BAGI
SATUAN POLISI
PAMONG PRAJA
2012
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 2
A. Latar belakang 2
B. Pengertian – Pengertian 2
1. Hak Asasi Manusia 2
2. Kualifikasi HAM 2
3. Kelompok HAM dalam UU No.39 Tahun 1999 3
4. HAM Menurut UUD 1945 4
5. Bagian dari HAM yang Tidak Dapat Dikurangi oleh Siapapun 6
Dan Dalam Keadaan Apapun (Non-Derogable Rights)
C. Kewajiban Dasar Manusia 6
D. Pelanggaran HAM 7
E. Keberlakuan HAM 9
F. Pertanggungjawaban HAM 9
G. Maksud 10
H. Tujuan 10
I. Prinsip-Prinsip Perlindungan dan Penegakan HAM 10
J. Tata Kelola Pemerintahan yang Baik 12
BAB II INSTRUMEN PERLINDUNGAN HAM 16
A. Instrumen HAM Internasional Terkait 16
B. Instrumen HAM Nasional 17
BAB III SATUAN POLISI PAMONG PRAJA 19
A. Pengertian 19
B. Kedudukan 19
C. Tugas, Fungsi, dan Kewenangan 19
D. Wewenang 20
E. Prinsip – Prinsip Utama Pelaksanaan Tugas Satpol PP 22
BAB IV STANDAR PERILAKU SATUAN POLISI PAMONG PRAJA
A. Kode Etik 24
B. Standar HAM Bagi Satpol PP 25
C. Sanksi 27
BAB V IMPLEMENTASI PRINSIP DAN STANDAR HAM 29
DALAM TUGAS SATUAN POLISI PAMONG PRAJA
A. Penegakan Peraturan Daerah 29
B. Penegakan Ketertiban Umum 30
C. Penegakan Perlindungan Masyarakat 31
D. Informasi No.Telp. Instansi Terkait 33
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT kami panjatkan karena berkat rahmat dan
karuniaNya penyusunan “ Panduan HAM Bagi Satpol PP ” dapat selesai tepat pada
waktunya. Penulisan Panduan HAM Bagi Satpol PP bertujuan untuk memberikan
pengetahuan dan pemahaman HAM sebagai pedoman bagi aparatur pemerintah terutama
Satuan Polisi Pamong Praja dalam melaksanakan penegakan peraturan daerah agar
didalam melaksanakan tugasnya selalu berpedoman dengan memperhatikan nilai nilai Hak
Asasi Manusia.
Buku Panduan HAM bagi Satpol PP ini disusun berkat kerjasama Kementerian
Hukum dan HAM RI cq. Ditjen HAM dengan Kementerian Dalam Negeri yang diwakili oleh
Direktorat Linmas dan Satpol PP serta Sentra HAM Universitas Indonesia yang diwakili oleh
Fakultas Hukum.
Direktorat Jenderal HAM mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulisan buku Panduan HAM bagi Satpol PP, Semoga buku ini bermanfaat
khususnya bagi Satpol PP dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai penegak
Perda dan masyarakat pada umumnya.
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahwa upaya perlindungan, pemajuan, penegakan dan Pemenuhan Hak
Asasi Manusia (HAM) adalah tanggung jawab negara terutama Pemerintah.
Sebagai upaya percepatan pelaksanaannya diterbitkanlah Perpres 23 Tahun
2011 Tentang Rencana Aksi Nasional hak Asasi Manusia Tahun 2011 – 2014
yang mempunyai 7 (tujuh) program utama, salah satunya adalah Pendidikan
HAM.
Pendidikan HAM yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal HAM dimaksudkan
untuk memberikan penguatan kelembagaan yaitu Kementerian/Lembaga dan
Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) termasuk didalamnya Satuan Polisi
Pamong Praja (Satpol PP). Satpol PP sebagai penegak Perda melaksanakan
tugas guna mewujudkan ketertiban dalam masyarakat, dalam melaksanakan
tugas tersebut kadang kadang Satpol PP mengalami benturan dengan
masyarakat dan kadang kadang benturan tersebut berujung pada tindak
kekerasan sehingga merugikan baik masyarakat maupun kesatuan Pol PP.
