Anda di halaman 1dari 14

1. Bahan baku adalah bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi.

Seperti plastik, kain, kayu


2. Yang membentuk harga pokok bahan baku tidak hanya harga beli dalam faktur
pembelian tetapi juga biaya lain seperti biaya angkutan, biaya pembelian, dan
biaya menyiapkan bahan baku dalam keadaan siap diolah
3. Perlakuan terhadap biaya angkutan dapat diperlakukan sebagai tambahan harga
pokok bahan baku atau diperlakukan sebagai unsur BOP
4. Contoh PT X membeli 4 macam bahan baku seharga 8.200.000 dengan rincian :
Jenis Bahan Baku Berat (kg) Harga per kg Total
A 500 3.000 1.500.000
B 600 4.000 2.400.000
C 650 2.000 1.300.000
D 750 4.000 3.000.000
2.500 8.200.000
Dengan biaya angkutan sebesar 1.640.000
a. Jurnal untuk mencatat harga pokok bahan baku yang dibeli:
 Jurnal pembelian bahan baku :
Persediaan bahan baku 8.200.000
Utang dagang 8.200.000
 Jurnal pencatatan biaya angkutan :
Biaya angkut 1.640.000
Kas 1.640.000
b. Harga pokok per kg tiap jenis bahan baku jika biaya angkutan dialokasikan
berdasarkan perbandingan kuantitas
Jenis Berat Perbandingan Alokasi biaya Harga Harga
bahan (kg) (%) angkut faktur pokok
baku Berat : 2.500 % x 1.640.000 bahan baku
A 500 20 % 328.000 1.500.000 1.828.000
B 600 24 % 393.600 2.400.000 2.793.600
C 650 26 % 426.400 1.300.000 1.726.400
D 750 30 % 492.000 3.000.000 3.492.000
2.500 kg 100 % 1.640.000 8.200.000 9.840.000
Harga per kg :
Bahan baku A = 1.828.000 : 500 kg = 3.656
Bahan baku B = 2.793.600 : 600 kg = 4.656
Bahan baku C = 1.726.000 : 650 kg = 2.656
Bahan baku D = 3.492.000 : 750 kg = 4.656
c. Harga pokok per kg tiap jenis bahan baku jika biaya angkutan dialokasikan
berdasarkan perbandingan harga faktur
Diketahui perbandingan harga faktur = biaya angkutan : total harga faktur
= 1.640.000 : 8.200.000 = 0,2
Jenis Berat Harga faktur Alokasi biaya Harga Harga
bahan (kg) angkut pokok pokok per
baku 0,2 x harga faktur bahan kg
baku
A 500 1.500.000 300.000 1.800.000 3.600
B 600 2.400.000 480.000 2.880.000 4.800
C 650 1.300.000 260.000 1.560.000 2.400
D 750 3.000.000 600.000 3.600.000 4.800
2.500 kg 8.200.000 1.640.000 9.840.000

5. Contoh PT X menganggarkan biaya angkutan sebesar 54.000.000., harga faktur


yang di perkirakan 600.000.000., harga faktur sesungguhnya 550.000.000., biaya
angkutan sesungguhnya 60.000.000
a. Tarif biaya angkutan = Taksiran biaya angkutan
Taksiran harga faktur
= 54.000.000 = 0,09 per harga faktur
600.000.000
b. Jurnal-jurnal terkait biaya angkutan
1) Jurnal pembebanan biaya angkutan:
Persediaan bahan baku 54.000.000
Biaya angkutan 54.000.000
2) Jurnal pencatatan biaya angkutan sesungguhnya:
Biaya angkutan 60.000.000
Kas 60.000.000
3) Jurnal penutupan saldo rekening biaya angkutan ke rekening HPP:
Harga Pokok Penjualan 6.000.000
Biaya angkutan 6.000.000
6. Metode penentuan harga pokok bahan baku:
a. Metode identifikasi khusus e. metode biaya standar
b. Metode masuk pertama keluar pertama f. metode rata-rata harga pokok
c. Metode masuk terakhir keluar pertama bahan baku pada akhir bulan
d. Metode rata-rata bergerak
7. Fungsi masing-masing unit organisasi yang terkait dalam prosedur permintaan
dan pengeluaran bahan baku adalah sebagai berikut.
a. Bagian produksi : mengisi bukti permintaan barang ketika membutuhkan
bahan baku
b. Bagian gudang : menyiapkan bahan baku yang dibutuhkan bagian produksi
kemudian mengirimkan bukti permintaan kepada bagian akuntansi dan
mencatat pemakaian bahan baku dalam kartu gudang dan kartu barang
c. Bagian akuntansi : mencatat pemakaian bahan baku dalam kartu persediaan
dan menyerahkan bukti permintaan barang kepada pemegang jurnal umum
atau jurnal pemakaian bahan baku
d. Pemeang jurnal umum atau jurnal pemakaian bahan baku : mencatat
pemakaian bahan baku ke dalam jurnal.
8. Ada dua macam metode pencatatan biaya bahan baku yang dipakai dalam
produksi yaitu :
a. Metode mutasi persediaan
Metode mutasi persediaan mencatat setiap mutasi bahan baku dalam kartu
persediaan. Metode mutasi persediaan cocok digunakan oleh perusahaan
yang harga pokok produksinya dikumpulkan dengan metode harga pokok
pesanan.
b. Metode persediaan fisik
Metode persediaan fisik hanya mencatat mutasi tambahan persediaan
bahan baku dari pembelian sedangkan mutasi berkurangnya bahan baku
tidak dicatat. Untuk mengetahui mutasi berkurangnya bahan baku harus
menghitung harga pokok persediaan awal periode ditambah harga pokok
bahan baku yang dibeli dikurangi dengan harga pokok persediaan bahan
baku akhir periode. Metode persediaan fisik cocok digunakan oleh
perusahaan yang harga pokok produksinya dikumpulkan dengan metode
harga pokok proses.
9. Diketahui berikut data mutasi persediaan PT X
Persediaan awal bahan baku 1 April :
700 kg @ 2.000 = 1.400.000
300 kg @ 2.400 = 720.000
Mutasi persediaan selama bulan april :
Tgl Mutasi Kuantitas (kg) Harga beli Jumlah
5 Pemakaian 600 - -
10 Pembelian 1.500 2.300 3.450.000
15 Pembelian 1.000 2.500 2.500.000
20 Pemakaian 1.200 -
a. Jika perusahaan menggunakan metode MPKP dan metode mutasi persediaan dalam pencatatan bahan baku :
Tg Masuk Keluar Sisa
Keterangan
l Quantity Price Amount Quantity Price Amount quantity Price Amount
1 Saldo Awal 700 Rp 2.000 Rp 1.400.000
300 Rp 2.400 Rp 720.000
5 Pemakaian 600 Rp 2.000 Rp 1.200.000 100 Rp 2.000 Rp 200.000
300 Rp 2.400 Rp 720.000
10 Pembelian 1.500 Rp 2.300 Rp 3.450.000 100 Rp 2.000 Rp 200.000
300 Rp 2.400 Rp 720.000
1.500 Rp 2.300 Rp 3.450.000
15 pembelian 1.000 Rp 2.500 Rp 2.500.000 100 Rp 2.000 Rp 200.000
300 Rp 2.400 Rp 720.000
1.500 Rp 2.300 Rp 3.450.000
1.000 Rp 2.500 Rp 2.500.000
20 Pemakaian 100 Rp 2.000 Rp 200.000 700 Rp 2.300 Rp 1.610.000
300 Rp 2.400 Rp 720.000 1.000 Rp 2.500 Rp 2.500.000
800 Rp 2.300 Rp 1.840.000
Jurnal pemakaian tanggal 5 : BDP – Biaya Bahan Baku 1.200.000
Persediaan Bahan Baku 1.200.000
b. Jika perusahaan menggunakan metode MTKP dan metode persediaan fisik dalam pencatatan biaya bahan baku :
Tg Masuk Keluar Sisa
Keterangan
l Quantity Price Amount Quantity Price Amount quantity Price Amount
1 Saldo Awal 700 Rp 2.000 Rp 1.400.000
300 Rp 2.400 Rp 720.000
5 Pemakaian 300 Rp 2.400 Rp 720.000 400 Rp 2.000 Rp 800.000
300 Rp 2.000 Rp 600.000
10 Pembelian 1500 Rp 2.300 Rp 3.450.000 400 Rp 2.000 Rp 800.000
1500 Rp 2.300 Rp 3.450.000
15 pembelian 1000 Rp 2.500 Rp 2.500.000 400 Rp 2.000 Rp 800.000
1500 Rp 2.300 Rp 3.450.000
1000 Rp 2.500 Rp 2.500.000
20 Pemakaian 1000 Rp 2.500 Rp 2.500.000 1300 Rp 2.300 Rp 2.990.000
200 Rp 2.300 Rp 460.000 400 Rp 2.000 Rp 800.000
Rp 5.950.000 Rp 4.280.000 Rp 3.790.000

Jumlah biaya bahan baku yang dipakai = persediaan awal + pembelian – persediaan akhir
= 2.120.000 + 5.950.000 – 3.790.000
= 4.280.000

c. Jika perusahaan menggunakan metode rata-rata tertimbang dan metode persediaan fisik dalam pencatatan biaya bahan baku :
Tg Masuk Keluar Sisa
Keterangan
l Quantity Price Amount Quantity Price Amount quantity Price Amount
1 Saldo Awal 700 Rp 2.000 Rp 1.400.000
300 Rp 2.400 Rp 720.000
1000 Rp 2.120 Rp 2.120.000
5 Pemakaian 600 Rp 2.120 Rp 1.272.000 400 Rp 2.120 Rp 848.000
10 Pembelian 1500 Rp 2.300 Rp 3.450.000 1900 Rp 2.262 Rp 4.298.000
15 pembelian 1000 Rp 2.500 Rp 2.500.000 2900 Rp 2.344 Rp 6.798.000
20 Pemakaian 1200 Rp 2.344 Rp 2.812.800 1700 Rp 2.344 Rp 3.984.800
Rp 5.950.000 Rp 4.084.800

Jumlah biaya bahan baku yang dipakai = persediaan awal + pembelian – persediaan akhir
= 2.120.000 + 5.950.000 – 3.984.800
= 4.085.200
10. PT X menggunakan metode biaya standar. Harga standar yang ditetapkan 3.000 per kg. bahan baku yang dibeli 4.500 kg dengan harga
sesungguhnya 2.750 per kg
a. Jurnal pemakaian bahan baku =
BDP – Biaya Bahan Baku 13.500.000 angkanya pake angka harga standar
Persediaan bahan baku 13.500.000
b. Selisih harga standar dengan harga sesungguhnya:
 Harga standar = 3.000 x 4.500 = 13.500.000 selisih = 13.500.000 – 12.375.000 = 1.125.000
 Harga sesungguhnya = 2.750 x 4.500 = 12.375.000
11. Sisa bahan adalah bahan yang mengalami kerusakan dalam proses
pengerjaannya. Perlakuan terhadap sisa bahan tergantung dari harga jual sisa
bahan itu sendiri. Jika harga jual sisa bahan rendah biasanya tidak dilakukan
pencatatan jumlah dan harganya sampai saat penjualannya. Jika harga jual sisa
bahan tinggi, perlu dicatat jumlah dan harga jual sisa bahan tersebut. Masalah
yang timbul jika terdapat sisa bahan adalah bagaimana memperlakukan hasil
penjualan sisa bahan tersebut. Hasil penjualan sisa bahan dapat diperlakukan
sebagai berikut.
a. Sebagai pengurang biaya bahan baku yang dipakai. Ini dilakukan jika sisa
bahan terjadi karena karakteristik proses pengolahan pesanan.
Jurnal penjualan nya :
Kas/Piutang Dagang xxx
BDP-BBB xxx
b. Diperlakukan sebagai pengurang BOP sesungguhnya. Ini dilakukan jika sisa
bahan tidak dapat diidentifikasi dengan pesanan tertentu dan sisa bahan
merupakan hal yang biasa terjadi.
Jurnal penjualannya :
Kas/Piutang Dagang xxx
BOP Sesungguhnya xxx
c. Diperlakukan sebagai penghasilan diluar usaha.
Jurnal penjualannya :
Kas / piutang dagang xxx
Hasil penjualan sisa bahan xxx

Pencatatan sisa bahan :


Contoh: bagian produksi menyerahkan sisa bahan sebanyak 2.000 kg ke
bagian gudang. Sisa bahan tersebut ditaksir laku dijual Rp 5.000 per kg.
tetapi pada kenyataannya sampai akhir periode akuntansi sisa bahan
tersebut hanya terjual 1.250 kg dengan harga jual Rp 6.000 per kg
Metode I
 Jurnal penyerahan sisa bahan :
Persediaan sisa bahan ( 2.000 x Rp 5.000 ) 10.000.000
Hasil penjualan sisa bahan 10.000.000
 Jurnal penjualan sisa bahan:
Kas/Piutang Dagang (1.250 x Rp 6.000 ) 7.500.000
Persediaan sisa Bahan 7.500.000
 Jurnal penyesuaian ( sisa bahan yang belum laku ):
Hasil penjualan sisa bahan ( 750 x Rp 5.000 ) 3.750.000
Penghasilan yang belum direalisasikan 3.750.000
 Jurnal penyesuaian ( selisih harga jual )
Persediaan sisa bahan ( Rp 1.000 x 1.250) 1.250.000
Hasil penjualan sisa bahan 1.250.000
Metode II
 jurnal penyerahan sisa bahan:
persediaan sisa bahan ( 2.000 x Rp 5.000 ) 10.000.000
penghasilan yang belum direalisasikan 10.000.000
 jurnal penjualan sisa bahan:
kas/Piutang Dagang ( 1.250 x Rp 6.000 ) 7.500.000
hasil penjualan sisa bahan 7.500.000
penghasilan yang belum direalisasikan 6.250.000
( 1.250 x Rp 5.000 )
persediaan sisa bahan 6.250.000
12. Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah
ditentukan, yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi produk
yang baik. Masalah akuntansi yang timbul dari adanya produk rusak adalah
bagaimana memperlakukan kerugian yang timbul dari adanya produk rusak
tersebut.
Perlakuan terhadap produk rusak tergantung dari sifat dan sebab terjadinya
a. Jika produk rusak bukan merupakan hal yang biasa terjadi, maka harga
pokok produk rusak dibebankan sebagai tambahan harga pokok produk
yang baik dalam pesanan yang bersangkutan. Jika produk rusak tersebut
masih laku dijual, maka hasil penjualannya diperlakukan sebagai
pengurang biaya produksi pesanan
b. Jika produk rusak merupakan hal yang biasa terjadi, maka kerugian yang
timbul dibebankan kepada produksi secara kseluruhan dengan
memperhitungkan kerugian tersebut dalam tarif BOP
Tarif BOP = BOP yang dianggarkan
Dasar pembebanan

Anda mungkin juga menyukai