Anda di halaman 1dari 19

HAM dalam Perspektif Barat dan Islam

HAM dalam Perspektif Barat dan Islam | 1


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................1
BAB I............................................................................................................................2
PENDAHULUAN........................................................................................................2
1.1 Latar Belakang....................................................................................................2
BAB II..........................................................................................................................3
PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia...........................................................................3
2.2 Sejarah Hak Asasi Manusia................................................................................3
2.3 Hak Asasi Manusia Menurut Pandangan Islam..................................................7
2.4 Hak Asasi Manusia Menurut Pandangan Barat................................................11
2.5 Perbedaan HAM Menurut Pandangan Islam dan Barat....................................14
BAB III.......................................................................................................................16
PENUTUP..................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................17

HAM dalam Perspektif Barat dan Islam | 2


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya, semua orang memiliki hak asasi manusia (HAM) yang telah
dimiliki dan dibawa sejak lahir. Seperti yang kita ketahui, banyak sekali orang yang
menuntut hak nya masing-masing karena sudah merasa menyelesaikan
kewajibannya, dan hak yang ia dapat tidak sebanding dengan kerja kerasnya, misal,
buruh yang berdemo menuntut kenaikan upah/gaji nya, itu bentuk dari rasa
ketidakpuasan terhadap hak yang sudah diberikan.
Secara historis, Hak Asasi Manusia (HAM) muncul setelah adanya Magna Charta
1215 di Inggris yang berisi pembatasan kekuasaan raja-raja absolut yang kemudian

menjadi embrio bagi monarkhi konstitusional1. Magna Charta ini kemudian diikuti
dengan lahirnya Undang-Undang Hak Asasi Manusia (Bill of Rigths) di Inggris
tahun 1689 yang berintikan bahwa manusia harus diperlakukan sama di depan
hukum. Dalam perkembangan HAM selanjutnya ditandai munculnya The American
Declaration of Independence tahun 1776 yang lahir dari paham Rosseau dan
Montesquieu. Setelah itu lahir pula deklarasi Perancis (The French Declaration) yang
memuat aturan-aturan hukum yang menjamin hak asasi manusia dalam proses

HAM dalam Perspektif Barat dan Islam | 3


hukum, di antaranya; freedom of expression, freedom of religion, the right of

proprerty dan hak-hak dasar lainnya.1


Lalu bagaimanakah pandangan Islam mengenai hak asasi manusia? Seperti yang
kita ketahui Islam sangat menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM). Islam sendiri
adalah agama yang membawa ketenangan dan ketentraman bagi pemeluknya, dan
apakah orang muslim yang bertakwa sekalipun bisa merasa tidak puas terhadap hak
asasi manusia (HAM) yang dimilikinya? Dan bagaimanakah juga pandangan Barat
mengenaik hak asasi manusia?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia


Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak yang melekat pada diri
manusia yang bersifat kodratif dan fundamental sebagai suatu anugrah Allah yang
harus dihormati, dijaga, dan dilindungi oleh setiap individu, masyarakat atau Negara.
Sedangkan dalam UU tentang Hak Asasi Manusia dijelaskan bahwa pengertian Hak
Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum,
Pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia (Pasal 1 angka 1 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia.1

Hakekat HAM merupakan upaya menjaga keselamatan eksistensi manusia


secara utuh melalui aksi keseimbangan yaitu keseimbangan antara kepentingan
perseorangan dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati,
melindungi dan menjunjung tinggi HAM menjadi kewajiban dan tanggung jawab

HAM dalam Perspektif Barat dan Islam | 4


bersama anatara individu, pemerintah (aparatur pemerintah baik sipil maupun
militer) dan Negara. 1

Adapun beberapa ciri pokok hakikat HAM adalah sebagai berikut:1

a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli, ataupun diwarisi.

b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang kelamin, ras, agama,
etnis, pandangan politik atau asal-usul sosial dan bangsa.

c. HAM tidak bisa dilanggar.

2.2 Sejarah Hak Asasi Manusia


HAM adalah masalah yang mendasar dan universal, masalah ini ada sejak
beribu- ribu tahun yang lalu. Perjuangan melawan perbudakan kaum Yahudi di Mesir
pada zaman nabi Musa pada hakekatnya didorong olrh kesadaran untuk membela
keadilan dalam rangka menegakkan HAM.2

1. Hukum Hamurabi
Pada zaman kerajaan Babilonia 2000 SM telah diupayakan menyusun suatu
hukum/aturan yaitu ketentuan-ketentuan yang menjamin keadilan bagi semua
warga negara. Ketentuan ini dikenal dengan nama hukum Hamurabi. Hukum
ini merupakan jaminan HAM warga negara terhadap kesewenang-wenangan
kerajaan atau kekuasaan.
2. Solon
Solon 600 SM di Athena berusaha mengadakan pembaharuan dengan
menyusun undang-undang yang menjamin keadilan dan persamaan bagi
setiap warga negara. Menurut Solon orang0orang yang menjadi budak
karena tidak dapat membayar hutang harus dibebaskan. Untuk menjamin
terlaksananya hak-hak kebebasan warga solon menganjurkan dibentuknya
Mahkamah/Pengadilan (Heliaea) dan lembaga perwakilan rakyat atau
majelis rakyat (Eclesia). (Majalah What is Democracy, 7)

HAM dalam Perspektif Barat dan Islam | 5


3. Perikles
Negarawan Athena yang berusaha menjamin keadilan bagi warga Negara
yang miskin. Setiap warga dapat menjadi anggota majelis rakyat dengan
syarat sudah berusia 18 tahun. Ia menawarkan system demokrasi untuk
menjamin hak asasi warga. Konsep demokrasi yang ditawarkan Perikles
secara objektif mengandung banyak kelemahan. Terlepas dari semua
kelemahan itu, ia tetap dipandang sebagai tokoh yang memperjuangkan hak
asasi manusia. Ia memperjuangkaan hak-hak politik warga yang sebelumnya
tidak ada.

4. Socrates–Plato–Aristoteles
Sokrates, Plato dan Aristoteles mengemukakan pemikirannya tentang hak
asasi manusia dalam kaitannya dengan kewajiban atau tugas negara.
Socarates banyak mengkritik praktek demokrasi pada masa itu. Ia
mengajarkan HAM, kebijaksanaan, keutamaan, keadilan. Lebih jauh
ditekankan agar warga berani mengkritik pemerintah yang tidak
mengindahkan keadilan dan kebebasan manusia. (Bertens) Ajaran ini
dipandang sangat berbahaya bagi penguasa, sehingga ia dihukum mati
dengan cara minum racun.

Plato dalam dialognya Nomoi mengusulkan suatu sistem pemerintahan


dimana petugas atau pejabat dipilih oleh rakyat tetapi dengan persyaratan
kemampuan dan kecakapan. Plato berkandaskan pada sistem demikrasi
langsung ala Perikles dimana demokrasi yang berjalan justru meminggirkan
hak-hak warga. (Bertens)

Sementara menurut Aristoteles, suatu negara disebut baik apabila


mengabdikan kekuasaan untuk kepentingan umum. Ia menawarkan
pemerintahan atau Negara Politeia, yaitu demokrasi yang berdasarkan
undang-undang. Dalam sistem ini seluruh rakyat ambil bagian dalam
pemerintahan baik yang kaya maupun yang miskin, yang berpendidikan atau

HAM dalam Perspektif Barat dan Islam | 6


tidak berpendidikan. (Bertens) Secara implisit ia menganjurkan adanya
persamaan bagi warga negara tanpa adanya diskriminasi.

5. Magna Charta (15 Juli 1215)

Kesewenang-wenangan raja Inggris mendorong para bangsawan


mengadakan perlawanan. Raja dipaksa menanda tangani piagam besar
(magna Charta) yang berisi 63 pasal. Tujuan piagam ini adalah membela
keadilan dan hak-hak para bangsawan. Dalam perkembangannya kekuatan
yang ada pada piagam ini berlaku untuk seluruh warga. Esensi Magna Charta
ini adalah supremasi hukum diatas kekuasaan. Piagam ini menjdi landasan
terbentuknya pemerintahan monarki konstisusional. Prinsip-prinsip dalam
piagam ini, pertama kekuasaan raja harus dibatasi, kedua HAM lebih penting
daripada kedaulatan atau kekuasaan raja, ketiga dalam masalah kenegaraan
yang penting temasuk pajak harus mendapatkan persetujuaan bangsawan,
keempat tidak seoran pun dari warga negara merdeka dapat ditahan,
dirampas harta kekayaannya, diperkosa hak-haknya, diasingkan kecuali
berdasarkan pertimbangan hukum. (Majalah What is Democracy, 12)

6. Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat (4 Juli 1776)


Deklarasi kemerdekaan Amerika ini menyatakan bahwa manusia diciptakan
sama dan sederajat oleh penciptanya. Semua manusia dianugrahi hak hidup,
kemerdekaan, kebebasan. Hak-hak tersebut tidak dapat dicabut oleh siapapun
juga.

7. Revolusi Perancis (14 Juli 1789)


Kesewenang-wenangan raja Louis XIV mendorong munculnya revolusi
Perancis. Rakyat tertindak menyerang penjara Bastille yang merupakan
simbul absolutism raja. Semboyan revolusi perancis : perasaan, persaudaraan
dan kebebasan dalam perkembangan nya menjado landasan perjuangan
HAM di Perancis. Konsep ini bergema ke seluruh penjuru dunia. Revolusi

HAM dalam Perspektif Barat dan Islam | 7


diilhami oleh pemikiran-pemikiran Jean Jaquas Rousseau, Montesqieuw, dan
Voltaire. (Majalah What is Democracy, 20)

8. Abraham Lincoln
Ia dikenal sebagai pembela HAM dan tokoh anti perbudakan. Ia
menganjurkan persamaan, kemerdekaan bagi setiap warga Negara tanpa
membedakan warna kulit, agama dan jenis kelamin.

9. Franklin D. Rosevelt Rosevelt


Mengajarkan kebebasan manusia guna perdamaian, meliputi :
a. Kebebasan berbicara
b. Kebebasan memilih agama sesuai dengan keyakinan masing-masing.
c. Kebebasan dari rasa takut.
d. Kebebasan dari kekurangan dan kelaparan. (Majalah What is Democracy,

2.3 Hak Asasi Manusia Menurut Pandangan Islam


Hak asasi pada dasarnya menunjukkan kekuasaan atau wewenang yang
dimiliki seseorang bersifat mendasar. Oleh karena hak asasi bersifat mendasar dan
fundamental, maka pemenuhannya bersifat imperatif. Hal ini sejalan dengan konsep
Islam khususnya prinsip Tauhid yang merupakan ajaran paling mendasar dalam

Islam. Tauhid10 memiliki efek pembebasan diri (self-liberation) sekaligus juga


pembebasan sosial, salah satu dari implikasi pembebasan sosial itu adalah paham
egalitarianisme, yaitu bahwa semua manusia setara di hadapan Tuhan, yang
membedakan hanyalah derajat ketakwaannya saja. Dampak paling nyata emansipasi
harkat dan martabat kemanusiaan karena keimanan kepada Allah adalah terwujudnya
pola hubungan antar manusia dalam semangat egalitarianisme. Karena setiap pribadi
manusia berharga sebagai mahluk Tuhan yang bertanggung jawab langsung kepada-
Nya, tidak seorangpun dari mereka yang dibenarkan di ingkari hak-hak asasinya,
sebagaimana tidak seorangpun dari mereka yang di benarkan mengingkari hak asasi
manusia lain.

HAM dalam Perspektif Barat dan Islam | 8


Menurut Miriam Budiardjo, Hak Asasi adalah hak yang dimiliki manusia
yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan kelahiran atau kehadirannya
di dalam kehidupan masyarakat. Dianggap bahwa beberapa hak itu dimilikinya tanpa
perbedaan atas dasar negara, ras, agama, dan kelamin dan karena itu bersifat asasi
serta universal. Dasar ini dari semua hak asasi adalah bahwa manusia harus
memperoleh kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat dan cita-cita.

Konsep hak asasi manusia dalam Islam dibagi dua macam dilihat dari
kategori huquuqul ibad. Pertama, HAM yang keberadaannya dapat diselenggarakan
oleh suatu negara (Islam). Kedua, adalah HAM yang keberadaannya tidak secara
langsung dapat dilaksanakan oleh suatu negara. Hak- hak yang pertama disebut
sebagai hak-hak legal, sedangkan yang kedua dapat disebut sebagai hak-hak moral.
Perbedaan antara keduanya hanya terletak pada masalah pertanggungjawaban di
depan Negara. Adapun masalah sumber, sifat, dan pertanggungjawaban di hadapan
Allah adalah sama.

Dalam Islam keserasian kesucian HAM jauh lebih besar daripada hanya
sekedar ibadah-ibadah ritual. Jika seseorang tidak memenuhi kewajibannya di
hadapan Allah dia mungkin saja masih bisa diampuni. Namun tidak demikian dalam
kasus tidak memenuhi kewajiban kepada sesama manusia.

Dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia


pada pasal 1, hak asasi manusia pada dasarnya juga disandarkan kepada hakikat
keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan dimana HAM diartikan sebagai
seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati dan
dijunjung tinggi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan
serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Jika ditelaah lebih jauh dasar pemikiran pembentukan Undang-undang No. 39


Tahun 1999 tentang HAM tersebut juga pada prinsipnya di dasarkan pada
keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan, hal ini dapat kita lihat dari penjelasan

HAM dalam Perspektif Barat dan Islam | 9


umum UU No. 39 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa dasar pemikiran
pembentukan UU No. 39 Tahun 1999 adalah sebagai berikut:

1. Tuhan Yang Maha Esa adalah pencipta alam semesta dengan segala isinya
dan pada dasarnya, manusia dianugerahi jiwa, bentuk, struktur, kemampuan,
kemauan serta berbagai kemudahan oleh penciptanya, untuk menjamin
kelanjutan hidupnya;
2. Untuk melindungi, mempertahankan, dan meningkatkan martabat manusia,
diperlukan pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia, karena tanpa hal
tersebut manusia akan kehilangan sifat dan martabatnya, sehingga dapat
mendorong manusia menjadi serigala bagi manusia lainnya (homo homini
lupus);
3. Karena manusia merupakan makhluk sosial, maka hak asasi manusia yang
satu dibatasi oleh hak asasi manusia yang lain, sehingga kebebasan atau hak
asasi manusia bukanlah tanpa batas;

4. Hak asasi manusia tidak boleh dilenyapkan oleh siapapun dan dalam keadaan
apapun;
5. Setiap hak asasi manusia mengandung kewajiban untuk menghormati hak
asasi manusia orang lain, sehingga di dalam hak asasi manusia terdapat
kewajiban dasar;
6. Hak asasi manusia harus benar-benar dihormati, dilindungi, dan ditegakkan,
dan untuk itu pemerintah, aparatur negara, dan pejabat publik lainnya
mempunyai kewajiban dan tanggung jawab menjamin terselenggaranya
penghormatan, perlindungan, dan penegakan hak asasi manusia.

Darji Darmodihardjo menyatakan bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak


dasar atau hak-hak pokok yang dibawa manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan
Yang Maha Esa. Mengingat hak maupun kesamaan telah diberikan Tuhan kepada
manusia tanpa membedakan jenis kelamin, maka manusia sebagai kalifah Tuhan di
bumi harus bisa melaksanakan hak-hak asasi tersebut dengan baik dan
bertanggungjawab, karena penuntutan hak-hak secara mutlak tentunya akan

HAM dalam Perspektif Barat dan Islam | 10


menyebabkan dilanggarnya hak-hak asasi orang lain. Dengan demikian dalam
kehidupan di masyarakat pelaksanaan hak-hak asasi tersebut hurus dibarengi dengan
kewajiban-kewajiban asasi.

Menurut A. Masyur Effendi, “Hak asasi manusia adalah hak milik bersama
umat manusia yang diberikan oleh Tuhan untuk “selama hidup” disamping
definisi/pengertian hak asasi manusia menurut piagam PBB dan piagam-piagam
lainnya. Karena itu dapat dikatakan bahwa hak asasi manusia adalah hak yang
diberikan Tuhan atau manifestasi hak istimewa manusia sehingga tidak dapat tidak
harus berada pada manusia. Sedangkan R. Kirk memberi definisi, “Human Rights as
signifying all privileges and ammunities prosseses by human being in a civil social
order”.

