Anda di halaman 1dari 12

PEMEROLEHAN BAHASA PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DALAM KEHIDUPAN

SEHARI-HARI (STUDI KASUS ANAK-ANAK DI DUSUN PANJATAN DESA


KEDUNGKELOR WARUREJA-TEGAL: KAJIAN PSIKOLINGUISTIK)
1.
Afwan Naufal Fanani, 2.M. Suryadi, 3.Riris Tiani
afwannaufal@yahoo.com, mssuryadi07@gmail.com, tiani.riris@gmail.com
Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro,
Jalan Prof. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang, 50277, Jawa Tengah, Indonesia

INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemerolehan bahasa pada anak usia 2-5 tahun di Dusun
Panjatan Desa Kedungkelor Warureja-Tegal. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi
dengan teknik dasar sadap, teknik simak libat cakap teknik bebas libat cakap, teknik rekam dan catat, dan
teknik wawancara. Sumber data penelitian ini adalah tuturan dari 10 anak berusia 2-5 tahun di Dusun
Panjatan. Penelitian ini bersifat kualitatif, mengolah data secara informal sesuai kajian psikolinguistik.
Berdasarkan hasil analisis data dalam pemerolehan bahasa pada anak-anak di Dusun Panjatan Desa
Kedungkelor ditemukan pemerolehan berupa cara dan bentuk stimulasi serta pemerolehan bahasa dibidang
fonologi. Cara pemerolehan bahasa yang ditemukan antara lain 1.) Meniru, 2.) Mengingat, 3.) Bertanya, 4.)
Bercerita. Bentuk stimulasi yang didapatkan meliputi 1.) Stimulasi dari orang tua, 2.) Stimulasi instruksi
sederhana, 3.) Stimulasi visual, 4.) Stimulasi taktil. Pemerolehan bahasa di bidang fonologi ditemukan
seperti terjadinya 1.) Penggantian konsonnan, 2.) Penghilangan konsonan, 3.) Pemotongan kata.
Kata kunci: Pemerolehan bahasa, psikolinguistik, cara memperoleh, stimulasi, pemerolehan fonologi.

ABSTRACT
This study has purpose to describe of the language acquisition of 2-5 years old children on daily lives in
Panjatan Kedungkelor village. The data collection methods used were observation with basic taping technic,
talk and listening involved technic, not involved proficient free technic, advenced recording and note
technic, and interview technic. The data source of this research is the speech of 10 children aged 2 until 5
years old in Panjatan Village. This research is qualitive methods, and processing data informally according
to psycholinguistics studies.
Based on the results of data analysis of the children’s language acquisition in Panjatan Village,
found acquisition in the phonology in the form of ways and forms of stimulation and acquisition in the
phonology studies. Ways of children’s language acquisition found include: 1.) Imitating, 2.) Remembering,
3.) Asking, 4.) Story telling. The form of stimulations obtained includes: 1.) Stmulation of parents; 2.)
Stimulations of simple instruction; 3.) Stimulations of visual’s, 4.) Stimulation of taxtile. Language
acquisiton in the phonology studies in found some some occurence of: 1.) Change of consonant; 2.) Deletion
of consonant; 3.) Shortening of words.
Keywords: Language acquisition, psycholinguistics, ways acquisition, stimulation, phonology acquisition.

