Abstrak
Pada dasarnya setiap keluarga berharap memiliki anggota keluarga yang sehat secara
jasmani maupun rohani. Hal tersebut tidak hanya semata-mata harapan setiap orang tua
saja, melainkan seorang anak yang menjadi kakak juga mengharapkan kehadiran adik
yang sehat secara jasmani maupun rohani. Namun kenyataannya beberapa keluarga
dianugerahi anggota keluarga yang efektif. Rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana komunikasi interpersonal yang terjalin antara kakak dengan adik
kandung yang efektif. Teori utama penelitian ini yaitu teori komunikasi antarpribadi
yang didukung dengan teori dialektika relasional dan teori pertukaran kasih sayang.
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif dan metode studi
kasus. Teknik pengolahan dan analisis data adalah dengan pengodean. Kriteria
pemilihan informan yaitu seorang kakak yang mempunyai adik kandung efektif dan
tinggal satu rumah dengan adiknya. Temuan penelitian ini adalah komunikasi
interpersonal masih terjalin, komunikasi dilakukan dengan tatap muka tanpa medium,
bentuk komunikasi kakak menyesuaikan kebutuhan adik, bentuk komunikasi adik
umumnya berbentuk nonverbal, setiap informan mengalami dialektika relasional, dan
pertukaran kasih sayang masih mungkin terjadi.
Kata Kunci : Komunikasi Interpersonal, hubungan, kakak dan adik
Abstract
Basically every family hopes to have family members who are physically and spiritually
healthy. This is not only the hope of every parent, but a child who becomes a big
brother also expects the presence of a sibling who is physically and spiritually healthy.
But in reality some families are blessed with effective family members. The formulation
of the problem in this study is how effective interpersonal communication is established
between older siblings and younger siblings. The main theory of this research is the
theory of interpersonal communication which is supported by the theory of relational
dialectics and the theory of exchange of affection. Researchers used a qualitative
approach that is descriptive and case study method. Data processing and analysis
technique is by coding. The criteria for selecting informants were an older sibling who
had an effective sibling and lived in the same house as his younger sibling. The findings
of this study are that interpersonal communication is still established, communication is
carried out face-to-face without mediums, older siblings' forms of communication adapt
to younger siblings' needs, younger siblings' forms of communication are generally
nonverbal, each informant experiences relational dialectics, and exchanges of affection
are still possible.
Keywords : Interpersonal Communication, relationships, brother and sister
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk sosial yang Tuhan ciptakan untuk memimpin seluruh
ciptaan di planet ini. Tuhan menciptakan kita untuk saling membantu daripada hidup
sendiri, jadi kita adalah makhluk sosial. Ini tidak akan berhasil dengan baik jika
hubungan yang ada tidak diperkuat; komunikasi mutlak diperlukan untuk mempererat
hubungan. Karena komunikasi merupakan alat untuk bertukar informasi dari
komunikator (pengirim pesan) kepada komunikan (penerima pesan) guna mencapai
kesepahaman bersama, maka komunikasi merupakan faktor utama dalam
mempersatukan suatu interaksi sosial atau hubungan sosial antar manusia yang ada. .
PEMBAHASAN
Hal ini ditunjukkan dari hasil wawancara peneliti dengan informan bahwa
informan 1 dan 2 memiliki pola interaksi interpersonal yang cukup mirip dengan adik-
adiknya. Hal ini dikarenakan Informan 1 berkomunikasi dengan adiknya sebelum dan
sesudah bekerja, serta pada saat ia pergi berlibur. Sebaliknya, Informan 2 menyatakan
lebih sering berkomunikasi pada akhir pekan dan hari libur. Berbeda dengan kedua
informan lainnya, Informan 3 saat diwawancarai menyatakan bahwa ia hanya
berinteraksi dengan adiknya ketika ia mau, namun ia tidak membatasi diri untuk
melakukannya. Secara alami, fungsi komunikasi interpersonal dapat dipengaruhi oleh
pola interaksi yang tidak teratur. Di sisi lain, para peneliti juga menemukan bahwa
fungsi komunikasi antarpribadi terkadang dapat diabaikan ketika ada hal lain yang lebih
mendesak. Ilustrasinya adalah pada hari kerja, dimana setiap informan harus pergi dan
pulang kerja setiap hari.
Karena keterbatasan yang dimiliki setiap keluarga, hal ini secara tidak langsung
mempersulit untuk memperbaiki hubungan saudara kandung. Informan dalam penelitian
ini mengakui bahwa keterbatasan adiknya merupakan hambatan utama komunikasi
interpersonal. Pernyataan ini dirasakan langsung oleh para informan. Selain itu,
hambatan yang dirasakan bervariasi dari informan ke informan. Walaupun adiknya
sebenarnya bisa memberikan tanggapan atau jawaban ketika ditanya pertanyaan,
informan 1 berpendapat bahwa hambatan komunikasi di antara mereka adalah struktur
kalimat yang terbatas dan komunikasi satu arah.
Menurut Mubarok dan Andjani (2014), semua jenis simbol yang menggunakan
satu kata atau lebih merupakan pesan verbal. Sebaliknya, kinesik, parabahasa,
proksemik, wilayah, artefak, penampilan diri, penggunaan waktu, dan komunikasi
penciuman adalah contoh pesan nonverbal (Budyatna, & Ganiem, 2012). Peneliti
menemukan, berdasarkan hasil wawancara, bahwa setiap informan menggunakan pesan
yang berbeda. Menurut informan 2 lebih banyak berkomunikasi secara verbal,
sedangkan informan 3 lebih banyak berkomunikasi secara nonverbal. Di sisi lain,
Informan 1 mengakui bahwa saat berkomunikasi dengan adiknya menggunakan isyarat
baik verbal maupun nonverbal dengan tepat.
Hal ini sejalan dengan apa yang peneliti temukan ketika melihat adik informan.
Peneliti selalu berinteraksi dengan adik-adik informan selama mereka diamati. Peneliti
mencoba mengajukan beberapa pertanyaan kepada adik informan selama interaksi ini,
namun hanya pertanyaan yang lebih mudah dipahami saja yang dijawab. Sementara itu,
informan menggunakan kinesik, atau gerakan tubuh, yang meliputi kontak mata,
ekspresi wajah, gestur, postur atau perawakan, dan sentuhan, untuk komunikasi
nonverbal (Budyatna dan Ganiem, 2012). Peneliti juga menemukan bahwa adik dan
kakak berkomunikasi satu sama lain dengan cara yang sama, menggunakan isyarat
nonverbal untuk menunjukkan apa yang ingin mereka katakan dan bagaimana perasaan
mereka. Temuan pengamatan peneliti menunjukkan bahwa ketiga informan yang lebih
muda masih mampu berkomunikasi; Namun, keterbatasan mereka dalam komunikasi
sosial memberi kesan bahwa mereka lebih baik dalam menunjukkannya melalui pesan
nonverbal daripada mengungkapkan tanggapannya secara verbal.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Asteria, Dwi Fani. (2016). Studi Fenomenologi: Pengalaman Saudara Kandung Yang
Memiliki Anggota Keluarga Dengan Saudara di SLB Saudara YPPA Padang
Tahun 2016. E-Skripsi Universitas Andalas. Oktober 19, 2019. Terarsip di:
http://scholar.unand.ac.id/17739/
Aulia, Sri M., Ardipal, Yuliasma. (2014). Pembelajaran Pola Ritem Untuk Anak Yang
efektif (Saudara) Dengan Media Warna. E-Jurnal Sendra Tasik, 2 (2). Oktober
18, 2019. Terarsip di:
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/sendratasik/article/view/3124/2624
Cynthia, Rebecca Stephanie. (2014). Gambaran Strategi Pengelolahan Stres Sosial Pada
Remaja Yang Memiliki Adik Kandung Dengan Saudarame. Skripsi Fakultas
Psikologi Universitas Airlangga Surabaya. Oktober 19, 2019. Terarsip di:
https://www.academia.edu/13087496/Strategi_Coping_Stres
Emzir. (2012). Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif (ed. 1-3). Jakarta:
Rajawali Pers.
Kemen PPPA. (2018). Membangun Masa Depan Anak Yang efektif. Oktober 19, 2019.
Terarsip di
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/1621/membangunmasa-
depan-anak-berkebutuhan-khusus
Meilisa, Mira. (2015). Sibling Relationship Pada Remaja Akhir Dengan Saudara Yang
Yang efektif. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Medan Area. Oktober 18,
2019. Terarsip di: http://repository.uma.ac.id/handle/123456789/1571
Noor, Juliansyah. (2017). Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya
Ilmiah (ed. 1). Jakarta: Kencana.