(KAJIAN PSIKOLINGUISTIK)
2021
ABSTRAK
Kemampuan berbahasa seorang anak dimulai dari dalam kandungan ibunya. Seorang anak
bukanlah sebuah lembaran kertas putih tanpa coretan apapun seperti teori tabularasa, namun
seorang anak telah dibekali oleh Language Acquisition Devices (LDA) atau “alat” sarana untuk
memperoleh bahasa secara alami. Ketika seorang anak dilahirkan maka dia akan menyerap
bunyi-bunyi bahasa yang ada disekelilinginya, proses tersebut disebut dengan istilah language
acquisition atau pemerolehan bahasa. Pemerolehan bahasa atau akusisi bahasa adalah proses
penyerapan dan penguasaaan bahasa yang terjadi dalam diri seorang anak secara alamiah.
Seorang anak memperoleh bahasa pertama di dalam lingkungan keluarga, yang merupakan
lingkungan utama berkembangnya penguasaan bahasa pertama si anak. Menurut Chear
(2003:167) pemerolehan bahasa berlangsung di dalam diri anak (otak anak) ketika anak
memperoleh bahasa tersebut secara natural dari ibunya atau pribadi yang paling dekat di awal
kehidupan si anak. Lingkungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
tumbuh kembang anak termasuk ibu. Sebagai sosok yang paling terdekat dengan anak, ibu
sangat berperan penting dalam pemberian stimulasi positif dalam kehidupan anak seperti lebih
peka menangkap bahasa ibu. Hal ini sejalan dengan pendapat Silberg (2004: 113) bahwa anak-
anak belajar tata bahasa dengan lebih mudah dengan mendengarkan kalimat-kalimat pendek.
Oleh karena itu, fase golden age harus benar-benar dimanfaatkan oleh orang tua, karena masa
pemerolehan bahasa terbaik anak adalah di tahapan tersebut. Sentuhan, perhatian, bimbingan,
dan kebersamaan anatar ibu dan anak merupakan factor utama dalam pemberian stimulasi.
Menurut Silberg (2004: 111) kemampuan dan kapasitas berbahasa di masa mendatang paling
baik berkembang pada lingkungan yang kaya dengan bahasa percakapan. Berdasarkan latar
belakang di atas maka tujuan penelitian untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan jenis
kelas kata apa saja yang telah diperoleh dan dikuasai si anak, tipe kalimat apa saja yang mampu
diproduksi si anak dalam percakapannya sehari-hari, dan faktor apa saja yang mempengaruhi
pemerolehan bahasa pertama si anak. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian
deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode wawancara dan observasi. Peneliti akan
menggunakan teknik simak libat cakap, dalam teknik simak libat cakap ini peneliti akan
menyimak pola ujaran yang akan diucapkan oleh subjek, selanjutnya peneliti akan terlibat di
dalam tindak tutur tersebut dengan memberikan rangsangan atau dorongan berupa pertanyaan
atau memberikan respon yang dapat mendorong si anak untuk bertutur. Teknik lanjutan yang
akan digunakan peneliti adalah teknik simak bebas libat cakap, dimana peneliti hanya akan
menjadi pengamat dan tidak terlibat langsung dalam peristiswa tutur antara si anak dan
keluarganya atau pengasuhnya.
BAB I
PENDAHULUAN
Kemampuan berbahasa seorang anak dimulai dari dalam kandungan ibunya. Seorang
anak bukanlah sebuah lembaran kertas putih tanpa coretan apapun seperti teori tabularasa,
namun seorang anak telah dibekali oleh Language Acquisition Devices (LDA) atau “alat”
sarana untuk memperoleh bahasa secara alami. Ketika seorang anak dilahirkan maka dia akan
menyerap bunyi-bunyi bahasa yang ada disekelilinginya, proses tersebut disebut dengan istilah
language acquisition atau pemerolehan bahasa. Pemerolehan bahasa atau akusisi bahasa adalah
proses penyerapan dan penguasaaan bahasa yang terjadi dalam diri seorang anak secara
alamiah. Seorang anak memperoleh bahasa pertama di dalam lingkungan keluarga, yang
merupakan lingkungan utama berkembangnya penguasaan bahasa pertama si anak. Menurut
Chear (2003:167) pemerolehan bahasa berlangsung di dalam diri anak (otak anak) ketika anak
memperoleh bahasa tersebut secara natural dari ibunya atau pribadi yang paling dekat di awal
kehidupan si anak. Pemerolehan bahasa berbeda dengan pengajaran bahasa, pemerolehan
bahasa terjadi secara alamiah tanpa setingan, namun pengajaran bahasa terjadi secara sadar
atau melalui proses pembelajaran yang telah diatur terlebih dahulu. Menurut Henry Guntur
Tarigan, (2009: 243), pemerolehan bahasa atau language acquisition adalah proses
mengucapkan kata-kata yang sudah didengar sebelumnya oleh seorang anak dan tersimpan rapi
dalam otaknya kemudian diucapkan dalam suatu proses komunikasi sehari-hari. Pembelajaran
bahasa menurut Laughlin dalam Elizabeth (1993:54) mengemukakan bahwa proses
penguasaaan bahasa kedua ditentukan oleh pendekatan kognitif si anak. Anak yang ingin
menguasai suatu bahasa baru harus belajar dengan aktif dan disiplin. Anak harus dapat
mengekspresikan pikirannya, mengungkapkan ide dan gagasannya, mendemostrasikan
kemampuan berbahasa baik secara individu maupun kolektif, mampu mengkomperasi dan
mengobservasi fenomena kebahasaan yang sedang dipelajarinya dengan aspek bahasa pertama
yang sudah dikuasainya. Di dalam pembelajaran bahasa kedua, seorang guru bahasa memiliki
peran yang sangat penting untuk memotivasi anak selalu fokus dalam pembelajaran bahasa itu
sendiri dan mampun mengekplorasikan berbagai metode, startegi, teknik, media, dan
pendekatan pembelajaran yang menarik sehingga anak mampu menguasai bahasa kedua
dengan tepat.
Dalam teori perkembangan bahasa yang dikemukan oleh Yulianti (2002) terdapat
beberapa periode perkembangan bahasa anak yaitu periode pralingual yaitu tahapan dimana
anak berusia 0 bulan hingga berusia 12 bula atau 1 tahun. Pada tahapan ini si anak akan
memproduksi bunyi-bunyi yang terdengar seperti mendekut (cooing) dan berceloteh
(babbling). Pada tahapan mendekut (cooing) anak akan memproduksi bunyi huruf vocal (a, u,
o) dan huruf konsonan bilabial yang merupakan bunyi konsonan yang dihasilkan karena
persentuhan bibir atas dan bibir bawah (m,b,p). selanjutnya disebut dengan periode lingual,
periode lingual umumnya terjadi pada tahapan usia 1 – 2,5 tahun. Pada periode ini si anak
sudah mampu memproduksi kata-kata dengan empat suku kata bahkan lebih. Tahapan pra
lingual ini terdiri dari tiga bagian yaitu tahap ujaran holofrastik, tahap ujaran telegrafik, dan
tahap ujaran lebih dari dua kata. Pada tahapan ujaran holofrastik, anak sudah dapat
mengucapkan satu kata yang memiliki lebih dari satu maksud, selanjutnya tahap ujaran
telegrafik adalah tahap dimana seorang anak sudah dapat mamproduksi dua kata untuk
menyatakan suatu maksud atau tujuan, sedangkan pada tahap ujaran lebih dari dua kata, anak
sudah mampu mengucapkan lebih dari dua kata untuk menyatakan lebih dari satu maksud dan
tujuan. Periode perkembangan bahasa pada tahap yang terakhir disebut dengan periode
diferensiasi, adalah periode dimana anak telah memasuki usia 2,5 – 5 tahun. Pada periode ini
anak sudah mampu memproduksi kalimat utuh dengan tata bahasa ibu (mother tounge) yang
baik walaupun belum sempurna. Pada periode ini pula seorang anak telah mampu
mengungkapkan persepsinya sendiri, ide, dan saran serta aspek kebahasaannya yang lain.
Walaupun si anak sudah cukup mengalami perkembangan dan kemajuan di bidang morfologi
dan sintaksis (penguasaan kata dan tatabahasa), namun seringkali kali anak masih membuat
kekeliruan di bidang fonologi (pengucapan dan pelafalan).
1.2. Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Jenis kelas kata apa saja yang telah diperoleh dan dikuasai si anak?
2. Tipe kalimat apa saja yang mampu diproduksi si anak dalam percakapannya sehari-
hari?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi pemerolehan bahasa pertama si anak?
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2. 1 Kajian Pustaka
Dibawah ini peneliti memaparkan beberapa penelitian sejenis yang dijadikan rujukan
untuk penelitian ini:
Penelitian Fathonah (2019) tentang Pemerolehan Bahasa Anak Usia 3-4 Tahun Di
Dusun Xii Desa Celawan Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai : Kajian
Psikolinguistik. Pemerolehan Bahasa Anak Usia 3-4 Tahun Di Dusun Xii Desa Celawan
Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai : Kajian Psikolinguistik Hasil dari
penelitian ini menyimpulkan bahwa pemerolehan bahasa melayu pada anak usia 3-4 tahun di
bidang fonologi pelafalan konsonan [s] menjadi konsonan [c], pergeseran konsonan [f] menjadi
konsonan [p], penggilangan konsonan [h] di awal kata pergeseran vokal [o] menjadi vokal [e].
Pada pemerolehan sintaksis anak pada umum sudah mampu mengaplikasikan susunan-susunan
kalimat yang gramatikal. Tetapi ada juga beberapa susunan kalimat yang tidak gramatikal.
Sedangkan di bidang semantik anak mampu menggunakan makna sebenarnya atau makna
denotatif.
Persamaan antara kedua penelitian adalah Penelitian Fathonah (2019) adalah penelitian
di bidang kajian Psikolinguistik tentang Pemerolehan Bahasa Pertama Anak, perbedaanya
dalam penelitian Fathonah adalah mengkaji Pemerolehan Bahasa Anak dalam bidang kajian
fonologi, sedangkan pada penelitian ini mengkaji pemerolehan bahasa anak dalam bidang
kajian morfologi dan sintaksis.
Penelitian ketiga adalah tentang Pemerolehan Bahasa Anak Umur 1-2 Tahun Dengan
Latar Belakang Keluarga Ekonomi Rendah yang dilakukan oleh Tiyas (2019) Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan tahap pemerolehan kosakata/suku kata yang diperoleh dari
anak yang berumur 1-2 tahun dengan latar belakang keluarga ekonomi rendah. Subjek
penelitian ini ialah tuturan-tuturan yang dihasilkan secara alamiah dari seorang anak.
Sedangkan objek pada penelitian ini yaitu seorang anak yang bernama Azhalea Kalika Zahin
berumur 1,7 tahun yang bertempat tinggal di Tanah Seribu Sei Bingai, Binjai. Pemerolehan
data dengan menggunakan metode deskriptif dengan data kualitatif. Teknik dasar yang
digunakan ialah (1) tahap identifikasi dan (2) tahap deskriptif. Hasil penelitian ini (1) Kata
pertama terdapat 20 tuturan yang dihasilkan dari sang anak, yaitu ana, mbok, jacan, eni, tayok,
utak, mbak, atut, emoh, pin, bombom, uka, awah, ndah, atoh, duduk, pipis, atik, ayam, ayi,
sedangkan pada (1)kalimat satu kata hanya terdapat 2 tuturan yaitu ta eni, dan ayah anan.
Persamaan antara kedua penelitian adalah penelitian Tiyas (2019) adalah penelitian di
bidang kajian psikolinguistik tentang Pemerolehan Bahasa Pertama Anak, perbedaanya dalam
penelitian Fathonah adalah mengkaji Pemerolehan Bahasa Anak dengan latar belakang
keluarga ekonomi rendah sedangkan dalam penelitian terbaru ini mengkaji pemerolehan
bahasa pertama anak dengan latar belakang pola asuh anak dari seorang ibu yang bekerja di
kantor.