_________________________________________________
1. Mahasiswa Sastra Indonesia, FIB, Universitas Diponegoro
2. Dosen Sastra Indonesia, FIB, Universitas Diponegoro
3. Dosen Sastra Indonesia, FIB, Universitas Diponegoro
PENDAHULUAN Dusun Panjatan merupakan salah satu
Latar Belakang dusun di Desa Kedungkelor Kabupaten Tegal
Pemerolehan bahasa (language acquisition) atau yang mayoritas masyarakatnya menggunakan
akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung bahasa Jawa sehingga logat yang dikeluarkan
di dalam otak kanak-kanak ketika dia merupakan hasil dari komunikasi sehari-hari
dengan keluarga dan teman-temannya yang
memperoleh bahasa pertama atau bahasa ibu
menggunakan bahasa Jawa dialek Tegal, seperti
(B1). Pemerolehan bahasa dibedakan dari kalimat “Njuh mene dolan”, “Pan maring ndi?”
pembelajaran bahasa (language learning). yang berarti “Ayo sini main” dan “Mau ke
Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses- mana?”.
proses yang terjadi pada waktu seseorang kanak- Dusun yang mayoritas penduduknya
kanak mempelajari bahasa kedua (B2) setelah ia sebagai petani melati ini memiliki keunikan
memperoleh bahasa pertamanya. Jadi, dalam berbahasa dan berbudaya. Seperti budaya
pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa dalam menghasilkan kerajinan dari bunga melati
yang pertama, sedangkan pembelajaran bahasa lalu diimpor ke luar daerah untuk dijual seperti
berkenaan dengan bahasa kedua (Chaer, ketika ada acara pernikahan. Selain budaya,
2009:167). bahasa yang digunakan masyarakat Dusun
Usia dini merupakan waktu yang tepat Panjatan adalah bahasa Jawa ngapak yang
dikenal banyak orang sebagai bahasa medok atau
bagi anak untuk bisa membentuk pola pikir dan
ngapak kasar. Baik orang tua, anak-anakpun
karakter yang berasal dari bahasa yang
sudah terpengaruh menggunakan dialek ngapak
didapatnya. Melalui observasi peneliti melihat karena faktor orang tua dan lingkungan. Dalam
kondisi anak-anak di Dusun Panjatan pengamatan peneliti si anak masih belum bisa
menggunakan bahasa yang diajarkan oleh orang mengucapkan secara fasih dan masih terdapat
tua terutama ibu. Lingkungan rumah merupakan kesulitan untuk berbicara cepat, seperti kalimat di
faktor utama yang membuat anak-anak atas diucapkan “Juh, nene dolan”, dan “Pan
memperolah bahasanya, terutama bagaimana aling ndi?”.
cara keluarga mengajarkan berbahasa kepada si Melalui pengamatan yang peneliti
anak, sehingga si anak meniru bahasa yang sudah lakukan, anak-anak di Dusun Panjatan yang
diterimanya. Kondisi yang didapat peneliti dalam berusia mulai 1 tahun sudah mampu
hal pemerolehan bahasa anak di Dusun Panjatan mengeluarkan bunyi atau dengan mengoceh.
ternyata anak juga kerap berbahasa dengan cara Rata-rata penggunanaan bahasa yang
diucapkannya adalah bahasa Jawa yang sejak
meniru ucapan dari televisi yang ditontonnya.
kecil diajarkan oleh ibu mereka. Terkadang orang
Keadaan seperti ini juga menjadikan anak
tua juga mengajarkan tidak hanya bahasa Jawa,
mengikuti ucapan-ucapan yang mereka peroleh tetapi juga mengajarkan bahasa Indonesia,
dari televisi dan digunakan untuk bahasa sehari- meskipun penggunaan bahasa Jawa dominan
hari, walaupun tidak semua anak mengikuti atau digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari.
meniru ucapan dari televisi itu. Selain itu, kemampuan anak dalam memperoleh
Hal dikhawatirkan orang tua adalah bahasanya didorong karena stimulasi dari luar,
ketika anak meniru bahasa yang kurang mendidik seperti ketika bermain dengan teman-temannya
dari televisi yang tidak pantas ditonton seperti atau mengenal benda-benda yang bukan dari
acara sinetron, menyebabkan kurangnya sikap dalam rumah. Melalui stimulasi tersebut anak
atau karakter yang baik oleh si anak. Kata yang mulai belajar memperoleh bahasanya sejak dini
pernah peneliti temukan dan pernah diucapkan walaupun pengucapan bahasanya masih belum
oleh salah satu anak di Dusun Panjatan adalah terlihat jelas dan sempurna.
“dasar”, seperti pada contoh kalimat “Bisane Pengamatan awal yang peneliti temukan
kaya kue ora ceta nemen, dasar cah cilik! yang terdapat data dari lingkup keluarga yang berusia
berarti “Kenapa seperti itu tidak jelas sekali, 2;6 tahun masih sulit dalam pengucapan
dasar anak kecil!”. konsonan. Peneliti menemukan kata yang
diucapkan si anak seperti konsonan /r/, misalnya
pengucapan rambut dan bubur menjadi /lambut/ anggota populasi yang dilakukan secara acak
dan /bubul/. Selain itu fonem /r/ di tengah kalimat tanpa memerhatikan strata yang ada dalam
juga terlihat berganti dengan fonem lain, seperti populasi itu (Sugiyono, 2006:57).
ketika anak mengucapkan kata biru menjadi
/biyu/. Metode Penelitian
Melalui hasil pengamatan yang peneliti Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan
lakukan mengenai pemerolehan bahasa anak usia strategis (Sugiyono, 2005:3) yaitu 1.) Tahap
2-5 tahun di Dusun Panjatan masih banyak anak penyediaan data; 2.) Tahap Analisis data; 3.)
yang belum sepenuhnya menguasai konsonan Tahap penyajian hasil analisis data.
yang diajarkan oleh si orang tua terutama pada
Pada tahap penyediaan data peneliti
konsonan /r/. Meskipun pemerolehan bahasanya
