Anda di halaman 1dari 14

1

BIAYA BAHAN BAKU

SISTEM PEMBELIAN LOKAL


- Transaksi pembelian lokal bahan baku terdiri dari prosedur permintaan pembelian,
prosedur order pembelian, prosedur penerimaan barang, prosedur pencatatan penerimaan
barang di gudang, dan prosedur pencatatan utang.
- Dokumen sumber dan pendukung yang dibuat adalah surat permintaan pembelian, surat
order pembelian, laporan penerimaan barang dan faktur dari penjual.

UNSUR BIAYA YANG MEMBENTUK HARGA POKOK BAHAN BAKU YANG


DIBELI
- Menurut prinsip akuntansi yang lazim, semua biaya yang terjadi untuk memperoleh bahan
baku dan untuk menempatkannya dalam keadaan siap diolah merupakan unsur harga
pokok bahan baku yang dibeli.
- Dalam praktik, umumnya harga beli dan biaya angkut diperhitungkan sebagai harga pokok
bahan baku, sedangkan biaya pesan, biaya penerimaan, pembongkaran, pemeriksaan,
asuransi, pergudangan dan biaya akuntansi bahan baku diperhitungkan sebagai unsur BOP.
- Potongan tunai pembelian diperlakukan sebagai pengurangan terhadap harga pokok bahan
baku yang dibeli.
- Biaya angkut pembelian dapat diperlakukan sebagai tambahan harga pokok bahan baku
yang dibeli, atau diperlakukan sebagai unsur biaya overhead pabrik.

BIAYA ANGKUTAN DIPERLAKUKAN SEBAGAI TAMBAHAN HARGA POKOK


BAHAN BAKU YANG DIBELI

Alokasi biaya angkutan kepada masing-masing jenis bahan baku yang dibeli dapat didasarkan
pada :
1. Perbandingan kuantitas tiap jenis bahan baku yang dibeli
Contoh 1 : Total biaya angkut Rp300.000,- Kuantitas BB yang dibeli A=400 kg, B=350
kg, C=50 kg, maka alokasi biaya angkutannya adalah sbb :
Jenis BB Berat Alokasi biaya
kg % angkutan (Rp)
A 400 50,00 150.000
B 350 43,75 131.250
C 50 6,25 18.750
Total 800 100,00 300.000

2. Perbandingan harga faktur tiap jenis bahan baku yang dibeli


Contoh 2 : apabila pada contoh 1 harga faktur bahan A = Rp1.000.000,- bahan B = Rp
850.000,- dan bahan C = Rp 150.000,- maka alokasi biaya angkutannya adalah sbb :
Jenis BB Harga Faktur *Alokasi biaya Harga pokok
(Rp) angkutan (Rp) bahan baku (Rp)
A 1.000.000 150.000 1.150.000
B 850.000 127.500 977.500
C 150.000 22.500 172.500
Total 2.000.000 300.000 2.300.000
*Alokasi biaya angkutan = (total biaya angkut : total harga faktur) x harga faktur tiap BB
Biaya angkut A = 300.000 x 1.000.000 = 150.000
2.000.000
2

3. Diperhitungkan berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka


Contoh 3 : Diperkirakan dalam tahun 2000 biaya angkutan yang akan dikeluarkan adalah
Rp2.500.000,- dan BB yang diangkut diperkirakan 50.000 kg. Biaya angkut yang
sesungguhnya dibayar dalam tahun 2000 Rp 2.400.000,- jumlah BB yang sesungguhnya
diangkut dan perhitungan alokasi biaya angkut atas dasar tarif yang ditentukan dimuka
adalah sbb :
Jenis BB Berat Harga Faktur Biaya angkutan Harga pokok
(kg) yang dibebankan bahan baku
atas dasar tarif
(1) (2) (3) = (1) x Rp50 (4) = (2)+(3)
A 25.000 Rp 5.000.000 Rp 1.250.000 Rp 6.250.000
B 15.000 4.500.000 750.000 5.250.000
C 10.000 4.000.000 500.000 4.500.000
Total 50.000 Rp 13.500.000 Rp 2.500.000 Rp 16.000.000

Tarif biaya angkutan = 2.500.000 = Rp 50 per kg BB yang diangkut


50.000

Jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi tersebut diatas sbb :


1. Jurnal pembelian bahan baku (apabila secara kredit)
Persediaan bahan baku Rp 13.500.000
Utang dagang Rp 13.500.000

2. Jurnal pembebanan biaya angkut atas dasar tarif


Persediaan bahan baku Rp 2.500.000
Biaya angkut pembelian Rp 2.500.000

3. Jurnal pencatatan biaya angkutan yang sesungguhnya


Biaya angkut pembelian Rp 2.400.000
Kas Rp 2.400.000

4. Jurnal penutupan saldo akun biaya angkut pembelian ke HPP


Biaya angkut pembelian Rp 100.000
Harga pokok penjualan Rp 100.000

Apabila pada akhir periode akuntansi selisih antara biaya angkutan yang dibebankan atas
dasar tarif dengan biaya angkutan yang sesungguhnya terjadi jumlahnya material, maka
selisih tersebut dibagikan ke akun persediaan bahan baku, persediaan BDP, dan persediaan
barang jadi.

BIAYA ANGKUTAN DIPERLAKUKAN SEBAGAI UNSUR BIAYA OVERHEAD


PABRIK
- Pada awal tahun anggaran, jumlah biaya angkutan yang akan dikeluarkan selama setahun
ditaksir, dan diperhitungkan sebagai unsur BOP dalam penentuan tarif BOP.
- Biaya angkutan yang sesungguhnya dikeluarkan dicatat dalam sisi debit akun BOP
sesungguhnya.

BIAYA UNIT ORGANISASI YANG TERKAIT DALAM PEROLEHAN BAHAN BAKU


Langkah-langkah perhitungan tarif biaya pembelian :
1. Jumlah biaya tiap bagian yang terkait diperkirakan selama satu tahun anggaran
2. Menentukan dasar pembebanan biaya tiap bagian dan ditaksir berapa jumlahnya dalam
satu tahun anggaran tersebut
3

3. Menentukan tarif pembebanan biaya tiap bagian dengan cara membagi jumlah biaya
dengan dasar pembebanan

Dasar pembebanan biaya pembelian tiap bagian


Bagian Dasar pembebanan Tarif pembebanan
Pembelian Jumlah frekuensi pembelian atau Tarif per transaksi pembelian atau
volume pembelian tarif setiap jumlah harga faktur
pembelian
Penerimaan Jumlah macam bahan yang diterima Tarif per macam bahan yang diterima
Gudang Jumlah macam bahan, kuantitas, Tarif per macam bahan; per meter
atau nilai rupiah kubik; per nilai rupiah BB yang
disimpan di gudang
Akuntansi Jumlah frekuensi pembelian Tarif per transaksi pembelian
Persediaan

Jurnal pembebanan biaya pembelian ke harga pokok BB atas dasar tarif :


Persediaan bahan baku xxx
Biaya bagian pembelian yang dibebankan xxx
Biaya bagian penerimaan yang dibebankan xxx
Biaya bagian gudang yang dibebankan xxx
Biaya bagian akuntansi persediaan yang dibebankan xxx

Biaya yang sesungguhnya dikeluarkan di debit dalam akun biaya masing-masing bagian yang
dibebankan, dan selisihnya diperlakukan sama dengan biaya angkut pembelian.

PENENTUAN HARGA POKOK BAHAN BAKU YANG DIPAKAI DALAM


PRODUKSI
Metode pencatatan biaya bahan baku yang dipakai dalam produksi :
1. Metode mutasi persediaan (perpetual inventory method)
Setiap mutasi bahan baku, baik pembelian maupun pemakaian dicatat dalam kartu
persediaan
Jurnal pembelian BB :
Persediaan bahan baku xxx
Utang dagang/kas xxx
Jurnal pemakaian BB :
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Bahan Baku xxx
Persediaan bahan baku xxx
2. Metode persediaan fisik (phisical inventory method)
Hanya pembelian bahan baku yang dicatat dalam kartu persediaan. Persediaan akhir
dihitung berdasarkan fisik yang tersisa di gudang.
Jurnal pembelian BB
Pembelian xxx
Utang dagang/kas xxx
Jurnal pemakaian BB (Jurnal Penutup)
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku xxx
Persediaan bahan baku (akhir) xxx
Persediaan bahan baku (awal) xxx
Pembelian xxx
4

Metode penentuan harga pokok BB yang dipakai dalam produksi :


1. Metode Identifikasi khusus
- Setiap jenis bahan baku diberi tanda pada harga per satuan berapa BB tersebut dibeli,
untuk harga beli per satuan yang berbeda dipisahkan penyimpanannya dalam gudang
- Biasa digunakan untuk produk pesanan khusus

2. Metode MPKP (FIFO)


Contoh : Persediaan bahan baku A pada tanggal 1 Jan 2000 terdiri dari :
600 kg @ Rp 2.400 = Rp 1.440.000
400 kg @ Rp 2.500 = Rp 1.000.000

Transaksi pembelian dan pemakaian selama bulan Januari 2000 adalah sbb :

