BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL
PENELITIAN
beberapa kajian pustaka yang relevan dengan penelitian ini. Dalam melakukan
kajian pustaka, fokus utama dilihat pada pemerolehan informasi yang berupa teori
yang digunakan dalam penelitian, data, metodologi, hasil temuan dan kelebihan
serta kekurangan yang ada berdasarkan konsep dan pendekatan yang dilakukan
sehingga relevansinya lebih bisa ditunjukkan dalam penelitian ini. Kajian pustaka
yang diuraikan dalam bagian ini terdiri atas tiga bagian, yakni: (1) buku teks yang
memberikan kontribusi kerangka pikir dalam penelitian ini; (2) karya penelitian
sebelumnya yang sejenis dari sisi aplikasi metodologis yang relevan dengan arah
dan model kerangka teoretis yang mendukung penelitian ini; dan (3) Objek
Media. Kajian dalam karya ini menjadi referensi di mana analisis wacana
terkonsep secara metodologis dan teoretis, utamanya terhadap analisis teks media.
Dalam buku ini, Eriyanto menyatakan bahwa ideologi melekat dalam setiap
produksi sosial, sistem budaya dan produksi media yang dapat menampilkan
pesan dan realitas hasil konstruksi tampak seperti nyata, natural dan benar.
20
Berkaitan dengan hal ini, wacana menempatkan sesuatu yang diasumsikan sebagai
Perbedaan antara paradigma pluralis dan paradigma kritis dalam kajian teks media
Tabel 2.1
FAKTA
Fakta diatur dalam kaidah tertentu dan Fakta merupakan pertarungan dari berbagai
Fakta haruslah diungkapkan dalam berita Fakta yang terungkap dalam berita hanya
POSISI MEDIA
Media adalah sarana yang bebas dan Media menjadi instrumen oleh
POSISI WARTAWAN
ideologi tertentu
kuasa kontrol
tertentu
HASIL LIPUTAN
keseimbangan informasi
dari pemberitaan
tertentu
sebuah teks media dikomunikasikan dan diinformasikan melalui teks tulis untuk
dapat ditelaah dari sisi analisis wacana kritis. Kelemahan dari karya ini adalah
belum mengkaji penggunaan aspek lingual yang terekonstruksi dalam teks yang
merupakan piranti kunci dalam analisis wacana kritis sehingga penelitian lanjutan
untuk aspek-aspek tersebut layak untuk dilakukan. Hasil karya ini masih sangat
relevan bagi penelitian tentang ideologi dalam wacana pariwisata karena karya ini
tertentu yang sering diungkap secara terselubung lewat teks tulis di media cetak
Karya Azis, dkk. (2002) berjudul Analisis Wacana dari Linguistik sampai
sebagai pelopor Analisis Wacana Kritis (AWK). Buku yang terdiri atas 7 bab ini
struktural; dan 7) pendekatan feminis terhadap wacana. Kajian dalam buku ini
sangat relevan dalam penelitian ini, sebab pendekatan linguistik kritis merupakan
konsepsi teoretis dan metodologis yang sering digunakan dalam kajian wacana
“the linguistic study of literary text means, not just study of language, but study of
sosial budaya di mana pertarungan ideologi terjadi. Lebih lanjut, Azis (2002:5-6)
menyatakan bahwa telaah kebahasaan tidak hanya bertumpu pada entitas bahasa
sebagai struktur formal, tetapi juga bahasa sebagai sistem sosial. Pada konteks ini,
bahasa sebagai teks merupakan kreatifitas penuturnya yang dapat membentuk dan
teoretis atas keefektifan kajian linguistik kritis terhadap penggunaan bahasa ranah
sosial-media dapat diketahui. Hasil karya Azis, dkk. ini dapat dijadikan acuan
pemikiran dalam penelitian ini. Sebab, seperti yang terungkap dalam buku ini,
untuk memahami suatu teks berita dan artikel opini di media cetak diperlukan
Untuk itu, karya ini akan sangat relevan dalam penelitian ini karena dapat
dijadikan rujukan awal dalam membedah ideologi dalam wacana pariwisata yang
tertuang dalam teks berita dan artikel opini di media cetak nasional.
adalah karya Thompson (2003) yang berjudul “Analisis Ideologi: Kritik Wacana
kerangka kerja dan analisis ideologi), (5) teori strukturisasi (6) tindakan, ideologi
dan teks (reformulasi teori interprestasi Ricouer), (7) narasi sosialisme nasional
(sebuah analisis terhadap karya Jean Pierre Faye), (8) ideologi dan analisis
wacana (sebuah perkenalan kritis dengan karya Michel Pecheux), (9) pragmatik
universal (tawaran Habermas tentang analisis bahasa dan kebenaran), dan (10)
sosial.
antara media dan politik. Hamad mengawali kajian analisis dengan sebuah
kerangka teori tentang media massa dan konstruksi realitas politik ke analisis
wacana berita politik dengan pendekatan dan metodologi analisis wacana kritis.
25
propaganda yang terintegrasi dalam teks berita, media massa dapat memberikan
intens dalam wacana politik. Karya ini menunjukkan keunggulannya dari sisi
dalam karya ini ditunjukkan bahwa media massa memerlukan medium bahasa
sebagai instrumen inti untuk mewacanakan suatu realitas maupun irrealitas. Lebih
Sehubungan dengan ini pula, karya ini menjadi relevan terhadap penelitian
dengan topik ideologi dalam wacana pariwisata karena dapat menjadi inspirasi
dalam melakukan kajian media dengan pisau bedah linguistik. Sisi lemah dari
karya ini adalah kurangnya fokus kajian pada strategi wacana yang digunakan
oleh partai politik di media massa. Melalui pendekatan AWK, dapat ditemukan
konstruksi makna yang dibangun. Temuan ini memberikan sintesa bahwa media
secara terperinci tentang: (1) kajian awal ideologi, (2) akar-akar kritik ideologi
dari Kant, Hegel, Feurbach dan Marx, (3) ideologi sebagai kesadaran palsu, (4)
mazhab Frankfurt dan Habermas), (6) ideologi dalam pandangan kajian bahasa
kata-kata yang termuat dalam bahasa), (7) pascaideologi: Foucault, Lyotard dan
wacana), dan (8) strategi penyebaran ideologi. Hasil karya Takwin tentang akar-
dalam sebuah wacana. Karya ini relevan bagi penelitian tentang upaya
mengungkap suatu ideologi dalam wacana pariwisata, sebab hasil karya dalam
buku ini secara gamblang menguraikan bahwa ideologi bekerja dalam setiap
yang berupa ujaran dan ungkapan lisan dari karyawan yang bekerja di sembilan
adalah metode simak dan cakap. Penelitian ini merupakan kajian bidang
sosiolinguistik dan dari hasil analisi data yang berkaitan dengan penggunaan
variasi bahasa ditemukan bahwa ada tiga bentuk variasi penggunaan bahasa, yakni
(1) variasi penggunaan bahasa Indonesia, (2) variasi penggunaan bahasa Bali, dan
(3) variasi penggunaan bahasa Inggris. Keunggulan dalam penelitian ini adalah
bahwa dalam tindak tutur karyawan hotel menggunakan bahasa Indonesia ragam
formal dan tak formal, ragam bahasa Inggris formal dan tak formal, dan ragam
Budiarsa menggunakan data teks lisan dan tidak memaparkan lebih rinci tentang
bahasa tulis ranah pariwisata dengan metode analisis wacana kritis layak untuk
dilanjutkan.
28
Study Of A Hong Kong Travel Brochure. Kajian kritis ini menjelaskan fitur-fitur
perjalanan wisata di Hongkong yang dikelola oleh Splendid Tours & Travel
tataran makro linguistik dan elemen-elemen visual yang terdapat pada brosur
wacana pariwisata. Hal ini menjadi keunggulan tersendiri dalam penelitian Ling
Ip, sebab karya ini mampu membuktikan secara empiris perihal kekuatan „energi
pariwisata. Dia menemukan bahwa pemilihan kata, unsur stilistik dan tata bahasa
memahami aspek-aspek linguistik, terutama dari unsur stilistik dan pemilihan kata
Ling Ip berbeda dari rancangan penelitian ini dalam hal pendekatan metode yang
digunakan dan objek penelitian. Hal prinsip lainnya yang membedakan penelitian
Ling Ip dengan penelitian ini adalah pendekatan yang digunakan di mana Ling Ip
29
pemasifan dan nominalisasi dalam berbagai teks berita dan artikel opini di media
dan kajian pariwisata acapkali hanya ditautkan dengan bidang humaniora yang
dilihat dari segi dampak sosial, budaya dan ekonomi; 2) Tindakan, kegiatan dan
tetapi, dalam penelitian Ling Ip, bahasa justru dianggap sebagai piranti pembedah
bidang pariwisata yang memberikan proses penyadaran bagi para akademisi dan
linguistik.
sirkulasi kaidah linguistik seperti genre dan gaya bahasa (circulation of linguistic
30
Blommaert (2005) yang juga melihat peran dan fungsi bahasa dalam kajian
pariwisata. Inilah yang menjadi fokus pembeda antara penelitian Thurlow dan
pariwisata adalah juga pertukaran aspek ekonomi dan ideologi. Temuan ini
bahwa:
“all linguistic exchanges are also economic exchanges; however, under the new
economic conditions of globalization, existing language forms and configurations
(e.g. bilingualism) are put to new uses, gain new value, and become objects of
intense crutiny, as well as vehicles and sites of ideological struggle, contestation,
legitimationand authentication of ethnic, national and other subject positions”
(Thurlow dan Jaworski, 2011: 28)”.
sudah ada digunakan dalam situasi yang baru, memperoleh nilai-nilai yang baru
pula dan menjadi objek intensitas serta merupakan perangkat dan ruang
subjektivitas lainnya”
pariwisata bisa dikaji melalui pendekatan linguistik. Maka, karya ini menjadi
sangat relevan karena dapat membantu mengeksplorasi lebih jauh tentang ideologi
yang muncul di bidang pariwisata lewat kajian analisis wacana kritis. Unsur
pembeda utama penelitian Thurlow dan Jaworski dengan penelitian ini adalah
metode analisis yang digunakan di mana Thurlow dan Jaworski fokus pada
pijakan teoretis sosiolinguistik dan penelitian ini beranjak dari analisis wacana
PILPRES 2009 dalam Harian Nasional Kompas. Hasil kajian ini bersifat
metode model van Dijk. Teks berita yang digunakan, sebagai sumber data adalah
teks berita yang terbit pada edisi April 2009 - Juni 2009. Kajian kritis ini
Kajian dalam penelitian ini lebih difokuskan pada kosakata dan bentuk kalimat
yang digunakan dalam mencitrakan figur elite politik yang menjadi kontestan
studi dokumen dengan mengkliping teks, pembuatan kartu data, tabulasi data yang
dan bentuk kalimat dalam teks berita yang dimuat oleh Harian Nasional Kompas
adalah mampu mengungkapkan bahwa dalam setiap teks berita yang dimuat dapat
dan penyusun teks berita mengulas latar peristiwa sedemikian rupa sehingga
yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini belum mengkaji berbagai strategi
wacana yang digunakan oleh media cetak nasional dalam mengungkap adanya
Adnyani menjadi rujukan yang relevan dalam penelitian ini karena memiliki
kesamaan dalam proses kajian teks berita untuk mengungkap ideologi di balik
wacana.
internasional juga dikaji untuk melihat benang merah antara penelitian ini dengan
lain.
Analysis (CDA) dalam upaya melakukan sinkronisasi analisis wacana kritis yang
33
muncul akibat adanya ideologi tertentu. Adapun judul kajian mereka adalah,
Dengan memadukan pendekatan analisis wacana kritis model van Leeuwen, van
Dijk, Hodge dan Kress serta Fairclough, mereka menyimpulkan bahwa analisis
untuk menyebarkan ideologi tertentu, identitas budaya dan menjadi faktor utama
dalam kajian Rahimi dan Riasati adalah penjelasan yang komprehensif terhadap
perbedaan dan adanya benang merah di antara keempat pendekatan CDA di atas
analis wacana kritis akan dapat menemukan ideologi tertentu dalam praksis sosial.
Kajian Rahimi dan Riasati hanya berfokus pada deskripsi Analisis Wacana
Namun, karya ini tetap dapat dijadikan acuan pemikiran dalam penelitian ini
untuk mengelaborasi pendekatan analisis wacana kritis yang lebih tepat dalam
mengkaji berita dan artikel opini tentang wacana pariwisata di media cetak
nasional. Untuk itu, kajian Rahimi dan Riasati memiliki relevansi dalam
34
penelitian ini karena dapat dijadikan referensi dalam membedah ideologi dalam
linguistik pada media cetak internasional dengan pendekatan wacana kritis yang
Leeuwen (2008) perihal aktor sosial untuk mengkaji berita dan artikel media
internasional yang memberitakan tentang program nuklir Iran. Sumber data yang
linguistik pada pemberitaan tentang program nuklir Irak pada periode November
dan Desember 2010 adalah sejumlah 50 berita dan artikel yang dimuat di media
Journal, The Associated Pres, The New York Times, The Washington Post,
media cetak dalam memberitakan masalah nuklir Iran dengan melihat konteks
kerja van Leeuwen, yakni penelahaan tentang sosio-semantik aktor sosial dalam
inklusi dalam mengkaji representasi linguistik dalam 50 berita dan artikel termuat
dan inklusi. Dengan menggunakan strategi inklusi blok barat, diwakili Amerika
mengecam pengembangan nuklir Iran demi alasan menjaga hak asasi manusia dan
dapat mengamcam kedamaian dunia dengan bom nuklir. Strategi eksklusi dalam
untuk mencitrakan secara negatif pihak Iran lebih dominan dikutip dari pihak
Iran still driving for a bomb. Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan
country”. Dengan menyebut Iran sebagai rezim islam dan sebagai negara yang
tidak bertanggung jawab, khalayak pembaca secara tidak langsung akan terbawa
terletak pada kesamaan kajian teks media cetak dengan pendekatan paradigma
kritis melalui analisis wacana kritis model van Leeuwen yang juga berangkat dari
dimuat media cetak internasional menggambarkan pola dan mekanisme blok barat
dalam menyudutkan aktor sosial Iran terkait masalah nuklir dan penggambaran
positif blok barat sebagai pencipta perdamaian dunia. Keunggulan lainnya dari
memarginalkan atau menggambarkan aktor sosial secara negatif. Namun, hal yang
dilakukannya kajian lebih lanjut perihal isi berita sebagai pesan utama dalam
penelitian ini akan juga berfokus pada isi berita maupun artikel untuk menemukan
representasi dan dominasi lingual pada teks media cetak untuk selanjutnya
referensi penting dalam penelitian ini karena adanya relevansi dari sisi objek
dimuat di The Jakarta Post melalui kajian analisis wacana kritis model van
CDA Approach). Penelitian ini mengkaji berita tentang penolakan Front Pembela
Islam (FPI) terhadap rencana konser Lady Gaga di Jakarta. Sumber data yang
37
penolakan FPI terhadap rencana konser Lady Gaga di Jakarta adalah tajuk berita
dimuat di the Jakarta Post pada periode Mei – Juni 2012 dengan pertimbangan
utama bahwa tajuk berita merupakan bagian yang paling penting dalam
pemberitaan di media cetak. Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh
dan penggantian dalam tajuk rencana di The Jakarta Post. Kajian ini juga
memaparkan bahwa the Jakarta Post menggunakan strategi eksklusi dengan tiga
sosial yang ada dalam kasus penolakan konser Lady Gaga di Jakarta. Kedua,
untuk melindungi aktor sosial dari ancaman dan kesan negatif. Ketiga, untuk
mengalihkan perhatian pembaca kepada aktor sosial lainnya yang dalam hal ini
adalah Lady Gaga dan para penggemarnya. Penelitian yang dilakukan oleh
Sedangkan, penelitian ini akan mengkaji baik strategi eksklusi maupun inklusi
yang akan menjadi satu kesatuan kajian model van Leeuwen. Penelitian Bustam,
hal relevansi topik dan pendekatan paradigma kritis melalui analisis wacana kritis
model van Leeuwen. Selain itu, kontribusi lainnya adalah adanya kesaman tema
Gubernur Bali, Mangku Pastika, dalam Surat Kabar Bali Post: Analisis Strategi
dan strategi inklusi dalam media Bali Post pada pemberitaan Gubernur Bali,
Mangku Pastika.
metode dokumentasi dengan teknik baca-catat dengan teknik analisis Miles dan
Huberman. Adapun objek penelitian yang dikaji adalah 22 data berupa struktur
September 2011 sampai dengan 21 Juli 2012 dengan model pendekatan analisis
wacana kritis model van Leeuwen. Asumsi awal penelitian ini adalah bahwa
eksklusi dan inklusi yang digunakan oleh media Bali Post dalam memberitakan
Gubernur Bali, Mangku Pastika. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa sosok
yang buruk di mata pembaca. Hal ini dilakukan dengan penggunaan strategi
pada kajian berbagai bentuk strategi eksklusi dan inklusi yang digunakan oleh
media Bali Post dalam memberitakan Gubernur Bali tanpa melakukan analisis
kuantifikasi dari berbagai strategi wacana tersebut sehingga penelitian ini lebih
penelitian yang telah dilakukan oleh Bestari, Artawan, dan Yasa. Hal prinsip
penelitian ini adalah bahwa penelitian Bestari, dkk. berhenti hanya teks berita
tanpa ketelusuran lebih lanjut kepada media Bali Post sebagai pemroduksi wacana
dan kepada audiens sebagai pengkonsumsi teks. Akan tetapi, penelitian Bestari,
Artawan dan Yasa tetap menjadi relevan dalam penelitian tentang representasi dan
dominasi lingual dalam wacana pariwisata karena tiga pertimbangan utama, yakni
dalam mengkaji berita di media cetak; 2) kesamaan media cetak yang dijadikan
objek penelitian, yakni Bali Post; 3) penelitian ini menunjukkan bukti empiris
bahwa strategi eksklusi dan inklusi dapat digunakan sebagai piranti untuk
cetak.
40
Berdasarkan uraian karya hasil penelitian, kajian buku teks, dan aplikasi
teoretis dan metodologis di atas, penelitian ini layak dan mendesak untuk
2.2 Konsep
terhadap fokus penelitian, di bawah ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar
yang menjadi pijakan dalam penelitian ini. Konsep dimaksud adalah konsep
representasi lingual, dominasi lingual, wacana pariwisata dan media cetak yang
Representasi dalam tataran sosial dan media massa mengacu kepada dua
138) menyatakan bahwa representasi lingual merujuk pada deskripsi atau narasi
tentang pariwisata budaya. Dalam penelitian ini, konsep representasi lingual yang
penguasaan oleh pihak yang lebih kuat terhadap pihak yang lebih lemah (bdk.
KBBI, 2013:339). Ini berarti, dominasi juga terwujud dalam bentuk pemaksaan
yang lebih lemah. Ini berarti, apabila usaha penanaman pandangan kepada
menerima pandangan tersebut, saat itu tengah terjadi dominasi dari pihak pemilik
masyarakat atau lembaga atas orang atau kelompok lain untuk melakukan kontrol
Premis ini menyatakan bahwa faktor uang, status dan pengetahuan sangat
faktor ini, akses informasi dan komunikasi yang merupakan ciri utama keberadaan
media massa akan dapat dikuasai. Menurut van Dijk (2008:6), dominasi adalah
suatu bentuk pemaksaan akibat adanya kekuasaan sosial (sosial power) oleh suatu
pendominasi dan yang didominasi akan menjadi salah satu faktor utama yang
termasuk kajian analisis wacana kritis. Sehubungan dengan hal ini, wujud lingual
yang tergambar dari penggunaan kata, struktur dan bentuk kalimat tertentu tidak
dipandang semata sebagai persoalan teknis tata bahasa atau linguistik, tetapi
ekspresi dari adanya dominasi, yakni suatu upaya untuk membentuk pendapat
lain. Dengan demikian, media cetak melalui saluran informasi dan kuasa
melalui berbagai dominasi lingual yang terwujud dalam penggunaan struktur dan
dimaksud dengan dominasi lingual dalam penelitian ini adalah berbagai leksikon,
frasa, klausa, dan struktur paragraph yang termuat dalam media cetak nasional
yang menampilkan adanya dominasi oleh pihak tertentu kepada pihak lain,
Bali. Meski, dalam kenyataan di lapangan hal ini masih perlu dipertanyakan.
Bentuk kalimat ini efektif untuk mendominasi kognisi dan praksis sosial
masyarakat Bali.
merepresentasikan suatu praktik sosial yang ditinjau dari sudut pandang tertentu.
adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas
sebagai industri jasa yang bergerak dalam bidang transportasi, perhotelan, jasa
erat dengan jasa lainnya seperti bank, asuransi, dan keamanan. Pariwisata secara
restoran, toko-toko, perjamuan dan layanan hospitali lainnya baik yang disediakan
pengakuan dan penerimaan yang tercipta melalui kreasi dan manipulasi linguistik
serta teks visual. Meski teks ini mengkhusus pada bidangnya, wacana pariwisata
melibatkan tujuan-tujuan umum yang akan menjadi nyata jika dikaji dari sudut
wacana tekstual yang merupakan suatu kreasi linguistik untuk sebuah pengakuan
adanya representasi dan dominasi di mana pemroduksi teks dan khalayak terlibat
dan Weinger (2009) wacana pariwisata dalam penelitian ini dikonsepkan sebagai
memunculkan revolusi baru dalam era informasi ini yang mampu membentuk
massa sebagai alat penyampai pesan akan dapat membentuk apa dan bagaimana
keberadaan suatu masyarakat. Dalam media massa, khalayak sering disapa atau
diposisikan oleh teks dalam posisi tertentu dalam teks. Sebagai contoh, ungkapan
konstruksi lingual yang serupa dapat menggambarkan suatu peristiwa yang sama
dengan pemaknaan yang berbeda di benak khalayak. Bahasa yang berbeda dalam
media cetak akan menghasilkan realitas yang berbeda pula ketika diterima oleh
khalayak.
46
Dalam penelitian ini, media cetak dimaksud merujuk pada konsep batasan
definisi media cetak adalah sarana media massa yang dicetak dan diterbitkan
secara berkala seperti surat kabar dan majalah. Media cetak nasional yang
dimaksudkan di sini adalah Bali Post, Nusa Bali dan Kompas yang memuat
wacana pariwisata.
digunakan dalam penelitian ini. Adapun teori-teori relevan tersebut adalah 1) teori
teori analisis wacana kritis model van Leeuwen dengan pendekatan strategi
eksklusi dan inklusi; 2) teori representasi lingual oleh Burton (2012) yang
media massa bekerja dengan dua cara, yakni determinasi dan fungsionalisme.; 3)
teori dominasi lingual oleh Burton (2008) yang mengemukakan bahwa media
Menurut Mayr (2008), wacana dari sisi teoretis dimulai dari analisis sosial
oleh Foucault (1977), mengarah ke linguistik kritis oleh Fowler, dkk (1979), dan
analisis wacana kritis yang dipelopori oleh van Dijk (1990). Lebih lanjut, Mayr
memaparkan bahwa definisi wacana dapat dilihat dari dua sudut pandang yang
47
berbeda, yakni bagi kaum strukturalis dan bagi kaum fungsionalis. Kaum
strukturalis memandang wacana sebagai tataran klausa dan kalimat yang berfokus
pada bagaimana struktur teks terbingkai dari sisi kohesi dan koherensi (bdk.
Halliday and Hasan, 1987:21-23; Halliday, 1994:129). Dalam konteks ini, para
mengkaji lebih jauh tentang bagaimana teks terproduksi dan diproduksi akibat
adanya pengaruh kekuasaan sosial yang tercermin dari representasi, dominasi dan
wacana sebagai bentuk „language in use‟ (penggunaan bahasa) yang tidak bisa
dilepaskan dari tujuan dan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dalam praksis
sosial. Wacana, bagi kaum fungsionalis, dilihat sebagai suatu cara bagaimana
bahasa digunakan dalam praktik sosial. Dengan kata lain, bahasa mampu
realitas.
Analisis teks media yang muncul dari kajian analisis wacana telah
model analisis yang satu dengan yang lain, misalnya, analisis model teks media
versi Norman Fairclough dan Teun A Van Dijk lebih menekankan analisis teks
berdasarkan konteks sosial. Dalam kaitan ini, proses kerja wacana berfokus pada
Schiffrin, 1994:27-28; Locke, 2004:5). Jadi, pandangan para ahli ini menyuratkan
48
bahwa wacana berada pada tataran penggunaan bahasa yang sering diungkapkan
Sejalan dengan hal ini, Fiske (2012: 57) mengemukakan bahwa wacana
seorang penyampai pesan mengirim sebuah teks kepada penerima. Dalam konteks
ini, Fiske kemudian menambah dua faktor yang lain. Pertama adalah kontak yang
merupakan saluran yang bersifat fisik dan hubungan psikologis antara penyampai
dan penerima; faktor tambahan kedua adalah kode, sebuah sistem makna milik
bersama yang digunakan untuk menstrukturkan pesan atau ideologi yang ingin
kalimat dan bahkan berupa kata yang mengungkap pesan yang lengkap. Dari
definisi ini, tergambar jelas bahwa wacana nyatanya merupakan satuan lingual
berupa kata, frase, klausa ataupun kalimat yang dapat membentuk satu kesatuan
makna sesuai dengan situasi kebahasaan pada konteks sosial di mana unsur-unsur
sebagai kajian dan sajian bahasa. Analisis wacana kritis menggunakan bahasa
Fairclough, Sara Mills, Wodak, dan van Leuween dalam Eriyanto (2001:8-13)
dapat dinyatakan bahwa karakteristik terpenting dari analisis wacana kritis adalah
interaksi antara teks dengan konteks sosialnya secara bersamaan. Dalam konteks
ini, wacana ditempatkan dalam ruang terbuka, bukannya terkukung secara internal
dan asumsi dasarnya adalah bahwa tidak ada wacana yang bersifat netral. Wacana
mengemuka karena adanya hal yang perlu diperdebatkan. Hal ini memberikan dua
implikasi nyata, yakni a) wacana dipandang sebagai sesuatu yang memiliki tujuan
dalam suatu interaksi sosial. Seseorang yang berbicara atau menulis selalu
mempunyai tujuan dan sesuatu yang terungkap pasti pula memiliki tujuannya
sendiri; b) wacana dipahami sebagai sesuatu yang diekspresikan secara sadar dan
terkontrol. Artinya, bukan sesuatu yang di luar kendali atau diekspresikan di luar
kesadaran dan tidak ada wacana yang lahir tanpa disadari sepenuhnya oleh
Sehubungan dengan hal ini, ada tiga istilah kunci dalam AWK yang akan
dijadikan rujukan dalam penelitian ini. Ketiga istilah dimaksud adalah teks,
konteks sosial dan AWK. AWK mampu menjelaskan keberadaan teks dalam
konteks sosial. Untuk itu, titik perhatian analisis wacana kritis dalam penelitian ini
adalah pemaparan atas teks dan konteksnya secara bersama-sama dalam kaitannya
seperti kohesi dan koherensi, melainkan ke dalam konteks sosial tempat produksi
dan reproduksi teks terjadi. AWK melihat bahwa tidak ada tindakan komunikasi
50
tanpa partisipan antarteks, situasi dan pergulatan sosial. Namun, AWK dalam
konsep unit dasar komunikasi yaitu unit teks diskursif yang lebih besar, sehingga
kuasa. Pendekatan semacam ini sering dimaksudkan sebagai kognisi sosial yang
merupakan faktor penting dalam produksi wacana, sebab komponen utama yang
Oleh karena itu, menurut pendekatan ini analisis wacana kritis dapat digunakan
wacana sebagai praktik konstruksi. Lebih lanjut Van Dijk memaparkan bahwa
sebuah wacana mempunyai tiga efek dalam perubahan sosial, yaitu (1) memberi
andil dalam mengonstruksi identitas sosial dan posisi subjek, (2) memberi
dalam wacana pariwisata di media cetak nasional digunakan teori analisis wacana
kritis (AWK) model van Leeuwen dengan pendekatan eksklusi dan inklusi.
51
Selanjutnya proses analisisnya dilakukan dengan tiga tahap, yaitu (a) deskripsi,
lingual dan pertarungan ideologi, baik berupa bentuk maupun strategi, (b)
disosiasi. Analisis wacana telah menjadi salah satu alat untuk mengkaji persoalan
teks media. Eriyanto (2001) menyampaikan bahwa salah satu agen terpenting
kesadaran di kepala khalayak mengenai sesuatu. Wacana yang dibuat oleh media
itu merupakan representasi yang bisa jadi melegitimasi suatu hal atau kelompok
menjadi korban ini acapkali juga digambarkan secara buruk, sehingga khalayak
tidak bersimpati dan justru lebih bersimpati kepada pelaku daripada korban.
52
dalam analisis wacana. Model analisis tersebut digunakan untuk mendeteksi atau
adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk
wacana, van Leeuwen (2005: 94) mengatakan bahwa “The term „discourse‟ is
„Discourse analysis‟ then means „the analysis of anextended text, or type of text‟.”
untuk mengungkapkan ujaran dan tulisan yang saling berhubungan yang disebut
teks. Jadi, teori analisis wacana model van Leeuwen mengungkap perihal analisis
tentang ruang lingkup teks atau jenis teks tertentu. Leeuwen memperkenalkan
seseorang atau kelompok dalam suatu wacana. Pada konteks tersebut, ada
tengah masyarakat pada situasi tertentu. Dalam hal ini, persoalannya adalah
53
informasi dan komunikasi untuk memproduksi makna. Inilah yang menjadi ranah
discourse yang akan membicarakan sebuah makna tersirat dan bagaimana sebuah
teks hadir atau dihadirkan menjadi sebuah kalimat dan ungkapan komunikatif
lainnya untuk sebuah representasi dan dominasi, misalnya, pada suatu berita yang
berita. Dalam proses representasi berita yang berbentuk suatu kejadian tertentu
dimiliki oleh sebuah kelompok untuk memegang kendali penafsiran pembaca dari
sebuah berita, opini, atau bentuk teks lainnya. Dominasi yang terjadi dalam teks
berita berbentuk sebuah pencitraan media terhadap pelaku dan korban dalam
sebuah berita, misalnya, kaum buruh, tani, pengemis, anak jalanan adalah
menjadi contoh, bahwa mahasiswa dihadirkan dengan kesan bahwa mereka adalah
kelompok yang anarkis, sering merusak dan senang membuat rusuh. Segala
kejadian yang benar terjadi menjadi susunan teks dengan pilihan kata dan bentuk
kalimat.
sebuah wacana. Menurutnya, terdapat dua titik fokus perhatian. Pertama, proses
eksklusi (exclusion) yaitu apakah dalam suatu teks ada kelompok atau aktor yang
dikeluarkan dalam wacana. Proses pengeluaran seseorang atau aktor dalam suatu
berita, sehingga dalam berita korbanlah yang menjadi perhatian berita. Proses
pengeluaran ini secara tidak langsung bisa mengubah pemahaman khalayak akan
suatu isu dan melegitimasi posisi pemahaman tertentu, misalnya, dalam berita
Kedua adalah proses inklusi (inclusion). Proses ini adalah lawan dari
yang dibuat oleh media massa tersebut bisa jadi melegitimasi sesuatu hal atau
Secara lebih rinci analisis wacana kritis model van Leeuwen dapat dijabarkan
sebagai berikut.
1) Eksklusi
atau suatu kelompok masyarakat dalam suatu teks. Proses semacam ini dalam
dalam sebuah teks, sehingga sering korbanlah yang menjadi peerhatian utama.
khalayak akan suatu isu dan melegitimasi posisi pemahaman atau ideologi
tertentu. Proses eksklusi pada suatu wacana dapat dilakukan dengan berbagai
proses, yakni:
(1) Pemasifan
Melalui kalimat pasif, aktor dapat dihilangkan dalam teks, sesuatu yang
tidak mungkin terjadi dalam kalimat yang berstruktur aktif. Kasus seperti itu
diistilahkan dengan chomer (bdk. Blake, 1990). Dengan kata lain, aktor berperan
56
sebagai argumen inti dikeluarkan statusnya menjadi non inti. Mengacu kepada
teori strategi pemasifan yang dikemukakan oleh van Leeuwen (2005), contoh di
Bentuk kalimat pasif yang menghilangkan pelaku dari kalimat seperti contoh di
(2) Nominalisasi
pada dasarnya merupakan proses mengubah kata kerja yang bermakna tindakan
kearifan lokal.
kepariwisataan Bali .
Secara gramatikal, contoh di atas kata pengembangan dibentuk dari konfiks {pe -
an} + tambah verba. Dalam proses morfologis bahasa Indonesia, konfiks tersebut
strategi wacana model van Leeuwen, strategi ini disebut sebagai strategi
bentuk tindakan. Sejalan dengan ini, Dosi (2012) menyatakan bahwa media massa
juga sering tidak mampu bersikap netral dan acapkali digunakan sebagai
balik teks dan yang terungkap dalam media massa dapat dibongkar.
Tanpa anak kalimat : Polisi Pamong Praja memukul salah satu anggota banjar
babak belur.
belur.
Melalui strategi penggantian kalimat, aktor utama sebagai penangung jawab yang
2) Inklusi
proses exclusion maupun inclusion akan terdapat dalam sebuah wacana. Ini berarti
dalam sebuah teks. Proses inklusi pada suatu wacana dapat dilakukan dengan
(1) Diferensiasi-indiferensiasi
dalam teks. Penghadiran kelompok atau peristiwa lain tersebut secara tidak
berikut.
Indiferensiasi : Pegawai hotel Aston masih melanjutkan mogok sampai hari ini.
Diferensiasi : Pegawai hotel Aston masih melanjutkan mogok sampai hari ini.
Kalimat kedua tersebut secara tidak langsung membedakan antara sikap pegawai
yang masih mogok) tidak dianggap sebagai akibat dari proposisi kedua (pihak
(2) Objektivasi-abstraksi
atau seseorang tidak semestinya, sehingga dapat menimbulkan kesan atau makna
yang kabur bagi pembaca teks, misalnya terdapat dalam kedua kalimat di bawah
ini:
60
Objektivasi :Para pemandu wisata telah dua kali melakukan mogok kerja.
Abstraksi :Para pemandu wisata telah berulang kali melakukan mogok kerja.
Terlihat jelas apa yang disampaikan dalam bentuk abstraksi akan menggambarkan
(3) Nominasi-kategorisasi
yang sangat berharga untuk lebih memahami tujuan hadirnya sebuah teks.
akan menjadi ciri khas atau atribut yang selalu hadir melalui kategorisasi yang
seorang wisatawan di jalan dapat diberitakan dengan berbagai cara, antara lain:
kecelakaan.
Kategorisasi :
mengalami kecelakaan
mengalami kecelakaan.
mengalami kecelakaan.
61
mengalami kecelakaan.
Pemberian kategorisasi seperti contoh teks di atas tidak akan menambah informasi
pesan di balik teks tersebut dan untuk menelusuri lebih jauh informasi semacam
ini akan dibawa ke mana dan untuk apa penambahan kategorisasi diberikan.
(4) Nominasi-identifikasi
anak kalimat sebagai penjelas. Pada strategi ini ada dua proposisi. Proposisi kedua
kecelakaan.
Anak kalimat yang sering keluar malam adalah identifikasi yang diberikan oleh
tersebut sering kali dapat menjadi penilaian ke arah mana peristiwa tersebut
dibawa. Dengan anak kalimat yang sering keluar malam wisatawan tersebut
digambarkan secara buruk, moralnya tidak baik karena sering keluar malam
62
Padahal, dia keluar malam atau tidak bukanlah penyebab dia mengalami
kecelakaan.
Sebagai kalimat penjelas, ada atau tidak ada anak kalimat sama sekali
penjelas berupa anak kalimat tersebut sering kali bukan hanya berupa penilaian
yang subjektif mengenai diri seseorang atau tindakan, melainkan sering kali
memakai label-label yang menjadi representasi diri dan diamini oleh khalayak
pembaca.
(5) Determinasi-lndeterminasi
dengan alasan kepentingan pariwisata”. Pada kalimat ini, aktor tidak disebutkan
secara jelas atau anonim. Anonimitas dapat terjadi karena penyusun wacana atau
sehingga lebih aman untuk menulis secara anonim. Akan tetapi, hal ini dapat juga
disebabkan oleh adanya ketakutan struktural kalau kategori dari seorang aktor
bahwa kognisi sosial dan praktik kekuasaan dapat diwujudkan dan berpengaruh
terhadap konstruksi lingual dalam suatu wacana yang dalam hal ini wacana
pariwisata. Berkaitan dengan hal ini, analisis wacana berperan penting untuk
63
membongkar kognisi sosial dan praktik kekuasaan dipandang dari sudut atau
konstruksi lingual yang oleh van Dijk (1997:2) disebut dengan istilah Discourse
as Action. Ketika teks di atas menyebut nama yang jelas (misalnya, Putu
Mardika), arti yang ditunjuknya menjadi spesifik, tetapi ketika disebut orang
dekat Gubenur Bali, Mangku Pastika, justru tidak lagi bermakna tunggal, tetapi
jamak. Hal tersebut mengesankan bahwa ada beberapa orang dekat Made Mangku
Pastika yang terlibat kasus alih fungsi hutan. Efek generalisasi seperti contoh di
atas semakin besar apabila cara anonim yang digunakan dalam bentuk plural,
seperti banyak orang, sebagian orang, dan sebagainya seperti dalam contoh
berikut ini.
Kalimat pertama di atas merujuk secara jelas bahwa Gede Putra sangat percaya
kalimat kedua ketika disebut ada pengamat pariwisata atau banyak pengamat
memberikan efek generalisasi secara lebih luas dan jelas, sehingga khalayak akan
(6) Asimilasi-individualisasi
gambaran yang lebih nyata terhadap persoalan ini. Ketika dalam proses hadirnya
wacana atau pemberitaan bukanlah aktor sosial yang spesifik yang disebut,
situlah terjadi strategi wacana yang disebut asimilasi. Contoh yang berkaitan
Individualisasi : Susi, seorang karyawati Salon dan SPA Berdikari, sangat sedih
Pada teks tersebut, Susi, seorang karyawati Salon dan SPA Berdikari, dilecehkan
oleh wisatawan yang bernama Slovik pada suatu Spa Treatment. Peristiwa
tersebut dapat diberitakan dengan menyebut kategori karyawati dan wisatawan itu
dapat juga diberitakan kumpulan (karyawati dan wisatawan) seperti pada kalimat
kedua.
teks, berita tersebut tetap menegaskan bahwa yang mengalami pelecehan dalam
SPA Treatment tersebut hanyalah satu orang karyawati. Hal tersebut berbeda jika
dibandingkan dengan kalimat kedua yang dalam bentuk asimilasi. Dalam kalimat
tersebut Susi tidak disebut (karyawati yang mengalami pelecehan), tetapi yang
karyawati dan Slovik adalah wisatawan, tetapi dengan membentuk kalimat dalam
bentuk asimilasi, kesan dan makna yang dimengerti oleh khalayak menjadi
berbeda.
ataupun SPA menjadi korban pelecehan. Demikian pula halnya dengan wisatawan
Maka, kalimat atau bentuk teks lainnnya yang sudah mengalami proses asimilasi
akan lebih cepat berpengaruh dalam kesadaran publik. Pada konteks ini, asimilasi
pemaknaan yang berbeda pula. Efek utama dari asimilasi adalah penciptaan opini
publik, sebab asimilasi sering kali berhubungan dengan identifikasi, yaitu jika
Jadi, kalau dalam pemberitaan ditulis karyawati dilecehkan wisatawan, efek yang
dihasilkan dari praktik bahasa semacam itu bukan hanya generalisasi melainkan
(7) Asosiasi-disosiasi
apakah aktor atau suatu pihak ditampilkan sendiri ataukah dihubungkan dengan
66
kelompok lain yang lebih besar. Elemen asosiasi ingin melihat apakah suatu
peristiwa atau aktor sosial dihubungkan dengan peristiwa lain atau kelompok lain
Ubud.
objek wisata Nusa Dua, Sanur dan Kuta, sekarang di Ubud. Sebanyak
lebih luas.
konstruksi sosial yang dilakukan melalui wujud lingual. Teks yang menampilkan
representasi dalam media bekerja dalam dua cara, yakni determinasi dan
Tabel 2.2
Kerangka Kerja Representasi di Media
REPRESENTASI TINDAKAN SASARAN EKSPLANASI
67
dipengaruhi oleh tindakan dan sasaran yang ingin dicapai melalui sarana bahasa di
media. Sebab, sejalan dengan konsep dasar analisis wacana kritis, diasumsikan
bahwa pemilihan leksikon, frase, struktur dan bentuk kalimat yang digunakan di
tidak hanya berarti diungkapkan dan digambarkan tetapi juga sebuah instrumen
antara media dan khalayak umum atau hubungan antara media dengan
teks. Hubungan yang tidak simetris antara pemroduksi dan pengkonsumsi teks ini
unsur-unsur lingual. Mengacu pada teori dominasi lingual yang dikemukakan oleh
1) Perubahan sikap
sehingga mereka mengubah sikap dan perilaku terhadap orang lain dan terhadap
suatu isu, misalnya, media memberitakan bahwa pariwisata Bali adalah pariwisata
dalam praksis di lapangan masih perlu dipertanyakan, hal ini nyatanya efektif
2) Perubahan kognitif
Media mampu mengubah cara seseorang berpikir terhadap suatu hal dan
“city hotel” di Denpasar. Karena media mengangkat topik tersebut, khalayak akan
konstruksikan.
3) Kepanikan moral
sebagian besar masyarakat Bali mulai resah terhadap kesucian pura dan
tanggapan emosional atau reaksi personal dari khalayak, contohnya, media kerap
datang ke suatu tempat untuk menghabiskan uangnya atau seorang „raja‟ yang
mesti dilayani dengan baik dan suka bergaya hidup mewah dan hedonis. Hal ini
berpikir bahwa semua wisatawan asing adalah orang kaya yang digambarkan oleh
5) Penetapan agenda
yang penting dan isu yang tidak begitu penting. Media melakukan upaya ini
khalayak berpikir isu tersebut penting, misalnya, ketika terjadi peristiwa alih
fungsi hutan Mangrove di Taman Hutan Raya (THR) Denpasar. Media mulai
tersebut penting untuk diberi perhatian dan untuk sementara melupakan isu-isu
lainnya.
71
6) Sosialisasi
yang menyebabkan masyarakat memahami bahwa pola hidup sehat sangat perlu
diupayakan.
7) Kontrol sosial
8) Mendefinisikan realitas
Ketika media mengatakan baik secara eksplisit maupun implisit bahwa para elite
koruptif, maka gambaran para elite politik itu akan menjadi definisi sesungguhnya
bahwa dengan uang segalanya bisa diatur dan media turut memberitakan hal-hal
khalayak akan semakin memandang uang adalah segalanya. Dalam konteks ini,
media tengah menyokong pola pandang dominan dari sekelompok orang dan
menanamkannya pada orang lain yang mungkin tidak memiliki pola pandang
konstruksi lingual media mampu mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat.
masyarakat.
ideologi menunjuk pada dua hal yang berbeda. Pertama, ideologi digunakan
sebagai sebuah konsep yang murni deskriptif, yakni sebagai sistem berpikir,
sosial dan politik. Penggunaan istilah ini memunculkan apa yang disebut dengan
yang tidak simetris dan seluruh representasi dalam proses pembenaran dominasi.
dikembangkan oleh Louis Althusser (1971) tentang struktur dan teori ketidak-
sadaran.
(pemikiran) mereka diterima di dalam masyarakat sebagai sesuatu yang alami dan
normal. Ideologi menjadi kategori ilusi dan kesadaran palsu, tempat di mana kelas
kapitalisme. Hal tersebut sangat jelas terlihat dan cukup relevan dengan penelitian
sosial.Ketika kita mengenali diri kita sebagai orang yang dituju dan memberikan
dan ideologi yang kita miliki. Komunikasi adalah sebuah proses sosial dan oleh
74
karenanya pasti bersifat ideologi dan interpelasi adalah merupakan bagian kunci
dinamakan ideologi dan kepercayaan ini akan melekat dalam diri manusia. Lebih
lanjut, Althusser menjelaskan bahwa salah satu praktik ideologi yang paling
pada objek terterntu ke dalam relasi sosial. Teori Althusser mengenai ideologi
sebagai praktik adalah pengembangan dari teori Marx mengenai kesadaran palsu.
relasi yang tidak nyata, tetapi seolah-olah nyata dan parahnya sesuatu yang fana
penelitian ini adalah teori yang dinyatakan oleh Thompson yang berkenaan
dengan konsepsi kritik ideologi. Mengacu pada parameter yang terjabar dalam
lingual, (3) dominasi lingual dan (4) ideologi, hubungan antara parameter teori
dengan aspek analisis secara ringkas dapat diuraikan seperti dalam tabel.
Tabel 2.3
Hubungan antara Parameter Teori dengan Aspek Analisis
Aspek Analisis
Parameter
Ontologis Epistemologis Aksiologis
lingual dan ideologi dalam wacana pariwisata dapat diuraikan sebagai berikut.
dipakai untuk mengungkap hasil atau makna dan fakta kebahasaan yang terurai
teks media yang terlahir dari pemroduksi teks, yakni institusi media dan dibaca
oleh pengkonsumsi teks, yakni audiens media untuk selanjutnya dapat ditemukan
institusi media dan audiens media melalui mediasi teks yang mengungkap wacana
penelitian kualitatif dan kuantitatif yang ditopang dengan teori AWK model van
Leeuwen (2005, 2008), teori representasi lingual oleh Burton (2002, 2008), teori
dominasi lingual oleh Burton (2010, 2012), dan konsepsi teoretis ideologi yang
77
Wacana Pariwisata
Masalah Penelitian
Landasan Teori
Van Leewuen,
2005; 2008
Burton,
Metode Penelitian 2002, 2008
Kualitatif- Burton,
Kuantitatif 2010; 2012
Thompson,
2003
Analisis
Temuan
Gambar 2.2
Model Penelitian
79
temuan.