dalam berkomunikasi anak-anak masih dalam menggunakan metode observasi, yaitu dengan
tahap memahami apa yang diajarkan dari ibu dan mengamati subjek penelitian secara langsung
orang tua di sekitarnya, tetapi masih sulit untuk melihat kegiatan yang dilakukan. Lebih
mencerna secara keseluruhan arti dan percobaan jelasnya peneliti menggunakan teknik
untuk menjawab secara fasih kata yang akan pengumpulan data dengan teknik dasar atau
diungkapkan oleh si anak tersebut. Oleh karena teknik sadap, teknik simak libat cakap, teknik
itu penulis ingin meneliti lebih lanjut mengenai bebas libat cakap, teknik bebas tidak libat cakap,
pemerolehan bahasa anak usia 2-5 di Dusun teknik lajutan rekam dan catat, dan teknik
Panjatan Desa Kedungkelor Warureja-Tegal. wawancara.
Pada tahap analisis data peneliti
Rumusan Malasah melakukan tiga tahap, yaitu (1) tahap transkripsi
Berdasarkan latar belakang di atas, ditemukan data yaitu mentranskrip data yang didapat melaui
rumusan masalah, bagaimanakah pemerolehaan
tuturan anak melaui metode teknik catat dan
bahasa pada anak usia 2-5 tahun di Dusun
Panjatan Desa Kedungkelor? bentuk rekaman audio. Hasil rekaman
ditranskripkan melalui bentuk tulisan; (2) tahap
Tujuan identifikasi yaitu peneliti mengidentifikasi data
Untuk mendeskripsikan pemerolehan bahasa yang dihasilkan sesuai isi percakapan mengenai
pada anak usia 2-5 tahun di Dusun Panjatan Desa cara memperoleh bahasa, stimulasi dalam
Kedungkelor. memperoleh bahasa, dan pemerolehan di bidang
fonologi; (3) tahap analisis data, yaitu peneliti
Pemilihan Sampel menganalisis berdasarkan hasil identifikasi
Menurut Stewart dan Shamdani (dalam Moleong, menggunakan teori.
2017:229) menjelaskan bahwa dalam suatu Pada tahap peyajian hasil analisis data,
penelitian disarankan sampel yang diambil cukup peneliti menggunakan penyajian hasil secara
memadai dan dapat disusun bahwa kelompok
informal, yaitu menguraikan data secara rinci
harus terdiri atas anggota-anggota dari suatu
melalui kata-kata mengenai pemerolehan bahasa
populasi yang lebih besar. Peserta dipilih
sebanyak 20% dari orang-orang yang ada. pada anak yang meliputi: cara anak memperoleh
Populasi pada penelitian ini adalah anak-anak bahasa, bentuk stimulasi dalam pemerolehan
berusia 2-5 tahun di Dusun Panjatan yang jumlah bahasa anak, dan pemerolehan bahasa anak di
keseluruhannya 51 anak. bidang fonologi.
Merujuk pada teori Stewart dan
Shamdani (dalam Moleong, 2017:229) peneliti LANDASAN TEORI
mengambil sampel sebesar 20% dari jumlah Psikolinguistik
seluruh populasi anak-anak di Dusun Panjatan Psikolinguistik terbentuk dari kata
dari usia 2-5 tahun, dan terhitung sebanyak 10 psikologi dan linguistik, yaitu dua bidang yang
anak yang dijadikan sampel penelitian. Ke-10 berbeda, yang masing-masing berdiri sendiri,
anak tersebut dipilih menggunakan teknik simple serta dengan prosedur dan metode yang berbeda.
random sampling, yaitu teknik pengambilan
Namun keduanya sama-sama meneliti bahasa kaidah yang melandasi prinsip pembentukan pola
sebagai objek formalnya, hanya saja objek ujaran (Chomsky, dalam Harras dan Andika,
materialnya berbeda, linguistik mengkaji struktur 2009:36). Seseorang memperoleh pengetahuan
bahasa, sedangkan psikologi mengkaji perilaku bahasa pada dasarnya ia menginternalisasikan
berbahasa atau proses bahasa. (Chaer, 2009: 5). siste kaidah yang berhubungan dengan bunyi dan
Psikolinguistik mencoba menguraikan prses- makna secara khusus. Kaidah yang dimilikinya
proses psikologi yang berlangsung jika seseorang itulah yang memungkinkan seseorang mampu
mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya memproduksi sejumlah tuturan baru yang tidak
pada waktu berkomunikasi, dan bagaimana dapat diramalkan sebelumnya dan bukan tuturan
kemampuan berbahasa itu diperoleh oleh lama yang diulang-ulang.
manusia. Maka, teori tujuan utama
psikolinguistik adalah mencari suatu teori bahasa Cara Anak dalam Memperoleh Bahasa
yang secara linguistik bisa diterima dan secara 1. Meniru
psikologi dapat menerangkan hakikat bahasa dan Anak-anak dalam proses pemerolehan
pemerolehannya (Chaer, 2009: 6). bahasa dapat dianjurkan untuk memegang
Pemerolehan bahasa pada anak dimulai pedoman tiru lah apa yang dikatakan orang lain
dari usia 0;0-5;0 tahun. Pada rentang usia (Santoso dan Muslich, 2016:32). Perkataan anak
tersebut, pemerolehan bahasa yang berupa ujaran tidaklah selalu merupakan pengulangan searah
anak perlu mendapat perhatian, khususnya orang persis seperti apa yang didengarnya. Tuturan
tua dan anak juga harus sering diajak untuk anak cenderung mengalami perubahan.
berdialog agar memudahkan anak dalam Perubahan itu dapat berupa penambahan,
pemerolehan ataupun penguasaan bahasa, pengurangan, maupun penggantian kata atau
khususnya pemerolehan sintaksis. Tingkat pengurutan susunan kata. Hal tersebut dapat
pemerolehan sintaksis pada anak merupakan terjadi karena penguasaan kaidah bahasa,
suatu rangkaian kesatuan yang dimulai dari perkembangan otak, serta alat ucap, sehingga
ucapan satu kata, menuju kalimat sederhana anak akan mengucapkan tuturan yang
dengan gabungan kata yang lebih rumit yakni dikuasainya.