BAB III
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian bertempat di Kelurahan Naimata RT/40 RW/ 10. Subjek penelitian
adalah seorang anak berjenis kelamin perempuan yang berusia 3 tahun 8 bulan.
Dalam penelitian ini, peneliti sebagai instrument kunci akan mengamati secara akurat
dan langsung si anak yang menjadi subjek penelitian. Seorang anak yang baru berusia 3 tahun
8 bulan berada dalam masa transisi dari pralinguistik ke tahapan ujaran satu kata dan satu frasa
hingga membentuk satu kalimat.
Peneliti akan menggunakan teknik simak libat cakap, dalam teknik simak libat cakap
ini peneliti akan menyimak pola ujaran yang akan diucapkan oleh subjek, selanjutnya peneiliti
akan terlibat di dalam tindak tutur tersebut dengan memberikan rangsangan atau dorongan
berupa pertanyaan atau memberikan respon yang dapat mendorong si anak untuk bertutur.
Teknik lanjutan yang akan digunakan peneliti adalah teknik simak bebas libat cakap, dimana
peneliti hanya akan menjadi pengamat dan tidak terlibat langsung dalam peristiswa tutur antara
si anak dan keluarganya atau pengasuhnya. Selanjutnya peneliti akan merekam semua
percakapan yang terjadi. Penelitian ini dilakukan dalam 8 minggu (25 Oktober hingga 25
Desember2021).
Pada analisis data peneliti akan menggunakan tiga cara yaitu mereduksi dengan
mentranskripsikan data rekaman ke dalam bentuk tulisan, data dalam bentuk tulisan
selanjutnya akan diidentifikasi dan diklasifikasikan. Setelah data diklasifiksikan maka peneliti
akan memaknai data-data tersebut. Tahapan terakhir adalah penyajian data dalam bentuk
penjelasan serta penarikan kesimpulan.
Adapun instrumen penelitian yang digunakan meliputi: lembar observasi, catatan lapangan,
rencana kegiatan observasi, lembar panduan wawancara, lembar penilaian proses, rekaman
video dan kamera foto. Instrumen penilaian capaian perkembangan bahasa anak disusun
berdasarkan 15 butir indikator perkembangan bahasa dalam Kurikulum PAUD Permen No.59
Tahun 2003. Berikut adalah butir-butir indikator kemampuan bahasa usia TK (3 s.d 6 tahun).
3.9 Jadwal Kegiatan Penelitian
Tabel 2
Bulan
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pemilihan subjek penelitian v
Melakukan investigasi untuk
menemukan dan mengumpulkan
2
data melalui wawancara,
observasi, dan studi dokumen v
Data dianalisis dan ditafsirkan,
pada tahap ini data akan disusun
3
secara sistematis untuk
dianalisis v v
4 Melakukan kesimpulan
v
Chomsky, N.A (1965). Aspects of the Theory of the Syntax. Cambridge, Massaachusetts: The
MIT Press.
Indrawati, Endang Sri (2015). Status Sosial Ekonomi dan Intensitas Komunikasi Keluarga
Pada Ibu Rumah Tangga di Panggung Kidul Semarang Utara. Jurnal Psikologi Undip, Vol.
14, No, 1.
Maret Kurniawan, (2015). Studi Kasus Pemerolehan Bahasa Anak Usia 2 Tahun Hasil
Pernikahan Pasangan Beda Daerah. Jurnal Linguistik Terapan Politeknik Negeri Malang,
Vol. 5, No, 2.
Nelson, K. 1973. “Structure and Strategi in Learning to Talk”. Monography of the Society for
Research in Child Development 38.
Novrinda, Dkk, (2017). Peran Orangtua dalam Pendidikan Anak Usia Dini Ditinjau dari Latar
Belakang Pendidikan, Vol. 2 No. 1 .
Ocktarani, (2016). Performa Pragmatik Anak Usia Tiga Tahun dari Beragam Latar Belakang
Sosial. https://jurnal.unimus.ac.id/index.php.psn120120/article/view/ 1912 Sit,
Masganti. 2017. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Depok : Kencana Tarigan, Henry
Guntur. 1988. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung : Angkas