Ada Beberapa pendapat yang memberikan pemahaman tentang definisi Hak


Asasi Manusi (HAM):

1. HAM adalah hak dasar sejak lahir merupakan anugerah dari Allah SWT;
2. HAM adalah hak yang dimiliki manusia sejak kelahirannya;
3. HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia, tanpa hak itu manusia
tidak dapat hidup secara layak;
4. HAM adalah seperangkat hak-hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaban manusia sebagaimakhluk tuhan Yang Maha Esa.

Secara umum HAM adalah hak-hak yang secara inheren melekat dalam diri
manusia, yang tanpanya manusia tidak dapat hidup sebagai manusia. HAM di
dasarkan pada prinsip fundamental bahwa semua manusia memiliki martabat yang
inheren tanpa mamandang jenis kelamin, ras, warna kulit, bahasa, asal-usul bangsa,
umur, kelas, keyakinan politik, dan agama. Semua orang berhak menikmati haknya
tersebut.

Berkaitan dengan pertanyaan dari mana HAM berasal setidaknya ada dua
pendekatan yang mencoba menjawab pertanyaan ini. Pertama, Pemikiran yang

HAM dalam Perspektif Barat dan Islam | 11


mendasarkan pandangannya pada ajaran agama atau merujuk pada nilai-nilai Ilahiah
(wahyu Allah) sebagai kekuatan yang mengatasi manusia dan keberadaannya tidak
tergantung kepada umat manusia. Agama-agama memberikan argumen yang sangat
jelas bahwa manusia berawal dan berakhir pada sang pencipta. Tidak ada satupun
yang berhak menguasai atau bertindak sewenang-wenang terhadap manusia. Oleh
karena itu HAM adalah anugerah Tuhan YME, maka perlindungan atas manusia
merupakan bagian tanggung jawab manusia terhadap Tuhan. Agama Islam
menempatkan manusia pada posisi kemuliaan yang sangat tinggi, kemuliaan itulah
Islam melindungi jiwa manusia dari ancaman sesamanya.

Perlindungan tersebut bertujuan untuk menyelamatkan dan memelihara


eksistensi manusia. Sehingga, pembunuhan atas satu jiwa manusia, pada hakikatnya
sama seperti membunuh semua manusia. Dalam Islam misalnya dapat kita temukan
penjelasan Al-quran sebagai berikut:

“Dan sesungguhnya kami telah memuliakan keturunan Adam, dan kami angkat
mereka di daratan dan di lautan.” kami beri mereka rejeki dari yang baik-baik dan
kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan mahluk
yang telah kami ciptakan. (QS.17:70).

Kedua, pemikiran yang tidak secara langsung mendasarkan diri pada Agama
karena pemikiran ini sangat beragam. Ada yang didasarkan pada suatu prinsip bahwa
agar manusia bisa hidup di bawah nilai kemanusiaan memerlukan syarat objektif,
yang bila syarat tersebut tidak terpenuhi maka nilai kemanusiaan akan hilang dan
manusia akan musnah.

Dari berbagai penjelasan di atas dapat ditegaskan bahwa keberadaan hak


asasi tidak tergantung pada dan bukan berasal dari manusia, melainkan berdasarkan
dari instansi yang lebih tinggi dari manusia. Oleh karena itu, HAM tidak bisa dicabut
dan tidak bisa dibatalkan oleh hukum positif manapun. Hukum positif harus
diarahkan untuk mengadopsi dan tunduk pada HAM dan bila ada yang bertentangan,
maka hak asasi yang harus dimenangkan.

HAM dalam Perspektif Barat dan Islam | 12


2.4 Hak Asasi Manusia Menurut Pandangan Barat
Barat mendefinisikan HAM sebagai hak yang melekat pada diri setiap
manusia sejak lahir secara alami tanpa ada kaitan sama sekali dengan ajaran agama
apa pun. HAM dalam pandangan Barat murni merupakan hasil pemikiran dan
penetapan akal semata, terlepas sama sekali dari dogma agama. Definisi tersebut
melepaskan ikatan HAM dari doktrin ajaran agama, sehingga norma-norma agama
sama sekali tidak menjadi ukuran penting dalam terminologi HAM.
Dengan makna HAM seperti ini, maka HAM sering dihadap-hadapkan
dengan agama, sehingga HAM sering dipahami sebagai sesuatu yang bertentangan
dengan ajaran agama. Bahkan karena HAM sering digunakan untuk mengkerdilkan
agama, akhirnya HAM dianggap sebagai musuh agama. Berdasarkan definisi
tersebut pula, maka setiap manusia berhak untuk memenuhi kebutuhan biologisnya
dengan melakukan aneka hubungan sex yang diinginkannya, sebagaimana setiap
manusia berhak untuk makan dan minum apa saja yang disukainya. Karenanya,
menurut Barat bahwa perzinahan dan LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual dan
Transgender) serta aneka penyimpangan sex lainnya, adalah merupakan HAM.
Begitu pula mengkonsumsi makanan dan minuman haram, semuanya adalah HAM.
Selain itu, HAM dalam pandangan Barat tidak statis, tapi berubah-ubah tergantung
penilaian akal yang dikuasai hawa nafsu terhadap situasi dan kondisi serta
kepentingan, karena lepas dari doktrin agama sama sekali. Bisa jadi, sesuatu yang
dianggap HAM pada saat ini, namun di kemudian hari tidak lagi dianggap sebagai
HAM. Begitu pula sebaliknya, sesuatu yang tidak dianggap HAM pada saat ini,
namun di kemudian hari bisa dianggap sebagai HAM. Misalnya, saat ini
mengkonsumsi khamar (miras) di Amerika Serikat dianggap sebagai HAM, bahkan
menjadi gaya hidup modern. Padahal pada tahun 1919, pemerintah AS menganggap
Miras bukan bagian HAM, bahkan AS menyatakan perang terhadap Miras dan
melarangnya sama sekali.
Saat itu pemerintah AS mengeluarkan Undang-Undang Anti Miras yang
sosialisasinya menelan biaya US $ 60 ribu dan dana pelaksanaannya mencapai Rp.75
Milyar, sesuai dengan nilai mata uang di zaman itu. Dan menghabiskan 250 juta
lembar kertas berbentuk selebaran. Selama 14 tahun pemberlakuan UU Anti Miras di

HAM dalam Perspektif Barat dan Islam | 13


AS, telah dihukum mati sebanyak 300 orang peminum miras dan dihukum penjara
sebanyak 532.335 orang. Tapi ternyata, masyarakat AS justru makin hobby
meminum miras, yang pada akhirnya memaksa pemerintah mencabut UU Anti Miras
pada tahun 1933 M, dan membebaskan miras sama sekali. Nah, bisa jadi saat ini
mengkonsumsi Narkoba dianggap musuh besar HAM di berbagai belahan dunia,
namun di kemudian hari justru Narkoba dianggap sebagai HAM, bahkan gaya hidup
masa depan, sebagaimana Kasus Miras. Gejala itu sudah mulai ada, misalnya sejak
beberapa tahun lalu di Indonesia ada usulan dari Lingkar Ganja Nusantara kepada
Badan Narkotik Nasional dan pemerintah serta DPR RI agar melegalisasi ganja.
Itulah sebabnya, HAM dalam pandangan Barat tidak memiliki kaidah dan batasan
yang jelas, sehingga manakala definisi HAM mereka berbenturan dengan
kepentingan mereka sendiri atau kemauan hawa nafsu mereka, maka mereka
berlindung dibalik pengecualian-pengecualian atau ketentuan-ketentuan hukum
khusus atau perubahan ketetapan Konvensi HAM.
Dalam istilah modern, yang dimaksud dengan hak adalah wewenang yang
diberikan oleh undang – undang kepada seseorang atas sesuatu tertentu dan nilai
tertentu. Dan dalam wacana modern ini, hak asasi dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Hak asasi alamiah manusia sebagai manusia, yaitu menurut kelahirannya, seperti
hak hidup, hak kebebasan pribadi dan hak berkerja.
b. Hak asasi yang diperoleh manusia sebagai bagian dari masyarakat sebagau
anggota keluarga dan sebagai individu masyarakat, seperti hak memiliki, hak
berumah-tangga, hak mendapat keamanan, hak mendapat keadilan dan hak
persamaan dalam hak. Terdapat berbagai klasifikasi yang berbeda mengenai hak
asasi manusiamenurut pemikiran barat, diantaranya:
1) Pembagian hak menurut hak materiil yang termasuk di dalamnya;
hak keamanan, kehormatan dan pemilihan serta tempat tinggal, dan hak
moril, yang termasuk di dalamnya; hak beragama, hak sosial dan berserikat.
2) Pembagian hak menjadi tiga: hak kebebasan kehidupan pribadi,
hak kebebasan kehidupan rohani, dan hak kebebasan membentuk
perkumpulan dan perserikatan.

HAM dalam Perspektif Barat dan Islam | 14


3) Pembagian hak menjadi dua; kebebasan negatif yang membentuk ikatan-
ikatan terhadap negara untuk kepentingan warga; kebebasan positif yang
meliputi pelayanan negara kepada warganya.

Dapat dimengerti bahwa pembagian-pembagian ini hanya melihat dari sisi


larangan negara menyentuh hak-hak ini. Sebab hak asasi dalam pandangan barat
tidak dengan sendirinya mengharuskan negara memberi jaminan keamanan atau
pendidikan, dan lain sebagainya. Akan tetapi untuk membendung pengaruh
Sosialisme dan Komunisme, partai-partai politik di Barat mendesak agar negaraikut
campur-tangan dalam memberi jaminan hak-hak asasi seperti untuk bekerja dan
jaminan sosial. Hak asasi menurut barat dapat dilihat semakin berkembang sampai
saat ini, bahkan telah banyak pemikiran mereka tentang hak asasi manusia yang
sudah di adopsi kaum Muslim. Sungguh sangat disayangkan jika hal ini terus
berlanjut karena hal ini semakin hari semakin menjauhkan umat islam dengan
hukum-hukum yang telah disyariatkan Allah. Sebagai contoh, sekarang banyak yang
menuntut masalah kesetaraan gender, kecaman terhadap poligami, pernikahan
berbeda agama (muslim-nonmuslim), kebebasan yang sebebas-bebasnya.

2.5 Perbedaan HAM Menurut Pandangan Islam dan Barat


Terdapat perbedaan-perbedaan yang mendasar antara konsep HAM dalam
Islam dan HAM dalam konsep Barat, antara lain:

1. HAM dalam Islam bersumber pada ajaran Alquran dan Sunnah. Dasar HAM
dalam Alquran terdapat pada surat al-Hujurat ayat 13: “Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal mengenal....”. Dikatakan bahwa manusia hidup
bersuku-suku dan berbangsa-bangsa adalah untuk saling mengenal, artinya
supaya manusia saling berhubungan dan saling membantu serta saling
memberi manfaat, tidak mungkin terjadi hubungan yang serasi kalau tidak
terpelihara hak persamaan dan kebebasan. Sedangkan HAM Barat (UDHR)

HAM dalam Perspektif Barat dan Islam | 15


bersumber pada pemikiran filosofis semata, karena sepenuhnya produk otak
manusia.
2. HAM dalam Islam bersifat Theosentrik, artinya manusia dalam hal ini dilihat
hanya sebagai Makhluk yang dititipi hak-hak dasar oleh Tuhan, bukan
sebagai pemilik mutlak. Oleh karena itu wajib memeliharanya sesuai dengan
aturan Tuhan. Dalam penegakkan, selain untuk kepentingan kemanusian juga
didasari atas kepatuhan dan ketaatan melaksanakan perintah Tuhan dan dalam
mencari keridhoannya. Maka di dalam penegakkan HAM itu tidak boleh
berbenturan dengan ajaran syariat secara komprehensif. Sedangkan HAM
Barat lebih bersifat antrofosentrik, maksudnya ialah manusialah yang menjadi
fokus perhatian utama. Manusia dilihat sebagai pemilik sepenuhnya hak
tersebut.

3. HAM dalam Islam mengutamakan keseimbagan antara hak dan kewajiban


pada seseorang. Karena itu, kepentingan sosial sangat diperhatikan.
Penggunaan hak-hak pribadi di dalam Islam tidak boleh merugikan atau
mengabaikan kepentingan orang lain. Apabila seseorang melakukan
perbuatan sebagai haknya, tapi perbuatannya merugikan orang lain maka
haknya boleh dibatasi. Sedangkan HAM barat lebih mengutamakan hak dari
pada kewajiban, karena itu ia lebih terkesan individualistik.

HAM UDHR/DUHAM (BARAT) HAM ISLAM

HAM dalam Perspektif Barat dan Islam | 16


1. Bersumber pada pemikiran filosofis 1. Bersumber pada ajaran al-Quran dan sunah
semata Nabi Muhamad SAW.
2. Bersifat Antrophocentris 2. Bersifat Theocentris.
3. Lebih mementingkan hak dari pada 3. Keseimbangan antara hak dan kewajiban
kewajiban 4. Kepentingan sosial lebih diutamakan
4. Lebih bersifat individualistik 5. Manusia sebagai makhluk yang dititipi hak-
5. Manusia sebagai pemilik hak dasar oleh Tuhan, oleh karena itu wajib
sepenuhnya hak-hak dasar. mensyukuri dan memeliharanya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai Hak Asasi Manusia di atas, kita dapat tarik
kesimpulan bahwa HAM dalam perspektif barat jauh berbeda dengan HAM

HAM dalam Perspektif Barat dan Islam | 17


dalam perspektif Islam. Hampir disegala aspek HAM versi barat
bertentangan dengan HAM versi Islam utamanya syariat Islam. HAM versi
barat membebaskan sebebas-bebasnya manusia tanpa ada batasan. Selain
itu, HAM dalam pandangan Barat tidak statis, tapi berubah-ubah tergantung
penilaian akal yang dikuasai hawa nafsu terhadap situasi dan kondisi serta
kepentingan, karena lepas dari doktrin agama sama sekali. Sedangkan Islam
itu adalah agama yang asy-syumul (lengkap). Ajaran Islam meliputi seluruh
aspek dan sisi kehidupan manusia. Islam memberikan pengaturan dan
tuntunan pada manusia, mulai dari urusan yang paling kecil hingga urusan
manusia yang berskala besar. Dan tentu saja telah tercakup di dalamnya
aturan dan penghargaan yang tinggi terhadap HAM. Memang tidak dalam
suatu dokumen yang terstruktur, tetapi tersebar dalam ayat suci Al-Qur’an
dan Sunnah Nabi saw.
Hak Asasi Manusia telah di atur dalam Al-Qur’an dan Hadist dan umat
islam harus benar-benar mengetahui hak-hak yang diberikan kepadanya dan
menggunakan haknya tersebut sebaik-baiknya selama tidak bertentangan
dan melanggar hak orang lain.

HAM dalam Perspektif Barat dan Islam | 18


DAFTAR PUSTAKA

http://dhanielalu.blog.com/makalah-ham-dan-pandangan-islam-tentang-ham/

http://majlistalimalamin.blogspot.com/2012/10/ham-versi-barat-ham-versi-
islam.html

http://donaemons.wordpress.com/2009/01/29/pelanggaran-pelanggaran-ham-
di-indonesia

http://www.scribd.com/doc/87749066/HAM-Menurut-Islam-Dan-Barat

http://harisscivic.blogspot.com/2012/04/makalah-ham-dalam-perspektif-
islam_25.html

http://maixelsh.wordpress.com/2011/02/21/hak-asasi-manusia-universal-
declaration-of-human-rights-1948/

Mus’if A. Islam dan Hak Asasi Manusia Dalam Perspektif Fathi Osman
[internet]. Available from: https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&ved=2ahUKEwi8j6OZwYrlAhVQ
WisKHaCzCz0QFjAIegQICBAC&url=http%3A%2F
%2Fejournal.iainjember.ac.id%2Findex.php%2Feduislamika%2Farticle
%2Fdownload%2F57%2F50&usg=AOvVaw3v2ZsL79jSC1dCY3u1zKMb
[diakses 8 Oktober 2019]

HAM dalam Perspektif Barat dan Islam | 19

Anda mungkin juga menyukai