sintaksis. Dengan kata lain, pemerolehan
sintaksis pada anak selalu melalui hal kecil 2. Mengingat
terlebih dahulu dan berlanjut ke hal yang lebih Tahap awal ketika anak memperoleh
besar, artinya anak akan menguasai kata, frase, bahasa, anak mulai membangun ingatan
dan kemudian beranjak pada kalimat (Tarigan, kombinasi bunyi-bunyi yang merujuk dan
1988:5). menyertai pada sesuatu yang dialami. Ingatan
tersebut akan semakin kuat, terutama jika
Pemerolehan Bahasa pada Anak penyebutan mengenai bentuk nomina atau kata
Pemerolehan bahasa adalah proses penguasaan benda atau pun peristiwa tertentu terjadi
bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural berulang-ulang. Dengan cara ini anak akan
pada waktu dia belajar bahasa ibunya (native mengingat kata-kata tentang sesuatu sekaligus
language). Istilah pemerolehan bahasa ini berulang-uang pula cara mengucapkannya
berbeda dengan pembelajaran yang merupakan (Devianty, 2016).
padanan kata dari bahasa Inggris learning.
Pembelajaran merupakan proses yang dilakukan 3. Bertanya
dalam tataran formal, yaitu belajar di kelas diajar Kemampuan bertanya dapat diartikan
oleh sorang guru. Sehingga proses anak dalam sebagai kemampuan menggunakan kata-kata
menguasai bahas ibunya adalah pemerolehan, yang termasuk komponen intelegensi. Cara
sedangkan proses dari orang yang belajar di kelas bertanya ini anak sudah mulai memperoleh
adalah pembelajaran (Dardjowidjojo, 2003: bahasanya melalui struktur kalimat yang lebih
225). rumit. Umumnya anak usia dini mulai
Anak yang memperoleh bahasa tidak memperoleh kalimat tanya seperti apa, siapa,
hanya sekadar belajar sejumlah akumulasi dan kapan. Menurut Rofi’udin dan Zuchdi
tuturan acak, tetapi mempelajari seperangkat (dalam Zubaidah, 2004:113) cara bertanya pada
anak merupakan salah satu bentuk dalam instruksi, “Habiskan makanannya, ya!”
memperoleh bahasa yang dapat memupuk Tanggapan anak bisa bermacam-macam. Anak
keberanian untuk berbicara. Anak dapat langsung mengambil mainan tersebut, ada
mengemukakan pikirannya melalui bertanya pula yang hanya diam setelah melihat mainan
kepada orang tua, sudara, atau orang di dekatnya tersebut, juga terdapat pula anak yang menolak
untuk mencari tahu informasi yang baru. permintaan orang tuanya, ada anak yang mau
menghabiskan makanannya dan ada juga yang
4. Bercerita menyisakan makanannya (Mulyaningtyas, 2019).
Dalam bercerita harus dilakukan dengan
cara yang menarik, baik dengan atau tanpa 3. Stimulasi Visual
bantuan alat peraga, seperti gambar, papan Stimulasi visual dalam pemerolehan bahasa anak
planel, buku cerita, dan lain sebagainya. Cerita terbagi tiga macam, yaitu (1) visual berupa
yang disampaikan juga harus mengandung pesan, gambar atau foto; (2) visual berupa benda nyata;
nasihat, dan informasi yang dapat ditangkap dan (3) visual berupa miniatur benda berwujud
diolah anak, sehingga anak dapat dengan mudah mainan (Mulyaningtyas, 2019). Dari tiga macam
memahami isi cerita atau dongeng serta bentuk visual di atas, anak-anak dapat mengenal
meneladani hal baik yang terkandung di nama-nama benda atau gambar apa yang
dalamnya. Selain bercerita mengenai kisah dilihatnya melalui bantuan orang tua. Anak akan
ataupun dongeng, anak juga dapat bercerita berusaha mengingat dan memahami cara
mengenai pengalaman yang pernah dialaminya. melafalkan nama-nama benda atau gambar
Anak berusaha mencerna dan mengekspresikan tersebut.
kalimat yang dikuasainya dari pengalaman yang
terjadi. Melalui cara bercerita ini anak 4. Stimulasi Taktil
memperoleh penguasaan berbahasanya, serta Stimulasi ini merupakan stimulasi yang
dapat mengulang bahasa yang didengar melalui berhubungan dengan indera peraba atau kulit,
bahasa yang sederhana (Mallan, dalam Zubaidah, yaitu dapat dilakukan melalui sentuhan atau
2004:86). tekanan. Dalam KBBI taktil memiliki arti hal-hal
yang berkaitan dengan sentuhan atau rabaan.
Stimulasi ini diberikan orang tua atau orang
Stimulasi dalam Pemerolehan Bahasa Anak dewasa lain di sekitarnya untuk mengenalkan
1. Stimulasi dari Orang Tua berbagai tekstur kepada anak-anak. Misal tekstur
Orang tua memiliki peran penting dalam benda kasar, halus, tumpul, runcing, keras, lunak,
memberikan stimulasi kepada anak usia dini. kenyal, dan sebagainya, serta merasakan hangat
Perkembangan bahasa anak berlangsung secara atau dingin. Selain itu, dapat diberikan juga
alamiah, tetapi proses tersebut tergantung pada berupa membelai rambut anak, menyisir rambut
orang dewasa atau orang tua. Anak yang diberi anak, dan menyelimuti anak saat tidur
stimulasi semasa kecil akan berkembang lebih (Mulyaningtyas, 2019).
cepat dibandingkan anak yang kurang diberikan
stimulus. Hubungan orang tua dan anak akan Pemerolehan Bahasa di Bidang Fonologi
menentukan sebagian besar kemempuan Konsoan dan vokal yang diucapkan anak secara
belajarnya di kemudian hari (Mulyaningtyas, bertahap berubah dan mulai muncul seperti kata
2019). dadi, dida, tita, dita, mama, mami, dan
sebagainya. Konsonan pada akhir kata sampai
2. Stimulasi dari Instruksi Sederhana usia 2;0 banyak yang tidak diucapkan sehingga
Stimulasi berupa instruksi sederhana ini bisa kata mobil diucapkan /bi/. Sampai sekitar usia 3;0
dilakukan pada saat kebersamaan orang tua dan anak belum dapat mengucapkan kelompok
anak. Misal orang tua memberi instruksi pada konsonan sehingga kata Eyang Putri akan
anak untuk mengambilkan mainan, “Ambilkan disapanya dengan eyang /ti/ (Dardjowodjojo,
mainan itu!” sambil menunjuk arah yang 2003 :245).
dimaksud, anak akan langsung melihat ke arah Dardjowidjojo (2000:91-94) dalam
mainan yang dimaksud. Selain itu seperti penelitian pemerolehan fonologi cucunya, Echa,
mengatakan pada usia dua tahun Echa telah PEMBAHASAN
menguasai semua fonem bahasa Indonesia. Cara Anak Memperoleh Bahasa
Variasi alofonik untuk masing-masing sudah 1. Cara Meniru
mulai terdengar, kecuali untuk vokal [o] yang
sebenarnya ujud dari diftong [au] seperti pada Konteks : Hanifah sedang bersama adiknya
kata kerbau dan pisau. Kedua kata tersebut di teras rumah. Saat itu adiknya
merupakan gugus vokal yang masih sulit memakan permen susu lolipop dan
diucapkan Echa, sehingga dia menyebutnya Hanifah pun menegurnya seperti
dengan kata [ebo] dan [pitso]. Begitu pula dalam yang diucapkan ibunya beberapa
penguasaan gugus konsonan [mb] dan [nd], menit yang lalu, karena si adik
sering memakan permen dan takut
meskipun masih terbatas pada satu kata, yakni
[mbak] “mbak”dan [ndak] “tidak”, dia sering giginya akan sakit atau berlubang.
memanggil dirinya sendiri [mbak etsa] dan Ibu : “Dede, permene mpun len ya.
menolak sesuatu dengan kata [ndak]. Gigine mangke sakit. Tak jewer
Bunyi-bunyi bahasa yang ada di dunia ngko angger mboten purun.”
bereda-beda, namun hubungan-hubungan “Adik, permennya sudah ya.
tertentu yang ada pada bunyi-bunyi ini sifatnya Giginya nanti sakit. Tak jewer
tetap. Misalnya suatu bahasa memiliki bunyi nanti kalau tidak mau”
hambat velar seperti [g] maka bahasa itu tentu Adik : (Menggeleng tetap makan
memiliki bunyi hambat alveolar seperti [t], dan permen, ibunya pun masuk)
juga hambat bilabial seperti [b]. Jika suatu bahasa Beberapa menit kemudian
memiliki bunyi hambat alveolar [t] dan [d], maka Afwan : “Ngemut permen apa si, Han?”
bahasa itu juga pasti memiliki bunyi hambat “Mengemut permen apa si,
bilabial [b] dan [p], tetapi belum tentu bahasa itu Han?”
memiliki bunyi velar [g] dan [k]. Begitu pula Hanifah : “Milkita, ya? (Menoleh ke
apabila suatu bahasa memiliki konsonan frikatif adiknya), mene uwun”
[v] dan [s], maka bahasa itu pasti memiliki “ (Permen) milkita ya? Sini
konsonan hambat seperti [t] dan [b] (Jacobson, minta”
dalam Dardjowodjojo, 2003:238-234). Afwan : “Kue Ana permene nganti netes
Anak-anak sejak masa bayi memperoleh neng klambi lo”
kontras atau oposisi antara hambat bilabial “Itu Ana permennya sampai
dengan hambat dental atau hambat alveolar lebih menetes di baju lo”
dahulu daripada kontras-kontras di antara bilabial Hanifah : “De, mpun permene. Gigine
dan velar atau di antara kedua velar. Konsonan mangke sakit. Tak jewer engko
hambat akan dahulu diperoleh daripada frikatif keh ya angger emo”
dan afrikat, yang terakhir diperoleh adalah bunyi- “Dik, sudah permennya.
bunyi likuida seperti [l] dan [r]; dan bunyi glide Giginya nanti sakit. Tak jewer
[y] dan [w]. nanti ya kalau tidak mau”
Selain itu, Jacobson (dalam Chaer, Pada data di atas ditemukan cara
2009:188) menyatakan bahwa pemerolehan pemerolehan bahasa pada anak dengan cara
bunyi konsonan dimulai dari bunyi bibir meniru. Hal tersebut dibuktikan pada tuturan
(bilabial), sedangkan pemerolehan bunyi vokal anak menirukan ucapan ibunya ketika menegur
dimulai dengan satu konsonan bilabial, biasanya adiknya yang memakan permen yaitu dengan
[p], dan vokal lebar, biasanya [a] membentuk satu mengucapkan “De, mpun permene. Gigine
model silabel yang universal yaitu KV mangke sakit. Tak jewer engko keh ya angger
(Konsonan + Vokal). Berdasarkan pola inilah
emo” (Dik, sudah (makan) permennya.
nanti akan muncul satuan-satuan bermakna
Giginya nanti sakit. Tak jewer nanti ya kalau
dalam ucapan anak-anak yang biasa terjadi dalam
bentuk reduplikasi, misalnya (pa+pa). tidak mau). Pada kalimat yang diucapkan si
anak, sebelumnya telah diucapkan oleh ibunya
yang menegur adiknya yang sedang memakan
permen. Si ibu takut apabila si adik terus menerus menjawabnya di dapur,
memakan permen. data di atas cara anak meniru padahal ibu sedang pergi
perkataan orang tuanya boleh dilakukan, karena beli lauk.
memiliki unsur nasihat di dalamnya. Melalui cara Syila : “Mas Apan, ibu nen
meniru tersebut, anak memperoleh bahasanya di?”
dan mampu mengekspresikan melalui gaya ‘Mas Afwan, Ibu di
maupun intonasi suara yang dikuasainya. mana?’
Afwan : “Ibu neng pawon”
Syila : “Wa ono”
2. Cara Mengingat ‘Tidak ada’ (sambil
Konteks : Ibu Aziz dan baru saja pulang dari menunjuk ke arah dapur)
beli sayuran dari warung dan Afwan : “Ngumpet berarti”
menemui Aziz di depan rumah ‘Sembunyi berarti’
bersama Afwan. Syila : “Upet nen di?”
Ibu : Ziz, kie arane apa, Ndung? ‘Sembunyi di mana?’
“Ziz ini namanya (sayur) apa Afwan : “Neng kamar”
Nak?” ‘Di kamar’
Aziz : Sayur Pada data ini ditemukan cara
“Sayur” pemerolehan bahasa pada anak dengan cara
Ibu : Sayur apa namane? bertanya. Hal tersebut dibuktikan pada tuturan
“Sayur apa namanya?” anak ketika melontarkan kata tanya ‘nen di’ dan
Aziz : Sayur sing neng mi ayaman ‘di’ pada kalimat “Mas Apan, Ibu nen di?’
“Sayur yang ada di mi ayam” (Neng ndi?)” yang berarti ‘Mas Afwan, Ibu di
Ibu : La iya arane apa ko? mana?’ dan “Upet nen di? (Ngumpet neng
“La iya namanya apa kok?” ndi?)” yang berarti ‘Sembunyi di mana? Dalam
Aziz : Mmm. (mencoba mengingat) KBBI, kata tanya ‘di mana’ merupakan kata
Ibu : Sing didol om bakul untuk menanyakan tempat, lokasi, atau
“Yang dijual Om bakul” keberadaan.
Aziz : Sawi, eh cesim Konteks di atas merupakan bentuk kata
“Sawi, eh cesim” tanya ‘di mana’ yang membutuhkan jawaban
Pada data ditemukan cara pemerolehan keberadaan. Tuturan yang diucapkan anak
bahasa pada anak dengan cara mengingat. Hal membutuhkan jawaban lawan tuturnya yang
tersebut dibuktikan pada tuturan anak yang akan harus dijawab tentang ‘keberadaan’ yaitu “Ibu
menjawab pertanyaan dari mitra tutur mengenai neng pawon” (Ibu di dapur) dan “Neng kamar”
film kartun kesukaannya. Ketika ditanya “Ziz, kie (Di kamar). Cara pemerolehan bahasa pada anak
arane (sayur) apa, Ndung?” anak pun merespon tersebut merupakan pemerolehan dengan cara
dengan jawaban “sayur”. Akan tetapi yang bertanya yang membutuhkan lawan tutur untuk
menjawab pertanyaan yang disampaikan penutur.
dimaksud adalah apa nama sayur tersebut. Si ibu
Sehingga penutur mengetahui keterangan dari
bertanya lagi sebagai penegasan apa nama sayur
lawan tutur untuk mengetahui letak atau dari apa
tersebut. Si anak pun mengingat-ingat apa nama yang ditanyakan.
sayur tersebut. Padahal sebelumnya, dia
sebenarnya tahu nama sayur yang dimaksud. 4. Cara Bercerita
Dengan cara mengingat ini anak mencoba untuk Konteks : Siang hari setelah Ayun bermain,
memperoleh kosakatanya. ia menemui ibunya di ruang tamu.
Ia bercerita tentang bermainnya tadi
3. Cara Bertanya bersama temannya yang bernama
Konteks : Syila menanyakan Ana.
keberadaan ibu kepada Ayun : “Ma, Mau Mba Ana dong dolan
Afwan. Afwan dawa dompet pink, Ma”
“Ma, tadi Mbak Ana sewatu Syila : Aaaaaa! (menggeleng)
bermain bawa dompet Ibu : Y owes ra tak tumbaske es aice
(berwarna) pink, Ma” Ya sudah, nanti tidak dibelikan es
Ibu : Oo, nggowo dompet? aice
“Oo, bawa dompet? Syila : Aaaa, mbas es aice
Ayun : Dompete ana uwite, Ma. Slibu “Aaaa, beli es aice”
“Dompetnya ada uangnya, Ma. Ibu : Ibu tak wisuh sek
Seribu” (sambil menunjukkan “Ibu cuci tangan dulu”
jarinya angka 3) Dalam data ini ditemukan stimulasi
Ibu : “Slibu?” (meniru suara Ayun) pemerolehan bahasa pada anak yaitu stimulasi
Ayun : Jalene go tumbas pitek, Ma. pemerolehan bahasa dengan berbicara dengan
Walna abang orang tua. Hal tersebut dibuktikan pada tuturan
“Katanya untuk beli kutek, Ma. anak yang sedang berbicara kepada ibunya. Si ibu
Warna merah” berkata kepada anaknya untuk bersama bapak
Ibu : O. Nggo tumbas pitek? “Adik kalih bapak nggih” (Adik sama bapak
“O. Buat beli kutek?” ya), tetapi si anak tidak mau dengan menjawab
Ayun : (Mengangguk) Pitek neng Mak “Emoh” (Tidak mau). Di sini terjadi percakapan
Iyah, pan tumbas dua panjang oleh kedua penutur. Apabila si anak
“(Mengangguk) Kutek di Mak menjawab “iya” atau mematuhi perintah ibu,
Iyah, mau beli dua” maka percakapan akan berhenti. Tetapi karena
Pada data ini ditemukan cara anak menolak permintaan ibu akhirnya terjadi
pemerolehan bahasa pada anak dengan cara percakapan panjang, dan berlanjut dengan
bercerita. Hal tersebut dibuktikan pada tuturan permintaan anak.
anak ketika berkomunikasi dengan ibunya. Si Melalui percakapan anak dengan ibu
tersebut, ditemukan bahwa stimulasi
anak bercerita kepada ibunya dengan
pemerolehan bahasa sedang terjadi. Stimulasi
memberitahu sesuatu, yaitu temannya yang
pemerolehan bahasa dari orang tua sangat penting
bernama Ana membawa dompet berwarna pink dalam proses perkebangan bahasa anak. Secara
berisi uang seribuan. Kemudian si anak lanjut tidak langsung ibu atau orang tua membantu anak
menceritakan kembali dari informasi yang dia untuk berkomunikasi dalam memperoleh bahasa.
peroleh bersama kawannya tadi, bahwa uang di
dompet temannya itu akan dipakai untuk
membeli kutek. Melalui cara bercerita ini, anak 2. Stimulasi dari Instruksi Sederhana
berusaha untuk mencerna kata-kata setelah Konteks : Ibu (P1) menyuruh Beril (P2)
memperoleh pengalaman ketika bermain bersama yang sedang menonton film kartun
temannya. untuk mengambilkan sisir di atas
meja. Beril pun menuruti ibunya.
Tapi sisir tidak ada di atas meja.
Percakapan pun terjadi di antara
Stimulasi Pemerolehan Bahasa Anak mereka.
1. Stimulasi Bahasa dari Orang Tua Ibu : Yin, tulung Mama pendetna
Konteks : Syila (P1) merengek ingin jungkat
bersama ibu (P2) sedangkan tangan “Yin, tolong Mama ambilkan
ibu masih kotor setelah memasak. sisir”
Syila tetap merengek. Beril : (Pergi mencari sisir dan
Ibu : Adik kalih bapak nggih berteriak)
Adik sama bapak, ya “A’a Ma!”
Syila : Emoh, Ibu “Tidak ada, Ma!”
Tidak mau, (sama) Ibu Ibu Neng nduwur meja kue
Ibu : Tangane Ibu iseh kotor ki “Di atas meja itu”
Tangan Iu masih kotor nih
Beril : A’a! Ibu : “Buah Ceri. Niki nopo?”
“Tidak ada” ‘Buah ceri. Niki nopo ?’
Ibu Lah, ko langka? Ikhya : “Pisang”
“La kok tidak ada?” Ibu : “Niki”
Beril : “Embu, Ma” ‘Ini?’
“Tidak tahu, Ma” Ikhya : “Rambutan”
Ibu : “Ngisor meja le nok, ana Ibu : “Niki?”
mboten” ‘Ini?’
“Bawah meja coba, ada tidak?” Ikhya : “Jambu”
Beril : Mama bae cing oyet ah! Ibu : “Salah”
“Mama saja yang cari, ah!” Ikhya : “Bimbing”
Pada di atas ditemukan stimulasi ‘Belimbing’
pemerolehan bahasa melalui instruksi sederhana. Ibu : “Pinter”
Pada tuturan di atas, ibu (P1) memberikan Data di atas ditemukan bentuk tuturan
instruksi ‘tolong’ kepada anaknya, Beril (P2) pemerolehan bahasa pada anak melalui stimulasi
untuk mengambilkan sisir dengan mengatakan media visual berupa poster gambar dua dimensi.
“Yin, tulung Mama pendetna serit (sisir)”. P2 Hal tersebut dibuktikan pada tuturan anak yang
langsung mematuhi perintah P1 untuk
sedang mengeja nama-nama buah bersama
mengambilkan sisir. Tetapi sisir tersebut tidak
dengan ibunya. Ibu bertanya dan membantu anak
ada. Instruksi atau perintah tersebut sudah
ditanggapi oleh Beril berupa tindakan saat mengeja nama buah, seperti pada tuturan
mengambilkan. Meskipun hasil yang diinginkan “Niki buah nopo ya De namine?”, si anak
oleh P1 tidak ditemukan, P2 tetap mencari dan menjawab dengan benar mengeja buah nanas.
mengatakan “A’a” yang berarti tidak ada. Ketika ibu menunjuk buah yang dimaksud yaitu
Stimulasi pemerolehan bahasa ini berupa ‘belimbing’ si anak menjawab ‘jambu’.
respon pematuhan perintah dengan gerakan dan Meskipun salah, sang ibu pun membenarkan.
juga respon penolakan. Respon penolakan Dari belajar melalui media visual dapat
tersebut terbukti pada tuturan P2 “Mama bae membantu anak dalam memperoleh kosakata
cing oyet ah” (Mama saja yang mencari ah” baru. Selain itu, dapat menumbuhkan anak untuk
yang sebelumnya P1 tetap menyuruh P2 untuk mau belajar, terutama dalam hal belajar
mengambilkan sisir di atas meja tetapi tidak ada. membaca. Orang tua dapat memandu anak
Tanggapan anak pada tuturan di atas menjadi dua
dengan menyebutkan nama-nama dari masing-
yaitu pematuhan dan penolakan. Pada instruksi
yang direspon pematuhan, si anak berusaha untuk masing objek yang dilihat anak.
melakukan apa yang diminta pesuruh, sedangkan
instruksi yang direspon penolakan terjadi karena 4. Stimulasi Taktil
anak tidak mau melakukan karena tidak tahu. Konteks Afwan akan melakukan penelitian
ke rumah Ayun (P1). Ia baru mau
3. Stimulasi Visual mandi menggunakan air hangat.
Konteks : Ikhya dan Ibu sedang belajar Ternyata air panas yang
nama-nama buah pada poster ditambahkan ibu (P2) terlalu
bergambar. Ibu mencoba bertanya banyak, sehingga Ayun merasa
nama buah yang ditunjuknya kepanasan, dan meminta untuk
kepada Ikhya melalui poster ditambah air dingin.
gambar miliknya itu. Ibu : “Njoh papung wes ditunggu
Ibu : “Niki buah nopo ya De, Mas Afwan”
namine” (menunjuk gambar ‘Ayo mandi, sudah ditunggu Mas
nanas) Afwan’
‘Ini buah apa ya Dik, Ayun : “Copot Ma, kambine”
namanya?’ ‘Copot Ma, bajunya’
Ikhya : “Nanas”
Ibu : (sambil menuang air hangat “Ayo nyanyi balonku”
untuk mandi) Pada di atas pada saat anak mengucapkan
“Banyune anget keh” kata <nyanyine> fonem konsonan /ñ/ atau /ny/
‘Airnya hangat nih’ masih sulit diucapkan sehingga diganti dengan
Ayun : (mencelupkan tangan ke fonem konsonan /n/ difalalkan menjadi [na-ni-
ember) ne]. Fonem konsonan /ñ/ disebut nasal dorsovelar
“Aa! Panas Ma!” dengan cara pengucapan langit-langit lunak
Ibu : “O iya panas” berserta anak tekaknya diturunkan, bersama
‘O iya (masih) panas’ dengan itu tengah lidah ditekankan rapat pada
Ayun : “Tambahi banyu adem” langit-langit keras. Namun pada data di atas anak
‘Tambahin air dingin’ masih kesulitan untuk mengucapkan bunyi nasal-
Data di atas ditemukan adanya dorsovelar /ñ/ dibanding nasal /n/ untuk
pemerolehan bahasa anak melalui stimulasi taktil. memperoleh bahasanya, sehingga pengucapan
Stimulasi taktil merupakan stimulasi yang fonem /ñ/ atau /ny/ berubah menjadi /n/.
berhubugan dengan indera peraba atau kulit yang
dilakukan melalui sentuhan atau rabaan. Pada 2. Penghilangan konsonan
data di atas dibuktikan melalui tuturan Ayun Konteks Afwan akan melakukan penelitian
“Aa! Panas Ma!”. Tuturan yang diucapkan ke rumah Ayun (P1). Ia baru mau
Ayun terjadi secara spontan atau refleks. Hal mandi menggunakan air hangat.
tersebut dapat menjadi stimulasi bahasa bagi anak Ternyata air panas yang
karena melalui pengalaman atau kejadian ditambahkan ibu (P2) terlalu
langsung dengan menyentuh benda yang ada di banyak, sehingga Ayun merasa
sekitarnya sambil menyebutkan kosakata yang kepanasan, dan meminta untuk
tepat untuk menunjukkan kondisi tersebut. ditambah air dingin.
Ibu : “Njoh papung wes ditunggu Mas
Afwan”
Pemerolehan Bahasa di Bidang Fonologi
‘Ayo mandi, sudah ditunggu Mas
1. Penggantian konsonan Afwan’
Konteks : Ibu (P1) menegur Syila (P2) yang Ayun : “Copot Ma, kambine”
bermain hp, lalu Ibu menyuruh agar ‘Copot Ma, bajunya’
berhenti bermain hp dengan Ibu : (sambil menuang air hangat
bernyanyi lagu “balonku”. untuk mandi)
Ibu : “Dik, hapene ibu pundi yo?” “Banyune anget keh”
‘Dik, hape ibu di mana ya?’ ‘Airnya hangat nih’
Syila : “Iki” Ayun : (mencelupkan tangan ke ember)
‘Ini’ “Aa! Panas Ma!”
