Anda di halaman 1dari 68

BAB II

PERHITUNGAN DAN PENCATATAN BIAYA PRODUKSI


1. Akuntansi Biaya Bahan Baku (BBB)

Defenisi Biaya Bahan Baku

Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh


produk jadi. Bahan baku yang diolah perusahaan manufaktur

Dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor, atau dari pengelolaan


sendiri. Di dalam memperoleh bahan baku, perusahaan tidak hanya
mengeluarkan biaya sejumlah harga beli bahan baku saja, tetapi
juga mengeluarkan biaya-biaya pembelian, pergudangan dan
biaya-biaya perolehan lain. timbul masalah mengenai unsur biaya
apa saja yang diperhitungkan sebagai harga pokok bahan
baku yang dibeli.
Biaya bahan baku merupakan komponen biaya yang terbesar
dalam pembuatan produk jadi. Dalam perusahaan manufaktur ,
bahan baku diolah menjadi produk jadi dengan mengeluarkan
biaya konversi. Bahan yang digunakan untuk produksi diklasifikasikan
menjadi bahan baku (bahan langsung) dan bahan pembantu
(bahan tidak langsung). Bahan langsung yaitu bahan yang
digunakan untuk produksi yang dapat diidentifikasikan ke produk.
Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya
utama (prime cost) yang dibebankan kepada persediaan produk
dalam proses. Bahan tidak langsung meliputi semua bahan yang
bukan merupakan bahan baku. Biaya bahan tidak langsung
dibebankan pada biaya overhead pabrik saat
bahan tersebut digunakan untuk produksi.
Bahan penolong yaitu bahan-bahan yang
diperlukan dalam pembuatan produk yang
penggunaannya relatif kecil atau tidak terlalu
sulit untuk diperlakukan sebagai bahan
langsung. Contoh: produk kaos olah raga, bahan
bakunya kain kaos, dan bahan penolongnya
adalah benang.
PENENTUAN HARGA POKOK BAHAN BAKU YANG DIBELI
BEBERAPA CARA YANG DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MENGALOKASIKAN BIAYA
ANGKUTAN TERHADAP BAHAN BAKU YANG DIBELI;
a. Berdasarkan Perbandingan Kuantitas Tiap Jenis Bahan Baku Yang Dibeli.
ex: PT.ABC membeli 2 jenis bahan baku, yaitu bahan baku A 60.000 Kg @ 1.000,-
dan bahan baku B . 40.000 kg @ Rp. 800,- biaya angkut yang dibayar untuk bahan
baku A dan B berjumlah Rp.2.500.000,- di alokasi kepada terhadap bahan baku
tersebut.
Maka:
Dibebankan kepada bahan baku A =60.000/100.000 x Rp.2.500.000 = Rp. 1.500.000,-
Biaya angkut A =Rp. 1.500.000,- /60.000 = Rp. 25,-
= Rp.1000,- + Rp. 25,-= Rp. 1025.000,-
Dibebankan kepada bahan baku B = 40.000/100.000 x2.500.000=Rp. 1.000.000,-
Biaya Angkut B =Rp. 1.000.000,- /40.000=Rp. 25,-
=Rp.800,- + Rp. 25,-= Rp. 825.000,-
b. Berdasarkan Perbandingan Harga Faktur Tiap Jenis Bahan Baku Yang Dibeli

PT.ABC membeli 3 jenis bahan baku dengan faktur sbb: Bahan A 6000 kg @ Rp.1.000,-
Bahan B 7000 kg @ Rp.1.200,- dab Bahan C 5000 kg @ Rp.800,- Biaya angkut untuk
ketiga jenis bahan baku tersebut Rp.920.000,-
Maka jumlah dialokasi dengan perhitungan sebagai berikut:
- Bahan Baku A = 6.000.000/18.400.000 x Rp.920.000,- = Rp. 300.000,-
- Bahan Baku B = 8.400.000/18.400.000 x Rp.920.000,- = Rp. 420.000,-
- Bahan baku C – 4.000.000/18.400.000 x Rp.920.000,- = Rp. 200.000,-

Tiap bahan baku yang dibeli, masing-masing dibebani dengan biaya angku sebagai
berikut:
- Bahan Baku A = Rp.300.000,- : 6.000 = Rp.50,-
- Bahan Baku B = Rp.420.000,- : 7.000 = Rp. 60,-
- Bahan Baku C = Rp.200.000,- : 5.000 = Rp. 40,-
Maka harga Pokok Tia[p Kg Bahan Baku Yang Dibeli:
- Bahan Baku A = Rp.1.000,- + Rp.50,- = Rp.1.050,-
- Bahan Baku B = Rp.1.200,- + Rp.60,- = Rp. 1.260,-
- Bahan Baku C = Rp. 800,- + Rp. 40,- = Rp. 840,-
PERHITUNGAN BIAYA BAHAN BAKU
SISTEM PENCATATAN YANG DIGUNAKAN ADALAH: SISTEM FISIK DAN SISTEM
PERFECTUAL
METODE PENILAIAN PERSEDIAAN: FIFO, LIFO DAN HARGA POKOK RATA-RATA
HARGA POKOK BAHAN BAKU YANG DIPAKAI DALAM PROSES PRODUKSI PADA
DASARNYA ADALAH HASIL KALI KUANTITAS DENGAN HARGA SATUAN BAHAN BAKU
YANG DIPAKAI
• CONTOH:
Bahan Baku PT.ABC selama 2 Minggu pertama bulan Juli 2019, sbb:
Juli 1, Persediaan 8.000 kg @ Rp.1.000,-
Juli 8, Pembelian 12.000 kg @ Rp.1.200,-
Juli 12, Masuk Proses Produksi 15,000 Kg
Maka Harga Pokok Bahan Baku Yang Dipakai Dalam Proses Produksi adalah:
FIFO = (8.000 Kg x Rp.1.000,-)+(7.000 kg xRp.1.200,-) =Rp.16.400.000,-
LIFO = (12.000kg x Rp.1.200,-)+(3.000 kg x Rp.1.000,-) = Rp. 17.400.000,-
Rata-Rata= (8.000 kg x Rp.1.000,-)+(12.000,- x Rp.1.200,-): 8.000 kg +12.000 kg )
=Rp.1.120,-
= 15.000 x Rp.1.120,- = Rp. 16.800.000,-
PENCATATAN BIAYA BAHAN BAKU
• PENCATATAN SISTEM FISIK
• PENCATATAN SISTEM PERFECTUAL
Harga Pokok bahan baku yang dipakai dalamproses produksi selama periode :
Persediaan Bahan Baku Awal Periode........................................Rp. xxx
Harga Pokok Bahan Baku Yang Dibeli selama Periode...............Rp. xxx +
Harga Pokok Bahan Baku Yang Tersedia Untuk Dijual................Rp. xxx
Harga Pokok Persediaan Bahan Baku Akhir Periode..................Rp. xxx -
Harga Pokok Bahan Baku Yg Dipakai Dalam Proses Produksi ...Rp. xxx

Contoh Sistem Fisik: Data Bahan Baku PT.ABC bulan Juli 2019, sbb:
Juli 1, Persediaan 12.000 kg @ Rp.1.000,-
Juli 5, Pembelian 12.000 kg @ Rp.1.250,-
Juli 12,Pembelian 6.000 kg @ Rp.1.400,-
Juli 31, Persediaan sebanyak 10.000 kg

Maka: Juli 31. Pembelian Bahan Baku Rp.23.400.000,- -


Hutang Dagang - Rp.23.400.000,-
2. Memindahkan Saldo Akun Pembelian Bahan Baku ke Akun “Barang Dalam Proses”
Juli 31. Barang Dalam Proses Rp.23.400.000,- -
Pembelian bahan Baku - Rp.23.400.000,-

Untuk memindahkan akun”Persediaan Pembelian Baku” ke Akun”Barang Dalam


Proses”
Juli 31. Barang Dalam Proses Rp.12.000.000,- -
persediaan bahan Baku - Rp. 12.000.000,-

3. Untuk mencatat harga Pokok Persediaan Bahan Baku Akhir periode:


FIFO=Maka persediaan 10.000 kg adalah:
(6.000 kg x Rp.1.400,-)+(4.000 kg x Rp.1.250,-) = Rp.13.400.000,-
Maka Jurnal :
Juli 31. Persediaan bahan Baku Rp.13.400.000,- -
barang Dalam Proses - Rp.13.400.000,-
• CONTOH SiSTEM PERFECTUAL:
Contoh: Data Persediaan Bahan Baku PT.ABC sbb:
Juli 1. Persediaan 6.500 kg @ Rp.4,250,-
Juli 5. Pembelian 8.500 kg @ Rp.4.550,- (n/30)
Juli 10. masuk Proses produksi 10.000 Kg
Maka: Pencatatan FIFO Perfectual:
Juli 5. Persediaan bahan Baku Rp.38.675.000,- -
Hutang Dagang - Rp.Rp.38.675.000,-

Harga Pokok Bahan Baku Yang diproses(FIFO):


6.500 kg @ Rp.4.250,-............=Rp.27.625.000,-
3.500 kg @ Rp.4.550,-............=Rp.15.925.000,-
Jumlah................=Rp.43.550.000,-
Juli.10 Barang Dalam Proses Rp.43.550.000,- -
Persediaan Bahan Baku - Rp.43.550.000,-
(LIFO): (8.500 Kg @ Rp.4.550,-)+(1.500 Kg @ Rp.4.250,-) = Rp.45.050.000,-
(RATA-RATA):Persediaan (6.500 kg @ Rp.4.250,-= Rp.27.625.000,-)+(8.500 Kg @ Rp.4.550,-
= Rp.38.675.000,-)= Rp.66.300.000,- Maka: Kuantitas = 6.500 kg + 8.500 Kg=15.000
Kg.
Maka= Rp.66.300.000,- : 15.000 = Rp. 4.420,-
= 10.000 kg x Rp.4.420,- = Rp.44.200.000,-
Pencatatan Sistem perfectual dapat disajikan dalam kartu persediaan:

Contoh:
Data Persediaan Bahan Baku A.1 pada PT.ABC Bulan Oktober 2018 sbb:
Oktober, 1. Persediaan 18.000 kg @Rp.2.500,-
Oktober, 5. Pembelian 12.000 kg @Rp.3.000,-
Oktober, 8. masuk Proses Produksi 20.000 kg
Oktober, 15. Pembelian 10.000 kg @Rp.3.200,-
Oktober, 20. Masuk proses produksi 15.000 Kg
Buat : Kartu persediaan dengn Sistem Perfectual FIFO,LIFO dan RATA_RATA
Jenis Bahan : A.1
Satuan : Kg
KARTU PERSEDIAAN Metode : FIFO

PEMBELIAN PEMAKAIAN SALDO


TGL
Unit Harga Jumlah Unit Harga Jumlah Unit Harga Jumlah
Satuan (Rp) Satuan (Rp) Satuan (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp)
1/10 - - - - - - 18.000 2.500 45.000.000
5/10 12.000 3.000 36.000.000 - - - 18.000 2.500 45.000.000
12.000 3.000 36.000.000
8/10 - - - 18.000 2.500 45.000.000
2.000 3.000 6.000.000 10.000 3.000 30.000.000
15/10 10.000 3.200 32.000.000 - - - 10.000 3.000 30.000.000
10.000 3.200 32.000.000
20/10 - - - 10.000 3.000 30000.000
5.000 3.200 16.000.000 5.000 3.200 16.000.000
Jenis Bahan : A.1
Satuan : Kg
KARTU PERSEDIAAN Metode : LIFO

PEMBELIAN PEMAKAIAN SALDO


TGL
Unit Harga Jumlah Unit Harga Jumlah Unit Harga Jumlah
Satuan (Rp) Satuan (Rp) Satuan (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp)
1/10 - - - - - - 18.000 2.500 45.000.000
5/10 12.000 3.000 36.000.000 - - - 18.000 2.500 45.000.000
12.000 3.000 36.000.000
8/10 - - - 12.000 3.000 36.000.000
8.000 2.500 20.000.000 10.000 2.500 25.000.000
15/10 10.000 3.200 32.000.000 - - - 10.000 2.500 25.000.000
10.000 3.200 32.000.000
20/10 - - - 10.000 3.200 32.000.000
5.000 2.500 12.500.000 5.000 2.500 12.500.000
Jenis Bahan : A.1
Satuan : Kg
KARTU PERSEDIAAN Metode : RATA-RATA

PEMBELIAN PEMAKAIAN SALDO


TGL
Unit Harga Jumlah Unit Harga Jumlah Unit Harga Jumlah
Satuan (Rp) Satuan (Rp) Satuan (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp)
1/10 - - - - - - 18.000 2.500 45.000.000
5/10 12.000 3.000 36.000.000 - - - 30.000 2.700 81.000.000

8/10 - - - 20.000 2.700 54.000.000


10.000 2.700 27.000.000
15/10 10.000 3.200 32.000.000 - - - 20.000 2.950 59.000.000

20/10 - - - 15.000 2.950 44.250.000


5.000 2.950 14.750.000
a. Pembelian dan Formulir Pembelian
Dalam formulir pembelian terdiri dari formulir permintaan bahan baku dibuat dari bagian gudang
dimana bagian tersebut membuat formulir permintaan bahan baku yang diajukan pada bagian
pembeli. Permintaan bahan baku dari bagian gudang dibuat jika bahan baku yang ada di gudang
sudah mencapai pada tahap minimal sehingga perlu dilakukan pemesanan kembali atau reorder
point (ROP). Rumusnya:
Reorder Point = (lead time x rata-rata pemakaian) + safety stock
Keterangan :
Lead time adalah waktu yang dibutuhkan antara barang yang dipesan hingga sampai diperusahaan.
Rata-rata pemakaian merupakan tingkat pemakaian bahan baku rata-rata persatuan waktu
tertentu.
Safety stock (persediaan pengaman) merupakan jumlah persediaan barang minimumyang harus
dimiliki oleh perusahaan untuk menjaga kemungkinan keterlambatan datangnya bahan baku.
Contoh Soal
PT Abadi konveksi akan menghitung persediaan
dimana perusahaan harus melakukan pemesanan
kembali bahan baku kain dengan dat sebagai berikut:
Waktu tunggu pesanan bahan baku kain datang
(lead time) 5 hari
Pemakaian rata-rata perhari bahan baku kain sebesar
300 m
Persedian cadangan (safety stock) sebesar pemakaian
rata-rata untuk 2 hari.
Tentukan ROP untuk bahan baku kain?
Jawab :

ROP =(lead time x rata-rata pemakaian) + safety stock


= (5x300m) + (2x300m) = 2100 m
Batas minimal digudang bahan baku sebanyak 2100 m, maka
bagian gudang wajib mengajukan permintaan pembelian bahan
baku kain pada bagian pembelian.
b. Formulir Pemesanan Bahan Baku
Formulir permintaan bahan baku yang dibuat oleh bagian gudang
selanjutnyadiberikan pada bagian pembelian, lalu bagian pembelian
membuat formulir pesanan pembelian bahan baku yang ditujukan oleh
suplier atau pemasok bahan baku.
Ada kuantitas pemesanan yang ekonomis disebut Economic Order Quantity
(EOQ) adalah jumlah persediaan yang harus dipesan pada satu saat dengan
tujuan untuk mengurangi biaya tahunan. Rumus EOQ sebagai berikut :

EOQ =

Ket: R = kebutuhan bahan baku


S = biaya order/pesan
C = biaya simpan per unit (P x I)
P= harga bahan per-unit
I = Biaya Penyimpanan
Contoh Soal :

Bahan baku berupa Kedelai yang diperlukan untuk membuat kecap selama tahun 2018
sebanyak 364 ons. Harga kedelai tersebut per-kg adalah Rp. 160,- Biaya pesanan
setiap kali pesan Rp. 728,- dan biaya penyimpanan bahan baku di gudang 40 %
Diminta: Hitung pembelian yang paling ekonomis untuk setiap kali pesan.

Jawab: EOQ =

= √ 2 x 364 x 728
160,- x 0,40
= 91 ons

Artinya = Cara Pembelian Yang paling Ekonomis untuk setiap kali pesan adalah
sebanyak 91 ons. Apabila setahun diperlukan kedelai 364 ond, maka dalam setahun
dilaksanakan pembelian 364 : 91 = 4 kali pemesanan
Pembuktian;
Jika kedelai yang dibutuhkan setahun adalah 364 ons, berarti cara pemesanannya dapat dilakukan, apakah 1
kali pesan, 2 kali pesan, 4 kali pesan atau 7 kali pesan
1 x pemesanan = Rata-Rata Persediaan 364 x 160,- = Rp. 58.240,-
Biaya Penyimpanan setahun 40 % x Rp. 58.240,- = Rp. 23.296,-
Biaya Pesanan Setahun 1 x Rp.728,- = Rp. 728,- +
jumlah.............................................Rp. 82.264,-

2 x Pesanan = Rata-Rata Persediaan 182 x 160,- /2 = Rp. 14.560,-


Biaya Penyimpanan setahun 40 % x Rp. 14.560,- = Rp. 5.824,-
Biaya Pesanan Setahun 2 x Rp.728,- = Rp. 1.456,-
Biaya bahan Baku Setahun 364 x Rp. 160,- = Rp. 58.240,-+
jumlah.............................................Rp. 65.520,-

4 x Pesanan = Rata-Rata Persediaan 91 x 160,-/ 2 = Rp. 7.280,-


Biaya Penyimpanan setahun 40 % x Rp. 7,280,- = Rp. 2.912,-
Biaya Pesanan Setahun 4 x Rp.728,- = Rp. 2.912,-
Biaya bahan Baku Setahun 364 x Rp. 160,- = Rp. 58.240,-+
jumlah.............................................Rp. 64.064,

7 x Pesanan = Rata-Rata Persediaan 52 x 160, - / 2 = Rp. 4.160,-


Biaya Penyimpanan setahun 40 % x Rp. 4.160,- = Rp. 1.664,-
Biaya Pesanan Setahun 7 x Rp.728,- = Rp. 5.096,-
Biaya bahan Baku Setahun 364 x Rp. 160,- = Rp. 58.240,-+
jumlah.............................................Rp. 65.000,-
-
Perbandingan kuantintas tiap jenis bahan baku yang dibeli.

Contoh: :
Perusahaan membeli 3 macam bahan baku dengan jumlah harga dalam faktur
sebesar Rp500.000. Biaya angkutan yang dibayar untuk ketiga macam bahan
baku tersebut adalah sebesar Rp300.000. Kuantitas masing-masing jenis
bahan baku yang tercamtum dalam faktur adalah bahan baku A=400 kg,
bahan baku B=350 kg, bahan baku C=50 kg .
Pembagian biaya angkutan kepada tiap-tiap jenis bahan baku adalah:
Berat
Jenis Harga Pokok Bahan
Bahan Baku Baku
Harga faktur % (ii)xRp 300.000
Kg (i) : 800 (iii)
(i) (ii)

A 400 50,00 Rp 150.000

B 350 43,75 131.000


Perbandingan harga faktur tiap jenis bahan baku yang dibeli.

Contoh :
Perusahaan membeli 4 macam bahan baku dengan harga faktur tiap-tiap jenis bahan
sebagai berikut : Bahan baku A Rp. 100.000,- ,
bahan baku B Rp. 150.000,- , bahan baku C Rp. 225.000,- , bahan baku D Rp. 125.000,- .
Biaya angkutan 4 jenis bahan baku tersebut adalah
Rp. 48.000,- . Jika biaya angkutan tersebut dibagi atas dasar perbandingan harga faktur tiap-
tiap jenis bahan baku tersebut, harga pokok
tiap jenis bahan baku akan di bebani dengan tambahan biaya angkutan sebesar Rp. 0,08
(48.000/600.000). Pembagian biaya angkutan sebesar Rp. 48.000,- adalah sbb :
Perbandingan harga faktur tiap jenis bahan baku yang dibeli.

Contoh :
Perusahaan membeli 4 macam bahan baku dengan harga faktur tiap-tiap jenis bahan sebagai berikut : Bahan baku A Rp100.000,- , bahan baku B Rp150.000 ,- , bahan baku C Rp. 225.000,- , bahan baku D Rp. 125.000 ,- . Biaya angkutan 4 jenis bahan baku
tersebut adalah Rp. 48.000 ,- . Jika biaya angkutan tersebut dibagi atas dasar perbandingan harga faktur tiap-tiap jenis bahan baku tersebut, harga pokok tiap jenis bahan baku akan di bebani dengan tambahan biaya angkutan sebesar Rp0,08 (48.000/600.000) .
Pembagian biaya angkutan sebesar Rp. 48.000 ,-adalah sbb :
Jenis Bahan Harga Pokok Bahan
Harga faktur Pembagian Biaya Angkutan
Baku Baku
x Rp.0,08
(i)+ (ii)
(i) (ii)
(iii)
A Rp 100.000 Rp 8.000 Rp 108.000

B 150.000 12.000 162.000

C 225.000 18.000 243.000

D 125.000 10.000 135.000

Rp 600.000 Rp 48.000 Rp 648.000


Biaya angkutan diperhitungkan dalam harga pokok bahan baku yang dibeli
berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.
Untuk meneyederhanakan perhitungan harga pokok bahan baku, biaya angkutan
dibebankan kepada bahan baku yang dibeli atas dasar tarif yang ditentukan dimuka.
Perhitungan tarif dilakukan dengan menaksir biaya angkutan yang akan dikeluarkan
dalam tahun anggaran tertentu. Taksiran biaya angkutan ini kemudian dibagi dengan
dasar yang akan digunakan untuk mengalokasikan biaya angkutan tersebut . Pada
saat pembelian bahan baku, harga faktur bahan baku harus ditambah dengan biaya
angkutan seesar tarif yang telah ditentukan. Biaya angkutkutan yang sesungguhnya
dikeluarkan dicatat dalam rekening Biaya Angkutan.

Contoh :
Biaya angkutan yang diperkirakan akan dikeluarkan dalam tahun 20X1 adalah
sebesar Rp2.500.000 , dan jumlah bahan baku
yang diangkut diperkirakan sebanyak 50.000 kg . Jadi tarif biaya angkut untuk
tahun 20X1 adalah sebesar Rp50 per kg bahan
baku yang diangkut . Dalam tahun 20X1 jumlah bahan baku yang dibeli dan
alokasi angkutan atas dasar tarif disajikan sebagai berikut :
Biaya Angkutan yg Harga Pokok Bahan
Jenis Bahan Berat Harga Faktur
dibebankan atas Dasar Tarif Baku
Baku Kg
(1) x Rp50 (2) + (3)
(1) (2)
(3) (4)
A 25.000 Rp 5.000.000 Rp 1.250.000 Rp 6.250.000

B 15.000 4.500.000 750.000 5.250.000

C 10.000 4.000.000 500.000 4.500.000

Rp 13.500.000 Rp 2.500.000 Rp 16.000.000


Jika misalnya biaya angkutan yg sesungguhnya dlm tahun 2018 adalah sebesar
Rp2.400.000, maka jurnal yg dibuat dalam tahun 2018 untuk mencatat bahan baku
yg dibeli tsb adalah sbb:
(a) Jurnal pembelian bahan baku
Persediaan bahan baku Rp13.500.000
Utang dagang Rp13.500.000
(b) Jurnal pembebanan biaya angkutan atas dasar tarif
Persediaan bahan baku Rp2.500.000
Biaya angkutan Rp2.500.000
(c) Jurnal pencatatan biaya angkutan yg sesungguhnya terjadi
Biaya angkutan Rp2.400.000
Kas Rp2.400.000
(d) Jurnal penutupan saldo rekening biaya angkutan ke rekening harga
pokok penjualan
Biaya angkutan Rp100.000
Harga pokok penjualan Rp100.000
Contoh :
PT Eliona Sari memproduksi atas dasar pesanan. Karena produk rusak
merupakan hal yang biasa terjadi dalam prses pengolahan produk, maka
kerugian adanya produk rusak sudah diperhitungkan dalam penentuan tarif
BOP pada awal tahun. Tarif BOP adalah 160% dari BTKL.
Pada tahun 2018, perusahaan menerima pesanan produk B seanyak 2.000 kg .
Biaya produksi yang dikeluarkan untuk mengerjakan pesanan tersebut adalah:
BBB Rp. 100.000,- , BTKL Rp. 250.000,- , BOP Rp. 400.000,-
(160%xRp250.000).
Setelah pesanan ini selesai doproduksi, ternyata dari 2.300 kg produk selesai
yang dihasilkan terdapat 300 kg produk rusak, yang diperkirakan masih laku
dijual Rp. 200,- per kg .
Jurnal mencatat biaya produksi untuk mengolah pesanan B tersebut adalah :
BDP-BBB 100.000
BDP-BTKL 250.000
BDP-BOP 400.000
Persediaa Bahan Baku 100.000
Gaji dan Upah 250.000
BOP yg dibebankan 400.000
Karena dalam tarif BOP telah diperhitungkan kerugian produk rusak, maka berarti
seluruh produk yang diproduksi akan dibebani dengan kerugian karena adanya produk
rusak tersebut. Oleh karena itu , kerugian yang sesungguhnya timbul dari produk rusak
didebitkan dalam rekening BOP sesungguhnya.
Kerugian karena adanya produk rusak :
Harga pokok produk rusak 300xRp326* = Rp. 97.800
Nilai jual produk rusak 300xRp200 = Rp. 60.000 -
Jadi kerugian produk rusak = Rp37.800

Jurnal pencatatan produk rusak dan kerugianya adalah :


Persediaan Produk Rusak 60.000
BOP Sesungguhnya 37.800
BDP-BBB (300x43) 12.900
BDP-BTKL (300x109) 32.700
BDP-BOP (300x174) 52.200
Jurnal pencatatan produk jadi yang baik adalah sbb :
Persediaan produk jadi 652.000
BDP-BBB 86.000
BDP-BTKL 218.000
BDP-BOP 348.000
Pencatatan Biaya Pengerjaan Kembali Produk Cacat Jika Biaya Tersebut Dibeankan kepada Pesanan Tertentu .
Contoh :
PT Rimendi menerima pesanan 100 satuan produk X. Biaya produksi yang dikeluarkan untuk mengolah produk
tersebut adalah :
BBB Rp40.000, BTKL Rp25.000 , BOP 200% dari BTKL .
Setelah pengolahan 100 satuan produk X tersebut selesai, ternyata terdapat 10 satuan produk cacat tersebut
terdiri dari biaya BTKL Rp 5.000 dan BOP pada tarif yang biasa dipakai .
Jurnal pencatatan produksi pesanan tersebut dan biaya pengerjaan kembali produk cacat tersebut adalah sbb :
Jurnal pencatatan biaya produksi 100 satuan produk X :
BDP-BBB 40.000
BDP-BTKL 25.000
BDP-BOP 50.000
Persediaan Bahan Baku 40.000
Gaji dan Upah 25.000
BOP yg diebankan 50.000
Jurnal pencatatan biaya pengerjaan kembali produk cacat jika biaya tersebut dibebankan sebagai tamahan
biaya produksi pesanan yang bersangkutan :
BDP-Biaya Tenaga Kerja 5.000
BDP-Biaya Overhead pabrik 10.000
Gaji dan Upah 5.000
BOP yang Dibebankan 10.000
Jurnal pencatatan harga pokok produk selesai :
Persediaan Produk Jadi 130.000
BDP-BBB 40.000
BDP-BTKL 30.000
BDP-BOP 60.000
• Pencatatan Biaya Pengerjaan Kembali Produk Cacat Jika Biaya Tersebut Dibeankan kepada
Produksi Secara Keseluruhan.
Contoh :
Di dalam proses produksi PT Eliona selalu terjadi produk cacat, yag secara ekonomis masih dapat
diperbaiki dengan cara mengeluarkan biaya pengerjaan kembali. Oleh karena itu, pada waktu
menentukan tarif BOP, di dalam anggaran BOP diperhitungkan ditaksiran biaya pengerjaan kembali
produk cacat yang akan dikeluarkan selama periode anggaran. Tarif BOP ditentukan sebesar 150%
dari BTKL, PT Eliona dalam periode anggaran tersebut menerima pesanan pembuatan 500 satuan
produk Y. Biaya produksi yang dikeluarkan untuk mengolah produk tersebut adalah:

BBB Rp100.000 , BTKL Rp124.000 . Setelah pengolahan 500 satuan produk Y tersebut selesai,
ternyata terdapat 50 satuan produk cacat. Biaya pengerjaan kembali 50 satuan produk cacat
tersebut terdiri dari : BTKL Rp10.000 , dan BOP pada tarif yang dipakai.

Jurnal pencatatan biaya produksi pesanan tersebut dan biaya pengerjaan kembali produk cacat adalah
sbb :
• Jurnal pencatatan biaya produksi 500 satuan produk :

BDP-BBB 100.000
BDP-BTKL 125.000
BDP-BOP 187.000
Persediaan Bahan Baku 100.000
Gaji dan Upah 125.000
BOP yg diebankan 187.000

• Jurnal pencatatan biaya pengerjaan kembali produk cacat jika biaya tersebut
dibebankan kepada produk secara keseluruhan :
BOP Sesungguhnya 25.000
Gaji dan Upah 10.000
BOP yang Dibebankan 15.000

• Jurnal pencatatan harga pokok produk selesai :


Persediaan Produk Jadi 412.000
BDP-BBB 100.000
BDP-BTKL 125.000
BDP-BOP 187.000
Pembelian bahan baku dan bahan penolong
Pada tanggal 2 Januari perusahaan membeli bahan baku da bahan penolong berikut
ini :
Bahan Baku :
Kertas jenis Y 95 rim @ Rp 11.000 Rp 1.045.000.-
Kertas jenis Z 20 roll @ Rp 350.000 Rp 7.000,000,-
Tinta jenis A 10 kg @ Rp 110.000 Rp 1.100.000,-
Tinta jenis B 25 kg @ Rp 35.000 Rp 875.000,-
+
Jumlah bahan baku yang dibeli Rp
10.020.000,-

Bahan Penolong :
Bahan penolong W 27 kg @ Rp 11.000 Rp 297.000,-
Bahan penolong X 60 liter @ Rp 5.000 Rp 300.000,- +
Jumlah bahan penolong yang dibeli Rp 597.000,-
Jumlah Total (Bahan Baku + Bahan Penolong) Rp 10.617.000,-
Bahan baku dan bahan penolong tersebut dibeli oleh Bagian Pembelian. Bahan
tersebut kemudian disimpan dalam gudang menanti saatnya dipakai dalam proses
produksi untuk memenuhi pesanan tersebut. Perusahaan menggunakan dua
rekening kontrol untuk mencatat persediaan bahan yaitu :
Pencatatan Persediaan Bahan Baku
Persediaan Bahan Baku Rp 10.020.000,-
Utang Dagang Rp
10.020.000,-

• Pencatatan Persediaan Bahan Penolong


Persediaan Bahan Penolong Rp 597.000,-
Utang Dagang Rp 597.000,-
Pemakaian baan baku dan bahan penolong
Untuk dapat mencatat bahan baku yang digunakan dalam tiap pesanan, perusahaan
menggunakan dokumen yang disebut bukti penerimaan dan pengeluaran barang gudang.
Dokumen ini diisi oleh Bagian Produksi dan diserahkan kepada Bagia Gudang untuk meminta
bahan yang diperlukan oleh Bagian Produksi. Bagi Gudang akan mengisi jumlah bahan yang
diserahkan kepada Bagian Produksi pada dokumen tersebut, dan kemudian dokumen ini
dipakai sebagai dokumen sumber untuk dasar pencatatan pemakaian bahan.

Untuk memproses pesanan dari PT. Apollo dan PT. Bintang, bahan baku yang digunakan
adalah sebagai berikut :
• Bahan Baku untuk pesanan PT. Apollo (Kode 111)
• Kertas jenis Y 95 rim @ Rp 11.000 Rp 1.045.000.-
• Tinta jenis A 10 kg @ Rp 110.000 Rp 1.100.000,-
+
Jumlah bahan baku untuk pesanan kode 111 Rp 2.145.000,-

• Bahan Baku untuk pesanan PT. Bintang (Kode 112)


• Kertas jenis Z 20 roll @ Rp 350.000 Rp 7.000,000,-
• Tinta jenis B 25 kg @ Rp 35.000 Rp 875.000,-
+
• Jumlah bahan baku untuk pesanan kode 112 Rp 7.875.000,-
Jumlah bahan baku yang dipakai Rp 10.020.000,-
• Pencatatan pemakaian bahan baku dalam metode harga pokok pesanan dilakukan dengan
mendebit rekening Barang dalam proses dan mengkredit rekening Persediaan bahan baku atas
dasar dokumen bukti permintaan dan pengeluaran gudang. Pendebitan rekening Barang dalam
Proses ini diikuti dengan pencatatan rincian bahan baku yang dipakai dalam kartu harga pokok
pesanan yang bersangkutan.

• Pencatatan Pemakaian Bahan Baku


Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rp 10.020.000,-
Persediaan Bahan Baku Rp 10.020.000,-

• Pada saat memproses dua pesanan tersebut, perusahaan menggunakan bahan penolong
sebagai berikut :
Bahan penolong W 10 kg @ Rp 11.000 Rp 110.000,-
Bahan penolong X 35 liter @ Rp 5.000 Rp 175.000,- +
Jumlah bahan penolong yang dipakai dalam produksi Rp 285.000,-
• Karena dalam metode harga pokok pesanan harus dipisahkan antara biaya
produksi langsung dari biaya produksi tidak langsung, maka bahan penolong yang
merupakan unsur biaya produksi tidak langsung dicatat pemakaiannya dengan
mendebit rekening kontrol Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya. Rekening Barang
dalam proses hanya didebit untuk mencatat pembebanan biaya overhead pabrik
berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.

Pencatatan Pemakaian Bahan Penolong :


Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 285.000,-
Persediaan Bahan Penolong Rp 285.000,-
2. Akuntansi Biaya Tenaga Kerja (BTK)

Biaya tenaga kerja: Jasa sumber daya manusia yang dinilai dengan satuan
uang, yang dikorbnkan dalam usaha memperoleh pendapatan.

Tenaga kerja langsung yaitu tenaga kerja di pabrik yang secara langsung
terlibat pada proses produksi dan biayanya dikaitkan pada biaya produksi
atau pada barang yang dihasilkan. Sedangkan tenaga kerja tak langsung
adalah tenaga kerja di pabrik yang tidak terlibat secara langsung pada
proses produksi dan biayanya dikaitkan pada biaya overhead pabrik.
1. Penggolongan menurut fungsi pokok dalam organisasi perusahaan
Organisasi yang berhubungan dengan produksi barang dalam perusahaan manufaktur
terbagi menjadi 3 fungsi pokok yaitu:
fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi. Biaya tenaga kerja yang
timbul dari fungsi pokok organisasi adalah sebagai berikut:
a. Biaya tenaga kerja produksi : adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar
tenaga
kerja bagian produksi yang meliputi gaji karyawan produksi, biaya tunjangan
karyawan pabrik, upah lembur karyawan pabrik, upah mandor pabrik, gaji pimpinan
pabrik.
b. Biaya tenaga kerja pemasaran : adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar
tenaga
kerja bagian pemasaran yang meliputi gaji karyawan pemasaran, biaya tunjangan karyawan
pemasaran, biaya komisi pemasaran, gaji pimpinan pemasaran.
c. Biaya tenaga kerja administrasi dan umum : adalah biaya yang dikeluarkan
untuk
membayar tenaga kerja bagian administrasi yang meliputi gaji karyawan bagian akuntansi,
gaji bagian personalia, gaji bagian sekretariat, biaya tunjangan karyawan bagian akuntansi,

biaya tunjangan karyawan bagian personalia, biaya tunjangan karyawan bagian sekretariatt.
2. Penggolongan menurut kegiatan departemen-departemen dalam
perusahaan
Departemen dalam perusahaan manufaktur dibagi kedalam 2 departemen
yaitu:
Biaya tenaga kerja yang terjadi di departemen produksi
Misalnya : departemen produksi suatu perusahaan kertas yang terdiri dari 3
departemen yaitu bagian pulp, bagian kertas, dan bagian penyempurnaan.
Biaya tenaga kerja yang terjadi di departemen non produksi.
Misalnya : tenaga kerja bagian akuntansi, bagian personalia, dll.
Penggolongan kedua departemen tersebut dimaksudkan untuk
memudahkan pengendalian terhadap biaya tenaga kerja pada setiap
departemen.
3. Penggolongan menurut jenis pekerjaan
Dalam suatu departemen perusahaan, tenaga kerja dapat digolongkan
berdasarkan jenis pekerjaannya yaitu gaji mandor, upah pengawas, dan gaji
operator. Gaji masing-masing jenis pekerjaan berbeda satu sama lain.
4. Penggolongan menurut hubungan dengan produk

Dalam hubungannya dengan produk yang dihasilkan, tenaga kerja dibagi


menjadi 2 yaitu:
Tenaga kerja langsung ; adalah biaya tenaga kerja yang timbul dari pembuatan
produksi yang langsung berhubungan dengan produk yang dihasilkan. Jasa
yang dihasilkan dapat di telusuri secara langsung pada produk dan upahnya
merupakan bagian yang besar dalam memproduksi produk.

Contoh: Pada perusahaan kursi yang termasuk tenaga kerja langsung adalah
gaji karyawan bagian pemotongan kayu, pengamplas, dll.
Tenaga kerja tidak langsung ; adalah biaya tenaga kerja yang timbul dari
pembuatan produksi namun karyawannya tidak langsung berhubungan dengan
pembuatan produk tersebut. Upahnya masuk dalam biaya overhead pabrik
dibebankan pada produk secara tidak langsung, tetapi melalui tarif biaya
overhead pabrik yang ditentukan terlebih dahulu. Contoh: Pada perusahaan
kursi yang termasuk tenaga kerja tidak langsung adalah gaji karyawan bagian
keamanan pabrik, pengawas pabrik, dll.
(AKUNTANSI BIAYA TENAGA KERJA) PENCATATAN BIAYA TENAGA KERJA

1. Perhitungan waktu jam kerja


Pada perusahaan yang membuat satu jenis barang, untuk menghitung
jumlah jam kerja yang dipergunakan dalam periode tertentu, setiap pekerja
dilengkapi dengan kartu jam kerja (Clock Card). Tiap hari kerja kartu tersebut
dimasukan ke dalam jam pencatat waktu (Time Clock) oleh pekerja yang
bersangkutan.
2. Penyusunan Daftar Gaji dan Upah
Perusahaan besar pada umumnya mempunyai departemen (bagian) yang
khusus bertugas mengurus administrasi gaji dan upah untuk setiap pegawai ,
jumlah jam kerja tiap pegawai, menghitung upah yang harus dibayar,
mengatur pemotongan upah, menentukan jumlah upah bersih yang harus
diterima dan menyusun daftar gaji dan upah.
DAFTAR UPAH MINGGU KE-2 JULI 2019

NAMA JUMLAH TARIF GAJI UPAH


JAM UPAH KOTOR POTONGAN BERSIH
KERJA (Rp) (Rp) (Rp)
PPh.Ps.21 Pinjaman
(Rp) (Rp)
A 50 3.000 150.000 3.600 25.000 121.400
B 48 3.500 168.000 2.400 10.000 155.600
C 50 2.500 125.000 - - 125.000
D 40 2.500 100.000 - 10.000 90.000
E 50 3.000 150.000 3.600 - 146.400
F 48 3.500 168.000 2.400 25.000 140.600
G 46 3.000 138.000 2.400 - 135.600

999.000 14.400 70.000 914.600


Maka Jurnalnya :
1. Saat mencatat daftar upah.

Gaji dan Upah 99.000,- -


Hutang Gaji dan Upah - 914.600,-
PPh.karyawan yang harus distor - 14.400,-
Piutang Karyawan - 70.000,-

2. Saat Upah Dibayarkan.

Hutang Gaji dan Upah 914.000,- -


Kas - 914.000,-

3. Saat PPh distor ke Kas Negara

PPh Karyawan yang harus distor 14.400,- -


Kas - 14.400,-
ALOKASI BIAYA TENAGA KERJA
==========================

Misal upah kotor seperti tersebut di atas Rp.999.000,- terdiri atas:

- Upah Langsung.............................Rp. 759.000,-


- Upah Tidak Langsung....................Rp. 240.000,-

Maka Jurnal mencatat alokasi gaji dan upah:

Barang Dalam proses 759.000,- -


BOP Sesungguhnya 240.000,- -
Gaji dan Upah - 999.000,-
BERDASARKAN CONTOH TERSEBUT, APABILA DATA GAJI BAGIAN PEMASARAN
Rp.6.800.000,-DAN DATA GAJI ADMINISTRASI DAN UMUM Rp. 2.600.000,-
==============================================================

Maka Jurnal Mencatat Alokasi Gaji dan Upah :

Barang Dalam proses 16.700.000,- -


BOP Sesungguhnya 3.000.000,- -
Beban Gaji Bagian Penjualan 6.800.000,- -
Beban Gaji Bagian Adm dan Umum 2.600.000,- -
Gaji dan Upah - 29.100.000,-
D e fin Bis iayO ve rh e ad P ab rik
Biayove rh ead p ab rikad alh se muabiayp roduksie lain bah an b aku dan b iayte nagake rjaln gsu ng.Biayove rh ead p ab rikdap atd ib edakan menjad iti ga,yitu :
1.Biayo ve rh ead pab rikvab e l
2.Biayo ve rh ead pab rikte ap
3.Biayo ve rh ead pab rikcamp uran

3. Akuntansi Biaya Overhead Pabrik (BOP)


Biaya overhead pabrik variabel adalah biaya overhead pabrik
yang jumlah totalnya akan berubah sebanding dengan
perubahan volume kegiatan. Contoh biaya overhead pabrik
variabel adalah biaya bahan penolong.
Biaya overhead pabrik tetap adalah biaya overhead pabrik yang
jumlah totalnya (dalam kisaran tertentu) tidak berubah
walaupun terjadi perubahan volume kegiatan. Contohnya
adalah pajak bumi dan bangunan, biaya penyusutan aktiva
tetap, dan biaya sewa gedung pabrik.
Biaya overhead pabrik campuran dapat dibedakan menjadi
biaya overhead pabrik semivariabel, misalnya biaya listrik
pabrik dan biaya teleon pabrik, dan biaya overhead pabrik
bertahap, misalnya gaji supervisor dan gaji inspektur.
Yang Termasuk Kelompok Biaya Overhead Pabrik:
1. Biaya Bahan Penolong
Bahan yang diperlukan untuk pembuatan produk, sebagai kelengkapan (Mis:
Plitur, Lem,dll)
2. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Biaya tenga kerja tdk langsung(upah karyawan pabrik yg tidak berhubungan
dengan produksi)
3. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Aktiva Tetap Pabrik
Perbaikan dan pemeliharaan mesin, Gedung Pabrik dll yang terkait dengan pabrik
4. Biaya Penyusutan Aktiva Tetap pabrik
Biaya penyusutan Mesin,Gedung dll yang ada Di Pabrik
5. Biaya-Biaya Yang Timbul Karena penggunaan Jasa Pihak Lain
Termasuk Biaya Listrik bagian gedung pabrik, Mesin dll.
6. Biaya Asuransi
Biaya asuransi terkait dengan aktiva tetap, Biaya asuransi
kecelakaan tenaga kerja.
7. Biaya-Biaya Yang Terjadi di Departemen Pembantu
semua biaya yang timbul, jika ada departemen pembantu di
pabrik, misalnya, departemen bengkel,dll.
PENENTUAN TARIF BOP
=====================

Berdasarkan Pengalaman produksi Masa Lalu, Memperhatikan


Tingkat Relevansi dengan Unsrut Biaya produksi Lainnya,
dasar untuk Menetapkan Tarif BOP adalah:
1. Satuan Produk
2. Biaya Bahan Baku
3. Biaya Tenaga Kerja Langsung
4. Jam Kerrja Langsung
5. Jam Mesin
SATUAN PRODUK
==================

Tarif BOP Per-Unit = Taksiran BOP : Taksiran Unit Produk Yang Diproduksi
Mis: BOP untuk suatu periode ditaksir Rp.6.000.000,- taksiran produk yang
dihasilkan 10.000 unit. Produk sesungguhnya yang dihasilkan pada periode
bersangkutan 9.800 unit
Maka:

6.000.000,-:10.000 = Rp. 600,-


BOP yang dibebankan = 9.800,- x 600,-
= Rp.5.880.000,-
Biaya Bahan Baku
================
Persentase pembebanan BOP = Taksiran BOP/Taksiran BBB x 100 %
Misalnya:
Taksiran BOP untuk satu periode Rp. 40.000.000,- dan Taksiran pemakaian
Bahan Baku Rp.50.000.000,-

(40.000.000,- : 50.000.000,-) 100 %


= 80 %

Aapabila dalam pelaksanaannya BBB yang sesungguhnya terjadi


Rp.60.000.000,-, Maka BOP yang dibebankan kepada produk yang
dihasilkan adalah: 80 % x Rp.60.000.000,-
= Rp. 48.000.000,-
BIAYA TENAGA KERJA lANGSUNG
==============================
Persentase pembebanan BOP= Taksiran BOP Satu Periode: Taksiran BTKL

Misal:
BOP untuk satu periode ditaksir Rp.60.000.000,- dan taklsiran Biaya tenaga Kerja
Langsung Rp.80.000.000,- serta Biaya tenaga kerja Langsung Yang Sesungguhnya
Rp. 75.000.000,-
Maka:

Persentase Pembebanan BOP = (60.000.000,- : 80.000.000,-) 100 %


= 75 %

BOP yang dibebankan kepada produk yang dihasilkan pada periode bersangkutan
adalah = 75 % x Rp.75.000.000,-
= Rp. 56.250.000,-
JAM KERJA LANGSUNG
====================
Tarif BOP Per-Jam = Taksiran BOP : aksiran Jam Kerja Langsung

Misalkan:
BOP untuk satu periode ditaksir Rp.50.000.000,-
Jam Kerja Langsung Yang Digunakan Dalam proses Produksi 40.000 jam
Tenaga Kerja Langsung yang sesungguhnya digunakan dalam periode yang
bersangkutan 42.000 jam
Maka: Tarif BOP per-jam = Rp.50.000.000,- : 40.000
= Rp. 1.250,-
BOP yang dibebankan adalah = 42.000x Rp. 1.250,-
= Rp. 52.500.000,-
JAM MESIN
===========
Tarif BOP Per-Jam = taksiran BOP: Taksiran Jam Jasa Mesin

Misalkan:
Taksiran BOP dalam satu periode Rp.50.000.000,- Mesin Ditaksir dapat
dioperasikan 20.000 Jam dan Jam Jasa mesin yang sebenarnya digunakan
dalam periode yang bersangkutan 18.000 Jam
Maka: Taksiran BOP Per jam Mesin = Rp.50.000.000,-: 20.000
= Rp.2.500,-
BOP yang dibebankan = 18.000 x Rp.2.500,-
= Rp.45.000.000,-
PENCATATAN BOP
================
1. Pencatatan BOP Yang sesungguhnya
BOP Sesungguhnya xxx -
Persediaan bahan Penolong - xxx
Gaji dan Upah - xxx
Ak.Peny.Mesin - xxx
Ak.Peny.Gedung Pabrik - xxx
Asuransi Pabrik Dibayar Dimuka - xxx
Kas/Hutang - xxx

JIKA BOP TIDAK ADA RINCIANNYA, MAKA DIJURNAL SBB:


BOP Yang Sesungguhnya xxx -
Akun-Akun Yang Harus Dikredit - xxx

2. Pencatatan BOP Yang Dibebankan Kepada produk:


Barang Dalam proses xxx -
BOP Yang Dibebankan - xxx
3. Memindah bukukan Saldo Akun BOP Yang Dibebankan:

BOP Yang Dibebankan xxx -


BOP Sesungguhnya - xxx

4. Pencatatan Selisih BOP

- Selisih Merugikan
Harga Pokok Penjualan xxx -
BOP Sesungguhnya - xxx

- Selisih Menguntungkan
BOP Sesungguhnya xxx -
Harga Pokok Penjualan - xxx
4. Pencatatan Harga Pokok Produk Selesai
1. Perhitungan Harga Pokok produk Selesai
Harga pokok produk selesai dalam suatu periode disebut juga “Harga Pokok
Produksi”. Harga Pokok Produksi dihitung dengan cara sbb:
Harga Pokok Persediaan Brg Dlm Proses awal periode...........xxx
(+) Harga Pokok Barang Masuk Proses:
- BBB.......................................xxx
- BTK........................................xxx
- BOP........................................xxx +
xxx +
Total Harga Pokok Barang Yang Diproses................................ xxx
(-) Harga Pokok Persediaan BDP akhir periode....................... xxx –
Harga Pokok Produk Selesai (Harga Pokok Produksi).............. xxx
• CONTOH:
Data produksi PT.ABC bulan Juli 2017 sebagai berikut:
- Persediaan BDP awal periode Rp. 15.800.000.-
- BBB Rp. 26.300.000,-
- BTK Rp. 12.400.000,-
- BOP Rp. 8.700.000,-
- Persediaan BDP akhir periode Rp. 12.800.000,-
Maka Harga Pokok Produksi elesai (Harga Pokok Produksi) adalah:
Harga Pokok Persediaan Brg Dlm Proses awal periode...........Rp. 15.800.000,-
(+) Harga Pokok Barang Masuk Proses:
- BBB.......................................Rp. 26.300.000,-
- BTK........................................Rp. 12.400.000,-
- BOP........................................Rp. 8.700.000,- +
Rp. 47.400.000 +
Total Harga Pokok Barang Yang Diproses................................ Rp. 63.200.000,-
(-) Harga Pokok Persediaan BDP akhir periode....................... Rp. 12.800.000,- -
Harga Pokok Produk Selesai (Harga Pokok Produksi).............. Rp. 50.400.000,-
2. Pencatatan Harga Pokok Produk Selesai
Harga Pokok Persediaan BDP akhir periode (Barang yang belum selesai)
dikeluarkan dari akun BDP, dengan jurnal sebagai berikut:
Ikhtisar Laba-Rugi xxx -
BDP - xxx

Contoh: siklus biaya produksi, diketahui data biaya produksi PT.ABC bulan Agt
2017 sebagai berikut:
Persediaan BDP 1 Agt Rp. 24.600.000,-
Persediaan Bahan Baku 1 Agt Rp. 14.500.000,-
Pembelian Bahan Baku selama Periode Rp. 45.500.000,-
BTK Rp. 28.800.000,-
BOP yang dibebankan Rp. 21.600.000,-
Persediaan BDP 31 Agt Rp. 18.600.000,-
Perediaan Bahan Baku 31 Agt Rp. 12.000.000,-

Maka Jurnalnya adalah:


1. Mencatat Pembelian Bahan Baku
Agt 31 Pembelian Bahan Baku Rp. 45.500.000,- -
Kas/Hutang - Rp. 45.500.000,-
2. Mencatat Biaya Tenaga Kerja
Agt 31 Barang Dalam Proses Rp. 28.800.000,- -
Gaji dan Upah - Rp. 28.800.000,-
3. Mencatat BOP Yang Dibebankan Kepada produk
Agt 31 Barang Dalam Proses Rp. 21.600.000,- -
BOP yang dibebankan - Rp. 21.600.000,-
4. Mencatat Pengumpulan Biaya produksi akhir periode
a. Agt 31 Barang Dalam Proses Rp. 24.600.000,- -
Persediaan BDP - Rp. 24.600.000,-
b. Agt 31 Barang Dalam Proses Rp. 46.500.000,- -
Persediaan bahan Baku - Rp. 46.500.000,-
c. Agt 31 Barang Dalam Proses Rp. 46.500.000,- -
Pembelian Bahan Baku - Rp. 46.500.000,-
d. Agt 31 Persediaan bahan Baku Rp. 12.000.000,- -
Barang Dalam Proses - Rp. 12.000.000,-
e. Agt 31 Persediaan BDP Rp. 18.600.000,- -
Barang Dalam Proses - Rp. 18.600.000,-
f. Agt 31 Ikhtisar Laba-Rugi Rp. 104.400.000,- -
Barang Dalam Proses - Rp. 104.400.000,-
Contoh Soal:
• PT Aquana memproduksi air mineral dengan merk “Fresh”. Perusahaan ini
memiliki BDP per 1 Januari 2008 sebanyak 10.000 liter dan dalam bulan
Januari 2008 perusahaan memproses 50.000 liter. Pada akhir bulan Januari
2008 perusahaan memiliki BDP akhir sebanyak 20.000 liter.
Diminta: berapa liter produk selesai selama bulan Januari 2008?

Jawaban:

Produk selesai dihitung dg formula sbb:


Persediaan BDP awal 10.000
Produk masuk proses periode ini 50.000 +
Total unit yang diproses 60.000
Persediaan BDP akhir (20.000 )
Produk selesai 40.000
5. Laporan Biaya Produksi
Dalam prusahaan industri manukfaktur, selain laporan keuangan juga harus
membuat laporan biaya produksi, khusus untuk kepentingan intern/ manajemen.
Laporan biaya produksi memuat informasi mengenai jumlah unit produk yang
diproses dan data biaya produksi.
Contoh: siklus biaya produksi, diketahui data biaya produksi PT.ABC bulan Agt 2019
sebagai berikut:
Persediaan BDP 1 Agt Rp. 24.600.000,-
Persediaan Bahan Baku 1 Agt Rp. 14.500.000,-
Pembelian Bahan Baku selama Periode Rp. 45.500.000,-
BTK Rp. 28.800.000,-
BOP yang dibebankan Rp. 21.600.000,-
Persediaan BDP 31 Agt Rp. 18.600.000,-
Perediaan Bahan Baku 31 Agt Rp. 12.000.000,-
Misalkan data produksi bulan Agt 2019 : Jumlah produk dalam proses awal
periode 12.400 unit, jumlah produk masuk proses bulan Agt 23.000 unit dan
jumlah produk dalam proses akhir periode 9.300 unit.
Buatlah laporan biaya produksi PT.ABC bulan Agt 2019.
PT.ABC
LAPORAN BIAYA PRODUKSI
BULAN Agt 2019
Data Produksi:
Persediaan BDP awal periode.................................................................12.400 unit
Jumlah produk Masuk Proses.................................................................23.000 unit +
Jumlah Produk yang diproses..................................................................35.400 unit
Persediaan BDP akhir periode.................................................................. 9.300 unit -
Jumlah Unit Produksi selesai....................................................................26.100 unit

DataBiaya:
Harga Pokok BP awal periode Rp. 24.600.000,-
Biaya Bahan Baku:
- Persediaan Rp. 14.500.000,-
- Pembelian Rp. 45.500.000,-
Bahan Baku Tersedia Untuk Diproses Rp. 60.000.000,-
- persediaan akhir periode Rp. 12.000.000,-
Harga Pokok Bahan Baku yang Diproses Rp. 48.000.000,-

...............................................................................................................(bersambung).......
Biaya Tenaga Kerja Rp. 28.800.000,-
Biaya Overhead Pabrik Rp. 21.600.000,-

Total Harga Pokok Barang Yang DiProses Rp. 123.000.000,-

Harga Pokok BDP Akhir Periode Rp. 18.600.000,- -

Harga Pokok Produksi (Produk Selesai) Rp. 104.400.000,-

==============

Anda mungkin juga menyukai