saja, tetapi lebih luas dari manusia memiliki kesadaran (berkehendak bebas
berkesadaran moral), manusia mahluk ciptaan Tuhan merupakan mahluk ciptaan
yang tertinggi diantara mahluk lainnya, yang di dalam hidupnya dikaruniai Tuhan
berupa hidup yang merupakan hak asasi yang paling pokok yang dibawa sejak
lahir di dunia sebagai anugerah Tuhan.
Menurut Ramdlon Naning (1983 :8), hak asasi manusia adalah hak yang
melekat pada martabat manusia sebagai insan ciptaan Allah Yang Maha Esa.
Atau hak-hak dasar yang prinsip sebagai anugrah Illahi. Berarti hak-hak
asasi manusia merupakan hak-hak
kodratnya, yang tidak dapat dipisahkan dari hakekatnya. Karena itu hak asasi
manusia bersifat luhur dan suci. Hak asasi manusia adalah hak kodrati manusia,
begitu manusia dilahirkan, langsung hak asasi manusia itu melekat pada dirinya
sebagai manusia, dalam hal ini hak asasi manusia berdiri di luar undang-undang
yang ada, jadi harus dipisahkan hak warga negara dan hak asasi manusia (Suara
Merdeka, 21 Desember 1992).
Pengertian HAM menurut pasal 1 huruf 1 Undang-Undang No. 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada hakikat
manusia dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa
dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Dari beberapa definisi HAM tersebut dapat diketahui, bahwa hak asasi
manusia adalah hak kodrati
Kemudian
satu tujuan umum, yakni kepentingan umum masyarakat bangsa dalam suatu
negara. Dengan adanya masyarakat bangsa dan negara, maka terciptalah
masyarakat yang demokratis. Prinsip negara demokratis dan volonte general
menurut Rousseau adalah: (1) rakyat harus berdaulat sebagai pemegang
kekuasaan tertinggi dalam negara; (2) negara harus menghormati hak-hak setiap
orang (individu) sesuai dengan martabatnya sebagai manusia (penghormatan
HAM); (3) setiap warga negara berhak ikut membangun kehidupan bersama
dalam negara.
Dari sejarah perkembangan HAM tersebut, maka apabila ditelusuri dapat
diketemukan tonggak-tonggak peristiwa perjuangan HAM yang dilakukan oleh
masyarakat di Eropah masa itu, antara lain :
1. Lahirnya Magna Charta tahun 1215 di Inggris; Raja John Lacland dipaksa
para bangsawan Inggris (Baron) untuk menanda tangani perjanjian yang
disebut dengan Magna Charta. Intinya magna charta adalah: (a) membatasi
kekuasaan Raja dan dapat dimintai petanggung jawaban secara hukum di
parlemen; (b) penarikan pajak harus seizin Great Council (parlemen Inggris);
(c) orang bebas/pengangguran/tidak mempunyai pekerjaan tetap (free
man)tidak boleh ditangkap, ditahan/dipenjarakan/dihukum mati/hukum buang
tanpa berdasarkan hukum tertulis.
2. Pada tahun 1295, Keberhasilan perjuangan rakyat Inggris menempatkan
wakil-wakilnya (House of Commons) di parlemen yang sebelumnya hanya
dikuasai oleh para bangsawan (baron) Inggris (House of Lords).
3. Pada tahun 1628, Parlemen Inggris mengajukan Petition of Right terhadap
Raja Charles, yang dimenangkan parlemen Inggris. Isi petisi parlemen Inggris
tersebut ialah : (a) pajak dan pungutan istiwema harus izin parlemen; (b)
seseorang tidak boleh ditahan tanpa tuduhan yang sah dan beralasan; (c)
tentara/militer tidak boleh menggunakan hukum perang dalam keadaan damai;
4. Pada tahun 1679, parlemen Inggris berhasil memaksa Raja Charles II menanda
tangani Habeas Corpus Act. Isi Habeas Corpus Act antara lain adalah : bahwa
seorang yang ditahan harus dihadapkan ke pengadilan secepatnya dalam waktu
2(dua) hari harus diberitahukan alasan kesalahannya dan harus berdasarkan
perintah hakim (kelanjutan magna charta tahun 1215);
daerah yang
belum berpikir
tentang kontrak sosial. Hume tidak setuju rakyat memberontak kepada negara,
hak memberontak tidak ada sama sekali, Hume juga tidak setuju atau menolak
absolutisme negara dan hak Tuhan pada seorang Raja. Kekuasaan negara
memang ada, tetapi bukan berakar dari kekuasaan yang historis (turun temurun
dan karena pendahulunya berjasa), tetapi kekuasaan pemerintahan negara harus
berguna secara konkrit bagi masyarakat.
6. Pada tahun 1775 rakyat Virginia di Amerika (koloni Inggris) melakukan
pemberontakan untuk memerdekakan diri dari kerajaan Inggris,sehingga pada
tahun 1776 lahirlah Virginia Bill of Rights (piagam hak asasi Virginia) yang
Hukum dan HAM9
(1789), bahwa HAM itu meliputi kebebasan, keadilan, dan persamaan atau
toleransi (Masyhur Effendi, 1994 : 29).
Menurut Brierly, HAM itu meliputi (Ramdlon Naning, 1983 : 16) :
a. Hak mempertahankan diri (self preservation)
b. Hak kemerdekaan (independence)
c. Hak persamaan derajat (equality)
d. Hak untuk dihargai (respect)
e. Hak bergaul dengan orang lain (intercourse)
HAM dalam Konstitusi Perancis (1791, 1793, 1848), meliputi :
a. Setiap makhluk dilahirkan merdeka dan tetap merdeka
b. hak yang sama
c. kemerdekaan berbuat tanpa merugikan pihak lain
d. hak yang sama dan kedudukan yang sama dalam pekerjaan umum
e. hak tidak boleh dituduh dan ditangkap selain menurut Undang-Undang
f. kemerdekaan beragama dan kepercayaan
g. kemerdekaan mengeluarkan pikiran
h. kemerdekaan pers
i. kemerdekaan bersatu dan rapat
j. hak berserikat dan berkumpul
k. Hak bekerja, berdagang dan berusaha
l. hak berumah tangga
m. hak milik
n. hak berlalu lintas
o. Hak hidup dan nafkah.
Dari perjuangan dan muatan HAM di Inggris, Amerika Serikat, dan
Perancis tersebut sebagian besar bermuatan hak-hak sipil dan politik, dan
sedikit yang bermuatan hak-hak sosial, ekonomi dan budaya. Hal tersebut
dipengaruhi oleh perjuangan-perjuangan pengakuan HAM dari rakyat terhadap
penguasa masa itu. Selain itu juga oleh sifat-sifat yang individualistis dari
masyarakat Eropah.
Hak-hak sipil dan politik yang bersifat individual diantaranya adalah hak
merdeka karena dilahirkan merdeka, hak menentukan nasib sendiri, hak
Hukum dan HAM11
kemerdekaan dari rasa takut, hak perlawanan atas penindasan dan perbuatan
sewenang-wenang, hak turut serta dalampemerintahan negaranya (hak dipilih
dan memilih dalam pemilihan umum), hak tidak dianiaya atau diperlakukan
dengan kejam, hak tidak dituduh/didakwa, ditangkap dan ditahan melainkan
berdasarkan undang-undang. Hak-hak tersebut adalah hak-hak sipil dan politik
yang
keberadaannya
(penghormatan, pengaturan,
perlindungan)
selalu
Universal
BAB II
Piagam PBB dan Deklarasi Umum HAM
A. Dasar Hukum
Keberadaan dan disusunnya Piagam Deklarasi HAM PBB yakni The
Universal Declaration of Human Rights atau Deklarasi Umum Hak-Hak Asasi
Manusia (DUHAM) ialah berdasarkan Mukadimah dan ketentuan pasal-pasal
HAM Piagam PBB.
pengadilan yang terbuka dan jujur; berhak tidak ditangkap atau ditahan atau
dibuang sewenang-wenang melainkan berdasarkan hukum atau undangundang; hak diperlakukan sama di muka umum dan diperlakukan secara adil
di pengadilan, berhak dianggap tidak bersalah sebelum dibuktikan menurut
undang-undang di pengadilan, dan berhak mendapat pembelaan hukum(hak
hukum pasal 6-11); hak tidak diganggu dengan sewenang-wenang dalam
urusan
perseorangan
dan
keluarga,
dalam
surat
menyurat,
berhak
ibu dan anak berhak mendapat perwaatan dan bantuan yang sama, anak luar
nikah berhak mendapat perlindungan sosial yang sama (pasal 25); setiap
orang berhak mendapat pengajaran yang sama, pengajaran cuma-cuma untuk
pengajaran rendah atau tingkat dasar, penjaran sekolah rendah harus
diwajibkan, ibu bapak mempunyai hak utama memilih macam pengajaran
untuk anak-anaknya (pasal 26); setiap orang berhak ikut dengan bebas dalam
berkebudayaan, berkesenian dan dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan
manfaatnya, berhak melindungi moralnya sebagai akibat ahasil suatu
produksi ilmu pengetahuan, kesustraan dan kesenian (pasal 27). Ketiga
tentang
Sosial serta
yang
atau
perjanjian
internasional
(traktat/convensi)
mengenai HAM di bidang hak-hak sipil dan politik dan hak-hak ekonomi,
sosial, dan budaya.
Prinsip Dasar HAM dalam (UDHR= DUHAM).
yakni
persamaan antar manusia. Hak ini diperoleh manusia setiap manusia sejak
lahir dan tidak dapat dicabut darinya. Pasal ini menunjukkan bahwa manusia
merupakan makhluk rasional dan bermoral yang dianugrahi akal dan budi
nurani sehingga berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya.
Pasal 2 mengatur prinsip dasar dari persamaan dan non diskriminasi
dalam pemenuhan HAM dan kebebasan dasar, melarang adanya
pembedaan dalam bentuk apapun, seperti ras, warna kulit, jenis kelamin,
bahasa, agama, politik atau perbedaan pendapat, asal-usul bangsa atau social,
harta, kelahiran dan status lainnya.
Pasal 3 sebagai prinsip dasar hak hidup, kebebasan dan keamanan atau
keselamatan seseorang. Pasal 3 DUHAM ini merupakan hak-hak yang
essensial pada diri manusia guna pemenuhan hak-hak lainnya.
Pasal 4-21 DUHAM sebagai pengaturan dasar hak-hak sipil dan politik
lainnya, termasuk kebebasan dari perbudakan dan perhambaan (Pasal
4); kebebasan dari penyiksaan atau penganiayaan dan perlakuan kejam,
tidak manusiawi atau merendahkan martabat kemanusiaan (Pasal 5);
berhak diakui sebagai pribadi di depan hukum di manapun ia berada
(Pasal 6); mempunyai hak yang sama dalam undang-undang dan berhak
atas perlindungan hukum yang sama tanpa ada perbedaan (Pasal 7);
berhak untuk memperoleh upaya pemulihan yang efektif melalui peradilan
(Pasal 8); kebebasan dari penangkapan, penahanan atau pengasingan secara
sewenang-wenang (Pasal 9); hak untuk mendapatkan pemeriksaan yang adil
dan peradilan yang terbuka oleh pengadilan yang independen dan tidak
memihak (Pasal 10); hak dianggap tidak bersalah sampai dibuktikan
kesalahannya oleh pengadilan yang berwenang (Pasal 11); kebebasan dari
intervensi secara sewenang-wenang atas kebebasan pribadi, keluarga, rumah
atau surat menyurat (Pasal12); kebebasan untuk bergerak dan bertempat
tinggal (Pasal 13); hak atas suaka (Pasal 14); hak atas kewarganegaraan
(Pasal 15); hak untuk menikah dan membentuk keluarga (Pasal 16); hak
untuk memiliki harta benda dan tidak dapat dirampas dengan sewenangwenang (Pasal 17); hak kebebasan berpikir, berkeyakinan dan beragama
dan
Sipil Politik
perjanjian.
Kedua perjanjian internasional yang dimaksud ialah Perjanjian Internasional
tentang Hak-hak Sipil dan Politik ( The International Covenant on Civil and
Political Rights) dan Perjanjian Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial
dan Budaya ( The International Covenant on Economic, Social and Cultural
Rights), dan Protokol pilihan (Optional Protocol) yang disyahkan oleh Majelis
Umum PBB pada tanggal 16 Desember 1966.
Perjanjian Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya
(International Conventionon Economic, Social and Cultural Rights/ICESCR)
mulai berlaku pada tanggal 3 Januari 1976. Sampai dengan Desember 1997
sebanyak
and
Political
Righ/ICCPR)
dan
Protokol
pilihan
perjanjian
kedua Perjanjian Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik disahkan oleh
Majelis Umum PBB pada tanggal 15 Desember tahun1989, sampai Desember
1997 diratifikasi oleh 32 negara. Protokol pilihan kedua Perjanjian Internasional
tentang Hak-hak Sipil dan Politik bertujuan untuk penghapusan hukuman mati
di negara-negara yang meratifikasi atau mengaksesinya.
Pemerintah Negara Republik Indonesia telah meratifikasi kedua perjanjian
internasional pada tahun 2005. Perjanjian Internasional tentang Hak-hak Sipil dan
Politik diratifikasi oleh Pemerintah RI dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2005, sedangkan Perjanjian Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya diratifikasi dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 2005.
Menurut para penulis dan pegiat HAM, Perjanjian Internasional tentang
Hak-hak Sipil dan Politik dikenal sebagai HAM generasi I (pertama), sedangkan
Perjanjian Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya disebut
sebagai HAM generasi ke 2 (kedua). Belakangan muncul HAM generasi ke3
(ketiga) yang merupakan cerminan bangkitnya nasionalisme di negara-negara
berkembang dan tuntutan terhadap pemerataan kekuasaan, pembangunan,
kekayaan alam/Sumber Daya Alam, pelestarian lingkungan hidup, dan nilai-nilai
penting secara gelobal (Hakim Garuda Nusantara dan Asmara Nababan, dalam
Diseminasi HAM, Cesda-LP3ES, 2000 : xviii).
Perjanjian Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik (The
International Covenant on Civil and Political Rights) materi muatannya terdiri
dari 53 pasal, yang meliputi : hak menentukan nasib sendiri di bidang politik,
ekonomi, sosial dan budaya; secara bebas mengatur segala kekayaan dan sumber
alam, suatu bangsa tidak dibenarkan merampas hak penghidupan rakyatnya (Pasal
1); negara peserta kovenan wajib menghormati dan menjamin : hak individu
setiap orang dalam wilayahnya dan mentaati
dalam perjanjian tanpa perbedaan suku, warna, jenis kelamin, bahasa, agama,
politik atau lainnya, asal-usul kebangsaan atau sosial, kekayaan, kelahiran atau
status lain (Pasal 2 ayat (1 dan 2); negara peserta kovenan harus menjamin
memberikan perlindungan dan proses hukum yang adil terhadap orang-orang yang
haknya dilanggar oleh pejabat resmi menurut hukum yang berlaku (Pasal 2 ayat
(3); negara peserta wajib menjamin hak persamaan antara pria dan wanita
untuk menikmati hak sipil dan politik yang diatur dalam kovenan (Pasal 3).
Dalam keadaan bencana nasional yang mengancam kehidupan bangsa yang
dinyatakan secara resmi, negara peserta dapat mengambil tindakan yang
memperlunak kewajibannya menurut kovenan untuk mengatasi keadaan darurat
tanpa diskriminasi (Pasal 4); negara peserta dilarang menghapus, membatasi atau
mengurangi salah satu hak (inalienable rights) yang diatur dalam kovenan (Pasal
5); hak hidup adalah hak setiap orang, negara yang belum menghapus hukuman
mati, putusan hukuman mati hanya untuk kejahatan-kejahatan berat menurut
undang-undang yang berlaku pada waktu kejahatan dilakukan (asas legalitas),
seseorang yang dihukum mati berhak memohon pengampunan atau keringanan
hukuman (amnesti), hukuman mati tidak boleh diberlakukan terhadap
seseorang di bawah umur 18 tahun dan tidak boleh dilakukan terhadap
wanita hamil (Pasal 6); Setiap orang
(asas legalitas), dan tidak boleh dikenakan hukuman yang lebih berat apabila saat
kejadian undang-undang diberlakukan (Pasal 15); setiap orang berhak diakui
sebagai subyek hukum (Pasal 16);
kebudayaan, seni dan berkarya ilmiah serta menyebarkan ilmu pengetahuan dan
kebudayaan (Pasal 15).
