Disusun oleh:
TONI SUPRAPTO
Hari : Jumat
Tanggal : 13 Desember 2019
Alhamdulillah segala Puji syukur bagi Allah atas segala Rahmat dan kasih
sayang-Nya, yang telah memberikan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Best Practice dengan Judul “Pembelajaran Teks Khusus dan
Narative Melalui Pendekatan Sientifik dengan Model Discovery Learning Di
SMPN 1 Panumbangan Tahun Pelajaran 2019-2020”.
Best Practice ini disusun dalam rangka melengkapi LK-9 PKP Guru 2019.
Dalam penyusunan Best Practice ini penulis banyak menerima bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada yang terhormat :
1. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten/kota Ciami
2. Kepala SMPN, yang telah memberi izin kesempatan dan kepercayaan kepada
penulis untuk mengadakan penelitian ini seluas-luasnya.
3. Fasilitator atau Guru Inti,TRISNO SUHARTO yang telah memberikan
bantuan selama proses penelitian sampai dengan terwuud dalam bentuk Best
Practice
4. Semua Rekan guru di SMPN 1 Panumbangan yang telah memberikan bantuan
penulisan best practice.
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah memberikan
bantuan berupa apapun dalam menyelesaikan best practice.
Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
ituu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan
karya ini.
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan hendaknya mampu menghasilkan individu yang mampu
menghadapi tantangan abad ke-21. Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun
2003 pasal 3 ditegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK)
Kemendikbud, Supriano, menyatakan bahwa kunci proses pembelajaran yang
baik dan benar di sektor pendidikan adalah peran para guru, dalam Nur
Rahayu, Risna (2019).
Selama ini program pengembangan kompetensi guru berdasarkan hasil
uji kompetensi, yang lebih memfokuskan pada peningkatan kompetensi guru
terutama dalam kompetensi pedagogi dan profesional. Namun seiring
meningkatnya tantangan peningkatan mutu pendidikan, perlu dilakukan
pengembangan keprofesian berkelanjutan guru yang bermuara pada hasil
peserta didik.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang
bermuara pada peningkatan kualitas siswa, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan melalui Ditjen GTK menyelenggarakan Program Peningkatan
Kompetensi Pembelajaran (PKP). “Program ini bertujuan untuk meningkatkan
kompetensi siswa melalui pembinaan guru dalam merencanakan,
melaksanakan, sampai dengan mengevaluasi pembelajaran yang berorientasi
pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher OrderThinking
Skills/HOTS),Menurut Supriano dalam Nur Rahayu,Risna(2019).
Untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, serta pemerataan mutu
pendidikan, pelaksanaan Program PKP mempertimbangkan pendekatan
kewilayahan, atau dikenal dengan istilah zonasi. Melalui langkah ini,
pengelolaan Pusat Kegiatan Guru (PKG) TK, kelompok kerja guru (KKG)
SD, atau musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) SMP/SMA/SMK, dan
musyawarah guru bimbingan dan konseling (MGBK), yang selama ini
dilakukan melalui Gugus atau Rayon, dapat terintegrasi melalui zonasi
pengembangan dan pemberdayaan guru. Zonasi memperhatikan keseimbangan
dan keragaman mutu pendidikan di lingkungan terdekat, seperti status
akreditasi sekolah, nilai kompetensi guru, capaian nilairata-rata UN/USBN
sekolah, atau pertimbangan mutu lainnya.
Komunitas guru/ Pendidik beserta dengan tenaga kependidikan
PKG/KKG/MGMP/MGBK) memegang peranan penting dalam keberhasilan
program ini. Di antara peran tersebut adalah melakukan pendataan terhadap
anggota komunitasnya. Pendataan ini penting karena komunitas juga berperan
dalam mengkoordinasikan dan melaksanakan program PKP Berbasis Zonasi
di kelompok kerja masing-masing.
Supriano melanjutkan, begitu dominannya peran komunitas guru dan
tenaga kependidikan pada program PKP Berbasis Zonasi ini, menuntut seluruh
guru terdaftar dan terlibat aktif di komunitas sesuai jenjang masing-masing.
“Komunitas merupakan ujung tombak wadah untuk berbagi dan mencari
solusi mengenai masalah-masalah pendidikan yang dihadapi guru di daerah
masing-masing. Program PKP Berbasis Zonasi ini diharapkan dapat
menghidupkan dan menggairahkan kegiatan-kegiatan komunitas dengan lebih
bersemangat. Melalui PKG/KKG/MGMP/MGBK, pemerataan kualitas
pendidikan di seluruh Indonesia diharapkan dapat segera tercapai,” Supriano.
Dalam Nur Rahayu,Risna (2019).
Oleh karena itulah pentingnya PKP untuk meningkatkan kualitas
pendididkan melalui hasil belajar peserta didik, terutama pada materi teks
yang sangat sulit untuk di pahami oleh peserta didik. Salah satu materi teks itu
adalah Teks khusus dan teks narrative Text. Disini juga akan membahas
tentang Pembelajaran Teks khusus dan teks narrative teks dengan
menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning,, dengan berorientasi
pada keterampilan berpikir tingkat tinggi(Higher Order Thingking
Skills/HOTS).
Pembelajaran repot teks yyang berorientasi pada HOTS, dengan tujuan
pembelajaran peserta didik dapat menuliskan dan berbicara dengan
mempresentasikan di depan kelas. Pembelajaran Repot teks ini menggunakan
Model Discovery learning.
Dengan memilki keterampilan berbahasa lisan yang baik peserta didik
akan mampu berkomunikasi dan mengungkapkan ide atau gagasan kepada
orang lain. Hal ini sangat diperlukan untuk memudahkan berinteraksi baik di
dalam maupun di luar kelas. Seperti yang diungkapkan oleh Supriyadi,
(2005:179) bahwa keterampilan berbicara penting dikuasai peserta didik agar
mampu mengembangkan kemampuan berpikir, membaca, menulis, dan
menyimak. Kemampuan berpikir mereka akan terlatih ketika mereka
mengorganisasikan, mengonsepkan, mengklarifikasikan, dan
menyederhanakan pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lain secara lisan.
Juga dalam hal menulis sangat penting, dalam bahasa Inggris
Kemampuan menulis yang baik tidak di dapatkan dalam salah satu kali
menulis. Oleh karena itu peserta didik dibiasakan untuk berlatih menulis
terutama jika menulis bukan dengan bahasa ibu. Juga menulis merupakan
salah satu indikator pencapaian kompetensi.
Untuk meningkatkan hasil belajar diperlukan penerapan metode
pembelajaran yang interaktif, menarik, di mana guru lebih banyak
memberikan peran kepada para peserta didik sebagai subjek belajar, dan lebih
mengutamakan proses dari pada hasil. Selain itu, diperlukan situasi, cara dan
strategi pembelajaran yang tepat untuk melibatkan peserta didik secara aktif,
baik pikiran, pendengaran, penglihatan, dan psikomotor dalam proses
pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan penulis, masalah yang dihadapi dalam
proses pembelajaran ini karena adanya rasa rakut, rasa tidak percaya diri dan
perasaan tertekan yang menjadikan alasan peserta didik takut untuk menulis
dan berbicara pada saat pembelajaran teks, termasuk teks narrative.
Dengan adanya Pengembangan Pembelajaran berorientasi HOTS maka
Pembelajaran teks repot berorientasi HOTS dengan menggunakan Model
Discovery Learning.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
nomor 58 tahun 2014 tentang Kurkulum 2013 Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah Bab IV tentang desain pembelajaran poin a
pada Rancangan Pembelajaran disebutkan bahwa pada implementasi
Kurikulum 2013 sangat disarankan agar guru menggunakan model-model
pembelajaran inquiry based learning, discovery learning, project based
learning dan problem based learning. Pada setiap model tersebut dapat
dikembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan (2014: 554).
Selanjutnya pada proses pembelajaran karakteristik penguatannya
mencakup: a) menggunakan pendekatan scientific melalui mengamati,
menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan dengan tetap
memperhatikan karakteristik siswa, b) menggunakan ilmu pengetahuan
sebagai penggerak pembelajaran untuk semua mata pelajaran, c) menuntun
siswa untuk mencari tahu, bukan diberitahu (discovery learning), dan d)
menekankan kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi, pembawa
pengetahuan dan berpikir logis, sistematis, dan kreatif (Depdikbud, 2014:13).
Dalam menerapkan kurikulum 2013, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI sangat menyarankan model Discovery Learning untuk
mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan. Hal tersebut
ditandaskan lagi dalam penguatan proses pembelajaran, siswa diarahkan untuk
mencari tahu ( discovery) bukan diberi tahu.
Guru Bahasa Inggris banyak yang belum memiliki gambaran yang
jelas tentang penerapan discovery learning tersebut dalam pembelajaran di
kelas mereka. Siswa didik yang berada di bangku SMP berada pada
masa adolocent (remaja) yang telah mulai bisa menguasi kalima-kalimat yang
lebih kompleks daripada sekadar bentuk-bentuk kata kerja bentuk kedua yang
ditambah -ed, misalnya. Namun mereka juga belum mampu menguasi bahasa
yang sangat kompleks. Untuk itu mereka perlu pembelajaran yang bertahap
melalui kegiatan-kegiatan komunikatif dengan menggunakan bahasa target
secara murni dan spontan.
Untuk mengatasi hal tersebut, model Discovery Learning, yang
mengarahkan siswa untuk berinteraksi, mencari jawaban atas suatu pertanyaan
dengan cara berkolaborasi diharapkan sesuai dengan tahapan usia siswa pada
tingkat SMP tersebut. Hal yang perlu tetap diperhatikan adalah esensi
pembelajaran Bahasa sebagai alat komunikasi. Sehingga kegiatan
dalam Discovery Learning harus mengakomodasi kebutuhan siswa
menggunakan Bahasa sebagai alat komunikasi, bukan mempelajari
kebahasaan itu sendiri.\
Bertolak dari latar belakang tersebut, jelaslah bahwa dalam proses
pembelajaran siswa dituntut untuk mencari tahu, bukan diberitahu. Sehingga
model yang relevan adalah Discovery Learning. Pada praktik mengajar yang
dilakukan, sangat sedikit guru yang menerapkan model tersebut di dalam
pembelajaran. Menurut mereka, dalam pembelajaran Bahasa Inggris, model
ini masih terasa asing dan hampir belum pernah dilakukan sebelumnya,
sehingga sulit mendapatkan konsep yang tepat dalam merancang dan
melaksanakan pembelajaran dengan discovery learning tersebut.
Berbagai upaya telah di lakukan oleh penulis yang mana juga menjadi
tanggung jawabnya sebagai guru mata pelajaran bahasa inggris untuk
membimbing peserta didik menjadi berprestasi di bidangnya.
B. Jenis Kegiatan
Adapun jenis kegiatan pada best practice ini adalah kegiatan
pembelajaran narrative teks menggunakan model pembelaaran Discovery
Learning yang berorientasi HOTS yang telah terbukti membuat proses
pembelajaran pada materi teks khusus dan teks narrative di kelas VIII dan IX
menjadi lebih baik. Tidak hanya pada prosesnya saja tetapi juga hasil belajar
peserta didik dapat meningkat.
C. Manfaat Kegiatan
Manfaat yang didapatkan dari pelatihan program PKP dan penerapan
di sekolah adalah:
1. Bagi Peserta Didik kelas
a. Siswa menjadi lebih siap untuk belajar bahasa asing khususnya Bahasa
Inggris melalui kegiatan pembelajaran Teks khusus dan teks narrative
dengan menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning
berorientasi pada keterampilan HOTS.
b. Dengan Menggunakan strategi model pembelajaran Discovery
Learning dapat meningkatkan motivasi siswa terhadap pembelajaran
teks khusus dan teks narrative.
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan
Adapun Tujuan penulisan best practice ini adalah untuk
mendeskripksikan best practice penulis dalam Penerapan Pembelajaran
berorientasi pada keterempilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order
Thingking Skills/HOTS), dengan menggunakan Model Discovery learning
pada peserta didik kelas VIII SMPN 1 Panumbangan, adalah:
a. Untuk mengetahui apakah dengan menggunakan pembelajaran
berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) dengan
menggunakan model Discovery Learning peserta didik dapat
mengidentifikasi dan mengnalisis teks khusus dan teks narrative dengan
tulisan dan lisan, atau menulis dan berbicara, sehingga menghasilkan hasil
belajar peserta didik yang baik
b. Untuk meningkatkan kualitas hasil belajar peserta didik pada materi teks,
terutama materi Teks khusus dan teks narrative text
c. Untuk meningkatkan kompetensi peserta didik dalam pembelajaran yang
berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order
Thingking Skills/HOTS).
d. Untuk mewujudkan kualitas pendidikan bagi seluruh peserta didik.