TGL Transaksi Kuantitas Harga beli/kg Jumlah


(kg)
6/1/00 Pemakaian 700
15/1/00 Pembelian 1.200 Rp 2.750 Rp 3.300.000
17/1/00 Pembelian 500 Rp 3.000 Rp 1.500.000
21/1/00 Pemakaian 1.100
Jumlah Pembelian Rp 4.800.000

a. Metode FIFO dengan metode mutasi persediaan


Tgl Ket Pembelian Pemakaian Sisa
Q Hrg/kg Jml Q Hrg/kg Jml Q Hrg/kg Jml
kg Rp Rp kg Rp Rp kg Rp Rp
1/1 So Awal 600 2.400 1.440.000
400 2.500 1.000.000
6/1 Pemakaian 600 2.400 1.440.000
100 2.500 250.000 300 2.500 750.000
15/1 Pembelian 1.200 2.750 3.300.000 300 2.500 750.000
1.200 2.750 3.300.000
17/1 Pembelian 500 3.000 1.500.000 300 2.500 750.000
1.200 2.750 3.300.000
500 3.000 1.500.000
21/1 Pemakaian 300 2.500 750.000
800 2.750 2.200.000 400 2.750 1.100.000
500 3.000 1.500.000
Jml Pembelian 1.700 4.800.000
Jml Pemakaian 1.800 4.640.000
Sisa Akhir 900 2.600.000

b. Metode FIFO dengan metode persediaan fisik


Persediaan awal 1.000 kg Rp 2.440.000
Pembelian 1.700 kg Rp 4.800.000
Jumlah bahan baku yang tersedia untuk dipakai Rp 7.240.000
Persediaan akhir (metode FIFO) :
400 kg @ Rp 2.750 Rp 1.100.000
500 kg @ Rp 3.000 1.500.000
Rp 2.600.000
Biaya bahan baku bulan januari Rp 4.640.000
5

3. Metode MTKP (LIFO)


a. Metode LIFO dengan metode persediaan fisik
Persediaan awal 1.000 kg Rp 2.440.000
Pembelian 1.700 kg Rp 4.800.000
Jumlah bahan baku yang tersedia untuk dipakai Rp 7.240.000
Persediaan akhir (metode LIFO) :
300 kg @ Rp 2.400 Rp 720.000
600 kg @ Rp 2.750 1.650.000
Rp 2.370.000
Biaya bahan baku bulan januari Rp 4.870.000

b. Metode LIFO dengan metode mutasi persediaan

Tgl Ket Pembelian Pemakaian Sisa


Q Hrg/kg Jml Q Hrg/kg Jml Q Hrg/kg Jml
kg Rp Rp kg Rp Rp kg Rp Rp
1/1 So Awal 600 2.400 1.440.000
400 2.500 1.000.000
6/1 Pemakaian 400 2.500 1.000.000
300 2.400 720.000 300 2.400 720.000
15/1 Pembelian 1.200 2.750 3.300.000 300 2.400 720.000
1.200 2.750 3.300.000
17/1 Pembelian 500 3.000 1.500.000 300 2.400 720.000
1.200 2.750 3.300.000
500 3.000 1.500.000
21/1 Pemakaian 500 3.000 1.500.000
600 2.750 1.650.000 600 2.750 1.650.000
300 2.400 720.000
Jml Pembelian 1.700 4.800.000
Jml Pemakaian 1.800 4.870.000
Sisa Akhir 900 2.370.000

4. Metode Rata-Rata Bergerak


a. Metode rata-rata bergerak dengan metode mutasi persediaan
Tgl Ket Pembelian Pemakaian Sisa
Q Hrg/kg Jml Q Hrg/kg Jml Q Hrg/kg Jml
kg Rp Rp kg Rp Rp kg Rp Rp
1/1 So Awal 600 2.400 1.440.000
400 2.500 1.000.000
1.000 2.440 2.440.000
6/1 Pemakaian 700 2.440 1.708.000 300 2.440 732.000
15/1 Pembelian 1.200 2.750 3.300.000 300 2.440 732.000
1.200 2.750 3.300.000
1.500 2.688 4.032.000
17/1 Pembelian 500 3.000 1.500.000 1.500 2.688 4.032.000
500 3.000 1.500.000
2.000 2.766 5.532.000
21/1 Pemakaian 1.100 2.766 3.042.600 900 2.766 2.489.400
Jml Pembelian 1.700 4.800.000
Jml Pemakaian 1.800 4.750.600
Sisa Akhir 900 2.489.400
6

b. Metode rata-rata bergerak dengan metode persediaan fisik


Persediaan awal 1.000 kg Rp 2.440.000
Pembelian 1.700 kg Rp 4.800.000
Jml BB yang tersedia untuk dipakai 2.700 kg @ Rp 2.681 Rp 7.240.000
Persediaan akhir (metode rata-rata bergerak) 900 kg @ Rp 2.681 Rp 2.412.900 -
Biaya bahan baku bulan januari Rp 4.827.100

5. Metode Biaya Standar


- BB yang dibeli dicatat sebesar harga standar, yaitu harga yang diperkirakan untuk tahun
anggaran tertentu
- Pada saat dipakai BB dibebankan kepada produk pada harga standar tersebut
- Jurnal yang dibuat pada saat pembelian BB
Mencatat BB yang dibeli dengan harga standar
Persediaan BB (kuantitas x harga standar/satuan) xxx
Selisih harga xxx

Mencatat harga sesungguhnya yang dibeli


Selisih harga (kuantitas x harga sesungguhnya/satuan) xxx
Utang dagang xxx
- Jurnal yang dibuat pada saat pemakaian BB
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Bahan Baku xxx
Persediaan bahan baku xxx
(kuantitas yang dipakai x harga standar)

BIAYA TENAGA KERJA

DEFINISI DAN CARA PENGGOLONGAN


- Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia
dalam mengolah produk
- Penggolongan kegiatan dan biaya tenaga kerja dalam perusahaan manufaktur dapat
dilakukan sbb :
1. Penggolongan menurut fungsi pokok dalam organisasi perusahaan
a. BTK produksi : gaji karyawan pabrik, biaya kesejahteraan karyawan pabrik, upah
lembur karyawan pabrik, upah mandor pabrik, gaji manajer pabrik
b. BTK pemasaran : upah karyawan pemasaran, biaya kesejahteraan karyawan
pemasaran, biaya komisi pramuniaga, gaji manajer pemasaran
c. BTK administrasi dan umum : gaji karyawan bagian akuntansi, gaji karyawan
bagian personalia, biaya kesejahteraan karyawan bagian akuntansi, biaya
kesejahteraan karyawan bagian personalia, dll

2. Penggolongan menurut kegiatan departemen dalam perusahaan


Contoh : BTK bagian penyempurnaan, BTK bagian akuntansi, BTK bagian gudang, dll

3. Penggolongan menurut jenis pekerjaannya


Tenaga kerja digolongkan menurut sifat pekerjaannya, contoh : upah operator, upah
mandor, upah penyelia, dll
7

4. Penggolongan menurut hubungannya dengan produk


a. Tenaga kerja langsung
- Adalah semua karyawan yang secara langsung ikut serta memproduksi produk
jadi, yang jasanya dapat diusut secara langsung ke produk
- Diperlakukan sebagai biaya tenaga kerja langsung dan diperhitungkan
langsung sebagai unsur biaya produksi
b. Tenaga kerja tidak langsung
- Adalah tenaga kerja yang jasanya tidak secara langsung dapat diusut pada
produk
- Diperlakukan sebagai biaya tenaga kerja tidak langsung dan merupakan unsur
biaya overhead pabrik

AKUNTANSI BIAYA TENAGA KERJA


1. Gaji dan upah regular
- Yaitu jumlah dan upah bruto dikurangi dengan potongan-potongan seperti PPh
karyawan, biaya asuransi hari tua
- Dihitung dengan : TARIF UPAH X JAM KERJA KARYAWAN
- Akuntansi biaya gaji dan upah dilakukan dalam 4 tahap
Tahap 1: membuat daftar gaji dan upah  rekapitulasi gaji dan upah 
mengelompokkan gaji dan upah. Jurnal yang dibuat
BDP – Biaya tenaga kerja xxx
Biaya overhead pabrik xxx
Biaya administrasi dan umum xxx
Biaya pemasaran xxx
Gaji dan upah xxx

Tahap 2 : berdasarkan daftar gaji dan upah, membuat bukti kas keluar dan cek.
Jurnalnya :
Gaji dan upah xxx
Utang PPh karyawan xxx
Utang gaji dan upah xxx

Tahap 3 : membayarkan gaji dan upah ke tiap karyawan. Jurnalnya :


Utang gaji dan upah xxx
Kas xxx

Tahap 4 : menyetorkan PPh karyawan ke kas negara. Jurnalnya :


Utang PPh karyawan xxx
Kas xxx

Contoh : PT “X” hanya mempekerjakan 2 org karyawan : A tarif upah Rp1.000 per jam
dan B tarif upah Rp750 per jam. Buat jurnal yang diperlukan apabila data jam kerja
karyawan selama minggu pertama bulan April 2000 adalah sbb : (PPh karyawan 15%)

Penggunaan waktu kera A B


Untuk pesanan #103 15 jam 20 jam
Untuk pesanan #188 20 jam 10 jam
Untuk menunggu persiapan pekerjaan 5 jam 10 jam
8

Distribusi upah tenaga kerja


Distribusi biaya Tenaga kerja A B
Dibebankan sebagai BTKL :
Pesanan #103 Rp15.000 Rp15.000
Pesanan #188 20.000 7.500
Dibebankan sebagai BOP : 5.000 7.500
Jumlah upah minggu I Bln April 2000 Rp40.000 Rp30.000
PPh karyawan minggu I bln April 2000 6.000 4.500
Jumlah upah bersih yang diterima Rp34.000 Rp25.500

Jurnalnya :
1. BDP – Biaya tenaga kerja Rp57.500
Biaya overhead pabrik 12.500
Gaji dan upah Rp70.000
2. Gaji dan upah Rp70.000
Utang PPh karyawan Rp10.500
Utang gaji dan upah 59.500
3. Utang gaji dan upah Rp59.500
Kas Rp59.500
4. Utang PPh karyawan Rp10.500
Kas Rp10.500

2. Insentif
Diberikan kepada karyawan atas dasar waktu kerja, hasil yang diproduksi, atau kombinasi
keduanya. Cara pemberian insentif :
a. Insentif satuan dengan jam minimum
Contoh : Jika diketahui output standar per jam 12 satuan dan upah pokok Rp600 per
jam, maka apabila pekerja menghasilkan 14 satuan per jam, upahnya dihitung sbb :
Upah pokok per jam Rp 600
Insentif : 2 x Rp50 100
Upah yang diterima per jam Rp 700

b. Menggunakan tarif per satuan yang berbeda berdasarkan hasil yang diproduksi
Contoh : Upah karyawan Rp4.200 per hari (7 jam kerja).Misal karena output rata-rata
karyawan 12 satuan per jam. maka ditetapkan tarif upah karyawan Rp45 per satuan
untuk output 14 satuan atau kurang per jam dan Rp 65 untuk output 16 satuan per jam.

3. Premi lembur
- Apabila karyawan bekerja melebihi jam kerja regular, maka berhak menerima uang
lembur dan premi lembur.
- Dapat dibebankan sebagai biaya tenaga kerja langsung apabila pabrik telah bekerja pada
kapasitas penuh dan pemesan mau menerima beban tambahan tersebut
- Diperlakukan sebagai unsur biaya overhead pabrik atau dianggap sebagai biaya periode
apabila lembur terjadi karena ketidakefisienan atau pemborosan jam kerja
- Upah lembur : JAM LEMBUR X TARIF LEMBUR
- Premi lembur : JAM LEMBUR X TARIF PREMI
9

4. Biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja


a. Setup time
Adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memulai produksi. Ada 3 cara perlakuan
terhadap biaya pemula produksi :
1. Dimasukkan dalam kelompok biaya tenaga kerja langsung, apabila dapat
diidentifikasikan pada pesanan tertentu
2. Dimasukkan sebagai unsur biaya overhead pabrik.
3. Dibebankan pada pesanan yang bersangkutan, dalam kelompok biaya tersendiri.

b. Waktu menganggur (Idle Time)


- Adalah biaya yang dibayarkan pada saat karyawan menunggu pekerjaan
(menganggur)
- Dimasukkan sebagai unsur biaya overhead pabrik

PERMASALAHAN KHUSUS

SISA BAHAN (SCRAP MATERIALS)


- Sisa bahan adalah bahan yang mengalami kerusakan didalam proses pengerjaannya
- Hasil penjualan sisa bahan dapat diperlakukan sebagai :
1. Pengurangan Biaya Bahan Baku yang dipakai dalam pesanan yang menghasilkan sisa
bahan tersebut
Jurnalnya : Kas/Piutang Dagang xxx
BDP - Biaya bahan baku xxx
2. Pengurang terhadap BOP yang sesungguhnya terjadi
Jurnalnya : Kas/Piutang Dagang xxx
BOP Sesungguhnya xxx
3. Penghasilan diluar usaha
Jurnalnya : Kas/Piutang Dagang xxx
Hasil penjualan sisa bahan xxx

- Pencatatan sisa bahan


Contoh soal :
Bagian produksi menyerahkan 2.000kg sisa bahan ke bagian gudang. Sisa bahan tersebut
ditaksir dapat laku dijual Rp5.000 per kg. Sampai dengan akhir periode akuntansi, sisa
bahan tersebut telah laku dijual sebanyak 1.250 kg dengan harga jual Rp6.000 per kg. Buat
jurnal yang diperlukan jika hasil penjualan diperlakukan sebagai penghasilan diluar usaha.

