Anda di halaman 1dari 19

KEWAJIBAN LANCAR

DISUSUN OLEH :

ALFIAH PUTRI PERMATASARI 16060027


ALVIAN AGUNG NUGROHO 16060028
ANISA PURNAMA SARI 16060029

Jurusan :

AKUNTANSI

UNIVERSITAS DIRGANTARA MARSEKAL SURYADAMA

JAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai macam nikmat,
sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan di alam
dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin
kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.

Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Guru bidang studi serta teman-teman
sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun materil, sehingga makalah ini
terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.

Kami menyadari bahwa, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak
kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal kelengkapan serta
pengkonsolidasian kepada guru serta teman-teman sekalian, yang kadangkala hanya menturuti egoisme
pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih
menyempurnakan makalah-makalah kami dilain waktu.

Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa yang kami susun ini
bisa bermanfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau
menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini (Hutang Lancar) sebagai tambahan dalam
menambah referensi yang telah ada.

Penulis-

Kelompok III
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jika kita ingat kembali persamaan dasar akuntansi, sisi kiri persamaan akuntansi adalah harta
(aktiva) dan sisi kanan terdiri dari hutang dan modal. Hutang menunjukkan besarnya kepentingan kreditur
pada harta perusahaan. Sementara itu modal menunjukkan besarnya kepentingan pemilik pada harta
perusahaan. Persamaan tersebut juga tergambar pada neraca yang memuat harta, hutang dan modal.

Adanya hutang di neraca menunjukkan perusahaan pernah menarik sumber daya yan digunakan
dari kreditur. Pada bab ini akan dibicarakan akuntansi atas kegiatan pendanaan yang berasal dari kreditur.
Hutang didefinisikan sebagai pengorbanan manfaat ekonomi di masa datang yang bersifat probableyang
timbul dari kewajiban sekarang dari suatu entitas untuk menyerahkan harta atau menyediakan jasa ke
entitas lain di kemudian hari sebagai akibat dari transaksi atau kejadian masa lalu. Dari definisi di atas
dapat ditarik beberapa hal penting yaitu :

Hutang ini timbul dari transaksi atau kejadian masa lalu.


Hutang harus melibatkan transfer asset atau penyediaan jasa dikemudian hari yang bersifat probable
(hampir pasti). Hutang ini merupakan kewajiban dari suatu entitas.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa sajakah sifa dan jenis kewajiban lancar ?

2. Bagaimana ketentuan kewajiban jangka pendek yang diharapkan akan di danai kembali ?

3. Bagaimana kewajiban yang berhubungan dengan karyawan ?

4. Apa itu Kontinjensi ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui sifat dan jenis hutang lancer

2. Untuk mengetahui bagaimana ketentuan kewajiban jangka pendek yang di harapkan


akan didanai kembali

3. Untuk mengetahui kewajiban yang berhubungan dengan karyawan

4. Untuk mengetahui apa itu kontinjensi

1.4 Manfaat Penulisan

Agar kita dapat mengetahui serta memahami tentang Hutang Lancar dan dalam sebuah
perusahaan, dan agar kita mengerti dan mengetahui seberapa terkaitkah antara teori yang diajarkan
dengan keadaan lapangan pada sebuah perusahaan sebenarnya.
BAB II

PEMBAHASAH

2.1 Pengertian Kewajiban

Kewajiban adalah kemungkinan pengorbanan masa depan atas manfaat ekonomi yang muncul
dari kewajiban saat ini dari entitas tertentu untuk mentransfer aktiva atau menyediakan jasa kepada
entitas lainnya di masa depan sebagai hasil dari transaksi atau kejadian masa lalu.

Dengan kata lain, suatu kewajiban memiliki tiga karakteristik :

1. Merupakan kewajiban saat ini yang memerlukan penyelesaian dengan kemungkinan transfer masa
depan atau penggunaan kas, barang atau jasa

2. Merupakan kewajiban yang tidak dapat dihindari

3. Transaksi atau kejadian yang menciptakan kewajiban itu harus telah terjadi

2.2 Pengertian Kewajiban Lancar

Kewajiban lancar adalah kewajiban yang likuidasinya diperkirakan secara layak memerlukan
penggunaan sumber daya yang ada, yang diklasifikasikan sebagai aktiva lancar, atau penciptaan kewajiban
lancar lain atau kewajiban yang penyelesaiannya dalam satu siklus operasi biasanya 1 tahun.

