PERTEMUAN 10
BIAYA BAHAN BAKU DAN PENGENDALIAN NYA
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Biaya Bahan Baku dan Pengendaliannya.
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan:
10.1 Mahasiswa mampu mendefinisikan dan menghitung jumlah pesanan
ekonomis.
10.2 Mahasiswa mampu melakukan pengendalian bahan baku dengan
perhitungan biaya persediaan
B. URAIAN MATERI
dasar perbandingan harga faktur tiap-tiap jenis bahan baku tersebut, harga
pokok tiap jenis bahan baku akan dibebani dengan tambahan biaya
angkutan sebesar Rp. 0,08 (yaitu Rp. 48.000 : Rp. 600.000). Pembagian
biaya angkutan sebesar Rp. 48.000 tersebut disajikan sbb:
Alokasi biaya angkutan atas dasar perbandingan harga faktur tiap jenis
bahan baku yang dibeli:
Pembagian Biaya
Angkutan Harga Pokok
Jenis Harga Faktur a x Rp. 0,08 Bahan Baku
Bahan Baku a b a+b
A Rp. 100.000 Rp. 8.000 Rp. 108.000
B Rp.150.000 Rp. 12.000 Rp. 162.000
C Rp. 225.000 Rp. 18.000 Rp. 243.000
D Rp.125.000 Rp. 10.000 Rp. 135.000
Jumlah Rp. 600.000 RP. 48.000 Rp. 648.000
Biaya Angkutan
yang
dibebankan Harga Pokok
Jenis Berat atas dasar tarif Bahan Baku
Bahan Kg Harga Faktur a x Rp. 50 b+c
Baku A B c D
Rp.
A 25.000 Rp. 5.000.000 Rp. 1.250.000 6.250.000
B 15.000 4.500.000 750.000 5.250.000
C 10.000 4.000.000 500.000 4.500.000
Jumlah 13.500.000 Rp. 2.500.000 16.000.000
Jika misalnya biaya angkutan sesungguhnya dibayar dalam tahun 2001
adalah sebesar Rp. 2.400.000, maka jurnal yang dibuat dalam tahun 2001
untuk mencatat bahan baku yang dibeli tersebut sbb:
a) Jurnal Pembelian bahan baku:
Persediaan Bahan Baku Rp. 13.500.000
Utang Dagang Rp.
13.500.000
b) Jurnal pembebanan biaya angkutan atas dasar tarif:
Persediaan Bahan Baku Rp. 2.500.000
Biaya Angkutan Rp.
2.500.000
c) Jurnal pencatatan biaya angkutan yang sesungguhnya terjadi:
Biaya Angkutan Rp. 2.400.000
Kas Rp.
2.400.000
d) Jurnal penutupan saldo rekening biaya angkutan ke rekening Harga
pokok penjualan:
Biaya Angkutan Rp. 100.000
Harga Pokok Penjualan Rp.
100.000
2. Biaya angkutan tidak diperlakukan sebagai tambahan harga pokok bahan baku
yang dibeli, namun diperlakukan sebagai unsur biaya overhead pabrik.
Dengan cara ini, biaya angkutan tidak dieprhitungkan sebagai tambahan
harga pokok bahan baku yang dibeli, namun diperlakukan sebagai unsur
biaya overhead pabrik. Pada awal tahun anggaran, jumlah biaya angkutan
Jika perusahaan menggunakan metode persediaan fisik dalam pencatatan biaya bahan
baku, perhitungan biaya bahan baku yang dipakai dalam produksi sbb:
Metode MPKP dengan Metode Persediaan Fisik
Persediaan awal 1.000 kg Rp2.440.000
Pembelian 1.700 kg 4.800.000
Jumlah bahan baku yang tersedia untuk diolah Rp7.240.000
Persediaan akhir (dengan MPKP):
400 @ Rp2.750 Rp1.100.000
500 @ Rp3.000 1.500.000
(Rp2.600.000)
Biaya bahan baku bulan januari Rp4.640.000
terakhir masuk dalam persediaan gudang, dipakai untuk menentukan harga pokok
bahan baku yang pertama kali dipakai dalam produksi.
Kartu Persediaan: Diselenggarakan dengan Metode MTKP(LIFO)
Tgl Keterangan Pembelian Pemakaian Sisa
Kuan Harga Jml Kuan Harga Jml Kuan Harga Jml
titas Per Rp titas Per kg Rp titas Per Rp
kg kg kg Rp kg kg
Rp Rp
1/1 Saldo Awal 600 2.400 1.440.000
400 2.500 1.000.000
6/1 Pemakaian 400 2.500 1.000.000
300 2.400 720.000 300 2.400 720.000
15/1 Pembelian 1.200 2.750 3.300.000 300 2.400 720.000
1.200 2.750 3.300.000
17/1 Pembelian 500 3.000 1.500.000 300 2.400 720.000
1.200 2.750 3.300.000
500 3.000 1.500.000
21/1 Pemakaian 500 3.000 1.500.000
600 2.750 1.650.000 300 2.400 720.000
600 2.750 1.650.000
Jml pembelian 1.700 4.800.000
Jml pemakaian 1.800 4.640.000
Jika perusahaan menggunakan metode persediaan fisik dalam pencatatan biaya bahan
baku, perhitungan biaya bahan baku yang dipakai dalam produksi dengan
menggunakan MTKP sbb:
Metode MTKP dengan Metode Persediaan Fisik
Persediaan awal 1.000 kg Rp2.440.000
Pembelian 1.700 kg 4.800.000
Jumlah bahan baku yang tersedia untuk diolah
Rp7.240.000
Persediaan akhir (dengan MTKP):
300 @ Rp2.400 Rp720.000
600 @ Rp2.500 1.650.000
(Rp2.370.000)
Biaya bahan baku bulan januari
Rp.4.870.000
Metode 2
Perbedaan antara metode 1 dengan metode 2 terletak pada jurnal pada
saat sisa bahan diserahkan ke gudang dan penjualannya. Jurnal
penyerahan sisa bahan dari bagian produksi ke bagian gudang adalah:
Kerugian karena adanya produk rusak dihitung dengan cara sebagai berikut:
Nilai jual produk rusak 300 x Rp.200 = Rp.60.000
Harga pokok produksi rusak 300 x Rp.326= Rp.97.800
Kerugian produk rusak Rp.37.800
Elemen Harga pokok Biaya Total Biaya satuan
Biaya Bahan Baku Rp.100.000 Rp.43
(Rp.100.00:2.300)
BTKL 250.000 109
BOP 400.000 174
Rp.750.000 Rp326
Jurnal Pencatatan produk rusak dan kerugiannya adalah sebagai berikut:
Persediaan Produk rusak Rp.60.000
BOP sesungguhnya Rp.37.800
Barang dalam proses-Biaya bahan baku(300 x Rp.43) Rp.12.900
Barang dalam proses-BTKL Rp.32.700
Barang dalam proses-BOP Rp.52.200
Jurnal untuk mencatat produk jadi yang baik adalah sebagai berikut:
Persediaan Produk jadi Rp.652.173
Barang dalam proses- Biaya Bahan baku (2.000 x Rp.43)
Rp.86.000
Barang dalam proses-BTKL
Rp.218.000
Barang dalam proses-BOP
Rp.348.000
C. DAFTAR PUSTAKA
Akuntansi Biaya : Perencanaan dan Pengendalian, Milton F. Usry & Lawrence
H. Hammer, Jilid I edisi 10, Penerbit Erlangga. 2010
Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat & Rekayasa, Mulyadi-UGM, edisi 3,
Penerbit Salemba empat. 2010
Carter, williem k. 2010. Akuntansi biaya. Jakarta: Salemba Empat
Drs.Mulyadi, M.Sc. 2010. Akuntansi Biaya Edisi 5. Yogyakarta. Unit Penerbit
dan Percetakan Sekolah Tinggi dan Manajemen YKPN.
Dunia, F.A., dan Wasilah. 2009. Akuntansi Biaya, edisi 2. Jakarta: Salemba
Empat