Metode I
1. Jurnal penyerahan sisa bahan dari bagian produksi ke bagian gudang
Persediaan sisa bahan (2.000 x Rp5.000) Rp10.000.000
Penjualan sisa bahan Rp10.000.000

2. Jurnal penjualan sisa bahan


Kas/Piutang dagang (1.250 x Rp6.000) Rp7.500.000
Persediaan sisa bahan Rp7.500.000
10

3. AJP pada akhir periode akuntansi


a. Untuk mencatat sisa bahan yang belum terjual
Penjualan sisa bahan Rp3.750.000
Penghasilan yang belum direalisasikan Rp3.750.000
(750 x Rp5.000)
b. AJP karena adanya selisih harga
Persediaan sisa bahan (1.250 x Rp1.000) Rp1.250.000
Hasil penjualan sisa bahan Rp1.250.000

Metode II
1. Jurnal penyerahan sisa bahan dari bagian produksi ke bagian gudang
Persediaan sisa bahan (2.000 x Rp5.000) Rp10.000.000
Penghasilan yang belum direalisasikan Rp10.000.000

2. Jurnal penjualan sisa bahan


Kas/Piutang dagang (1.250 x Rp6.000) Rp7.500.000
Hasil penjualan sisa bahan Rp7.500.000

Penghasilan yang belum direalisasikan Rp6.250.000


(1.250 x Rp5.000)
Persediaan sisa bahan Rp6.250.000

3. AJP pada akhir periode akuntansi : NO ENTRY

PRODUK RUSAK (SPOILED GOODS)


- Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan
(secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi produk yang baik)
- Perlakuan terhadap produk rusak :
a. Dibebankan sebagai tambahan biaya produksi pesanan yang menghasilkan produk rusak
tersebut (jika produk rusak karena sulitnya mengerjakan pesanan tertentu)
b. Dibebankan sebagai unsur biaya overhead pabrik (jika produk rusak merupakan hal yang
normal terjadi), sehingga ikut dianggarkan untuk menentukan tarif BOP dan kerugian
yang sesungguhnya terjadi di debit dalam BOP sesungguhnya

Contoh soal :
Pada bulan Januari 2013 PT. ABC menerima pesanan pembuatan 1000 satuan produk A yang
membutuhkan ketepatan spesifikasi tertentu dari pemesan, karena itu produk rusak yang terjadi
dibebankan kepada pesanan ini. Untuk memenuhi pesanan tersebut, perusahaan memproduksi
1.100 satuan produk A dengan BBB Rp75.000, BTKL Rp175.000 dan BOP dibebankan atas
dasar tarif sebesar 150% dari BTKL. Pada saat pesanan tersebut selesai dikerjakan ternyata 100
satuan produk rusak dan tidak dapat diperbaiki lagi. Produk rusak tersebut diperkirakan laku
dijual Rp350 per satuan. Jurnal yang diperlukan untuk mencatat transaksi tersebut adalah :

1. Mencatat pemakaian biaya produksi


BDP – Biaya bahan baku Rp 75.000
BDP – Biaya tenaga kerja langsung RP175.000
BDP – Biaya overhead pabrik Rp262.500 (150% x 175.000)
Persediaan bahan baku Rp 75.000
Gaji dan upah Rp175.000
BOP yang dibebankan Rp262.500
11

2. Mencatat nilai jual produk rusak


Persediaan produk rusak (100 x Rp350) Rp 35.000
BDP – Biaya bahan baku Rp 5.122
BDP – Biaya tenaga kerja langsung RP11.951
BDP – Biaya overhead pabrik Rp17.927

Perhitungannya :
Elemen harga pokok Produk Total Biaya Biaya Harga Pokok
Produksi Per Satuan Produk Rusak

Biaya bahan baku Rp 75.000 Rp 68,18 Rp 6.818,18


Biaya tenaga kerja langsung Rp 175.000 Rp 159,09 Rp 15.909,09
Biaya overhead pabrik Rp 262.500 Rp 238,64 Rp 23.863,64

Rp 512.500 Rp 465,91 Rp 46.590,91


% nilai jual produk rusak terhadap HPProduk Rusak
Nilai jual produk rusak = Rp35.000 = 75,12%
Harga pokok produk rusak Rp46.590,91

