Anda di halaman 1dari 20

ANGGOTA KELOMPOK :

1. DIKHA SATRIA (B12.2016.03223)


2. ATIKA RAHMAWATI (B12.2016.03141)
3. ATIKA DIAN ADRIYANI (B12.2016.03137)
4. HAFIDZ NOERSASONGKO (B12.2016.03253)
5. DESIMA RAHMA VITA (B12.2016.03093)

MATERI BAB I DAN BAB II

BAB I

 Hutang Lancar
pengertian hutang lancar adalah hutang perusahaan yang harus dibayar dalam tempo satu
tahun. Namun bisa juga temponya kurang dari satu tahun, tergantung bagaimana siklus
operasional perusahaan yang bersangkutan. Sedangkan mengacu pada Standar Akuntansi
Keuangan atau SAK, hutang lancar adalah “hutang yang pelunasannya menggunakan
sumber-sumber aktiva lancar atau dengan menciptakan hutang lancar baru.”

 Jenis – jenis Hutang Lancar


Setelah memahami apa itu hutang lancar, selanjutnya kita perlu memahami apa saja yang
termasuk ke dalam hutang lancar. Hutang lancar dikelompokkan pada dua kelompok, yaitu
hutang dapat ditentukan jumlahnya dan hutang yang dapat ditaksir jumlahnya. Masing-
masing hutang ini memiliki berbagai macam hutang di dalamnya.

1. Hutang yang Dapat Ditentukan Jumlahnya

Yang dimaksud dengan hutang ini adalah segala hutang atau kewajiban yang jumlah nominal
hutang dan waktu jatuh tempo sudah diketahuhi dengan pasti oleh kedua belah pihak. Berikut
beberapa macam hutang yang termasuk pada kelompok pertama ini:

 Hutang Dagang
Hutang dagang merupakan hutang yang muncul dari kegiatan operasional dan ekonomi
perusahaan, yaitu kegiatan usaha pokok perusahaan, yang terjadi secara berulang. Hutang
dagang muncul karena adanya perbedaan waktu dalam melakukan penyerahan produk
(barang atau jasa) dengan pembayaran produk tersebut (jangka waktu kredit). Jangka waktu
kredit biasanya dinyatakan sebagai syarat pembayaran, misalnya 3/10, n/30. (Baca juga: Cara
Membuat Laporan Keuangan)

 Hutang Deviden
Sesuai dengan namanya, hutang deviden merupakan dana yang harus diberikan perusahaan
kepada pemegang saham karena adanya deviden atau pengumuman pembagian laba
perusahaan. Pada tanggal pengumuman deviden, perusahaan jadi memiliki kewajiban atau
hutang yang harus dibayarkan pada para pemegang saham. Hutang deviden dibayar tunai
dalam jangka satu tahun setelah pengumuman deviden.

 Wesel Bayar
Wesel bayar adalah hutang yang disertakan atau didukung dengan surat pernyataan hutang,
atau surat peryataan sanggup membayar. Yang termasuk wesel bayar adalah wesel yang
dibuat dalam kegiatan operasional perusahaan, pinjaman yang disertai wesel, dan hutang
wesel jangka panjang yang akan segera jatuh tempo. Perbedaan Laporan Keuangan Syariah
dan Konvensional)

 Hutang Biaya
Hutang biaya mencakup hutang atas biaya-biaya yang masih harus dibayar. Dengan kata lain,
manfaat dari biaya tersebut sudah digunakan dalam satu periode, namun biayanya belum
dibayar. Pencatatan hutang biaya dimasukkankedalam rekening biaya yang masih harus
dibayar. (Baca juga: Sistem Akuntansi Biaya)

 Uang Muka dan Jaminan yang Dapat Diminta Kembali


Uang muka disebut juga down payment, yang merupakan pembayaran di muka atau di awal
sebelum barang atau jasa diberikan. Selama brang atau jasa yang diinginkan konsumen belum
diberikan, maka uang muka tersebut termasuk hutang lancar. Begitu juga dengan jaminan
sementara atau yang dapat ditarik kembali, karena jaminan tersebut dapat ditarik sewaktu-
waktu.

 Hutang Gaji dan Upah


Sesuai dengan namanya, hutang gaji dan upah adalah hutang yang masih harus dibayarkan
untuk gaji dan/atau upah pegawai. Hutang gaji dan upah berarti masih ada gaji pegawai yang
belum dibayarkan tuntas, yang masih harus diberikan pada pegawai yang bersangkutan.
(Baca juga: Fungsi Buku Besar)

 Hutang Bonus
Hutang bonus adalah bonus yang belum dibayarkan kepada pegawai. Bonus juga diberikan
berdasarkan gaji pokok pegawai, atau berdasarkan laba yang didapat perusahaan. Perhitungan
bonus dapat dilakukan dengan cara menghitung laba sebelum pajak dan bonus, laba sesudah
bonus tapi sebelum pajak, serta laba bersih setelah bonus dan pajak.

2. Hutang yang Dapat Ditaksir Jumlahnya

Hutang ini merupakan hutang yang tidak dapat ditentukan dengan pasti, namun dapat ditaksir
jumlah atau nominalnya. Hutang dalam kelompok ini hanya dapat ditaksir jumlahnya
meskipun transaksi atau peristiwa yang terkait sudah terjadi. Berikut beberapa macam hutang
yang termasuk dalam kelompok ini:

 Hutang Pajak Penghasilan


Pajak penghasilan adalah sejumlah pajak yang harus diberikan kepada pemerintah atas
pendapatan kena pajak atau PKP. Hutang ini dapat dilihat dari penaksiran jumlah, yang mana
dihitung berdasarkan laba yang diperoleh pada tahun tersebut lalu dikalikan dengan tarif
pajak yang berlaku.

 Hutang Hadiah
Yang dimaksud dengan hutang hadiah adalah hadiah yang diberikan perusahaan dalam
jumlahterbatas melalui penyerahan kupon oleh konsumen. Hutang ini belum terjadi, namun
akan menjadi biaya ketika terjadi penjualan produk dan konsumen mendapat kupon hadiah.
Kupon hadiah yang beredar ini merupakan hutang yang ditanggung perusahaan, yang
jumlahnya ditaksir oleh perusahaan.