Untuk menghindari kondisi sebagaimana tersebut, sebaiknya Satpol PP
disamping dibekali pengetahuan dan pemahaman SOP juga diberikan
pemahaman tentang Hak Asasi Manusia.
B. Pengertian-Pengertian
1. Hak Asasi Manusia (UU No 39 TH 1999 Pasal 1 Ayat 1)
Seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara hukum,
pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia.
2. Satpol PP adalah Perangkat Pemerintah Daerah dalam memelihara
ketentraman dan ketertiban umumserta menegakkan peraturan daerah.
3. RANHAM adalah rencana aksi nasional hak asasi manusia indonesia
tahun 2011-2014 yang dituangkan dalama peraturan presiden RI NO 23 Th
2011 yang bertujuan sebagai panduan dan rencana umum
untuknmeningkatkan penghormatan,pemajuan,pemenuhan, perlindungan
dan penegakan hak asasi manusia di indonesia
C. Kualifikasi HAM
1. Berdasarkan Hak-Hak Sipil Politik (UU No 12 Th 2005)
Hak hidup.
Hak kebebasan pribadi.
Hak kebebasan beragama.
Hak atas rasa aman.
Hak berserikat dan berkumpul dengan damai.
Hak atas keadilan.
Persamaan di hadapan hukum.
Penyelenggaraan peradilan yang bebas dan tidak memihak.
Hak turut serta dalam pemerintahan.
Perlindungan yang efektif atas tindakan diskriminasi.
6. Bagian dari HAM yang Tidak Dapat Dikurangi Oleh Siapapun dan
dalam Keadaan Apapun yang disebut sebagai (Non-Derogable Rights)
yang mencakup:
a. Hak untuk hidup.
b. Hak untuk tidak disiksa.
c. Hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani.
d. Hak beragama.
e. Hak untuk tidak diperbudak.
f. Hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hokum.
g. Hak untuk tidak dapat dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut.
h. Hak untuk tidak dipenjara karena tidak ada kemampuan memenuhi
perjanjian.
F. Keberlakuan HAM
Pada semua keadaan dan kondisi, baik kondisi damai maupun konflik
bersenjata atau perang. Pada kondisi konflik yang ekstrim pembatasan HAM
dapat dilakukan, sementara dalam kondisi konflik yang sangat ekstrim
pengesampingan HAM dapat dilakukan.
G. Pertanggungjawaban HAM
Satpol PP dalam melaksanakan tugasnya brtanggung jawab kepada gubernur
melalui sekretaris daerah provinsi.
Menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukan HAM. Hal ini meliputi
langkah implementasi yang efektif dalam bidang hukum, politik, ekonomi,
sosial budaya, Hankam dan lainnya termasuk rasa aman.
Pertanggungjawaban (khususnya Satpol PP) yang dimaksud meliputi:
1. Satpol PP bertanggungjawab kepada hukum;
2. Satpol PP bertanggungjawab kepada masyarakat yang mereka layani.
Kebijakan maupun praktik penegakan hukum senantiasa dipantau oleh
masyarakat;
3. Satpol PP bertanggungjawab atas cara yang mereka gunakan dalam
mengelola sumber daya yang diberikan.
H. Maksud
Sebagai pedoman dan pengetahuan tentang HAM bagi anggota Satuan Polisi
Pamong Praja dalam Pelaksanaan Tugas.
I. Tujuan
Mencegah terjadinya pelanggaran HAM oleh anggota Satuan Polisi Pamong
Praja dalam pelaksanaan tugas.
b) Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan yang tercantum
dalam Instrumen HAM internasional maupun nasional dengan tidak ada
pengecualian apa pun, seperti pembedaan ras, warna kulit, jenis kelamin,
bahasa, agama, politik atau pandangan lain, asal-usul kebangsaan atau
kemasyarakatan, hak milik, kelahiran ataupun kedudukan lain.