Negara peserta berjanji melaporkan tindakan yang diambil yang berkaitan
hak-hak yang diakui dalam kovenan (International Covenant on Economic, Social
and Cultural Rights); laporan diajukan kepada Sekretaris Jenderal PBB untuk
dikirimkan salinannya ke Dewan Ekonomi dan Sosial (ECOSOC) sebagai
pertimbangan (Pasal 16). Pasal 17 31 mengenai tugas PBB yang berkaitan
dengan pelaporan pelaksanaan kovenan dinegara anggota atau peratifikasi.
Perjanjian Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya
(ICESCR) memberikan instrumen
buada secara menyeluruh tanpa adanya perbedaan bagi semua negara anggota atau
peratifikasi. Negara yang menjadi peserta/pihak perjanjian diharuskan secara
berkala menyampaikan laporan tentang pelaksanaan kovenan di negaranya kepada
Sekretaris Jenderal PBB untuk dibahas oleh Dewan Ekonomi dan Sosial
Hukum dan HAM28
(ECOSOC) dengan Komite HAM untuk dipelajari dan rekomendasi umum atas
laporan, informasi yang diajukan oleh negara peserta. Komite HAM tentang hakhak ekonomi, sosial dan budaya sebagai badan ahli yang terdiri dari 18 orang
yang dibentuk oleh Dewan (ECOSOC) untuk memberikan bantuan dalam
pelaksanaan perjanjian, mempelajari, membahas, mendiskusikan dan memberikan
rekomendasi atas laporan dengan wakil-wakil pemerintah dari negara pihak atau
pelapor. Komentar dan rekomendasi Komite HAM bertujuan untuk membantu
negara-negara yang menjadi pihak dalam perjanjian dalam pelaksanaan hak-hak
ekonomi, sosial dan budaya serta saran-saran atau rekomendasi perbaikan apabila
ada kekurangan.
D. YURISDIKSI PERNEGAKAN HAM
Yurisdiksi Penegakan Hukum di bidang HAM terdiri dari 5 (lima) asas
yaitu :
1. Asas teritorial, artinya menetapkan yurisdiksi berdasarkan tempat
dilakukannya kejahatan, atau tempat terjadinya akibat konstituennya;
2. Asas nasional, adalah menentukan yurisdiksi berdasarkan kebangsaan atau
karakternasional dari pelaku kejahatan; Undang-undang HAM berlaku
terhadap pelaku kejahatan HAM oleh bangsa/WNI.
3. Asas perlindungan, ialah menentukan yurisdiksi
berdasarkan
kepentingan nasional yang dirugikan oleh tindak kejahatan; Undangundang HAM berlaku terhadap siapa saja yang melakukan kejahatan
HAM terhadap WNI (pihak yang dirugikan);
4. Asas universal, adalah menetapkan yurisdiksi berdasarkan tempat
penahanan orang yang melakukan kejahatan;
5. Asas personalitas pasif, ialah menentukan yurisdiksi berdasarkan
kebangsaan atau karakter nasional dari orang yang dirugikan oleh
kejahatan. Undang-undang HAM berlaku terhadap orang-orang yang
melakukan kejahatan HAM terhadap WNI.
Bandigkan dengan asas-asas yurisdiski KUHP (WvS)terhadap pelaku
kejahatan.
E. The International Bill of Human Rights
kolektif
(The International
Covenant on
dibuat dan disetujui para pihak. Ratifikasi ialah persetujuan atas Traktat
(Perjanjian Internasional ) yang disertai dengan penandatanganan atau
pengesahan atas suatu traktat) yang diadakan/diikuti oleh perwakilan masingmasing negara/peserta perjanjian.
Reservasi, ialah pernyataan sepihak
(commanding),
hukum
memaksa
internasional
(compelling),
(HAM)
adalah
mewajibkan
H. SIFAT-SIFAT HAM
Sifat atau ciri-ciri HAM menurut beberapa ahli, pegiat dan pengamat HAM
adalah sebagai berikut :
1. Universal, artinya HAM selalu melekat pada diri individu manusia sebagai
pemberian pencipta (Tuhan) nya yang tidak dapat diganggu gugat atau
dikurangi oleh siapapun termasuk oleh penguasa negara. HAM bersifat
universal berlaku di mana saja dan kapan saja dalam keadaan yang sama,
demikian pula penegakannya. HAM universal bersifat mutlak tidak dapat
diganggu gugat keberadaanya, hanya Undang-Undang negara saja yang dapat
membatasai HAM setiap orang guna melindungi HAM yang lebih luas.
2. Partikularistik, artinya HAM disesuaikan dengan kondisi dan situasi
masyarakat setempat, demikian pula penegakannya disesuaikan dengan
keragaman sosial dan budaya masyarakat setempat. HAM partikularistik
(absolut/mutlak)
harus
mengutamakan
kepentingan
kolektif
daripada
ideologis). Artinya hak-hak sipil dan politik dapat diberlakukan untuk semua
sistem ekonomi danpemerintahan apapun.
4. Hak-hak positif (positive rights), artinya hak-hak azazi manusia dapat
terealisasi atau tercapai apabila negara ikut terlibat atau berperan aktif di
dalamnya (pelaksanaan ICESCR). Negara dianggap melanggar ICESCR
apabila tidak berperan aktif di bidang hak ekonomi sosial dan budaya.
Pelanggaran terhadap hak-hak sosial ekonomi dan budaya, menuntut tanggung
jawab negara dalam bentuk obligations of result. Pelanggaran hak-hak sosial
ekonomi dan budaya tidak dapat dituntut ke pengadilan (non justiciable),
misalnya seseorang yang kehilangan pekerjaannya, maka ia tidak dapat
menuntut negara ke pengadilan. Secara ideologis, hak-hak ekonomi, sosial,
dan budaya bermuatan ideologis. Artinya hak-hak ekonomi, sosial dan budaya
hanya dapat diberlakukan pada suatu sistem ekonomi tertentu.
5. HAM derogabel (derogable right), adalah hak-hak yang boleh dikurangi atau
dibatasi pemenuhannya
umum; (c) menghormati hak-hak dan kebebasan azasi orang lain. Pembatasan
hak-hak dan kebebasan tidak boleh melebihi dari yang ditentukan dalam
Kovenan.
Hak dan kebebasan dalam jenis ini adalah : (a) hak atas kebebasan
berserikat dan berkumpul secara damai; (b) hak buruh membentuk serikat
buruh (pekerja); (c) hak atas kebebasan menyatakan pendapat atau berekpresi,
termasuk hak kebebasan mencari, menerima dan memberikan informasi serta
gagasan secara tertulis atau lisan.
6. HAM yang pelaksanaannya tidak dapat dikurangi (non derogable rights),
adalah hak-hak yang bersifat absolut yang tidak boleh dikurangi apalagi
dicabutpemenuhannya oleh negara-negara pihak walaupun dalam keadaan
darurat. Hak-hak yang termasuk non derogable adalah : (a) hak atas hidup
(rights to live); (b) hak sebagai subyek hukum; (c) hak atas kebebasan berpikir,
berkeyakinan, beragama; (d) hak bebas dari pemidanaan yang berlaku surut;
(e) hak bebas dari penahanan karena gagal membayar utang atau gagal
memenuhi perjanjian utang piutang; (f) hak bebas dari penyiksaan (right to be
free from torture);
slavery).
Negara-negara pihak yang melakukan pelanggaran terhadap HAM dalam jenis
non derogabledikecam sebagai negara yang telah melakukan pelanggaran
serius HAM (gross violation of human rights).
I. Teori Tanggung jawab Negara
Negara memiliki kepribadian yang melaksanakan hak dan kewajiban untuk
kepentingan negaranya. Hanya negara yang memiliki kepribadian dalam
melaksanakan hubungan internasional untuk melindungi kepentingan negara.
Karena itu hanya negara yang dianggap sebagai subyek hukum internasional yang
cakap dan eklusif dalam melaksanakan hak dan kewajibannya dalam pergaulan
internasional, diantaranya, yaitu :
a. Pemegang hak dan kewajiban berdasarkan hukum internasional;
b. Pemegang hak istimewa prosedural dari gugatan di depan pengadilan
internasional;
c. Pemilik kepentingan, untuk itu dibuat ketentuan oleh hukum internasional;
d. Berwenang menandatangani traktat dengan negara lain dan organisasiorganisasi internasional.
Syarat tersebut tidak bersifat kumulatif, memiliki salah satu syarat sudah
terpenuhi sebagai subyek hukum internasional.
Hukum HAM menentukan manusia pribadi (natural person) sebagai subyek
hukum internasional memberikan hak dan kewajiban untuk mengajukan tuntutan
atau gugatan ke pengadilan internasional.
Jika negara melanggar kedaulatan negara lain atau melanggar perjanjian
internasional, maka negara yang bersangkutan harus bertangung jawab atas
pelanggaran (kegagalam melaksanakan kewajiban internasional) yang dilakukan.
Dalam sistem hukum harus ada tanggung jawab atas kegagalan melaksanakan
kewajiban
yang
dibebankan
oleh
peraturan
(hukum)
dalam perjanjian
BAB III
INSTRUMEN HAM PBB
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan bahwa HAM adalah
merupakan permasalahan internasional. Hal ini sesuai dengan tujuan utama PBB,
salah satunya adalah mempromosikan pelaksanaan perlindungan dan penegakan
HAM. Pengumuman instrumen-instrumen perjanjian internasional yang bersifat
kolektif tentang HAM adalah untuk mempertegas kewajiban negara-negara
anggota PBB dalam pelaksanaan dan perlindungan HAM. Untuk tercapainya
maksud tersebut perlu adanya instrumen HAM PBB (traktat dan lembaga atau
badan pemantau dan pengawasan) atas penerapan HAM secara nasional di negaranegara pihak. Dalam hal ini sering menimbulkan perbedaan penafsiran tentang
kewajiban traktat. Organ-organ HAM PBB akan diuraikan berikut ini.
A. Dewan Keamanan PBB
Dewan Keamanan PBB merupakan organ utama PBB selain Majelis Umum,
keduanya memiliki kemampuan dan kewenangan untuk ogan-organ pelengkap
(subsidiary organs) yang dianggap perlu untuk pelaksanaan tugas (pasal 22 dan
29 Piagam PBB). Dewan Keamanan merupakan organ eksekutif PBB dan bekerja
atas dasar hukum yang tetap.
Dewan Keamanan terdiri 15 anggota PBB yang terdiri dari 5 (lima) anggota
tetap dan 10 (sepuluh) anggota tidak tetap. Lima anggota tetap antara lain
Amerika Serikat (USA), Inggris,
Rusia, Perancis. 10
(sepuluh) anggota tidak tetap dipilih oleh Majelis Umum untuk waktu 2 tahun
yang dibagi secara bergantian kepada negara-negara anggota PBB
sebagai
Komisioner
Tinggi
HAM
sangat
luas
dan
2. International Covenanton on
jumlah pakar setiap Komite 18; untuk CEDAW jumlah pakar 23, CAT dan
CRC jumlah pakar 10.
Ke 6 (enam) instrumen tersebut membentuk sebuah sistem pelaporan
negara pihak (sistem of State-Party reporting). Hanya ada 3 (tiga)
instrumen yang memuat ketentuan yang memperkenankan negara-negara
pihak membuat pengaduan tentang kegagalan negara pihak dalam
melaksanakan tugasnya berdasarkan traktat, yakni ICCPR, ICESCR dan
CAT. Tiga instrumen yang sama juga memuat ketentuan untuk pengaduan
perorangan atas dakwaan pelanggaran terhadap hak-hak yang tersebut
dalam kovenan atau konvensi oleh negara-negara pihak. Masing-masing
Komite (yang ditunjuk sebagai badan pemantau traktat), dilayani oleh
Kantor Komisioner Tinggi HAM di Jenewa, kecuali untuk Komite
CEDAW yang dilayani oleh Divisi untuk pemajuan perempuan di New
York.