Anda di halaman 1dari 4

TUGAS TUTORIAL 2

Mata Kuliah : Perkembangan Peserta Didik


Kode Mata Kuliah : MKDK 4002
Nama Mahasiswa : Karina Sri Damyati
NIM/Kelas : 857135009/PGSD BI A
Semester : II (Dua)

Jelaskan dengan jelas dan padat pertanyaan di bawah ini !


1. Tuliskan dan jelaskan lima komponen penyusun bahasa!
2. Tuliskan dan jelaskan tiga teori perkembangan bahasa!
3. Jelaskan tiga perkembangan bahasa!
4. Jelaskan dua kategori emosi dalam tahap perkembangan emosi
5. Tuliskan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keterikatan menurut Erickson! !
~ Selamat Bekerja ~
Jawaban
1. Komponen penyusun Bahasa
a. Fonologi
Fonologi adalah cabang dari lingustik atau ilmu bahasa yang mengkaji bunyi
ujaran dalam bahasa tertentu. Adapun pembahasan yang dijelaskan dalam fonologi
adalah mengkaji bunyi-bunyi bahasa sebagai satuan terkecil dari ujaran beserta
dengan gabungan antar bunyi yang membentuk silabel atau suku kata( Chaer
2009:5)dalam fonologi terdapat dua pandangan dalam mempelajari bunyi yaitu
fonetik dan fonemik.
Fonetik adalah cabang fonologi yang membahas bunyi ujar tanpa
memperhatikan fungsi bunyi tersebut, contohnya kata “bebek (rujak yang ditumbuk).
Sementara itu, fonemik adalah cabang fonologi yang membahas bunyi dengan
memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna, contohnya
penggunaan bunyi “s” pada kata “sari” dan bunyi “d” pada kata “dari” . perbedaan 1
bunyi akan membedakan arti.
b. Morfologi
Morfologi adalah cabang dari lingustik atau ilmu bahasa yang mengkaji
pembentukan kata atau morfem-morfem dalam suatu bahasa. Cabang ilmu ini tidak
hanya membahas bagaimana kata itu terbentuk, tetepi membahas seluk-beluk bentuk
kata dan fungsi perubahan-perubahan bentuk kata.
Morfologi adalah ilmu yang membahas pembentukan kata. Dalam
pembentukan kata, terdapat unsur terkecil yang disebut dengan morfem. Dalam
bahasa Indonesia, morfem dapat ditemukan pada kata yang menggunakan imbuhan,
seperti membaca maka morfem dalam kata tersebut adalah :meN” pada kata
mempelajari, maka morfem imbuhannya adalah awalan”meN” dan akhiran “I”.
c. Semantic
Semantik adalah cabang dari lingustik atau ilmu bahasa yang mengkaji makna
yang terkandung dalam bahasa, kode, atau, jenis lain dari representasi. Semantik akan
memiliki hubungan yang erat kaitannya dengan sintax dan pragmatik.
d. Sintax
Sintax adalah dlam pembentukan kalimat agar mampu dimengerti dengan
benar. Sebagai contoh, ani berkata kepada ibunya. “Aku sedang buah dan sayur
makan”. Kalimat tersebut tidak dituliskan/diucapkan dengan tata kata yang baik
sehingga makna yang akan disampaikan tidak ditangkap oleh orang lain, maka dari
itu, sintax berfungsi dalam menata kata hingga membentuk kalimat yang utuh.
e. Pragmatik
Pragmatik adalah cabang dari lingustik atau bahasa yang mengkaji penggunaan
bahasa yang dikaitkan denagn konteks pemakaiannya.

2. Tiga Teori Perkembangan bahasa


a. Teori Empiris
Teori empiris atau yang biasa dikenal dengan teori belajar menunjukan bahwa
ketiak bayi dilahirkan, mereka dikelilingin bahaa. Kita berbicara dengannya setiap
waktu walaupun kita tahu kalu mereka tidak dapat mengerti dan merespon apa yang
kita sedang bicarakan
b. Teori Nativisme
Teori nativisme adalah manusia terlahir dengan perangkat akuisisi bahasa atau
language acquisition device (LAD).
c. Teori Interaksi
Teori interaksi teori ini menjelaskan interaksi antara perkembangan bahasa,
perkembangan kognitif, dan kemapuan berfikir secara umum.

3. Tiga Perkembangan Bahasa


a. Periode Pralingustik
Tahap perkembangan bahasa sudah terjadi sejak bayi. Walaupun mereka belum
dapat berbicara atau mengatakan apa yang mereka mau, mereka mengirimkan pesan
dengan berbagai cara, seperti ekspresi wajah dan suara (menangis, berteriak, tertawa
dan sebagainya)
b. Periode Holophrase
Tahap ini dikenal dengan one-word period atau tahap satu kata. Pada tahap inin
anak belum mulai mengombinasikan kata-kata, tetapi mereka sedang belajar untuk
menangkap makna yang lebih sulit dari pada tahap sebelumnya. Contohnya pada
tahap pralingustik, anak akan mengangis jika ia haus. Namun , pada tahp ini , anak
akan mulai membentuk makna dari satu kata, seperti susu. Maka kemungkinan anak
ingin minum susu walaupun ia tidak mengatakan dengan kalimat yang lengkap “aku
mau susu”
c. Periode Telegrafis
Jika pada tahap holografis, anak mencoba menyampaikan pesan melalui satu
kata, pada tahap telegrafis, anak memcoba membentuk makna dengan
mengombinasikan dua kata. Contohnya, anak mengatakan “ mam nasi” yang
sebenarnya anak itu ingin sampaikan adalah ia sedang makan nasi atau ia ingin
makan nasi. Namun, kemampuannya masih terbatas sehingga ia hanya mengatakan
dua kata.

4. Dua kategori dalam tahap perkembangan emosi


a. Basic Emotions
Basic emotions adalah sekumpulan emosi yang mencul saat bayi terlahir atau
tahun pertama tumbuh kembangnya. Beberapa ahli teori percaya bahwa hal tersebut
telah di program secara biologis. Saat dilahirkan, bayi menunjukan kepuasan, jijik,
kesusahan,dan ketertarikan. Pada akhir usia dua bulan, bayi mulai tersenyum saat
bertemu dengan orang yang sering berinteraksi dengannya. Kemudian pada uisa 2-7
bulan mulai muncul matrah , takut gembira, sedih dan terkejut.
b. Complex Emotions
Complex emotions adalah tahap sadar diri atau dapat mengevaluasi diri yang
muncul pada tahun ke 1 ke atas dan sebagian bergantung pada perkembangan
kognitif, kemampuan diri, self-conscious dan self-evaluation, serta stimulus
lingkungan sekitar. Pada tahap ini, emosi yang dapat diungkapkan sangatlah beragam.

5. Factor yang dapat memengaruhi keterikatan menurut Erikson


a. Perpisahan yang tiba tiba antara anak dan sosok yang lekat dengannya
Perpisahan secara mendadak dapat menyebabkan trauma pada diri anak.
Perpisahan mendadak yang dimaksud itu seperti kematian orang tua, perceraianorang
tua, dan lain lain.
b. Penyiksaan emosional atau penyiksaan diri
Memberikan hukman yang lebih bersifat menyiksa emosional maupun fisik
dapat membuat anak tak ingin terikat dengan figur yang menyiksanya sehingga dapat
menyebabkan terjadinya keterikatan yang rapuh dan tidak aman.
c. Pengasuh yang tidak stabil
Ketika anak sering berganti pengasuh akan menyebabkan sulit untuk
melakukan keterikatan
d. Sering berpindah domisili
Sering berpindah tempat tinggal dapat menyebabkan anak kesulitan untuk
menyesuaikan diri, itu semua dapat memengaruhinya untuk memiliki figur yang
dekat dengannya.
e. Pola asuh yang tidak konsisten
Ketika pola asuh yang diterapkan kepada anak tidak konsisten, anak akan
kebingungan untuk mempercayai figur yang dekat dengan nya. Hal ini dapat
memengaruhi pola keterikatan yang terbentuk.
f. Figur lekat yang mengalami masalah psikologis
Orang tua yang mengalami masalah emosional atau psikologis dapat
menciptakan masalah baru dalam berkomunikasi. Bahkan terkadang anak menjadi
sasaran masalah psikologis.

Anda mungkin juga menyukai