Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENYUTRADARAAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Drama Teater yang dibina Oleh
Bapak Khoirul Muttaqin, S.S, M.HUM

Disusun Oleh :

Enyta Estyanah (21801071102)

Rismawati (21801071165)

Nur Zainatul Ula (21601071144)

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

2020

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur patut kami haturkan kehadirat Allah SWT karena
atas karunia, rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah tugas
terstruktur dengan judul “Penyutradaraan” ini dengan lancar dan tepat waktu serta tanpa
dihadang kendala yang berarti. Makalah ini disusun untuk memudahkan proses pembelajaran
serta memenuhi tugas mata kuliah.

Atas segala kesempatan yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kami
mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan segala kenikmatan berupa
akal sehat, kesempatan, hingga kelancaran sehingga kami bisa menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Bapak Khoirul Muttaqin, S.S, M.HUM selaku dosen serta pembimbing yang telah
memberikan kami bimbingan moral maupun material. Semua teman sejawat yang telah
memberikan semangat dan dukungan sehingga kami dapat tepat waktu dalam penyusunan
makalah ini.

Kami menyadari tidak ada yang sempurna di dunia ini, termasuk penyusunan makalah ini
yang masih jauh dari kesempurnaan.Dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik
dan saran.Penyusun berharap makalah ini dapat menjadi salah satu sarana bagi diri penyusun dan
seluruh pembaca untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat.Aamiin.

Malang, 23 Juni 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul..........................................................................................................................i

Kata Pengantar.........................................................................................................................ii

Daftar Isi...................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................2

1.3 Tujuan.................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................3

2.1 Pengertian Penyutradaraan.................................................................................................3

2.2 Memahami Gaya Naskah Pertunjukan...............................................................................4

2.3 Menentukan Gaya Pertunjukan..........................................................................................5

2.4 Merealisasikan konsep.......................................................................................................8

BAB III PENUTUP................................................................................................................

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................

3.2 Saran...................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seni adalah salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sejajar
dengan perkembangan manusia selaku penggubah dan penikmat seni. Kebudayaan adalah
hasil pemikiran, karya dan segala aktivitas (bukan perbuatan), yang merefleksikan naluri
secara murni. Seni memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung
ide-ide yang dinyatakan dalam bentuk aktivitas atau rupa sebagai rtisti. Dengan seni kita
dapat memperoleh kenikmatan sebagai akibat dari refleksi perasaan terhadap stimulus yang
kita terima. Kenikmatan seni bukanlah kenikmatan fisik lahiriah, melainkan kenikmatan
batiniah yang muncul bila kita menangkap dan merasakan rtist-simbol estetika dari
penggubah seni. Dalam hal ini seni memiliki nilai spiritual. Kedalaman dan kompleksitas
seni menyebabkan para ahli membuat definisi seni untuk mempermudah pendekatan kita
dalam memahami dan menilai seni. Konsep yang muncul bervariasi sesuai dengan latar
belakang pemahaman, penghayatan, dan pandangan ahli tersebut terhadap seni.

Salah satu seni yang kita perhatikan di sini adalah seni teater/ drama. Pertunjukkan
teater tidak hanya untuk hiburan masyarakat penonton. Di balik itu, ada amanat yang ingin
disampaikan kepada masyarakat tentang sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan sosial
masyarakat. Kehidupan yang dimaksud menyangkut seluruh perilaku sosial yang berlaku
pada kelompok masyarakat tertentu. Misalnya, kehidupan moral, agama, kehidupan ekonomi,
dan kehidupan politik.

Dalam sebuah pementasan drama, perfilman atau lain halnya yang berhubungan
dengan suatu pementasan pasti ada yang namanya sutradara. Sutradara mempunyai tugas
mengkoordinasikan segala anasir pementasan, sejak latihan dimulai sampai dengan
pementasan selesai. Sutradara mempunyai tugas sentral yang berat dalam sebuah pementasan
tidak hanya rtist para pemain yang diurusnya, tetapi juga kebutuhan yang berhubungan
dengan rtistic dan teknis. Musik yang bagaimana yang dibutuhkan, pentas seperti apa yang

1
harus diatur, penyinaran, tata rias, kostum, dan sebagainya, semuanya diatur atas persetujuan
sutradara. Oleh karena itu sutradara harus menguasai semuanya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penyutradaran ?


2. Bagaimana Memahami Gaya Naskah Pertunjuk ?
3. Bagaimana Menentukan Gaya Pertunjukan ?
4. Bagaimana Merealisasikan konsep ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu penyutradaraan
2. Untuk memahami Gaya Naskah Pertunjuk
3. Untuk menentukan Gaya Pertunjukan
4. Untuk merealisasikan konsep

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyutradaraan

Penyutradaraan merupakan hal yang berhubungan dengan proses yang dilakukan dari awal
hingga tampilnya sebuah pementasan diatas panggung. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
penyutradaraan adalah proses, cara, perbuatan menyutradarai. Hal ini tentu saja berkaitan dengan
seni peran. Orang yang menyutradarai suatu seni peran adalah orang yang sudah cukup
berpengalaman dibidangnya. Sebuah penyutradaraan dilakukan oleh orang yang disebut sebagai
sutradara.

Sutradara adalah orang yang membawa sebuah naskah drama ke atas panggung dengan
menafsirkan naskah tersebut dan memvisualisasikan ke dalam seni garap teater secara utuh.
Seorang sutradara merupakan sosok yang sangat penting dalam sebuah proses penggarapan
drama. Dalam sebuah proses penggarapan, seorang sutradara bertugas untuk mengatur dan
mengarahkan segala sesuatu yang kemudian akan diwujudkan secara visual diatas panggung.
Menurut Nano Riantiarno dalam sebuah esainya “Sutradara adalah suatu jabatan yang banyak
mengandung resiko dan harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Sutradara wajib
memberikan instruksi-instruksi. Semua instruksi yang keluar dari seorang sutradara adalah
sebuah instruksi yang penuh dengan pertimbangan dan perhitungan” (Tommy. F Awuy, 1999:
174).

Dari pendapat Nano dapat dikatakan bahwa seorang sutradara 2 haruslah memiliki sebuah
pemahaman yang matang pada sebuah naskah drama yang digarapnya, hal ini karena semua
instruksi yang keluar dari seorang sutradara adalah pemahaman yang ditangkap oleh sutradara
dari teks suatu naskah yang dibacanya. Hasanudin W.S berpendapat bahwa “Sutradara adalah
seseorang yang mengkoordinir dan mengarahkan segala unsur pementasan drama (pemain dan
property), memberikan penafsiran pokok atas naskah, dan hal-hal lainnya, dengan kecakapannya
sehingga mencapai suatu pementasan seni pertunjukan drama” (Hasanudin W.S, 2009: 198).

Seorang sutradara adalah seorang seniman atau pekerja seni yang bertugas untuk
mengkoordinasi suatu proses penggarapan dari naskah lakon yang dipilihnya. Sutradara juga

3
bertanggung jawab penuh atas sebuah pertunjukan dari awal proses hingga naskah tersebut
ditampilkan di atas panggung. Dalam perannya sebagai seorang sutradara, ia dianggap mampu
untuk menciptakan sebuah peristiwa teater. Teater merupakan pertunjukan dari serangkaian
peristiwa. Dengan pemeran sebagai materi baku utama dalam upaya mengungkapkan
pengalaman. Kata-kata yang diungkapkan diatas pentas mengandung suatu kompleksitas
tersendiri, karena merupakan kata untuk: 1. dilakukan 2. didengar 3. dilihat (Ags. Arya
Dipayana: 75).

Seni pertunjukan teater yang dipertontonkan kepada para penikmat seni merupakan sebuah
proses seni yang melibatkan berbagai unsur. Unsur-unsur itu meliputi proses kemunculan ide,
proses keutuhan penggarapan dan apresiasi penonton. Semua proses dalam peristiwa teater
memerlukan seorang koordinator 3 yang bertangggung jawab dan mampu mengolah pertunjukan
menjadi suatu tontonan yang apik dan mempunyai keutuhan yang estetik. Estetika yang
ditampilkan pertunjukan teater sangat dipengaruhi oleh imajinasi seorang sutradara dalam
meramu naskah tersebut. Pemahaman sutradara terhadap suatu naskah juga merupakan aspek
penting yang harus dimiliki oleh sutradara.

2.2 Memahami Gaya Naskah Pertunjukan

Bentuk dan gaya pementasan membingkai keseluruhan penampilan pertunjukan. Penting


bagi sutradara untuk menentukan dengan tepat bentuk dan gaya pertunjukan. Bentuk dan gaya
yang dipilih secara serampangan akan mempengaruhi kualitas. Misalnya dalam naskah drama
tragedi, terdapat beberapa ciri yang nampak apabila dilihat dari segi bahasa yang memiliki
bahasa yang puitis atau diindah-indahkan. Ada beberapa gaya naskah lainnya dalam teater
modern yaitu :

1. Gaya Realis
Gaya naskah realis adalah naskah yang menggunakan cara pandang bertolak peristiwa
keseharian, atau peristiwa di dunia nyata. Tentunya tokoh, waktu, ruang atau latar dan
juga permasalahan yang terjadi bertolak dari peristiwa keseharian atau kenyataan. Gaya
yang menekankan kenaturalan dan kemiripan dengan tokoh manusia yang sebenarnya.
Seni peran gaya realistik ditampilkan oleh pemeran lainnya dalam membawakan lakon

4
bersumber kehidupan sehari-hari, misalnya tokoh sejarah atau hanya sekedar tokoh yang
harus tampak alamiah.
2. Gaya Surealis
Surealis adalah sebuah aliran seni yang bertolak dari aspek bawah sadar dan jika
ditampilkan citraannya (baik tokoh, setting, waktu) bersifat nonrasional atau di luar
kenyataan.
3. Gaya Absurd
Absurd sering dipahami dengan sesuatu hal yang tidak jelas. Naskah bergaya absurd ini
sempat berkembang setelah Perang Dunia II dengan salah satu tokoh yang terkenal adalah
Eugene Ionesco. Naskah Eugene Ionesco dikatakan sebagai naskah absurd karena cerita
atau peristiwa yang ada dalam naskah tersebut mencoba mempertanyakan dan
membongkar tentang perihal eksistensialisme. Keberadaan manusia dalam kehidupan ini.

2.3 Menentukan Gaya Pertunjukan

Seorang Sutradara begitu serius mengamati naskah yang pertama kali dia terima untuk
sebuah pertunjukan. Kira-kira apa yang sedang dipikirkan atau skema apa yang sedang dibentuk
dalam imaji sutradara tersebut? Apakah dia langsung membayangkan gambaran detail panggung
yang akan diciptakannya atau dia langsung membayangkan siapa aktor yang cocok untuk
memainkan naskah tersebut? Seandainya sutradara langsung melakukan hal tersebut tanpa
melewati tahapan sebelumnya maka telah terjadi lompatan yang terlalu jauh dari prosedur proses
yang harus dilakukan. Imaji adalah kesadaran (Becket, via Sumanto, 2001). Ketika seorang
sutradara melakukan proses memunculkan imaji tentang gambaran sebuah pertunjukan maka hal
tersebut dilakukan dengan sadar. Kesadaran itu akan melalui beberapa tahap hingga imaji yang
muncul akan hadir dengan detail dan sesuai dengan konsep yang tepat. Pertama kali adalah
memahami naskah. Seorang sutradara harus mempunyai pengetahuan dasar tentang beberapa
gaya naskah. Dalam teater modern kita akan menemui gaya naskah realis, surealis, dan absurd.
Konsep untuk memahami gaya naskah sangatlah penting dimiliki oleh seorang sutradara sebelum
lanjut ke proses selanjutnya. Hal tersebut merupakan tuntutan dasar sehingga sutradara mampu
mengetahui hukum-hukum drama.

5
1. Mengolah Gaya Naskah Menjadi Gaya Pertunjukan
Ketika pertama kali seorang sutradara memegang naskah maka dia harus mampu
menganalisis gaya naskah tersebut. Naskah itu merupakan naskah, tragedi, naskah realis,
surealis atau naskah absurd. Setelah gaya naskah ditemukan, tema dari naskah ditemukan
dan analisis struktur dalam serta analisis naskah secara eksternal telah dilakukan maka
sutradara segera menentukan gaya pertunjukan seperti apakah yang akan digarap. Ada
beberapa gaya pertunjukan dalam teater dan setiap gaya pertunjukan mempunyai
hukumnya masing-masing. Teater klasik tragedi Yunani dengan teater Tradisional dari
Timur tentunya mempunyai hukum yang berbeda-beda. Begitu pula dengan gaya realis,
surealis maupun absurd juga memiliki hukum pertunjukan yang berbeda. Tidak semua
naskah dengan gaya realis harus dipentaskan dengan gaya realis. Bisa juga naskah
dengan gaya realis dipentaskan dengan gaya surealis atau gaya pertunjukan tradisional
maupun tragedi. Beberapa ciri gaya pertunjukan tragedi klasik, realis, surealis, dan
absurd sebagai berikut.

a. Gaya pertunjukan realis


Gaya pertunjukan realis adalah gaya pertunjukan yang bertolak dari detail-
detail dalam kehidupan nyata. Sehingga waktu, latar, set yang ada di atas panggung
haruslah mampu menghadirkan waktu, latar, set sesuai dengan kenyataan yang akan
ditampilkan. Itulah sebabnya dalam pertunjukan realis “seorang aktor harus
mengabaikan kehadiran penonton” sebab ada dinding keempat (imajiner) yang
dihadirkan dalam pertunjukan tersebut. Dinding keempat tersebut bertujuan untuk
menyampaikan adanya “jarak waktu” antara waktu di atas panggung dengan waktu
para penonton. Setting yang digunakan dalam pertunjukan realis harus mampu
menceritakan dimana peristiwa itu terjadi, pada tahun berapa, pada kondisi budaya
yang seperti apa, dan juga pada kondisi sosial yang seperti apa.Begitupula tata cahaya
dalam panggung realis merupakan wakil dari cahaya yang ada dalam kehidupan
nyata. Sehingga tidak diperkenankan memakai pencahayaan yang berwarna
seandainya memang itu tidak terjadi dalam kenyataan. Kostum serta make-up yang
digunakan dalam pertunjukan realis juga bertolak dari kenyataan. Seorang yang
bertanggungjawab dalam make-up dan kostum harus mengetahui berapa usia tokoh,

6
bagaimana kehidupan sosial tokoh, bagaimana cuaca yang sedang berlangsung dalam
cerita itu. Sehingga unsur-unsur riil dalam dunia nyata mampu dihadirkan di atas
panggung.

b. Gaya pertunjukan surealis


Berbeda dengan gaya realis, dalam gaya pertunjukan surealis seorang sutradara tidak
harus menghadirkan kenyataan ke atas panggung. Akan tetapi surealisme bisa jadi
menjadi ekspresi dari kenyataan itu. Sehingga make-up dan kostum yang dipakai
tidak menyerupai keseharian, tetapi justru bisa dihadirkan dengan gaya-gaya
karikatural. Begitu pula dengan tata cahaya yang digunakan dalam pertunjukan
surealis bisa lebih ekspresif. Misalnya ketika tokoh dalam keadaan marah bisa disorot
dengan lampu berwarna merah, atauketika sedang suasana sedih bisa digunakan
nuasa lampuyang redup. Pergerakan tokoh dalam pertunjukan surealis pun tidak
membutuhkan motivasi akan tetapi pergerakan tokoh itu hadir sebagai bentuk dari
ekspresi.

c. Gaya pertunjukan klasik


Gaya pertunjukan klasik seringkali dimainkan untuk menggarap naskah-naskah
tragedi seperti Oidipus, Antigone ataupun Romeo dan Juliet. Gaya pemeranan yang
digunakan adalah grand style dan dialog dilantunkan seperti layaknya orang berpuisi.
Sebab tujuan dari pertunjukan ini adalah mengindahindahkan penampilan baik dari
segi visual maupun audio.

d. Gaya pertunjukan Musikal


Gaya pertunjukan musikal adalah pertunjukan teater yang bertolak dari gaya-gaya
musik. Kehadiran musik tidak hanya sebagai ilustrasi akan tetapi musik mempunyai
peran yang cukup penting sebagai pencipta irama. Bahkan terkadang dialog-dialog
dalam drama musikal disampaikan dengan irama musik atau dilagukan.Dalam drama
musikal biasanya hadir beberapa kelompok koor yang menyanyikan beberapa dialog
yang berhubungan dengan cerita. Koor tersebut terkadang juga berkomunikasi dengan
pemain atau aktor sehingga koor tidak hanya berfungsi seperti “sinden” dalam

7
pertunjukan tradisi akan tetapi juga sebagai pemain dalam cerita tersebut.Seorang
aktor dalam drama musikal biasanya harus mempunyai kemampuan menyanyi,
menari dan berdialog yang bagus.

2.4 Merealisasikan konsep

Merealisasikan konsep penyutradaraan dengan mengimplementasikan analisis naskah dan


gaya pertunjukan dalam bentuk pelatihan tahap demi tahap seperti menyusun jadwal pelatihan
terstruktur sampai latihan akhir dan pemensan. Berikut adalah Skedul atau jadwal latihan dalam
merealisasikan konsep pementasan.

No Hari/tgl Kegiatan Bentuk tempat ket


Membahas
Membaca naskah
1 Diskusi studio Kelebihan
(reading)
Naskah
Reading/baca Memilih
2 Membaca Naskah kelas
dialog peran
Blocking,
gerak tubuh,
Latihan kreativitas Membenahi
3 dialog spontan Studio
dan imajinasi pemeranan
berpasangan/
sendiri
Memantapkan
4 Blocking panggung
adegan 1
---
5 Dst.

BAB III
KESIMPULAN

8
3.1 KESIMPULAN

Penyutradaraan merupakan hal yang berhubungan dengan proses yang dilakukan dari
awal hingga tampilnya sebuah pementasan diatas panggung. Sedangkan sutradara adalah
orang yang membawa sebuah naskah drama ke atas panggung dengan menafsirkan naskah
tersebut dan memvisualisasikan ke dalam seni garap teater secara utuh. Gaya naskah
pertunjukkan dibagi menjadi tiga gaya dalam teater modern yaitu gaya realis, gaya surealis,
dan gaya absurd. Gaya pertunjukkan merupakan corak ragam penampilan sebuah
pertunjukkan. Gaya pertunjukkan teater dibagi ke dalam tiga gaya yaitu, gaya pertunjukan
realis, gaya pertunjukan surealis, gaya pertunjukan klasik dan gaya pertunjukan musikal.
Merealisasikan konsep penyutradaraan dengan mengimplementasikan analisis naskah dan
gaya pertunjukan dalam bentuk pelatihan tahap demi tahap seperti menyusun jadwal
pelatihan terstruktur sampai latihan akhir dan pemensan.

3.2 SARAN

Semoga makalah ini dapat membantu dan menjadi sebuah referensi bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya. Kritik dan saran sangat kami harapkan untuk
membangun dan menjadikan lebih baik lagi di tugas-tugas selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

9
Suroso. 2015. Drama: Teori dan Praktik Pementasan. Yogyakarta: Penerbit Almatera

Rizki, Atma. 2019. Makalah Teater.https://id.scribd.com/document/426632670/Makalah-Teater

Diakses tanggal 23 juni 2020.

10

Anda mungkin juga menyukai