Beberapa contoh kewajiban lancar :

1. Hutang Usaha

2. Wesel Bayar

3. Hutang Jangka Panjang yang Jatuh Tempo

4. Kewajiban Jangka Pendek yang diharapkan akan didanai kembali

5. Hutang Dividen

6. Deposito yang dapat dikembalikan


7. Pendapatan diterima dimuka

8. Hutang pajak penjualan/pendapatan

9. Kewajiban yang berhubungan dengan karyawan

2.3 Pencatatan Hutang Lancar

2.3.1 Hutang Usaha

Hutang usaha atau hutang dagang adalah saldo yang terhutang kepada pihak lain baik berupa
barang, suplies ataupun jasa yang dibeli dengan secara kredit. Penilaian yang dilakukan didasarkan pada
jumlah pesanan(invoice). Pencatatan hutang dagang atau hutang usaha bisa dilakukan atas dasar net atau
gross.

Jika hak telah beralih sebelum barang diterima,maka transaksi dicatat setelah hak diterima pembeli.

1. Pencatatan pada saat terjadinya hutang dagang

Persediaan xxx

Hutang dagang xxx

2. Pencatatan pada saat terjadinya pelunasan

Hutang dagang xxx

Kas xxx

2.3.2 Hutang Wesel

Perusahaan kadangkala menerbitkan sebuah promes atau janji tertulis untuk membayar uang
pada tanggal tertentu. Dilihat dari ada atau tidaknya tarip bunga yang harus dibayar, noters dapat dibagi
menjadi hutang wesel berbunga dan hutang wesel tak berbunga. Hutang wesel berbunga merupakan
hutang wesel yang penerbitannya disamping harus membayar nominal wesel juga harus membayar
bunga.
1. Hutang Wesel Berbunga (Interest Bearing Notes Payable)

Misalkan perusahaan pada tanggal 2 April 2004 perusahaan menerbitkan sebuah promes nilai
nominal Rp1.000.000,00 bunga 12% setahun yang akan jatuh tempo 30 Juni 2004 sebagai pelunasan
hutang usaha. Jurnal yang dibuat pada tanggal 2 April adalah sebagai berikut :

2004

April 1
Hutang Usaha 1.000.000

Wesel Bayar/Hutang Wesel 1.000.000

Selanjutnya pada tanggal jatuh tempo (30 Juni 2004) jurnal yang dibuat adalah

2004

Juni 30
Wesel Bayar/Hutang Wesel 1.000.000

Biaya Bunga 30.000

Kas 1.030.000

Bunga yang dibayar = 12% x 3/12 x Rp1.000.000,00 = Rp30.000,00

2. Wesel Bayar Tak Berbunga secara eksplisit (Non Interest Bearing Notes)

Dalam wesel tak berbunga, penerbit promes hanya membayar nilai nominal, dengan demikian
nilai nominal merupakan nilai pada saat jatuh tempo. Untuk tujuan pengukuran, wesel tersebut
didiskontokan dan jumlah dilaporkan di neraca adalah sebesar nilai sekarang yaitu nilai nominal dikurangi
diskontonya. Nilai sekarang dari hutang wesel ini kadangkala mudah diketahui, misalkan pada tanggal 30
Desember 2003 perusahaan menyerahkan wesel tak berbunga nominal Rp100.000.000,00 kepada
seorang kreditur untuk melunasi hutang perusahaan kepadanya sebesar Rp90.000.000,00. Jika
diserahkannya promes (hutang wesel) tersebut adalah nilai hutang yang dilunasi yaitu Rp90.000.000,00.
Jatuh tempo wesel 30 Agustus 2004.

Jurnal yang di buat adalah :

2004

April 1
Hutang Usaha 90.000.000

Diskon atas Wesel Bayar 10.000.000

Wesel Bayar/Hutang Wesel 100.000.000

Saldo rekening wesel bayar Rp100.000.000,00 dan saldo discount atas hutang wesel Rp10.000.000,00
disajikan di neraca sebagai berikut :

Hutang Lancar :

Hutang Wesel 100.000.000

Dikurangi : Diskon atas Hutang Wesel 10.000.000

900.000.000

Pada tanggal 30 Agustus 2004, pada saat membayar wesel sebesar Rp100.000.000,00 perusahaan
membuat dua jurnal sebagai berikut :

2004

Agustus 30
Hutang Wesel 100.000.000
Kas 100.000.000

Biaya Bunga 10.000.000

Diskon atas Wesel


10.000.000
Bayar

2.3.3 Hutang Jangka panjang yang jatuh tempo

Hutang jangka panjang seperti obligasi, hipotik maupun wesel yang akan jatuh tempo
pada tahun fiskal berikutnya dapat di akui sebagai hutang lancar. Namun ada juga yang tidak
boleh diakui sebagai hutang lancar, hutang jangka panjang yang tidak boleh diakui sebagai hutang
lancar jika:

1. Dilunasi dari hasil penerbitan hutang yang baru.

2. Dikonversi menjadi modal saham.

3. Dilunasi dengan menggunakan aktiva yang terakumulasi untuk tujuan tersebut yang
secara layak tidak ditunjukan sebagai aktiva lancar.

2.3.4 Kewajiban jangka pendek yang diharapkan didanai kembali

Kewajiban jangka pendek (short-term obligasi) adalah hutang yang dijadwalkan akan
jatuh tempo dalam waktu satu tahun setelah tanggal neraca perusahaan atau dalam siklus operasi
perusahaan mana yang lebih lama.

Beberapa kewajiban jangka pendek diharapkan akan didanai kembali (short-term


obligation expected to be refinanced) atas dasar jangka panjang dan karena itu diperkirakan tidak
memerlukan penggunaan modal kerja selama tahun berikutnya.

 Kriteria pendanaan kembali

Kriteria otoritatif untuk menentukan situasi dimana kewajiban jangka pendek dapat
secara layak dikeluarkan dari kewajiban lancar.
Suatu perusahaan diharuskan untuk mengeluarkan kewajiban jangka pendek dari
kewajiban lancar hanya jika kedua kondisi berikut dipenuhi:

1) Memiliki rencana untuk mendanai kembali kewajiban atas dasar jangka panjang.
2) Menunjukkan kemampuan untuk melaksanakan pendanaan kembali.

Kemampuan untuk melaksanakan pendanaan kembali dapat ditunjukan dengan:

1) Mendanai kembali secara aktual kewajiban jangka pendek dengan menerbitkan


kewajiban jengka panjang atau sekuritas ekuitas setelah tanggal neraca, tetapi sebelum
neraca tersebut diterbitkan.
2) Melakukan perjanjian pendanaan yang secara jelas mengizinkan perusahaan untuk
mendanai kembali hutang atas dasar jangka panjang pada syarat-syarat yang dapat
ditentukan.

2.2.5 Hutang Deviden

Hutang deviden adalah kewaiban perusahaan kepada pemegang saham karena


mengumumkan pembagian laba berupa kas dan aktiva lain.

Deviden menjadi hutang pada saat diumumkan oleh dewan Direksi perusahaan. Hutang
deviden tidak bertambah seperti halnya bunga pada obligasi.

Di dalam pembagian deviden, pada umumnya perusahaan mengumumkan secara resmi


berapa jumlah yang akan dibagikan dan setelah itu baru dilakukan pembayaran.

Dengan adanya pegumuman pembagian deviden secara resmi ini, maka pada saat itu
perusahaan sudah mempunyai kewajiban kepada para pemegang sahamnya sebesar jumlah
deviden yang diumumkan dan kewajiban itu baru lunas setelah deviden dibayarkan.

Kewajiban yang timbul karena adanya pengumuman ini diakui sebagai kewajiban atau
hutang lancar sebesar jumlah yang akan dibayarkan sesuai pengumuman tersebut. Untuk lebih
jelasnya akan diberikan.
Contoh timbulnya kewajiban tersebut sebagai berikut:

Pada tanggal 31 Desember 2010 perusahaan PT “WIBOWO” mengumumkan pembagian deviden


Rp 1.000 per lembar saham untuk jumlah lembar saham yang beredar 10.000 lembar. Pembayaran akan
dilakukan mulai tanggal 15 Januari 2011.

Transaksi ini akan dicatat di dalam jurnal sebagai berikut:

1. Pada waktu pengumuuman

Laba yang ditahan Rp 10.000.000

Hutang deviden Rp 10.000.000

2. Pada waktu deviden dibayarkan akan dijurnal

Hutang deviden Rp 10.000.000

Kas Rp 10.000.000

2.3.6 Deposito yang dapat dikembalikan

Deposito yang dapat dikembalikan adalah deposito kas yang diterima dari pelanggan dan
karyawan untuk menjamin pelaksanaan kontrak atau jasa sebagai jaminan untuk menutup
pembayaran kewajiban yang diharapkan dimasa depan. Klasifikasi deposito yang dapat
dikmbalikan sebagai hutang lancar dan tidak lancar tergantung pada waktu antara tanggal
deposito dan pemutusan hubaungan yang memasyarakatkan deposito.

Contoh deposito yang dapat dikembalikan

1. Perusahaan telepon seringkali mensyaratkan sejumlah deposito untuk pemasangan telepon.

2. Deposito juga dapat diterima dari pelanggan sebagai jaminan untuk kemungkinan kerusakan
atas property yang ada ditanagn pelanggan.

2.3.7 Pendapatan yang diterima dimuka

Perusahaan kadang menerima pembayaran untuk barang atau jasa yang belum diberikan.
Untuk penerimaan jenis ini, perusahaan harus memasukkannya ke dalam pos utang, karena
perusah aan mempunyai kewajiban untuk memberikan barang atau jasa di waktu yang akan
datang.

Contoh :

PT. D menerima pembayaran Rp 50 juta untuk barang dagangan yang dipesan konsumen, barang
dagangan tersebut harus dikirim akhir bulan depan.

 Jurnal untuk mencatat penerimaan kas :

Kas Rp. 50.000.000

Pendapatan diterima dimuka Rp. 50.000.000

Jurnal pada saat menyerahkan barang dagangan :

Pendapatan diterima dimuka Rp. 50.000.000

Penjualan Rp. 50.000.000

Secara umun jurnalnya sebagai berikut:

 Ketika uang muka diterima

Kas xxxx

Pendapatan diterima dimuka xxxx

 Ketika pendapatan diterima

Pendapatan diterima dimuka xxxx

Kas xxxx

2.3.8 Hutang pajak penjualan atau pendapatan

Adalah penghasilan dari penjualan barang atau penyerahan jasa yang diterimanya telah
terjadi dimuka sebelum transaksi penjualan atau penyerahan jasa berlangsung. Contoh : uang
muka yang diterima untuk langganan majalah / surat kabar.
2.2.9 Kewajiban membayar gaji atau upah karyawan

Perhitungan jumlah yang masih akan dibayar untuk gaji dan upah, bunga, sewa, dan lan-
lain dilakukan dengan dasar waktu terjadinya biaya tersebut. Misalnya gaji pegawai dibayarkan
tiap tanggal 5 bulan berikutnya. Jika gaji dan upah bulan desember 2005 sebesar Rp1.200.000,00
maka pada tanggal 31 desember 2005 dibuat jurnal penyesuaian untuk mencatat utang gaji dan
upah sebagai berikut:

Gaji dan upah Rp1.200.000,00

Utang gaji dan upah Rp1.200.000,00

Prosedur yang sama digunakan juga untuk menghitung biaya-biaya lain yang masih akan dibayar.

2.4 Kewajiban Jangka Pendek yang diharapkan akan didanai kembali

Kewajiban jangka pendek adalah hutang yang dijadwalkan akan jatuh tempo dalam waktu satu
tahun setelah tanggal neraca perusahaan atau dalam siklus operasi perusahaan, mana yang lebih lama.

Beberapa kewajiban jangka pendek diharapkan akan didanai kembali (short-term obligation
expected to be refinanced) atas dasar jangka panjang dan karena itu diperkirakan tidak memerlukan
penggunaan modal kerja selama tahun berikutnya

 Kriteria pendanaan kembali

Kriteria otoritatif untuk menentukan situasi dimana kewajiban jangka pendek dapat secara
layak dikeluarkan dari kewajiban lancar.

Suatu perusahaan diharuskan untuk mengeluarkan kewajiban jangka pendek dari


kewajiban lancar hanya jika kedua kondisi berikut dipenuhi:

1). Memiliki rencana untuk mendanai kembali kewajiban atas dasar jangka panjang.

2). Menunjukkan kemampuan untuk melaksanakan pendanaan kembali.


 Kemampuan untuk melaksanakan pendanaan kembali dapat ditunjukan dengan:
1) Mendanai kembali secara aktual kewajiban jangka pendek dengan menerbitkan
kewajiban jengka panjang atau sekuritas ekuitas setelah tanggal neraca, tetapi sebelum
neraca tersebut diterbitkan.
2) Melakukan perjanjian pendanaan yang secara jelas mengizinkan perusahaan untuk
mendanai kembali hutang atas dasar jangka panjang pada syarat-syarat yang dapat
ditentukan.

2.5 Kewajiban yang berhubungan dengan Karyawan

1. Pemotongan Gaji

Jenis paling umum dari pemotongan gaji adalah pajak premi asuransi, tabungan karyawan
dan iuran serikat kerja. Jika jumlah dipotong belum diserahkan kepada pihak yang berwenang
pada akhir periode akuntansi, maka jumlah itu harus diakui sebagai kewajiban lancar.

2. Absensi yang DikompensasiH

Absensi yang dikompensasi adalah absensi dari pekerjaan seperti cuti, sakit, dan hari
libur. Suatu kewajiban harus diakrualkan untuk biaya kompensasi atas absensi di masa depan.

3. Perjanjian Bonus

Tambahan atas gaji atau upah yang diberikan kepada karyawan atas hasil kerja atau
jumlah laba tahunan perusahaan. Pemberian bonus kepada karyawan harus dimasukkan sebagai
pengurang dalam menentukan laba bersih tahun berjalan.

2.6 Kontinjensi

2.6.1 Pengertian Kontinjensi

Kontinjensi adalah suatu kondisi, situasi atau serangkaian situasi yang ada yang
melibatkan ketidakpastian mengenai keuntungan atau kerugian perusahaan yang pada akhirnya
akan diketahui ketika satu atau lebih kejadian di masa depan terjadi atau tidak terjadi.
2.6.2 Keuntungan Kontinjensi

Keuntungan kontinjensi adalah hak atau klaim menerima aktiva yang keberadaannya
tidak pasti tetapi pada akhirnya mungkin akan menjadi sah. Jenis keuntungan kontinjensi yang
khas adalah :

o Penerimaan yang mungkin atas uang dari hadiah, sumbangan, bonus dan lain sebagainya
o Kemungkinan pengembalian dana dari pemerintah atas kelebihan pajak
o Penundaan kasus pengadilan yang hasilnya mungkin menguntungkan
o Kerugian pajak yang dikompensasi ke depan

2.6.3 Kerugian Kontinjensi

Kerugian Kontinjensi melibatkan kemungkinan terjadinya kerugian. Kewajiban yang


terjadi sebagai akibat dari kerugian kontinjensi menurut definisinya sebagai kewajiban
kontinjensi. Apabila terdapat kerugian kontinjensi, maka kemungkinan bahwa kejadian di masa
depan akan menguatkan terjadinya kewajiban dari sangat mungkin ke kurang mungkin.

Suatu estimasi kerugian dari kerugian kontinjensi harus diakrualkan dengan


mebebankannya ke beban dan kewajiban yang dicatathanya jika kedua kondisi tersebut dipenuhi:

1) Informasi yang tersedia sebelum penerbitan laporan keuangan menunjukkan bahwa


kemungkinan besar suatu kewajiban telah terjadi pada tanggal laporan keuangan
2) Jumlah kerugian dapat diestimasi secara layak

2.6.4 Hutang Kontijensi

Istilah kewajiban kontingensi merupakan kewajiban potensial di masa yang akan dating
yang memungkinkan dapat terjadi. Kewajiban ini berbeda dengan kewajiban yang diestimasikan,
yaitu kewajiban yang memang ada namun jumlah, tanggal jatuh temponya dan atau
pelunasannya tidak pasti. Jenis kewajiban kontingensi itu meliputi:

1) perkara hukum yang belum diputuskan.

Perkara hukum terhadap suatu perusahaan dicatat sebagai kewajiban kontingensi dan
berakhir bila tuntutan hasil perkara itu diselesaikan (yaitu semua sudah sepakat, diselesaikan di
luar pengadilan). Perkara hukum yang belum diputuskan pada saat tanggal neraca umumnya
dimasukan dalam bentuk catatan kaki tanpa mencantumkan nilainya.

2) endorsemen

Bila kesepakatan berkaitan dalam mendiskontokan wesel bayar atau menjual piutang
dagang, maka perusahaan menjamin hutang itu dan menjadi terhutang bila debitur yang semula
tidak melunasi.

3) pajak pendapatan

Jika IRS tidak mengakui pengembalian pajak perusahaan sebagaimana yang dilaporkan
dan menimbulkan pajak tambahan, maka kewajiban kontingensi perlu disajikan untuk tujuan
pemeriksaan. Penjelasan khusus perlu diberikan, namun sering dimasukan pula catatan kaki
mengenai pemeriksaan dari IRS dan surat ketetapan kewajiban pajak selama beberapa tahun.
Kecuali dalam kasus penyelewengan atau tidak mengisi pengembalian pajak, ketentuan
pembatasan mencegah IRS tidak melakukan auditing lebih dari tiga tahun.

Dalam penyajian kewajiban kontingensi, tujuan utamanya adalah untuk penjelasan yang
layak atas kontingensi tersebut dan jika dapat ditaksir jumlahnya, sebaiknya nilainya
dicantumkan. Penjelasan dalam laporan keuangan dapat dilakukan berupa

1. penjelasan lebih lanjut setelah nama perkiraan,

2. catatan kaki,

3. memasukan item itu diantara kewajiban tanpa menunjukan nilai atau

4. apropriasi dari laba yang ditahan.


BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kewajiban lancar adalah kewajiban yang likuidasinya diperkirakan secara layak memerlukan
penggunaan aktiva lancar atau penciptaan kewajiban lancar lainnya. Secara teoritis, kewajiban harus
diukur oleh nilai sekarang pengeluaran kas masa depan yang diperlukan untuk melikuidasinya. Dalam
praktek, kewajiban lancar biasanya dicatat dalam catatan akuntansi dan dilaporkan dalam laporan
keuangan pada nilai penuh jatuh temponya. Terdapat beberapa jenis kewajiban lancar (1) hutang usaha,
(2) wesel bayar, (3) jatuh tempo berjalan hutang jangka panjang, (4) hutang dividen, (5) deposito yang
dapat dikembalikan, (6) pendapatan diterima di muka, (7) hutang pajak, dan (8) kewajiban yang
berhubungan dengan karyawan.

Kewajiban jangka pendek dikeluarkan dari kewajiban lancar jika kedua kondisi berikut dipenuhi:
(1) perusahaan harus bermaksud untuk mendanai kembali kewajiban atas dasar jangka panjang, dan (2)
perusahaan harus menunjukkan kemampuan untuk melaksanakan pendanaan kembali itu.

Kewajiban yang berhubungan dengan karyawan adalah: (1) pemotongan gaji; (2) absensi yang
dikompensasi; dan (3) perjanjian bonus.

Akun kewajiban lancar umumnya disajikan sebagai klasifikasi pertama dalam kelompok kewajiban
dan ekuitas pemegang saham pada neraca. Dalam kelompok kewajiban lancar akun-akun itu dapat dicatat
menurut jatuh temponya, dalam jumlah yang menurun, atau menurut preferensi likuidasinya. Informasi
yang terinci dan bersifat tambahan mengenai kewajiban lancar harus memadai untuk memenuhi
persyaratan pengungkapan penuh.

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan
dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah dikesempatan-
kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca
yang budiman pada

3.2 SARAN

Dalam mempelajari ilmu akuntansi harus dibutuhkan kecermatan dan ketelitian dalam
mengerjakan atau memahami materinya karena akuntansi ini seperti halnya matematika hasilnya butuh
kepastian untuk mendapatkan jawaban yang benar atau bisa disebut juga sebagai ilmu pasti,karena dalam
akuntansi apabila terjadi kesalahan maka yang akan timbul adalah tidak balancenya angka-angka atau
nilai dalam suatu akun.

Anda mungkin juga menyukai