan :
1. Pegawai.
2. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau
jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya.
Akuntansi pajak (tax accounting) merupakan bidang akuntansi yang bertujuan untuk
menetapkan besar kecilnya jumlah pajak. Sederhananya, akuntansi pajak bertugas
menangani, mencatat, meng- kalkulasi dan menganalisa serta membuat strategi pajak
berkaitan dengan kejadian atau transaksi ekonomi perusahaan. Laporan Akuntansi Pajak
disusun serta disajikan dengan berdasar pada peraturan perpajakan yang berlaku walaupun
ada ketidak cocokan aturan antara akuntansi pajak dengan pedoman laporan keuangan
Rumusnya:
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Palengaan diperoleh data
berupa daftar gaji sebanyak 34 karyawan. Jumlah tersebut adalah jumlah karyawan yang
masuk daftar database Dinas Kesehatan Kabupaten Pamekasan yang ditempatkan di
Puskesmas Palengaan. Diantara 34 karyawan tersebut, terdapat 17 karyawan di dalam daftar
tersebut yang dipotong PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut:
Tabel 2
Uswatun
16. 17.350
Hasanah 3.714.900
Kurrotul
17. 2.724.400 -
Aini
18. Astutik 3.247.500 70
1. (Penghasilan Bruto – biaya jabatan – iuran dana pensiun, JHT, THT dibayar
sendiri = Penghasilan Netto.
= Rp. 4.122.806,-
WP OP = Rp. 36.000.000,-
= Rp. 39.000.000,-
PKP = Rp. 10.473.672,-
2. Januari 2016 Junaidah bekerja di Puskesmas Palengaan dengan status menikah (k/1), dan
punya 1 anak menerima penghasilan bruto sebulan Rp. 5.605.114,- maka perhitungan
PPh Pasal 21 dihitung sebagai berikut :
= Rp.5.058.617,- x 12
= Rp. 60.703.404,-
WP O = Rp. 36.000.000,-
Kawin = Rp. 3.000.000,-
1 Anak = Rp. 3.000.000,- +
= Rp. 42.000.000,-
PKP = Rp. 18.703.404,-
= 5% x Rp. 18.703.404,-
= Rp. 935.170,-12
= Rp. 465.246,-
Penghasilan Netto setahun x 12
= Rp. 4.306.547,- x 12
= Rp. 51.678.564,-
WP OP = Rp. 36.000.000,-
Kawin = Rp. 3.000.000,-
2 Anak= Rp. 6.000.000,- +
= Rp. 45.000.000,-
= 5% x Rp. 6.678.564,-
= Rp. 333.928,-12
PPh pasal 21 = Rp28.827,-
Nur Rahma bekerja di Puskesmas Palengaan dengan status menikah (K/0), menerima
penghasilan bruto sebulan Rp. 4.568.205,- maka perhitungan PPh Pasal 21 berdasarkan KUP
No.16 Tahun 2009 dan UU perpajakan No. 36 Tahun 2008 Pasal 17 tentang pajak
penghasilan, sebesar Rp. 43.640,- hasil perhitungan pajak penghasilan (PPh) Pasal 21 sebesar
Rp. 43.640,-menunjukkan jumlah pajak terutang setiap bulan yang harus dibayar oleh
karyawan (Nur Rahma).
Berdasarkan UU PPh menanggung PPh tersebut dapat dilakukan dengan dua cara, yang
pertama dengan seolah-olah memberikan tunjangan pajak (Tunjangan PPh) seperti layaknya
memberikan tunjangan struktur, tunjangan beras, tunjangan fungsional atau lainnya. Dengan
cara ini, PPh Pasal 21 yang sebenarnya ditanggung oleh perusahaan pemberi kerja
dimasukkan terlebih dahulu ke dalam unsur gaji dan tunjangan kepada karyawan saat
penghitungan PPh Pasal 21 dilakukan (Tunjangan PPh Pasal 21 ikut dihitung PPh Pasal 21-
nya). Jadi seolah-olah karyawan menerima uang Tunjangan PPh tadi terlebih dahulu dan
dihitung pula PPh Pasal 21-nya, baru kemudian dipotong kembali oleh perusahaan pemberi
kerja.Besarnya Tunjangan PPh dapat disesuaikan dengan kebijakan Puskesmas Palengaan.
Puskesmas atau pemberi kerja bisa saja menerapkan kebijakan untuk memberikan tunjangan
pajak sebesar 100% dari jumlah PPh Pasal 21 yang terutang. Seperti perhitungan di bawah
ini : Nur Rahma (k/0):
Pengurang :
= Rp. 4.126.800,-
A. PENGERTIAN
Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991 tanggal 21 Nopember 1991
tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha: Sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam
bentuk penyediaan barang modal baik secara guna usaha dengan hak opsi (finance lease)
maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease), untuk digunakan oleh lessee selama
jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala
finance lease adalah kegiatan sewa guna usaha dimana lessee pada akhir masa
kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai
sisa yang disepakati . operating lease tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek
sewa guna usaha.
a. Lessor adalah perusahaan sewa guna usaha atau pihak yang memiliki hak
kepemilikan atas barang
b. Lessee adalah peruahaan atau pihak pemakai barang yang bisa memiliki hak
opsi pada akhir perjanjian
c. Supplier adalah pihak penjual barang yang disewagunausahakan.
KERUGIAN LEASING :
1. Leasing merupakan sumber pembiayaan yang relatif mahal bila dibandingkan kredit
investasi dari bank.
2. Bagi para pengusaha tertentu kadang-kadang timbul masalah antara memiliki barang sendiri
atau lease.
3. Resiko yang lebih besar pada lessor, artinya adanya tanggung jawab atas tuntutan pihak
ketiga jika terjadi kecelakaan atau kerusakan atas barang orang lain yang disebabkan oleh
lease property tersebut
Lease modal (capital lease) artinya dianggap tidak bisa dibatalkan, dan paling kurang
memenuhi salah satu kriteria yakni :
1. Lease mentransfer kepemilikan properti kepada lessee
2. Lease memiliki opsi untuk membeli dengan harga khusus (bargain purchase option)
3. Jangka waktu lease sama dengan atau melebihi 75% dari estimasi umur ekonomis aktiva
yang di-lease
4. Nilai sekarang (present value) dari pembayaran lease minimum (tidak termasuk executory
cost) sama dengan atau melebihi 90% dari nilai wajar properti yang di-lease.
Lease tersebut memenuhi kriteria sebagai lease modal (capital lease) karena :
a. Jangka waktu lease selama 5 tahun sama dengan estimasi umur ekonomis peralatan selama 5
tahun, memenuhi pengujian 75%.
b. Nilai sekarang dari pembayaran lease minimum dihitung sbb :
Jumlah yang dikapitalisasi = ($ 25.981,62 - $ 2.000) x Nilai sekarang anuitas jatuh
tempo sebesar 1 selama 5 periode pada 10%.
= $ 25.981,62 x 4,16986
= $ 100.000
Nilai tersebut melebihi 90% dari nilai wajar properti ($ 100.000)
Jurnal:
Jurnal untuk mencatat lease modal pada pembukuan sterling per 1 Januari 2008 adalah :
Peralatan yang di-lease menurut lease modal $ 100.000 -
Kewajiban lease - $ 100.000
Jurnal untuk mencatat pembayaran lease pertama per 1 Januari 2008 adalah :
Biaya pajak properti $ 2.000,00 -
Kewajiban lease $ 23.981,62 -
Kas $ 25.981,62
Jurnal untuk mencatat bunga akrual (accrued interest) tanggal 31 Desember 2008
adalah :
Biaya bunga $ 7.601,84
Hutang bunga $ 7.601,84
Jika lessee tidak membeli peralatan tersebut, maka peralatan tersebut akan dikembalikan ke
lessor. Rekening peralatan yang di-lease dan rekening akumulasi penyusutan akan dihapus dari
pembukuan, sehingga perlu dibuatkan jurnal seperti berikut ini:
Jika lessee membeli peralatan tersebut pada akhir masa lease dengan harga $ 5.000 dan estimasi
umur peralatan diubah dari 5 tahun menjadi 7 tahun, maka lessee akan membuat jurnal sbb :
Kas $ 5.000
Apabila lease dicatat sebagai lease modal (capital lease) maka lease tersebut harus dianggap tidak
dapat dibatalkan, dan harus memenuhi salah satu dari kriteria berikut ini :
1. Lease mentransfer kepemilikanproperti kepada lessee
2. Lease memiliki opsi untuk membeli dengan harga khusus (bargain purchase option)
3. Jangka waktu lease sama dengan atau melebihi 75% dari estimasi umur ekonomis aktiva yang
di-lease
4. Nilai sekarang (present value) dari pembayaran lease minimum (tidak termasuk executory
cost) sama dengan atau melebihi 90% dari nilai wajar properti yang di-lease.
Contoh Kasus :
Caterpilar Financial Services Corp dan Sterling Construction Corp, menandatangani perjanjian
lease tertanggal 1 Januari 2008 dimana Caterpilar melease-kan peralatan kepada Sterling mulai
tanggal 1 Januari 2008.
Data-data lease sebagai berikut :
Jangka waktu lease 5 tahun, perjanjian lease tidak dapat dibatalkan, mengharuskan
pembayaran sewa yang sama senilai $ 25.981,62 pada setiap awal tahun.
Peralatan tersebut memiliki nilai wajar pada awal lease sebesar $100.000 dengan estimasi
umur ekonomis 5 tahun tanpa nilai residu.
Sterling membayar seluruh biaya eksekutori secara langsung kepada pihak ketiga kecuali
untuk pajak properti sebesar $ 2.000 per tahun, yang dimasukkan dalam pembayaran tahunan
kepada lessor.
Lease ini tidak mencakup opsi pembaruan, dan peralatan kembali menjadi milik Caterpillar
pada akhir masa lease.
Suku bunga pinjaman inkremental Sterling adalah 11% per tahun.
Sterling menyusutkan peralatan serupa miliknya dengan metode garis lurus.
Caterpillar menetapkan sewa tahunan untuk memperoleh tingkat pengembalian atas investasi
sebesar 10% per tahun dan diberitahukan juga ke Sterling.
Lease ini memenuhi kriteria sebagai lease modal (capital lease) karena :
a. Jangka waktu lease selama 5 tahun sama dengan estimasi umur ekonomis peralatan selama 5
tahun, memenuhi pengujian 75%.
b. Nilai sekarang dari pembayaran lease minimum dihitung sbb :
Jumlah yang dikapitalisasi = ($ 25.981,62 - $ 2.000) x Nilai sekarang anuitas jatuh tempo
sebesar 1 selama 5 periode pada 10%.
= $ 25.981,62 x 4,16986
= $ 100.000
STERLING
CONSTRUCTION
Skedul Amortisasi Lease
(Dasar Anuitas Jatuh
Tempo)
Tanggal Pembayaran Executory Bunga (10%) Pengurangan Saldo
Lease Tahunan Cost Kewajiban Lease Kewajiban Lease
1 Januari 2008 - - - - $ 100.000,00
1 Januari 2008 $ 25.981,62 $ 2.000 $ -0- $ 23.981,62 $ 76.018,38
1 Januari 2009 $ 25.981,62 $ 2.000 $ 7.601,84 $ 16.379,78 $ 59.638,60
1 Januari 2010 $ 25.981,62 $ 2.000 $ 5.963,86 $ 18.017,76 $ 41.620,84
1 Januari 2011 $ 25.981,62 $ 2.000 $ 4.162,08 $ 19.819,54 $ 21.801,30
1 Januari 2012 $ 25.981,62 $ 2.000 $ 2.180,32 $ 21.801,30 $ -0-
$ 129.908,10 $ 10.000 $ 10.908,10 $ 100.000,00
JURNAL – JURNAL :
Jurnal untuk mencatat lease modal pada pembukuan sterling per 1 Januari 2008 adalah :
Jurnal untuk mencatat pembayaran lease pertama per 1 Januari 2008 adalah :
Jurnal untuk mencatat bunga akrual (accrued interest) tanggal 31 Desember 2008 adalah :
Jika lessee tidak membeli peralatan tersebut, maka peralatan tersebut akan dikembalikan ke
lessor. Rekening peralatan yang di-lease dan rekening akumulasi penyusutan akan dihapus dari
pembukuan, dengan jurnal :
Jika lessee membeli peralatan tersebut pada akhir masa lease dengan harga $ 5.000 dan estimasi
umur peralatan diubah dari 5 tahun menjadi 7 tahun, maka lessee akan membuat jurnal seperti
berikut ini :
Apabila lease tidak memenuhi kriteria sebagai lease modal, maka akan diperlakukan sebagai
lease operasi. Lessee membebankan biaya sewa ke periode-periode yang memperoleh manfaat
dari penggunaan aktiva yang di-lease tersebut, sehingga jurnal yang dibuat oleh lesse setiap tahun
untuk membebankan biaya sewa sebesar $ 25.981,62 sebagai berikut :
Biaya sewa: $ 25.981,62 -
Kas: $ 25.981,62
AKUNTANSI LEASE OLEH LESSOR
Ditinjau dari segi Lessor, type Leasing adalah sbb :
1. Capital Lease
a. Sales Type Lease
b. Direct Financing Lease
c. Leveraged Lease
2. Operating Lease / True Lease
Kelompok 2
1. Kemungkinan tertagihnya pembayaran lease minimum dapat diramalkan secara wajar
(reasonable)
2. Tidak terdapat ketidakpastian (uncertainties) yang berarti mengenai jumlah biaya yang tidak
bisa diminta kembali (unreimburseable cost) yang dikeluarkan oleh lessor untuk aktiva yang
di-lease-kan.
Bila salah satu dari empat kriteria pada kelompok 1 terpenuhi, dan juga memenuhi kedua kriteria
pada kelompok 2, maka lease harus digolongkan sebagai Sales Type Lease, Direct Financial
Lease, atau Leverage Lease sesuai dengan keadaan. Sedangkan bila tidak dipenuhi, maka harus
digolongkan sebagai Operating Lease.
Operating Lease
Lessor tidak mengharapkan profit semata-mata dari rental lease tersebut, tetapi mengharapkan
adanya recovery dari hasil penjualan barang tersebut atau dengan menyewakan barang tersebut
kepada pihak yang berikutnya.
Sales Type Lease
lessor merupakan produsen atau dealer yang menggunakan lease sebagai salah satu jalur
pemasarannya. Biaya-biaya dan keuntungan terdapat pula unsur sales/dealer‟s/manufacturer‟s
profit sebagai hasil transaksi penjualan aktiva yang bersangkutan.
Leveraged Lease
Bentuk lease ini melibatkan tiga pihak yaitu lessor, lessee, dan credit provider/debt
participan/equity participan, yang menyediakan sumber pembiayaan sehingga lebih mirip
pinjaman kepada lessee. Lessor tidak bertanggung jawab terhadap dana dari equity participan
apabila terjadi kemacetan pembayaran oleh pihak lessee, sehingga equity participan berusaha
sendiri terhadap lessee untuk pelunasan pembayaran pinjaman.
Direct Financing Lease
Financial lease dibiayai langsung oleh lessor. Tiap pembayaran lease terdiri dari bagian
pengembalian investasi lessor ditambah dengan keuntungan yang diharapkan. Dalam lease ini
nilai wajar dari harta yang dilease pada permulaan sewa sama besar dengan biaya untuk
memperolehnya. Metode ini sering juga disebut fullpay out leasing, yang menunjukkan bahwa
lessor membiayai sepenuhnya (100%) lease property yang bersangkutan.
Pada jenis lease ini lessor mencatat „piutang lease‟ pada pembukuannya. Piutang lease ini
menjadi nilai saat ini dari pembayaran minimum lease, yang mencakup :
1. Pembayaran lease (tidak termasuk biaya executory)
2. Opsi pembelian dengan harga khusus (jika ada)
3. Nilai residu yang dijamin (jika ada)
4. Denda atau pinalti atas kegagalan untuk memperbarui.
Apabila lessor membayar biaya executory, maka pembayaran lease harus dikurangkan dengan
jumlah tersebut untuk menghitung pembayaran lease menimum.
Contoh Kasus :
Dengan menggunakan data-data pada contoh kasus perjanjian lease antara Caterpilar dan Sterling
di atas, berikut ini menggambarkan perlakuan akuntansi untuk lease pembiayaan langsung
(direct financing lease). Informasi yang relevan bagi Caterpilar dalam akuntansi untuk transaksi
lease ini adalah :
Jangka waktu lease adalah 5 tahun yang dimulai pada tanggal 1 Januari 2008, tidak dapat
dibatalkan, dan membutuhkan pembayaran sewa yang sama sebesar $ 25.981,62 pada awal setiap
tahun. Pembayaran tersebut termasuk biaya executory (yaitu pajak properti) sebesar $ 2.000
Peralatan memiliki biaya $ 100.000 bagi Caterpilar, nilai wajar pada awal lease sebesar $
100.000, estimasi umur ekonomis selama 5 tahun, dan tidak ada nilai residu.
Tidak ada biaya langsung awal yang dikeluarkan untuk negosiasi dan menutup transaksi lease
Lease tidak memiliki opsi untuk memperbarui kontrak, dan peralatan dikembalikan ke Caterpilar
pada akhir masa lease.
Ketertagihan dapat dijamin dan tidak ada biaya tambahan (dengan pengecualian pajak properti
yang ditagih dari Sterling) yang harus dikeluarkan dari Caterpilar.
Caterpilar menentukan pembayaran lease tahunan untuk menjamin tingkat pengembalian 10%
(suku bunga implisit) atas investasinya, dengan perhitungan:
Lease tersebut memenuhi kriteria klasifikasi sebagai lease pembiayaan langsung karena
1. Jangka waktu lease melebihi 75% estimasi umur ekonomis peralatan
2. Nilai sekarang dari pembayaran lease minimum melebihi 90% nilai wajar peralatan
3. Ketertagihan pembayaran dapat dipastikan secara layak
4. Tidak ada biaya tambahan yang harus dikeluarkan oleh Caterpilar
Lease ini tidak termasuk lease jenis penjualan karena tidak ada selisih antara nilai wajar peralatan
($ 100.000) dengan biaya yang dikeluarkan oleh Caterpilar ($ 100.000).
JURNAL - JURNAL :
1. Untuk mencatat piutang yang dihasilkan per 1 Januari 2008 (awal lease)
3. Untuk mencatat pengakuan pendapatan bunga yang diperoleh selama tahun 2008 (31 Des
2008)
Piutang bunga $ 7.601,84 -
Pendapatan bunga - lease - $ 7.601,84
Pada 31 Desember 2008, investasi bersih menurut lease modal dilaporkan dalam neraca lessor
dalam pos :
Aktiva Lancar (untuk lease yang jatuh tempo dalam waktu 1 tahun), yaitu :
Piutang bunga $ 7.601,84
Piutang lease $ 16.379,78
Aktiva Tidak Lancar / investasi (untuk lease yang jatuh tempo lebih dari 1 tahun), yaitu :
Piutang lease $ 59.638,60
Sehingga pada tahun kedua (2009), jurnal yang dibuat adalah sbb :
1. Untuk mencatat penerimaan pembayaran lease dan pengakuan pendapatan bunga (1 Januari 2009)
Kas $ 25.981,62 -
Piutang lease - $ 16.379,78
Piutang bunga - $ 7.601,84
Biaya / Hutang pajak properti - $ 2.000,00
2. Untuk mencatat pengakuan pendapatan bunga yang diperoleh selama tahun 2009 (31 Des 2009)
Piutang bunga $ 5.963,86 -
Pendapatan bunga - lease - $ 5.963,86
Jurnal yang dibuat selanjutnya sampai tahun 2012 akan mengikuti pola yang sama, kecuali pada
tanggal 31 Desember 2012 tidak ada lagi jurnal yang dibuat untuk mencatat pendapatan bunga,
karena sudah ditagih seluruhnya pada 1 Januari 2012.
Pada lease ini, Caterpillar tidak mencatat adanya penyusutan peralatan. Apabila Sterling membeli
peralatan tersebut pada akhir masa lease seharga $ 5.000 maka jurnal yang akan dibuat
Caterpillar:
Kas $ 5.000 -
Laba penjualan peralatan yang dilease - $ 5.000
Kas: $ 25.981,62 -
Pendapatan sewa: $ 25.981,62
2. Untuk mencatat biaya penyusutan peralatan (dengan asumsi biaya perolehan $ 100.000 umur ekonomis 5
tahun, dan penyusutan dengan menggunakan garis lurus)
Jenis barang Barang bergerak Barang bergerak Barang bergerak Semua jenis investasi
leasing
jangka panjang
pembiayaan
spread
membeli seharga
nilai ke debitor
sisa
- Memperpanjang
kontrak
- Mengembalikan
kepada lessor
Pembiayaan melalui perusahaan leasing memiliki beberapa perbedaan pokok dengan metode
pembiayaan yang diberikan melalui lembaga-lembaga keuangan lain misalnya bank atau dengan
teknik-teknik pembiayaan lain seperti sewa menyewa dan sewa beli
KELEBIHAN LEASING SEBAGAI SUMBER PEMBIAYAAN
1. Pembiayaan Penuh
Transaksi leasing sering dilakukan tanpa perlu uang muka dan pembiayaannya dapat
diberikan sampai 100% (full pay out). Hal ini akan membantu cash flow terutama bagi
perusahaan (lessee) yang beru berdiri atau beroperasi dan perusahaan yang mulai
berkembang.
2. Lebih Fleksibel
Dipandang dari segi perjanjiannya, leasing lebih luwes karena leasing lebih mudah
menyesuaikan keadaan keuangan lessee dibandingkan dengan perbankan. Pembayaran angsuran
secara berkala akan ditetapkan berdasarkan pendapatan yang dihasilkan lessee sehingga
pengaturan pembayaran angsuran secara berkala dapat disesuaikan dengan pendapatan yang
dihasilkan objek yang di-lease. Artinya pembayaran sewa baru dilakukan setelah barang modal
yang di-lease tersebut telah mulai produktif. Selain itu perusahaan leasing dapat melakukan
pengaturan pembayaran yang menggelembung (baloon payment) pada awal atau akhir masa
lease, pembayaran musiman (khusus apabila lessee bergerak dalam bidang pertanian,
perkebunan atau peternakan) bahkan mungkin pula suatu tenggang waktu pembayaran yang
sesuai dengan keadaan keuangan lessee.
5. Arus Dana
Keluwesan pengaturan pembayaran sewa sangatlah penting dalam perencanaan arus dana
karena pengaturan ini akan mempunyai dampak yang berarti terhadap pendapatan lessee. Di
samping itu, persyaratan pembayaran di muka yang relatif lebih kecil akan sangat
berpengaruh pada arus dana terlebih apabila ada pertimbangan kelambatan menghasilkan
laba dalam investasi.
6. Proteksi Inflasi
Leasing dapat merupakan pelindung terhadap inflasi meskipun dalam beberapa keadaan
sering dikatakan hal ini kurang relevan. Dalam tahun-tahun berikutnya setelah kontrak
leasing dilakukan, khususnya apabila leasing berdasarkan tarif suku bunga tetap,maka
lessee akan membayar dengan jumlah tetap atas sisa kewajibannya yang berasal dari
pelunasan pembelian yang dilakukan di masa lalu.
9. Kapitalisasi Biaya
Adanya biaya-biaya tambahan selain harga perolehan seperti biaya penyerahan, instalasi,
pemeriksaan, konsultan, percobaan dan sebagainya dapat dipertimbangkan sebagai biaya
modal yang dapat dibiayai dalam leasing dan dapat disusutkan berdasarkan lamanya
leasing.
Program ini menetapkan kontribusi dari pemberi kerja, besarnya tunjangan akan dibayarkan
kepada karyawan tidak ada ketetapannya. Jumlah tunjangan pensiun yang diterima karyawan
tergantung pada :
1. Berapa jumlah kewajiban pemberi kerja dan berapa jumlah kewajiban pensiun yang harus
dilaporkan dalam laporan keuangan.
Tunjangan terjamin (vested benefit) adalah tunjangan yang berhak diterima karyawan
sekalipun karyawan tersebut tidak memberikan jasa tambahan dalam program.Sebagian
besar program pensiun mensyaratkan seorang karyawan harus memiliki masa kerja
minimum sebelum mencapai status tunjangan terjamin. Ukuran ini disebut Kewajiban
tunjangan terjamin (vested benefit obligation)
Terjadinya nonkapitalisasi karena neraca melaporkan aktiva atau kewajiban untuk perjanjian
program pensiun hanya jika jumlah yang benar-benar didanai selama suatu tahun oleh
pemberi kerja berbeda dengan jumlah yang dilaporkan oleh pemberi kerja sebagai beban
pensiun tahun berjalan. Hal ini juga sering disebut sebagai pembiayaan di luar neraca (off
balance sheet financing)
2. Pendekatan kapitalisasi
Pendekatan ini mengukur dan melaporkan aktiva dan kewajiban pensiun perusahaan ke
dalam laporan keuangan. Kapitalisasi lebih mementingkan substansi ekonomi dari
perjanjian program pensiun daripada bentuk hukumnya.
1. Biaya Jasa
Merupakan beban yang disebabkan oleh kenaikan hutang tunjangan pensiun (proyeksi
kewajiban tunjangan) kepada karyawan atas jasa yang mereka berikan selama tahun berjalan.
Aktuaris menghitung biaya jasa (service cost) sebagai nilai sekarang tunjangan baru yang
dioeroleh karyawan selama tahun berjalan.
-------- -
Kontribusi xxx
-------- -
xxx
--------- -
(Jika pengembalian aktual bernilai positif selama periode berjalan, maka jumlah itu dikurangkan
dalam perhitungan beban pensiun. Tetapi jika bernilai negatif, maka jumlah tersebut
ditambahkan dalam perhitungan beban pensiun)
Penghargaan yang diberikan kepada para karyawan perusahaan atas tahun-tahun masa kerja
yang telah dijalani sebelum tanggal inisiasi / dimulainya program pensiun tunjangan pasti. Biaya
jasa sebelumnya (PSC – Prior Service Cost) ini harus diamortisasi karena tunjangan yang
berlaku surut (retroaktif) tidak boleh diakui sebagai beban pensiun seluruhnya pada tahun
amandemen (tahun dimulainya program pensiun tersebut), tetapi harus diakui selama periode
masa kerja karyawan yang diperkirakan akan menerima tunjangan menurut program. Metode
amortisasi yang biasa dipakai adalah metode jumlah tahun masa kerja, tetapi diperbolehkan juga
metode alternatif yaitu dengan metode garis lurus sepajang sisa masa kerja rata-rata para
karyawan.
5. Keuntungan atau kerugian
Contoh Soal
Nafayya, Co memulai program pensiun tunjangan pasti pada tanggal 1 Januari 2009 yang
mencakup 170 karyawan. Dalam negosiasinya denga para karyawan, Nafayya, Co memberikan $
80.000 biaya jasa sebelumnya kepada para karyawannya. Para karyawan dikelompokkan menurut
perkiraan tahun pensiun sbb :
2010 A 40
2011 B 20
2012 C 40
2013 D 50
2014 E 20
JUMLAH 170
Informasi yang berhubungan dengan program pensiun untuk tahun
2010:
Tunjangan yang dibayarkan kepada para pensiunan selama tahun berjalan $ 8.000
Diminta :
1. Hitung Amortisasi biaya jasa sebelumnya per tahun dengan menggunakan metode
amortisasi jumlah tahun masa kerja.
JAWAB :
(a) ( b) (axb)
500 $ 80.000
Kas
KETERANGAN tahunan dimuka
Tunjangan
Aktiva
kewajiban seblmnya yg
Program
tunjangan blm diakui
9.500 (K)
19.200 (K)
11.100 (D)
27.200 (K)
20.000 (D)
Kas: 20.000
BAB 9
IASB menetapkan kerangka kerja pelaporan mencakup tiga jenis perubahan akuntansi. yakni:
Perubahan yang terjadi sebagai akibat dari informasi baru atau diperolehnya pengalaman
tambahan. Contoh: perubahan estimasi umur manfaat aktiva yang dapat disusutkan
Perubahan dari pelaporan sebagai satu jenis entitas ke jenis entitas lainnya. contoh,
perubahan anak perusahaan spesifik dalam satu kelompok perusahaan di mana laporan
keuangan konsolidasi disusun. Kategori keempat membutuhkan perubahan akuntansi,
walaupun hal ini tidak diklasifikasikan sebagai perubahan akuntansi :
Kesalahan yang terjadi sebagai akibat dari kesalahan matematis, kesalahaan penerapan
prinsip akuntansi, atau kelalaian atau penyalahgunaan fakta yang ada pada saat laporan
keuangan disusun. Contoh: penerapan metode persediaan eceran yang tidak tepat dalam
menentukan persediaan akhir
Perubahan prinsip akuntansi melibatkan perubahan dari satu prinsip ekonomi yang berlaku
umum ke prinsip lain. Pengujian secara seksama dilaksanakan dalam setiap situasi ini untuk
memastikan bahwa perubahan prinsip memang telah terjadi. Jika prinsip akuntansi yang
sebelumnya diikuti tidak dapat diterima atau diterapkan secara tidak benar, maka perubahan
prinsip akuntansi yang berlaku umum dianggap sebagai koreksi kesalahan. Perpindahan dari
akuntansi dasar kas atau pajak penghasilan ke dasar akrual dianggap juga sebagai koreksi
kesalahan.
Tiga poendekatan berikut telah disarankan untuk melaporkan perubahan prinsip akuntans :
Pengaruh kumulatif adalah perbedaan laba tahun sebelumnya antara metode baru dan
metode lama. Penyesuaian ini kemudian dilaporkan hanya dalam laporan laba rugi tahun
berjalan. Perusahan tidak mengubah laporan keuangan tahun sebelumnya.
Penyesuaian retrospektif atas laporan keuangan nantinya untuk menyusun kembali laporan
keuangan tahun sebelumnya atas dasar konsistensi dengan prinsip yang baru. Perusahaan
menyajikan pengaruh kumulatif dari perubahan sebagai penyesuaian atas laba ditahan awal
tahun paling utama disajikan dalam laporannya.
Hasil yang telah dilaporkan sebelumnya biasanya tidak diubah. Saldo awal tidak perlu
disesuaikan. Argumennya adalah bahwa setelah manajemen menyajikan laporan keuangan
berdasarkan prinsip akuntansi yang dapat diterima, maka laporan tersebut sudah final,
manajemen tidak dapat mengubah periode sebelumnya dengan menerapkan prinsip baru.
Jika perusahaan mengubah satu prinsip akuntansi, maka perubahan tersebut sebaiknya
dilaporkan pula aplikasi retrospektif. Secara umum, perusahaan tersebut harus melakukan:
1. Perusahaan mengoreksi laporan keuangannya pada setiap periode yang tercakup, maka,
informasi laporan keuangan terkait periode terdahulu berdasarkan pada prinsip akuntansi yang
baru
2. Perusahaan mengoreksi nilai pindah buku atas aktiva kewajiban terhitung awal tahun
petama yang menckup dalam laporan, maka, akun-akun tersebut mencerminkan pengaruh
kumulaitf pada periode-periode terdahulu akibat perubahan pada periode-periode yang lebih
baru. Perusahan juga melakukan koreksi pengimbang (offset) terhadap neraca pembukuan atas
akun laba ditahan atau kompnen relevan lainnya dalam ekuitas pemegang saham atau akiva
bersih terhitng awal tahun pertama yang tercantum dalam laporan.
1. Sifat dan alasan perubahan prinsip akuntansi tersebut. Harus dapat memberikan penjelasan
mengenai kelebihan prinsip akuntansi baru tersebut.
Salah satu syarat pengungkapan adalah penyajian pengaruh kumulatif dari perubahan akuntansi
terhadap nilai laba ditahan terhitung awal periode terdahulu termasuk dalam laporan.
Pengaruh Langsung
IASB menetapkan bahwa perusahaan harus menetapkan pengaruh langsung perubahan prinsip
akuntansi secara retrospektif. Contoh: pengaruh langsung berupa koreksi neraca persediaan
akibat perubahan metode penilaian persediaan.
Pengaruh tidak langsung adalah semua perubahan arus kas perusahaan pada periode berjalan
atau masa depan yang disebabkan oleh perubahan prinsip akuntansi yang diterapkan secara
retrospektif. Contoh: pengaruh tidak langsung berupa perubahan pembagian laba atau
pembayaran royalty yang bergantung pada nilai dalam laporan seperti pendapatan atau laba
bersih. Pengaruh tidak langsung tidak mengubah nilai-nilai dalam laporan pada periode
terdahulu.
Ketidakpraktisan
Penerapan retrospektif dianggap tidak praktis jika perusahaan tidak dapat menentukan pengaruh
periode terdahulu bahkan setelah mengusahakan semua cara yang masuk akal. Perusahan tidak
boleh memakai penerapan retrospektif bila memenuhi salah satu kondisi berikut ini :
Penyusunan laporan keuangan memerlukan estimasi dampak dari kondisi-kondisi dan peristiwa
di masa dtang. Berikut ini adalah contoh pos-pos yang memerlukan estimasi
· Piutang tak tertagih
· Keusangan Persediaan
Perubahan estimasi harus ditangani secara propektif. Yaitu, tidak ada perubahanyang harus
dibuat dalam hasil yang dilaporkan sebelumnya. Jadi, pengaruh dari semua perubahan estimasi
diperhitungkan pada (1) periode perubahan jka perubahan itu hanya mempengaruhi periode
bersangkutan atau (2) perubahan periode dan periode di masa datang jika perubahan tersebut
mempengaruhi keduanya. Akibatnya perubahan estimasi dipandang sebagai koreksi atau
penyesuaian normal yang berulang, hasil alami dari proses akuntansi dan perlakuan retrospektif
dilarang.
Contoh terkait perubahan estimasi yang dipengaruhi oleh perubaha prinsip akuntansi berupa
perubahan metode penyusutan (berikut amortisasi dan deplesi). Karena perusahaan mengubah
metode penyusutan betrdasarkan perubahan estimasi laba masa depan aktiva berumur panjang,
tidaklah mungkin memisahkan pengaruh perubahan prinsip akuntansi dari perubahan estimasi
tersebut. Kesimpulannya perusahaan memperhitungkan perubahan metode penyusutan sebagai
perubahan estimasi yang dipengaruhi oleh perubahan prinsip akuntasi.
Suatu perubahan akuntansi yang terjadi pada laporan keuangan yang sebenarnya merupakan
laporan dari entitas berbeda harus dilaporkan dengan menyatakan kembali laporan keuangan
yang disajikan selama periode sebelumnya, guna menunjukkan informasi keuangan bagi entitas
pelaporan yang baru selama semua periode.
2. Mengubah anak perusahaan tertentu yang terdiri dari kelompok perusahaan di mana
laporan keuangan konsolidasi disajikan
1. Perubahan dari prinsip akuntansi yang tidaka berlaku umum ke prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Dasar pemikiran dari hal ini adalah bahwa periode sebelumnya telah disajikan
secara tidak benar. Contoh, perubahan dari akuntansi dasar kas atau pajak ke penghasilan dasar
akrual
3. Perubahan estimasi yang terjadi karena estimasi-estimasi itu tidak dibuat dengan jujur.
Contoh, penggunaan tariff penyusutan yang secara jelas tidak realistis
5. Penggunaan fakta yang tidak benar, seperti kegagalan untuk menggunakan nilai sisa dalam
menghitung dasar penyusutan untuk pendekatan garis lurus
6. Klasifikasi biaya yang tidak tepat sebagai beban dan bukan sebagai aktiva serta sebaliknya.
Neraca tahun bersangkutan atau tahun berjalan tidak akan menyatakan kewajiban pajak yang
ditangguhkan terkait bangunan dan akun Akumulasi Penyusutan, Bangunan kini dilaporkan
ulang dengan nilai yang lebih besar. Laporan Laba Rugi tidak akan terpengaruh.
Laporan Komparatif
Jika laporan keuangan komparatif dibuat, maka penyesuaian harus dilakukan guna mengkoreksi
jumlah semua akun yang terpengaruh yang dilaporkan dalam laporan keuangan untuk semua
periode pelaporan. Data dari setiap tahun yang telah disajikan harus dinyatakan kembali sampai
benar dan setiap penyesuaian susulan harus ditampilkan sebagai penyesuaian periode
sebelumnya atau laba ditahan selema periode terdahulu dilaporkan.
Perkembangan pedoman untuk pelaporan perubahan akutansi dan koreksi kesalahan telah
membantu memecahkan beberapa masalah akuntansi yang signifikan dan sudah lama.
Perubahan prinsip akuntansi akan dianggap tepat hanya apabila perusahaan menunjukkan bahwa
prinsip akuntansi alternative yang berlaku umum yang telah diadopsi lebih disukai daripada
prinsip sebelumnya. Dalam menerapkan pedoman profesi akuntansi, preferensi di antara prinsip
akuntansi harus ditentukan atas dasar apakah prinsip yang baru dapat mem[erbaiki pelaporan
keuangan bukan atas dasar dampak pajak penghasila semata.
Suatu angka laba yang menguntungkan dapat mempengaruhi investor dan posisi likuiditas yang
kuat yang dapat mempengaruhi kreditor. Akan tetapi, angka laba yang terlalu menguntungkan
dapat member amunisi kepada para negosiator serikat pekerja dan pembuat kebijakan
pemerintah selama membicarakan tawar-menawar. Oleh sebab itu, para manajer mungkin
memiliki motif laba yang berbeda-beda tergantung pada waktu dan siapa yang ingin mereka
pengaruhi.
1. Biaya Politik.
Semakin besar perusahaan dan terlihat lebih bersifat politis, semakin besar para politis serta
pembuat peraturan mencurahkan perhatian kepada perusahaan tersebut.
2. Struktur Modal.
3. Pembayaran Bonus.
Jika pembayaran bonus dilakukan kepada manajemen berkaitan dengan laba, maka dapat
dikatakan bahwa manajemn akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan
pembayaran bonus mereka
4. Memperlancar Laba.
Kenaikan laba yang substansial dapat mengundang perhatian dari para politisi, pembuat
peraturan, dan pesaing. Selain itu kenaikan laba yang besar juga dapat menciptakan masalah
bagi manajemen karena hasil yang sama akan sulit dicapau pada tahun berikutnya.
ANALISIS KESALAHAN
Kesalahan-kesalahan ini hanya akan mempengaruhi penyjian akun aktiva, kewajiba atau ekuitas
pemegang saham. Contohnya adalah klasifikasi piutang jangka pendek sebagai bagian dari
investasi, klasifikasi wesel bayar sebagai hutang usaha dan klasifikasi aktiva pabrik sebagai
persediaan.
Reklasifikasi atas pos-pos tersebut ke posisi yang benar diperlukan apabila kesalahan ditemukan.
Jika laporan komparatif yang mencakup tahun kesalahan telah dibuat, maka neraca untuk tahun
kesalahan tersebut akan dinyatakan kembali secara benar.
Kesalahan-kesalahan ini hanya akan mempengaruhi penyajian akun-akun nominal dalam laporan
laba rugi. Kesalahan-kesalahan yang melibatkan klasifikasi yang tidak benar atas pendapatan
atau beban, seperti mencatat pendpatan bunga sebagai bagian dari penjualan, pembelian sebagai
beban piutang ragu-ragu dan beban penyusutan sebagai beban bunga. Kesalahan klasifikasi
dalam laporan laba rugi tidak memiliki pengaru terhadap neraca dan laba bersih.
Kesalahan yang saling menyeimbangkan adalah kesalahan yang akan dioffset atau dikoreksi
selama dua periode. Yang kedua ada Kesalahan yang tidak saling menyeimbangkan yaitu
kesalahan yang tidak dioffset dalam periode akuntansi berikutnya. Misalnya, tidak
megkapitalisasi peralatan yang memiliki unur manfaat 5 tahub. Jika kita langsung membebankan
aktiva ini maka beban akan dinyatakan terlalu tinggi dalam periode pertama, tetapi dinyatakan
terlalu rendah pada empat periode berikutnya. Pada akhir periode kedua, dampak kesalahan itu
tidak sepenuhnya dioffset. Laba bersih dinyatakan dengan benar hanya secara agregat pada akhir
tahun ke 5, karena aktiva telah disusutkan sepenuhnya. Jadi, kesalahan yang tidak saling
menyeimbangkan adalah kesalahan yanh memerlukan lebih dari 2 periode untuk mngoreksinya.
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN KOREKSI KESALAHAN
Sampai saat ini, pembahasan tentang analisis kesalahan lebih ditujukan pada identifikasi jenis
kesalahan yang terlibat dan akuntansi untuk mengoreksinya dalam catatan akuntansi. Koreksi
kesalahan harus disajikan pada laporan keuangan komparatif.
http://saidahida3010.blogspot.com/2016/05/perubahan-akuntansi-dan-koreksi.html