B. Kedudukan
1. Satpol PP dipimpin oleh seorang kepala satuan dan berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui sekretaris
daerah.
2. Pertanggungjawaban Kepala Satpol PP kepada kepala daerah melalui
sekretaris daerah adalah pertanggungjawaban administratif.
3. Secara struktural Kepala Satpol PP berada langsung di bawah kepala
daerah.
D. Wewenang
Polisi Pamong Praja berwenang:
1. Melakukan tindakan penertiban non yustisial terhadap warga
masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan
pelanggaran atas Perda dan/atau peraturan kepala daerah.
Tindakan penertiban nonyustisial adalah tindakan yang dilakukan oleh
Polisi Pamong Praja dalam rangka menjaga dan/atau memulihkan
ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat terhadap pelanggaran
Perda dan/atau peraturan kepala daerah dengan cara yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak sampai proses
peradilan.
Tindakan penertiban non-yustisial adalah tindakan yang dilakukan oleh
Polisi Pamong Praja dalam rangka menjaga dan atau memulihkan ketertiban
umum dan ketentraman masyarakat terhadap pelanggaran Perda dan atau
peraturan Kepala Daerah dengan cara yang sesuai dengan ketentuan
perundang-undnagan dan tidak sampai pada proses peradilan.
2. Integrasi.
Dalam setiap pelaksanaan tugas tidak jarang adanya lembaga lain yang
terkait baik langsung maupun tidak langsung dengan pelaksanaan tugas
Satpol PP. Prinsip penyesuaian dan penyelarasan antara unsur-unsur atau
lembaga-lembaga terkait dalam pelaksanaan tugas dan kegiatan Satpol
PP.
3. Sinkronisasi.
Bahwa setiap anggota Satpol PP harus mengetahui tugas pokok dan
fungsi yang diembannya sehingga dapat menempatkan diri dan
menyesuaikan batasan kewenangan yang dimilikinya dengan
menyesuaikan diri dengan batas dan kewenangan yang dimiliki lembaga
lain terkait dengan pelaksanaan tugas yang diembannya.
4. Edukasi.
Bahwa salah satu bagian dari pelaksanaan tugas satpol PP dibidang
penegakan peraturan daerah adalah dengan melaksanaan pola edukasi
atau penyadaran kepada pihak-pihak terkait dan atau masyarakat.
Menguapayakan terlaksanaan prinsip edukasi dalam pelaksanaan tugas
satpol PP menjadi penting bagi tumbuhnya kesadaran atas pentingnya
penegakan peraturan daerah akan mendukung pelaksanaan tugas satpol
pp itu sendiri.
5. Kemitraan
Bahwa setiap anggota Satpol PP menyadari dibutuhkannya dukungan
lembaga lain atau masyarakat guna mencapai tujuan dalam pelaksanaan
tugas yang diembannya. Pola kerjasama antara Satpol PP dengan
lembaga lain dan atau masyarakat harus dibangun dalam hubungan yang
saling menguntungkan antara pihak-pihak terkait.
BAB IV
STANDAR PERILAKU SATUAN POLISI PAMONG PRAJA
A. Kode Etik
Merupakan sikap moral dengan pola sikap, pola tindak dan perilaku bagi setiap
anggota Polisi Pamong Praja dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya,
meliputi:
1. Kepribadian Polisi Pamong Praja meliputi :
a) Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b) Bekerja dengan sungguh-sungguh, ikhlas, jujur, adil, berani dan penuh
tanggung jawab.
c) Memiliki sifat arif dan bijaksana serta selalu mempertahankan sikap mental
independen dalam menjalankan tugas.
d) Mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi atau kelompok dan atau golongan.
e) Menjaga suasana yang harmonis, bersikap dinamis dan objektif, saling
menghargai, semangat kebersamaan (Jiwa Korsa), serta saling
menghormati dalam menjalankan tugas Satpol PP.
f) Bersikap ramah dan santun.
g) Menjunjung tinggi Hak Azasi Manusia (HAM).
h) Bersikap netral, bermoral tinggi, dan tidak terpengaruh kepentingan politik
dan/atau golongan.
i) Patuh dan taat kepada pimpinan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
j) Memberikan pelayanan dengan salam, senyum, sapa, santun tanpa
pamrih dan tanpa paksaan serta tidak diskriminatif.
k) Jujur dan terbuka serta tidak memberi informasi yang tidak benar kepada
pimpinan.
l) Bertindak dengan penuh tanggung jawab, kesungguhan dan ketulusan.
m) Menghindari konflik kepentingan pribadi, kelompok maupun golongan.
n) Memiliki kompetensi dalam pelaksanaan tugas.
o) Menjaga informasi yang bersifat rahasia.
p) Patuh dan taat serta mempedomani terhadap standar operasional
prosedur dan tata kerja.
q) Tidak memberikan kesaksian palsu atau keterangan yang tidak benar.
r) Komitmen moral setiap anggota Polisi Pamong Praja terhadap profesinya
menegakkan peraturan daerah, penyelenggaraan ketertiban umum dan
ketenteraman masyarakat serta perlindungan masyarakat.
2. Setiap Anggota Satuan Polisi Pamong Praja wajib menghormati atasan dan
saling asah, asih dan asuh.
3. Satpol PP sebagai petugas penegak hukum (dalam hal ini peraturan daerah)
memiliki kewenangan untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu. Namun,
kadangkala kewenangan tersebut dapat menyebabkan HAM seseorang
terganggu.
C. Sanksi
Anggota Satpol PP yang dalam melaksanakan tugas melanggar kode etik polisi
pamong praja dikenakan sanksi peraturan disiplin pegawai negeri sipil yaitu Pasal
5 UU No.53/Tahun 2010 yang menyatakan bahwa PNS yang tidak menaati
ketentuan kewajiban dan larangan dijatuhi hukuman disiplin setelah mendapatkan
pertimbangan dari majelis kehormatan kode etik.
Adapun ketentuan disiplin yang dimaksud terdiri dari:
1. Hukuman disiplin ringan diberikan apabila melanggar Pasal 3 Butir 1-14 UU
No.53/Tahun 2010 tentang kewajiban PNS yang berdampak negative pada
unit kerja, dan melakukan pelanggaran terhadap Pasal 4 Butir 5-11 UU
No.53/Tahun 2010 tentang larangan PNS yang berdampak negative pada unit
kerja, terdiri atas:
a) Teguran lisan.
b) Teguran tertulis.
2. Hukuman disiplin sedang diberikan apabila melanggar Pasal 3 Butir 1 – 17 UU
No.53/Tahun 2010 tentang kewajiban PNS dan pelanggaran dilakukan tanpa
alasan yang sah, dan melakukan pelanggaran terhadap Pasal 4 Butir 5-15 UU
No.53/Tahun 2010 tentang larangan PNS dan pelanggaran dilakukan tanpa
alasan yang sah terdiri atas:
a) Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 tahun.
b) Penundaan kenaikan pangkat berkala selama 1 tahun.
c) Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 4 tahun.
3. Hukuman disiplin berat diberikan apabila melanggar Pasal 3 Butir 1 – 13 UU
No.53/Tahun 2010 tentang kewajiban PNS yang berdampak negative pada
pemerintah/Negara, dan melakukan pelanggaran terhadap Pasal 4 Butir 1-13
UU No.53/Tahun 2010 tentang larangan PNS dilakukan terdiri atas:
a) Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 tahun.
b) Penindakan dalam rangka penurunan pangkat setingkat lebih rendah.
c) Pembebasan dari jabatan.
d) Pemberhentian dengan hormat.
e) Pemberhentian dengan tidak hormat.
021-7971378, 7981858,
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia
79191255
LBH Jakarta 021-3145518
PBHI 021-322084
Pemadam Kebakaran
Ambulan
Tim SAR
Penerangan Telepon
Terminal Bus