Pembagian nilai jual produk rusak


BDP - Biaya bahan baku 75.12% x Rp 6.818,18 = Rp 5.121,95
BDP - Biaya tenaga kerja langsung75.12% x Rp15.909,09 = Rp 11.951,22
BDP - Biaya overhead pabrik 75.12% x Rp 23.863,64 = Rp 17.926,83
Rp 35.000,00

3. Mencatat harga pokok produk jadi yang baik


Persediaan produk jadi (Rp512.500 –Rp35.000) Rp477.500
BDP – Biaya bahan baku (75.000 – 5.122) Rp 69.878
BDP – Biaya tenaga kerja langsung (175.000 – 11.951) Rp163.049
BDP – Biaya overhead pabrik (262.500 – 17.927) Rp244.573

Jika produk rusak pada contoh soal diatas merupakan hal yang normal terjadi, dibebankan
sebagai unsur BOP dan sudah diperhitungkan pada waktu menentukan tarif BOP pada awal
tahun. Jurnal yang diperlukan adalah :

1. Mencatat pemakaian biaya produksi SAMA DENGAN DI ATAS


2. Mencatat produk rusak dan kerugiannya
Persediaan produk rusak Rp35.000
BOP sesungguhnya Rp11.591
BDP – Biaya bahan baku Rp 6.818
BDP – Biaya tenaga kerja langsung Rp15.909
BDP – Biaya overhead pabrik Rp23.864

Perhitungannya :
Nilai jual produk rusak (100 x Rp350) = Rp35.000
Harga pokok produk rusak (lihat table diatas) = Rp46.591
Kerugian produk rusak = Rp11.591
12

3. Mencatat harga pokok produk jadi yang baik


Persediaan produk jadi (Rp512.500 –Rp46.591) Rp465.909
BDP – Biaya bahan baku (75.000 – 6.818) Rp 68.182
BDP – Biaya tenaga kerja langsung (175.000-15.909) Rp159.091
BDP – Biaya overhead pabrik Rp238.636

PRODUK CACAT (DEFECTIVE GOODS)


- Adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditentukan, tetapi dengan
mengeluarkan biaya pengerjaan kembali untuk memperbaikinya, produk tersebut secara
ekonomis dapat disempurnakan lagi menjadi produk jadi yang baik
- Perlakuan terhadap biaya pengerjaan kembali mirip dengan perlakuan produk rusak

Jika pada contoh soal diatas ternyata terdapat 100 satuan produk cacat yang secara ekonomis
masih dapat diperbaiki lagi. Biaya pengerjaan kembali produk cacat tersebut terdiri dari BTKL
Rp50.000 dan BOP pada tarif yang biasa dipakai. Jurnal yang diperlukan untuk mencatat
transaksi tersebut apabila :
- Pengerjaan kembali produk cacat dibebankan kepada pesanan tertentu
1. Mencatat pemakaian biaya produksi IDEM DIATAS
2. Mencatat biaya pengerjaan kembali produk cacat
BDP – Biaya tenaga kerja langsung Rp50.000
BDP – Biaya overhead pabrik RP75.000 (150% x 50.000)
Gaji dan upah Rp50.000
BOP yang dibebankan Rp75.000
3. Mencatat harga pokok produk jadi
Persediaan produk jadi Rp637.500
BDP – Biaya bahan baku Rp 75.000
BDP – Biaya tenaga kerja langsung Rp225.000 (175.000+50.000)
BDP – Biaya overhead pabrik Rp337.500

- Dibebankan pada produk secara keseluruhan (dimasukkan ke dalam anggaran BOP untuk
penentuan tarif BOP dan biaya yang sesungguhnya dikeluarkan dicatat pada BOP
sesungguhnya)
1. Mencatat pemakaian biaya produksi =IDEM DIATAS=
2. Mencatat biaya pengerjaan kembali produk cacat
BOP sesungguhnya Rp125.000
Gaji dan upah Rp50.000
BOP yang dibebankan Rp75.000
3. Mencatat harga pokok produk selesai
Persediaan produk jadi Rp512.500
BDP – Biaya bahan baku Rp 75.000
BDP – Biaya tenaga kerja langsung Rp175.000
BDP – Biaya overhead pabrik Rp262.500
13

LATIHAN SOAL :

1. PT. Maju membeli 4 macam bahan baku seharga Rp8.200.000 denga rincian sbb :
Bahan baku Kuantitas Harga satuan Total harga
A 500 Rp 3.000 Rp 1.500.000
B 600 4.000 2.400.000
C 650 2.000 1.300.000
D 750 4.000 3.000.000
Total 2.500 8.200.000

