Anda di halaman 1dari 19

BAB I

BIAYA BAHAN BAKU

Pendahuluan
Biaya merupakan salah satu sumber informasi yang paling penting dalam
pembentukan keputusan dalam perusahaan. Biaya dapat diklasifikasikan menurut fungsi
pokok perusahaan menjadi biaya produksi, biaya pemasaran, dan biaya administrasi dan
umum. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dibutuhkan dalam proses produksi
dengan tujuan untuk menghasilkan suatu produk atau barang. Biaya-biaya ini meliputi biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya operasional barang atau pabrik, dan lain sebagainya.

Biaya bahan baku adalah seluruh biaya untuk memperoleh sampai dengan bahan siap
untuk digunakan yang meliputi harga bahan, ongkos angkut, penyimpanan dan lain-lain.
Dengan memperhitungkan biaya bahan baku maka suatu perusahaan tidak akan mengalami
keterlambatan yang mengganggu proses produksi.

A. Pengertian Bahan Baku


Bahan baku (raw material) adalah bahan yang digunakan dalam membuat produk
dimana bahan tersebut secara menyeluruh kelihatan pada produk jadinya (atau
merupakan bagian terbesar dari bentuk barang). Dari pengertian tersebut biaya bahan
baku (raw material cost) adalah bahan yang digunakan dalam membuat produk dimana
bahan tersebut secara menyeluruh kelihatan pada produk jadinya (atau merupakan bagian
terbesar dari bentuk barang).

Elemen biaya yang membentuk harga pokok bahan baku yang dibeli adalah :
 Sistem Pembelian :
1. Prosedur permintaan pembelian bahan baku
2. Prosedur order pembelian
3. Prosedur penerimaan bahan baku
4. Prosedur pencatatan penerimaan bahan baku di bagian gudang
B. Biaya yang Diperhitungkan dalam Harga Pokok Bahan Baku yang Dibeli
Semua biaya yang terjadi untuk memperoleh bahan baku dan untuk menetapkannya
dalam keadaan siap untuk diolah, merupakan unsur harga pokok bahan baku yang dibeli.
Harga pokok bahan baku tidak hanya berupa harga yang tercantum dalam faktur
pembelian saja. Harga pokok bahan baku terdiri dari harga beli ditambah dengan biaya-
biaya pembelian dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan bahan baku
tersebut dalam keadaan siap untuk diolah.

Sering kali didalam pembelian bahan baku, perusahaan membayar biaya angkutan
untuk berbagai macam bahan baku yang dibeli. Perlakuan terhadap biaya angkutan ini
dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Biaya angkutan diperlakukan sebagai tambahan harga pokok bahan baku.
Contoh 1 : Perbandingan kuantitas tiap jenis bahan baku.
Biaya angkutan Rp. 300.000
Jenis bahan Pembelian (kg) Persentasi % Alokasi biaya
baku (pembelian : angkutan
jumlah (persentasi x
pembelian) biaya angkutan)
A 400 50,00% Rp. 150.000
B 350 43,75% Rp. 131.250
C 50 6,25% Rp. 18.750
Jumlah 800 100% Rp. 300.000
Contoh 2 : Perbandingan harga faktur tiap jenis bahan baku yang dibeli.
Biaya angkutan Rp. 48.000
Jenis bahan Harga Faktur Pembagian biaya Harga pokok
baku angkutan bahan baku
(harga faktur x (harga faktur +
Rp. 0,08) pembagian biaya
angkutan)
A Rp. 100.000 Rp. 8.000 Rp. 108.000
B Rp. 150.000 12.000 162.000
C Rp. 225.000 18.000 243.000
D Rp. 125.000 10.000 135.000
Jumlah Rp. 600.000 Rp. 48.000 Rp. 648.000

Ket : Rp. 48.000 / Rp. 600.000 = Rp. 0,08

Contoh 3 : Biaya angkutan dibebankan kepada bahan baku atas dasar tarif
ditentukan dimuka.
— Pembebanan biaya angkutan kepada bahan baku yang dibeli atas dasar tarif
yang ditentukan di muka
Persediaan Bahan Baku xxx
(Tarif biaya angkutan x dasar pembebanan)
Biaya Angkutan xxx