2. Sasaran
Adapun sasaran penulis adalah peserta didik kelas VIII dan IX SMP
Negeri 1 Panumbangan, tahun pelajaran 2019-2020, sebanyak 32 Orang.
A. Simpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pembelajaran tematik dengan model pembelajaran Discovery learning layak
dijadikan praktik baik pembeljaran berorientasi HOTS karena dapat
meingkatkan kemampuan siswa dalam melakukan transfer pengetahuan,
berpikir kritis, dan pemecahan masalah.
2. Dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara
sistematis dan cermat, pembelajaran tematik dengan model pembelajaran
Discovery learning yang dilaksanakan tidak sekadar berorientasi HOTS, tetapi
juga mengintegrasikan PPK, literasi, dan kecakapan abad 21.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil praktik baik pembelajaran tematik dengan model
pembelajaran Discovery learning, berikut disampaikan rekomendasi yang relevan.
1. Guru seharusnya tidak hanya mengajar dengan mengacu pada buku siswa dan
buku guru serta jaring-jaring tema yang telah disediakan, tetapi berani
melakukan inovasi pembelajaran tematik yang kontekstual sesuai dengan latar
belakang siswa dan situasi dan kondisi sekolahnya. Hal ini akan membuat
pembelajaran lebih bermakna.
2. Siswa diharapkan untuk menerapkan kemampuan berpikir tingkat tinggi
dalam belajar, tidak terbatas pada hafalan teori. Kemampuan belajar degan
cara ini akan membantu siswa menguasai materi secara lebih mendalam dan
lebih tahan lama (tidak mudah lupa).
3. Sekolah, terutama kepala sekolah dapat mendorong guru lain untuk ikut
melaksanakan pembelajaran berorientasi HOTS. Dukungan positif sekolah,
seperti penyediaan sarana dan prasarana yang memadai dan kesempatan bagi
penulis utuk mendesiminasikan praktik baik ini aka menambah wawasan guru
lain tentang pembelajaran HOTS
DAFTAR PUSTAKA
Siti Wachidah, dkk (2018) Buku Guru Bahasa Inggris Kelas IX Think Globally
Act Locally. PT Gramedia. Jakarta
Siti Wachidah, dkk (2018) Buku Siswa Bahasa Inggris Kelas IX Think Globally
Act Locally. PT Gramedia. Jakarta
LAMPIRAN
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui pendekatan scientifik dalam bentuk model pembelajaran discovery, scientific dan
jigsaw, peserta didik diharapkan dapat :
1. Mengidentifikasi fungsi sosial, struktur teks dan unsur kebahasaan dari dua teks
naratif terkait fairy tales dengan benar;
2. Menemukan informasi rinci tersurat dan tersirat dari teks naratif terkait fairy tales
dengan benar; menemukan padanan kata sesuai konteks dengan tepat;
3. Menyusun cerita lengkap berdasarkan kalimat acak yang diberikan dengan urutan
yang benar dengan penuh rasa ingin tahu, disiplin, percaya diri dan kerjasama dalam
kelompok.
D. Materi Pembelajaran
Teks Naratif merupakan teks yang menghibur, baik berupa cerita imajinatif, nyata,
atau gabungan dari keduanya yang menyajikan kejadian problematic yang pada
akhirnya menemukan sebuah resolusi.
Umumnya, teks naratif memiliki susunan atau Generic Structure sebagai berikut: 1)
Orientasi (Orientation): tokoh, seting dan waktu kejadian cerita dimunculkan.
Biasanya menjawab pertanyaan “siapa?” atau “apa?”, “kapan?”, “dimana?”, misalnya
Mr Wolf went out hunting in the forest one dark gloomy night.
2) Komplikasi masalah (Complication or problem): Permasalahan muncul dan
berkembang. Permasalahan biasanya melibatkan tokoh utama (seringnya
mencerminkan permasalahan di kehidupan nyata)
3) Resolusi (Resolution): Setelah muncul komplikasi masalah, dibutuhkan resolusi
atas masalah tersebut. Komplikasi masalah mungkin saja diselesaikan dengan akhir
baik atau malah lebih buruk/ berakhir bahagia atau tidak/ happy ending atau sad
ending. Terkadang ada lebih dari satu komplikasi masalah yang harus diselesaikan.
Yang semacam ini, umumnya membuat pembaca merasa penasaran dan memancing
ketertarikan.
Ada beberapa macam teks naratif. Teks naratif bisa berupa khayalan/ tidak nyata,
nyata, atau kombinasi dari keduanya. Naratif mencakup dongeng, misteri, fiksi ilmiah,
roman, cerita horor, cerita petualangan, fable, mitos dan legenda, naratif historis,
balada, dan kisah nyata.
Fitur bahasa pada teks naratif umumnya berupa: (1) kata benda spesifik sebagai kata
ganti orang atau binatang pada cerita. Contohnya: The King, The queen, dll., (2) kata
penghubung waktu (time connectives) dan konjungsi (conjunction) untuk menyusun
kejadian-kejadian. Contohnya: Then, before, after, soon, dll. (3) Past Tense, (4) jenis
kalimat sederhana, kalimat majemuk, dan kalimat kompleks
1. Fungsi sosial
Bagi kehidupan peserta didik SMP, cerita rakyat biasanya berfungsi untuk menghibur
dan sekaligus menumbuhkan penghargaan terhadap nilai nilai luhur yang dijunjung
tinggi oleh masyarakat di lingkungannya, seperti kepahlawanan, kesetiaan, kepatuhan
dan hormat kepada orang tua, keterbukaan, kebenaran, dan sebagainya.
2. Struktur teks
Struktur teks cerita rakyat mengikuti yang lazim digunakan dalam teks naratif lainnya,
yaitu:
1. memperkenalkan tokoh, tempat, waktu terjadinya cerita (orientasi),
2. memberikan penilaian (evaluasi) tentang situasi dan kondisi terjadinya cerita,
3. memaparkan krisis yang terjadi terhadap tokoh utama (komplikasi),
4. krisis berakhir, dengan baik atau dengan tidak baik bagi tokoh, yang juga
merupakan akhir cerita (resolusi),
5. memberikan alasan atau komentar umum (reorientasi), opsional.
3. Unsur-unsur kebahasaan
(1) Tata bahasa: simple past tense dan past continuous tense.
(2) Kalimat langsung dan tidak langsung.
(3) Kosakata: benda dan tindakan yang terkait dengan kehidupan tokoh cerita.
(4) Adverbia penghubung waktu: first, then, after that, before, at last, finally, dan
sebagainya.
(5) Adverbia dan frasa preposisional penujuk waktu: a long time ago, one day, in the
morning, the next day, immediately dan sebagainya.
(6) Ucapan, tekanan kata, intonasi.
(7) Ejaan dan tanda baca.
E. Metode Pembelajaran
F. Pendekatan : Saintifik
G. Model Pembelajaran : Discovery Learning
H. Metode : Diskusi, Tanya jawab, Penugasan, Presentasi
I. Media Pembelajaran
1. Lembar Kerja Siswa
2. Video Animasi
Alat/Bahan :
1. Laptop
2. LCD Proyektor
3. Whiteboard
4. Kertas Plano
5. Spidol
6. Sticky notes
7. Lem
J. Sumber belajar
1) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Buku Siswa Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Kelas IX. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
2) Kamus Bahasa Inggris – Indonesia
3) Internet/ You-Tube
4) Bahan ajar yang relevan
K. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Ke 1
TAHAP ALOKASI
KEGIATAN PEMBELAJARAN
PEMBELAJARAN WAKTU
A. Kegiatan Pendahuluan
Pendahuluan 1. Melakukan pembukaan dengan salam 10 menit
(persiapan/orientasi)
pembuka dan berdoa untuk memulai
pembelajaran
2. Memeriksa kehadiran peserta didik
Apersepsi 1. Mengaitkan materi /tema/kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan dengan
pengalaman peserta didik dengan materi /
tema / kegiatan sebelumnya
2. Mengingatkan kembali materi prasyarat
dengan bertanya
3. Mengajukan pertanyaan yang ada
keterkaitannya dengan materi yang akan
dipelajari
Motivasi 1. Memberikan gambaran tentang manfaat
mempelajari pelajaran yang akan dipelajari
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran pada
pertemuan yang berlangsung
3. Guru menyampaikan garis besar cakupan
materi dan kegiatan yang akan dilakukan
4. Guru menyampaikan lingkup penilaian, yaitu
sikap, pengetahuan dan keterampilan.
B. Kegiatan Inti
Tahap 1 Pemberian rangsangan 1. Sebutkan beberapa contoh fairy tales atau 60 menit
(Stimulation)
Tahap 2 cerita terkenal, baik novel maupun cerpen.
Pernyataan/Identifikasi masalah
(Problem Statement) 2. Jika melihat gambar berikut, cerita tentang
apakah yang sesuai.
Tahap 3 Pengumpulan data (data
collection)
Pertemuan Ke-2
TAHAP ALOKASI
KEGIATAN PEMBELAJARAN
PEMBELAJARAN WAKTU
A. Kegiatan Pendahuluan
Pendahuluan 1. Melakukan pembukaan dengan salam pembuka 10 menit
(persiapan/orientasi)
dan berdoa untuk memulai pembelajaran
2. Memeriksa kehadiran peserta didik
Dst
2. Kompetensi Pengetahuan
a. Teknik Penilaian : Tes Tertulis
b. Bentuk Instrumen : Pilihan Ganda
Kisi – Kisi
Soal soal Pilihan ganda
KARTU SOAL NOMOR 1
(PILIHAN GANDA)
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Kelas/Semester : IX/Semester 2
membandingkan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan
beberapa teks naratif lisan dan tulis dengan memberi dan meminta
Kompetensi Dasar
informasi terkait fairy tales, pendek dan sederhana, sesuai dengan konteks
penggunaannya
M. Bahan Ajar
Bahan Bacaan
NARRATIVE TEXT
Pengertian Narrative Text
Jika melihat pada kamus bahasa Inggris, secara harfiah naratif bermakna 1. sebuah cerita baik terucap
atau tertulis tentang peristiwa-peristiwa yang berhubungan. 2. bagian yang diceritakan dalam sebuah
karya sastra, berbeda dengan dialog. 3. Praktik atau seni bercerita.
Dalam sumber-sumber lain, disebutkan dua definisi lain: (1) teks naratif adalah cerita imajinatif yang
bertujuan menghibur orang, dan (2) Teks naratif adalah teks yang berisi cerita (fiksi/ non-fiksi/
dongeng/ cerita rakyat/ fable/ mitos/ epic atau epos) dan plot nya mengandung klimaks cerita
(complication) diikuti dengan resolusi.
Jika disimpulkan, maka Teks Naratif merupakan teks yang menghibur, baik berupa cerita imajinatif,
nyata, atau gabungan dari keduanya yang menyajikan kejadian problematic yang pada akhirnya
menemukan sebuah resolusi.
Structure
Pada Teks naratif, teks berfokus pada serangkaian tindakan dengan susunan atau Generic Structure
sebagai berikut:
1) Orientasi (Orientation): tokoh, seting dan waktu kejadian cerita dimunculkan. Biasanya menjawab
pertanyaan “siapa?” atau “apa?”, “kapan?”, “dimana?”, misalnya Mr
Wolf went out hunting in the
forest one dark gloomy night.
2) Komplikasi atau permasalahan (Complication or problem):
Unit Pembelajaran Teks Naratif ( Narrative Text )
ermasalahan muncul dan berkembang. Permasalahan biasanya melibatkan tokoh utama (seringnya
mencerminkan permasalahan di kehidupan nyata)
3) Resolusi (Resolution): Setelah muncul komplikasi masalah, dibutuhkan resolusi atas masalah
tersebut. Komplikasi masalah mungkin saja diselesaikan dengan akhir baik atau malah lebih buruk/
berakhir bahagia atau tidak/ happy ending atau sad ending. Terkadang ada lebih dari satu komplikasi
masalah yang harus diselesaikan. Yang semacam ini, umumnya membuat pembaca merasa penasaran
dan memancing ketertarikan.
Kadangkala susunan (generic structure) narrative text bisa berisi: Orientasi, Komplikasi, resolusi,
reorientasi. Namun, Evaluasi (Evaluation) dan Reorientasi (Reorientation) sifatnya optional; bisa
ditambahkan dan bisa tidak. Evaluasi berisi penilaian terhadap jalannya cerita atau konflik. Sedangkan
Reorientation berisi penyimpulan isi akhir cerita.