Musdalifah/90400115105
Akuntansi C
UIN Alauddin Makassar
Musdalifah.ifah2201@gmail.com
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial
kemasyarakatan serta ekonomi sehingga menimbulkan tuntutan yang beragam
terhadap pengelolaan pemerintah yang baik, salah satu agenda reformasi tersebut
adalah desentralisasi keuangan dan otonomi daerah (Mayasari, 2012). Otonomi
daerah diberlakukan pada 1 Januari 2001 melalui Undang-Undang No. 22 Tahun
1999 yang direvisi dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah
Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang di revisi menjadi Undang-
Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah. Berdasarkan Undang-Undang tersebut sistem pemerintah
sentralisasi menjadi desentralisasi, yaitu adanya pelaksanaan desentralisasi fiskal dan
otonomi daerah (Syarifudin, 2014). Otonomi daerah memberikan peluang terhadap
pemerintah daerah untuk bersaing dalam upaya kemandirian daerah, dengan adanya
otonomi daerah pengelolaan keuangan sepenuhnya berada ditangan pemerintah
daerah. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, diperlukan suatu penataan
lingkungan dan sistem akuntansi yang baik, karena kedua hal tersebut merupakan
pendukung terciptanya pengelolaan keuangan daerah yang accountable, dalam
rangka mengelola dana dengan sistem desentralisasi secara transparan, efisien,
efektif, dan dapat dipertanggungjawabkan (Azlim dkk., 2012).
Pelaporan keuangan selalu dikaitkan dengan stewardship teory. Kualitas
laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban pihak stewards yaitu
pemerintah daerah. Dilain sisi pihak prinsipal yaitu legislatif ataupun masyarakat
secara umum memberikan kekuasaan sepenuhnya kepada pemerintah pusat maupun
daerah dalam menentukan keputusan demi kepentingan terbaik bagi prinsipal
(Syarifudin, 2014). Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2008 Tentang
Pedoman Reviu atas laporan keuangan pemerintah daerah menjelaskan bahwa
laporan keuangan pada dasarnya merupakan asersi dari pihak manajemen pemerintah
yang menginformasikan kepada pihak lain yaitu para pemangku kepentingan
(stakeholder), tentang kondisi keuangan pemerintah (Yuliani dkk., 2010). Pelaporan
keuangan membantu memenuhi kebutuhan para pengguna laporan keuangan yang
mempunyai keterbatasan kewenangan dan keterbatasan dalam memperoleh informasi
(Syarifudin, 2014).
Bentuk pertanggungjawaban pemerintah daerah adalah dengan menerbitkan
laporan keuangan pemerintah daerah. Laporan keuangan pemerintah daerah
merupakan media bagi pemerintah daerah untuk mempertanggungjawabkan kinerja
keuangannya kepada publik (Hanifa dkk., 2016). Laporan keuangan pemerintah
daerah setiap tahunnya akan diperiksa dan mendapat penilaian berupa opini dari
Badan Pengawas Keuangan (BPK). Sesuai dengan Pasal 31 ayat (1) UU nomor 17
tahun 2003 menyatakan Gubernur/ Bupati/ Walikota menyampaikan rancangan
peraturan daerah (perda) tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada
DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran
berakhir. Kualitas laporan keuangan daerah haruslah berkualitas sesuai dengan yang
diungkapkan dalam Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Laporan keuangan
dikatakan berkualitas apabila laporan keuangan yang disajikan memiliki empat
karakertistik yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan dan dapat dipahami (Armel,
2017). Standar akuntansi pemerintahan merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang
ditetapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah (Udiyanti
dkk., 2014).
Penyusunan laporan keuangan diharapkan berpedoman pada standar yang telah
ditentukan yaitu Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Standar akuntansi
pemerintahan adalah syarat mutlak yang harus dijadikan pedoman agar kualitas
laporan keuangan di Indonesia khususnya pada tingkat pemerintah daerah dapat
ditingkatkan (Wati dkk., 2014). Standar akuntansi pemerintah merupakan persyaratan
yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya peningkatan kualitas laporan
keuangan pemerintahan di Indonesia (Juwita, 2013). Nugraheni dan Subaweh (2008)
menyatakan bahwa SAP merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Penerapan standar akuntasi
pemerintah yang benar dan pemahaman yang baik terhadap akuntansi keuangan
daerah oleh pemerintah tentunya akan meningkatkan kualitas laporan keuangan.