 Hutang Garansi
Perusahaan adakalanya memberikan garansi kepada konsumen untuk memperbaiki kerusakan
atau kekurangan suatu produk, guna mempertahankan kualitas produk. Garansi ini tidak
diketahui jumlah pastinya, namun harus ditaksir jumlahnya karena merupakan biaya yang
akan dikeluarkan atau ditanggung perusahaan.

Pencatatan Hutang Lancar


                  Hutang Usaha
Hutang usaha atau hutang dagang adalah saldo yang terhutang kepada pihak lain baik berupa
barang, suplies ataupun jasa yang dibeli dengan secara kredit. Penilaian yang dilakukan
didasarkan pada jumlah pesanan(invoice). Pencatatan hutang dagang atau hutang usaha bisa
dilakukan atas dasar net atau gross.
Jika hak telah beralih sebelum barang diterima,maka transaksi dicatat setelah hak diterima
pembeli.
1.      Pencatatan pada saat terjadinya hutang dagang
Persediaan                               xxx
                        Hutang dagang                                   xxx
2.      Pencatatan pada saat terjadinya pelunasan
Hutang dagang                       xxx
            Kas                                                      xxx

 Hutang Wesel
Perusahaan kadangkala menerbitkan sebuah promes atau janji tertulis untuk membayar uang
pada tanggal tertentu. Dilihat dari ada atau tidaknya tarip bunga yang harus dibayar, noters
dapat dibagi menjadi hutang wesel berbunga dan hutang wesel tak berbunga. Hutang wesel
berbunga merupakan hutang wesel yang penerbitannya disamping harus membayar nominal
wesel juga harus membayar bunga.
1.      Hutang Wesel Berbunga (Interest Bearing Notes Payable)
Misalkan perusahaan pada tanggal 2 April 2004 perusahaan menerbitkan sebuah promes nilai
nominal Rp1.000.000,00 bunga 12% setahun yang akan jatuh tempo 30 Juni 2004 sebagai
pelunasan hutang usaha. Jurnal yang dibuat pada tanggal 2 April adalah sebagai berikut :

2004
April  
 
1  Hutang Usaha 1.000.000 
Wesel
Bayar/Hutang 1.000.000 
Wesel 

Selanjutnya pada tanggal jatuh tempo (30 Juni 2004) jurnal yang dibuat adalah
2004
   
Juni 30   
Wesel Bayar/Hutang Wesel 1.000.000 
Biaya Bunga 30.000 
Kas  1.030.000
Bunga yang dibayar = 12% x 3/12 x Rp1.000.000,00 = Rp30.000,00
2.       Wesel Bayar Tak Berbunga secara eksplisit (Non Interest Bearing Notes)
Dalam wesel tak berbunga, penerbit promes hanya membayar nilai nominal, dengan
demikian nilai nominal merupakan nilai pada saat jatuh tempo. Untuk tujuan pengukuran,
wesel tersebut didiskontokan dan jumlah dilaporkan di neraca adalah sebesar nilai sekarang
yaitu nilai nominal dikurangi diskontonya. Nilai sekarang dari hutang wesel ini kadangkala
mudah diketahui, misalkan pada tanggal 30 Desember 2003 perusahaan menyerahkan wesel
tak berbunga nominal Rp100.000.000,00 kepada seorang kreditur untuk melunasi hutang
perusahaan kepadanya sebesar Rp90.000.000,00. Jika diserahkannya promes (hutang wesel)
tersebut adalah nilai hutang yang dilunasi yaitu Rp90.000.000,00. Jatuh tempo wesel 30
Agustus 2004.
Jurnal yang di buat adalah :
2004
   
April 1   
Hutang Usaha  90.000.000 
Diskon atas Wesel Bayar  10.000.000 
Wesel Bayar/Hutang Wesel  100.000.000 

 Saldo rekening wesel bayar Rp100.000.000,00 dan saldo discount atas hutang wesel
Rp10.000.000,00 disajikan di neraca sebagai berikut :
Hutang Lancar : 
Hutang Wesel  100.000.000 
Dikurangi : Diskon atas Hutang Wesel  10.000.000
                                                                90.000.000
Pada tanggal 30 Agustus 2004, pada saat membayar wesel sebesar Rp100.000.000,00
perusahaan membuat dua jurnal sebagai berikut : 

2004
   
Agustus 30   
Hutang Wesel  100.000.000 
Kas  100.000.000 
Biaya Bunga  10.000.000 
Diskon atas Wesel
10.000.000 
Bayar 
2.2.3                    Hutang Jangka panjang yang jatuh tempo
Hutang jangka panjang seperti obligasi, hipotik maupun wesel yang akan jatuh tempo pada
tahun fiskal berikutnya dapat di akui sebagai hutang lancar. Namun ada juga yang tidak boleh
diakui sebagai hutang lancar, hutang jangka panjang yang tidak boleh diakui sebagai hutang
lancar jika:
1.      Dilunasi dari hasil penerbitan hutang yang baru.
2.      Dikonversi menjadi modal saham.
3.      Dilunasi dengan menggunakan aktiva yang terakumulasi untuk tujuan tersebut yang
secara layak tidak ditunjukan sebagai aktiva lancar.
2.2.4                    Kewajiban jangka pendek yang diharapkan didanai kembali
Kewajiban jangka pendek (short-term obligasi) adalah hutang yang dijadwalkan akan jatuh
tempo dalam waktu satu tahun setelah tanggal neraca perusahaan atau dalam siklus operasi
perusahaan mana yang lebih lama.
Beberapa kewajiban jangka pendek diharapkan akan didanai kembali (short-term obligation
expected to be refinanced) atas dasar jangka panjang dan karena itu diperkirakan tidak
memerlukan penggunaan modal kerja selama tahun berikutnya.

         Kriteria pendanaan kembali


Kriteria otoritatif untuk menentukan situasi dimana kewajiban jangka pendek dapat secara
layak dikeluarkan dari kewajiban lancar.
Suatu perusahaan diharuskan untuk mengeluarkan kewajiban jangka pendek dari kewajiban
lancar hanya jika kedua kondisi berikut dipenuhi:
1). Memiliki rencana untuk mendanai kembali kewajiban atas dasar jangka panjang.
2). Menunjukkan kemampuan untuk melaksanakan pendanaan kembali.
                        Kemampuan untuk melaksanakan pendanaan kembali dapat ditunjukan
dengan:
1.      Mendanai kembali secara aktual kewajiban jangka pendek dengan menerbitkan
kewajiban jengka panjang atau sekuritas ekuitas setelah tanggal neraca, tetapi sebelum neraca
tersebut diterbitkan.
2.      Melakukan perjanjian pendanaan yang secara jelas mengizinkan perusahaan untuk
mendanai kembali hutang atas dasar jangka panjang pada syarat-syarat yang dapat
ditentukan.
2.2.5                    Hutang Deviden
Hutang deviden adalah kewaiban perusahaan kepada pemegang saham karena
mengumumkan pembagian laba berupa kas dan aktiva lain.
Deviden menjadi hutang pada saat diumumkan oleh dewan Direksi perusahaan. Hutang
deviden tidak bertambah seperti halnya bunga pada obligasi.
Di dalam pembagian deviden, pada umumnya perusahaan mengumumkan secara resmi
berapa jumlah yang akan dibagikan dan setelah itu baru dilakukan pembayaran.
Dengan adanya pegumuman pembagian deviden secara resmi ini, maka pada saat itu
perusahaan sudah mempunyai kewajiban kepada para pemegang sahamnya sebesar jumlah
deviden yang diumumkan dan kewajiban itu baru lunas setelah deviden dibayarkan.
Kewajiban yang timbul karena adanya pengumuman ini diakui sebagai kewajiban atau
hutang lancar sebesar jumlah yang akan dibayarkan sesuai pengumuman tersebut. Untuk
lebih jelasnya akan diberikan.
Contoh timbulnya kewajiban tersebut sebagai berikut:
Pada tanggal 31 Desember 2010 perusahaan PT “WIBOWO” mengumumkan pembagian
deviden Rp 1.000 per lembar saham untuk jumlah lembar saham yang beredar 10.000 lembar.
Pembayaran akan dilakukan mulai tanggal 15 Januari 2011.
Transaksi ini akan dicatat di dalam jurnal sebagai berikut:
1.                   Pada waktu pengumuuman
                        Laba yang ditahan                  Rp 10.000.000
                                    Hutang deviden                                              Rp 10.000.000
2.                   Pada waktu deviden dibayarkan akan dijurnal
                        Hutang deviden          Rp 10.000.000
                                    Kas                                                                  Rp 10.000.000
2.2.6                    Deposito yang dapat dikembalikan
Deposito yang dapat dikembalikan adalah deposito kas yang diterima dari pelanggan dan
karyawan untuk menjamin pelaksanaan kontrak atau jasa sebagai jaminan untuk menutup
pembayaran kewajiban yang diharapkan dimasa depan. Klasifikasi deposito yang dapat
dikmbalikan sebagai hutang lancar dan tidak lancar tergantung pada waktu antara tanggal
deposito dan pemutusan hubaungan yang memasyarakatkan deposito.
Contoh deposito yang dapat dikembalikan
1.      Perusahaan telepon seringkali mensyaratkan sejumlah deposito untuk pemasangan
telepon.
2.      Deposito juga dapat diterima dari pelanggan sebagai jaminan untuk kemungkinan
kerusakan atas property yang ada ditanagn pelanggan.
2.2.7                    Pendapatan yang diterima dimuka
Perusahaan kadang menerima pembayaran untuk barang atau jasa yang belum diberikan.
Untuk penerimaan jenis ini, perusahaan harus memasukkannya ke dalam pos utang, karena
perusahaan mempunyai kewajiban untuk memberikan barang atau jasa di waktu yang akan
datang.
Contoh :         
 PT. D menerima pembayaran Rp 50 juta untuk barang dagangan yang dipesan konsumen,
barang dagangan tersebut harus dikirim akhir bulan depan.
         Jurnal untuk mencatat penerimaan kas :
Kas Rp.                                               50.000.000
Pendapatan diterima dimuka Rp                    50.000.000
 Jurnal pada saat menyerahkan barang dagangan :
Pendapatan diterima dimuka              Rp 50.000.000
Penjualan                                                         Rp 50.000.000

Secara umun jurnalnya sebagai berikut:


  Ketika uang muka diterima
Kas                                                      xxxx
                                    Pendapatan diterima dimuka                          xxxx
  Ketika pendapatan diterima
Pendapatan diterima dimuka              xxxx
                                    Kas                                                                  xxxx
2.2.8                    Hutang pajak penjualan atau pendapatan
Adalah penghasilan dari penjualan barang atau penyerahan jasa yang diterimanya telah
terjadi dimuka sebelum transaksi penjualan atau penyerahan jasa berlangsung. Contoh : uang
muka yang diterima untuk langganan majalah / surat kabar.

2.2.9                    Kewajiban membayar gaji atau upah karyawan


Perhitungan jumlah yang masih akan dibayar untuk gaji dan upah, bunga, sewa, dan lan-lain
dilakukan dengan dasar waktu terjadinya biaya tersebut. Misalnya gaji pegawai dibayarkan
tiap tanggal 5 bulan berikutnya. Jika gaji dan upah bulan desember 2005 sebesar
Rp1.200.000,00 maka pada tanggal 31 desember 2005 dibuat jurnal penyesuaian untuk
mencatat utang gaji dan upah sebagai berikut:
Gaji dan upah                                           Rp1.200.000,00
                               Utang gaji dan
upah                                                             Rp1.200.000,00
Prosedur yang sama digunakan juga untuk menghitung biaya-biaya lain yang masih akan
dibayar.

2.2.10                Hutang Kontijensi


istilah kewajiban kontingensi merupakan kewajiban potensial di masa yang akan dating yang
memungkinkan dapat terjadi. Kewajiban ini berbeda dengan kewajiban yang diestimasikan,
yaitu kewajiban yang memang ada namun jumlah, tanggal jatuh temponya dan atau
pelunasannya tidak pasti. Jenis kewajiban kontingensi itu meliputi:
(1)   perkara hukum yang belum diputuskan.
Perkara hukum terhadap suatu perusahaan dicatat sebagai kewajiban kontingensi dan berakhir
bila tuntutan hasil perkara itu diselesaikan (yaitu semua sudah sepakat, diselesaikan di luar
pengadilan). Perkara hukum yang belum diputuskan pada saat tanggal neraca umumnya
dimasukan dalam bentuk catatan kaki tanpa mencantumkan nilainya.
(2)   endorsemen
bila kesepakatan berkaitan dalam mendiskontokan wesel bayar atau menjual piutang dagang,
maka perusahaan menjamin hutang itu dan menjadi terhutang bila debitur yang semula tidak
melunasi.
(3)   pajak pendapatan
(4)   jika IRS tidak mengakui pengembalian pajak perusahaan sebagaimana yang dilaporkan
dan menimbulkan pajak tambahan, maka kewajiban kontingensi perlu disajikan untuk tujuan
pemeriksaan. Penjelasan khusus perlu diberikan, namun sering dimasukan pula catatan kaki
mengenai pemeriksaan dari IRS dan surat ketetapan kewajiban pajak selama beberapa tahun.
Kecuali dalam kasus penyelewengan atau tidak mengisi pengembalian pajak, ketentuan
pembatasan mencegah IRS tidak melakukan auditing lebih dari tiga tahun.
Dalam penyajian kewajiban kontingensi, tujuan utamanya adalah untuk penjelasan yang
layak atas kontingensi tersebut dan jika dapat ditaksir jumlahnya, sebaiknya nilainya
dicantumkan. Penjelasan dalam laporan keuangan dapat dilakukan berupa
(1) penjelasan lebih lanjut setelah nama perkiraan,
(2) catatan kaki,
(3) memasukan item itu diantara kewajiban tanpa menunjukan nilai atau
(4) apropriasi dari laba yang ditahan. 
2.3              Cara penyajian hutang lancar pada laporan keuangan neraca
Dalam laporan keuangan neraca hutang lancar disajikan dengan cara:
1.      Setiap jenis hutang lancar harus disajikan terpisah (cut off) dari jumlah yang material,
2.      Hutang terhadap perusahaan afillasi, pemegang saham, karyawan perusahaan harus
dipisahkan dari hutang kepada pihak ketiga yang independent,
3.      Aktiva yang dijaminkan dalam penrikan hutang lancar harus diungkapkan dalam
laporan keuangan,
4.      Aktiva dan hutang lencar tidak boleh digabungkan penyajiannya kedalam jumlah netto,
5.      Hutang bersyarat harus dijelaskan didalam neraca,
6.      Disajikan sesuai likiuditasnya, sama seperti aktiva, hutang lancar yang dapat dengan
segera dibayar maka disajikan dalam urutan yang paling atas,
7.      Dilaporkan pada sisi sebelah kanan neraca.

Wesel Tagih
Wesel tagih merupakan wesel yang dapat ditagihkan kepada perusahaan lain yang memiliki
utang kepada perusahaan kita. Dengan kata lain, wesel tagih ini adalah dokumen piutang yang
dikeluarkan oleh pihak perusahaan lain yang belum bisa membayar pada saat penyerahan
barang terjadi. Dokumen wesel tagih ini dapat menjadi dasar posting piutang pada perusahaan
kita. Karna status perusahaan merupakan pemberi utang. Berdasarkan pembebanan bunga,
wesel tagih dibagi menjadi 2 (dua) macam yaitu wesel tagih berbunga dan wesel tagih tanpa
bunga.
 
Pertimbangan untuk membebankan bunga tergantung pada pihak manajemen perusahaan. Jika
harta yang dipinjamkan tersebut memiliki nilai nominal yang dapat memberikan dampak
kerugian, maka biasanya pihak perusahaan pemberi pinjaman akan membebankan bunga
untuk mengantisipasi munculnya hal tersebut. Besaran bunga yang akan dikenakan pada
wesel tagih biasanya akan disesuaikan dengan besaran suku bunga bank yang terkait dalam
transaksi.

Wesel Bayar
Sebetulnya piutang wesel bayar ini sama dengan wesel tagih. Bahkan dokumennya pun sama.
Perbedaan antara keduanya hanya terletak pada penerima wesel tersebut. Jika wesel tagih
diberikan pada perusahaan pemberi pinjaman maka wesel bayar diberikan pada perusahaan
yang meminjam uang.
 

Wesel bayar ini jika masa perjanjiannya akan dilunasi dalam jangka waktu kurang dari 1
tahun, maka akan dimasukan pada neraca saldo dengan nama akun kewajiban lancar. Namun,
jika pelunasannya lebih dari 1 tahun, maka akan dilaporkan sebagai kewajiban jangka
panjang.
 

Saat wesel bayar mengalami jatuh tempo, adakalanya perusahaaan yang berutang tidak dapat
dapat membayar tepat waktu. Jika hal tersebut terjadi, maka wesel tersebut dapat masuk
dalam perkiraan utang dagang dan pihak penerima wesel bisa memberi beban tambahan
berupa biaya administrasi.
 

Dengan adanya piutang wesel ini, maka pihak perusahaan pemberi utang akan mendapatkan
kepastian pencatatan laporan keuangan dan juga akan merasa aman memberikan pinjaman
kepada perusahaan lain dikarenakan adanya surat perjanjian yang mengikat disertai jaminan
berupa aset yang bisa digunakan jika terjadi masalah dalam pembayaran dikemudian hari.
Perhitungan Diskonto Wesel Tanpa Bunga

Untuk kasus wesel tak berbunga, ada cara sendiri untuk menghitung diskonto wesel tanpa
bunga. Sebelumnya, kita harus mengetahui unsur-unsur yang akan digunakan dalam
perhitungan ini.

Unsur pertama dari perhitungan ini adalah nominal wesel. Dikarenakan ini bukan wesel
berbunga, maka nominal wesel saat jatuh tempo sama dengan nominal wesel ketika ditarik
pertama kali.

1. Periode diskonto adalah usia mulai dari piutang wesel dijaminkan sampai dengan
tanggal jatuh temponya. Perlu diketahui bahwa hari pertama atau hari terjadinya transaksi
diskonto wesel tanpa bunga ini tidak dihitung sebagai hari diskonto. Namun, hari jatuh tempo
akan dihitung sebagai hari diskonto.
2. Menghitung nominal diskonto dengan rumus = nilai jatuh tempo (nominal wesel
ketika ditarik) x tarif x periode diskonto.
3. Rumus akhir untuk mendapatkan uang yang diterima dari hasil pendiskontoan wesel
tanpa bunga ini adalah = nilai jatuh tempo – nominal diskonto.
Ketika perusahaan memutuskan untuk mendiskonto piutang wesel tanpa bunga yang mereka
miliki, perusahaan akan mencatatnya seperti ini:

 mendebit kas sebesar nilai uang yang diterima.


 mendebit biaya bunga sebesar nilai diskonto.
 mengkredit piutang wesel sebesar nilai nominal wesel tagih.

Untuk lebih memudahkan pemahaman mengenai perhitungan diskonto wesel tidak berunga,
akan dijabarkan soal cerita singkat berikut ini

Perusahaan Dagang SAHABAT memiliki surat promes dari konsumennya bernama Tuan
Andi dengan nominal Rp 300.000 tertanggal 1 Maret 2011. Jangka waktu piutang wesel
tersebut adalah 2 bulan dengan bunga 12% per tahun. Dikarenakan pihak perusahaan
punya kepentingan tersendiri, tanggal 25 Maret 2011 piutang wesel PD SAHABAT
didiskontokan ke Bank Negeri dengan potongan diskonto sebesar 10% per tahun.

Dari ilustrasi sederhana di atas, kita bisa menghitung nilai jatuh temponya yaitu sebesar
nilai nominal wesel ketika pertama kali ditarik, yaitu Rp 300.000.

Periode diskonto adalah 36 hari, dihitung sejak tanggal 26 Maret 2011 sampai dengan
tanggal 30 April 2011 (jatuh temponya). Maka, diskontonya senilai Rp 3.000 (didapat dari
perhitungan Rp 300.000 x 10% x 36/360).

Maka dari itu, kita bisa menghitung uang yang diterima PD SAHABAT pada tanggal 25
Maret 2011 yaitu sebesar Rp 297.000  (didapat dari perhitungan Rp 300.000 – Rp 3.000).

Jurnal yang diperlukan PD SAHABAT ketika mendapat uang hasil diskonto wesel berbunga
tersebut adalah sebagai berikut:

Kas                                        Rp 297.000

Biaya Bunga                      Rp 3.000

Piutang Wesel                                        Rp 300.000

Perhitungan Diskonto Wesel Berbunga

Pada umumnya, piutang wesel yang kita kenal memiliki bunga yang akan menjadi
keuntungan bagi pemegang surat promes atau piutang wesel tersebut. Dalam menghitung
diskonto wesel berbunga, ada rumusnya yang sudah disediakan. Namun kita harus tahu
unsur-unsur yang digunakan dalam rumus diskonto wesel berbunga berikut ini. (Baca
juga: Sistem Akuntansi Biaya Perusahaan)

1. Unsur pertama dari perhitungan ini adalah nominal wesel. Dikarenakan ini wesel
berbunga, maka nominal wesel saat jatuh tempo sama dengan nominal wesel ketika ditarik
pertama kali ditambah dengan bunga yang dihasilkan selama usia piutang wesel.
2. Periode diskonto adalah usia mulai dari piutang wesel dijaminkan sampai dengan
tanggal jatuh temponya. Perlu diketahui bahwa hari pertama atau hari terjadinya transaksi
diskonto wesel berbunga ini tidak dihitung sebagai hari diskonto. Namun, hari jatuh tempo
akan dihitung sebagai hari diskonto.
3. Menghitung nominal diskonto dengan rumus = nilai jatuh tempo (nominal wesel dan
bunganya) x tarif x periode diskonto.
4. Rumus akhir untuk mendapatkan uang yang diterima dari hasil pendiskontoan wesel
dengan bunga ini adalah = nilai jatuh tempo – nominal diskonto.

Ketika perusahaan memutuskan untuk mendiskonto piutang wesel dengan bunga yang


mereka miliki, perusahaan akan mencatatnya seperti ini:

 mendebit kas sebesar nilai piutang wesel jatuh tempo dikurangi dengan diskonto.
 mengkredit pendapatan bunga dengan nominal selisih antara nilai uang yang diterima
dengan nilai nominal piutang wesel ditagih.
 mengkredit piutang wesel sebesar nilai nominal wesel tagih.

Untuk lebih memudahkan pemahaman mengenai perhitungan diskonto wesel berbunga, akan
dijabarkan soal cerita singkat berikut ini.

Perusahaan Dagang SAHABAT memiliki surat promes dari konsumennya bernama Tuan
Andi dengan nominal Rp 300.000 tertanggal 1 Maret 2011. Jangka waktu piutang wesel
tersebut adalah 2 bulan dengan bunga 12% per tahun. Dikarenakan pihak perusahaan
punya kepentingan tersendiri, tanggal 25 Maret 2011 piutang wesel PD SAHABAT
didiskontokan ke Bank Negeri dengan potongan diskonto sebesar 10% per tahun.

Dari ilustrasi sederhana di atas, kita bisa menghitung nilai jatuh temponya yaitu sebesar
nilai nominal wesel ditambah dengan bunganya (Rp 300.000 + (12% x 2/12 x Rp 300.000))
yaitu Rp 306.000.

Periode diskonto adalah 36 hari, dihitung sejak tanggal 26 Maret 2011 sampai dengan
tanggal 30 April 2011 (jatuh temponya). Maka, diskontonya senilai Rp 3.060 (didapat dari
perhitungan Rp 306.000 x 10% x 36/360).

Maka dari itu, kita bisa menghitung uang yang diterima PD SAHABAT pada tanggal 25
Maret 2011 yaitu sebesar Rp 302.940 (didapat dari perhitungan Rp 306.000 – Rp 3.060).

Jurnal yang diperlukan PD SAHABAT ketika mendapat uang hasil diskonto wesel berbunga
tersebut adalah sebagai berikut:

Kas                                        Rp 302.940

Piutang Wesel                                        Rp 300.000

Pendapatan Bunga                              Rp 3.940

Demikianlah informasi yang bisa kami sajikan terkait dengan pendiskontoan piutang wesel.
Bisa kita simpulkan bahwa pendiskontoan wesel artinya sama dengan menjaminkan surat
promes atau piutang wesel yang memiliki dasar hukum kuat untuk mendapatkan dana cair
secara lebih cepat dari tanggal jatuh tempo surat promes tersebut. Kekurangan dari pilihan ini
adalah uang yang diterima tidak sama dengan nilai nominal jatuh tempo, pasti akan di bawah
nominal tersebut.

 1.2 Kewajiban yang berhubungan dengan karyawan


 Pengertian Penggajian
Jumlah yang terhutang kepada karyawan untuk gaji atau upah pada akhir
periode akuntansi dilaporkan sebagai kewajiban lancar. Pos-pos yang
berhubungan dengan kompensasi karyawan dilaporkan sebagai kewajiban
lancer, yaitu pemotongan gaji, absensi yang dikompensasi, dan bonus.

 Pencatatan akuntansi untuk penggajian dan perhitungan bonus karyawan


Pemotongan gaji:
Jenis paling umum dari pemotongan gaji adalah pajak premi, asuransi,
tabungan karyawan, dan iuran serikat kerja. Jika jumlah yang dipotong belum
diserahkan kepada pihak yang berwenang pada akhir periode akuntansi,
maka jumlah itu harus diakui sebagai kewajiban lancar.
Absensi yang dikompensasi
Absensi yang dikompensai (compensated absences) adalah absensi dari
pekerjaan seperti cuti, sakit, dan hari libur. Suatu kewajiban harus diakrualkan
untuk biaya kompensasi atas absensi dimasa depan jika semua kondisi
berikut dipenuhi:
a. Kewajiban pemberi kerja atau majikan yang berhubungan dengan hak
karyawan untuk menerima kompensasi atas absensi dimasa depan berasal
dari jasa karyawan yang telah diserahkan,
b. Kewajiban yang berhubungan dengan hak yang bersifat terjamin
penuh atau berakumulasi,
c. Pembayaran kompensasi itu adalah sangat mungkin, dan
d. Jumlahnya dapat diestimasi dengan layak.
Penyajian Akrual untuk Absensi yang di kompensasi pada Neraca:

Perjanjian Bonus
Perusahaan memberikan bonus kepada pekerja atau karyawan sebagai
tambahan gaji atau upah regular.
Contoh: asumsikan bahwa Palmer Inc. menunjukkan laba tahun 2007
sebesar $100.000, dan akan membayar bonus sebesar $10.700 pada bulan
januari 2008. Palmer membuata ayat jurnal penyesuain tertanggal 31
desember 2007 untuk mencatat bonus adalah sebagai berikut:
Beban Bonus Karyawan 10.700
Hutang Bonus Pembagian Laba 10.700
Pada bulan Jnauari 2008, ketika Palmer membayar bonus, ayat jurnalnya
adalah:
Hutang Bonus Pembagian Laba 10.700
Kas 10.700

 Pencatatan pajak penghasilan karyawan

a. Pajak jaminan social (social security tax)

Sejak tanggal 1 Januari 1937 Undang-Undang Jaminan Sosial telah menetapkan

tunjangan asuransi federal untuk orang lanjut usia, orang yang selamat dari

bencana, dan orang cacat bagi pribadi-pribadi tertentu dan keluarganya melalui

pengenaan pajak baik kepada majikan maupun pegawainya . Baik majikan atau

pekerja dikenakan tarif yang sama, yang saat ini adalah 6,2% berdasarkan gaji

kotor pekerja hingga batas tahunan sebesar $50.000. Pajak orang cacat

(O.A.S.D.I) biasanya mengacu kepada F.I.C.A (the Federal insurance

Contribution Act).

Tahun 1965 Kongres mengesahkan program asuransi kesehatan federal

untuk usia lanjut yang disebut Medicare yang bertujuan mengurangi biaya

perwatan kesehatan yang tinggi bagi mereka yang berumur diatas 65 tahun. Basic

Plan atau Rencana Dasar yang menyediakan pelayanan rumah sakit dan

institusional lainnya, dibiayai oleh pajak asuransi Rumah Sakit terpisah yang
dibayar oleh pemberi kerja dan pekerja pada tariff 1,45% dari total kompensasi

pekerja.

Pajak yang merupakan gabungan dari pajak O.A.S.D.I atau biasa

disebut pajak Federal Insurance Contribution Act (F.I.C.A) dan pajak asuransi

Rumah Sakit Federal memiliki tariff 7,65% dari upah pekerja hingga $90.000,

sewaktu-waktu dapat berubah sesuai keputusan Kongres. Perusahaan

seharusnya melaporkan jumlah pajak jaminan social pekerja dan pemberi

kerja yang belum disetor atas upah kotor yang dibayarkan harus dilaporkan

oleh pemberi kerja sebagai kewajiban lancar.

b. Pajak pengangguran (Unemployment Taxes)

Semua pemberi pekerja yang memenuhi criteria berikut ini dikenakan pajak

pengangguran:

1. Membayar upah sebesar $1.500 atau lebih selama setiap kuartal kalender

dalam tahun berjalan atau tahun sebelumnya atau

2. Mempekerjakan paling sedikit satu orang setidaknya satu hari dalam setiap

20 minggu selama tahun kalender berjalan atau sebelumnya.

CONTOH : Asumsikan Gaji mingguan $10,000 dan 8% untuk Social Security Taxes, dengan

Income Tax Withholding sebesar $1,320 dan Union Dues sebesar $88. Perusahaan mencatat

pembayaran upah dan gaji dan pengurangan gaji karyawan :


Beban Upah dan Gaji 10,000

Utang Pajak Withholding 1,320

Utang Pajak Social Security 800

Utang Pajak Union 88

Kas 7,792

CONTOH : Asumsikan Gaji mingguan $10,000 dan 8% untuk Social Security Taxes, dengan

Income Tax Withholding sebesar $1,320 dan Union Dues sebesar $88. Perusahaan mencatat

pajak gaji karyawan :

Beban Pajak Gaji Karyawan 800

Utang Pajak Social Security 800

c. Pemotongan pajak penghasilan

Undang-Undang pajak penghasilan federal dari beberapa Negara

bagian mengharuskan pemberi kerja untuk memotong dari pembayaran gaji/upah

setiap pekerja, pajak penghasilan yang dikenakan atas upah tersebut. Jumlah pajak

penghasilan yang dipotong dihitung oleh pemberi kerja atau majikan menurut

rumus yang ditentukan oleh pemerintah atau tabel pemotongan pajak. Jumlah

tersebut tergantung dari lamanya periode pembayaran dan upah kena pajak, status

pernikahan, dan tanggung jawab dari setiap karyawan.

Contoh pemotongan gaji. Asumsikan pembayaran gaji mingguan sebesar $

10.000 seluruhnya terkena pajak FICA dan Medicare 7.65%, pajak pengangguran
federal 0,8%, dan Negara bagian 4%, dengan pemotongan pajak penghasilan

sebesar $3.120 dan iuran serikat kerja sebesar $88.

Perusahaan mencatat upah dan gaji yang dibayarkan dan potongan gaji karyawan

sebagai berikut:

Beban Gaji dan Upah 10.000


Hutang Pajak yang Dipotong 1.320
Hutang Pajak FICA 765
Hutang iuran Serikat Kerja Lokal No. 257 88
Kas 7.827

Ayat jurnal untuk mencatat pajak gaji pemberi kerja adalah sebagai berikut:
Beban Pajak Gaji 1.245
Hutang Pajak FICA 765
Hutang Pajak Pengangguran Federal 80
Hutang Pajak Pengangguran Negara Bagian 400

1.3 HUTANG DEVIDEN

PENGERTIAN HUTANG DEVIDEN

Dividend payable yaitu bagian dari laba perusahaan yang diputuskan untuk dibagikan
kepada pemegang saham dalam bentuk dividen.

PENCATATAN UTANG DEVIDEN

1. VOUCHER PAYABLE PROSEDURE


Pencatatan utang melalui dua tahap dalam register bukti kas keluar dan jurnal
pengeluaran kas. Dokumen yang digunakan dalam pencatatan voucher payable
prucedure adalah bukti kas keluar atau kombinasi bukti kas keluar dan cek.
2. ACCOUNT PAYABLE PROSEDURE
Dalam prosedur ini catatan utang yang digunakan berupa kartu utang yang berisi
nomor faktur dari pemasok jumlah yang terutang jumlah pembayaran dan saldo utang.

PROSEDURE PENCATATAN UTANGNYA :

PADA SAAT FAKTUR DISETUJUI UNTUK DIBAYAR

1. Faktur dari pemasok dicatat dalam jurnal pembelian


2. Informasi dalam jurnal pembelian kemudian di posting kedalam kartu utang

PADA SAAT JUMLAH DALAM FAKTUR DIBAYAR


3. Cek dicatat dalam jurnal pengeluaran kas
4. Informasi dalam jurnal pengeluaran kas di posting kedalam kartu

POSISI UTANG DEVIDEN DALAM LAPORAN KEUANGAN

 KELOMPOK HUTANG JANGKA PENDEK (HUTANG LANCAR)


Hutang lancar adalah kelompok hutang yang harus dilaporkan paling atas dalam
neraca.dalam kelompok ini setiap jenis hutang dicantumka secara terpisah dan
informasi mengenai jangka waktu utang wesel serta informasi penting lainnya harus
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
 KELOMPOK HUTANG JANGKA PANJANG
Timbulnya hutang jangka panjang umumnya timbul apabila perusahaan
membutuhkan tambahan dana.apabila dana ini akan digunakan investasi dalam aktiva
tetap yang akan memberikan hasil dalam jangka panjang seperti misalnya untuk
pembuatan gedung atau pembelian mesin mesin maka dana yang dibutuhkan
sebaiknya diperoleh dari hutang jangka panjang atau modal sendiri.

BERDASARKAN JENIS AKTIVITAS TRANSAKSI YANG DILAKUKAN MENJADI


PENYEBAB MUNCULNYA UTANG :

 Utang usaha, utang yang berasal dari transaksi pembelian barang dan jasa
dalam dagang yang dilakukan secara kredit menghasilkan utang usaha bagi
perusahaan.
 Utang bank, utang yang timbul dari transaksi pemberian pinjaman bank
kepada perusahaan.
 Wesel bayar, utang yang disertai dengan janji tertulis kepada pihak
kreditornya untuk membayar sejumlah uang dimasa mendatang dengan jumlah
dan bunga yang telah disepakati.
 Obligasi, surat utang yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang berisi
kesediaan membayar utang dan bunga sesuai yang dijanjikan.
 Utang dividen, kewajiban perusahaan kepada para pemegang sahamnya untuk
membayar dimasa mendatang dengan berbagai bentuknya,baik kas, surat
berhatga,maupun saham.

1.4 Hutang Kontinjensi

 Pengertian Utang Kontinjensi

Utang Kontinjensi adalah suatu kondisi, situasi atau serangkaian situasi yang ada yang
melibatkan ketidakpastian mengenai keuntungan atau kerugian perusahaan yang pada
akhirnya akan diketahui ketika satu atau lebih kejadian di masa depan terjadi atau tidak
terjadi.

 Pencatatan Utang Kontinjensi

Kewajiban kontinjensi tidak disajikan pada neraca, namun demikian harus


mengungkapkan kewajiban kontinjensi pada Catatan atas Laporan Keuangan untuk
setiap jenis kewajiban kontinjensi pada tanggal neraca.
Pengungkapan tersebut dapat meliputi:
1. karakteristik kewajiban kontingensi;
2. estimasi dari dampak finansial yang diukur;
3. indikasi tentang ketidakpastian yang terkait dengan jumlah atau waktu aruskeluar
sumber  daya;
4. kemungkinan penggantian oleh pihak ketiga

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan apakah kewajiban harus


dicatat berkaitan dengan perkara pengadilan yang ditunda atau yang mengancam dan
klaim serta pengenaan aktual atau yang mungkin, yaitu: 
a. Periode waktu di mana penyebab tindakan yang mendasari terjadi,
b. Probabilitas hasil yang tidak menguntungkan,
c. Kemampuan untuk membuat estimasi yang layak atas jumlah kerugian 

Jika sangat mungkin bahwa pelanggan akan mengajukan klaim menurut jaminan yang
berhubungan dengan barang atau jasa yang telah di jual dan estimasi yang layak atas
biaya yang terlibat dapat dilakukan, maka metode akrual harus digunakan. Biaya jaminan
menurut dasar akrual dapat dibebankan ke beban operasi pada tahun penjualan. Premi,
penawaran kupon, dan rabat diberikan untuk menstimulasi penjualan, dan biayanya harus
dicatat sebagai beban pada periode penjualan yang memperoleh manfaat dari rencana
premi.
 Kewajiban Lancar dan Kontinjensi di sajikan serta di analisis

 Penyajian kewajiban lancar


§  Biasanya dilaporkan pada nilai penuh jatuh temponya.
§  Perbedaan antara nilai sekarang dengan nilai jatuh temponya dianggap sebagai
tidak material.
 Penyajian kontinjensi
Pengungkapannya harus mencakup:
§  Sifat kontinjensi
§  Estimasi mengenai kemungkinan kerugian atau rentang kerugian atau suatu
pernyataan bahwa estimasi tidak dapat dilakukan.
 Analisis kewajiban lancar
Likuiditas yang berkaitan dengan kewajiban adalah waktu yang diharapkan
berlalu hingga suatu kewajiban harus dibayar. Dua rasio untuk menguji likuiditas:
Rasio lancar = aktiva lancar/ kewajiban lancar
Rasio cepat = kas+investasi jangka pendek+piutang bersih/ kewajiban lancar.

1.5 Penyajian di Neraca

 Cara menyajikan Utang Lancar pada Laporan Keuangan Neraca

Dalam laporan keuangan neraca hutang lancar disajikan dengan cara:


1.      Setiap jenis hutang lancar harus disajikan terpisah (cut off) dari jumlah yang
material,
2.      Hutang terhadap perusahaan afillasi, pemegang saham, karyawan perusahaan
harus dipisahkan dari hutang kepada pihak ketiga yang independent,
3.      Aktiva yang dijaminkan dalam penrikan hutang lancar harus diungkapkan dalam
laporan keuangan,
4.      Aktiva dan hutang lencar tidak boleh digabungkan penyajiannya kedalam jumlah
netto,
5.      Hutang bersyarat harus dijelaskan didalam neraca,
6.      Disajikan sesuai likiuditasnya, sama seperti aktiva, hutang lancar yang dapat
dengan segera dibayar maka disajikan dalam urutan yang paling atas,
7.      Dilaporkan pada sisi sebelah kanan neraca.

BAB II

HUTANG JANGKA PANJANG

2.1 Pengertian Hutang Obligasi

surat atau sertifikat pengakuan hutang yang dikeluarkan oleh peminjam atas sejumlah
dana (hutang) yang diterimanya dari investor (pemegang obligasi) selaku pihak yang
memberikan pinjaman tersebut. Intinya yang dimaksud dengan obligasi adalah surat hutang
berjangka waktu panjang (umumnya lebih dari sepuluh tahun)
2.2 Jenis Jenis Obligasi

1. Jenis obligasi berdasarkan sisi penerbit


a. Corporate Bond, obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan tertentu, perusahaan ini dapat
berbentuk perusahaan swasta maupun perusahaan Negara (BUMN).
b. Government Bond, obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat.
c. Municipal Bond, obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah yang akan digunakan
untuk membiayai proyek-proyek publik.

2. Jenis obligasi berdasarkan jaminannya


a. Secured Bond, obligasi yang dijaminkan dengan menggunakan kekayaan tertentu yang
dimiliki oleh penerbit, atau bisa juga dijaminkan dengan menggunakan pihak ketiga.
b. Unsecured Bond, obligasi yang tidak dijaminkan dengan menggunakan kekayaan tertentu
yang dimiliki oleh penerbitnya.

3. Jenis obligasi berdasarkan hak penukaran


a. Convertible Bond, obligasi yang dapat ditukarkan dengan saham perusahaan penerbit.
Artinya pemegang obligasi ini memiliki hak jika sewaktu-waktu ingin menukarkan obligasi
yang dipegangnya dengan saham perusahaan.
b. Exchangeable Bond, obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk
menukar saham perusahaan ke dalam sejumlah saham perusahaan afiliasi milik penerbitnya.
c. Callable Bond, obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk membeli kembali
obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.
d. Putable Bond, obligasi yang memberikan hak kepada investor yang mengharuskan emiten
untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.

4. Jenis obligasi berdasarkan system pembayaran bunga

a. Zero Coupon Bond, system pembayaran dari obligasi ini dilakukan dengan cara dibayarkan
sekaligus ketika jatuh tempo (pokok pinjaman dan bunganya) bukan secara periodik.
b. Coupon Bond, obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara periodik sesuai dengan
ketentuan penerbitnya.
c. Fixed Coupon Bond, obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah ditetapkan sebelum
masa penawaran di pasar perdana dan akan dibayarkan secara periodik.
d. Floating Coupon Bond, obligasi dengan tingkat kupon bunga yang ditentukan sebelum
jangka waktu tersebut, berdasarkan suatu acuan (benchmark) tertentu.
5. Jenis obligasi berdasarkan nilai nominal
a. Konvensional Bond, obligasi dengan satuan nilai nominal yang besar, umumnya Rp. 1
Miliar per lot.
b. Retail Bond, kebalikan dari konvensional bond, yaitu obligasi dengan satuan nilai nominal
yang kecil.

6. Jenis obligasi berdasarkan perhitungan imbal hasil


a.Konvensional Bond, obligasi yang cara kerjanya menggunakan system bunga.
b.Syariah Bond, obligasi yang cara kerja dan perhitungannya menggunakan system
islam/syariat islam yaitu system bagi hasil (Mudharabah dan Ijarah).

2.3 Penilaian hutang obligasi diskonto dan premi


2.4 Pengertian Amortisasi
suatu penurunan atau pengurangan nilai suatu Aktiva tidak berwujud secara bertahap
dalam rentang jangka waktu tertentu disetiap periode akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai