Anda di halaman 1dari 29

KONTRIBUSI PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH DAN

SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH TERHADAP KUALITAS


LAPORAN KEUANGAN DENGAN GOOD GOVERMENT
GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL MODERASI

Musdalifah/90400115105
Akuntansi C
UIN Alauddin Makassar
Musdalifah.ifah2201@gmail.com

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial
kemasyarakatan serta ekonomi sehingga menimbulkan tuntutan yang beragam
terhadap pengelolaan pemerintah yang baik, salah satu agenda reformasi tersebut
adalah desentralisasi keuangan dan otonomi daerah (Mayasari, 2012). Otonomi
daerah diberlakukan pada 1 Januari 2001 melalui Undang-Undang No. 22 Tahun
1999 yang direvisi dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah
Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang di revisi menjadi Undang-
Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah. Berdasarkan Undang-Undang tersebut sistem pemerintah
sentralisasi menjadi desentralisasi, yaitu adanya pelaksanaan desentralisasi fiskal dan
otonomi daerah (Syarifudin, 2014). Otonomi daerah memberikan peluang terhadap
pemerintah daerah untuk bersaing dalam upaya kemandirian daerah, dengan adanya
otonomi daerah pengelolaan keuangan sepenuhnya berada ditangan pemerintah
daerah. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, diperlukan suatu penataan
lingkungan dan sistem akuntansi yang baik, karena kedua hal tersebut merupakan
pendukung terciptanya pengelolaan keuangan daerah yang accountable, dalam
rangka mengelola dana dengan sistem desentralisasi secara transparan, efisien,
efektif, dan dapat dipertanggungjawabkan (Azlim dkk., 2012).
Pelaporan keuangan selalu dikaitkan dengan stewardship teory. Kualitas
laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban pihak stewards yaitu
pemerintah daerah. Dilain sisi pihak prinsipal yaitu legislatif ataupun masyarakat
secara umum memberikan kekuasaan sepenuhnya kepada pemerintah pusat maupun
daerah dalam menentukan keputusan demi kepentingan terbaik bagi prinsipal
(Syarifudin, 2014). Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2008 Tentang
Pedoman Reviu atas laporan keuangan pemerintah daerah menjelaskan bahwa
laporan keuangan pada dasarnya merupakan asersi dari pihak manajemen pemerintah
yang menginformasikan kepada pihak lain yaitu para pemangku kepentingan
(stakeholder), tentang kondisi keuangan pemerintah (Yuliani dkk., 2010). Pelaporan
keuangan membantu memenuhi kebutuhan para pengguna laporan keuangan yang
mempunyai keterbatasan kewenangan dan keterbatasan dalam memperoleh informasi
(Syarifudin, 2014).
Bentuk pertanggungjawaban pemerintah daerah adalah dengan menerbitkan
laporan keuangan pemerintah daerah. Laporan keuangan pemerintah daerah
merupakan media bagi pemerintah daerah untuk mempertanggungjawabkan kinerja
keuangannya kepada publik (Hanifa dkk., 2016). Laporan keuangan pemerintah
daerah setiap tahunnya akan diperiksa dan mendapat penilaian berupa opini dari
Badan Pengawas Keuangan (BPK). Sesuai dengan Pasal 31 ayat (1) UU nomor 17
tahun 2003 menyatakan Gubernur/ Bupati/ Walikota menyampaikan rancangan
peraturan daerah (perda) tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada
DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran
berakhir. Kualitas laporan keuangan daerah haruslah berkualitas sesuai dengan yang
diungkapkan dalam Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Laporan keuangan
dikatakan berkualitas apabila laporan keuangan yang disajikan memiliki empat
karakertistik yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan dan dapat dipahami (Armel,
2017). Standar akuntansi pemerintahan merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang
ditetapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah (Udiyanti
dkk., 2014).
Penyusunan laporan keuangan diharapkan berpedoman pada standar yang telah
ditentukan yaitu Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Standar akuntansi
pemerintahan adalah syarat mutlak yang harus dijadikan pedoman agar kualitas
laporan keuangan di Indonesia khususnya pada tingkat pemerintah daerah dapat
ditingkatkan (Wati dkk., 2014). Standar akuntansi pemerintah merupakan persyaratan
yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya peningkatan kualitas laporan
keuangan pemerintahan di Indonesia (Juwita, 2013). Nugraheni dan Subaweh (2008)
menyatakan bahwa SAP merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Penerapan standar akuntasi
pemerintah yang benar dan pemahaman yang baik terhadap akuntansi keuangan
daerah oleh pemerintah tentunya akan meningkatkan kualitas laporan keuangan.
Pengguna laporan keuangan akan menggunakan SAP untuk memahami informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan dan menjadi pedoman untuk menyatukan
persepsi antara penyusun, pengguna dan auditor (Zeyn, 2011b). Penerapan standar
akuntansi pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan
keuangan (Wati dkk., 2014). Penelitian ini juga diperkuat oleh Oktarina dkk. (2016)
yang mengungkapkan hasil yang sama, dimana kualitas laporan keuangan
pemerintah dipengaruhi oleh penerapan standar akuntansi pemerintah.
Sistem informasi keuangan daerah dibutuhkan dalam menghasilkan laporan
keuangan daerah. Sistem informasi keuangan daerah merupakan suatu prosedur dari
tahap awal pengumpulan data sampai pelaporan keuangan atas pertanggung jawaban
pelaksanaan APBD (Wati dkk., 2014). Sistem informasi keuangan daerah dapat
didefinisikan sebagai suatu sistem pengelompokkan, penggolongan, pencatatan,
pemrosesan aktivitas keuangan pemerintah daerah kedalam sebuah laporan keuangan
sebagai satu informasi yang dapat digunakan oleh pihak tertentu dalam pengambilan
keputusan (Yuliani dkk., 2010). Menurut Sudaryanti (2013) implementasi SIKD
ditujukan dalam rangka mengelola dana secara transparan, efisien, efektif dan
akuntabel. Implementasi SIKD diharapkan mampu meningkatkan kegunaan sistem
dan diharapkan dapat meningkatkan kinerja aparat pemerintah daerah dalam rangka
memenuhi tuntutan masyarakat tentang transaparansi dan akuntanbilitas dari
lembaga sektor publik. Menurut Hanifa dkk. (2016) sistem akuntansi yang lemah
menyebabkan laporan keuangan yang dihasilkan juga kurang handal dan kurang
relevan untuk membuat keputusan, sehingga penerapan sistem informasi keuangan
daerah yang tidak baik akan menyebabkan kualitas laporan keuangan juga tidak baik,
sehingga penerapan sistem informasi keuangan daerah berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Arifin dan Pratolo (2012) dan Yuliani
dkk. (2010) menyatakan hal yang sama.
Good Governance dapat diartikan sebagai pelayanan publik yang efisien,
sistem pengendalian yang dapat diandalkan, pemerintah yang bertanggungjawab
(acccountable) pada publiknya (Zeyn, 2011a). Menurut Oktarina dkk. (2016) good
governance adalah suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan
bertanggungjawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien,
penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi baik secara politik
maupun secara administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal
political frame work bagi tumbuhnya aktifitas usaha. Padahal selama ini, birokrasi
didaerah dianggap tidak kompeten. Good governance menghendaki pemerintah
dijalankan dengan mengikuti prinsip-prinsip pengelolaan yang baik, seperti
transparansi (keterbukaan), akuntabilitas, partisipasi, keadilan, dan kemandirian,
sehingga sumber daya negara yang berada dalam pengelolaan pemerintah benar-
benar mencapai tujuan sebesar-besarnya untuk kemakmuran dan kemajuan rakyat
dan negara (Zeyn, 2011b). Kaitannya dengan kualitas laporan keuangan, good
governance merupakan sistem yang membantu peningkatan kualitas laporan
keuangan pemerintah.
Kontribusi penerapan standar akuntansi pemerintah dalam hal ini akan
meningkatkan kualitas laporan yang sesuai. Standar akuntansi pemerintahan
merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan pemerintah. Tujuan diberlakukannya hal tersebut agar
laporan keuangan yang dihasilkan dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan
pemerintah pusat maupun daerah (Udiyanti dkk., 2014). Diterapkannya standar
akuntansi pemerintahan yang baik, maka pemerintah daerah akan memiliki kualitas
informasi yang baik, karena laporan keuangan pemerintah daerah harus sesuai
dengan standar akuntansi pemerintahan. Kontribusi penyelenggaraan sistem
informasi keuangan daerah secara nasional bertujuan untuk percepatan transfer data
serta efisiensi penghimpunan data keuangan daerah. Perkembangan dunia, telah
mengubah cara pemerintah daerah dalam pengelolaan sistem keuangan daerah yang
banyak mengakibatkan hal-hal baru terjadi hal ini, terlihat dari reaksi setiap
pengguna yang beraneka ragam baik dari sikap maupun perilaku dalam penggunaan
sistem informasi (Dewi dan Dwirandra, 2013). Menurut Sudaryanti (2013)
pemerintah memiliki 3 alasan strategis untuk memiliki SIKD antara lain (a) semakin
kompleksnya aktivitas dari pemerintah daerah dan pusat dalam menjalankan roda
pemerintahan, (b) semakin kritisnya masyarakat terhadap penyelenggaraan
pemerintah dan menuntut agar pemerintah lebih efektif dan efisien, serta (c) para
investor dan kreditor baik luar maupun dalam negeri menuntut adanya informasi
yang jelas tentang keadaan daerah yang akan dijadikan penanaman investasinya.
Suatu tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa merupakan harapan dari
diberlakukannya otonomi daerah. Salah satu dampak dari implementasi otonomi
daerah adalah tuntutan terhadap pemerintah untuk mewujudkan tata pemerintahan
yang baik (good governance) sebagai salah satu persyaratan penyelenggaraan
pemerintah yang mengedepankan akuntabilitas dan transparansi (Mayasari, 2012).
Penerapan prinsip good governance semakin didukung dengan diterapkan UU No. 14
tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Implikasi dari Undang-Undang
ini sangat besar dalam transparansi kebijakan publik. Semua elemen masyarakat
mempunyai hak untuk memperoleh informasi publik dari semua lembaga
pemerintahan, seperti lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, LSM, BUMN dan
lembaga pemerintahan lainnya. Keterbukaan meliputi semua informasi publik
termasuk anggaran sesuai dengan ketetapan Undang-Undang. Bersatu bertekad untuk
mewujudkan pemerintahan yang baik merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan
untuk memenuhi aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan cita-cita bangsa dan
negara (Zeyn, 2011a). Pemerintah daerah diharuskan mereformasi diri dari
pemerintahan yang korupsi menjadi pemerintahan yang bersih dan transparan
(Oktarina dkk., 2016).
Berdasarkan penjelasan tersebut peneliti tersebut dapat mengungkapkan
kontribusi standar akuntansi pemerintah dan sistem informasi keuangan daerah
terhadap kualitas laporan keuangan. Penelitian ini juga melakukan pengujian
kontribusi good goverment governance dalam memoderasi hubungan antara kedua
variabel tersebut. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman
terhadap aparatur pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan
dengan cara meningkatkan pengetahuan sumber daya manusia ditiap-tiap unit kerja
yang berkaitan dengan pelaporan.
B. Rumusan Masalah
Tanggungjawab yang lebih besar dibebankan kepada pihak agensi yaitu
pemerintah daerah untuk menjalankan tugas yang telah dibebankan oleh pihak
prinsipal dalam hal ini masyarakat secara umum. Salah satu bentuk
pertanggungjawaban yang paling penting adalah laporan keuangan pemerintah
daerah. Pemerintah daerah dituntut meningkatkan kualitas laporan keuangan sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan. Berbedanya latar belakang pendidikan serta
minimnya pengetahuan dari beberapa aparatur pemerintah dalam hal pelaporan
khususnya mengenai standar akuntansi pemerintah serta sistem informasi keuangan
daerah, mengakibatkan tidak sesuainya hasil kualitas laporan keuangan yang
diharapkan diharapkan oleh pihak prinsipal. Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah standar akuntansi pemerintah berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan?
2. Apakah sistem informasi keuangan daerah berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan?
3. Apakah penerapan standar akuntansi pemerintah yang dimoderasi good
goverment governance berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan?
4. Apakah sistem informasi keuangan daerah yang dimoderasi good
goverment governance berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya maka penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui pengaruh standar akuntansi pemerintah terhadap kualitas
laporan keuangan.
2. Untuk mengetahui pengaruh sistem informasi keuangan daerah terhadap kualitas
laporan keuangan.
3. Untuk mengetahui pengaruh standar akuntansi pemerintah yang dimoderasi good
goverment governance terhadap kualitas laporan keuangan.
4. Untuk mengetahui pengaruh sistem informasi keuangan daerah yang dimoderasi
good goverment governance terhadap kualitas laporan keuangan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis dari penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan
dalam menentukan faktor penentu kualitas laporan keuangan. Teori
stewardship diperkenalkan oleh Donaldson dan Davis pada tahun 1989. Teori
stewardship menjadikan pihak prinsipal yaitu masyarakat memiliki
kepentingan terhadap kualitas laporan keuangan. Sebagai pihak steward
(pelayan), pemerintah diharapkan mampu memberikan laporan keuangan
yang memenuhi syarat sebagai suatu laporan yang berkualitas sebab laporan
keuangan menjadi bentuk pertanggungjawaban dari pihak steward kepada
pihak prinsipal.
2. Manfaat Praktis dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan
gambaran kepada para pelaksana dalam hal ini seluruh aparat pemerintah
yang telah diberikan tanggungjawab sesuai dengan tugasnya masing-masing,
khususnya pada bagian pelaporan. Sumber daya manusia yang dimiliki
pemerintah daerah seharusnya memiliki kualitas dalam memahami
penyusunan laporan keuangan, sehingga pemahaman terhadap standar
akuntansi pemerintah serta alur sistem informasi keuangan daerah bisa
diterima dan dipraktikan secara baik dan benar.
3. Manfaat Regulasi dari penelitian ini diharapkan mampu menjelaskan kinerja
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 yang direvisi dengan Undang-Undang
No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25
Tahun 1999 yang di revisi menjadi Undang-Undang No. 33 Tahun 2004
Tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Selain itu penelitian ini juga diharapkan mampu menjadi moderator
penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) No. 71 Tahun 2010 Tentang
laporan keuangan pemerintah berbasis akrual. Indonesia sebagai negara yang
menerapkan sistem otonomi daerah harus membuat dan menyesuaikan aturan
perundang-undangan yang berlaku dalam mendukung kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah. Kualitas laporan keuangan yang baik akan
mencerminkan sebuah pemerintahan yang baik (good goverrnance).
II. TINJAUAN TEORETIS
A. Stewardship Teory
Teori stewardship dapat diterapkan pada penelitian akuntansi organisasi
sektor publik seperti organisasi pemerintahan dan organisasi non profit lainnya
(Zoelisty dan Adityawarman, 2014). Teori stewardship dimana manajer tidak
mempunyai kepentingan pribadi tapi lebih mementingkan keinginan prinsipal
(Raharjo, 2007). Teori tersebut mengasumsikan adanya hubungan yang kuat antara
kepuasan dan kesuksesan organisasi. Kesuksesan organisasi menggambarkan
maksimalisasi utilitas kelompok principals dan manajemen. Maksimalisasi utilitas
kelompok ini pada akhirnya akan memaksimumkan kepentingan individu yang ada
dalam kelompok organisasi tersebut (Arifin dkk., 2016).
Akuntansi organisasi sektor publik telah dipersiapkan untuk memenuhi
kebutuhan informasi bagi hubungan antara stewards dengan principals. Dimana
rakyat sebagai principal dan pemerintah sebagai stewards, adalah sebuah hubungan
yang tercipta karena terdapat sifat manusia yang dapat dipercaya, bertanggungjawab,
integritas dan kejujuran pada pihak lainnya. Pemerintah sebagai pihak yang lebih
banyak memiliki informasi khususnya dalam bidang keuangan diharapkan dapat
mewujudkan transparansi terhadap rakyat sesuai harapan dan kepercayaan yang telah
diberikan rakyat (Nosihana dan Yaya, 2016). Kondisi semakin kompleks dengan
bertambahnya tuntutan akan akuntabilitas pada organisasi sektor publik, principal
semakin sulit untuk melaksanakan sendiri fungsi-fungsi pengelolaan (Arifin dkk.,
2016).
B. Standar Akuntansi Pemerintah
Definisi Standar Akuntansi Pemerintahan yang tercantum dalam Peraturan
Pemerintahan Republik Indonesia No 71 tahun 2010 yaitu Standar Akuntansi
Pemerintah, selanjutnya disebut SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang
diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Standar
akuntansi digunakan oleh akuntan keuangan di pemerintahan sebagai pedoman
dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintahan. Standar akuntansi
diperlukan untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan yaitu meningkatkan
konsistensi, daya banding, keterpahaman, relevansi, dan keandalan laporan keuangan
(Susilawati dan Riana, 2014). SAP mewajibkan setiap entitas pelaporan termasuk
pemerintah daerah untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil
yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu
periode pelaporan untuk kepentingan akuntabilitas, manajemen, transparansi,
keseimbangan antara generasi dan evaluasi kinerja. Penerapan SAP oleh pemerintah
daerah akan menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas dan mengandung
informasi yang berguna (Zeyn, 2011a).
Standar Akuntansi Pemerintahan dibutuhkan dalam rangka penyusunan
laporan keuangan yang setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Peraturan
Pemerintahan ini juga merupakan pelaksanaan Pasal 184 ayat 1 dan 3 Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang menyatakan
bahwa laporan keuangan pemerintah daerah disusun dan disajikan sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Standar Akuntansi Pemerintahan diterapkan di lingkup pemerintahan, baik di
pemerintah pusat dan departemen departemennya maupun di pemerintah daerah dan
dinas-dinasnya. Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan di yakini berdampak
pada peningkatan kualitas pelaporan keuangan di pemerintah pusat dan daerah.
(Susilawati dan Riana, 2014).
C. Sistem Informasi Keuangan Daerah
Sistem informasi akuntansi pada pemerintahan daerah lebih dikenal dengan
nama sistem informasi keuangan daerah (SIKD). Menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 65 Tahun 2010, sistem informasi keuangan daerah merupakan suatu sistem
yang digunakan untuk mengolah data dan bukti transaksi pemerintahan, mengelola,
dan menyediakan informasi keuangan daerah terhadap para pengguna laporan
keuangan. Penerapan sistem informasi akuntansi keuangan daerah memberi manfaat
atau kemudahan dalam mengelola, mengolah data pengelolaan keuangan daerah dan
data terkait lainnya menjadi informasi yang disajikan kepada masyarakat dan sebagai
dasar pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporan pertanggungjawaban pemerintah daerah (Putri, 2017). Pemerintahan
Daerah sebagai organisasi sektor publik, agar dapat berjalan efektif, efisien,
transparan dan bersih diperlukan dukungan dari sistem informasi akuntansi yang
memadai agar informasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk manajemen
keputusan dan pengendalian keputusan (Silviana dan Antony, 2014). Pujiswara dkk.
2014 mengungkapkan bahwa sistem informasi akuntansi keuangan daerah adalah
suatu sistem pengelompokan, pencatatan, dan pemrosesan aktivitas keuangan
pemerintah daerah kedalam sebuah laporan keuangan sebagai suatu informasi yang
dapat digunakan oleh pihak tertentu dalam pengambilan keputusan. Dengan
kemajuan teknologi informasi yang berkembang begitu pesat serta potensi
pemanfaatannya secara luas, maka pengelolaan, dan akses terhadap informasi
keuangan daerah dapat dilakukan lebih cepat dan akurat.
D. Good Goverment Governance
Good governance merupakan peran pemerintah yang baik dalam mengelola
keuangan daerah. Pemberlakuan kewajiban kepada seluruh pemerintah daerah untuk
menyusun laporan keuangan pemerintah daerah sesuai dengan sistem akuntansi
pemerintahan baik sarana maupun prasarana pengelolaan keuangan daerah selain dari
bentuk yang dituangkan SAP sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban
pengelolaan keuangan daerah yang transparan dan akuntabel kepada seluruh
penggunaan laporan keuangan pemerintah daerah (Yusniar dkk., 2016).
Penyelenggaraan pemerintah daerah tidak lepas dari masalah akuntabilitas dan
tranparansi dalam pengelolaan keuangan daerah sebagai acuan untuk menghasilkan
laporan keuangan pemerintah berkualitas, secara konseptual pengertian tata kelola
pemerintahan yang baik mengandung dua pemahaman yaitu, nilai yang menjunjung
tinggi keinginan/kehendak rakyat, dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan
kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan kemandirian, pembangunan
berkelanjutan dan keadilan sosial.
Kualitas laporan keuangan pemerintah daerah saat ini dan kedepan ditentukan
oleh kualitas tata kelola pemerintahan yang baik, dan inti dari kualitas pemerintah
daerah sangat ditentukan oleh kualitas pengelolaan keuangannya (Nugraeni dan
Budiantara, 2015). Good governance merupakan suatu proses dan strukur yang
digunakan oleh organisasi untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas
oganisasi guna mewujudkan nilai-nilai atau tata kelola keuangan pemerintahan yang
baik dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan publik
berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika. Indikator yang
meliputi elemen-elemen penting dalam good governance adalah transparansi,
akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan keadilan (Yusniar dkk., 2016).
E. Kualitas Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang berkualitas menunjukkan komitmen Kepala Daerah
bertanggungjawab sesuai dengan wewenang yang dilimpahkan kepadanya dalam
pelaksanaan tanggung jawab mengelola organisasi. Peraturan Pemerintah No. 71
Tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintahan menjelaskan karakteristik
kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan
dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keuangan sektor
publik pada hakekatnya merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban pemerintah
terhadap rakyat atas pengelolaan dana publik baik dari pajak, retribusi atau transaksi
lainnya (Yusup, 2016). Laporan keuangan yang baik itu harus dapat memberikan
manfaat bagi para pemakainya, maka laporan keuangan tersebut harus mempunyai
nilai informasi yang berkualitas dan berguna dalam pengambilan keputusan. Kualitas
laporan keuangan tersebut tercermin dari karakteristik kualitatif (Munasyir, 2015).
Menurut Komite Standar Akuntansi Pemerintahan karakteristik kualitatif
laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam
informasi akuntansi agar dapat memenuhi tujuannya. Prasyarat normatif yang
diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang
dikehendaki yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami
(Munasyir, 2015). Tujuan pelaporan keuangan pemerintah daerah adalah untuk
menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan, alat akuntabilitas
publik, dan untuk memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi
kinerja organisasi. Informasi dalam laporan keuangan harus relevan untuk memenuhi
tujuan laporan keuangan pemerintah, namun tidak dapat sepenuhnya memenuhi
tujuan tersebut. Informasi tambahan, termasuk laporan non keuangan, dapat
dilaporkan bersama-sama dengan laporan keuangan untuk memberikan gambaran
yang lebih komprehensif mengenai aktivitas suatu entitas pelaporan selama satu
periode (Setyowati dkk., 2016).
F. Kontribusi Standar Akuntansi Pemerintah Terhadap Kualitas Laporan
Keuangan
Standar akuntansi digunakan oleh akuntan keuangan di pemerintahan sebagai
pedoman dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintahan. Standar
akuntansi diperlukan untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan yaitu
meningkatkan konsistensi, daya banding, keterpahaman, relevansi, dan keandalan
laporan keuangan (Susilawati dan Riana, 2014). Standar akuntansi pemerintahan
adalah syarat mutlak yang harus dijadikan pedoman agar kualitas laporan keuangan
di Indonesia khususnya pada tingkat pemerintah daerah dapat ditingkatkan (Wati
dkk., 2014). Kualitas laporan keuangan daerah haruslah berkualitas sesuai dengan
yang diungkapkan dalam Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Laporan keuangan
dikatakan berkualitas apabila laporan keuangan yang disajikan memiliki empat
karakertistik yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan dan dapat dipahami (Armel,
2017). Standar akuntansi pemerintahan merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang
ditetapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah (Udiyanti
dkk., 2014). Diterapkannya standar akuntansi pemerintahan yang baik, maka
pemerintah daerah akan memiliki kualitas informasi yang baik, karena laporan
keuangan pemerintah daerah harus sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.
G. Kontribusi Sistem Informasi Keuangan Daerah Terhadap Kualitas
Laporan Keuangan
Sistem informasi keuangan daerah merupakan suatu prosedur dari tahap awal
pengumpulan data sampai pelaporan keuangan atas pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD (Wati dkk., 2014). Sistem informasi keuangan daerah dapat didefinisikan
sebagai suatu sistem pengelompokkan, penggolongan, pencatatan, pemrosesan
aktivitas keuangan pemerintah daerah kedalam sebuah laporan keuangan sebagai satu
informasi yang dapat digunakan oleh pihak tertentu dalam pengambilan keputusan
(Yuliani dkk., 2010). Penerapan sistem informasi akuntansi keuangan daerah
memberi manfaat atau kemudahan dalam mengelola, mengolah data pengelolaan
keuangan daerah dan data terkait lainnya menjadi informasi yang disajikan kepada
masyarakat dan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan pertanggungjawaban pemerintah daerah (Putri, 2017).
Kontribusi penyelenggaraan sistem informasi keuangan daerah secara
nasional bertujuan untuk percepatan transfer data serta efisiensi penghimpunan data
keuangan daerah. Perkembangan dunia, telah mengubah cara pemerintah daerah
dalam pengelolaan sistem keuangan daerah yang banyak mengakibatkan hal-hal baru
terjadi, hal ini terlihat dari reaksi setiap pengguna yang beranekaragam baik dari
sikap maupun perilaku dalam penggunaan sistem informasi (Dewi dan Dwirandra,
2013). Menurut Sudaryanti (2013) pemerintah memiliki 3 alasan strategis untuk
memiliki SIKD antara lain semakin kompleksnya aktivitas dari pemerintah daerah
dan pusat dalam menjalankan roda pemerintahan, semakin kritisnya masyarakat
terhadap penyelenggaraan pemerintah dan menuntut agar pemerintah lebih efektif
dan efisien, dan para investor dan kreditor baik luar maupun dalam negeri menuntut
adanya informasi yang jelas tentang keadaan daerah yang akan dijadikan penanaman
investasinya.
H. Kontribusi Standar Akuntansi Pemerintah yang dimoderasi Good
Goverment Governanvce terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Suatu tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa merupakan harapan dari
diberlakukannya otonomi daerah. Salah satu dampak dari implementasi otonomi
daerah adalah tuntutan terhadap pemerintah untuk mewujudkan tata pemerintahan
yang baik (good governance) sebagai salah satu persyaratan penyelenggaraan
pemerintah yang mengedepankan akuntabilitas dan transparansi (Mayasari, 2012).
Penyelenggaraan pemerintah daerah tidak lepas dari masalah akuntabilitas dan
tranparansi dalam pengelolaan keuangan daerah sebagai acuan untuk menghasilkan
laporan keuangan pemerintah berkualitas, secara konseptual pengertian tata kelola
pemerintahan yang baik mengandung dua pemahaman yaitu, nilai yang menjunjung
tinggi keinginan/kehendak rakyat, dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan
kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan kemandirian, pembangunan
berkelanjutan dan keadilan sosial.
Good governance menghendaki pemerintah dijalankan dengan mengikuti
prinsip-prinsip pengelolaan yang baik, seperti transparansi (keterbukaan),
akuntabilitas, partisipasi, keadilan, dan kemandirian, sehingga sumber daya negara
yang berada dalam pengelolaan pemerintah benar-benar mencapai tujuan sebesar-
besarnya untuk kemakmuran dan kemajuan rakyat dan negara (Zeyn, 2011b).
Pemerintah daerah yang menjunjung tinggi pengelolaan daerahnya dengan prinsip
Good governance mengutamakan pentingnya kualitas laporan keuanagn sebagai
bentuk pertanggungjawabannya dengan menerapakan standar akuntansi pemerintah
secara menyeluruh dalam proses pelaporannya.
I. Kontribusi Sistem Informasi Keuangan Daerah yang dimoderasi Good
Goverment Governance terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Menurut Oktarina dkk. (2016) good governance adalah suatu
penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggungjawab yang
sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi
dana investasi dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun secara
administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal political frame
work bagi tumbuhnya aktifitas usaha. Penerapan prinsip good governance semakin
didukung dengan diterapkan UU No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik. Implikasi dari Undang-Undang ini sangat besar dalam transparansi kebijakan
publik. Semua elemen masyarakat mempunyai hak untuk memperoleh informasi
publik dari semua lembaga pemerintahan, seperti lembaga eksekutif, legislatif,
yudikatif, LSM, BUMN dan lembaga pemerintahan lainnya. Keterbukaan meliputi
semua informasi publik termasuk anggaran sesuai dengan ketetapan Undang-
Undang.
Good Goverment Governance mengharuskan pemerintah daerah untuk
mereformasi diri dari pemerintahan yang korupsi menjadi pemerintahan yang bersih
dan transparan (Oktarina dkk., 2016). Dalam mewujudkan hal tersebut diperlukan
sebuah sistem informasi yang memudahkan penyerapan dan keterbukaan informasi
keuangan daerah. Penerapan sistem informasi keuangan daerah merupakan bentuk
usaha pemerintah dalam menjalankan tata kelola pemerintahan yang baik dimana
salahsatu syaratnya adalah transparansi pengelolaan keuangan pemerintah.
Pemerintah yang menerakan sistem informasi keuangan daerah diharapkan mampu
mencapai prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah
dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan,
dan dapat dipahami (Munasyir, 2015).
J. Penelitian Terdahulu
Pada penelitian yang dilakukan oleh Wati dkk. (2014) dengan judul
penelitian Pengaruh Kompetensi SDM, Standar Akuntansi Pemerintah Dan Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Daerah
menyatakan bahwa pertama, kompetensi sumber daya manusia berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan daerah. Kedua, penerapan standar
akuntansi pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan
keuangan daerah. Ketiga, sistem informasi keuangan daerah berpengaruf positif dan
signifikan terhadap kualitas laporan keuangan daerah. Adapun penelitian lain yang
dilakukan Udiyanti dkk. (2014) dengan judul penelitian Pengaruh Penerapan
Standar Akuntansi Pemerintahan, Sistem Pengendalian Internal, dan Kompetensi
Staf Akuntansi Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang
menyatakan standar akuntansi pemerintah, sistem pengendalian internal, kompetensi
staf akuntansi secara simultan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
kualitas laporan keuangan. Hal senada juga diungkapkan oleh peneliti setelahnya
Oktarina dkk. (2016) yang mengungkapkan hasil yang sama.
Penelitian yang dilakukan oleh Inapty dan Martiningsih (2016) dengan judul
penelitian Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah, Kompetensi Aparatur
dan Peran Audit Internal Terhadap Kualitas hasil temuan dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa penerapan standar akuntansi pemerintahan, kompetensi
aparatur, peran audit internal dan sistem pengendalian internal tidak berpengaruh
terhadap kualitas laporan keuangan. Adapun Penelitian yang Dilakukan Oleh Armel
(2017) yang menyatakan Penerapan standar akuntansi pemerintah berpengaruh
terhadap kualitas laporan keuangan. Semakin baik standar akuntansi pemerintah
yang diterapkan maka akan semakin baik juga kualitas laporan keuangan.
Sistem informasi keuangan daerah pernah diteliti oleh Pujiswara dkk. (2014)
yang mengungkapkan sistem informasi keuangan daerah berpengaruh positif
terhadap kualitas lapora keuangan. Adapun penelitin lain yang dilakukan oleh Hanifa
dkk. (2016) dengan judul penelitian Pengaruh Kompetensi Pengelola Keuangan dan
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Kualitas Laporan Keuangan
menyimpulkan bahwa kompetensi pengelola keuangan dan sistem akuntansi
keuangan daerah berpengaruh signifikan dan positif terhadap kualitas laporan
keuangan pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara baik secara parsial maupun
simultan. Artinya semakin baik kompetensi pengegola keuangan dan sistem
akuntansi keuangan daerah akan menghasilkan kualitas laporan keuangan yang
berkualitas. Hasil penelitian yang sama juga di tunjukan oleh Putri (2017) yang
mengungkapkan penerapan sistem informasi keuangan daerah berpengaruh terhadap
kualitas informasi pelaporan keuangan pemerintah daerah. Hal ini berarti bahwa
aparatur pemerintah yang menerapkan sistem informasi keuangan daerah akan
mempengaruhi kualitas informasi pelaporan keuangan pemerintah daerah.
K. Rerangka Teoretis
Bentuk pertanggungjawaban pemerintah daerah adalah dengan menerbitkan
laporan keuangan pemerintah daerah. Laporan keuangan pemerintah daerah
merupakan media bagi pemerintah daerah untuk mempertanggungjawabkan kinerja
keuangannya kepada publik (Hanifa dkk., 2016). Laporan keuangan pemerintah
daerah setiap tahunnya akan diperiksa dan mendapat penilaian berupa opini dari
Badan Pengawas Keuangan (BPK). Sesuai dengan Pasal 31 ayat (1) UU nomor 17
tahun 2003 menyatakan Gubernur/ Bupati/ Walikota menyampaikan rancangan
peraturan daerah (perda) tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada
DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran
berakhir. Kualitas laporan keuangan daerah haruslah berkualitas sesuai dengan yang
diungkapkan dalam Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Laporan keuangan
dikatakan berkualitas apabila laporan keuangan yang disajikan memiliki empat
karakertistik yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan dan dapat dipahami (Armel,
2017). Untuk meningkatkan keterandalan informasi keuangan juga diperlukan
adanya sebuah sistem informasi keuangan yang diharapkan memberikan sebuah tren
terhadap peningkatan laporan keuangan. Adapun rerangka konsepnya adalah sebagai
berikut:
Gambar 1.1 Rerangka Teoretis

Standar Akuntansi
Pemerintah
Kualitas Laporan
Keuangan
Sistem Informasi
Keuangan Daerah

Standar Akuntansi
Pemerintah

L. Hipotesis

Bentuk pertanggungjawaban pemerintah daerah adalah dengan menerbitkan


laporan keuangan pemerintah daerah. Laporan keuangan pemerintah daerah
merupakan media bagi pemerintah daerah untuk mempertanggungjawabkan kinerja
keuangannya kepada publik (Hanifa dkk., 2016). Olehnya itu, laporan keuangan
yang diterbitkan haruslah berkualitas sesuai dengan prasyarat normatif yang
diperlukan yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami (Munasyir,
2015). Untuk mewujudkan hal tersebut maka pemerintah dalam pengelolaan laporan
keuangan harus sesuai dengan standar penyusunan dan pelaporan yang telah diatur
dalam standar akuntansi pemerintah. Menurut beberapa penelitian, penerapan standar
akuntansi yang benar akan meningkatkan kualitas laporan keuangan seperti yang
dikemukakan Nugraheni dan subaweh (2008) yang mengungkapkan bahwa
penerapan standar akuntansi pemerintahan berpengaruh terhadap kualitas informasi
keuangan. Hal senada juga diungkapkan oleh Azlim dkk. (2012), Wati dkk. (2014),
dan Udiyanti dkk. (2014) yang mengatakan bahwa penerapan standar akuntansi
pemerintah berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan. Berdasarkan
uraian tersebut maka dapar dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ha1 : Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah berpengaruh terhadap
Kualitas Laporan Keuangan.
Sistem informasi dibutuhkan dalam proses penyusunan dan pelaporan laporan
keuangan. Hal ini untuk mendukung keterandalan informasi kualitas laporan
keuangan, hal ini juga sesuai dengan teori stewardship dimana akuntansi sektor
publik telah dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi hubungan
antara stewards dengan principals. Sistem informasi keuangan daerah merupakan
sistem yang digunakan oleh pemerintah daerah untuk mengakses dan mempublikasi
informasi kepada publik. Sistem informasi keuangan daerah berpengaruh terhadap
kualitas laporan keuangan. Yuliani dkk. (2010) yang mengatakan bahwa sistem
informasi keuangan daerah memiliki pengaruh terhadap kualitas laporan keuangan.
Hal senada diungkapkan para peneliti setelahnya, seperti yang diungkapkan Hanifa
dkk.(2016), Surjono dan Firdaus (2017), dan Armel (2017) yang mengatakan bahwa
sistem informasi keuangan daerah juga berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
Ha2 : Penerapan Sistem Informasi Keuangan Daerah berpengaruh
terhadap Kualitas Laporan Keuangan.
Implementasi otonomi daerah adalah tuntutan terhadap pemerintah untuk
mewujudkan tata pemerintahan yang baik (good governance) sebagai salah satu
persyaratan penyelenggaraan pemerintah yang mengedepankan akuntabilitas dan
transparansi (Mayasari, 2012). Good governance juga berkaitan dengan teori
Stewardship dimana dalam teori stewardship manajer akan berperilaku sesuai
kepentingan bersama. Ketika kepentingan steward dan pemilik tidak sama, steward
akan berusaha bekerja sama daripada menentangnya, karena steward merasa
kepentingan bersama dan berperilaku sesuai dengan perilaku pemilik merupakan
pertimbangan yang rasional karena steward lebih melihat pada usaha untuk mencapai
tujuan organisasi (Raharjo, 2007). Akuntabilitas diharapkan mendorong penerapan
standar akuntansi pemerintah yang nantinya akan meningkatkan kualitas laporan
keuangan. Penelitian good governance terhadap kualitas laporan keuangan
sebelumnya pernah diteliti oleh Yusniar dkk. (2016) yang menyatakan bahwa
semakin tinggi penerapan sistem akuntansi pemerintahan maka semakin baik juga
tingkat prinsip-prinsip good governance serta semakin tinggi penerapan good
governance maka akan meningkatkan kualitas laporan keuangan. Berdasarkan uraian
tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ha3 : Good Goverment Governance memperkuat kontribusi Penerapan
Sistem Informasi Keuangan Daerah terhadap Kualitas Laporan
Keuangan.

Good governance dapat menciptakan laporan keuangan pemerintah


berkualitas dan menekankan pada proses pengelolaan keuangan pemerintah, baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah serta keterlibatan stakeholders baik
bidang sosial, ekonomi maupun politik serta pendayaan sumber daya yang ada,
manusia atau pun keuangan yang dilaksanakan menurut keperluan masing-masing.
Sehingga diadakannya pengelolaan keuangan daerah dimaksudkan agar pengelolaan
keuangan rakyat yang dipegang oleh pemerintah dilakukan dengan transparan baik
dari proses penyusunan hingga pertanggungjawaban sehingga akan terciptanya
akuntabilitas didalam pengelolaannya. Proses pengelolaan keuangan pemerintah
sebaiknya menggunakan sistem informasi untuk memudahkan proses penyusunan
dan pelaporan keuangan. Pemerintah yang menerapkan good governance akan
meningkatkan penerapan sistem informasi keungan daerah yang implikasinya akan
ikut meningkatkan kualitas laporan keuangan. Berdasarkan uraian tersebut maka
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ha4 : Good Goverment Governance memperkuat kontribusi Penerapan
Sistem Informasi Keuangan Daerah terhadap Kualitas Laporan
Keuangan
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif yang menggunakan angka-angka dan dengan perhitungan statistik.
Penelitian kuantitatif menurut Indriantoro dan Supomo (2013) dapat diartikan
sebagai metode penelitian yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel
tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,
pengumpulan dan menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis ysng telah ditetapkan.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Kabupaten Enrekang. Alasan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui
faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan di SKPD Kabupaten
Enrekang.
B. Pendekatan Penelitian
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kausalitas komperatif. Pendekatan kausalitas komperatif merupakan Kausal
komperatif yaitu penelitian yang mengukur kekuatan hubungan antara dua variable
atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel bebas dengan vaiabel
terikat (Kuncoro: 2013).
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah SKPD di
Kabupaten Enrekang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi
tersebut. Secara umum, jumlah sampel minimal yang dapat diterima untuk suatu
studi adalah 30 subyek per grup umumnya di anjurkan (Kuncoro: 2013). Metode
penentuan sampel yang digunakan di dalam penelitiaan ini yakni nonprobabability
sampling dengan tehnik purposive sampling. Purposive sampling yaitu pemilihan
sekelompok subyek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat tertentu. Sampel yang dipilih
hanya yang berkaitan dengan proses penyusunan, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban laporan keuangan. Dalam hal ini adalah Kepala SKPD,
Sekretaris SKPD, Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, Sub Bagian Perencanaan
Program, Sub Bagian Keuangan, dan Telah bekerja selama 2 tahun di SKPD
Kabupaten Enrekang.
D. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data subyek. Data
subyek adalah jenis data penelitian yang berupa opini, sikap, pengalaman atau
karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang menjadi subyek penelitian
(responden).
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu
data yang langsung dari sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber
aslinya dan tidak melalui media perantara. Data primer dalam penelitian ini adalah
tanggapan yang akan dijawab langsung oleh subyek penelitian melalui kuisioner.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk memperoleh data dari responden yaitu metode
survey dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pernyataan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti
laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Untuk memperoleh data
yang lebih akurat kuesioner dibagikan secara langsung kepada responden, yaitu
dengan mendatangi tempat responden (pegawai) di SKPD di Kabupaten Enrekang.
Responden diminta untuk mengisi daftar pernyataan, kemudian peneliti akan
mengambil angket yang telah diisi. Dalam pengukurannya setiap responden diminta
pendapatnya mengenai suatu pernyataan, dengan skala penilaian likert dari 1 sampai
dengan 5 menunjukkan nilai sertiap pilihan jawaban.
F. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode regresi berganda dengan model
moderatig atau biasa disebut Moderated Regression Analysis (MRA). MRA
merupakan aplikasi khusus regresi linier berganda, dimana dalam persamaan
regresinya mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel
independen). Model persamaan MRA yang digunakan:
Y = a+b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X1X3+ b5X2X3+e
Keterangan:
Y = Kualitas Laporan Keuangan
a = Konstanta
b = Koefisien regresi
X1= Variabel Standar Akuntansi Pemerintah
X2 = Variabel Sistem Informasi Keuangan Daerah
X3 = Variabel Good Goverment Governance
e = Error Term
G. Operasional Variabel
Dalam penelitian ini, definisi operasional dari variabel-variabel dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Standar Akuntansi Pemerintah (X1)
Standar akuntansi pemerintah merupakan standar yang mengatur bagaimana
penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum demi meningkatkan
keterbandingan laporan keuanagan baik terhadap anggara, antar periode,
maupun antar entits (Armel, 2017). Standar akuntansi pemerintahan adalah
syarat mutlak yang harus dijadikan pedoman agar kualitas laporan keuangan di
Indonesia dapat ditingkatkan (Wati dkk., 2014). Penelitian Zeyn (2011b)
mengembangkan 4 indikator (1) Relevan, (2) Andal, (3) Dapat dibandingkan, (4)
Dapat dipahami. Penelitian Yusniyar dkk. (2016) menegembangkan 4 indikator
(1) Identifikasi, (2) Pengklasifikasian, (3) Adanya sistem pengendalian untuk
menjamin reabilitas, (4) Menghitung masing-masing pengaruh operasi.
Variabel standar akuntansi pemerintah dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan skala likert (likert scale) yang mengukur sikap dengan
menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap subyek, obyek atau
kejadian tertentu. Skala ini menggunakan lima angka penilaian yaitu : (1) sangat
setuju, (2) setuju, (3) ragu-ragu atau netral, (4) tidak setuju dan (5) sangat tidak
setuju.
2. Sistem Informasi Keuangan Daerah (X2)
Sistem informasi keuangan daerah merupakan penerapan sistem di dalam
organisasi pemerintahan untuk mendukung informasi yang dibutuhkan oleh
semua tingkatan manajemen dalam rangka pengambilan keputusan (Arifin dan
Pratolo, 2012). Penelitian Yuliani dkk. (2010) mengembangkan 4 indikator (1)
Tingkat kecepatan, (2) Tingkat Keamanan, (3) Tingkat efisiensi biaya, (4)
Tingkat kualitas hasil.
Variabel sistem imformasi keuangan daerah dalam penelitian ini diukur
dengan menggunakan skala likert (likert scale) yang mengukur sikap dengan
menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap subyek, obyek atau
kejadian tertentu. Skala ini menggunakan lima angka penilaian yaitu : (1) sangat
setuju, (2) setuju, (3) ragu-ragu atau netral, (4) tidak setuju dan (5) sangat tidak
setuju.
3. Kualitas Laporan Keuangan (Y)
Kualitas laporan keuangan adalah suatu daftar fiansial suatu entitas ekonomi
yang disusun secara sistematis oleh akuntan pada akhir periode atau catatan yang
memberikan informasi keuangan suatuperisahaan yang telah menjalankan
perusahaan selama satu periode (Widyawati, 2015). Penelitian Yuliani dkk.
(2010) mengembangkan 4 indikator (1) Tingkat relevansi, (2) Tingkat keandalan,
(3) Tingkat keterbandingan (4) Tingkat Keterpahaman. Penelitian Yusniyar dkk.
(2014) mengembangkan 4 indikator (1) Tingkat relevansi (relevan), (2) Tingkat
keandalan (andal), (3) Tingkat keterbandingan (dapat dibandingkan), (4) Tingkat
keterpahaman (dapat dipahami). Penelitian Silviana dan Antoni (2014)
mengembangkan 4 indikator (1) Dapat dipahami, (2) Relevan, (3) Keterandalan,
(4) Dapat dibandingkan.
Variabel penerapan kualitas laporan keuangan dalam penelitian ini diukur
dengan menggunakan skala likert (likert scale) yang mengukur sikap dengan
menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap subyek, obyek atau
kejadian tertentu. Skala ini menggunakan lima angka penilaian yaitu : (1) sangat
setuju, (2) setuju, (3) ragu-ragu atau netral, (4) tidak setuju dan (5) sangat tidak
setuju. Variabel dalam penelitian ini mengembangkan 4 indikator (1) Tingkat
relevansi, (2) Tingkat keandalan, (3) Tingkat keterbandingan (4) Tingkat
Keterpahaman.
4. Good Goverment Governance
Good Governance dapat diartikan sebagai pelayanan publik yang efisien
sistem pengendalian yang dapat diandalkan, pemerintah yang bertanggungjawab
(acccountable) pada publiknya (Zeyn, 2011a). Menurut Oktarina dkk. (2016)
good governance adalah suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang
solid dan bertanggungjawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar
yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi
baik secara politik maupun secara administratif, menjalankan disiplin anggaran
serta penciptaan legal political frame work bagi tumbuhnya aktifitas usaha.
Penelitian Zeyn (2011b) mengembangkan 3 indikator (1) Transparansi
(Transparency), (2) Partisipasi (Participation), (3) Akuntabilitas
(Accountability).
Variabel good goerment governance dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan skala likert (likert scale) yang mengukur sikap dengan
menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap subyek, obyek atau
kejadian tertentu. Skala ini menggunakan lima angka penilaian yaitu : (1) sangat
setuju, (2) setuju, (3) ragu-ragu atau netral, (4) tidak setuju dan (5) sangat tidak
setuju. Variabel dalam penelitian ini mengembangkan 2 indikator (1)
Trasparansi, (2) Akuntabilitas.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, J. F., dan S. Pratolo. 2012. Pengaruh Kualitas Sistem Informasi Keuangan
Daerah terhadap Kepuasan Aparatur Pemerintah Daerah Menggunakan
Metode Model Delon dan Mclean. Jurnal akuntansi & Investasi, 13(1): 28-
34.
Arifin, N. M., L. Handajani, dan Alamsyah. Kualitas Laporan Keuangan dan
Kepercayaan Stakeholder (Studi Pada Satuan Kerja Wilayah Kerja Kppn
Mataram). Jaffa, 4(2): 121-144.
Armel, R. Y. G. 2017. Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia, Penerapan
Standar Akuntansi Pemerintah, Pemanfaatan Teknologi dan Sistem
Pengendalian Internal Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah. JOM Fekon, 4(1): 105-119.
Azlim., Darwanis, dan U. A. Bakar. 2012. Pengaruh Penerapan Good Governance
dan Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap kualitas Informasi Keuangan
SKPD di Kota Banda Aceh. Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas
Syiah Kuala, 1(1):1-14.
Dewi, S. A. N., dan A. Dwirandra. 2013. Pengaruh Dukungan Manajemen Puncak,
Kualitas Sistem, Kualitas Informasi, Pengguna Aktual dan Kepuasan
Pengguna Terhadap Implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah Di
Kota Denpasar. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 4(1): 196-214.
Hanifa, L., A. B. Wawo, dan Husin. 2016. Pengaruh Kompetensi Pengelola
Keuangan dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Kualitas
Laporan Keuangan. Jurnal Progres Ekonomi Pembangunan, 1(2): 65-80.
Inapty, M. A. F. B. A., dan R. S. P. Martiningsih. 2016. Pengaruh Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintah, Kompetensi Aparatur dan Peran Audit Internal
terhadap Kualitas Informasi Keuangan. Jurnal Ilmu Akuntansi, 9(1): 27-42.
Juwita, R. 2013. Pengaruh Implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan dan
Sistem Informasi Akuntansi terhadap Kualitas Laporan Keuangan.
Trikonomika, 12(2): 201-214.
Mayasari, R. P. 2012. Pengaruh Kualitas Anggota Dewan terhadap Pengawasan
APBD dengan Tata Pemerintahan yang Baik Sebagai Variabel Moderating.
Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi (JENIUS), 2(1): 48-64.
Munasyir. 2015. Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan dan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Kualitas Laporan Keuangan Satuan
Kerja Perangkat Daerah di Kabupaten Acehutara. Jurnal Magister Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, 4(4): 23-35.
Nosihana, A., dan R. Yaya. 2016. Internet Financial Reporting dan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhinya pada Pemerintah Kota dan Kabupaten Di Indonesia.
Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis, 3(2): 89-104.
Nugraheni, P., dan I. Subaweh. 2008. Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan terhadap Kualitas Laporan Keuangan. Jurnal Ekonomi Bisnis,
1(13): 48-58.
Oktarina, M., K. Raharjo, dan R. Andini. 2016. Pengaruh Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan, Kualitas Aparatur Pemerintah Daerah dan Good
Governance terhadap Kualitas Laporan Keuanagan di Kota Semarang.
Journal Of Accounting, 2(2)1-15.
Pujiswara, I. B., N. T. Herawati, dan N. K. Sinarwati. 2014. Pengaruh Pemanfaatan
Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah dan Pengawasan Keuangan
Daerah terhadap Nilai Informasi Pelaporan Keuangan dan Akuntabilitas
Pemerintah Daerah (Studi Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kabupaten
Klungkung). e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha, 2(1): 1-12.
Putri, A. 2017. Pengaruh Penerapan Sistem Informasi Keuangan Daerah, Penerapan
Standar Akuntansi Pemerintah dan Pemanfaatan Teknologi Informasi
terhadap Kualitas Informasi Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah. JOM
Fekon, 4(1): 699-713.
Raharjo, E. 2007. Teori Agensi dan Teori Stewarship dalam Perspektif Akuntansi.
Fokus Ekonomi, 2(1): 37-46.
Selviana, dan E. Antoni. 2014. Pengaruh Penerapan Sistem Informasi Akuntansi
terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Survey pada
Pemerintah Kabijpaten di Seluruh Jawa Barat. Profita, 6(1): 24-36.
Setyowati, L., W. Isthika, dan R. D. Pratiwi. 2016. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota
Semarang. Kinerja, 20(2): 179-191.
Sudaryanti, D. 2013. Pengaruh Penganggaran terhadap Kinerja Aparat PEMDA
melalui Sistem informasi Keuangan Daerah. Jurnal Ekonomi dan Bisnis,
12(01): 11-24.
Surjono, W, dan N. R. Firdaus. 2017. Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
terhadap Akuntabilitas Laporan Keuangan pada Satuan Kerja Dinas
Pendapatan dan pengelolaan Keuanagan (DPPK) Pemerintah Daerah
Kabupaten Bandung. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuanagan, 5(1): 1357-
1368.
Susilawati, dan D. S. Riana. 2014. Standar Akuntansi Pemerintah dan Sistem
Pengendalian Intern sebagai Anteseden Kualitas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah. STAR-Study & Accounting Research, 11(1): 15-32.
Syarifudin, A. 2014. Pengaruh Kompetensi SDM dan Peran Audit terhadap Kualitas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dengan Variabel Intervening Sistem
Pengendalian Internal Pemerintah (studi empiris pada Pemkab Kebumen).
Jurnal Fokus Bisnis, 14(02): 26-44.
Udiyanti, N. L. N., A. T. Atmadja, dan N. A. S. Darmawan. 2014. Pengaruh
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan, Sistem Pengendalian Internal,
dan Kompetensi Staf Akuntansi terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah. e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha, 2(1):
1-11.
Wati, K. D., N. T. Herawati, dan N. K. Sinarwati. 2014. Pengaruh Kompentensi
SDM, Penerapan SAP, dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap
Kualitas Laporan Keuangan Daerah. E-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan
Ganesha, 2(1): 1-11.
Widyawati, D. 2015. Pengaruh Efektivitas Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, 4(1): 1-14.
Yuliani, S., Nadirsyah, dan U. Bakar. 2010. Pengaruh Pemahaman Akuntansi,
Pemanfaatan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah dan Peran
Internal Audit terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
Jurnal Telaah & Riset Akuntansi, 3(2): 206-220.
Yusniar, Darwanis, dan S. Abdullah. 2016. Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi
Pemerintahan dan Pengendalian Intern terhadap Good Governancedan
Dampaknya pada Kualitas Laporan Keuangan (Studi Pada Skpa Pemerintah
aceh). Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala,
5(2): 100-105.
Yusup, M. 2016. Pengaruh Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap
Kualitas Laporan Keuangan. Jurnal Ekonomi, Bisnis & Entrepreneurship,
10(2): 149-160.
Zeyn, E. 2011a. Pengaruh Good Governance dan Standar Akuntansi Pemerintahan
terhadap Akuntabilitas Keuangan Daerah dengan Komitmen Organisasi
Sebagai Pemoderasi. Jurnal Reviu Akuntansi dan Keuangan, 1(1): 21-37.
--------. 2011b. Pengaruh Penerapan Good Governance dan Standar Akuntansi
Pemerintahan terhadap Akuntabilitas Keuangan. Trikonomika, 10(1): 52-62.
Zoelisty, C., dan Adityawarman. 2014. Amanah Sebagai Konsep Pengendalian
Internal Pada Pelaporan Keuangan Masjid (Studi Kasus Pada Masjid Di
Lingkungan Universitas Diponegoro). Diponegoro Journal Of Accounting,
3(3): 1-12.

Anda mungkin juga menyukai