Pengguna laporan keuangan akan menggunakan SAP untuk memahami informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan dan menjadi pedoman untuk menyatukan
persepsi antara penyusun, pengguna dan auditor (Zeyn, 2011b). Penerapan standar
akuntansi pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan
keuangan (Wati dkk., 2014). Penelitian ini juga diperkuat oleh Oktarina dkk. (2016)
yang mengungkapkan hasil yang sama, dimana kualitas laporan keuangan
pemerintah dipengaruhi oleh penerapan standar akuntansi pemerintah.
Sistem informasi keuangan daerah dibutuhkan dalam menghasilkan laporan
keuangan daerah. Sistem informasi keuangan daerah merupakan suatu prosedur dari
tahap awal pengumpulan data sampai pelaporan keuangan atas pertanggung jawaban
pelaksanaan APBD (Wati dkk., 2014). Sistem informasi keuangan daerah dapat
didefinisikan sebagai suatu sistem pengelompokkan, penggolongan, pencatatan,
pemrosesan aktivitas keuangan pemerintah daerah kedalam sebuah laporan keuangan
sebagai satu informasi yang dapat digunakan oleh pihak tertentu dalam pengambilan
keputusan (Yuliani dkk., 2010). Menurut Sudaryanti (2013) implementasi SIKD
ditujukan dalam rangka mengelola dana secara transparan, efisien, efektif dan
akuntabel. Implementasi SIKD diharapkan mampu meningkatkan kegunaan sistem
dan diharapkan dapat meningkatkan kinerja aparat pemerintah daerah dalam rangka
memenuhi tuntutan masyarakat tentang transaparansi dan akuntanbilitas dari
lembaga sektor publik. Menurut Hanifa dkk. (2016) sistem akuntansi yang lemah
menyebabkan laporan keuangan yang dihasilkan juga kurang handal dan kurang
relevan untuk membuat keputusan, sehingga penerapan sistem informasi keuangan
daerah yang tidak baik akan menyebabkan kualitas laporan keuangan juga tidak baik,
sehingga penerapan sistem informasi keuangan daerah berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Arifin dan Pratolo (2012) dan Yuliani
dkk. (2010) menyatakan hal yang sama.
Good Governance dapat diartikan sebagai pelayanan publik yang efisien,
sistem pengendalian yang dapat diandalkan, pemerintah yang bertanggungjawab
(acccountable) pada publiknya (Zeyn, 2011a). Menurut Oktarina dkk. (2016) good
governance adalah suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan
bertanggungjawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien,
penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi baik secara politik
maupun secara administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal
political frame work bagi tumbuhnya aktifitas usaha. Padahal selama ini, birokrasi
didaerah dianggap tidak kompeten. Good governance menghendaki pemerintah
dijalankan dengan mengikuti prinsip-prinsip pengelolaan yang baik, seperti
transparansi (keterbukaan), akuntabilitas, partisipasi, keadilan, dan kemandirian,
sehingga sumber daya negara yang berada dalam pengelolaan pemerintah benar-
benar mencapai tujuan sebesar-besarnya untuk kemakmuran dan kemajuan rakyat
dan negara (Zeyn, 2011b). Kaitannya dengan kualitas laporan keuangan, good
governance merupakan sistem yang membantu peningkatan kualitas laporan
keuangan pemerintah.
Kontribusi penerapan standar akuntansi pemerintah dalam hal ini akan
meningkatkan kualitas laporan yang sesuai. Standar akuntansi pemerintahan
merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan pemerintah. Tujuan diberlakukannya hal tersebut agar
laporan keuangan yang dihasilkan dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan
pemerintah pusat maupun daerah (Udiyanti dkk., 2014). Diterapkannya standar
akuntansi pemerintahan yang baik, maka pemerintah daerah akan memiliki kualitas
informasi yang baik, karena laporan keuangan pemerintah daerah harus sesuai
dengan standar akuntansi pemerintahan. Kontribusi penyelenggaraan sistem
informasi keuangan daerah secara nasional bertujuan untuk percepatan transfer data
serta efisiensi penghimpunan data keuangan daerah. Perkembangan dunia, telah
mengubah cara pemerintah daerah dalam pengelolaan sistem keuangan daerah yang
banyak mengakibatkan hal-hal baru terjadi hal ini, terlihat dari reaksi setiap
pengguna yang beraneka ragam baik dari sikap maupun perilaku dalam penggunaan
sistem informasi (Dewi dan Dwirandra, 2013). Menurut Sudaryanti (2013)
pemerintah memiliki 3 alasan strategis untuk memiliki SIKD antara lain (a) semakin
kompleksnya aktivitas dari pemerintah daerah dan pusat dalam menjalankan roda
pemerintahan, (b) semakin kritisnya masyarakat terhadap penyelenggaraan
pemerintah dan menuntut agar pemerintah lebih efektif dan efisien, serta (c) para
investor dan kreditor baik luar maupun dalam negeri menuntut adanya informasi
yang jelas tentang keadaan daerah yang akan dijadikan penanaman investasinya.
Suatu tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa merupakan harapan dari
diberlakukannya otonomi daerah. Salah satu dampak dari implementasi otonomi
daerah adalah tuntutan terhadap pemerintah untuk mewujudkan tata pemerintahan
yang baik (good governance) sebagai salah satu persyaratan penyelenggaraan
pemerintah yang mengedepankan akuntabilitas dan transparansi (Mayasari, 2012).
Penerapan prinsip good governance semakin didukung dengan diterapkan UU No. 14
tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Implikasi dari Undang-Undang
ini sangat besar dalam transparansi kebijakan publik. Semua elemen masyarakat
mempunyai hak untuk memperoleh informasi publik dari semua lembaga
pemerintahan, seperti lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, LSM, BUMN dan
lembaga pemerintahan lainnya. Keterbukaan meliputi semua informasi publik
termasuk anggaran sesuai dengan ketetapan Undang-Undang. Bersatu bertekad untuk
mewujudkan pemerintahan yang baik merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan
untuk memenuhi aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan cita-cita bangsa dan
negara (Zeyn, 2011a). Pemerintah daerah diharuskan mereformasi diri dari
pemerintahan yang korupsi menjadi pemerintahan yang bersih dan transparan
(Oktarina dkk., 2016).
Berdasarkan penjelasan tersebut peneliti tersebut dapat mengungkapkan
kontribusi standar akuntansi pemerintah dan sistem informasi keuangan daerah
terhadap kualitas laporan keuangan. Penelitian ini juga melakukan pengujian
kontribusi good goverment governance dalam memoderasi hubungan antara kedua
variabel tersebut. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman
terhadap aparatur pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan
dengan cara meningkatkan pengetahuan sumber daya manusia ditiap-tiap unit kerja
yang berkaitan dengan pelaporan.
B. Rumusan Masalah
Tanggungjawab yang lebih besar dibebankan kepada pihak agensi yaitu
pemerintah daerah untuk menjalankan tugas yang telah dibebankan oleh pihak
prinsipal dalam hal ini masyarakat secara umum. Salah satu bentuk
pertanggungjawaban yang paling penting adalah laporan keuangan pemerintah
daerah. Pemerintah daerah dituntut meningkatkan kualitas laporan keuangan sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan. Berbedanya latar belakang pendidikan serta
minimnya pengetahuan dari beberapa aparatur pemerintah dalam hal pelaporan
khususnya mengenai standar akuntansi pemerintah serta sistem informasi keuangan
daerah, mengakibatkan tidak sesuainya hasil kualitas laporan keuangan yang
diharapkan diharapkan oleh pihak prinsipal. Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah standar akuntansi pemerintah berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan?
2. Apakah sistem informasi keuangan daerah berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan?
3. Apakah penerapan standar akuntansi pemerintah yang dimoderasi good
goverment governance berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan?
4. Apakah sistem informasi keuangan daerah yang dimoderasi good
goverment governance berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya maka penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui pengaruh standar akuntansi pemerintah terhadap kualitas
laporan keuangan.
2. Untuk mengetahui pengaruh sistem informasi keuangan daerah terhadap kualitas
laporan keuangan.
3. Untuk mengetahui pengaruh standar akuntansi pemerintah yang dimoderasi good
goverment governance terhadap kualitas laporan keuangan.
4. Untuk mengetahui pengaruh sistem informasi keuangan daerah yang dimoderasi
good goverment governance terhadap kualitas laporan keuangan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis dari penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan
dalam menentukan faktor penentu kualitas laporan keuangan. Teori
stewardship diperkenalkan oleh Donaldson dan Davis pada tahun 1989. Teori
stewardship menjadikan pihak prinsipal yaitu masyarakat memiliki
kepentingan terhadap kualitas laporan keuangan. Sebagai pihak steward
(pelayan), pemerintah diharapkan mampu memberikan laporan keuangan
yang memenuhi syarat sebagai suatu laporan yang berkualitas sebab laporan
keuangan menjadi bentuk pertanggungjawaban dari pihak steward kepada
pihak prinsipal.
2. Manfaat Praktis dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan
gambaran kepada para pelaksana dalam hal ini seluruh aparat pemerintah
yang telah diberikan tanggungjawab sesuai dengan tugasnya masing-masing,
khususnya pada bagian pelaporan. Sumber daya manusia yang dimiliki
pemerintah daerah seharusnya memiliki kualitas dalam memahami
penyusunan laporan keuangan, sehingga pemahaman terhadap standar
akuntansi pemerintah serta alur sistem informasi keuangan daerah bisa
diterima dan dipraktikan secara baik dan benar.
3. Manfaat Regulasi dari penelitian ini diharapkan mampu menjelaskan kinerja
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 yang direvisi dengan Undang-Undang
No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25
Tahun 1999 yang di revisi menjadi Undang-Undang No. 33 Tahun 2004
Tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Selain itu penelitian ini juga diharapkan mampu menjadi moderator
penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) No. 71 Tahun 2010 Tentang
laporan keuangan pemerintah berbasis akrual. Indonesia sebagai negara yang
menerapkan sistem otonomi daerah harus membuat dan menyesuaikan aturan
perundang-undangan yang berlaku dalam mendukung kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah. Kualitas laporan keuangan yang baik akan
mencerminkan sebuah pemerintahan yang baik (good goverrnance).
II. TINJAUAN TEORETIS
A. Stewardship Teory
Teori stewardship dapat diterapkan pada penelitian akuntansi organisasi
sektor publik seperti organisasi pemerintahan dan organisasi non profit lainnya
(Zoelisty dan Adityawarman, 2014). Teori stewardship dimana manajer tidak
mempunyai kepentingan pribadi tapi lebih mementingkan keinginan prinsipal
(Raharjo, 2007). Teori tersebut mengasumsikan adanya hubungan yang kuat antara
kepuasan dan kesuksesan organisasi. Kesuksesan organisasi menggambarkan
maksimalisasi utilitas kelompok principals dan manajemen. Maksimalisasi utilitas
kelompok ini pada akhirnya akan memaksimumkan kepentingan individu yang ada
dalam kelompok organisasi tersebut (Arifin dkk., 2016).
Akuntansi organisasi sektor publik telah dipersiapkan untuk memenuhi
kebutuhan informasi bagi hubungan antara stewards dengan principals. Dimana
rakyat sebagai principal dan pemerintah sebagai stewards, adalah sebuah hubungan
yang tercipta karena terdapat sifat manusia yang dapat dipercaya, bertanggungjawab,
integritas dan kejujuran pada pihak lainnya. Pemerintah sebagai pihak yang lebih
banyak memiliki informasi khususnya dalam bidang keuangan diharapkan dapat
mewujudkan transparansi terhadap rakyat sesuai harapan dan kepercayaan yang telah
diberikan rakyat (Nosihana dan Yaya, 2016). Kondisi semakin kompleks dengan
bertambahnya tuntutan akan akuntabilitas pada organisasi sektor publik, principal
semakin sulit untuk melaksanakan sendiri fungsi-fungsi pengelolaan (Arifin dkk.,
2016).
B. Standar Akuntansi Pemerintah
Definisi Standar Akuntansi Pemerintahan yang tercantum dalam Peraturan
Pemerintahan Republik Indonesia No 71 tahun 2010 yaitu Standar Akuntansi
Pemerintah, selanjutnya disebut SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang
diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Standar
akuntansi digunakan oleh akuntan keuangan di pemerintahan sebagai pedoman
dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintahan. Standar akuntansi
diperlukan untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan yaitu meningkatkan
konsistensi, daya banding, keterpahaman, relevansi, dan keandalan laporan keuangan
(Susilawati dan Riana, 2014). SAP mewajibkan setiap entitas pelaporan termasuk
pemerintah daerah untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil
yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu
periode pelaporan untuk kepentingan akuntabilitas, manajemen, transparansi,
keseimbangan antara generasi dan evaluasi kinerja. Penerapan SAP oleh pemerintah
daerah akan menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas dan mengandung
informasi yang berguna (Zeyn, 2011a).
Standar Akuntansi Pemerintahan dibutuhkan dalam rangka penyusunan
laporan keuangan yang setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Peraturan
Pemerintahan ini juga merupakan pelaksanaan Pasal 184 ayat 1 dan 3 Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang menyatakan
bahwa laporan keuangan pemerintah daerah disusun dan disajikan sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Standar Akuntansi Pemerintahan diterapkan di lingkup pemerintahan, baik di
pemerintah pusat dan departemen departemennya maupun di pemerintah daerah dan
dinas-dinasnya. Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan di yakini berdampak
pada peningkatan kualitas pelaporan keuangan di pemerintah pusat dan daerah.
(Susilawati dan Riana, 2014).
C. Sistem Informasi Keuangan Daerah
Sistem informasi akuntansi pada pemerintahan daerah lebih dikenal dengan
nama sistem informasi keuangan daerah (SIKD). Menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 65 Tahun 2010, sistem informasi keuangan daerah merupakan suatu sistem
yang digunakan untuk mengolah data dan bukti transaksi pemerintahan, mengelola,
dan menyediakan informasi keuangan daerah terhadap para pengguna laporan
keuangan. Penerapan sistem informasi akuntansi keuangan daerah memberi manfaat
atau kemudahan dalam mengelola, mengolah data pengelolaan keuangan daerah dan
data terkait lainnya menjadi informasi yang disajikan kepada masyarakat dan sebagai
dasar pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporan pertanggungjawaban pemerintah daerah (Putri, 2017). Pemerintahan
Daerah sebagai organisasi sektor publik, agar dapat berjalan efektif, efisien,
transparan dan bersih diperlukan dukungan dari sistem informasi akuntansi yang
memadai agar informasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk manajemen
keputusan dan pengendalian keputusan (Silviana dan Antony, 2014). Pujiswara dkk.
2014 mengungkapkan bahwa sistem informasi akuntansi keuangan daerah adalah
suatu sistem pengelompokan, pencatatan, dan pemrosesan aktivitas keuangan
pemerintah daerah kedalam sebuah laporan keuangan sebagai suatu informasi yang
dapat digunakan oleh pihak tertentu dalam pengambilan keputusan. Dengan
kemajuan teknologi informasi yang berkembang begitu pesat serta potensi
pemanfaatannya secara luas, maka pengelolaan, dan akses terhadap informasi
keuangan daerah dapat dilakukan lebih cepat dan akurat.
D. Good Goverment Governance
Good governance merupakan peran pemerintah yang baik dalam mengelola
keuangan daerah. Pemberlakuan kewajiban kepada seluruh pemerintah daerah untuk
menyusun laporan keuangan pemerintah daerah sesuai dengan sistem akuntansi
pemerintahan baik sarana maupun prasarana pengelolaan keuangan daerah selain dari
bentuk yang dituangkan SAP sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban
pengelolaan keuangan daerah yang transparan dan akuntabel kepada seluruh
penggunaan laporan keuangan pemerintah daerah (Yusniar dkk., 2016).
Penyelenggaraan pemerintah daerah tidak lepas dari masalah akuntabilitas dan
tranparansi dalam pengelolaan keuangan daerah sebagai acuan untuk menghasilkan
laporan keuangan pemerintah berkualitas, secara konseptual pengertian tata kelola
pemerintahan yang baik mengandung dua pemahaman yaitu, nilai yang menjunjung
tinggi keinginan/kehendak rakyat, dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan
kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan kemandirian, pembangunan
berkelanjutan dan keadilan sosial.
Kualitas laporan keuangan pemerintah daerah saat ini dan kedepan ditentukan
oleh kualitas tata kelola pemerintahan yang baik, dan inti dari kualitas pemerintah
daerah sangat ditentukan oleh kualitas pengelolaan keuangannya (Nugraeni dan
Budiantara, 2015). Good governance merupakan suatu proses dan strukur yang
digunakan oleh organisasi untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas
oganisasi guna mewujudkan nilai-nilai atau tata kelola keuangan pemerintahan yang
baik dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan publik
berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika. Indikator yang
meliputi elemen-elemen penting dalam good governance adalah transparansi,
akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan keadilan (Yusniar dkk., 2016).
E. Kualitas Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang berkualitas menunjukkan komitmen Kepala Daerah
bertanggungjawab sesuai dengan wewenang yang dilimpahkan kepadanya dalam
pelaksanaan tanggung jawab mengelola organisasi. Peraturan Pemerintah No. 71
Tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintahan menjelaskan karakteristik
kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan
dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keuangan sektor
publik pada hakekatnya merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban pemerintah
terhadap rakyat atas pengelolaan dana publik baik dari pajak, retribusi atau transaksi
lainnya (Yusup, 2016). Laporan keuangan yang baik itu harus dapat memberikan
manfaat bagi para pemakainya, maka laporan keuangan tersebut harus mempunyai
nilai informasi yang berkualitas dan berguna dalam pengambilan keputusan. Kualitas
laporan keuangan tersebut tercermin dari karakteristik kualitatif (Munasyir, 2015).
Menurut Komite Standar Akuntansi Pemerintahan karakteristik kualitatif
laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam
informasi akuntansi agar dapat memenuhi tujuannya. Prasyarat normatif yang
diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang
dikehendaki yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami
(Munasyir, 2015). Tujuan pelaporan keuangan pemerintah daerah adalah untuk
menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan, alat akuntabilitas
publik, dan untuk memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi
kinerja organisasi. Informasi dalam laporan keuangan harus relevan untuk memenuhi
tujuan laporan keuangan pemerintah, namun tidak dapat sepenuhnya memenuhi
tujuan tersebut. Informasi tambahan, termasuk laporan non keuangan, dapat
dilaporkan bersama-sama dengan laporan keuangan untuk memberikan gambaran
yang lebih komprehensif mengenai aktivitas suatu entitas pelaporan selama satu
periode (Setyowati dkk., 2016).
F. Kontribusi Standar Akuntansi Pemerintah Terhadap Kualitas Laporan
Keuangan
Standar akuntansi digunakan oleh akuntan keuangan di pemerintahan sebagai
pedoman dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintahan. Standar
akuntansi diperlukan untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan yaitu
meningkatkan konsistensi, daya banding, keterpahaman, relevansi, dan keandalan
laporan keuangan (Susilawati dan Riana, 2014). Standar akuntansi pemerintahan
adalah syarat mutlak yang harus dijadikan pedoman agar kualitas laporan keuangan
di Indonesia khususnya pada tingkat pemerintah daerah dapat ditingkatkan (Wati
dkk., 2014). Kualitas laporan keuangan daerah haruslah berkualitas sesuai dengan
yang diungkapkan dalam Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Laporan keuangan
dikatakan berkualitas apabila laporan keuangan yang disajikan memiliki empat
karakertistik yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan dan dapat dipahami (Armel,
2017). Standar akuntansi pemerintahan merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang
ditetapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah (Udiyanti
dkk., 2014). Diterapkannya standar akuntansi pemerintahan yang baik, maka
pemerintah daerah akan memiliki kualitas informasi yang baik, karena laporan
keuangan pemerintah daerah harus sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.
G. Kontribusi Sistem Informasi Keuangan Daerah Terhadap Kualitas
Laporan Keuangan
Sistem informasi keuangan daerah merupakan suatu prosedur dari tahap awal
pengumpulan data sampai pelaporan keuangan atas pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD (Wati dkk., 2014). Sistem informasi keuangan daerah dapat didefinisikan
sebagai suatu sistem pengelompokkan, penggolongan, pencatatan, pemrosesan
aktivitas keuangan pemerintah daerah kedalam sebuah laporan keuangan sebagai satu
informasi yang dapat digunakan oleh pihak tertentu dalam pengambilan keputusan
(Yuliani dkk., 2010). Penerapan sistem informasi akuntansi keuangan daerah
memberi manfaat atau kemudahan dalam mengelola, mengolah data pengelolaan
keuangan daerah dan data terkait lainnya menjadi informasi yang disajikan kepada
masyarakat dan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan pertanggungjawaban pemerintah daerah (Putri, 2017).
Kontribusi penyelenggaraan sistem informasi keuangan daerah secara
nasional bertujuan untuk percepatan transfer data serta efisiensi penghimpunan data
keuangan daerah. Perkembangan dunia, telah mengubah cara pemerintah daerah
dalam pengelolaan sistem keuangan daerah yang banyak mengakibatkan hal-hal baru
terjadi, hal ini terlihat dari reaksi setiap pengguna yang beranekaragam baik dari
sikap maupun perilaku dalam penggunaan sistem informasi (Dewi dan Dwirandra,
2013). Menurut Sudaryanti (2013) pemerintah memiliki 3 alasan strategis untuk
memiliki SIKD antara lain semakin kompleksnya aktivitas dari pemerintah daerah
dan pusat dalam menjalankan roda pemerintahan, semakin kritisnya masyarakat
terhadap penyelenggaraan pemerintah dan menuntut agar pemerintah lebih efektif
dan efisien, dan para investor dan kreditor baik luar maupun dalam negeri menuntut
adanya informasi yang jelas tentang keadaan daerah yang akan dijadikan penanaman
investasinya.
H. Kontribusi Standar Akuntansi Pemerintah yang dimoderasi Good
Goverment Governanvce terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Suatu tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa merupakan harapan dari
diberlakukannya otonomi daerah. Salah satu dampak dari implementasi otonomi
daerah adalah tuntutan terhadap pemerintah untuk mewujudkan tata pemerintahan
yang baik (good governance) sebagai salah satu persyaratan penyelenggaraan
pemerintah yang mengedepankan akuntabilitas dan transparansi (Mayasari, 2012).
Penyelenggaraan pemerintah daerah tidak lepas dari masalah akuntabilitas dan
tranparansi dalam pengelolaan keuangan daerah sebagai acuan untuk menghasilkan
laporan keuangan pemerintah berkualitas, secara konseptual pengertian tata kelola
pemerintahan yang baik mengandung dua pemahaman yaitu, nilai yang menjunjung
tinggi keinginan/kehendak rakyat, dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan
kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan kemandirian, pembangunan
berkelanjutan dan keadilan sosial.
Good governance menghendaki pemerintah dijalankan dengan mengikuti
prinsip-prinsip pengelolaan yang baik, seperti transparansi (keterbukaan),
akuntabilitas, partisipasi, keadilan, dan kemandirian, sehingga sumber daya negara
yang berada dalam pengelolaan pemerintah benar-benar mencapai tujuan sebesar-
besarnya untuk kemakmuran dan kemajuan rakyat dan negara (Zeyn, 2011b).
Pemerintah daerah yang menjunjung tinggi pengelolaan daerahnya dengan prinsip
Good governance mengutamakan pentingnya kualitas laporan keuanagn sebagai
bentuk pertanggungjawabannya dengan menerapakan standar akuntansi pemerintah
secara menyeluruh dalam proses pelaporannya.
I. Kontribusi Sistem Informasi Keuangan Daerah yang dimoderasi Good
Goverment Governance terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Menurut Oktarina dkk. (2016) good governance adalah suatu
penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggungjawab yang
sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi
dana investasi dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun secara
administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal political frame
work bagi tumbuhnya aktifitas usaha. Penerapan prinsip good governance semakin
didukung dengan diterapkan UU No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik. Implikasi dari Undang-Undang ini sangat besar dalam transparansi kebijakan
publik. Semua elemen masyarakat mempunyai hak untuk memperoleh informasi
publik dari semua lembaga pemerintahan, seperti lembaga eksekutif, legislatif,
yudikatif, LSM, BUMN dan lembaga pemerintahan lainnya. Keterbukaan meliputi
semua informasi publik termasuk anggaran sesuai dengan ketetapan Undang-
Undang.
Good Goverment Governance mengharuskan pemerintah daerah untuk
mereformasi diri dari pemerintahan yang korupsi menjadi pemerintahan yang bersih
dan transparan (Oktarina dkk., 2016). Dalam mewujudkan hal tersebut diperlukan
sebuah sistem informasi yang memudahkan penyerapan dan keterbukaan informasi
keuangan daerah. Penerapan sistem informasi keuangan daerah merupakan bentuk
usaha pemerintah dalam menjalankan tata kelola pemerintahan yang baik dimana
salahsatu syaratnya adalah transparansi pengelolaan keuangan pemerintah.
Pemerintah yang menerakan sistem informasi keuangan daerah diharapkan mampu
mencapai prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah
dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan,
dan dapat dipahami (Munasyir, 2015).
J. Penelitian Terdahulu
Pada penelitian yang dilakukan oleh Wati dkk. (2014) dengan judul
penelitian Pengaruh Kompetensi SDM, Standar Akuntansi Pemerintah Dan Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Daerah
menyatakan bahwa pertama, kompetensi sumber daya manusia berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan daerah. Kedua, penerapan standar
akuntansi pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan
keuangan daerah. Ketiga, sistem informasi keuangan daerah berpengaruf positif dan
signifikan terhadap kualitas laporan keuangan daerah. Adapun penelitian lain yang
dilakukan Udiyanti dkk. (2014) dengan judul penelitian Pengaruh Penerapan
Standar Akuntansi Pemerintahan, Sistem Pengendalian Internal, dan Kompetensi
Staf Akuntansi Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang
menyatakan standar akuntansi pemerintah, sistem pengendalian internal, kompetensi
staf akuntansi secara simultan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
kualitas laporan keuangan. Hal senada juga diungkapkan oleh peneliti setelahnya
Oktarina dkk. (2016) yang mengungkapkan hasil yang sama.
Penelitian yang dilakukan oleh Inapty dan Martiningsih (2016) dengan judul
penelitian Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah, Kompetensi Aparatur
dan Peran Audit Internal Terhadap Kualitas hasil temuan dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa penerapan standar akuntansi pemerintahan, kompetensi
aparatur, peran audit internal dan sistem pengendalian internal tidak berpengaruh
terhadap kualitas laporan keuangan. Adapun Penelitian yang Dilakukan Oleh Armel
(2017) yang menyatakan Penerapan standar akuntansi pemerintah berpengaruh
terhadap kualitas laporan keuangan. Semakin baik standar akuntansi pemerintah
yang diterapkan maka akan semakin baik juga kualitas laporan keuangan.
Sistem informasi keuangan daerah pernah diteliti oleh Pujiswara dkk. (2014)
yang mengungkapkan sistem informasi keuangan daerah berpengaruh positif
terhadap kualitas lapora keuangan. Adapun penelitin lain yang dilakukan oleh Hanifa
dkk. (2016) dengan judul penelitian Pengaruh Kompetensi Pengelola Keuangan dan
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Kualitas Laporan Keuangan
menyimpulkan bahwa kompetensi pengelola keuangan dan sistem akuntansi
keuangan daerah berpengaruh signifikan dan positif terhadap kualitas laporan
keuangan pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara baik secara parsial maupun
simultan. Artinya semakin baik kompetensi pengegola keuangan dan sistem
akuntansi keuangan daerah akan menghasilkan kualitas laporan keuangan yang
berkualitas. Hasil penelitian yang sama juga di tunjukan oleh Putri (2017) yang
mengungkapkan penerapan sistem informasi keuangan daerah berpengaruh terhadap
kualitas informasi pelaporan keuangan pemerintah daerah. Hal ini berarti bahwa
aparatur pemerintah yang menerapkan sistem informasi keuangan daerah akan
mempengaruhi kualitas informasi pelaporan keuangan pemerintah daerah.
K. Rerangka Teoretis
Bentuk pertanggungjawaban pemerintah daerah adalah dengan menerbitkan
laporan keuangan pemerintah daerah. Laporan keuangan pemerintah daerah
merupakan media bagi pemerintah daerah untuk mempertanggungjawabkan kinerja
keuangannya kepada publik (Hanifa dkk., 2016). Laporan keuangan pemerintah
daerah setiap tahunnya akan diperiksa dan mendapat penilaian berupa opini dari
Badan Pengawas Keuangan (BPK). Sesuai dengan Pasal 31 ayat (1) UU nomor 17
tahun 2003 menyatakan Gubernur/ Bupati/ Walikota menyampaikan rancangan
peraturan daerah (perda) tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada
DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran
berakhir. Kualitas laporan keuangan daerah haruslah berkualitas sesuai dengan yang
diungkapkan dalam Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Laporan keuangan
dikatakan berkualitas apabila laporan keuangan yang disajikan memiliki empat
karakertistik yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan dan dapat dipahami (Armel,
2017). Untuk meningkatkan keterandalan informasi keuangan juga diperlukan
adanya sebuah sistem informasi keuangan yang diharapkan memberikan sebuah tren
terhadap peningkatan laporan keuangan. Adapun rerangka konsepnya adalah sebagai
berikut:
Gambar 1.1 Rerangka Teoretis
Standar Akuntansi
Pemerintah
Kualitas Laporan
Keuangan
Sistem Informasi
Keuangan Daerah
Standar Akuntansi
Pemerintah
L. Hipotesis