Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS SISTEM PEMETAAN MUTU PENDIDIKAN

DASAR DAN MENENGAH OLEH DINAS PENDIDIKAN


KABUPATEN NAGAN RAYA

Untuk Memenuhi Persyaratan


Ujian Dinas
Tingkat I
Yang Dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Aceh

Oleh
YENNI EVIANTI, A.Md.Pd
NIP. 198201172006042004

KABUPATEN NAGAN RAYA


TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

i
DAFTAR ISI

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH.............................................................................1

1. LATAR BELAKANG............................................................................................... 1

2. Rumusan Masalah................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN.................................................................................3

1. Teori Analisis..........................................................................................................3

2. DINAS PENDIDIKAN............................................................................................. 4

3. KABUPATEN NAGAN RAYA.................................................................................4

BAB III PEMECAHAN MASALAH....................................................................................6

1. Pemetaan Mutu Pendidikan...................................................................................6

2. Tujuan PMP........................................................................................................... 8

3. Faktor Pemetaan Mutu Pendidikan........................................................................9

4. Pemetaan pendidikan dasar dan menegah..........................................................12

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................15

1. Kesimpulan...........................................................................................................15

2. Saran....................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................17

ii
BAB I
LATAR BELAKANG MASALAH

1. LATAR BELAKANG
Sudah merupakan pendapat umum bahwa kemakmuran suatu bangsa

berkaitan erat dengan kualitas atau mutu pendidikan bangsa yang bersangkutan.

Bahakan lebih spesifik lagi bangsa-bangsa yang berhasil mencapai kemakmuran dan

kesejahteraan dewasa ini adalah bangsa-bangsa yang melaksanakan pembangunan

berdasarkan strategi pengembangan sumber daya insane. Artinya, melaksanakan

pembangunan nasional dengan menekankan pada pembangunan pendidikan guna

pengembangan kualitas sumber daya manusia. Pengembangan sumber daya

manusia dari aspek pendidikan berarti mengembangkan pendidikan baik aspek

kuantitas maupun kualitas.

Aspek kuantitas menekankan pada perluasan sekolah sehingga penduduk

memilki akses untuk bisa mendapatkan pelayanan pendidikan tanpa memandang

latar belakang kehidupan mereka. Dari aspek kualitas pengembangan sumber daya

manusia berarti pendidikan dalam hal ini kualitas sekolah harus selalu ditingkatkan

dari waktu ke waktu. Kualitas sekolah memiliki tekanan bahwa lulusan sekolah

sebagai lembaga pendidikan formal memiliki kemampuan yang relevan dan

diperlukan dalam kehidupannya.

Dalam konteks otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan, keberhasilan

dan kegagalan pendidikan di sekolah sangat bergantung pada guru kepala sekolah

dan pengawas, karena ketiga figur tersebut merupakan kunci yang menetukan serta

menggerakan berbagai komponen dan dimensi sekolah yang lain (Mulyasa, 2012).
1
Dalam posisi tersebut baik buruknya komponen sekolah yang lain sangat ditentukan

oleh kualitas guru, kepala sekolah dan pengawas, tanpa mengurangi arti penting

tenaga pendidikan yang lain. Implementasi desentralisasi pendidikan menuntut

kepala sekolah dan pengawas untuk mengembangkan sekolah yang efektif dan

produktif, dengan penuh kemandirian dan akuntabilitas

Pendidikan bangsa Indonesia sekarang ini sangat memprihatinkan banyak

kasus-kasus yang terjadi di setiap penjuru negeri. Masalah pendidikan yang ada di

Indonesia semakin hari semakin rumit, bertambah banyak dan komplek. Salah satu

permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya

mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, meskipun mungkin

telah banyak upaya dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat diperoleh rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Apa hakekat dari mutu pendidikan

2. Faktor-faktor apa yang menjadi penyebab rendahnya mutu pendidikan di sekolah

3. Bagaimanakah Model dan strategi peningkatan mutu pendidikan di sekolah?

4. Apa yang menjadi Tantangan upaya Peningkatan Mutu pendidikan di sekolah?

2
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

1. Teori Analisis
Analisis merupakan usaha dalam mengamati sesuatu secara mendetail dengan cara

mengurai, membedakan, memilih dengan cara mengurai komponen-komponen

pembentukannya untuk dikaji lebih lanjut. Penelitian analisis yaitu penyelidikan

terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan sebenarnya. Nana Sudjana

(2016:27) “Mengemukakan bahwa Analisis adalah usaha memilih sesuatu integeritas

menjadi unsur-unsur atau bagian – bagian sehingga jelas hirarkinya atau susunanya”.

Menurut Sugiono (2015:335) mengatakan bahwa “ Analisis adalah sebuah kegiatan

untuk mencari suatu pola selain itu analisis merupakan cara berfikir yang berkaitan

dengan pengujian secara sistematis terhadap suatu untuk menemukan bagian,

hubungan antar bagian dan hubungannya dengan keseluruhannya. Menurut Andi

Prastowo (2019:16) menyatakn bahwa “ Menganalisis merupakan proses memecah-

mecah materi jadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagimana hubungan antar

bagian dan antar setiap bagian dan struktur keseluruhannya”.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2015:203) menyatakan bahwa “ Analisis merupakan

kempuan menjabarkan isi pelajaran ke bagian-bagian yang menjadi unsur pokok”.

Suwarto (2013:24) menyatakan bahwa “ Analisis adalah usaha untuk menguraikan

suatu materi menjadi bagian-bagian penyususnannya dan mentukan hubungan antara

bagiian-bagian tersebut dan hubungan-hubungan antar bagianbagian tersebut dengan

materi tersebut dengan keseluruhan”. Analisis merupakan penguraian suatu pokok atau

3
bagian-bagiannya dan penelaan bagian itu sendiri serta hubungan antara bagian itu

sendiri untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.

2. DINAS PENDIDIKAN
Dinas Pendidikan merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan

bidang pendidikan yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan

bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dalam hal pelaksanaan

tugas Adapun beberapa fungsi dari Dinas Pendidikan yaitu :

 Penyusunan perencanaan bidang pendidikan

 Perumusan kebijakan teknis bidang pendidikan

 Pelaksanaan kebijakan teknis bidang pendidikan

 Pembinaan, koordinasi, fasilitasi, dan kerjasama pelaksanaan urusan bidang

pendidikan

 Pelaksanaan kegiatan ketatausahaan Dinas Pendidikan

 Pembinaan terhadap UPT; dan

 Pengendalian, evaluasi, dan pelaporan bidang Pendidikan.

3. KABUPATEN NAGAN RAYA


Kabupaten Nagan Raya adalah sebuah kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Ibu

kotanya Suka Makmue, yang berjarak sekitar 287 km atau 6 jam perjalanan dari Banda

Aceh. Kabupaten ini berdiri berdasarkan UU Nomor 4 Tahun 2002, tanggal 2 Juli 2002

sebagai hasil pemekaran Kabupaten Aceh Barat. Pada akhir tahun 2023, jumlah

penduduk Nagan Raya sebanyak 176.461 jiwa.

4
Kata Nagan memiliki kemiripan dengan nama 5 kecamatan yang ada di kabupaten

tersebut, namun secara arti bahasa sampai sejauh ini sama sekali tidak ada dalam

kosakata Aceh. Pun, belum terketemukan landasan historis, maupun hasil penelitian

yang jelas terkait dari mana penyebutan nama tersebut muncul.

Sedangkan Raya berarti besar, menunjuk semua kecamatan yang ada di Nagan,

kendati di dalam nama kecamatan tersebut tidak tercantum kata "Nagan", misalnya:

Beutoeng, salah satu kecamatan.

Kabupaten Nagan Raya memiliki 10 kecamatan dan 222 gampong dengan kode pos

23661-23672 (dari total 243 kecamatan dan 5827 gampong di seluruh Aceh). Per tahun

2010 jumlah penduduk di wilayah ini adalah 138.670 (dari penduduk seluruh provinsi

Aceh yang berjumlah 4.486.570) yang terdiri atas 70.039 pria dan 68.631 wanita (rasio

102,05). Dengan luas daerah 354.491 ha (dibanding luas seluruh provinsi Aceh

5.677.081 ha), tingkat kepadatan penduduk di wilayah ini adalah 42 jiwa/km² (dibanding

kepadatan provinsi 78 jiwa/km²). Pada tahun 2017, Kabupaten Nagan Raya memiliki

luas 3.363,72 km² dengan jumlah penduduk 167.672 jiwa.

Kabupaten Nagan Raya berada di pantai barat Sumatra yang subur dan sangat cocok

bagi pertanian, khususnya padi yang terpusat di Kecamatan Seunagan, Seunagan Timur, dan

Beutong karena ditunjang oleh Sungai Krueng Beutong dan Sungai Krueng Nagan yang

mengalir di wilayah tersebut. Potensi lainnya adalah

usaha peternakan dan perkebunan terutama kelapa sawit. Karena sumber daya pertaniannya

yang melimpah, maka Nagan Raya dikenal sebagai salah satu lumbung beras utama di Aceh.

Bahkan Soeharto, mantan presiden RI pernah berkunjung ke Nagan Raya, sebagai

apresiasinya terhadap pertumbuhan hasil pertanian di daerah tersebut (tahun 1987).

5
BAB III
PEMECAHAN MASALAH

1. Pemetaan Mutu Pendidikan


Pemetaan Mutu Pendidikan adalah suatu kesatuan unsur yang terdiri atas

organisasi, kebijakan, dan proses yang terkait untuk melakukan pengumpulan,

pengolahan, analisis data dan informasi tentang capaian pemenuhan standar

nasional pendidikan pada satuan pendidikan dari mulai tingkat satuan pendidikan,

kabupaten/kota, provinsi, dan nasional. Tujuan dari PMP ini adalah untuk

memberikan gambaran kepada berbagai pemangku kepentingan tentang capaian

pemenuhan standar nasional pada satuan pendidikan dari mulai tingkat satuan

pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, dan nasional.

Berawal dari paradigma penjaminan mutu bahwa pendidikan bersifat inklusi

dan tidak mendiskriminasikan peserta didik atas dasar latar belakang apapun maka

penjaminan mutu itu diperlukan dan dapat diterapkan pada seluruh satuan

pendidikan. Selain itu, Pembelajaran Sepanjang Hayat berpusat pada peserta didik

yang memperlakukan, memfasilitasi dan mendorong peserta didik menjadi insan

pembelajar mandiri yang kreatif, inovatif dan berkewirausahaan juga menjadi bagian

mengapa kualitas peserta didik sangat diperlukan untuk kemajuan pendidikan dan

bangsa ini. Dan selanjutnya, pendidikan untuk perkembangan, pengembangan

dan/atau pembangunan berkelanjutan (Education for sustainable development),

diperlukan pula karena mampu mengembangkan peserta didik menjadi rahmat bagi

sekalian alam.

6
Dari paradigma-paradigma penjaminan mutu tersebut maka pemetaan

mutupun perlu dilakukan agar mutu pendidikan di seluruh wilyah Indonesia

khususnya DKI Jakarta terus meningkat dan merata.

Pemetaan mutu dilaksanakan dimulai dengan sekolah mengisi e-EDS

(Aplikasi Pemetaan Mutu Sekolah). e-EDS adalah proses evaluasi diri sekolah yang

bersifat internal yang melibatkan pemangku kepentingan untuk melihat kinerja

sekolah berdasarkan SNP. Hasil EDS dipakai sebagai dasar penyusunan RKS dan

RKAS dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah secara konsisten dan

berkelanjutan, serta sebagai masukan bagi perencanaan investasi pendidikan. Hal ini

dilakukan dengan tujuan menilai kinerja sekolah berdasarkan SNP, mengetahui

tahapan pengembangan dalam pencapaian SNP sebagai dasar peningkatan mutu

pendidikan dan menyusun RKS/RKAS sesuai kebutuhan nyata dalam rangka

pemenuhan SNP. Dengan pelaksanaan pemetaan mutu melalui e-EDS ini maka

manfaat yang akan dapat diperoleh adalah:

Sekolah dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya sendiri dan

merencanakan pengembangan dan peningkatan ke depan. Sekolah dapat memiliki

data dasar yang akurat sebagai dasar untuk pengembangan dan peningkatan di

masa mendatang. Sekolah dapat mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan

mutu pendidikan yang disediakan, mengkaji apakah inisiatif peningkatan tersebut

berjalan dengan baik dan menyesuaikan program sesuai dengan hasilnya. Sekolah

dapat memberikan laporan formal kepada pemangku kepentingan demi

meningkatkan akuntabilitas sekolah

7
Evaluasi pelaksanaan Pemetaan Mutu juga telah dilaksanakan untuk

perbaikan-perbaikan terhadap hasil rapor mutu tahun sebelumnya.

Dalam pengiriman data pemetaan, 100 % sekolah mengisi/mengirim PMP,

tetapi ada sekolah yang tidak mendapatkan rapor mutunya setelah selesai

pengolahan data oleh pusat

Sekolah mengsi PMP menjelang cut off, sehingga sulit jika ada perbaikan atau

ada data yang kurang, akibatnya ada sekolah yang mengambil jalan pintas mengirim

data dengan aplikasi yang tidak resmi walaupun tidak untuk semua responden.

Kesadaran sekolah terhadap pentingnya pemetaan mutu masih belum merata Rapor

mutu sekolah belum menggambarkan kondisi real /capaian mutu pada rapor mutu

tidak sesuai dengan kondisi sekolah Peran Pengawas Sekolah dalam proses

pengumpulan data mutu belum optimal

Implementasi pemetaan mutu pendidikan sekolah merupakan keharusan bagi

Pemerintahan Republik Indonesia untuk berkomitmen terkait perundangan sistem

pendidikan Indonesia. Pemetaan ini sesuai dengan yang ada pada Perubahan

Permen Nomor 19 Tahun 2005 Standar Nasional Pendidikan melalui PP No. 32

tahun 2013. Sebelum mempelajari mengenai pentingnya pemetaan terhadap mutu

pendidikan, mari kita simak arti dari mutu pendidikan terlebih dahulu.

2. Tujuan PMP
Tujuan Pemetaan Mutu Pendidikan atau yang disebut juga sebagai PMP

adalah pendampingan dan sosialisasi dalam proses PMP secara khusus di institusi

pendidikan seperti sekolah. PMP memiliki tujuan dan tujuan tersebut dapat dibagi

menjadi 5 poin:

8
a. Melakukan pengiriman dan pengisian PMP terhadap suatu pendidikan melalui

aplikasi PMP yang disediakan

b. Memahami aplikasi PMP terintegrasi

c. Mengimplementasikan survei PMP di tingkat satuan pendidikan

d. Memahami Instrumen PMP

e. Mengerti pelaksanaan dan tujuan dari PMP

Melihat dari tujuan implementasi PMP, tentunya PMP berperan penting bagi

proses belajar peserta didik. Setelah mempelajari tujuan dari PMP, faktor PMP juga

perlu dinilai dari beberapa hal. Berikut akan dijelaskan mengenai penilaian faktor

tersebut.

3. Faktor Pemetaan Mutu Pendidikan


Terdapat banyak faktor yang dapat menentukan PMP. Beberapa faktor ini

menentukan apakah pendidikan telah disampaikan dan dikelola dengan baik. Faktor

dari PMP ditentukan dari 8 standar nasional menurut PP no. 19 tahun 2005 oleh

BSNP yaitu antara lain:

1. Standar Isi

Standar ini berisi tentang tingkat kompetensi serta ruang lingkup materi

yang diberikan kepada peserta didik. Di dalamnya terdapat kriteria kompetensi

bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, kompetensi lulusan, serta kamus

pembelajaran. Kesemua kompetensi itu harus bisa dipenuhi oleh peserta didik

sesuai dengan jenjang pendidikan yang tengah ditempuh.

2. Standar Proses

9
Yang dinilai dari standar ini yaitu proses pelaksanaan kegiatan

pembelajaran yang dijalankan oleh sebuah institusi pendidikan hingga bisa

memproduksi lulusan. Proses yang ada akan secara langsung mempengaruhi

kualitas lulusan pendidikan yang dihasilkan.

3. Standar Kompetensi

Standar kompetensi menentukan kualifikasi kemampuan lulusan yang

berkaitan dengan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Ini dimaksudkan agar

lulusan yang dihasilkan dapat berguna bagi masyarakat secara menyeluruh.

4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Penilaian standar ini merupakan standar nasional tentang penilaian kriteria

kelayakan fisik dan prajabatan kelayakan fisik dan mental pendidikan dalam

jabatan dari tenaga guru dan tenaga kependidikan lainnya. Pendidik menjadi

faktor lain yang akan turut berpengaruh pada kualitas anak didik.

5. Standar Sarana dan Prasarana

Standar ini merupakan penilaian sarana dan prasarana yang disediakan di

suatu institusi pendidikan. Misalnya penilaian mengenai kelayakan ruang belajar,

tempat olahraga, perpustakaan, ruang serbaguna, tempat bermain, laboratorium,

ruang pengolahan, bengkel kerja, dan sarana prasarana belajar lainnya. Penilaian

kelayakan sarana prasarana sangat penting untuk menunjang proses

pembelajaran peserta didik. Dalam standar ini suatu institusi pendidikan juga

dinilai dari kelayakan pemakaian teknologi informasi dan fasilitas bagi proses

belajar mengajar peserta didik.

10
6. Standar Pengelolaan

Standar pengelolaan meliputi, pelaksanaan, mekanisme, dan pengawasan

kegiatan pendidikan pada kadar satuan pendidikan, pengelolaan pendidikan ini

sampai di tingkat provinsi, kabupaten/ kota dan pada tingkat nasional. Tujuan

penilaian standar ini adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi terhadap

pelaksanaan dan penyelenggaraan pendidikan.

7. Standar Pembiayaan

Standar ini merupakan standar pendidikan nasional yang berhubungan

dengan besarnya biaya operasi dan komponen satuan pendidikan selama

setahun. Untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas, diperlukan biaya

minimal untuk memenuhinya.

8. Standar Penilaian

Standar Pendidikan ini merupakan standar nasional penilaian tentang

instrumen, prosedur, dan mekanisme penilaian hasil belajar anak atau peserta

didik. Penilaian yang dimaksud di sisi pendidikan adalah penilaian pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah. Standar penilaian pendidikan dasar sampai

menengah memiliki banyak syarat dan prasyarat. Hal ini ini meliputi penilaian

pendidik untuk proses belajar mengajar, penilaian satuan pendidikan terhadap

proses hasil belajar peserta didik, dan penilaian hasil proses belajar dan mengajar

oleh pemerintah. Standar penilaian untuk pendidikan tinggi cenderung lebih

sedikit daripada standar penilaian dasar sampai menengah, penilaian pendidikan

tinggi hanya meliputi penilaian pendidik terhadap proses belajar dan mengajar

peserta didik. Penilaian terakhir adalah kualitas satuan pendidikan.

11
4. Pemetaan pendidikan dasar dan menegah
Mengelola satuan pendidikan memang bukanlah hal yang mudah. Terdapat

banyak variabel dan faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan, karena

akan mempengaruhi keberhasilan pengelolaan satuan pendidikan. Ketika satuan

pendidikan dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang sangat kompeten, prestasi

dan mutu satuan pendidikan kemudian meningkat. Akan tetapi, ketika terjadi

pergantian kepala sekolah, ada kalanya prestasi dan mutu satuan pendidikan

kemudian menjadi stagnan, atau bahkan menurun. Hal ini terjadi karena pengelolaan

satuan pendidikan yang baik hanya melekat/terdapat pada individu kepala sekolah

sebelumnya. Untuk meminimalisir hal tersebut, maka di setiap satuan pendidikan

seharusnya menerapkan sistem penjaminan mutu pendidikan. Dengan sistem

tersebut, maka pengelolaan satuan pendidikan diharapkan dapat terus berlangsung

ke arah peningkatan mutu, dengan mengoptimalkan keterlibatan seluruh pihak yang

terkait di satuan pendidikan.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

menyatakan bahwa Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan komponen

pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan

nasional, yaitu untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu

kehidupan dan martabat manusia Indonesia. Sebagaimana diamanatkan di dalam

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005, setiap satuan

pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib melakukan penjaminan mutu

pendidikan. Penjaminan mutu pendidikan tersebut bertujuan untuk memenuhi atau

melampaui Standar Nasional Pendidikan (SNP).

12
Pemenuhan dan penjaminan mutu pendidikan ini merupakan tanggung jawab

dari setiap komponen di satuan pendidikan. Penjaminan mutu pendidikan pada

satuan pendidikan tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya budaya mutu pada

seluruh komponen satuan pendidikan. Oleh karena itu, pada pelaksanaan sistem

penjaminan mutu pendidikan pada satuan pendidikan dilakukan dengan pendekatan

pelibatan seluruh komponen satuan pendidikan (whole school approach) agar

seluruh komponen satuan pendidikan bersama-sama memiliki budaya mutu. Pada

tanggal 24 Agustus 2016, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah mengeluarkan

Permendikbud No. 28 tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan

Dasar dan Menengah. Peraturan menteri tersebut merupakan salah satu payung

hukum bagi satuan pendidikan dalam melaksanakan Sistem Penjaminan Mutu

Pendidikan di Satuan Pendidikan.

Sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah dikembangkan

agar penjaminan mutu dapat berjalan dengan baik pada segala lapisan pengelolaan

pendidikan dasar dan menengah. Sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan

menengah terdiri dari dua komponen yaitu Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI)

dan Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME). SPME adalah sistem penjaminan

mutu yang dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, lembaga akreditasi

dan lembaga standardisasi pendidikan.

SPMI adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan

pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan. SPMI,

yang selanjutnya disebut sebagai sistem penjaminan mutu pendidikan pada satuan

pendidikan, mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan

13
memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP. Satuan pendidikan

menerapkan keseluruhan siklus dalam sistem penjaminan mutu secara mandiri dan

berkesinambungan hingga terbangun budaya mutu di satuan pendidikan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Pendidikan

Dasar dan Menengah juga telah menerbitkan Pedoman Umum Sistem Penjaminan

Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah dan Petunjuk Pelaksanan Penjaminan Mutu

Pendidikan di Satuan Pendidikan

Pedoman umum dan petunjuk pelaksanaan tersebut dapat dipelajari semua

pihak terkait dalam penerapan sistem penjaminan mutu pendidikan (SPMP) sesuai

dengan tugas dan kewenangan masing-masing.

14
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Masalah pendidikan yang ada di Indonesia semakin hari semakin rumit,

bertambah banyak dan komplek. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi

oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan

satuan pendidikan. Berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan

peningkatan yang berarti. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota menunjukkan

peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, tetapi sebagian lainnya

masih memprihatinkan. Untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dapat

ditempuh berbagai model manajemn dan strategi peningkatan mutu. Strategi

peningkatan mutu pendidikan di sekolah dapat dilakukan dengan cara: yaitu strategi

yang menekankan pada hasil (the output oriented strategy), strategi yang

menekankan pada proses (the process oriented strategy), dan strategi komprehensif

(the comprehensive strategy). Adapun yang menjadi tantangan dalam upaya

peningkatan mutu pendidikan di sekolah sangat banyak tetapi pada intinya adalah

sumber daya pelaku pendidikan di sekolah yang belum memadai, political will dari

pemegang kebijakan dan kebijakan pendidkikan itu sendiri.

15
2. Saran
Disarankan kepada pihak pemerintah sebagai pembuat kebijakan agar dapat

mengubah pola fikir mereka dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, khusunya

dalam hal komitmen untuk peningkatan mutu pendidikan itu sendiri. Disarankan juga

dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah, agar mutu guru yang paling

diutamakan. Sehubungan dengan hal ini maka disarankan kepada pemerintah agar

senantiasa memberikan fasilits untuk peningkatan mutu guru yang sudah ada dan

melakukan seleksi ketat terhadap pengangkatan guru baru. Disarankan kepada kepala

sekolah sebagai pemegang kunci manajemen di sekolah agar senantiasa menekankan

pentingnya penigkatan mutu pendidikan dalam proses perencanaan pengembangan

sekolah.

16
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2003. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah; Buku 1. Koonsep


Dasar. Jakarta: Depdiknas.
Mulyasa, E. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, strategi, dan implementasi.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2012. Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolahi. Jakarta: Bumi Aksara
Nanang, F. 2000. Manajemen Berbasis Sekolah; Pemberdayaan sekolah dalam rangka
Peningkatan Mutu dan Kemandirian Sekolah. Bandung: CV Andira.
Rivai, V & Murni, S. 2010. Education Management: Analisis Teori dan Praktik. Jakarta:
Rajawali Pers
Sudarwan, Danim. 2008. Visi Baru Manajemen Sekolah dari Unit Birokrasi ke Lembaga
Akademik. Jakarta: Bumi Aksara.
Syaifuddin, M, dkk. 2008. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas.
Syaodih, N, dkk. 2007. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (Konsep,
Prinsip dan Instrumen). Bandung: Refika Aditama.
Zamroni. 2007. Meningkatkan Mutu Sekolah, Teori, Strategi dan Prosedur. Jakarta:
PSAP Muhammadiyah

17

Anda mungkin juga menyukai