IDENTITAS BUKU
Secara garis besar resensi diartikan sebagai kegiatan untuk mengulas atau
menilai sebuah hasil karya baik itu berupa buku, novel, maupun film dengan cara
memaparkan data-data, sinopsis, dan kritikan terhadap karya tersebut. Isi resensi
berarti berisi pertimbangan atau pembicaraan tentang buku dan sebagainya.
Resensi bermanfaat untuk kita dapat menilai dan memberi opini tentang isi suatu
buku, sehingga diharapkan dengan membaca kita dapat menambah wawasan,
membuka cakrawala pikiran, sehngga dapat menyelesaikan masalah dengan
pemikiran yang luas tidak terbatas.
Era globalisasi yang diwarnai dengan perdagangan bebas dan pasar bebas
telah membawa nilai-nilai individualisme, liberalisme, materialisme, dan
hedonisme yang merangsesk masuk dalam sendi-sendi dasar kehidupan umat
manusia di dunia, termasuk Indonesia serta budaya global barat telah melunturkan
bangunan nasionalisme, patriotisme, dan cinta tanah air yang terpatri dalam hati
sanubari masyarakat Indonesia. Minimnya pengetahuan tentang bela negara dan
kurangnya kesadaran membuat ini terjadi. Tinggal bagaimana kita sebagai
generasi muda bisa mempertahankan nilai luhur peninggalan nenek moyang untuk
mempertahankan nilai-nilai luhur yang mereka tinggalkan demi generasi yang
akan datang.
Apabila kita mengetahui tentang pentingnya bela negara maka nilai-nilai lokal
dan nasional seperti gotong royong, musyawarah mufakat, toleransi, dan tenggang
rasatidak akan mengalami degradasi yang teramat sangat sehingga mengancam
jati diri bangsa Indonesia sebagai bangsa ketimuran yang memegang teguh nilai-
nilai ketimuran.
Buku ini terdiri dari enam bab. Bab pertama membahas tentang tinjauan
umum bela negara yang didalamnya membahas perihal filosofi bela negara,
regulasi bela negara, wacana wajib militer, relasi bela negara dan wajib militer,
serta wajib militer di negara lain. Bab dua mendiskusikan tentang globalisasi,
modernitas dan nasionalisme bangsa Indonesia yang didalamnya dibahas tentang
nilai-nilai globalisasi bertautan dengan nilai-nilai lokal dan nasional sehingga
melahirkan degradasi nilai-nilai kebangsaan. Bab tiga memaparkan tentang krisis
bela negara di tengah arus globalisasi dan reformasi di mana para pemuda penerus
bangsa dan elit politik semakin menipis rasa bela negara dan wawasan
kebangsaannya. Bab empat mengulas tentang pelaksanaan bela negara di daaerah
konflik Poso dan Papua yang sangat berpotensial mengancam keutuhan NKRI
apabila tidak diantisipasi secara cepat dan tepat. Bab lima menguraikan tentang
bela negara di wilayah perbatasan Indonesia yang sangat penting untuk
diprioritaskan penanganannya sehingga meningkat rasa nasionalisme, patriotisme
dan cinta tanah air. Bab enam menggambarkan mengenai agenda besar bela
negara ke depan yang sangat ditentukan oleh sinergitas antar komponen bangsa
dan perlunya melihat sejarah secara sarana refleksi dalam rangka proyeksi bela
negara di masa mendatang.
ISI / SUBSTANSI BUKU
1. BAB I (Pendahuluan)
Setiap warga negara diminta untuk selalu berpikir, bertindak, berjuang dan
berupaya membela negara. Negara perlu dibela supaya tidak terancam oleh
berbagai ancaman dan serangan musuh di era kapitalisme global saat ini. Setiap
warga negara wajib membela negara dan setiap warga negara tanpa memandang
jabatan apapun wajib membela negara. Ada ungkapan umum yang dikenal luas,
yakni: “kalau bukan kita yang membela negara, maka siapa lagi?” dan “kalau
bukan sekarang kita membela negara, maka kapan lagi?”. Ungkapan ini
mengandung arti bahwa setiap warga negara harus setiap saat wajib membela
negara dan setiap warga negara tanpa memandang jabatan apapun wajib membela
negara.
Ada hubungan timbal balik antara negara dan warga negara. Negara
memberikan keamanan (security) dan kesejahteraan (prosperity) kepada warga
negara dan warga negara harus memberikan pembelaan kepada negara ketika
negara dalam kondisi terancam oleh ancaman musuh baik langsung maupun tidak
langsung.
Bela negara harus dipahami dalam konteks yang luas dimana setiap warga
negara merupakan entitas yang hidup didalam sebuah bangunan negara sehingga
secara hakiki warga negara wajib untuk menjaga, memelihara, dan mengayomi
setiap pranata, institusi, dan perangkat kelengkapan negara. Berbeda dengan
negara yang otoriter atau negara yang tidak amanah terhadap kepentingan rakyat.
Bela negara merupakan kebijakan yang dibuat oleh negara atau pemerintah
yang bertujuan untuk melindungi negara dari ancaman musuh baik yang datang
secara langsung maupun tidak langsung.
a) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela
negara yang diwujudkan dalam peyelenggaraan pertahanan negara.
b) Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), diselenggarakan melalui:
- Pendidikan kewarganegaraan;
Bela negara tidak hanya dilakukan lewat jalur perang akan tetapi, dapat
direalisasikan pada kehidupan sehari-hari seperti (1) Ikut serta dalam
mengamankan lingkungan sekitar (seperti siskamling); (2) Ikut serta membantu
korban bencana di dalam negeri; (3) Belajar dengan tekun pelajaran atau mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan atau PKn; (4) Mengikuti kegiatan
ekstraklurikuler seperti Paskibra, PMR dan Pramuka.
Dalam regulasi hukum tentang dasar hukum pelaksanaan bela negara yang ada
di Indonesia adalah:
e) Tap MPR No. VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI.
Unsur-unsur bela negara adalah: Cinta Tanah Air, Kesadaran Berbangsa &
Bernegara, Yakin akan Pancasila sebagai Ideologi Negara, Rela Berkorban untuk
Bangsa dan Negara, dan Memiliki Kemampuan Awal Bela Negara.
Sisi pro menyatakan Wajib militer juga bisa meningkatkan rasa nasionalisme
kebangsaan bagi pemuda yang kini sudah mulai memudar, selain itu dapat
menguntungkan dan menghemat bagi negara dalam hal perekrutan anggota Tentara
Nasional Indonesia dapat diambil dari Komponen Cadangan yang terpilih sesuai
kualifikasi nantinya.
Sejak tahun 2002 indonesia sudah menyiapkan RUU tentang wajib militer
yang disebut dengan RUU Komcad (Komponen Cadangan). RUU Komcad ini
yang wajib mengikuti wajib militer/kompoen cadangan ini adalah warga negara
Indonesia yaitu: Pasal 8 ayat (1) Pegawai Negeri Sipil, pekerja dan/atau buruh
yang telah memenuhi persyaratan wajib menjadi anggota Komponen Cadangan.
Ayat (2) mantan prajurit TNI yang telah memenuhi persyaratan dan dipanggil,
wajib menjadi anggota Komponen Cadangan. Ayat (3) warga negara selain
Pegawai Negeri Sipil, pekerja dan/atau buruh dan mantan prajurit TNI
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dapat secara sukarela
mendaftarkan diri menjadi Anggota Komponen Cadangan sesuai dengan
persyaratan dan kebutuhan.
Wajib militer ini berlangsung selama 5 tahun sesuai pasal 17 ayat (1) dalam
RUU Komponen Cadangan (1) Anggota Komponen Cadangan wajib menjalani
masa bakti Komponen Cadangan selama 5 (lima) tahun dan setelah masa bakti
berakhir secara sukarela dapat diperpanjang paling lama 5 (lima) tahun.
Wajib militer atau seringkali disingkat sebagai wamil adalah kewajiban bagi
seorang warga negara berusia muda, biasanya antara 18-27 tahun untuk
menyandang senjata dan menjadi anggota tentara dan mengikuti pendidikan
militer guna meningkatkan ketangguhan dan kedisiplinan seorang itu sendiri.
Negara-negara maju dan demokratis yang menjunjung HAM, seperti Amerika Serikat
dan Inggris sekalipun menerapkan wajib militer sebagai sebuah kewajiban bagi setiap
warga negaranya masing-masing. Sehingga sebetulnya tidak ada korelasi antara wajib
militer harus dijauhi oleh negara demokratis dengan alas an akan merambah kea rah
pemerintahan yang otoriter setelahnya.
No Negara No Negara
1 Angola 17 Norwegia
2 Austria 18 Beralus
3 Bolivia 19 Kazakhstan
4 Chili 20 Armenia
5 Eritrea 21 Moldova
6 Estonia 22 Uzbekistan
7 Finlandia 23 Paraguay
8 Georgia 24 Polandia
9 Iran 25 Romania
11 Kroasia 27 Siprus
12 Kuba 28 Suriname
13 Kuwait 29 Suriah
14 Myanmar 30 Swedia
15 Thailand 31 Ukraina
16 Venezuela 32 Yunani
2. BAB II (Globalisasi, Modernitas dan Nasionalisme)
Modernitas, Humanisme, dan Krisis Kemanusiaan
Proyek modernitas peradaban Barat yang dibalut oleh temali kapitalisme
global dan mengangkut nilai-nilai individual-liberal serta dikemas dalam
tema globalisasi sangat terasa dan kentara dalam kehidupan sosial masyarakat
ketimuran. Arus modernisasi telah menggeser, dan mungkin juga
melenyapkan, budaya lokal yang saat ini berkembang dan dianut oleh
masyarakat lokal setempat.
Kisah-kisah agung modernitas yang dirajut oleh para ilmuwan barat tentang
kemajuan zaman modern telah melahirkan faham humanisme, ditandai
dengan pergeseran perkembangan manusia dari makhluk spiritual menjadi
makhluk materiallis.
Dalam perkembangannya humanisme modern terbelah ke dalam dua
sempalan. Pertama, humanisme seimbang atau moderat yang menjunjung
tinggi keluhuran manusia, keterbukaan nilai, toleransi, universalisme dan
religionalitas yang dekat dengan alam. Kedua, humanisme sekular atau anti
agama. Artinya agama difahami sebagai takhayul, ilusi, candu, bentuk
keterasingan manusia, dan keterikatan manusia pada irasionalitas. Saat ini,
humanisme yang dominan dalam alam pikiran manusia adalah humanisme sekular
atau anti agama. Akibatnya, manusia mengalami kekosongan nilai sehingga sangat
rawan jika melakukan interaksi dengan manusia lain.
Ciri dan karakteristik modernitas memiliki tiga dimensji kecendrungan
yaitu: Dimensi kemanusiaan yang tidak bertuhan (humanisme), Pertama,
dimensi kemanusiaan yang tidak bertuhan (humanisme) yang mengandung
gagasan dikotomis untuk memisahkan dunia dari akhIrat. Kedua, dimensi materi
yang tidak bertuhan (materialisme) yang menganggap realitas kehidupan ini hanya
materi. Ketiga, dimensi perilaku yang tidak bertuhan (atheisme). Artinya, manusia
tidak punya waktu sedikitpun untuk merenungkan, menghayati dan menuruti
perintah Tuhan.
Para pemuda kurang waspada dan cenderung lengah dalam merespon ancaman
terhadap keutuhan NKRI. Para pemuda tidak boleh terjebak pada kepentingan
jangka pendek, kepentingan sempit, dan larut dalam politik praktis sehingga
menghilangkan independensi dan jati diri pemuda itu sendiri.
Kenyataan saat ini menunjukkan bahwa empat pilar kebangsaan masih belum
dapat tersosialisasikan secara luas kepada seluruh komponen bangsa. Alokasi
anggaran yang minim setiap tahunnya untuk sosialisasi empat pilar kebangsaan
menjadi salah satu kendala sehingga berakibat pada tidak terjangkaunya sosialisasi
kepada semua komponen masyarakat, khususnya masyarakat yang ada di wilayah
perbatasan, pulau kecil terluar, masyarakat pedesaan, dan pedalaman.
1. Kekuatan Buku
Menurut saya buku ini sangat bagus, karena mudah dipahami dan bahasa
yang digunakan pun komunikatif dan ringan. Dari isi segi materi pun buku ini
bisa menjadi referensi bagaimana seharusnya kita bertindak dalam menghadapi
krisis bela negara, dan bagaimana keadaan bela negara kita saat ini. Buku ini
menegaskan kembali setiap poin-poin yang dijabarkan sehingga lebih
memperjelas lagi pembaca dalam mengetahui hal-hal terkait bela negara pada
setiap bab dan sub babnya.
Buku ini pun membuka mata saya untuk lebih peka terhadap apa yang terjadi
diluar sana dan lebih membuka saya untuk lebih peka terhadap rasa
nasionalisme dan cinta tanah air. Sebagai generasi muda ditengah terpaan
globalisasi yang bisa menggeser nilai-nilai leluhur dan identitas bangsa
diperlukan kesadaran akan pentingnya jiwa nasioanalisme dan bela negara agar
meminimalisir ancaman yang akan datang.
2. Kelemahan Buku
Menurut saya buku ini memiliki kekurangan yaitu tidak adanya gambar
satupun yang terdapat dalam buku, sehingga sedikit membosankan dan
membuat saya pun sempat mengantuk ketika membacanya terlalu lama. Dan
didalam buku ini juga ada beberapa kesalahan dalam penulisan kata, identitas
dalam buku ini juga kurang lengkap sehingga saya mengalami sedikit kesulitan
ketika memperoleh data buku untuk di review. Isi dari buku ini terlalu bertele-
tele dan sering mengulang kalimat yang maknanya sama sehingga membuat
bosan pembaca dan untuk mendapat inti sarinya pembaca harus benar-benar
memahami keseluruhan isi dari buku agar tidak terlewat sedikit saja poin
penting yang disampaikan.
Menurut saya kontribusi buku ini terhadap cara pandang kita mengenai
keamann nasional sangat banyak terlebih untuk Praja IPDN karena diantaranya
dapat menambah wawasan tentang bela negara, bagaimana cara membela negara,
karena sebagai Praja IPDN yang akan menjadi aparatur sipil negara yang tentunya
terjun langsung ke lapisan masyarakat, maka sifat bela negara ini sangat
dibutuhkan agar bisa membela tanah air tercinta. Disamping efek terhadap negara
kita sendiri, buku ini memiliki efek terhadap negara lain. Karena memang bela
negara bukan hanya penting untuk negara kita sendiri, tetapi seluruh negara di
belahan bumi manapun memerlukan bela negara untuk keutuhan dan kemajuan
bangsa sendiri, seperti yang dikatakan didalam buku, jika kita tidak memiliki rasa
bela negara.
Negara kita tidak akan bisa menjadi negara super power dan keutuhan
negara tidak akan bisa dijaga karena banyaknya tindakan separatis dan gerakan-
gerakan kemerdekaan yang menurut saya sebenarnya tidak terlalu penting, mereka
terlalu memperhatikan keegoisan masing-masing dan kepentingan golongan.
Padahal belum tentu mereka bisa merdeka jika tidak dinaungi satu negara dan satu
bangsa yang memperjuangkan mereka. Mereka tidak memikirkan dan terlalu
memahami arti perjuangan dan bela negara sesungguhnya sehingga mereka
menganggap bahwa itu adalah hal yang sangat sepele. Padahal jika kita ingat
kembali perjuangan para pendiri negara atau founding fathers perjuangan mereka
sangat tidak ternilai.
Arti bela negara itu sendiri sangat penting untuk seluruh negara, menurut
saya suatu negara bisa disegani dan ditakuti oleh negara-negara lain jika memiliki
rasa nasionalisme atau rasa bela negara yang sangat tinggi. Dan jika seluruh
negara memiliki rasa bela negara yang tinggi maka saya yakin bahwa di dunia
tidak akan ada lagi peperangan perebutan wilayah ataupun wilayah yang ingin
melepaskan diri seperti banyaknya kasus pemberontakan, terorisme, dan
sebagainya karena dimasing-masing negara atau masing-masing individu sudah
tertanam rasa saling menghargai dan menghormati antar sesama umat manusia,
baik dalam perjuangan mereka atau dari aspek lainnya.
Kontribusi dalam hubungan internasional adalah ternyata wilayah yang
perbatasannya berbatasan langsung dengan negara lain memiliki rasa bela negara
yang berbeda dengan wilayah atau daerah yang berada jauh dari perbatasan.
Karena memang saya pun baru menyadari bahwa banyak penduduk yang tinggal
di daerah perbatasan memiliki rasa nasionalisme atau rasa bela negara yang
rendah dibanding dengan wilayah yang berada jauh dari perbatasan, terlebih jika
negara tetangganya itu lebih maju, sejahtera dan menguntungkan baik dari segi
sosial, finansial, dan ekonomi.
Dan menurut saya ini menjadi suatu permasalahan yang sebenarnya besar dan
rumit jika dibahas. Karena hal ini tidak terjadi di satu atau dua negara, banyak
negara yang mengalami hal yang sama. Terlebih semakin majunya teknologi dan
semakin banyaknya arus globalisasi yang tidak bisa dibendung dan tidak bisa di
filter secara keseluruhan semakin membuat krisis bela negara terjadi dimana-
mana.
Bela negara sebenarnya adalah masalah global, atau bisa disebut juga
masalah internasional. Kenapa demikian? Karena bela negara menurut saya
sendiri adalah pondasi awal untuk suatu negara membangun wilayah dan kekuatan
nya masing-masing. Memang dilihat dari budaya, baik dari segi budaya barat dan
segi budaya timur memiliki perbedaan yang mencolok sehingga, ketika masuknya
globalisasi ke wilayah timur, maka budaya barat lah yang mendominasi. Banyak
yang menganggap bahwa peradaban atau budaya barat lebih unggul dibanding
budaya timur, padahal karena memiliki sejarah yang berbeda dan wilayah berbeda
otomatis cara mereka menghormati dan membela negara memiliki respon berbeda
masing-masing. Kita tidak bisa mengadaptasi sepenuhnya budaya barat untuk
masuk ke dalam wilayah kita yaitu wilayah timur.
Disinilah peran ilmu hubungan internasional, selain dalam segi hubungan
diplomatik bilateral maupun multilateral, kita juga harus bisa memanage dan
memisah mana yang budaya barat dan mana yang budaya timur, karena jika
masalah ini tidak di tanggapi secara serius maka bukan hanya suatu negara yang
hancur, tapi akan banyak negara yang hancur. Jika kita pikirkan baik-baik, tidak
semua budaya baik dari barat dan timur bisa diadaptasi oleh satu sama lain, karena
perbedaan sejarah dan latar belakang yang akan membuat perbedaan disuatu
negara disadari ataupun tidak. Inilah yang harus dikaji lebih lanjut oleh para
penstudi Hubungan Internasional, karena seberapa jauh pentingnya bela negara
dalam suatu hubungan internasional adalah sangat penting.