Anda di halaman 1dari 8

PERENCANAAN PERPAJAKAN

“Pajak Tangguhan dan rekonsiliasi laporan keuangan komersial ke laporan

Pajak Tangguhan dan rekonsiliasi laporan keuangan komersial ke laporan


keuangan fiskal

Aset pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan yang dapat dipulihkan
pada periode masa depan sebagai akibat adanya:

(a) perbedaan temporer yang boleh dikurangkan;

(b) akumulasi rugi pajak belum dikompensasi; dan

(c) akumulasi kredit pajak belum dimanfaatkan, dalam hal peraturan


perpajakan mengizinkan.

Liabilitas pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang pada periode
masa depan sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak.

Rugi Pajak Belum Dikompensasi dan Kredit Pajak Belum Dimanfaatkan (Unused
Tax Credits)

Aset pajak tangguhan diakui untuk akumulasi rugi pajak belum


dikompensasi dan kredit pajak belum dimanfaatkan apabila besar kemungkinan
laba kena pajak masa depan akan memadai untuk dimanfaatkan dengan rugi pajak
belum dikompensasi dan kredit pajak belum dimanfaatkan.

Contoh Soal

PT. Gemilang pada tahun 2017 mempunyai data sebagai berikut :

Laba bersih sebelum pajak komersial Rp 900.000.000

Kompensasi kerugian tahun 2017 sebesar Rp 25.000.000


Daftar Aset Tetap PT. Gemilang

Aset Tahun Harga Perolehan Masa Manfaat Kelompok Metode


Perolehan (komersial) (fiskal) Penyusutan

Kendaraan 2013 500.000.000 5 tahun 2 GL

Peralatan 2013 18.000.000 4 tahun 1 GL

Tahun Komersial Fiskal Selisih

2013 100.000.000 62.500.000 37.500.000

2014 100.000.000 62.500.000 37.500.000

2015 100.000.000 62.500.000 37.500.000

2016 100.000.000 62.500.000 37.500.000

2017 100.000.000 62.500.000 37.500.000

2018 - 62.500.000 (62.500.000)

2019 - 62.500.000 (62.500.000)

2020 - 62.500.000 (62.500.000)

Jumlah

Beban Penyusutan Kendaraan

Page | 2
Pencatatan Kewajiban Pajak Tangguhan

Pencatatan aset pajak tangguhan tahun 2017 yang berasal dari rugi fiskal yang
dapat dikompensasi (Rp 25.000.000 x 25%)

Aset Pajak Tangguhan Rp 6.250.000

Manfaat Pajak Tangguhan Rp 6.250.000

Pengakuan beban pajak tangguhan pada tahun 2018:

Beban Pajak Tangguhan Rp 6.250.000

Aset Pajak Tangguhan Rp 6.250.000

Pengakuan beban pajak tangguhan yang berasal dari rugi yang di


kompensasikan (Rp 25.000.000 x 25%)

Beban Pajak Tangguhan Rp 6.250.000

Kewajiban Pajak Tangguhan Rp 6.250.000

Pengakuan kewajiban pajak tangguhan yang muncul dari beda temporer


penyusutan KENDARAAN (Rp 37.500.000 x 25%) à Rp 9.375.000

ALOKASI PAJAK PENGHASILAN

Alokasi Pajak = Proses untuk mengasosiasikan Pajak Penghasilan dengan laba


dimana pajak itu dikenakan disebut .

Page | 3
3 alternatif metode alokasi pajak yang bisa dipakai, yaitu :

1. Deferred Method

Menurut metode ini, selisih jumlah Pajak Penghasilan Terhutang (berdasar


SPT) dengan Biaya Pajak Penghasilan (berdasar laba akuntansi) dalam suatu
periode harus dicatat dan disajikan dalam Laporan Keuangan sebagai Pajak yang
Ditangguhkan.

2. Liability Method

Menurut metode ini jumlah Pajak yang Ditangguhkan ditentukan berdasar


tarif pajak yang diharapkan akan berlaku dalam periode di mana selisih pajak
akan dikompensasikan. Perhitungan Pajak yang Ditangguhkan bersifat tentatif
yang selalu memerlukan penyesuaian pada setiap kali terjadi perubahan tarif pajak
penghasilan.

3. Net of Tax Method

Menurut metode ini, melaporkan Pajak yang Ditangguhkan dalam neraca


tidak dibenarkan karena Biaya Pajak Penghasilan yang dilaporkan dalam Laporan
Rugi – Laba harus sama dengan jumlah Pajak Penghasilan Terhutang atau pajak
yang harus dibayar untuk periode yang bersangkutan.

Prinsip – Prinsip Alokasi Pajak

Interperiod Allocation

Yaitu proses alokasi pajak penghasilan antar periode tahun buku yang satu
dengan periode-periode tahun buku berikut atau sesudahnya. Alokasi pajak

Page | 4
penghasilan antar periode tahun buku ini diperlukan karena adanya perbedaan
terhadap jumlah laba kena pajak dan laba akuntansi.

Intraperiod Allocation

Yaitu proses alokasi pajak penghasilan dalam suatu periode akuntansi


karena adanya perbedaan tarif pajak yang dikenakan terhadap tiap-tiap komponen
laba atau pendapatan (Misal : tarif pajak untuk laba sebelum pos luar biasa
berbeda dengan tarif pajak untuk laba atau rugi luar biasa.)

Karena Undang-Undang Perpajakan di Indonesia tidak mengenal


diskriminasi tarif yang diberlakukan terhadap tiap-tiap komponen laba atau
pendapatan, maka masalah Intraperiod Allocation praktis tidak pernah dijumpai,
sehingga pembahasan lebih dititikberatkan pada masalah Interperiod Allocation.

Alokasi Pajak Penghasilan Antar Periode Tahun Buku

(Interperiod Allocation)

CONTOH KASUS

Pada tanggal 1 Januari 2000 sebuah perusahaan membeli sebuah villa


berikut tanahnya dengan harga Rp 90.000.000,- Sebesar Rp 15.000.000,-
diantaranya merupakan harga tanahnya.

Menurut ketentuan perpajakan, bangunan villa harus disusut berdasar


metode garis lurus dengan taksiran umur 20 tahun. Sementara kebijakan
akuntansi pada perusahaan tersebut menetapkan bahwa bangunan villa disusut
berdasar metode garis lurus dengan taksiran umur 10 tahun.

Page | 5
Apabila perusahaan memperoleh pendapatan sebesar Rp 10.000.000,-
dengan biaya operasi (tidak termasuk biaya depresiasi) sebesar Rp 1.000.000,-
setiap tahun selama 20 tahun, sedang tarif pajak yang berlaku untuk tingkat laba
yang dihasilkan perusahaan pada saat itu sebesar 40 %, maka perhitungan
jumlah pajak penghasilan setiap tahun selama 20 tahun adl sbb :

Page | 6
Tanpa alokasi pajak penghasilan, maka besarnya pajak penghasilan yang harus
disajikan dalam laporan Rugi/Laba akan sama jumlahnya dengan Pajak yang
Terutang menurut kantor Pajak (dalam SPT), yaitu sebesar Rp 2.100.000,- per
tahun, yang berlangsung selama 20 tahun. Dengan demikian, Laporan Rugi –
Laba perusahaan akan tampak sebagai berikut :

REKONSILIASI FISKAL

Rekonsiliasi Fiskal adalah proses penyesuaian atas laba komersial yang


berbeda dengan ketentuan fiskal untuk menghasilkan penghasilan net/laba yang
sesuai dengan ketentuan perpajakan.

Page | 7
BEDA TETAP DAN BEDA TEMPORER

Beda Tetap Terjadi karena adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan


beban menurut akuntansi dengan pajak, yaitu adanya penghasilan dan beban yang
diakui menurut akuntansi komersial namun tidak diakui menurut fiskal, atau
sebaliknya

Beda Temporer/Beda Waktu Adalah perbedaan pengakuan pendapatan dan


beban tertentu menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan ketentuan
perpajakan yang berlaku. Perbedaan ini menyebabkan pergeseran pengakuan
pendapatan atau beban antara satu tahun pajak ke tahun pajak lainnya.

KOREKSI POSITIF DAN KOREKSI NEGATIF

Koreksi Positif adalah koreksi fiskal yang menyebabkan penghasilan kena


pajak secara fiskal bertambah, yang selanjutnya berdampak memperbesar nilai
pajak penghasilan yang terutang.

Koreksi Negatif adalah koreksi fiskal yang menyebabkan penghasilan


kena pajak secara fiskal menjadi berkurang yang selanjutnya berdampak
memperkecil penghasilan kena pajak.

Page | 8

Anda mungkin juga menyukai