— Pencatatan biaya angkutan sesungguhnya dikeluarkan


Biaya Angkutan xxx
Kas xxx

— Apabila akhir periode akuntansi dalam rekening biaya angkutan terdapat


selisih biaya angkutan yang dibebankan atas dasar tarif dengan biaya
angkutan yang sesungguhnya terjadi, yang jumlah nya material, maka selisih
tersebut dibagikan ke rekening persediaan bahan baku, persediaan barang
dalam proses, persediaan produk jadi, dan harga pokok penjualan.
Persediaan Bahan Baku xxx
Persediaan Brg dalam proses xxx
Persediaan Produk Jadi xxx
Harga Pokok Penjualan xxx
Biaya Angkutan xxx

Contoh 4 : Biaya angkutan dibebankan kepada bahan baku atas dasar tarif
ditentukan dimuka.
Biaya angkutan Rp. 2.500.000
Jenis bahan Kg Harga Faktur Biaya Angkutan Harga Pokok
baku dibebankan Bahan Baku
berdasar tarif (harga faktur
Kg x Rp 50 + biaya
angkutan
A 25.000 Rp. 5.000.000 Rp. 1.250.000 Rp. 6.250.000
B 15.000 4.500.000 750.000 5.250.000
C 10.000 4.000.000 500.000 4.500.000
Jumlah 50.000 13.500.000 2.500.000 16.000.000

Ket : Rp. 2.500.000 / 50.000 = Rp. 50

Jika biaya angkutan sesungguhnya Rp. 2.400.000


— Jurnal Pembelian:
Persedian bahan Baku Rp. 13.500.000
Utang Dagang Rp. 13.500.000
— Pembebanan Biaya Angkutan
Persedian bahan Baku Rp. 2.500.000
Biaya Angkutan Rp. 2.500.000
— Pembebanan biaya angkutan sesungguhnya
Biaya Angkutan Rp. 2.400.000
Kas Rp. 2.400.000
— Selisih biaya angkutan
Biaya Angkutan Rp. 100.000
Harga Pokok Penjualan Rp. 100.000

2. Biaya angkutan tidak diperlakukan sebagai tambahan harga pokok bahan baku
yang dibeli tetapi sebagai unsur BOP.
Pada awal tahun anggaran, jumlah biaya angkutan yang akan dikeluarkan
selama satu tahun ditaksir. Pada awal tahun anggaran, jumlah biaya angkutan
yang akan dikeluarkan selama satu tahun ditaksir. Biaya angkutan sebenarnya
dikeluarkan kemudian dicatat dalam sebelah debit rekening biaya overhead
pabrik sesungguhnya.

C. Metode Pencatatan Bahan Baku


Ada macam-macam metode pencatatan bahan baku :
a) Metode fisik (physical inventory method)
Dalam metode ini pembelian bahan baku yang dicatat sedang mutasi berkurangnya
bahan tidak dicatat untuk mengetahui bahan baku yang diperoleh, harus menghitung
persediaan bahan baku digudang pada akhir periode akuntansi.
b) Metode mutasi persediaan (perpetual inventory method)
Dalam metode ini pembelian bahan baku yang dicatat sedang mutasi berkurangnya
bahan tidak dicatat untuk mengetahui bahan baku yang diperoleh, harus menghitung
persediaan bahan baku digudang pada akhir periode akuntansi.

D. Metode Aliran Harga Pokok Bahan


Metode penilaian harga pokok bahan yang digunakan dan penilaian harga pokok
persediaan banyak ditentukan oleh frekuensi pembelian bahan baku, harga beli yang
berbeda-beda. Untuk mengatasi hal itu maka digunakan metode :
a) Metode FIFO (First In First Out)
Metode ini didasarkan bahwa harga pokok persatuan bahan baku yang pertama
masuk dalam gudang, digunakan untuk menentukan harga pokok bahan baku yang
pertama kali dipakai, disusul harga perolehan per satuan yang masuk berikutnya.
Contoh soal

b) Metode harga rata-rata


Metode ini didasarkan bahwa bahan yang dipakai, bahan baku yang ada digudang
dihitung harga pokok rata-ratanya, dengan cara membagi total harga pokok dengan
jumlah satuannya.
Contoh (dengan kasus yang sama seperti FIFO)

c) Metode LIFO (Last In First Out)


Metode ini didasarkan bahwa harga pokok persatuan bahan baku yang terakhir masuk
dalam persediaan gudang, dipakai untuk menentukan harga pokok bahan baku yang
pertama kali dipakai dalam produksi.

Contoh (dengan kasus yang sama seperti FIFO)


d) Metode harga pasar
Dalam metode ini, semua bahan langsung yang ada dalam persediaan di gudang
harganya sama, yaitu harga pasar atau harga pembelian terakhir.

Contoh (dengan kasus yang sama seperti FIFO)

e) Metode harga standar


Dalam metode ini, semua bahan yang ada dalam persediaan di gudang dianggap
harganya sama, yaitu harga standarnya

Contoh (dengan kasus yang sama seperti FIFO)


E. Perencanaan dan Pengendalian Bahan
 Penentuan Kuantitas yang akan dibeli dalam Periode Akuntansi tertentu
 Menentukan Kuantitas Bahan yang Dibeli Setiap kali Dilakukan Pembelian
 Menentukan Waktu Pemesanan Kembali
 Menentukan Kuantitas Persediaan Bahan
 Pengawasan Persediaan

Masalah-masalah khusus yang berhubungan dengan bahan baku adalah :


 Sisa bahan
- Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah
ditetapkan, yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi produk yang
baik.
- Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah
ditentukan, tetapi dengan mengeluarkan biaya pengerjaan kembali untuk
memperbaikinya, produk tersebut secara ekonomis dapat disempurnakan lagi
menjadi produk-produk jadi yang baik.

Jika di dalam proses produksi terdapat sisa bahan, masalah yang timbul adalah
bagaimana memperlakukan hasil penjualan sisa bahan.
- Pengurang biaya bahan baku yang dipakai dalam pesanan yang menghasilkan
sisa bahan.
- Pengurang terhadap biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi.
- Penghasilan diluar usaha (other income),

Contoh
Diketahui : - Sisa bahan 2000 kg.
- Ditaksir laku dijual Rp. 5.000 /kg
- Terjual 1.250 kg (Rp. 6.000 /kg)

Metode I
Penyerahan ke gudang
Persediaan sisa bahan ( 2000x Rp 5.000) Rp 10.000.000
Hasil penjualan sisa bahan Rp 10.000.000
Pencatatan sbg BOP sesungguhnya
Kas/piutang dagang (1.250 xRp 6.000) Rp 7.500.000
Persediaan sisa bahan Rp 7.500.000

Penyesuaian
Hasil penjualan sisa bahan(750XRp 5.000) Rp 3.750.000
Penghasilan yang belum direalisasi Rp 3.750.000

Untuk menyesuaikan hasil penjualan yg dikreditkan terlalu kecil


Persediaan sisa bahan Rp 1.250.000
Hasil penjualan sisa bahan Rp 1.250.000

hasil penjualan sisa bahan persediaan sisa bahan kas


3,750,000 10,000,000 10,000,000 7,500,000 7,500,000
R/L 7,500,000 1,250,000 1,250,000 N 3,750,000 N 7,500,000
11,250,000 11,250,000 11,250,000 11,250,000 7,500,000

pendapatan yang belum


direalisasikan
R/L rugi laba
N 3,750,000 3,750,000 N neraca
3,750,000 3,750,000

Metode II
Jurnal penyerahan barang ke gudang
Persediaan sisa bahan Rp 10.000.000
Penghasilan yang belum direalisasi Rp 10.000.000

Jurnal penjualan sisa bahan


Kas / piutang dagang Rp 7.500.000
Hasil penjualan sisa bahan Rp 7.500.000

Penghasilan yg belum direalisasi Rp 6.250.000


Persediaan sisa bahan Rp 6.250.000
pendapatan yang belum
direalisasikan persediaan sisa bahan hasil penjualan sisa bahan
6,250,000 10,000,000 10,000,000 6,250,000 R/L 7,500,000 7,500,000
N 3,750,000 N 3,750,000
10,000,000 10,000,000 - 10,000,000 10,000,000 7,500,000 7,500,000

KAS
7,500,000 N 7,500,000

7,500,000 7,500,000

F. Perlakuan Produk Rusak


Perlakuan terhadap produk rusak adalah tergantung dari sifat dan sebab terjadinya:
1. Karena sulitnya pengerjaan pesanan : Sebagai tambahan harga pokok dalam pesanan
yang bersangkutan.
2. Hal yang normal : Diperhitungkan dalam tarif BOP.

Contoh : Produk rusak dibebankan kepada pesanan tertentu.


PT eliona sari berproduksi berdasar pesanan. Bulan Jan 19x7 perusahaan menerima
pesanan pembuatan 1.000 satuan produk A. Untuk memenuhi pesanan tersebut
perusahaan memproduksi 1.100 satuan produk A dengan biaya produksi sbb:

Biaya bahan baku Rp 75.000

Biaya Tenaga kerja Rp 175.000

BOP 150% dr BTKL

Pada saat pesanan tersebut selesai dikerjakan ternyata terdapat 100 satuan produk yang
rusak, yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki. Produk rusak tersebut diperkirakan
laku dijual Rp. 350 per satuan.
Jurnal untuk mencatat biaya produksi untuk mengolah 1.100 satuan produk A
adalah sbb:
BDP-Bi bahan baku Rp 75.000
BDP- Bi tenaga kerja Langsung Rp 175.000
BDP- Bi Overhead pabrik Rp 262.500
Persediaan bahan baku Rp 75.000
Gaji dan upah Rp 175.000
Biaya overhead yang dibebankan Rp 262.500

Jurnal untuk mencatat produk yang rusak


Persediaan produk rusak ( 100xRp 350) Rp 35.000
BDP - biaya bahan baku Rp 5.100
BDP - biaya tenaga kerja langsung Rp 11.925
BDP – BOP Rp 17.925

Pembagian nilai jual produk rusak

Elemen harga pokok Total biaya Biaya per satuan Harga pokok
produk produksi (1) : 1.100 produk rusak
(1) (2) ((2) x 100)
(3)

BBB Rp 75.000 Rp 68 Rp 6.800

BTKL 175.000 159 15.900

BOP 262.500 239 23.900

jumlah Rp 512.000 Rp 466 Rp 46.600


Elemen harga pokok produk Rp 35.000
------------------------------------- = ------------- = 75%
Harga pokok produk rusak Rp 46.600

BBB 75% x Rp 6.800 = Rp 5.100

BTKL 75% x Rp 15.900 = Rp 11.925

BOP 75% X Rp 23.900 = Rp 17.925

Jumlah = Rp 34.950 ( pembulatan)

Jurnal pencatatan produk jadi


Persediaan produk jadi Rp 477.500*
BDP – BBB Rp 69.900
BDP – BTKL Rp 163.075
BDP – BOP Rp 244.575
Cat:
*( 512.500-35.000 = 477.500)

G. Perlakuan Produk Cacat


Bagaimana memperlakukan biaya tambahan untuk pengerjaan kembali produk cacat tsb:
1. Dapat dibebankan sebagai tambahan biaya produksi pesanan yang bersangkutan
2. Diperhitungkan dalam tarif BOP
BAB II
TENAGA KERJA

Pendahuluan
Biaya tenaga kerja didefinisikan sebagai pembayaran-pembayaran kepada para
pekerja yang didasarkan pada jam kerja atau atas dasar unit yang diproduksi. Istilah yang
digunakan untuk biaya tenaga kerja ini adalah biaya tenaga kerja langsung, atau untuk
pembayaran yang dinamakan “upah”. Hal ini penting untuk membedakan kerja/karyawan
yang idasarkan pada rentang waktu seperti gaji mingguan, bulanan dan sebagainya. Upah
dibebankan melalui rekening biaya overhead pabrik.
Akutansi biaya tenaga kerja dimulai dengan pembayaran upah , diteruskan pada
distribusi upah tersebut pada “job”, produk atau pusat biaya (departemen produksi). didalam
upah tersebutsudah termasuk pengurangan atau potongan terhadapnya seperti penghasilan,
iuran ASTEK dan lain-lain. Demikian pula tambahan-tambahan terhadap upah seperti
lembur, tunjangan dan lain sebagainya.
Penjelasan diatas sangat jelas bahwa setiap transaksi yang terjadi disetiap perusahaan
sangat berpengaruh pada pelaporan keuangan yang disajikan disetiap akhir periode. Hal ini
berarti seluruh biaya termasuk biaya tenaga kerja juga akan mempengaruhi besar kecilnya
laba perusahaan tersebut.

Pengertian Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk
mengelola produk. Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan
tenaga kerja manusia. Biaya tenaga kerja itu ada bermacam-macam tergantung dari
penggolongannya. Berikut adalah jenis-jenis biaya tenaga kerja menurut penggolongannya :

A. Penggolongan menurut Fungsi Pokok dalam Organisasi Perusahaan.


a. Biaya tenaga kerja bagian produksi, seperti :
- Gaji karyawan pabrik
- Biaya kesejahteraan karyawan pabrik
- Upah lembur karyawan pabrik
- Upah mandor pabrik
- Gaji manajer pabrik

b. Biaya tenaga kerja bagian pemasaran, seperti :


- Upah karyawan pemasaran
- Biaya kesejahteraan karyawan pemasaran
- Biaya komisi pramuniaga
- Gaji manajer pemasaran
c. Biaya tenaga kerja bagian administrasi dan umum, seperti :
- Gaji karyawan bagian akuntansi
- Gaji karyawan bagian personalia
- Gaji karyawan bagian sekretariat
- Biaya kesejahteraan karyawan bagian akuntansi
- Biaya kesejahteraan karyawan bagian personalia
- Biaya kersejahteraan karyawan bagian sekretariat

B. Penggolongan menurut Kegiatan Departemen-Departemen dalam Perusahaan.


a. Departemen produksi. Misalnya dalam suatu perusahaan kertas terdapat 3
departemen :
- Bagian pulp
- Bagian kertas
- Bagian penyempurnaan

b. Departemen-departemen non-produksi :
- Biaya tenaga kerja bagian akuntansi
- Biaya tenaga kerja bagian personalia

C. Penggolongan menururt Jenis Pekerjaannya.


Misalnya dalam suatu departemen produksi tenaga kerja digolongkan sebagai berikut :
- Operator ⎯ upah operator
- Mandor ⎯ upah mandor
- Penyelia (super intenddent) ⎯ upah penyelia

Penggolongan biaya tenaga kerja semacam ini digunakan sebagai dasar penetapan
deferensiasi upah kerja.

D. Penggolongan menurut Hubungannya dengan Produk.


a. Upah tenaga kerja langsung. Karena langsung berhubungan dengan proses produksi
produk maka biaya tenaga kerja langsung ini diperhitungkan sebagai unsur biaya
produksi.
b. Upah tenaga kerja tidak langsung. Biaya tenaga kerja tak langsung tidak berhubungan
secara langsung dengan proses produksi produk dan merupakan unsur Biaya Overhead
Pabrik (BOP). Misalnya biaya tenaga kerja bagian pemasaran, dan biaya tenaga kerja
bagian administrasi dan umum.
Auntansi Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja dapat dibagi menjadi 3 golongan besar, yaitu :


1. Gaji dan upah reguler, yaitu jumlah gaji dan upah bruto dikurangi dengan potongan-
potongan seperti pajak penghasilan karyawan dan biaya asuransi hari tua.
2. Premi lembur
3. Biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja (Labor related costs)

1. Gaji dan Upah


Ada beberapa macam cara perhitungan upah karyawan dalam perusahaan. Salah satunya
adalah dengan mengalikan tarif upah dengan jam kerja karyawan untuk menentukan upah
seorang karyawan. Cara ini memerlukan kumpulan data jumlah jam kerja suatu karyawan
selama periode waktu tertentu.

