Anda di halaman 1dari 15

HAKIKAT, PENGERTIAN,

DAN NILAI PANCASILA

Kelompok 2

Cicilia Cindy Silviana


Dina Noor Azyyati
Fitria
Gita Ulfah
Hairu Nisa
Halimatus Sa’diah
Pancasila selalu merupakan satu kesatuan, sila yang
satu tidak bisa dipisah-pisahkan dari sila yang lainnya.
Keseluruhan sila di dalam merupakan suatu kesatuan
organis atau suatu kesatuan keseluruhan yang bulat.
Adapun susunan sila-sila Pancasila adalah sistematis-
hierarkhis, artinya kelima sila Pancasila itu menunjukan
suatu rangkaian urut-urutan yang bertingkat
(hierarkhis). Tiap-tiap sila mempunyai tempatnya
sendiri di dalam rangkaian susunan kesatuan itu.
Sehingga tidak dapat digeser-geser atau dibalik-balik.
Sekalipun sila-sila di dalam Pancasila itu merupakan
suatu kesatuan yang tidak bisa dilepas-pisahkan satu
dari yang lainya, namun dalam hal memahami hakekat
pengertiannya sangatlah diperlukan uraian sila demi
sila.
Pengertian Pancasila
DALAM HAKIKATNYA PANCASILA MEMILIKI BEBERAPA MAKNA YAITU,
PENGERTIAN PANCASILA SECARA HISTORIS, ETIMOLOGIS, DAN TERMINOLOGI.

A.    Pengertian pancasila Secara Historis


Makna Pancasila secara historis yaitu makna pancasila yang
di tinjau dari sejarah. Untuk memahami makna pancasila
secara historis perlu  kita pahami bagaimana proses
perumusan pancasila sebagai dasar negara.Adapun proses
perumusan sebagai dasar Negara sebagai berikut. Pancasila
sebagi dasar Negara pertama-tama dibicarakan di dalam
sidang badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) dalam bahasa jepang disebut Dokuritsu
Jumbi Choosakai. Badan ini dibentuk pada tangggal 29 april
1945 oleh jepang dan dilantik  pada tanggal 28 mei 1945.
B.     Pengertian pancasila Secara Etimologis

Merupakan pengertian yang ditinjau dari asal


usul kata. Pancasila berasal dari bahasa
Sanskerta “ Panca”  berarti lima dan “Syila”
berarti alas, dasaratau syiila bererti peraturan
tentang tingkah laku yang baik. Panca Syila
artinnya lima peraturan tingkah laku yang
penting. Kata pancasila berasal dari
kepustakaan Budha di India. Dalam agama
Budha  terapat ajaran moral; syada syilla, sapta
syilla dan panca syiila.
C. Pengertian Pancasila secara Terminologis
Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 itu telah melahirkan negara
Republik Indonesia. Untuk melengkapi alat-alat perlengkapan negara sebagaimana
lazimnya negaraanegara yang merdeka, maka panitia Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) segera mengadakan sidang. Dalam sidangnya tanggal 18 Agustus
1945 telah berhasil mengesahkan UUD negara Republik Indonesia yang dikenal dengan
UUD 1945. Adapun UUD 1945 terdiri atas dua bagian yaitu Pembukaan UUD 1945 dan
pasal-pasal UUD 1945 yang berisi 37 pasal, 1 aturan Aturan Peralihan yang terdiri atas
4 pasal dan 1 Aturan Tambahan terdiri atas 2 ayat.
Dalam bagian pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat alinea tersebut tercantum
rumusan Pancasila sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia

Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 inilah yang
secara konstisional sah dan benar sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang
disahkan oleh PPKI yang mewakili seluruh rakyat Indonesia.
Hakikat Pancasila
Sebagai suatu dasar filsafat negara maka
sila-sila pancasila merupakan suatu sistem
nilai, oleh karena itu sila-sila pancasila itu pada
hakikatnya merupakan suatu kesatuan.
Meskipun dalam setiap sila terkandung nilai-
nilai yang memiliki perbedaan antara satu
dengan lainnya namun kesemuanya itu tidak
lain merupakan suatu kesatuan yang
sistematis.
1. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa.
Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, ialah Allah,
pencipta segala yang ada dan semua makhluk. Atas
keyakinan yang demikianlah, maka Negara Indonesia
memberikan jaminan kebebasan kepada setiap
penduduk untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu. Dengan kata lain di dalam Negara
Indonesia tidak ada dan tidak boleh ada paham yang
meniadakan Tuhan Yang Maha Esa (atheisme).
Sebagai sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha
Esa menjadi sumber pokok nilai-nilai kehidupan
bangsa Indonesia, menjiwai dan mendasari serta
membimbing perwujudan kemanusiaan yang adil dan
beradab. 
2. Sila Kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradab
Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu makhluk
berbudi yang memiliki potensi pikir, rasa, karya dan cipta.
Kemanusiaan terutama bersifat manusia yang merupakan esensi
dan identitas manusia karena martabat kemanusiaannya. Adil
terutama mengandung arti, bahwa suatu keputusan dan
tindakan didasarkan atas norma-norma yang objektif, jadi tidak
subjektif apalagi sewenang-wenang. Beradab berasal dari kata
adab, yang berarti budaya, jadi beradab arti kebudayaan.
Jadi kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kesadaran
sikap dan perbuatan manusia didasarkan kepada potensi budi
nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan
kebudayaan umumnya, baik terhadap diri pribadi, sesama
manusia maupun terhadap alam dan hewan.
Pada prinsipnya kemanusiaan yang adil dan baradab adalah
sikap dan perbuatan manusia yang sesuai dengan kodrat dan
hakikat manusia yang berbudi, sadar nilai, dan berbudaya.
3. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia
Persatuan berasal dari kata satu, yang berarti utuh tidak
terpecah belah. Persatuan mengandung pengertian
bersatunya bermacam corak yang beraneka ragam menjadi
satu kesatuan 
Pertama : makna geografis, yang berarti sebagian bumi yang
membentang dari 950–1410 Bujur Timur dan dari 60 Lintang
Utara sampai 110 Lintang Selatan. 
Kedua : makna bangsa dalam arti politis, yaitu bangsa yang
hidup  di dalam wilayah tersebut. Indonesia dalam sila III ini
ialah Indonesia dalam pengertian bangsa.
Jadi Persatuan Indonesia ialah persatuan bangsa yang
mendiami wilayah Indonesia. Bangsa yang mendiami
wilayah Indonesia ini bersatu karena didorong untuk
mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas dalam wadah
negara yang merdeka dan berdaulat.
4. Sila Keempat : Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratan/Perwakilan.
Kerakyatan berasal dari kata Rakyat, yang berarti sekelompok manusia
yang berdiam di suatu wilayah tertentu.
Hikmat kebijaksanaan berarti penggunaan pikiran atau rasio yang sehat
dengan selalu mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia
untuk merumuskan dan atau memutuskan suatu hal yang berdasarkan
kehendak rakyat, hingga tercapai keputusan yang berdasarkan kebulatan
pendapat atau mufakat.
Perwakilan adalah suatu sistem dalam arti tata cara (prosedur)
mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil bagian dalam
kehidupan bernegara. Antara lain dilakukan dengan melalui badan-
badan perwakilan.
Jadi : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan berarti, bahwa rakyat dalam menjalankan
kekuasaannya melalui sistem perwakilan dan keputusan-keputusannya
diambil dengan jalan musyawarah yang dipimpin oleh pikiran yang
sehat serta penuh tanggung jawab, baik kepada Tuhan Yang Maha Esa
maupun kepada rakyat dan wakilnya.
 
5. Sila  kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Keadilan Sosial berarti keadilan yang berlaku dalam
masyarakat disegala bidang kehidupan, baik materil maupun
spirituil.
Seluruh rakyat Indonesia berarti setiap orang yang menjadi
Rakyat Indonesia, baik yang berdiam diwilayah kekuasaan
Republik Indonesia maupun warga negara Indonesia yang
berada diluar negeri.
Jadi : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia berarti
bahwa setiap orang Indonesia mendapat perlakuan yang adil
dalam bidang hukum, politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan.
Sesuai dengan UUD 1945 makna keadilan sosial mencakup pula
pengertian adil dan makmur.
Sila “keadilan sosial” adalah tujuan dari empat sila yang
mendahuluinya, merupakan tujuan bangsa Indonesia dalam
bernegara, yang perwujudannya ialah tata-masyarakat adil-
makmur berdasarkan Pancasila.
Nilai-Nilai Pancasila
     Pengertian Nilai
Sesuatu yang dikaitkan dengan nilai apabila berguna, benar (nilai kebenaran),
indah (aesthetis), baik (nilai moral/ etis), religious (nilai agama).
            Secara etimologi nilai (value) berasal dari kata valere yang berarti kuat,
baik, berharga. Secara umum nilai mempunyai beberapa pengertian :
 