Biaya angkutan yang dibayarkan untuk keempat jenis bahan baku tersebut adalah Rp 1.640.000
Diminta:
Hitung harga pokok per kg untuk tiap jenis bahan baku tersebut setelah mendapat alokasi biaya
angkutan, jika:
a. Biaya angkutan dialokasikan kepada tiap jenis bahan baku berdasarkan perbandingan
kuatitas
b. Biaya angkutan dialokasikan kepada tiap jenis bahan baku berdasarkan perbandingan
harga faktur tiap jenis bahan baku

2. PT. Glass berproduksi atas dasar pesanan, BOP dibebankan kepada pesanan atas dasar jam
kerja langsung denga tarif Rp 20 per jam. Data produksi selama bulan Januari 2013 adalah
sbb:
a. Dalam bulan Januari 2013 diterima pesanan sbb:
Pes 101 10.000 botol Hrg jual : Rp50 per botol
Pes 102 40.000 botol Hrg jual : Rp75 per botol
Pes 103 30.000 botol Hrg jual : Rp50 per botol
b. Bahan baku A yang dipakai untuk pesanan 101 sebanyak 500 satuan. Pada pesanan
102 setiap 1.000 botol memerlukan bahan A sebanyak 20 satuan dan bahan B sebanyak
10 satuan. Pesanan 103 memerluka 250 satuan bahan A dan 400 satuan bahan B.
(harga satuan bahan baku A Rp 625, dan bahan B Rp750)
c. Jam tenaga kerja yang digunakan untuk pesanan 101 20%, pes 102 50%, da pes 103
30%. Tarif upah langsung Rp25 per jam. Disamping itu timbul premi lembur
Rp100.000 untuk mengerjaka pesanan 101 yang merupaka order cepat. Total jam kerja
yang digunakan 100.000 jam
d. Karena sulitnya pengerjaan, pesanan 101 menghasilka sisa bahan sebanyak 500 kg
yang ditaksir laku dijual Rp 25 per kg. Penghasilan sisa bahan diperlakukan sebagai
penghasila lain-lain. Dalam bulan Januari 2013 sisa bahan yang terjual 400 kg dgn
harga jual Rp30/kg
e. Pesanan 102 karena sulitnya pengerjaan, sebagian produk rusak sehingga untuk
menghasilkan 1.000 botol harus dimasukkan proses sebanyak 1.250 botol. Produk
rusak dapat dijual dengan harga Rp20 per botol.
f. Pesanan 103 karena sulitnya pengerjaan menghasilkan 5.000 botol cacat, sehingga
memerlukan biaya perbaikan/pengerjaan kembali selama 500 jam dan bahan A
sebanyak 10 satuan
Diminta : Jika semua pesanan telah selesai dikerjakan
a. Buat jurnal yang diperlukan untuk transaksi di atas
b. Hitung laba kotor setiap pesanan
14

3. PT. Berjuang membebankan BOP pada pesanan berdasarkan kapasitas normal 25.000 JKL
dengan tarif Rp5 per JKL, terdiri dari tarif BOP tetap Rp 2 per JKL dn BOP variable Rp3
per JKL. Pada bulan Januari 2013 diterima pesanan No. 001 sebesar 10.000 unit harga jual
@Rp50; Pes 002 sebesar 10.000 unit harga jual @Rp35; Pes 003 sebesar 8.000 unit harga
jual @Rp40.
Pes. 001 merupakan pesanan yang sulit dikerjakan sehingga timbul produk rusak 20% dari
produk yang diproses, dan Pes 002 karena sulitnya pengerjaan menimbulkan produk cacat
yang harus diperbaiki . Data yang berhubungan dengan pesanan adalah sbb :
1. Bahan baku yang digunakan oleh Pes 001 Rp120.000; Pes 002 Rp80.000; Pes 003
Rp40.000
2. TKL untuk Pes 001 sebesar 12.000 JKL; Pes 002 sebesar 7.500 JKL; Pes 003 sebesar
4.000 JKL Tarif upah Rp10 per JKL.
3. Untuk memperbaiki produk cacat sebesar 750 unit diperlukan BBB Rp2.500 dan
BTKL 500 JKL
4. Sisa bahan yang timbul dari Pes 003 dapat dijual Rp500, sedangkan produk rusak
dapat dijual tunai Rp10 per unit
5. Pada tanggal 31 Januari 2000 diketahui timbul selisih budget sebesar Rp 5.000 Laba

Apabila dalam bulan Januari 2000 pesanan yang sudah selesai dan diserahkan adalah Pes
001 dan Pes 002, diminta :
a. Buat jurnal yang diperlukan atas transaksi di atas
b. Hitung berapa BOP sesunguhnya

Anda mungkin juga menyukai