PT.ABC membeli 3 jenis bahan baku dengan faktur sbb: Bahan A 6000 kg @ Rp.1.000,-
Bahan B 7000 kg @ Rp.1.200,- dab Bahan C 5000 kg @ Rp.800,- Biaya angkut untuk
ketiga jenis bahan baku tersebut Rp.920.000,-
Maka jumlah dialokasi dengan perhitungan sebagai berikut:
- Bahan Baku A = 6.000.000/18.400.000 x Rp.920.000,- = Rp. 300.000,-
- Bahan Baku B = 8.400.000/18.400.000 x Rp.920.000,- = Rp. 420.000,-
- Bahan baku C – 4.000.000/18.400.000 x Rp.920.000,- = Rp. 200.000,-
Tiap bahan baku yang dibeli, masing-masing dibebani dengan biaya angku sebagai
berikut:
- Bahan Baku A = Rp.300.000,- : 6.000 = Rp.50,-
- Bahan Baku B = Rp.420.000,- : 7.000 = Rp. 60,-
- Bahan Baku C = Rp.200.000,- : 5.000 = Rp. 40,-
Maka harga Pokok Tia[p Kg Bahan Baku Yang Dibeli:
- Bahan Baku A = Rp.1.000,- + Rp.50,- = Rp.1.050,-
- Bahan Baku B = Rp.1.200,- + Rp.60,- = Rp. 1.260,-
- Bahan Baku C = Rp. 800,- + Rp. 40,- = Rp. 840,-
PERHITUNGAN BIAYA BAHAN BAKU
SISTEM PENCATATAN YANG DIGUNAKAN ADALAH: SISTEM FISIK DAN SISTEM
PERFECTUAL
METODE PENILAIAN PERSEDIAAN: FIFO, LIFO DAN HARGA POKOK RATA-RATA
HARGA POKOK BAHAN BAKU YANG DIPAKAI DALAM PROSES PRODUKSI PADA
DASARNYA ADALAH HASIL KALI KUANTITAS DENGAN HARGA SATUAN BAHAN BAKU
YANG DIPAKAI
• CONTOH:
Bahan Baku PT.ABC selama 2 Minggu pertama bulan Juli 2019, sbb:
Juli 1, Persediaan 8.000 kg @ Rp.1.000,-
Juli 8, Pembelian 12.000 kg @ Rp.1.200,-
Juli 12, Masuk Proses Produksi 15,000 Kg
Maka Harga Pokok Bahan Baku Yang Dipakai Dalam Proses Produksi adalah:
FIFO = (8.000 Kg x Rp.1.000,-)+(7.000 kg xRp.1.200,-) =Rp.16.400.000,-
LIFO = (12.000kg x Rp.1.200,-)+(3.000 kg x Rp.1.000,-) = Rp. 17.400.000,-
Rata-Rata= (8.000 kg x Rp.1.000,-)+(12.000,- x Rp.1.200,-): 8.000 kg +12.000 kg )
=Rp.1.120,-
= 15.000 x Rp.1.120,- = Rp. 16.800.000,-
PENCATATAN BIAYA BAHAN BAKU
• PENCATATAN SISTEM FISIK
• PENCATATAN SISTEM PERFECTUAL
Harga Pokok bahan baku yang dipakai dalamproses produksi selama periode :
Persediaan Bahan Baku Awal Periode........................................Rp. xxx
Harga Pokok Bahan Baku Yang Dibeli selama Periode...............Rp. xxx +
Harga Pokok Bahan Baku Yang Tersedia Untuk Dijual................Rp. xxx
Harga Pokok Persediaan Bahan Baku Akhir Periode..................Rp. xxx -
Harga Pokok Bahan Baku Yg Dipakai Dalam Proses Produksi ...Rp. xxx
Contoh Sistem Fisik: Data Bahan Baku PT.ABC bulan Juli 2019, sbb:
Juli 1, Persediaan 12.000 kg @ Rp.1.000,-
Juli 5, Pembelian 12.000 kg @ Rp.1.250,-
Juli 12,Pembelian 6.000 kg @ Rp.1.400,-
Juli 31, Persediaan sebanyak 10.000 kg
Contoh:
Data Persediaan Bahan Baku A.1 pada PT.ABC Bulan Oktober 2018 sbb:
Oktober, 1. Persediaan 18.000 kg @Rp.2.500,-
Oktober, 5. Pembelian 12.000 kg @Rp.3.000,-
Oktober, 8. masuk Proses Produksi 20.000 kg
Oktober, 15. Pembelian 10.000 kg @Rp.3.200,-
Oktober, 20. Masuk proses produksi 15.000 Kg
Buat : Kartu persediaan dengn Sistem Perfectual FIFO,LIFO dan RATA_RATA
Jenis Bahan : A.1
Satuan : Kg
KARTU PERSEDIAAN Metode : FIFO
EOQ =
Bahan baku berupa Kedelai yang diperlukan untuk membuat kecap selama tahun 2018
sebanyak 364 ons. Harga kedelai tersebut per-kg adalah Rp. 160,- Biaya pesanan
setiap kali pesan Rp. 728,- dan biaya penyimpanan bahan baku di gudang 40 %
Diminta: Hitung pembelian yang paling ekonomis untuk setiap kali pesan.
Jawab: EOQ =
= √ 2 x 364 x 728
160,- x 0,40
= 91 ons
Artinya = Cara Pembelian Yang paling Ekonomis untuk setiap kali pesan adalah
sebanyak 91 ons. Apabila setahun diperlukan kedelai 364 ond, maka dalam setahun
dilaksanakan pembelian 364 : 91 = 4 kali pemesanan
Pembuktian;
Jika kedelai yang dibutuhkan setahun adalah 364 ons, berarti cara pemesanannya dapat dilakukan, apakah 1
kali pesan, 2 kali pesan, 4 kali pesan atau 7 kali pesan
1 x pemesanan = Rata-Rata Persediaan 364 x 160,- = Rp. 58.240,-
Biaya Penyimpanan setahun 40 % x Rp. 58.240,- = Rp. 23.296,-
Biaya Pesanan Setahun 1 x Rp.728,- = Rp. 728,- +
jumlah.............................................Rp. 82.264,-
Contoh: :
Perusahaan membeli 3 macam bahan baku dengan jumlah harga dalam faktur
sebesar Rp500.000. Biaya angkutan yang dibayar untuk ketiga macam bahan
baku tersebut adalah sebesar Rp300.000. Kuantitas masing-masing jenis
bahan baku yang tercamtum dalam faktur adalah bahan baku A=400 kg,
bahan baku B=350 kg, bahan baku C=50 kg .
Pembagian biaya angkutan kepada tiap-tiap jenis bahan baku adalah:
Berat
Jenis Harga Pokok Bahan
Bahan Baku Baku
Harga faktur % (ii)xRp 300.000
Kg (i) : 800 (iii)
(i) (ii)
Contoh :
Perusahaan membeli 4 macam bahan baku dengan harga faktur tiap-tiap jenis bahan
sebagai berikut : Bahan baku A Rp. 100.000,- ,
bahan baku B Rp. 150.000,- , bahan baku C Rp. 225.000,- , bahan baku D Rp. 125.000,- .
Biaya angkutan 4 jenis bahan baku tersebut adalah
Rp. 48.000,- . Jika biaya angkutan tersebut dibagi atas dasar perbandingan harga faktur tiap-
tiap jenis bahan baku tersebut, harga pokok
tiap jenis bahan baku akan di bebani dengan tambahan biaya angkutan sebesar Rp. 0,08
(48.000/600.000). Pembagian biaya angkutan sebesar Rp. 48.000,- adalah sbb :
Perbandingan harga faktur tiap jenis bahan baku yang dibeli.
Contoh :
Perusahaan membeli 4 macam bahan baku dengan harga faktur tiap-tiap jenis bahan sebagai berikut : Bahan baku A Rp100.000,- , bahan baku B Rp150.000 ,- , bahan baku C Rp. 225.000,- , bahan baku D Rp. 125.000 ,- . Biaya angkutan 4 jenis bahan baku
tersebut adalah Rp. 48.000 ,- . Jika biaya angkutan tersebut dibagi atas dasar perbandingan harga faktur tiap-tiap jenis bahan baku tersebut, harga pokok tiap jenis bahan baku akan di bebani dengan tambahan biaya angkutan sebesar Rp0,08 (48.000/600.000) .
Pembagian biaya angkutan sebesar Rp. 48.000 ,-adalah sbb :
Jenis Bahan Harga Pokok Bahan
Harga faktur Pembagian Biaya Angkutan
Baku Baku
x Rp.0,08
(i)+ (ii)
(i) (ii)
(iii)
A Rp 100.000 Rp 8.000 Rp 108.000
Contoh :
Biaya angkutan yang diperkirakan akan dikeluarkan dalam tahun 20X1 adalah
sebesar Rp2.500.000 , dan jumlah bahan baku
yang diangkut diperkirakan sebanyak 50.000 kg . Jadi tarif biaya angkut untuk
tahun 20X1 adalah sebesar Rp50 per kg bahan
baku yang diangkut . Dalam tahun 20X1 jumlah bahan baku yang dibeli dan
alokasi angkutan atas dasar tarif disajikan sebagai berikut :
Biaya Angkutan yg Harga Pokok Bahan
Jenis Bahan Berat Harga Faktur
dibebankan atas Dasar Tarif Baku
Baku Kg
(1) x Rp50 (2) + (3)
(1) (2)
(3) (4)
A 25.000 Rp 5.000.000 Rp 1.250.000 Rp 6.250.000
BBB Rp100.000 , BTKL Rp124.000 . Setelah pengolahan 500 satuan produk Y tersebut selesai,
ternyata terdapat 50 satuan produk cacat. Biaya pengerjaan kembali 50 satuan produk cacat
tersebut terdiri dari : BTKL Rp10.000 , dan BOP pada tarif yang dipakai.
Jurnal pencatatan biaya produksi pesanan tersebut dan biaya pengerjaan kembali produk cacat adalah
sbb :
• Jurnal pencatatan biaya produksi 500 satuan produk :
BDP-BBB 100.000
BDP-BTKL 125.000
BDP-BOP 187.000
Persediaan Bahan Baku 100.000
Gaji dan Upah 125.000
BOP yg diebankan 187.000
• Jurnal pencatatan biaya pengerjaan kembali produk cacat jika biaya tersebut
dibebankan kepada produk secara keseluruhan :
BOP Sesungguhnya 25.000
Gaji dan Upah 10.000
BOP yang Dibebankan 15.000
Bahan Penolong :
Bahan penolong W 27 kg @ Rp 11.000 Rp 297.000,-
Bahan penolong X 60 liter @ Rp 5.000 Rp 300.000,- +
Jumlah bahan penolong yang dibeli Rp 597.000,-
Jumlah Total (Bahan Baku + Bahan Penolong) Rp 10.617.000,-
Bahan baku dan bahan penolong tersebut dibeli oleh Bagian Pembelian. Bahan
tersebut kemudian disimpan dalam gudang menanti saatnya dipakai dalam proses
produksi untuk memenuhi pesanan tersebut. Perusahaan menggunakan dua
rekening kontrol untuk mencatat persediaan bahan yaitu :
Pencatatan Persediaan Bahan Baku
Persediaan Bahan Baku Rp 10.020.000,-
Utang Dagang Rp
10.020.000,-
Untuk memproses pesanan dari PT. Apollo dan PT. Bintang, bahan baku yang digunakan
adalah sebagai berikut :
• Bahan Baku untuk pesanan PT. Apollo (Kode 111)
• Kertas jenis Y 95 rim @ Rp 11.000 Rp 1.045.000.-
• Tinta jenis A 10 kg @ Rp 110.000 Rp 1.100.000,-
+
Jumlah bahan baku untuk pesanan kode 111 Rp 2.145.000,-
• Pada saat memproses dua pesanan tersebut, perusahaan menggunakan bahan penolong
sebagai berikut :
Bahan penolong W 10 kg @ Rp 11.000 Rp 110.000,-
Bahan penolong X 35 liter @ Rp 5.000 Rp 175.000,- +
Jumlah bahan penolong yang dipakai dalam produksi Rp 285.000,-
• Karena dalam metode harga pokok pesanan harus dipisahkan antara biaya
produksi langsung dari biaya produksi tidak langsung, maka bahan penolong yang
merupakan unsur biaya produksi tidak langsung dicatat pemakaiannya dengan
mendebit rekening kontrol Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya. Rekening Barang
dalam proses hanya didebit untuk mencatat pembebanan biaya overhead pabrik
berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.
Biaya tenaga kerja: Jasa sumber daya manusia yang dinilai dengan satuan
uang, yang dikorbnkan dalam usaha memperoleh pendapatan.
Tenaga kerja langsung yaitu tenaga kerja di pabrik yang secara langsung
terlibat pada proses produksi dan biayanya dikaitkan pada biaya produksi
atau pada barang yang dihasilkan. Sedangkan tenaga kerja tak langsung
adalah tenaga kerja di pabrik yang tidak terlibat secara langsung pada
proses produksi dan biayanya dikaitkan pada biaya overhead pabrik.
1. Penggolongan menurut fungsi pokok dalam organisasi perusahaan
Organisasi yang berhubungan dengan produksi barang dalam perusahaan manufaktur
terbagi menjadi 3 fungsi pokok yaitu:
fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi. Biaya tenaga kerja yang
timbul dari fungsi pokok organisasi adalah sebagai berikut:
a. Biaya tenaga kerja produksi : adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar
tenaga
kerja bagian produksi yang meliputi gaji karyawan produksi, biaya tunjangan
karyawan pabrik, upah lembur karyawan pabrik, upah mandor pabrik, gaji pimpinan
pabrik.
b. Biaya tenaga kerja pemasaran : adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar
tenaga
kerja bagian pemasaran yang meliputi gaji karyawan pemasaran, biaya tunjangan karyawan
pemasaran, biaya komisi pemasaran, gaji pimpinan pemasaran.
c. Biaya tenaga kerja administrasi dan umum : adalah biaya yang dikeluarkan
untuk
membayar tenaga kerja bagian administrasi yang meliputi gaji karyawan bagian akuntansi,
gaji bagian personalia, gaji bagian sekretariat, biaya tunjangan karyawan bagian akuntansi,
biaya tunjangan karyawan bagian personalia, biaya tunjangan karyawan bagian sekretariatt.
2. Penggolongan menurut kegiatan departemen-departemen dalam
perusahaan
Departemen dalam perusahaan manufaktur dibagi kedalam 2 departemen
yaitu:
Biaya tenaga kerja yang terjadi di departemen produksi
Misalnya : departemen produksi suatu perusahaan kertas yang terdiri dari 3
departemen yaitu bagian pulp, bagian kertas, dan bagian penyempurnaan.
Biaya tenaga kerja yang terjadi di departemen non produksi.
Misalnya : tenaga kerja bagian akuntansi, bagian personalia, dll.
Penggolongan kedua departemen tersebut dimaksudkan untuk
memudahkan pengendalian terhadap biaya tenaga kerja pada setiap
departemen.
3. Penggolongan menurut jenis pekerjaan
Dalam suatu departemen perusahaan, tenaga kerja dapat digolongkan
berdasarkan jenis pekerjaannya yaitu gaji mandor, upah pengawas, dan gaji
operator. Gaji masing-masing jenis pekerjaan berbeda satu sama lain.
4. Penggolongan menurut hubungan dengan produk
Contoh: Pada perusahaan kursi yang termasuk tenaga kerja langsung adalah
gaji karyawan bagian pemotongan kayu, pengamplas, dll.
Tenaga kerja tidak langsung ; adalah biaya tenaga kerja yang timbul dari
pembuatan produksi namun karyawannya tidak langsung berhubungan dengan
pembuatan produk tersebut. Upahnya masuk dalam biaya overhead pabrik
dibebankan pada produk secara tidak langsung, tetapi melalui tarif biaya
overhead pabrik yang ditentukan terlebih dahulu. Contoh: Pada perusahaan
kursi yang termasuk tenaga kerja tidak langsung adalah gaji karyawan bagian
keamanan pabrik, pengawas pabrik, dll.
(AKUNTANSI BIAYA TENAGA KERJA) PENCATATAN BIAYA TENAGA KERJA
Tarif BOP Per-Unit = Taksiran BOP : Taksiran Unit Produk Yang Diproduksi
Mis: BOP untuk suatu periode ditaksir Rp.6.000.000,- taksiran produk yang
dihasilkan 10.000 unit. Produk sesungguhnya yang dihasilkan pada periode
bersangkutan 9.800 unit
Maka:
Misal:
BOP untuk satu periode ditaksir Rp.60.000.000,- dan taklsiran Biaya tenaga Kerja
Langsung Rp.80.000.000,- serta Biaya tenaga kerja Langsung Yang Sesungguhnya
Rp. 75.000.000,-
Maka:
BOP yang dibebankan kepada produk yang dihasilkan pada periode bersangkutan
adalah = 75 % x Rp.75.000.000,-
= Rp. 56.250.000,-
JAM KERJA LANGSUNG
====================
Tarif BOP Per-Jam = Taksiran BOP : aksiran Jam Kerja Langsung
Misalkan:
BOP untuk satu periode ditaksir Rp.50.000.000,-
Jam Kerja Langsung Yang Digunakan Dalam proses Produksi 40.000 jam
Tenaga Kerja Langsung yang sesungguhnya digunakan dalam periode yang
bersangkutan 42.000 jam
Maka: Tarif BOP per-jam = Rp.50.000.000,- : 40.000
= Rp. 1.250,-
BOP yang dibebankan adalah = 42.000x Rp. 1.250,-
= Rp. 52.500.000,-
JAM MESIN
===========
Tarif BOP Per-Jam = taksiran BOP: Taksiran Jam Jasa Mesin
Misalkan:
Taksiran BOP dalam satu periode Rp.50.000.000,- Mesin Ditaksir dapat
dioperasikan 20.000 Jam dan Jam Jasa mesin yang sebenarnya digunakan
dalam periode yang bersangkutan 18.000 Jam
Maka: Taksiran BOP Per jam Mesin = Rp.50.000.000,-: 20.000
= Rp.2.500,-
BOP yang dibebankan = 18.000 x Rp.2.500,-
= Rp.45.000.000,-
PENCATATAN BOP
================
1. Pencatatan BOP Yang sesungguhnya
BOP Sesungguhnya xxx -
Persediaan bahan Penolong - xxx
Gaji dan Upah - xxx
Ak.Peny.Mesin - xxx
Ak.Peny.Gedung Pabrik - xxx
Asuransi Pabrik Dibayar Dimuka - xxx
Kas/Hutang - xxx
- Selisih Merugikan
Harga Pokok Penjualan xxx -
BOP Sesungguhnya - xxx
- Selisih Menguntungkan
BOP Sesungguhnya xxx -
Harga Pokok Penjualan - xxx
4. Pencatatan Harga Pokok Produk Selesai
1. Perhitungan Harga Pokok produk Selesai
Harga pokok produk selesai dalam suatu periode disebut juga “Harga Pokok
Produksi”. Harga Pokok Produksi dihitung dengan cara sbb:
Harga Pokok Persediaan Brg Dlm Proses awal periode...........xxx
(+) Harga Pokok Barang Masuk Proses:
- BBB.......................................xxx
- BTK........................................xxx
- BOP........................................xxx +
xxx +
Total Harga Pokok Barang Yang Diproses................................ xxx
(-) Harga Pokok Persediaan BDP akhir periode....................... xxx –
Harga Pokok Produk Selesai (Harga Pokok Produksi).............. xxx
• CONTOH:
Data produksi PT.ABC bulan Juli 2017 sebagai berikut:
- Persediaan BDP awal periode Rp. 15.800.000.-
- BBB Rp. 26.300.000,-
- BTK Rp. 12.400.000,-
- BOP Rp. 8.700.000,-
- Persediaan BDP akhir periode Rp. 12.800.000,-
Maka Harga Pokok Produksi elesai (Harga Pokok Produksi) adalah:
Harga Pokok Persediaan Brg Dlm Proses awal periode...........Rp. 15.800.000,-
(+) Harga Pokok Barang Masuk Proses:
- BBB.......................................Rp. 26.300.000,-
- BTK........................................Rp. 12.400.000,-
- BOP........................................Rp. 8.700.000,- +
Rp. 47.400.000 +
Total Harga Pokok Barang Yang Diproses................................ Rp. 63.200.000,-
(-) Harga Pokok Persediaan BDP akhir periode....................... Rp. 12.800.000,- -
Harga Pokok Produk Selesai (Harga Pokok Produksi).............. Rp. 50.400.000,-
2. Pencatatan Harga Pokok Produk Selesai
Harga Pokok Persediaan BDP akhir periode (Barang yang belum selesai)
dikeluarkan dari akun BDP, dengan jurnal sebagai berikut:
Ikhtisar Laba-Rugi xxx -
BDP - xxx
Contoh: siklus biaya produksi, diketahui data biaya produksi PT.ABC bulan Agt
2017 sebagai berikut:
Persediaan BDP 1 Agt Rp. 24.600.000,-
Persediaan Bahan Baku 1 Agt Rp. 14.500.000,-
Pembelian Bahan Baku selama Periode Rp. 45.500.000,-
BTK Rp. 28.800.000,-
BOP yang dibebankan Rp. 21.600.000,-
Persediaan BDP 31 Agt Rp. 18.600.000,-
Perediaan Bahan Baku 31 Agt Rp. 12.000.000,-
Jawaban:
DataBiaya:
Harga Pokok BP awal periode Rp. 24.600.000,-
Biaya Bahan Baku:
- Persediaan Rp. 14.500.000,-
- Pembelian Rp. 45.500.000,-
Bahan Baku Tersedia Untuk Diproses Rp. 60.000.000,-
- persediaan akhir periode Rp. 12.000.000,-
Harga Pokok Bahan Baku yang Diproses Rp. 48.000.000,-
...............................................................................................................(bersambung).......
Biaya Tenaga Kerja Rp. 28.800.000,-
Biaya Overhead Pabrik Rp. 21.600.000,-
==============