a.       Nilai adalah sesuatu yang berharga, baik, berguna bagi manusia
b.      Nilai adalah suatu penetepan atau suat kualitas yang menyangkut jenis dan
minat.
c.       Nilai adalah suatu penghargaan atau suatu kualitas terhadap suatu hal
yang dapat menjadi dasar penentu tingkah laku manusia. Karena sesuatu itu:
1)      Menyenangkan (peasent)
2)      Berguna (useful)
3)      Memuaskan (satifing)
4)      Menguntungkan (profitable)
5)      Menarik (interesting)
6)      Keyakinan (believe)
Prof. Dr. Drs. Mr. Notonagoro membagi nilai menjadi tiga.
a. Nilai materil. yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia
b. Nilai Vital. Yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan atau aktivitas
c. Nilai Kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia

Nilai kerokhanian ini dapat dibedakan atas empat macam :


a) Nilai kebenaran/kenyataan, yang bersumber pada unsur bagi manusia
(ratio, budi, cipta).
b) Nilai keindahan, yang bersumber pada unsur rasa manusia (gevoel,
perasaan, aesthetis).
c) Nilai kebaikan atau nilai moral, yang bersumber pada unsur
kehendak/kemauan manusia (will, karsa, ethic)
d) Nilai Religius, yang merupakan nilai ketuhanan, kerokhanian yang
tertinggi dan mutlak. Nilai religius ini bersumber pada
kepercayaan/keyakinan manusia.
Nilai materil relatif dapat diukur dengan mudah.yaitu dengan
menggunakan alat-alat pengukur. Sedangkan nilai rokhani tidak dapat di
ukur alat-alat pengukur, tetapi diukur dengan “ budi nurani manusia”
Nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila
a. Dalam hubungan dengan pengertian nilai sebagimana diterangkan di atas
tergolong nilai kerokhanian, tetapi nilai kerokhanian yang mengakui
adanya nilai materil dan nilai vital.
Adapun nilai-nilai yang terkandung di dalam sila-sila Pancasila itu dapat
dikemukakan sebagai berikut :
(1) Dalam Sila I berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” terkandung nilai-nila
religius antara lain :
(a) Keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan sifat-sifatnya
yang maha sempurna.
(b) Ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yakni menjalankan semua
perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
 
(2) Dalam Sila II yang berbunyi “kemanusiaan yang adil dan beradab”
 terkandung nilai-nilai kemanusiaan, antara lain :
(a) Pengakuan terhadap adanya martabat manusia.
(b) Perlakuan yang adil terhadap sesama manusia.
(c) Pengertian manusia yang beradab yang memiliki daya cipta, rasa, karsa,
dan keyakinan, sehigga jelas adanya perbedaaan antara manusia dan
hewan.
 
(3) Dalam sila III yang berbunyi “Persatuan Indonesia” terkandung nilai persatuan bangsa, antara
lain :
(a) Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia.
(b) Bangsa Indonesia adalah persatuan suku-suku bangsa yang mendiami wilayah indonesia.
(c) Pengakuan terhadap ‘Bhineka tunggal Ika” dan suku bangsa (ethnis) dan keudayaan bangsa
(berbeda-beda namun satu jiwa) yang memberikan arah dalam pembinaan kesatuan bangsa.
 
(4) Dalam sila ke IV yang berbunyi “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebjaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan” terkandung nilai kerakyatan, antara lain :
(a) Kedaulatan Negara adalah di tangan rakyat.
(b) Pimpinan kerakyatan adalah hikmat kebijak sanaan yang dilandasi akal sehat .
(c) Manusia Indonesia sebagai warga Negara dan warga masyarakat Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
(d) Musyawarah untuk mufakat dicapai dalam permusyawaratan wakil-wakil rakyat.
 
(5) Dalam sila V yang berbunyi “keadilan sosial bagi seluruh rakyar Indonesia”  terkandung nilai
sosial, antara lain :
(a) Perwujudan keadilan sosial dalam kehidupan sosial atau kemasyarakatan meliputi seluruh
rakyat Indonesia.
(b) Keadilan dalam kehidupan sosial terutama meliputi bidang-bidang ideologi, politik,
ekonomi, sosial, kebudayaan dan pertahanan keamanan nasional
(c) Cita-cita masyarakat adil makmur, materil dan spiritual yang merata bagi seluruh rakyat
Indonesia.
(d) Keseimbangan antara hak dan kewajiban, dan menghormati hak orang lain.
(e) Cinta akan kemajuan dan pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai