Anda di halaman 1dari 3

Nama : Mellissa Julyane

NIM : 17610028

Matkul : Perubahan dan Pengembangan Organisasi

Dosen : Dwi yulis Susanto S.Psi.,MM.

Jawaban

1. Menurut Lewin proses perubahan organisasi melalui tiga tahapan, yaitu ;


a. Unfreezing
Fase yang pertama ini dibentuk dengan teori perilaku manusia dan perilaku perusahaan,
yang terbagi dalam tiga subproses yang mempunyai relevansi terhadap kesiapan perubahan
yaitu perlunya kondisi perubahan karena adanya kesenjangan yang besar antara tujuan dan
kenyataan. Proses perubahan ini dipimpin oleh orang yang memiliki jabatan yang tinggi,
misalnya adalah manajer . Manajer perlu memahami pentingnya perubahan tersebut
terlebih dahulu, kemudian barulah melakukan edukasi ke para anggota lainnya mengenai
perubahan tersebut. Umumnya, fase ini melibatkan tiga aktivitas berikut:
(1) Menelaah dan memahami status quo atau keadaan perusahaan saat ini untuk melihat
jarak yang ada antara keadaan yang diharapkan dengan keadaan saat ini.
(2) Meningkatkan dan menekankan faktor-faktor yang menguatkan untuk melakukan
perubahan.
(3) Mengurangi faktor-faktor yang bersifat resisten terhadap perubahan tersebut.
b. Movement
Menganalisa kesenjangan antara desire status dengan status quo, dan mencermati
program-program perubahan yang sesuai untuk dilakukan agar dapat memberi solusi yang
optimal untuk mengurangi resistensi terhadap perubahan. Sebagaimana peran berubah,
suatu kondisi inefisiensi terjadi, manakala tujuan perubahan terabaikan. Penerapan gaya
kepemimpinan yang baik adalah penting dan dengan mencermati strategi-strategi
perubahan yang sesuai untuk dilakukan agar dapat memberi solusi yang optimal untuk
mengurangi resistensi terhadap perubahan. Tujuan akhir dari fase ini adalah agar setiap
orang tetap dalam kondisi siap berubah.
c. Refreezing
Merupakan fase dimana perubahan yang terjadi distabilisasi dengan membantu orang-orang
yang terkena dampak perubahan, mengintegrasikan perilaku dan sikap yang telah berubah
ke dalam cara yang normal untuk melakukan sesuatu. Hal ini dilakukan dengan memberi
mereka kesempatan untuk menunjukkan perilaku dan sikap baru. Sikap dan perilaku yang
sudah mapan kembali tersebut perlu dibekukan, sehingga menjadi norma-norma baru yang
diakui kebenarannya, atau dengan kata lain membawa kembali perusahaan kepada
keseimbangan baru. Fase ini adalah fase dimana keadaan yang diharapkan sudah dapat
tercapai sehingga perubahan tersebut harus diperkuat dan dipermanenkan. Untuk
memperkuat perubahan tersebut dapat dilakukan dengan cara menetapkan aturan dan
kebijakan baru, menciptakan budaya-budaya baru, dan menerapkan sistem penghargaan
terhadap perubahan tersebut. Dengan melakukan hal-hal tersebut, maka perubahan
tersebut mencapai titik stabil.

2. A. Bersifat pengembangan
Tipe perubahan ini adalah yang paling sederhana diantara tipe perubahan- perubahan yang lain.
Tujuan utama dari perubahan ini adalah untuk melakukan perbaikan, baik dari sisi keterampilan,
metode, kinerja, maupun kondisi. Fokus dari perubahan ini adalah untuk memperkuat atau
memperbaiki hal yang sudah terjadi dalam organisasi untuk meningkatkan kinerja guna
mencapai target yang lebih tinggi. Perubahan ini umumnya terjadi karena perubahan kecil di
dalam lingkungan kompetisi atau dapat juga disebabkan tuntutan organisasi untuk dapat
meningkatkan kinerja operasional, oleh karenanya pada perubahan tipe ini hanya akan
menimbulkan penolakan yang kecil pula jika dibandingkan dengan 2 tipe perubahan yang lain.
B. Transitional Change
Perubahan ini umumnya terjadi karena ada tuntutan perubahan yang signifikan dari lingkungan
kompetisi. Perubahan ini akan mengubah kondisi yang ada dalam organisasi menjadi sesuatu
yang berbeda. Biasanya suatu organisasi melakukan perubahan ini jika pemimpin organisasi
tersebut menyadari bahwa ada masalah atau tujuan yang tidak tercapai sehingga organisasi
tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan pelanggan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka
organisasi harus meninggalkan keadaan lama melalui proses transisi menuju keadaan baru. Pada
perubahan ini, kebutuhan akan individu (SDM) dapat diprediksi atau dikelola. Perbedaaan
transitional change dengan transformational change adalah pada faktor manusia dan budaya.
Pada transformational change, kedua faktor di atas sangat dominan dan merupakan faktor
kunci.
C. Transformational Change
Perubahan ini adalah yang paling radikal, sehingga membutuhkan pergeseran budaya, pola pikir,
dan perilaku dari organisasi agar perubahan ini berhasil diimplementasikan dan bertahan lama.
Perubahan ini akan dilakukan jika kondisi organisasi sangat genting sehingga harus dilakukan
perubahan secara menyeluruh untuk menyelamatkan kondisi organisasi dalam kompetisi.

3. Menurut saya mengapa organisasi gagal dalam melakukan program perubahan yaitu karena
karena gagal membangun visi di masa depan yang sebenarnya dapat membantu mengarahkan
upaya perubahan. Orang-orang ingin mengetahui, apa yang akan berbeda setelah perubahan ini
dilakukan, serta apa saja nilai-nilai lama yang akan dipertahankan, dan strategi apa yang
digunakan untuk mencapai visi tersebut. Selanjutnya yaitu kurangnya komunikasi menyangkut
perubahan termasuk, misalnya, memberi informasi pada karyawan terlalu bertahap, yang
beresiko tumbuh-kembangnya gosip negatif. Terlalu memfokuskan upaya perubahan secara
sempit pada satu aspek organisasi dan mengabaikan ‘keterkaitannya’ pada kehidupan
organisasi. Misalnya, investasi pada pelatihan manajemen untuk merubah gaya manajerial
namun lalai menyesuaikan sistem imbalan untuk mendukung perubahan yang diperlukan dalam
perilaku manajerial.
4. Resistensi dalam organisasi merupakan penolakan yang muncul pada individu terhadap adanya
perubahan dalam suatu organisasi. Munculnya resistensi terjadi disebabkan adanya persepsi
dari individu, ketidak jelasan nasib atau tidak dijaminnya nasib individu tersebut berkaitan
dengan kesejahteraan dan karir, hingga masalah kompetensi seluruh individu apakah mampu
dijamin akan dapat sejalan dengan organisasi yang baru.

5. Beberapa hal yang menjadi pemicu dari perubahan dalam organisasi maupun perusahaan

a. Karena ingin meningkatkan kemampuan organisasi


b. Ingin meningkatkan peranan organisasi
c. Ingin melakukan penyesuaian secara internal dan eksternal
d. Ingin meningkatkan daya tahan organisasi dan mengendalikan suasana kerja.

6. Readiness for change adalah keadaan pikiran selama proses perubahan yang mencerminkan
kemauan untuk mengubah satu cara berpikir.
A. Mengubah Smart People
Menghapuskan Pemikiran Salah Pemimpin harus memahami enam cara berpikir yang salah
dalam melakukan perubahan, yaitu sebagai berikut :
(1) Hanya Orang Lain yang Perlu Berubah
(2) Untuk Menjadi Efektif, Perubahan Harus Dipaksakan
(3) Perubahan Adalah Suatu Tujuan, Bukan Suatu Proses
(4) Waktu Terbaik Untuk Melakukan Perubahan Adalah Pada Saat Terjadi Krisis
(5) Perubahan Merupakan Cara Untuk Menutupi Kinerja Buruk
(6) Uang Merupakan Motivator Paling Efektif Untuk Melakukan Perubahan

7. Dalam perubahan organisasi, anggota yang dibawahi seorang leader pun juga berpengaruh
besar bagi suatu organisasi tersebut karena Ketika seorang leader atau pemimpin menjadi
atasan mereka, para anggota ini juga perlu adanya evaluasi untuk keseluruhan bukan hanya
dalam anggota yang dibawahinya namun juga leader tersebut, apakah seorang leader ini telah
melakukan suatu perubahan dengan benar atau tidak.
Maka bisa dikatakan leader is not everything karena anggota yang dibawahinya pun juga lebih
penting suara – suara anggota bertujuan untuk evaluasi kepemimpinan serta masukan –
masukan yang mendukung seorang leader untuk melakukan perubahan oranisasi.

Anda mungkin juga menyukai