Anda di halaman 1dari 4

HIBAH PEMERINTAH (GOVERNMENT GRANTS)

Hibah pemerintah adalah bantuan dari pemerintah yang diterima perusahaan dalam bentuk
pemberian sumber daya kepada perusahaan sebagai imbalan atas kepatuhan perusahaan terhadap
ketentuan tertentu (baik di masa lalu maupun masa depan) yang berkaitan dengan kegiatan
operasional perusahaan (Kieso, Weygandt, & Warfield, 2014). Hibah pemerintah dapat berupa
aset, seperti uang tunai; sekuritas, properti, bangunan, pabrik, atau penggunaan fasilitas yang
disediakan pemerintah sebagai subsidi untuk perusahaan. Selain itu, hibah pemerintah dapat
berupa pengampunan utang perusahaan atau pemberian pinjaman kepada perusahaan dengan
bunga di bawah bunga pasar.
Dalam PSAK 16 dijelaskan bahwa aset tetap yang diperoleh dari hibah pemerintah tidak boleh
diakui sampai diperoleh keyakinan bahwa entitas memenuhi kondisi atau persyaratan hibah
tersebut dan hibah akan diperoleh. Selanjutnya, Kieso, Weygandt, & Warfield (2014)
menjelaskan bahwa isu utama akuntansi hibah pemerintah adalah masalah penentuan metode
akuntansi yang tepat untuk mencatat hibah pemerintah ke dalam pembukuan perusahaan dan
masalah bagaimana hibah pemerintah harus disajikan dalam laporan keuangan perusahaan.

Pendekatan Akuntansi Hibah Pemerintah


Pada saat suatu perusahaan memperoleh aset melalui hibah pemerintah, maka menurut konsep
biaya perolehan yang ketat, aset tersebut harus dinilai nol atau sejumlah biaya yang benar-benar
dikeluarkan untuk mendapatkan hibah tersebut. Namun, penerapan konsep tersebut tidak rasional
mengingat jika aset yang diterima melalui hibah pemerintah dinilai sebesar nol atau hanya
sebesar biaya yang benar-benar terjadi, seperti biaya hukum dan pengeluaran lain yang relatif
kecil, maka hal tersebut tidak mencerminkan nilai aset yang sesungguhnya dan mengabaikan
realitas dan kemampuan ekonomis dari aset tersebut. Oleh karena itu, sebagian besar perusahaan
menggunakan nilai wajar untuk menilai aset yang diterima dari hibah pemerintah.
Selanjutnya, jika aset dari hibah pemerintah didebit sebesar nilai wajarnya, maka pertanyaan
berikutnya adalah akun atau pos apa yang harus dikredit? Apakah pos ekuitas (equity) atau
revenue? Dalam hal ini, terdapat dua pendekatan, yaitu pendekatan ekuitas (equity approach) dan
pendekatan pendapatan (income approach).

A. Pendekatan ekuitas (equity approach)


Dalam pendekatan ekuitas (equity approach), pasangan kredit dari aset hibah pemerintah adalah
ekuitas (equity). Para pendukung pendekatan ekuitas (equity approach) menyatakan bahwa aset
hibah pemerintah harus langsung masuk ke ekuitas (aset didebit dan ekuitas dikredit) karena
seringkali tidak ada pembayaran kembali yang diharapkan dari hibah. Selain itu, hibah
merupakan insentif pemerintah dan bukan dihasilkan dari kegiatan operasional normal
perusahaan sehingga hibah tidak seharusnya dicatat sebagai revenue/income yang akan
ditandingkan/di-offset-kan dengan beban operasional.
Sementara itu, para pendukung pendekatan pendapatan (income approach) tidak setuju dengan
argumen pendukung pendekatan ekuitas. Mereka menyatakan bahwa aset hibah pemerintah
harus dilaporkan sebagai pendapatan dalam laporan laba rugi (aset didebit dan pendapatan
dikredit). Dalam hal ini, mereka berargumen bahwa hibah pemerintah seharusnya tidak langsung
dicatat ke pos ekuitas karena pemerintah bukan pemegang saham. Selain itu, sebagian besar
hibah pemerintah memiliki syarat dan ketentuan yang melekat dan kemungkinan akan
menimbulkan beban di masa depan.

B. Pendekatan penghasilan (Income Approach)


IFRS mengharuskan penggunaan pendekatan pendapatan (income approach) dalam pencatatan
hibah pemerintah. Dalam hal ini, perusahaan harus mengakui hibah pemerintah sebagai
pendapatan melalui mekanisme yang memungkinkan adanya penandingan antara pendapatan
dengan biaya yang terjadi. Selanjutnya, terdapat dua cara untuk mencatat aset hibah pemerintah
dengan rincian sebagai berikut.
1) Mencatat hibah sebagai pendapatan hibah yang ditangguhkan (deferred grant revenue), yaitu
hibah diakui sebagai pendapatan secara bertahap berdasarkan usia manfaat aset yang diterima.
2) Mengurangkan hibah dari nilai tercatat aset yang diperoleh sehingga hibah diakui sebagai
pengurang dari beban depresiasi.

Beberapa contoh :

1) Hibah Pemerintah Berupa Subsidi Pemberian Peralatan


Sebagai ilustrasi, pada 2 Januari 2019 PT Soniku menerima subsidi pemerintah sebesar
Rp500.000.000 untuk membeli computer lab dengan harga total Rp2.000.000.000. Peralatan
tersebut memiliki masa manfaat selama lima tahun, dan disusutkan berdasarkan garis lurus.
Dari transaksi di atas, PTSoniku dapat mencatat subsidi di atas dengan salah satu dari dua cara
berikut.
a) Mengkredit akun Deferred Grant Revenue sebesar Rp500.000.000 dan melakukan amortisasi
atas Deferred Grant Revenue selama lima tahun (Rp100.000.000 per tahun).

Jika perusahaan memilih pendekatan ini, maka penyajian hibah pemerintah di laporan keuangan
adalah sebagai berikut.
Statement of financial position

Non Current Assets


Equipment 2000000000
Accumulated depreciation 400000000 1600000000
Current Liabiliies
Deffered Grant Revenue 100000000
Non current Liabilities
Deffered Grant Revenue 300000000

Income Statement

Grant revenue for the year 100000000


Depreciation expense for the year 400000000
Loss income -300000000

b) Mengkredit akun Equipment sebesar subsidi pemerintah sebesar Rp500.000.000 sehingga


beban depresiasi Equipment berkurang menjadi sebesar Rp300.000.000 per tahun
(Rp1.500.000.000/5 tahun).
Jika perusahaan memilih pendekatan ini, maka penyajian hibah pemerintah di laporan keuangan
adalah sebagai berikut.
Statement of financial position
Non Current Assets
Equipment 1500000000
Accumulated depreciation 300000000 1200000000
Income Statement

Depreciation expense for the year 300000000


Loss income -300000000

2) Hibah Pemerintah Berupa Bantuan Tunai untuk Menghindari Kebangkrutan


Sebagai contoh, PT S07, suatu BUMN, mengalami kerugian secara substansial selama lima
tahun terakhir dan mempunyai utang yang cukup besar kepada kreditur. Untuk mencegah
perusahaan dari kebangkrutan, pada tanggal 23 aagustus 2020 pemerintah setuju memberikan
bantuan dana sebesar Rp10 juta untuk melunasi utang perusahaan kepada kreditur. Atas bantuan
tersebut, PT SO7 membuat jurnal sebagai berikut.
tanggal Uraian ref debit kredit
01.08.20 CASH 10.000.000
GRANT REVENUE 10.000.000
Jika dalam pemberian bantuan tersebut terdapat persyaratan dari pemerintah bahwa perusahaan
harus melakukan beberapa kewajiban perbaikan di masa depan, maka perusahaan seharusnya
mengkredit akun Deferred Grant Revenue dan melakukan amortisasi selama periode tertentu di
masa depan.
3) Hibah Pemerintah Berupa Pinjaman Tanpa Bunga
Sebagai ilustrasi, dalam rangka meningkatkan pembangunan wisata alam, Pemerintah Kota
Sidikalang meminta PT Makmur untuk membangun taman wisata di sidikalang. Untuk
mendukung pembangunan taman tersebut, Pemkot Sidikalang akan memberikan pinjaman tunai
bebas bunga kepada perusahaan senilai Rp 10 milyar dengan jangka waktu 10 tahun, dengan
syarat PT Makmur bersedia memperkejakan 100 orang warga Kota Sidikalang selama 10 tahun
ke depan. Diketahui bahwa tingkat suku bunga pinjaman perusahaan adalah sebesar 9% dan
diasumsikan PT makmur menerima pinjaman tunai pada tanggal 2 Januari 2019, maka PT
makmur membuat jurnal sebagai berikut.
tanggal uraian ref debit Kredit
Cash 10.000.000.000
Notes payable* 4.224.100.000
Deferred grant Revenue 5.775.900.000
*10mM x 0,42241 = 4.224.100.000

Selanjutnya, PT MAKMUR menggunakan metode suku bunga efektif (the effective-interest rate
method) untuk mengamortisasi notes payable selama jangka waktu notes payable. Pada akhir
tahun pertama (31 Desember 2019), perusahaan membuat jurnal sebagai berikut.
TANGGAL URAIAN REF DEBIT KREDIT
31.12.19 INTEREST EXPENSE* 380.169.000
NOTES PAYABLE 380.169.000
DEFERRED GRANT REVENUE 380.169.000
GRANT REVENUE 380.169.000
*9% x 4.224.100.000

Anda mungkin juga menyukai