{MAKALAH}
Oleh
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., yang dengan rahmat dan
karunia-Nya penulis diberi kesehatan dan kesempatan untuk dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa penulis curahkan kepada Rasulullah
SAW. yang telah membawa risalah dakwah kepada ummatnya untuk menuju
kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat.
Adapun makalah ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban atas adanya
tugas pengganti UAS dari Matakuliah Sejarah Pariwisata Program Studi Sejarah
Peradaban Islam (SPI) Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati tahun 2019.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangannya,
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian.
Dengan mengharap ridha Allah, akhir kata penulis berharap agar makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki potensi besar berupa kekayaan alam pariwisata, dalam
segi ekonomi, politik, administrasi kenegaraan maupun sosiologi, pariwisata telah
lama menjadi perhatian Negara, dimana menjadi salah satu penunjang pemasukan
devisa Negara. Secara etimologi, kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta
yang terdiri atas dua kata yaitu pari dan wisata. Pari berarti “banyak” atau
“berkeliling”, sedangkan wisata berarti “pergi” atau “bepergian”. Dari kata tersebut
pariwisata dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkalikali atau
berputar-putar, dari suatu tempat ke tempat lain, yang dalam bahasa Inggris disebut
dengan kata “tour”, sedangkan untuk pengertian jamak, kata “to Our”
“Kepariwisataan” dapat digunakan kata “tourisme” atau “tourism” yang juga dapat
diartikan wisatawan.1
1
I Ketut Suwena, Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata, (Denpasar: Pustaka Larasan, 2017), hlm. 15.
1
Belanda sehingga pada tahun 1920.2 Pada masa kedatangan jepang kota bandung
juga di jadikan kota yang sentral, karena kota yang strategis untuk memijakkan kaki
pertahanan jepang, khususnya dalam mengawasi Belanda dan menguasai
Indonesia.
Banyak Bangunan yang di dirikan dan di bangun ketka masa penjajahan
Belanda dan Jepang, salah satunya adalah Goa, di bangun sebagai tempat
pertahanan bagi Belanda dan Jepang. Bangunan Goa tersebut menjadi bagian dari
rangkaian sejarah Bandung yang kini menjadi tempat Pariwisata Sejarah berbasis
Wisata Alam bersejarah.
Untuk memotret lebih jauh mengenai Goa yang dibuat pada masa Belanda dan
Jepang, maka tulisan ini akan menjelaskan sejarah pembangunan bangunan goa
hingga kurun waktu saat ini dijadikan tempat pariwisata di Bandung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang diatas di susun rumusan masalah sebagai
berikut untuk lebih terarahnya penyusunan laporan penelitian ini.
C. Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut
2
Sudarsono Katam Kartodiwirio, BANDUNG: Kilas Peristiwa Di Mata Filatelis Sebuah Wisata
Sejarah, (Bandung: PT Kiblat Buku Utama, 2006), hlm. 20-25.
2
BAB II
KONSEP PARIWISATA SEJARAH
A. Pariwisata Indonesia Masa Penjajahan
Kegiatan kepariwisataan dimulai dengan penjelajahan yang dilakukan
pejabat pemerintah, missionaris atau orang swasta yang akan membuka usaha
perkebunan di daerah pedalaman. Para pejabat Belanda yang dikenai kewajiban
untuk menulis laporan pada setiap akhir perjalannannya. Perjalanan dari satu
daerah ke daerah lain , dari nusantara ke negara Eropa menjadi hal yang lumrah,
sehingga dibangunlah sarana dan prasarana penunjang kegiatan tersebut. 3
- Fourteen days in java motor car and train combination tour operated by
Lissonne Lindeman f.528/ per person.
- Also fourteen days in Sumatera for only f.528/ per person.
Masa Belanda ini , Pariwisata di pusatkan pada tempat tempat yang memiliki niali
jual tinggi, guna memperkenalkan Potensi wilayah kepemilikan mereka
3
Yoeti, Oka. 2018. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: ANGKASA. Hal. 20
4
Yoeti, Oka. 2018. Pengantar... Hal. 21
5
Yoeti, Oka. 2018. Pengantar... Hal 31
3
B. Pariwisata Indonesia Setelah Kemerdekaan
Setelah Konferensi Asia-Afrika atau KAA yang diselenggarakan di
Bandung pada tanggal 18-24 April 1955, bangsa Indonesia semakin dikenal di
dunia Internasional. Hal ini sedikit banyak juga mempengaruhi jumlah wisatawan
asing yang berkunjung ke Indonesia. Pada tahun tersebut, Bank Industri Negara
mendirikan sebuah perusahaan komersil dengan nama PT. Natour atau National
Hotels & Touris Corp. Promotornya adalah Margono Djojohadikusumo dan Mr.
Sumanang. Pemimpin perusahaan ini dipimpin oleh Singgih dan S. Hardjowiguno.
Natour ini memiliki Hotek Transaera di Jakarta, Hotel Bali, Sindu Beach di Bali,
Kuta Beach Hotel, Hotel Garuda di Jogjakarta, Hotel Simpang di Surabaya, Hotel
Dibya Puri di Semarang dan beberapa Hotel lainnya di luar Jawa dan Bali. 6
1. Pariwisata Budaya
6
Oka A. Yoeti, Pengantar Ilmu Pariwisata, (Bandung: Penerbit Angkasa, 1990), hlm. 39.
7
Nur Fajriani Ulva, “Revitalisasi Kawasan Bersejarah sebagai Objek Wisata di Kecamatan Somba
Opu Kabupaten Gowa”, Skripsi S-1, (Makassar: Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin
Makassar, 2012), hlm. 10.
8
Bambang Sunaryo, Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep dan Aplikasinya di
Indonesia, (Yogyakarta: Gava Media, 2013), hlm. 26.
4
Indonesia yang banyak dikunjungi oleh wisatawan adalah : situs (warisan budaya
yang berupa benda, bangunan, kawasan, struktur, dan sebagainya), museum, desa
tradisional, kawasan kota lama, monumen nasional, sanggar seni, pertunjukkan
event, festival, seni kriya, adat istiadat maupun karya-karya teknologi modern.9
2. Kawasan Pariwisata
9
I Ketut Suwena, Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata, (Denpasar: Pustaka Larasan, 2017), hlm.
102.
10
Departement Permukiman dan Prasarana wilayah, Identifikasi Revitalisasi dan Konservasi
Kawasan Bersejarah : Direktorat Jenderal Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan, hlm. 14.
5
pemukiman, dan umumnya berada dekat dengan laut atau berada
di daerah dataran tinggi dan dekat dengan pusat pemerintahan.
Kawasan kolonial ini hadir dalam bentuk benteng-benteng
pertahanan yang di dalamnya terdapat pusat pemerintahan
kolonial, penjara-penjara maupun sekolah-sekolah.
3. Objek Bangunan Pariwisata
Nur Fitriani Ulva mengutip tulisan Baud-Bovy (1998: 230)
menjelaskan bahwa setidaknya terdapat beberapa hal yang membuat tertarik
terhadap objek pariwisata bersejarah11, yaitu:
1) Pusat orientasi, yang mempresentasikan sejumlah ilustrasi sejarah,
tampilan-tampilan yang interaktif, penjelasan-penjelasan deskriptif
secara terperinci, dan lain sebagainya.
2) Kesempatan untuk mengalami sendiri kejadian-kejadian, berbagai
aktivitas, dan kondisi sesungguhnya dengan menggunakan aktor
atau kondisi tiruan dari suatu sejarah (museum hidup)
3) Rekonstruksi dari reruntuhan bangunan untuk ilustrasikan skala
monumental dari keadaan asli suatu sejarah
4) Pusat wisatawan termasuk toko cinderamata, fasilitas informasi
dan fasilitas umum lainnya.
11
Nur Fajriani Ulva, “Revitalisasi Kawasan Bersejarah sebagai Objek Wisata di Kecamatan Somba
Opu Kabupaten Gowa”, Skripsi S-1, (Makassar: Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin
Makassar, 2012), hlm. 21-22.
6
BAB III
GOA BELANDA DAN GOA JEPANG SEBAGAI DESTINASI
WISATA
A. Sejarah Goa Belanda di Bandung
Goa Belanda merupakan bangunan yang dibangun Belanda ketika masih
memijakan kekuasannya di Indonesia, berlokasi di Bandung, tepatnya di Taman
hutan Ir.H. Djuanda. Pembangunan Goa ini pada awalnya di tujukan untuk
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Bengkok yang merupakan
PLTA pertama di Indonesia pada tahun 1918, dimana terowongan tersebut
melewati perbukitan batu pasir tufaan.
Pada masa pendudukan Belanda, perbukitan pakar ini sangat menarik bagi
strategi militer, karena lokasinya yang strategis dan terlindungi kemudian dekat
dengan pusat kota Bandung. Menjelang Perang Dunia ke-II pada awal tahun 1941
kegiatan militer Belanda semakin meningkat. Dalam terowongan yang dibangun
untuk pembangkit Listrik Tenaga Air Bengkok sepanjang 144 meter dan lebar 1,8
meter, dibangunlah jaringan goa sebanyak 15 lorong dan 2 pintu masuk setinggi 3,2
meter, luas pelataran atau wilayah yang mencakup goa selua 0,6 hektar dan luas
keseluruhan goa berikut lorongnya adalah 548 meter.12
Selain untuk kepentingan militer, goa ini digunakan untuk stasiun radio
telekomunikasi Belanda karena stasion radio yang ada di Gunung Malabar terbuka
dari udara, tidak mungkin terlindungi dan dipertahankan dari serangan udara.
Meskipun belum terlaksana secara optimal, namun pada awal Perang Dunia ke-II
dari stasion radio komunikasi inilah Panglima Perang Hindia Belanda Letnan
Jendral Ter Poorten melalui Laksamana Madya Helfrich dapat berhubungan dengan
panglima Aramada sekutu Laksamana Muda Karel Doorman untuk mencegah
masuknya Angkatan Laut Kekaisaran Jepang yang mendarat di pulau Jawa. Saying
sekali usaha ini Gagal dan seluruh pasukan berhasil mendarat dengan selamat
12
Https://Hayuretno.worpress.com/20q4/01/28/sejarah-dan-mitos-goa-belanda-bandung/amp/
.murujuk website lama http://tahuradjuanda.jabarprov.go.id/objek-wisata-alam/goa-belanda/.
Diakses pada tanggal 22 Mei 2019 Pukul 8.32 WIB
7
dibawah komando Letnan Jendral Hitosi Imamura.13 Setelah kedatangan Jepang,
Belanda mengalami kemunduran dan alih kekuasaan diambil oleh jepang, termasuk
daerah di bukit pakar dan goa yang didirikan Belanda.
Setiap lorong memiliki kamar bungker yang setiap bunker memiliki fungsi
yang berbeda beda, missal sebagai ruang pertemuan, pengintaian, dapur, dan
gudang. Jarak antara bungker-bunker ini sekitar 30 meter. Proses pembangunan goa
jepang ini , dilakukan oleh kebijakan militer jepang terhadap rakyat Indonesia
dengan system kerja paksa atau Romusha.
13
Https://Hayuretno.worpress.com/20q4/01/28/sejarah-dan-mitos-goa-belanda-bandung/amp/
.murujuk website lama http://tahuradjuanda.jabarprov.go.id/objek-wisata-alam/goa-belanda/.
Diakses pada tanggal 22 Mei 2019 Pukul 8.32 WIB
14
https://explorebandungbarat.com/goa-jepang-goa-belanda-wisata-sejarah-bandung/. Diakses
pada tanggal 22 mei 2019 pukul 14.51 WIB
8
tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, yang menyebutkan
bahwa potensi yang terdapat di kawasan konservasi dapat dioptimumkan
pendayagunaannya untuk kegiatan pariwisata alam dan rekreasi.15
Goa Belanda dan Goa Jepang yang masuk kedalam wilayah wisata Taman
Hutan Ir. H Djuanda ini dirintis pembangunannya sejak tahun 1960 oleh Mashudi
yang saat itu menjabat menjadi Gubernur Jawa Barat dan Ir Sambas Wirakusumah
sebagai Administrator Bandung utara bagian Akademi Ilmu Kehutanan. Pada tahun
1963 Sebagian kawasan Hutan lindung tersebut mulai dipersipakan menjadi objek
pariwisata dan kebun raya.16
Pada tahun 1985 Kebun Raya/Hutan Wisata yang terdapat Goa Belanda dan
Goa Jepang ini di tetapkan sebagai taman wisata, yaitu taman wisata Curug Dago
seluas 590 ha yang ditetapkan oleh SK. Menteri Pertanian Nomor
:575/Kpts/Um/8/1980 tanggal 6 agustus 1980.
Daya tarik wisata yang dapat dilihat dari destinasi pariwisata ini adalah
keindahan alam, rekreasi dan berisi wisata alam Bersejarah yang di dalamnya
terdapat Goa Belanda dan Goa jepang yang kini sebagai bangunan bersejarah yang
menjadi cagar budaya Indonesia di Wisata Taman Hutan Raya.
15
Andi Moh. Rifiyan Arief, Pengembangan Aktivitas Wisata Di Taman Hutan Raya Ir. H Djuanda
Bandung Jawa Barat. Jurnal. Program Studi Pariwisata Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Riau, Pekanbaru. Hal 169
16
https://wikipedia.org/wiki/Taman_Hutan_Raya_Ir_H._Djuanda diakses pada tanggal 22 mei
2019 pukul 14.40
17
https://wikipedia.org/wiki/Taman_Hutan_Raya_Ir_H._Djuanda diakses pada tanggal 22 mei
2019 pukul 14.40
9
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Goa Belanda dan Goa jepang berada di dalam objek pariwisata Taman
Hutan Raya Ir, H Djuanda Bandung, merupakan wisata bersejarah termasuk
kedalam warisan cagar budaya masa kolonial. Objek wisata ini di bangun pada
tahun 1912 yang berupa goa Belanda, dahulunya dibangun sebagai PLTA, dan Goa
Jepang yang di bangun tahun 1942 sebagai barak pertahanan Militer Jepang.
Dirintis pembangunannya sejak tahun 1960 oleh Mashudi yang saat itu
menjabat menjadi Gubernur Jawa Barat dan Ir Sambas Wirakusumah sebagai
Administrator Bandung utara bagian Akademi Ilmu Kehutanan. Pada tahun 1963
Sebagian kawasan Hutan lindung tersebut mulai dipersipakan menjadi objek
pariwisata dan kebun raya, Hingga di sahkan menjadi Tempat Wisata Hutan Raya
pada tahun 1985 melalui keputusan Presiden no.3 tahun 1985 tertanggal 12 januari
1985. Peresmian Taman Huatan Raya Ir H Djuanda sebagai Taman Hutan Raya
pertama di Indonesia.
Yang menjadi daya Tarik akan wisata ini tentunya dalah wisata Bersejarah
Goa Jepang dan Goa belanda, yang dimana ketika mengunjungi objek wisata
tersebut, wisatawan akan merasakan keaslian dari keadaan goa yang belum selesai
di bangun. Dimana dahulu kala yang membangun goa itu adalah rakyat Indonesia
melalui kebijakan kerja paksa oleh militer jepang. Selain itu ada pula wisata alam
dan rekreasi di Taman Hutan Raya Ir H Djuanda.
10
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Andi Moh. Rifiyan, Pengembangan Aktivitas Wisata Di Taman Hutan Raya
Ir. H Djuanda Bandung Jawa Barat. Jurnal. Program Studi Pariwisata
Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Riau, Pekanbaru.
Ulva ,Nur Fajriani. 2012. “Revitalisasi Kawasan Bersejarah sebagai Objek Wisata
di Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa”, Skripsi S-1, (Makassar:
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar).
Https://Hayuretno.worpress.com/20q4/01/28/sejarah-dan-mitos-goa-belanda-
bandung/amp/ .murujuk website lama
http://tahuradjuanda.jabarprov.go.id/objek-wisata-alam/goa-belanda/.
Diakses pada tanggal 22 Mei 2019 Pukul 8.32 WIB
https://explorebandungbarat.com/goa-jepang-goa-belanda-wisata-sejarah-
bandung/. Diakses pada tanggal 22 mei 2019 pukul 14.51 WIB
11