Ibu : “Hayo dolanan hape terus” Ibu : “O iya panas”
‘Hayo mainan hape terus’ Data (54) di atas ditemukan pemerolehan
Syila : (Menjauhkan jarak hape dari fonologi bentuk penghilangan fonem konsonan.
wajahnya) Hal tersebut dibuktikan pada tuturan anak (P1)
Ibu : “Ojo dolanan terus, kene belajar “Copot Ma, kambine”. Kata yang seharusnya
nyanyi” <klambine> anak melafalkan dengan [kam-bi-
Jangan bermain (hp) terus, sini ne]. Pada kata <klambine> suku kata pertama
belajar nyanyi terdapat cluster atau gugus konsonan yaitu fonem
Syila : “Nanine endi Bu, nanine” /k/ dan /l/ dengan posisi berurutan. Saat
‘Nyanyinya mana Bu, nyanyinya’ melafalkan kata tersebut, fonem /l/ tidak dibaca.
(nyanyi yang dimaksud adalah Anak masih mengalami kesulitan pada suku kata
lagu yang ada di dalam hp) yang memiliki gugus konsonan.
Ibu : (Menyetel lagu “balonku” di Pada data di atas fonem /l/ merupakan
dalam hp) apikoalveolar yang dihasilkan melalui paduan
lidah dan langit-langit keras. Posisi fonem /l/ ini anak mulai berkembang dan bisa menyerap
disisipkan setelah fonem /k/ yang merupakan berbagai macam rangsangan yang ada di
dorsovelar atau suara dari tenggorokan. Bagi sekitarnya. Di Dusun Panjatan pemerolehan
anak mengucapkan suku kata <klam> dari kata bahasa pada anak banyak dilalui dengan berbagai
[klam-bin-ne] masih sukar diucapkan, karena cara seperti meniru, bertanya, mengingat, dan
lidah anak belum mampu menyatukan komponen bercerita.
fonem /k/ dan /l/, sehingga hanya fonem /k/ yang Di usia emasnya anak-anak di Dusun
jelas diucapakan. Panjatan juga mendapatkan pelbagai stimulasi
untuk menambah kosakata dalam pemerolehan
3. Pemotongan kata bahasa. Dalam penelitian ini stimulasi yang
Konteks : Syila (P1) merengek ingin banyak ditemukan adalah stimulasi dari orang tua
bersama ibu (P2) sedangkan dan saudara. Hal tersebut disebabkan lingkungan
tangan ibu masih kotor setelah keluarga adalah lingkungan utama anak-anak
memasak. Syila tetap merengek. menghabiskan waktunya untuk beraktivitas dan
Ibu : Adik kalih bapak nggih berkomunikasi. Saat memperoleh bahasa
Adik sama bapak, ya tentunya anak-anak mengalami tahap
Syila : Emoh, Ibu kemampuan untuk berkomunikasi. Pemerolehan
Tidak mau, (sama) Ibu fonologi anak-anak di Dusun Panjatan banyak
Ibu : Tangane Ibu iseh kotor ki yang masih belum fasih mengucapkan fonem,
Tangan Iu masih kotor nih terutama pada fonem konsonan.
Syila : Aaaaaa! (menggeleng)
Ibu : Yo wes ra tak tumbaske es aice
Ya sudah, nanti tidak dibelikan DAFTAR REFERENSI
es aice Chaer, Abdul. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia.
Syila : Aaaa, mbas es aice Jakarta: Rineka Cipta.
“Aaaa, beli es aice”
Ibu : Ibu tak wisuh sek _______. 2009. Psikolinguistik Kajian Teoretik.
“Ibu cuci tangan dulu” Jakarta: Rineka Cipta.
Pada data di atas pemerolehan fonologi
oleh anak (P1) yang muncul adalah terjadinya Dardjowidjojo, Soenjono. 2000. Echa Kisah
pemotongan kata <tumbas> yang dilafalkan Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia.
menjadi [mbas]. Hal ini disebabkan anak lebih Jakarta: Grasindo.
mudah mengucapkan bentuk kata yang terbentuk
atas bunyi fonem bilabial /m/ dan /b/ dan _______. 2003. Psikolinguistik Pengantar
mengandung satu fonem vokal saja yaitu fonem Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta:
/a/, daripada disambung dengan awalan yang Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
memiki bunyi konsonan apikoalveolar /t/ pada
kata [tum-bas]. Sehingga pengucapan anak lebih Devianty, Rina. 2016. “Membangun Bahasa
mudah untuk mengucapkan silabel terakhir Anak Usia Dini Melalui Siasat
menjadi [mbas].
Pemerolehan Bahasa”. Medan: UIN
Sumatera Utara. Diakses dari
SIMPULAN
http://repository.uinsu.ac.id/6423/1/PRO
Pemerolehan bahasa merupakan proses
SIDING%20PGRA%20MEMBANGU
penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak
secara natural pada waktu belajar bahasa ibunya N%20BAHASA%20AUD%20MELAL
(native language). Ketika anak dilahirkan sampai UI%20SIASAT%20PEMEROLEHAN
dengan anak mulai bisa berbicara adalah tahapan %20BAHASA-ok.pdf pada hari Rabu 8
paling penting dalam masa pemerolehan bahasa. Januari 2020, pukul 07.13 WIB.
Tahapan tersebut biasa dikenal dengan fase
golden age atau usia emas. Pada tahap ini otak
Harras, Kholid. A. dan Dutha Bachari Andika.
2009. Dasar-Dasar Psikolinguistik.
Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia Press.

Moleong, Lexy J. 2017. Metodologi Pnelitian


Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Mulyaningtyas, Rahmawati. 2019. “Stimulasi


dalam Memaksimalkan Kemampuan
Berbahasa pada Anak”. Jurnal
Perempuan dan Anak Vol. 3 No. 1.
Tulungagung: IAIN Tulungagung.
Diakses dari
https://www.researchgate.net/publicatio
n/3344627697_STIMULASI_DALAM_
MEMAKSIMALKAN_KEMAMPUAN
_ANAK_USIA_DINI pdf. pada hari
Senin 6 Januari 2020, pukul 11.16 WIB.

Santoso, Anang dan Masnur Muslich. 2016.


Teori Belajar Bahasa. Tangerang:
Universitas Terbuka.

Sugiyanto. 2006. Statistika untuk Penelitian.


Bandung: CV Alfabeta.

Zubaidah, Enny. 2004. Pengembangan Bahasa


Anak Usia Dini. Yogyakarta: FIP
Universitas Negeri Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai