1. pelaksanaan
a). Koordinasi :
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja melaporkan/memberitahukan kepada Gubernur dan Komandan
Operasi melakukan koordinasi dengan aparat pengamanan lainnya dilapangan seperti dengan pihak
Kepolisian atau apparat lainnya tentang :
b). Isolasi :
(1) Anggota Operasi Satuan Polisi Pamong Praja bersama pihak Kepolisian untuk memisahkan pengunjuk
rasa dengan massa penonton.
(3) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja tetap dalam formasi yang telah ditetapkan.
(1). Kepolisian dan anggota Satuan Polisi Pamong Praja melakukan negosiasi dengan pengunjuk rasa
melalui pertemuan terbatas (perwakilan) dengan ketentuan sudah ada kesediaan pejabat Pemerintah
Daerah yang membidangi permasalahan untuk menerima dan menampung aspirasi dari pengunjuk
rasa.
(b). Membuat laporan langsung terhadap kejadian yang memerlukan tindak segera.
(a) Komandan Operasi melakukan koordinasi dengan pihak Kepolisian tentang langkah-langkah tindakan
yang akan dilakukan.
(b) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja yang sifatnya sebagai tenaga pendukung/bantuan, hanya
melakukan tindakan sesuai koordinasi pihak Kepolisian.
(b) Membuat laporan langsung terhadap kejadian yang memerlukan tindak segera.
Hal di atas sesuai dengan sop yang ada namun dalam pelaksanaan penanganannya adalah sebagai
berikut :
1. Satpol PP hanya menjaga aset serta fasilitas yang ada yang di miliki oleh pemerintah daerah
2. Satpol PP berada digarda belakang untuk menjaga asset serta fasilitas yang ada dan yang berada di
garda terdepan adalah pihak kepolisian
3. Satpol PP dalam penanganan unjuk rasa dan kerusuhan massa bekerja sama dengan pihak kepolisian
4. jika massa semakin parah water cannon akan maju kedepan untuk meredakan massa
5. dan apabila keadaan semakin memburuk dan semakin bertambah parah sehingga keadaan tidak
dapat dikendalikan maka akan dilakukan tembakan gas air mata hal ini jarang dilakukan bahkan bisa
dikatakan tidak pernah tetapi dalam pelaksanaan peralatan ini sudah disiapkan