Anda di halaman 1dari 2

Arrizza Dwi Rahmania Wiisnar

NIM : 042688443
PRODI : 50 / ADMINISTRASI NEGARA
UPBJJ : 74 / MALANG
TUGAS 2 : PENGANTAR ILMU HUKUM
1. Sumber Hukum Materiil dan Sumber Hukum Formil. Sumber Hukum Materiil
merupakan faktor-faktor yang dianggap dapat membantu pembentukan hukum.
Sumber Hukum adalah keputusan penguasa yang berwenang untuk memberikan
keputusan tersebut. Menurut Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Safa’at menyatakan bahwa sumber
hukum adalah ekspresi yang figuratif dan ambigu, sedangkan menurut C. S. T Kansil sumber
hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang mengakibatkan sanksi
yang tegas dan nyata.
Mengapa sumber hukum Materiil merupakan faktor yang dianggap dapat membantu
pembentukan hukum, karena sumber hukum Materiil merupakan perasan hukum-hukum
atau keyakinan hukum individu dan pendapat hukum, yang menjadi faktor penentu dalam isi
hukum. Seperti contoh agama, kesusilaan, kehendak Tuhan, akal budi, hubungan sosial, dsb.
Beberapa faktor sumber hukum Materiil yang dianggap dapat menentukan isi hukum. Yaitu :

• Faktor Idiil, sebagai patokan yang tetap mengenai keadilan yang harus ditaati oleh
para pembentuk hukum serta undang-undang dalam melakukan tugasnya.
• Faktor Riil, dalam hal yang benar-benar hidup dalam masyarakat serta petunjuk hidup
bagi masyarakat yabg bersangkutan, seperti struktur ekonomi dan kebutuhan
masyarakat, adat istiadat dan kebiasaan yang dilakukan berulang menjadi pola
tingkahblaku yang tetap, keyakinan tentang agama dan kesusilaan, berbagai gejala
dalam masyarakat
Selain itu sumber hukum Materiil, yaitu sumber hukum yang menentukan isi hukum atau
sumber dari mana materi hukum itu diambil, pada ketetapan MPRS Nomor XX/MPRS/1996,
bahwa sumber hukum Materiil Peraturan Perundangan Republik Indonesia adalah Pancasila.
Karena dalam arti : Pancasila merupakan isi dari sumber hukum, sebagai pandangan hidup
falsafah Negara, dan sebagai jiwa dari setiap peraturan yang dibuat, diberlakukan, serta
segala peraturan perundangan yang bertentangan dengan jiwa Pancasila harus dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku. Suatu Perundangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila. Pancasila juga dijadikan acuan dalam pembentukan
peraturan Perundangan dalam hierarki, dimana peraturan yang lebih rendah tidak boleh
bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi.

2. Hans Kelsen mendefinisikan hukum tidak lain merupakan suatu kaidah ketertiban
yang menghendaki orang menaatinya sebagaimana seharusnya.
Dalam Positivisme hukum sebagai teori hukum yang menganggap bahwa pemisahan
antara hukum dan moral, merupakan hal yang penting. Teori Positivisme menurut Hans
Kelsen, memandang bahwa hukum adalah suatu perintah memaksa terhadap suatu perilaku
manusia. Hukum sendiri adalah kaidah primer yang menetapkan sanksi-sanksi. Maka hukum
Positivisme bagi Hans Kelsen harus dibersihkan dari berbagai arahan yang non yuridis, seperti
unsur sosiologi, politis, historis, dan etis. Karena hukum adalah suatu keharusan yang
mengatur tingkah laku pada manusia sebagai makhluk rasional. Dalam berfungsinya hukum
tidak hanya membutuhkan undang-undang, tetapi membutuhkan hal-hal yang lain seperti
budaya, masyarakat, aparat, penegak hukum serta sarana dan prasarana.
3. Opini tentang paradigma hukum progresif.
Dalam Paradigma sebagian masyarakat yang paham akan hukum maka masyarakat itu
menginginkan adanya perubahan pola pikir para badan organisasi hukum, terutama pada pola
pikir penegak hukum, agar dalam menegakkan hukum tidak hanya selalu mengacu pada bunyi
teks undang-undang, tetapi harus ada inovasi dalam berpikir, karena hukum bekerja
berdasarkan panduan sebuah peta yang disodorkan kepadanya. Peta akan menentukan
bagaimana suatu sistem hukum mempersepsikan fungsinya dan bagaimana hukum akan
menjalankan tugasnya. Pada hukum progresif, para komunitas pekerja hukum harus berani
dalam membuat terobosan untuk menjalankan hukum di Indonesia serta tidak terbelenggu
oleh pikiran positivistis dan legal analytical, dan disarankan tidak rule making, rule abiding,
tetapi rule breaking. Terobosan tersebut akan memiliki metode hukum, teori hukim serta
paradigma baru yang dapat diajukan untuk melakukan rule breaking. Untuk membawa
masyarakat kepada kesejahteraan serta kebahagiaan, pada ideal tersebut akan dilakukan
dengan aktivitas yang berkesinambungan antara menjatuhkan hukum yang kurang baik serta
akan menghambat perkembangan. Sesungguhnya melakukan pembebasan yang dalam
berpikir dan bertindak dalam hukum, maka akan mampu membiarkan hukum itu mengalir
guna untuk menuntaskan hukum menjalankan tugasnya mengabdi pada masyarakat.

Sumber / Refrensi:

BMP ISIP4130 Pengantar Ilmu Hukum


Prof Dr. H. Nandang Alamsah Delianoor, S. H., M. Hum.
Dudu Duswara Machmudin, Pengantar Ilmu Hukum Sebuah Sketsa, Bandung Refika Aditama,
2001,hlm77
E.Urtech,Pengantar dalam Hukum Indonesia, Jakarta: Sinar Harapan, 1989,hlm 84

M. Solly Lubis, Hukum Tata Negara, Bandung : Mandar Maju, 2008 hlm,. 50
Wikipedia tentara Positivisme
Beberapa artikel tentang paradigma hukum progresif

Anda mungkin juga menyukai