Contoh 1.
Misalkan perusahaan X hanya memperkerjakan 2 orang karyawan: Risa Rimendi dan Eliona
Sari. Berdasarkan kartu hadir minggu pertama bulan april, bagian pembuat daftar gaji dan
upah untuk periode yang bersangkutan. Menurut kartu hadir, karyawan Risa Rimendi bekerja
selama seminggu sebanyak 40 jam, dengan upah per jam Rp 1.000, sedangkan karyawan
Eliona Sari selama priode yang sama bekerja 40 jam dengan tarif upah Rp 750 per jam.
Menurut kartu jam kerja, penggunaan jam hadir masing-masing kayawan tersebut disajikan
dalam gambar berikut:

Penggunaan waktu kerja Risa Rimendi Eliona Sari


Untuk pesanan #103 15 jam 20 jam
Untuk pesanan #188 20 jam 10 jam
Untuk menunggu persiapan
5 jam 10 jam
pekerjaan
Total 40 jam 40 jam
Upah yang harus dibayar Rp. 40.000 Rp. 30.000

 Distribusi biaya tenaga kerja langsung

Distribusi biaya tenaga kerja


Risa Rimendi Eliona Sari
langsung
Dibebankan sebagai biaya tenaga
kerja langsung
Pesanan #103 Rp. 15.000 Rp. 15.000
Pesanan #188 20.000 7.500

Dibebankan sebagai BOP 5.000 7.500


Jumlah upah minggu pertama
Rp. 40.000 Rp. 30.000
bulan Apri
PPh yang dipotong oleh 6.000 4.500
perusahaan 15% dari upah minggu
pertama bulan April
Jumlah upah bersih yang diterima Rp. 34.000 Rp. 25.500
karyawan
 Akuntansi biaya gaji dan upah
Tahap 1.
Berdasarkan atas rekapitulasi gaji dan upah, bagian akuntansi kemudian membuat jurnal
distribusi gaji dan upah sbb :
Barang dalam proses biaya Rp. 57.500
tenaga kerja
Biaya overhead pabrik Rp. 12.500
Gaji dan upah Rp. 70.000

Tahap 2.
Atas dasar bukti kas keluar, bagian akuntansi membuat jurnal sbb :
Gaji dan upah Rp. 70.000
Utang PPh Karyawan Rp. 10.500
Utang Gaji dan upah Rp. 59.500

Tahap 3.
Atas dasar daftar gaji dan upah yang telah ditandatangani karyawan (sebagai bukti telah
dibayarkannya upah karyawan), bagian akuntansi membuat jurnal sbb :
Utang Gaji dan upah Rp. 59.500
Kas Rp. 59.500

Tahap 4.
Penyetoran PPh karyawan ke Kas negara dijurnal oleh bagian Akuntansi sbb :
Utang PPh karyawan Rp. 10.500
Kas Rp. 10.500

2. Insentif
Dalam hubungannya dengan gaji dan upah, perusahaan memberikan insentif kepada
karyawan agar dapat bekerja lebih baik. Ada beberapa cara pemberian insentif seperti :

 Insentif Satuan dengan Jam Minimum (Straight Piecework with a Guaranted Hourly
Minimum) :
Yaitu karyawan di bayar atas dasar tarif per jam untuk menghasilkan jumlah satuan keluaran
(output) standar.
Contoh :

Jika menurut time study, maka dibutuhkan waktu 5 menit untuk dapat menghasiljan 1 satuan
produk, maka jumlah keluaran standar perjam adalah 12 (60 mnt : 5 x 1 satuan) satuan. Jika
upah pokok sebesar Rp. 600 per jam, maka tarif upah per satuan adalah Rp. 50 (Rp 600 : 12).
Karyawan yang tidak dapat menghasilkan jumlah standar per jam, tetap dijamin mendapatkan
upah Rp. 600 per jam. Tetapi bila ia dapat menghasilkan 14 satuan per jam (ada lebih 2
satuan dari jumlah satuan standar per jam) maka upahnya dihitung sebagai berikut :

Upah dasar per jam Rp. 600


Insentif (2 satuan x Rp. 50) Rp. 100
Upah yang diterima pekerja per jam Rp. 700

 Taylor Differential Piece Rate Plan


Cara pemberian insentif ini adalah semacam “straight piece rate plan” yang menggunakan
tarif tiap potong untuk jumlah keluaran rendah per jam dan tarif tiap potong yang lain untuk
jumlah keluaran tinggi per jam.
Contoh :

Karyawan dapat menerima upah Rp. 4.200 per hari (untuk 7 jam kerja). Misalkan rata-rata
seorang karyawan dapat menghasilkan 12 satuan per jam, sehingga upah persatuan adalah
Rp. 50 (Rp. 4.200 : 7 jam = Rp. 600 per jam) (Rp. 600 : 12 satuan = Rp. 50 per satuan).
Dalam Taylor plan ini, misalnya ditetapkan tarif upah Rp. 45 per satuan untuk karyawan
yang menghasilkan 14 satuan atau kurang per jam dan Rp. 65 per satuan untuk karyawan
yang menghasilkan 16 satuan per jam, maka upah per jam karyawan dihitung sebagai
berikut :

Apabila karyawan menghasilkan 16 satuan per Rp. 65 x 16 = Rp. 1.040 per jam
jam

Apabila karyawan hanya menghasilkan 12 Rp. 45 x 12 = Rp. 540 per jam


satuan per jam

3. Premi Lembur
Dalam perusahaan, jika karyawan bekerja lebih dari 40 jam satu minggu, maka mereka
berhak menerima uang lembur dan premi lembur.
Contoh :

Misalnya selama 1 minggu seorang karyawan bekerja selama 44 jam dengan tarif upah
(dalam jam kerja biasa maupun lembur) Rp. 600 per jam. Premi lembur dihitung sebesar 50%
dari tarif upah. Upah karyawan tersebut dihitung sbb :

Jam biasa 40 jam x Rp. 600 Rp. 24.000


Uang Lembur 4 jam x Rp. 600 Rp. 2.400
Premi lembur 4 jam x Rp. 300 (50% x Rp. Rp. 1.200
600)
Jumlah upah karyawan Rp. 27.600
Biaya-Biaya yang Berhubungan dengan Tenaga Kerja

 Setup Time
Seringkali sebuah perusahaan memerlukan waktu dan sejumlah biaya untuk memulai
produksi. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memulai produksi disebut “Biaya Pemula
Produksi (set up cost)”.

Ada 3 perlakuan terhadap “Biaya Pemula Produksi” ini yaitu :


- Dimasukkan ke dalam kelompok biaya tenaga kerja langsung.
- Dimasukkan sebagaii unsur BOP.
- Dibebankan kepada pemesan yang bersangkutan.

 Waktu menganggur (Idle Time)


Dalam mengelola produk seringkali terjadi hambatan, kerusakan mesin, atau kekurangan
bahan sehingga menimbulkan waktu yang menganggur bagi karyawan. Biaya yang
dikeluarkan selama waktu menganggur ini diperlakukan sebagai unsur BOP.
Contoh :

Seorang karyawan harus bekerja selama 40 jam per minggu. Upahnya Rp. 600 per jam. Dari
40 jam kerja tersebut misalnya 10 jam adalah waktu menganggur dan sisanya untuk
mengerjakan pesanan maka jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja adalah :
Barang dalam proses biaya Rp. 18.000
tenaga kerja langsung (30
jam)
Biaya overhead pabrik Rp. 6.000
sesungguhnya (10 jam)
Gaji dan upah Rp. 24.000

Anda mungkin juga menyukai