Azas Universalitas adalah prinsip utama hukum alam yaitu hukum itu berlaku secara
universal dan bersifat pribadi. Adapun jenisnya antara lain dibedakan menjadi dua:
hukum alam yang bersumber dari Tuhan, dan hukum alam yang bersumber dari rasio
manusia. Adapun Teori hukum Thomas Aquinas, menyatakan bahwa menurutnya
hukum ada 4, yaitu : Lex aeterna (ratio Tuhan, bukan indra manusia); Lex divina
(bagian ratio Tuhan atau indra manusia); Lex naturalis (penjelmaan lex aeterna dalam
ratio manusia); dan Lex positivis (hukum yang berlaku, yang merupakan pelaksanaan
hukum alam, disesuaikan dengan keadaan dunia). yang kemudian dipahami sebagai
universalisasi hukum yang dianggap menjadi kekuatan dari prinsip-prinsip pemikiran
hukum alam.
Azas Universalisasi terlihat pada pemberlakuan nilai-nilai moral, yaitu nilai-nilai yang
diturunkan dari Tuhan. Prinsip-prinsip universal yang dikenalkan dalam hukum alam ini
juga menjadi acuan bagi pembentukan hukum pada masa kini. bahwa prinsip-prinsip
universal hukum alam dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan hukum.
Hukum alam dipengaruhi oleh pandangan atau keyakinan bahwa seluruh alam semesta
yang ada dimana diciptakan dan diatur oleh Tuhan, yang juga meletakkan prinsip-
prinsip abadi untuk mengatur berjalannya alam semesta. Ini yang disebut dengan
pandangan teologis, sementara pandangan sekuler dalam hukum alam dilakukan
dengan landasan bahwa manusia dengan kemampuan akal budinya dan dunianya
menjadi sumber tatanan masyarakat yang ada. Dengan demikian tidak ada batasan
yang konkrit mengenai sifat/pandangan universal, karena nilai-nilai moral dipandang
dapat dikenakan secara universal.
Di lain pihak, D. Meuwissen, dalam artikelnya Ars Aequi 40, 1991, secara sederhana
membedakan asas hukum materiil dan asas hukum formal. Asas hukum materiil,
mencakup: asas respek terhadap kepribadian manusia; asas respek terhadap aspek-
aspek kerokhanian dan kejasmanian dari keberdaan manusia sebagai pribadi; asas
kepercayaan yang menuntut sikap timbal balik; asas pertanggungjawaban; dan Asas-
asas hukum formal, mencakup: asas konsistensi; asas kepastian; dan asas persamaan.
Prinsip atau asas yang bersifaf aksiomatik yang diterima sebagai doktrin dalam
dogmatika yakni prinsip yang tidak dapat dibantah, beberapa asas-asas umum
universal yang telah dikenal luas, diantarnaya:
4. Nemo iudex in causa sua, asas nemo iudex, dimaknai bahwa tidak ada orang
yang boleh diadili oleh hakim yang berkepentingan, prinsip ini didukung doktrin
“no conflict of interest” diberlakukan ketat, hakim harus mengundurkan diri atas
suatu perkara jika dalam perkara itu ada kelurganya sebagai pihak diadili.
Bahkan doktrin ini daya lakunya diperluas mengikat terhadap advokat, konsultan,
dan pejabat pajak.
5. Non ultra petita, doktrin ini berasal dari bahasa Latin, lengkapnya: “Ne eat iudex
ultra petita partium”, arti arfiahnya: jangan membuat hakim meminta lebih dari
para pihak. Prinsip ini dimaknai bahwa pengadilan/hakim dilarang memutus
melebihi dari apa yang dimohonkan atau yang di gugat.
6. Ex aequo et bono, doktrin ini dimaknai bahwa pada prinsipnya demi keadilan
pengadilan/hakim dapat memutus apa yang dipandang wajar dan adil yang
diserahkan memutus kepadanya oleh pihak yang berperkara. Nampaknya prinsip
ini dipandang menerobos asas non ultrapetita.