Anda di halaman 1dari 32

ANALISIS KEBIJAKAN ATAU PROGRAM WAJIB BELAJAR 12

TAHUN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kebijakan Pendidikan

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd.

Rahmatiah, S.S., M.Si.

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Clara Silayar (1103620008) Naomi Tarida Rachelina (1103620130)

Ivana Patricia (1103620079) Nadia Shafira (1103619055)

Hamidah Ayu Umniyati (1103620084) Putri Bella Sagita (1103620013)

Muhammad Abirizan Hanafi (1103620118) Revita Leona Brahmanti (1103620012)

Manajemen Pendidikan 2020 A

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kemampuan dan keberkahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Analisis Kebijakan atau Program Wajib Belajar 12 Tahun”. Kami menyadari selesainya
makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Untuk itu, kami menyampaikan ucapan banyak terima kasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini,
2. Prof. Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd. dan Rahmatiah, S.S, M.Si. selaku dosen pengampu
mata kuliah Kebijakan Pendidikan yang telah membimbing kami dalam mengerjakan
dan menyelesaikan makalah ini,
3. Kedua orang tua kami yang telah memberikan motivasi dan dukungan materil dan
moral dalam menyelesaikan makalah ini, dan
4. Teman-teman Manajemen Pendidikan 2020 A yang membantu dan mendukung kami
dalam menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebijakan Pendidikan dan
memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya untuk kami sendiri. Makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sebagai penulis dan penyusun makalah ini
berharap makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 23 Mei 2021

1
Tim Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................4
1.3 Tujuan..................................................................................................................................4
1.4 Manfaat................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................6
2.1 Perumusan Kebijakan Wajib Belajar 12 Tahun.....................................................................6
2.2 Analisis Kebijakan Wajib Belajar 12 Tahun...........................................................................9
2.2.1 Keunggulan Kebijakan Belajar 12 Tahun:.....................................................................11
2.2.2 Kelemahan Kebijakan Wajib Belajar 12 Tahun:...........................................................12
2.2.3 Beberapa Faktor yang Menentukan Keberhasilan Wajib Belajar 12 Tahun:.............12
2.2.4 Hasil penelitian menunjukkan bahwa :...........................................................................13
2.3 Implementasi Kebijakan Wajib Belajar 12 Tahun...............................................................14
2.3.1 Penjelas (visi dan misi).....................................................................................................14
2.3.2 Program.............................................................................................................................15
2.3.3 Proyek................................................................................................................................15
2.3.4 Kegiatan.............................................................................................................................15
2.3.5 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pelaksanaan Program Wajib Belajar 12 Tahun. 17
2.3.6 Organisasi Implementasi..................................................................................................18
2.3.7 Struktur Organisasi..........................................................................................................18
2.3.8 Mekanisme Kerja atau Koordinasi Antar Unit Yang Terlibat.....................................20
2.3.9 Sumber Daya Manusia Yang Ada Dalam Organisasi....................................................21
2.3.10 Dukungan Finansial Serta Sumber Daya Yang Dibutuhkan.......................................21
2.3.11 Peran Birokrat Garda Depan dalam Implementasi Program Wajib Belajar 12
Tahun di Provinsi DKI Jakarta khususnya Kota Jakarta Timur..........................................21
2.4 Evaluasi Kebijakan Wajib Belajar 12 Tahun........................................................................24
2.4.1 Evaluasi Kebijakan Publik...............................................................................................24
2.4.2 Dampak Kebijakan...........................................................................................................25
2.4.3 Pendidikan Wajib Belajar 12 Tahun...............................................................................25

2
2.4.4 Masyarakat Miskin...........................................................................................................26
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................29
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................29
3.2 Saran.........................................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................30

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal paling penting dan investasi masa yang akan datang dalam
suatu negara. Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
pembangunan masyarakat Indonesia untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat untuk
menjadi lebih baik. Pemerintah mengupayakan pembangunan manusia Indonesia melalui
program pendidikan yang dapat memberikan akses dan pemerataan perolehan pendidikan
bagi masyarakat Indonesia tanpa terkecuali, sehingga anak usia produktif untuk sekolah
tidak putus sekolah ataupun tidak sekolah.
Langkah pemerintah Indonesia dalam menangani masalah pemerataan pendidikan
melalui pencanangan program wajib belajar yaitu 6 tahun melalui Sekolah Dasar (SD)
selama 6 tahun, kemudian wajib belajar 9 tahun melalui Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) selama 3 tahun, selanjutnya Pemerintah meningkatkan wajib belajar 12
tahun sesuai dengan PP tentang wajib belajar bahwa pemerintah daerah dapat
meningkatkan jenjang pada program wajib belajar.
Pendidikan wajib belajar 12 tahun di Indonesia, dalam UndangUndang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 17 ayat (2) mencakup pendidikan
dasar dalam bentuk Sekolah Dasar dengan masa belajar 6 tahun, serta jenjang menengah
dengan istilah Sekolah Menengah Pertama dalam masa belajar 3 tahun, dan Pasal 18 ayat
(3) pendidikan menengah dalam bentuk Sekolah Menengah Atas dengan masa belajar 3
tahun. Adanya wajib belajar 12 tahun yang diterapkan di Indonesia merupakan tanda
bahwa begitu pentingnya pendidikan di negara ini
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perumusan Kebijakan Wajib Belajar 12 Tahun?
2. Bagaimana Analisis Kebijakan Wajib Belajar 12 Tahun?
3. Bagaimana Pengimplementasian Kebijakan Wajib Belajar 12 Tahun?
4. Bagaimana Evaluasi Kebijakan Wajib Belajar 12 Tahun?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Perumusan Kebijakan Wajib Belajar 12 Tahun
2. Untuk mengethaui Analisis Kebijakan Wajib Belajar 12 Tahun
3. Untuk mengetahui Pengimplementasian Kebijakan Wajib Belajar 12 Tahun

4
4. Untuk mengetahui Evaluasi Kebijakan Wajib Belajar 12 Tahun
1.4 Manfaat
1. Bagi penulis

Manfaat dari penulisan makalah ini bagi penulis sendiri adalah sebagai wadah untuk
mengasah kemampuan penulisan karya tulis ilmiah, sarana berbagi ilmu pengetahuan serta
opini pribadi yang berkaitan dengan Kebijakan Wajib Belajar 12 Tahun sehingga dapat
bermanfaat bagi dunia ke penulisan khususnya kebijakan pendidikan.

2. Bagi Pembaca

Manfaat yang dapat diambil oleh para pembaca dari penulisan makalah ini adalah menambah
wawasan serta ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan Kebijakan Wajib Belajar 12 Tahun,
memberikan informasi serta menjadi referensi bagi pengembangan penulisan mengenai
materi Kebijakan Wajib Belajar 12 Tahun.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perumusan Kebijakan Wajib Belajar 12 Tahun


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus mengupayakan wajib
belajar 12 tahun melalui pelaksanaan Program Indonesia Pintar (PIP). Kepala Bagian
Perencanaan dan Penganggaran, Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Yudistira
Wahyu Widiasana mengatakan bahwa saat ini Kemendikbud sedang berusaha mencapai usai
pendidikan minimal 12 tahun.

Presiden Republik Indonesia melalui Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2014 telah
menginstruksikan kepada Menteri, Kepala Lembaga Negara, dan Kepala Pemerintah Daerah
untuk melaksanakan Program Keluarga Produktif melalui Program Simpanan Keluarga
Sejahtera (PSKS), Program Indonesia Sehat (PIS) dan Program Indonesia Pintar (PIP).

Istilah Pendidikan Menengah Universal yang selanjutnya disingkat dengan PMU


merupakan rintisan wajib belajar 12 tahun. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Mendikbud) Mohammad Nuh menjelaskan Pendidikan Menengah Universal 12 Tahun
ditempuh untuk menjaring usia produktif di Indonesia. Pemerintah akan mewajibkan program
Pendidikan Menengah Universal (PMU) atau pendidikan gratis hingga SMA pada 2013
mendatang. Nama Pendidikan menengah Universal (PMU) diambil karena sebagai rintisan di
mana belum adanya peraturan perundangan yang mewajibkan Wajib Belajar 12 Tahun. Oleh
karena itu, pemerintah berencana mengamandemen Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengatur soal wajib belajar 9 tahun menjadi wajib
belajar 12 tahun.

Menurut Indiryanto (2014), selaku Kepala Pusat Penelitian Kebijakan Kemdikbud


menyatakan bahwa Penyelenggaraan Pendidikan Menengah Universal (PMU) mempunyai
sasaran yang ingin dicapai atau tujuan dari pelaksanaanya. Dalam pelaksanaan Pendidikan
Menengah Universal (PMU) ada tiga sasaran yang ingin dicapai. Pertama, meningkatkan
Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan menengah. Angka Partisipasi Kasar (APK)
merupakan rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat
pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang
pendidikan tertentu. Misal, APK SMA sama dengan jumlah siswa yang duduk di bangku

6
SMA dibagi dengan jumlah penduduk kelompok usia 16 sampai 18 tahun. APK
menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan. APK
merupakanIstilah Pendidikan Menengah Universal yang selanjutnya disingkat dengan PMU
merupakan rintisan wajib belajar 12 tahun. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Mendikbud) Mohammad Nuh menjelaskan Pendidikan Menengah Universal 12 Tahun
ditempuh untuk menjaring usia produktif di Indonesia. Pemerintah akan mewajibkan program
Pendidikan Menengah Universal (PMU) atau pendidikan gratis hingga SMA pada 2013
mendatang. Nama Pendidikan menengah Universal (PMU) diambil karena sebagai rintisan di
mana belum adanya peraturan perundangan yang mewajibkan Wajib Belajar 12 Tahun. Oleh
karena itu, pemerintah berencana mengamandemen Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang SistemPendidikan Nasional yang mengatur soal wajib belajar 9 tahun menjadi wajib
belajar 12 tahun.

Menurut Puan, pelaksanaan program wajib belajar 12 tahun sesuai janji kabinet kerja.
Dengan adanya program wajib belajar 12 tahun, semua anak Indonesia wajib masuk sekolah
dan pemerintah wajib membiayai serta menyediakan segala fasilitasnya. Puan mengatakan,
hingga saat ini pemerintah terus melakukan berbagai persiapan terkait pelaksanaan program
tersebut. "Pemerintah ingin semua anak Indonesia berpendidikan, minimal hingga tingkat
sekolah menengah atas," katanya.

"Yang menjadi salah satu hal yang ingin dicapai sekarang. Tercantum di nawacita bahwa
wajib belajar 12 tahun. Kegiatan yang mengarah ke wajib belajar 12 tahun sudah ada ya
sejauh ini, dan terus kita upayakan," kata Yudistira, dalam diskusi bertajuk Implementasi
Kartu Indonesia Pintar Dalam Penuntasan Wajib Belajar 12 Tahun, di Kawasan Kebayoran
baru, Jakarta selatan.

Dalam pembukaan UUD 1945 telah dinyatakan secara tegas bahwa salah satu tujuan
Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.Salah satu cara untuk
dapat mencapai tujuan tersebut yaitu dengan pendidikan. Dimana pendidikan adalah hak asasi
setiap warga negara, yang sangat berperan penting bagi kesuksesan dan kesinambungan
pembangunan suatu bangsa. Adapun penjabaran lebih lanjut mengenai pendidikan tersebut
yaitu tercantum pada UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi “Setiap Warga negara berhak
mendapatkan pendidikan”, ayat 2 yang berbunyi “Setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.”

7
Keseriusan pemerintah untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dapat
dilihat dari berbagai kebijakan yang telah dikeluarkan. Salah satu contoh untuk hal tersebut
yaitu dengan dikeluarkannya kebijakan program Wajib Belajar. Program Wajib Belajar 9
Tahun tercantum dalam peraturan pemerintah No.47 tahun 2008 tentang Wajib Belajar yang
merupakan pelaksanaan dari UU Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) No.20 Tahun 2003.

Kemudian sebagai keberlanjutan dari program Wajib Belajar 9 Tahun, pada tahun 2012
ini Pemerintah Pusat mencanangkan program Wajib Belajar 12 Tahun atau yang lebih dikenal
dengan nama Pendidikan Menengah Universal (PMU). Adapun payung hukum untuk
program PMU ini yaitu Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.80 Tahun 2013.
Program ini dimaksudkan untuk menjaga kesinambungan keberhasilan pelaksanaan program
Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun sekaligus menyiapkan generasi emas Indonesia
2045.

Salah satu daerah yang telah melakukan program Wajib Belajar 12 Tahun yaitu Provinsi
DKI Jakarta. Dimana payung hukum yang mendasari kebijakan ini yaitu Perda DKI Jakarta
No.8 Tahun 2006 tentang Sistem Pendidikan. Pasal 5 ayat (1) yang berbunyi “Warga
masyarakat yang berusia 7 sampai 18 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar sampai tamat.”
Pasal 16 huruf (f) yang berbunyi “Pemerintah daerah wajib menyediakan dana guna
terselenggaranya wajib belajar 12 tahun khususnya bagi peserta didik dari keluarga tidak
mampu dan terlantar.

Program Wajib Belajar 12 Tahun ini tentunya perlu dukungan secara finansial dari
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta agar pengimplementasian program ini lebih mudah untuk
dilakukan. Oleh karena itu untuk mendukung terlaksananya program tersebut, sebanyak Rp
9,78 triliun atau 28,93 persen dari APBD DKI 2012 yang mencapai Rp 33 triliun
dialokasikan untuk pendidikan. Selain dukungan secara finansial, program ini juga diperlukan
keseriusan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta atau birokrat lainnya yang terlibat langsung
dalam program ini. Hal ini seperti yang diungkapkan Fauzi Bowo selaku Gubernur pada
tahun 2012 lalu yang menyatakan Dinas Pendidikan harus bisa membuka akses pendidikan
untuk seluruh warga," kata Fauzi seusai meninjau pelaksanaan Ujian Nasional di SMA
Negeri 89, Cakung, Jakarta Timur, Senin, 16 April 2012.Sehingga peran Dinas Pendidikan
atau birokrat lain yang terlibat disini memang sangat penting untuk dapat memberikan akses
pendidikan seluas-luasnya kepada warga Provinsi DKI Jakarta.

8
Sebagai infomasi, terwujudnya wajib belajar 12 tahun sudah dirintis oleh pemerintahan
Susilo Bambang Yudhoyono sejak 2012. Sebagai langkah awal, siswa SMA/SMK juga bakal
mendapat kucuran dana bantuan operasional sekolah seperti yang selama ini diberikan
kepada siswa jenjang pendidikan dasar SD dan SMP. Karena itu, setelah biaya operasional
sekolah (BOS) SD dan SMP terpenuhi, pemerintah berupaya memberikan BOS kepada
SMA/SMK dan madrasah aliyah (MA) supaya wajib belajar 12 tahun terwujud. Namun,
ketika itu program yang juga dikenal dengan nama "program rintisan Pendidikan Menengah
Universal (PMU)" dianggap belum bisa untuk dimulai. Sebab, pemerintah masih menyisakan
'pekerjaan rumah' dalam program sebelumnya, wajib belajar 9 tahun.

Disampaikan bahwa pencapaian tujuan tersebut diperlukan langkah-langkah proaktif


lembaga dan institusi terkait sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangan rnasing-masing
secara terkoordinasi dan terintegrasi untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi program
untuk mencapai tujuan. Ia menambahkan, Kemendikbud sesuai dengan tugas dan
kewenangannya bertujuan melaksanakan PIP dengan tujuan untuk meningkatkan akses bagi
anak usia 6 sampai dengan 21 tahun. Tujuannya untuk mendapatkan layanan pendidikan
sampai tamat satuan pendidikan menengah, dan mencegah peserta didik dari kernungkinan
putus sekolah (drop out).

"Dalam hal ini, dari dibuatnya program ini dapat menghilangkan hambatan anak. Dari
segi ekonomi terutama. Karena kita ingin meningkatkan rata-rata lama bersekolah duduk kita,
menjadi 12 tahun," jelasnya.

2.2 Analisis Kebijakan Wajib Belajar 12 Tahun


Di Indonesia pemerintah telah membuat undang-undang tentang wajib pendidikan selama
12 tahun yang dimulai pada tahun ajaran 2013/2014. Terciptanya Undang-undang tersebut
tak lepas dari peran pemerintah, khususnya Menteri Pendidikan yang bertujuan agar anak-
anak di Indonesia mendapatkan bekal untuk masa depan yang lebih baik. Salah satu latar
belakang pemerintah mengeluarkan undang-undang tersebut adalah agar anak-anak Indonesia
mendapatkan pendidikan yang layak, seperti sekarang ini yang mewajibkan anak-anak
Indonesia mengikuti pendidikan selama 12 tahun atau hingga lulus SLTA/SMA sederajat.

Hal ini merupakan langkah pemerintah untuk mencerdaskan anak-anak Indonesia yang
merupakan generasi muda penerus bangsa. Karena nantinya kemajuan dan perkembangan
bangsa Indonesia ada di tangan para generasi muda yang mempunyai rasa nasionalisme yang

9
tinggi yang akan membuat negara kita Indoneisa tercinta ini menjadi lebih baik lagi dari
sebelumnya.

Selain itu dengan adanya program pendidikan ini, pemerintah berharap nantinya anak-
anak bangsa tidak akan ketinggalan dengan informasi-informasi, ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) yang semakin berkembang dan mengalami kemajuan seiring dengan
perkembangan zaman yang semakin modern atau semakin maju.

Tidak hanya itu, dengan adanya program wajib belajar 12 tahun, pemerintah Indonesia
secara tidak langsung telah mengurangi jumlah masyarakat Indonesia yang buta huruf, tidak
dapar membaca, serta menulis yang sebagian dari masyarakat Indonesia masih banyak yang
mengalami hal demikian. Pemerintah berharap kedepannya tidak akan ada lagi masyarakat
Indonesia yang mengalami buta huruf.

Sebagian dari masyarakat di Indonesia masih banyak yang tidak mengenal huruf atau
disebut buta huruf, tidak bisa membaca serta menulis. Hal ini dapat terjadi karena dahulu
sebagian dari masyarakat yang mengalami ekonomi rendah, mereka lebih memilih untuk
mencari pekerjaan agar mendapatkan uang dibandingkan dengan mengikuti pendidikan di
bangku sekolah. Karena menurut pendapat mereka, apabila bersekolah hanya akan
membuang-buang waktu saja dan lebih baik waktu itu digunakan untuk mencari uang untuk
dapat memenuhi kelangsungan hidup mereka.

Dahulu mayoritas masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan masih relatif rendah
kesadarannya akan pentingnya pendidikan. Kebanyakan dari mereka hanya mengikuti
pendidikan hanya sampai bangku sekolah dasar saja. Karena bagi mereka bisa membaca dan
menulis saja sudah cukup untuk bekal hidup mereka tanpa memikirkan pengetahuan dan
informasi yang semakin hari semakin berkembang, yang lebih dapat membantu mereka hidup
tidak serba ketinggalan.

Selain itu masyarakat zaman dahulu mempunyai pemikiran bahwa dengan bekal
keyakinan yang kuat serta usaha yang cukup keras, mereka dapat menghasilkan pundi-pundi
uang tanpa harus mengikuti pendidikan yang layak di bangku sekolah. Tetapi apabila
dibandingkan dengan sekarang, masyarakat yang hanya lulusan SD tentu tidak akan
mendapatkan pekerjaan yang layak, kecuali dengan usaha yang sangat keras. Sebagian dari
mereka beranggapan bahwa dengan modal membaca dan menulis saja mereka dapat
mendapatkan pekerjaan, meskipun sebenarnya pekerjaan tersebut termasuk pekerjaan yang
kurang layak untuk sekarang ini.

10
Dahulu pemerintah membuat undang-undang tentang wajib belajar 9 tahun yaitu hingga
lulus SLTP/SMP sederajat, tetapi sekarang pendidikan bagi anak-anak Indonesia diwajibkan
hingga 12 tahun atau hingga lulus SLTA/SMA sederajat.

Ini merupakan upaya dari pemerintah untuk terus memajukan perkembangan pendidikan
di Indonesia. Dengan mewajibkan belajar hingga 12 tahun, diharapkan anak-anak Indonesia
nantinya bisa mendapatkan pekerjaan yang layak atau dapat melanjutkan hingga perguruan
tinggi, apabila mereka mendapatkan prestasi dan beasiswa untuk melajutkan ke jenjang
perguruan tinggi. Secara tidak langsung pemerintah telah ikut serta dalam mengurangi angka
pengangguran di Indonesia. Karena dengan mendapatkan pendidikan bagi masyarakat
ekonomi rendah, tentu kedepannya masyarakat bisa mendapatkan pekerjaan yang layak
sehingga dapat lebih menyejahterakan keluarganya.

Program Rintisan Wajib Belajar 12 tahun merupakan perwujudan pendidikan untuk


semua anak usia 6 – 18 tahun. Wajib belajar 12 sebenarnya diawali dari program wajib
belajar 9 tahun dan pelaksanaannya telah dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia pada
tanggal 2 Mei 1994. Program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun di Indonesia bukanlah
wajib belajar dalam arti compulsory education seperti yang dilaksanakan di negara-negara
maju, dengan ciri- ciri:

1. Ada unsur paksaan agar peserta didik bersekolah;


2. Diatur dengan undang-undang tentang wajib belajar;
3. Tolok ukur keberhasilan wajib belajar adalah tidak ada orang tua yang terkena sanksi,
karena telah mendorong anaknya tidak bersekolah; dan
4. Ada sanksi bagi orangtua yang membiarkan anaknya tidak bersekolah.

Wajib belajar 12 tidak dapat dipisahkan dari rangkaian wajib belajar sebelumnya, yaitu
wajib belajar 6 tahun, dan wajib belajar 9 tahun. Keberhasilan wajib belajar tersebut sebagai
satu pendorong pemerintah untuk melakukan wajib belajar 12 tahun. Wajib belajar adalah
program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh Warga Negara Indonesia atas tanggung
jawab Pemerintah dan pemerintah daerah. Wajib belajar 12 tahun saat ini sudah menajdi
kebutuhan bangsa Indonesia

2.2.1 Keunggulan Kebijakan Belajar 12 Tahun:


1. Semua anak bangsa bisa merasaka pendidikan merata hingga tingkat SMA.
2. Mengatasi kesenjangan sosial.
3. Meningkatkan kualitas pendidikan.

11
4. Untuk menghadapi krisis ekonomi dunia pendidikan dituntut mempertahankan hasil
pembangunan pendidikan.
5. Mengantisipasi era global dunia pendidikan dituntut mempersiapkan Sumber Daya
Manusia yang kompeten agar mampu bersaing di era global.
6. Perubahan dan penyesuaian sistem pendidikan nasional proses pendidikan lebih
demokratis, memperlihatkan kebutuhan atau keadaan daerah peserta didik, serta
peningkatan partisipasi masyarakat.
7. Memajukan dan mencerdaskan Sumver Daya Manusia yang memiliki keunggulan
komparatif yang didapat dari kualitas Sumber Daya Manusianya, sehingga dapat
menghasilkan teknologi canggih yang bermutu tinggi.
8. Untuk mewujudkan layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu bagi semua
lapisan masyarakat dalam rangka mendukung rintisan program sekolah menengah
universal (wajib belajar) 12 tahun.
9. Mengurangi angka putus sekolah.

2.2.2 Kelemahan Kebijakan Wajib Belajar 12 Tahun:


1. Tidak semua daerah siap dengan program wajib belajar 12 tahun.
2. Memicu terjadinya mafia pendidikan.
3. Korupsi di tingkat pendidikan akan semakin marak.
4. Masyarakat kurang sadar dengan pentingnya pendidikan.
5. Waktu 12 tahun belajar terlalu lama buat belajar sehingga menimbulkan rasa bosan.
6. Memerlukan banyak biaya yang harus dikeluarkan.
7. Pemerintah harus mempertimbangkan anggaran yang harus dikeluarkan meliputi
penyediaan sarana prasarana pendidikan seperti ruang kelas, ruang guru, ruang kepala
sekolah, ruang tata usaha, gaji guru dan karyawan, serta biaya operasional sekolah.
8. Layanan pendidikan yang ditawarkan secara umum sudah lepas dari visi pendidikan ,
dan cenderung komersil. Siswa kaya lebih mempunyai kesempatan untuk menikmati
layanan pendidikan yang bermutu, sedangkan siswa miskin tidak.

2.2.3 Beberapa Faktor yang Menentukan Keberhasilan Wajib Belajar 12 Tahun:


1. Adanya kesiapan semua daerah untuk menjalankan wajib belajar 12 tahun.
2. Adanya dukungan dari semua kalangan dengan kebijakan wajib belajar 12 tahun.
3. Masyarakat sadar akan pentingnya pendidikan.

12
Wajib belajar menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas) adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga
negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Lingkungan
sangat berpengaruh pada proses belajar sebagai kegiatan utama, bukan sebagai alternatif
peran (tugas) guru dan pengajar profesional. Lingkungan sangat sensitif terhadap perbedaan
individu dan kelompok pada latar belakang individu, pengatahuan individu, motivasi dan
kemampuan indvidu masing-masing.

Oleh karena itu harus, lingkungan belajar harus mendukung berbagai perbedaan yang
dimiliki individu atau kelompok baik latar belakang, pengatahuan, motivasi dan kemampuan
masing-masing individu supaya dapat memberikan rasa aman dan kenyamanan dalam proses
belajar dan dapat tercapainya tujuan belajar. Kebijakan pendidikan akan membawa dampak
negatif

yang lebih kompleks seperti masalah disintegrasi bangsa. Pemerintah Indonesia telah
melaksanakan kebijakan desentralisasi pemerintahan untuk mewujudkan otonomi daerah.
Dengan otonomi daerah ini diharapkan masyarakat mendapatkan Iayanan publik yang lebih
baik, lebih cepat, dan lebih bertanggungjawab dalam urusan pemerintahan. Salah satu bidan
pemerintahan yang didesentralisasikan adalah bidang pendidikan. Pelaksanaan otonomi
daerah bidang pendidikan di

Indonesia masih menghadapi sejumlah masalah baik bersifat konseptual maupun masalah
faktual. Jika permasalahan tersebut tidak segera ditangani maka dikhawatirkan bahwa
desentralisasi pengelolaan pendidikan akan membawa dampak negatif yang lebih kompleks
seperti masalah disintegrasi bangsa.

Dukungan pelaksanaan wajib belajar 12 tahun harus diiringi dengan meningkatkan


kualitas manajemen pelaksana di tingkat sekolah dalam pemanfaatan dana dan sosialisasi
terkait program dukungan pemerintahan ke masyarakat, misalnya informasi program mitra
warga, serta peningkatan kualitas mutu pendidikannya, baik dari peserta didik maupun dari
tenaga pendidik.

2.2.4 Hasil penelitian menunjukkan bahwa :


1. Pelaksanaan Program Wajib Belajar 12 Tahun :
a. kecukupan tanaga pendidik belum terpenuhi pada jenjang SD
b. ketersediaan sarana prasarana belum terpenuhisecara keseluruhan, dan
c. ketersediaan pembiayaan pendidikan sudah terpenuhi.

13
2. Pencapaian tujuan program wajib belajar 12 tahun :
a. meningkatkan Angka Partisipasi Sekolah (APS)
b. mengurangi Angka Putus Sekolah (APS)
c. meningkatkan Angka Melanjutkan (AM),
d. program wajib belajar sudah dapat meningkatkan anak lulus minimal
SMA/SMK dan sederajat, dan
e. terwujudnya perluasan akses dan pemerataan pendidikan untuk semua.
3. Hambatan-hambatan Program Wajib Belajar 12 Tahun adalah :
a. rendahnya daya beli/tingkat partisipasi masyarakat terhadap pembiayaan
pendidikan
b. rendahnya minat anak dan kesadaran orang tua kurang terhadap pentingnya
pendidikan untuk masa depan
c. masih adanya anak putus sekolah di Kota -kota
d. sosialisasi program wajib belajar 12 tahun kurang maksimal, dan
e. tidak tepatnya subsidi (KMS) pemerintah di berbagai kota.

2.3 Implementasi Kebijakan Wajib Belajar 12 Tahun


2.3.1 Penjelas (visi dan misi)
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar yang penting dan utama dalam kehidupan kita.
Pendidikan juga merupakan hak asasi manusia yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar
1945, Amandemen Bab X A Hak Asasi Manusia Pasal 28C yang berbunyi: “Setiap orang
berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat
pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya,
demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.”

Dan UUD 1945 Amandemen Bab XIII Pendidikan Dan Kebudayaan Pasal 31, ayat 1-5
yang berbunyi: (1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan; (2) Setiap warga
negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya; (3)
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan Undang-Undang; (4) Negara memprioritaskan
anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan
belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi
kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional; (5) Pemerintah memajukan ilmu

14
pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa
untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.

Oleh sebab itu, hak setiap anak bangsa untuk mengenyam pendidikan tidak dapat
dihalangi oleh siapa pun. Akses masyarakat terhadap pendidikan merupakan amanah yang
harus dilakukan bangsa Indonesia sesuai dengan tujuan negara Indonesia yang tertuang dalam
Pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

2.3.2 Program
Menindaklanjuti UU No. 20 Tahun 2003 tersebut, Pemerintah Pusat membuat program
wajib belajar. Dalam hal ini adalah kewajiban Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud). Dengan program wajib belajar tersebut menjadikan pendidikan berkeadilan,
bisa dinikmati seluruh anak-anak di usia sekolah di negara ini. Program wajib belajar ini
disebut dengan program wajib belajar 12 tahun untuk meningkatkan sumber daya manusia
yang berkualitas dan dalam mengantisipasi pemikiran para orang tua untuk menghentikan
pendidikan anak hanya hingga SMP saja.

2.3.3 Proyek
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk memuluskan pelaksanaan program wajib
belajar 12 tahun ini. Pertama, pemerintah harus memberikan pelayanan yang baik dan benar
kepada murid. Maksudnya wajib belajar 12 tahun harus didukung dengan fasilitas di sekolah
misalnya terkait penyediaan ruang kelas, sarana dan prasarana sekolah serta kualitas guru dan
pendidik. Akan tetapi, selama ini kita selalu dihadapkan pada keterbatasan sarana dan
prasarana, baik sekolah yang tidak layak pakai dan kualitas pendidik yang tidak sesuai
harapan.

Kedua, pemerintah tidak hanya menjamin anak-anak bangsa belajar 12 tahun, tetapi juga
harus menjamin tidak ada lagi pungutan liar di sekolah. Anggaran 20 persen dari APBN
rasanya cukup mampu merevolusi semua sektor pendidikan yang terbengkalai, jangan sampai
memberatkan para orang tua siswa. Terlebih untuk keluarga siswa yang kurang mampu,
pungutan liar tersebut dapat memicu orang tua siswa untuk segera menghentikan pendidikan
anaknya karena tak sanggup untuk membayar pungutan. Seharusnya, anggaran untuk
menunjang program wajib belajar ini cukup, tetapi masih tidak tepat sasaran dalam
penggunaannya sehingga masih ditemukannya anak putus sekolah serta sarana dan prasarana
yang tidak memadai.

15
2.3.4 Kegiatan
Dari proyek di atas, terdapat beberapa kegiatan dalam masing-masing proyek, yaitu sebagai
berikut.

a) Perencanaan (planning)
Perencanaan secara umum dapat diartikan sebagai salah satu fungsi pokok
manajemen yang pertama yang harus dijalankan, sebab tahap awal dalam
melaksanakan aktivitas dinas sehubung dengan akan pencapaian tujuan organisasi
dinas adalah dengan membuat perencanaan.
Perencanaan merupakan aktivitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan untuk
menentukan dan merumuskan arah dan tujuan organisasi yang disesuaikan dengan
sumber daya alam dan manusia yang ada dalam organisasi tersebut. Perencanaan
dalam sebuah organisasi sangat dibutuhkan karena dengan adanya perencanaan maka
sebuah organisasi bisa berjalan dengan baik.
b) Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian merupakan fungsi kedua dalam manajemen dan
pengorganisasian didefinisikan sebagai proses penyusunan struktur organisasi sesuai
dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya. Dengan demikian, hasil
pengorganisasian adalah struktur organisasi. Struktur organisasi dapat didefinisikan
sebagai mekanisme-mekanisme formal organisasi diolah. Struktur organisasi terdiri
atas unsur spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi
dalam pembuatan keputusan dan ukuran satuan kerja.
Proses pengorganisasian adalah proses suatu pengelompokan, yakni di samping
pengelompokan orang-orang sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya, juga akan
diikutsertakan pula dengan pengelompokan fasilitas yang diperlukan dalam
pelaksanaan tugas tersebut.
Pengorganisasian yang bertangung jawab dalam hal pelaksanaan program wajib
belajar 12 tahun sudah jelas dan terarah dengan adanya (tupoksi) tugas pokok dan
fungsi dinas pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari adanya struktur organisasi dinas
yang ada di kantor dinas pendidikan.
c) Pelaksanaan (actuating)
Pelaksanaan menurut Westra adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk
melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan

16
ditetapkan dengan melengkapi segala kebutuhan alat-alat yang diperlukan, siapa yang
akan melaksanakan, di mana tempat pelaksanaannya, dan kapan waktu dimulainya.
Pelaksanaan merupakan aktivitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan untuk
melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan
ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang
melaksanakan, di mana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang harus
dilaksanakan.
Dinas pendidikan sebagai pelaksana dalam menjalankan program wajib belajar ini
terus berupaya dalam memberikan informasi terhadap pentingnya pendidikan guna
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan, karena pendidikan merupakan
salah satu bentuk investasi terhadap sumber daya manusia yang akan menjadi aset
dalam pembangunan bangsa di masa yang akan datang. Oleh sebab itu, masyarakat
harus mendapatkan pendidikan yang yang berkualitas dan terjangkau melalui program
wajib belajar 12 tahun.
d) Pengawasan (controlling)
Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk memastikan apakah
tujuan organisasi sudah selaras dengan pelaksanaannya (implementasinya). Apabila
terjadi penyimpangan, dapat diidentifikasi di mana letak penyimpangan itu dan
bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya. Pengawasan
merupakan kewajiban setiap orang dalam organisasi secara terus menerus,
memperhatikan dan mengawasi jalannya tugas masing-masing sesuai rencana semula.
Maksudnya, pengawasan dapat dirumuskan sebagai proses penentuan yang harus
dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai
pelaksanaan dan bila perlu melakukan perbaikan-perbaikan sehingga pelaksanaan
sesuai dengan rencana yang dituangkan dalam bentuk standar (ukuran). Pada
dasarnya, pengawasan diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya
kemungkinan penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai.
Melalui pengawasan, dinas pendidikan diharapkan dapat membantu dalam
pelaksanaan program wajib belajar agar dapat berjalan efektif dan efisien.
Pengawasan dapat menciptakan suatu aktivitas yang berkaitan erat dengan penentuan
dan evaluasi sejauh mana pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan. Pengawasan juga
dapat mendeteksi sejauh mana kebijakan pimpinan yang dijalankan dan sampai sejauh
mana penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut. Untuk

17
mempermudah pelaksanaan dalam merealisasikan tujuan harus pula dilalui beberapa
fase atau urutan pelaksanaan.

2.3.5 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pelaksanaan Program Wajib Belajar 12 Tahun


Dalam melaksanakan sebuah kebijakan tentu akan mengalami berbagai kendala atau
hambatan yang dihadapi. Faktor-faktor penghambat timbul dalam proses implementasi yang
dilaksanakan. Faktor penghambat dapat mempengaruhi keberhasilan terhadap pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan. Munculnya masalah-masalah yang dapat menghambat proses
implementasi tersebut dapat bersumber pada internal, yang melakukan implementasi dan
yang diawasi.

Faktor penghambat tersebut terdiri atas:

a) Keadaan Sosial dan Ekonomi


Orang tua yang tinggal dalam masyarakat berpendidikan akan terus terdorong
untuk menyekolahkan anaknya. Sebaliknya, orang tua yang tinggal dalam masyarakat
yang tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah akan memengaruhi pula untuk
tidak menyekolahkan anaknya. Tempat tinggal dalam masyarakat berpendidikan
rendah dapat memengaruhi pula rendahnya kesadaran orang tua tentang arti penting
bagi anak.
b) Sumber Daya
Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan
suatu kebijakan. Oleh sebab itu, dalam implementasi suatu kebijakan diperlukannya
sumber daya manusia yang berkualitas agar program tersebut dapat
diimplementasikan dengan efektif dan juga efisien. Namun pada kenyataannya dalam
pelaksanaan program wajib belajar 12 tahun ini sumber daya manusia masih belum
mencukupi yang mengakibatkan program wajib belajar tidak terlaksana dengan baik.

2.3.6 Organisasi Implementasi


Organisasi implementasi atau implementing agency merupakan salah satu faktor yang
memengaruhi berhasil atau tidaknya suatu implementasi. Implementing agency maksudnya
adalah keberadaan organisasi atau lembaga yang diberi mandat untuk mengimplementasikan
suatu kebijakan. Dilihat dari posisinya, implementing agency ini memiliki peran yang sangat
vital, sebab lembaga inilah yang akan menjamin kegiatan delivery mechanism (mekanisme
penyampaian) berjalan lancar. Tanpa delivery mechanism yang baik tentu tujuan-tujuan
kebijakan yang telah dirancang sebelumnya tidak akan tercapai.

18
2.3.7 Struktur Organisasi
Struktur yang ada di dalam organisasi implementasi program Wajib Belajar 12 Tahun di
Provinsi DKI Jakarta dalam lingkup Kota Administrasi Jakarta Timur ini yaitu sifatnya
adalah struktur vertikal dan termasuk ke dalam kategori complex structure. Struktur vertikal
maksudnya adalah semua susunan struktur dan pembagian tugasnya itu didasarkan pada
hirarki, otoritas, atau rantai komando. Kemudian complex stucture ini maksudnya adalah
implementasian program yang tidak hanya melibatkan satu organisasi saja, tetapi juga banyak
organisasi.

Adapun organisasi implementasi yang terlibat berhubungan langsung dengan program ini
yaitu sebagai berikut.

a. Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta


Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta sebagai tombak dari segala pelaksanaan
pendidikan yang ada di Provinsi DKI Jakarta ini tentunya memiliki pengaruh bagi
keberhasilan maupun kegagalan program Wajib Belajar 12 Tahun. Dalam program
Wajib Belajar 12 Tahun ini sendiri, Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta juga
sudah memiliki tugas di dalamnya, yaitu antara lain tugas tataran kebijakan atau saat
perumusan kebijakan, melakukan sosialisasi untuk program ini, melakukan koordinasi
dengan semua aktor yang terlibat, terakhir melakukan monitoring dan evaluasi
mengenai program ini di lapangan.
Semua tugas yang dimiliki oleh Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta tersebut
sudah dilakukan dengan cukup baik semua, hanya saja masih ada kekurangannya
yaitu kurang maksimalnya dalam melaksanakan tugas sosialisasi untuk program ini, di
mana kurangnya tersebut bisa dilihat dari waktu sosialisasi dan juga media sarana
sosialisasi.
b. Suku Dinas Pendidikan Menengah Kota Administrasi Jakarta Timur
Suku Dinas Pendidikan Menengah Kota Administrasi Jakarta Timur sendiri di sini
telah memiliki struktur dan telah melaksanakan tugas-tugas yang dimiliki dengan baik
juga. Suku Dinas Kota Administrasi Jakarta Timur ini telah melakukan sosialiaasi
mengenai program ini, melakukan koordinasi dengan semua aktor yang terlibat,
melakukan monitoring dan evaluasi mengenai program ini, memverifikasi data
sekolah dalam hal pengajuan dan pelaporan pertanggungjawaban penggunaan dana
BOP, dan terakhir menyalurkan dana BOP kepada sekolah-sekolah.

19
Semua tugas yang dimiliki oleh Suku Dinas Pendidikan Menengah Kota
Adminitrasi Jakarta Timur ini sudah dilakukan dengan cukup baik hanya saja
terkadang tugas dalam penyaluran dana BOP kepada sekolah-sekolah tiap awal
tahunnya mengalami keterlambatan. Hal ini dikarenakan setiap awal tahun terkadang
terjadi keterlambatan pengesahan anggaran dana APBD Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta, sehingga penyaluran dana BOP dari Pemerintah pun menjadi terlambat juga.
c. Seksi Dinas Pendidikan Menengah Kecamatan
Seksi Dinas Pendidikan Menengah Kecamatan merupakan aktor di tingkat
Kecamatan yang terlibat langsung sebagai aktor dalam implementasi program Wajib
Belajar 12 Tahun di Kota Administrasi Jakarta Timur ini. Seksi Dinas Pendidikan
Menengah Kecamatan itu sendiri telah melaksanakan tugasnya dengan cukup baik
yaitu telah melakukan sosialisasi mengenai program ini, melakukan koordinasi
dengan semua aktor yang terlibat, melakukan monitoring dan evaluasi, melakukan
pembinaan dana BOP kepada sekolah, dan terakhir melakukan memverifikasi
pendataan pengajuan maupun pertanggungjawaban dana BOP.
Kemudian dalam melaksanakan semua tugasnya di sini Seksi Dinas Pendidikan
Menengah Kecamatan tidak memiliki hambatan. Jadi sejauh ini semua tugas yang
dimiliki dan dijalankan dalam implementasi program ini masih berjalan dengan baik.
d. Satuan Pendidikan atau Sekolah
Sekolah-sekolah yang ada di lingkup Kota Adminitrasi Jakarta Timur ini sendiri
telah memiliki struktur dan telah melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik juga.
Sekolah-sekolah telah melakukan sosialisasi mengenai program ini, memberikan
pemahaman kepada orang tua, melakukan koordinasi dengan semua aktor yang
terlibat, menjaga agar tidak ada peserta didik yang putus sekolah, mengusulkan data
peserta didik untuk menerima dana BOP, dan melaporkan pertanggungjawaban
penggunaan dana BOP.
Namun di sini sekolah masih memiliki hambatan tersendiri yaitu pada awal tahun
biasanya sekolah terlambat dalam melaksanakan kegiatan sekolah. Lambatnya
pengesahan anggaran dana APBD oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta setiap awal
tahunnya menyebabkan sekolah juga terlambat menerima dana BOP. Keterlambatan
penerimaan dana BOP tersebut itulah yang menyebabkan sekolah harus menunda
kegiatan sekolahnya, karena pelaksanaan kegiatan sekolah ini hanya bergantung pada
dana BOP yang diberikan pemerintah.

20
2.3.8 Mekanisme Kerja atau Koordinasi Antar Unit Yang Terlibat
Untuk mekanisme kerja atau koordinasi aktor yang terlibat di dalam program Wajib
Belajar 12 Tahun di Kota Administrasi Jakarta Timur ini sifatnya berjenjang, dilakukan
dimulai dari aktor yang ada paling atas, kemudian kepada aktor yang ada di bawahnya,
hingga nanti kepada aktor lagi yang berada paling bawah. Jadi di sini mekanisme atau
koordinasinya berjenjang atau harus melewati aktor demi aktor yang terlibat terlebih dahulu.

Koordinasi ini dilakukan untuk memonitoring dan mengevaluasi implementasi


program ini di lapangan, yang mana hal ini dilakukan dengan cara mengadakan rapat-rapat
oleh para aktor. Rapat ini ada yang rapat rutin minimal sebulan sekali dan rapat dadakan ini
tidak terpaut waktunya atau tentatif, tetapi juga apabila tidak dimungkinkan untuk rapat maka
hal tersebut dilakukan melalui telepon atau email.

2.3.9 Sumber Daya Manusia Yang Ada Dalam Organisasi


Sumber daya manusia memiliki peranan yang cukup penting dalam suatu organisasi
implementasi, karena implementasi tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya sumber
daya manusia yang memadai. Sumber daya manusia inilah nantinya yang merupakan
pelaksana dari semua tugas-tugas yang ada dalam program, demi mencapai tujuan-tujuan
yang akan dicapai oleh suatu program.

Sumber daya manusia yang ada dalam program ini bisa dilihat dari kualitas dan
kuantitas yang dimiliki oleh para aktor. Dilihat dari kualitas sumber daya manusia nya yaitu
di sini para aktor sudah memiliki tingkat pendidikan minimal setingkat SMA, dan ada
beberapa yang lulusan D1, D3, S1 maupun S2. Kemudian dilihat dari kuantitas atau jumlah
sumber daya manusia yang tersedia untuk progam ini juga dirasa sudah cukup jumlahnya,
yang mana pembagian jumlah sumber daya manusia yang ada di setiap Dinas ini sudah diatur
sesuai dengan kewenangan tugas yang dimiliki oleh masing-masing Dinas.

2.3.10 Dukungan Finansial Serta Sumber Daya Yang Dibutuhkan


Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sendiri telah menyiapkan Biaya Operasional
Pendidikan (BOP) dalam rangka menyukseskan program Wajib Belajar 12 Tahun ini.
Adapun dana BOP tersebut berasal dari dana APBD Provinsi DKI Jakarta. Dana BOP ini
diberikan kepada sekolah-sekolah yang ada di Provinsi DKI Jakarta untuk membantu setiap
kegiatan yang ada di sekolah, sehingga dengan adanya dana BOP ini, masyarakat yang
kurang mampu bisa turut terbantu untuk tetap dapat mengenyam bangku pendidikan.

21
Namun sayangnya pemberian dana BOP ini masih ada beberapa kekurangan yaitu
masih ada beberapa sekolah yang belum tercukupi pelaksanaan kegiatan sekolahnya dengan
dana BOP yang ada, karena setiap pelaksanaan kegiatan dan kebutuhan tiap sekolah pasti
berbeda. Kemudian ada keterlambatan penyaluran dana BOP dari Pemerintah kepada sekolah
di awal tahun karena adanya keterlambatan pengesahan anggaran APBD. Terakhir
penyetopan dana BOP kepada sekolah swasta tahun 2014 kemarin karena ada beberapa
faktor, ini tentunya juga menjadi hambatan bagi sekolah swasta sendiri.

2.3.11 Peran Birokrat Garda Depan dalam Implementasi Program Wajib Belajar 12
Tahun di Provinsi DKI Jakarta khususnya Kota Jakarta Timur
Birokrat garda depan atau yang disebut juga dengan frontline bureaucrats atau street-
level bureaucrats. Mereka ini adalah SDM birokrasi yang secara langsung menjalankan peran
untuk mewujudkan tujuan kebijakan, seperti mendata kelompok sasaran yang eligible,
melakukan sosialisasi, mendistribusikan keluaran kebijakan kepada kelompok sasaran,
memastikan bahwa keluaran kebijakan dimanfaatkan oleh kelompok sasaran secara benar
agar tujuan kebijakan dapat tercapai.

Aktor yang menjadi birokrat garda depan dalam program Wajib Belajar 12 Tahun di
Provinsi DKI Jakarta di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur ini yaitu Seksi Dinas
Pendidikan Menengah Kota Administrasi Jakarta Timur, di mana aktor ini merupakan aktor
yang berhubungan langsung dengan kelompok sasaran yaitu sekolah. Walaupun sebenarnya
fokus utama kelompok sasaran dari program ini adalah peserta didik, tetapi peserta didik di
sini tidak langsung merasakan atau menerima langsung akan adanya program ini. Jadi di sini
yang kelompok sasarannya adalah sekolah dengan objek nya yaitu peserta didik.

Tugas birokrat garda depan ini sangat berpengaruh sekali pada kegagalan maupun
keberhasilan suatu program karena merekalah yang langsung berhadapan dengan kelompok
sasaran. Adapun tugas-tugas aktor birokrat garda depan tersebut sendiri yaitu:

a. Memahami Tujuan Kebijakan Yang diimplementasikan


Suatu program tentunya dibuat dengan memiliki tujuan yang bisa memberikan
dampak positif tentunya. Namun untuk dapat memahami tujuan program tentu
tidaklah mudah. Setiap aktor harus paham benar dengan tujuan program yang ada,
karena bisa saja aktor tersebut salah memberikan persepsi tujuan program yang malah
berujung pada sulitnya ketercapaian tujuan program. Maka, agar suatu implementasi
dapat berjalan dengan lancar dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka

22
para birokrat garda depan harus dapat memahami tujuan program ini dengan baik
terlebih dahulu.
Adapun tujuan program Wajib Belajar 12 Tahun ini yaitu untuk memberikan
kesempatan pendidikan seluas-luasnya kepada penduduk usia 16-18 tahun atau
peserta didik pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah (MA) atau bentuk lain yang sederajat. Dengan
pemberian kesempatan pendidikan seluas-luasnya, maka tentu nantinya peserta didik
dapat lebih mudah mengenyam pendidikan sehingga dapat mengurangi angka putus
sekolah yang juga merupakan menjadi salah satu tujuan program ini.
Secara keseluruhan tugas dalam memahami kebijakan oleh birokrat garda depan
dalam progam Wajib Belajar 12 Tahun ini sudah terlihat cukup baik. Hal tersebut
dapat dibuktikan karena salah satu tujuan dari program ini sudah bisa dikatakan
berhasil, yaitu tujuan dalam menurunkan angka putus sekolah di tingkat SMA dan
SMK baik Negeri maupun Swasta dari tahun 2012/2013 ke tahun 2013/2014. Dengan
pemahaman tujuan yang baik tersebut maka tentunya setiap tugas dapat lebih mudah
untuk dilaksanakan, dan membuat pencapaian tujuan juga menjadi lebih mudah.
b. Melakukan Hubungan dengan Lembaga Lain
Seksi Dinas Pendidikan Menengah Kecamatan yang menjadi birokrat garda depan
dalam program ini bertugas sebagai penghubung antara Suku Dinas Pendidikan
Menengah Kota Adminitrasi Jakarta Timur dan juga dengan sekolah SMA maupun
SMK. Dalam hal ini dilakukan dengan cara koordinasi dengan mengadakan rapat
pertemuan. Koordinasi rapat ini ada yang bersifat rapat rutin maupun rapat dadakan.,
yang mana rapat rutin ini yaitu dilakukan minimal sebulan sekali dan rapat dadakan
ini yaitu dilakukan apabila ada kebutuhan mendadak mengenai program ini. Atau jika
tidak memungkinkan untuk rapat, hal dadakan ini akan dikoordinasikan lewat telfon
atau email.
Untuk kunjungan evaluasi dan monitoring ke sekolah-sekolah ini hampir rutin
setiap bulan dilakukan oleh Kepala Seksi Dinas Pendidikan Menengah Kecamatan, di
mana hal ini dilakukan untuk melihat dan mengetahui langsung seperti apa kegiatan
belajar mengajar, kegiatan sekolah, dan kegiatan implementasian program ini lainnya
di sekolah. Kemudian untuk melakukan hubungan dengan lembaga lainnya seperti
LSM, BPK, KPK, dan Inspektorat lainnya itu sendiri di sini Seksi Dinas Pendidikan
Menengah Kecamatan sendiri tidak memiliki tugas untuk melakukan hal tersebut.
c. Menyampaikan Informasi Kepada Kelompok Sasaran

23
Dalam program Wajib Belajar 12 Tahun ini, penyampaian informasi oleh aktor
birokrat garda depan tersebut dilakukan dengan cara melakukan sosialisasi, yang
mana sosialisasi ini dilakukan dengan cara rapat-rapat yang di adakan. Sebenarnya
Seksi Dinas Pendidikan Menengah Kecamatan sebagai aktor birokrat garda depan ini
sendiri di sini tidak memiliki kewenangan dan tugas yang khusus dalam memberikan
sosialisasi kepada sekolah, karena sebenarnya tugas sosialisasi program ini ke sekolah
sudah menjadi tugas Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta dan tugas Suku Dinas
Pendidikan Menengah Kota Administrasi Jakarta Timur itu sendiri, sehingga tugas
birokrat garda depan dalam hal penyampaian informasi atau sosialisasi ini kepada
sekolah-sekolah sedikit kurang maksimal dikarenakan memang mereka tidak
memiliki tugas dan kewenangan untuk itu. Akan tetapi, walaupun begitu jika ada
rapat atau pertemuan dengan sekolah-sekolah, terkadang birokrat garda depan atau
Seksi Dinas Pendidikan Menengah Kecamatan disini juga suka menyelingi untuk
memberikan informasi mengenai program ini.

2.4 Evaluasi Kebijakan Wajib Belajar 12 Tahun


2.4.1 Evaluasi Kebijakan Publik
Evaluasi menurut Ralph Tyler dalam Suharsimi (2003, h.3) mengatakan bahwa evaluasi
merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa,
dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai dan juga menurut Cronbach dan
Stufflebeam tambahan definisi tersebut adalah proses evaluasi bukan sekedar mengukur
sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan.

Sementara Muhadjir Darwin bersama Wahyu Nurhardjadmo50, evaluasi ialah proses


untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan membuahkan hasil yaitu dengan
membandingkan antara hasil yang diperoleh dengan tujuan atau target yang telah ditetapkan.

Sedangkan menurut Lester dan Stewart dalam Agustino (2012, h..185) evaluasi
ditunjukkan untuk melihat sebagian-sebagian kegagalan suatu kebijakan dan untuk
mengetahui apakah kebijakan yang telah dirumuskan dan dilaksanakan dapat menghasilkan
dampak yang diinginkan. Sedangkan Triana (2011, h.271) Akan tetapi dalam studi evaluasi
indikator – indikator proses, output dan outcome lebih dekat atau lebih dikenal membahas
mengenai evaluasi proses, evaluasi formatif, dan evaluasi sumatif.

1) Evaluasi Proses ialah pembuatan kebijakan atau sebelum kebijakan dilaksanakan. Pada
tahap ini menurut Palumbo diperlukan dua kai evaluasi, yaitu :

24
a. Evaluasi Desain Kebijakan, untuk menilai apakah alternative – alternative yang
dipilih sudah merupakan alternative yang paling hemat dengan mengukur hubungan
antar biaya dengan manfaat ( cost benefit –analysis ), dll yang bersifat rasional dan
terukur
b. Evaluasi Legitimasi Kebijakan, untuk menilai derajad penerimaan suatu kebiijakan
atau kelompok program oleh masyarakat / stakeholder / kelompok sasaran yang dituju
oleh kebijakan tersebut

2) Evaluasi Formatif ialah evaluasi yang dilakukan pada saat proses implementasi kebijakan
sedang berlangsung yang tujuannya utamnya untuk mengetahu seberapa jauh sebuah program
diimplementasikan dan kondisi – kondisi apa yang dapat diupayakan untuk meningkatkan
keberhasilan.

3) Evaluasi Sumatif yang dilakukan pada saat kebijakan telah diimplementasikan dan
memberikand dampak, tujuan evaluasi sumatif ini adalah untuk mengukur bagaimana
efektifitas kebijakan / program tersebut memberi dampak yang nyata pada problem yang
ditangani.

2.4.2 Dampak Kebijakan


Evaluasi dampak lebih mengarah kepada sampai sejauh mana suatu kebijakan
menyebabkan perubahan sesuai dengan yang dikehendaki ( intended impact ). Riset pada
evaluasi dampak bertujuan untuk menguji efektifitas suatu kebijakan atau program dalam
pencapaian tujuan kebijakan. Apakah kebijakan atau program menyebabkan perubahan sesuai
dengan yang diinginkan atau justru sebaliknya? Suatu kebijakan atau program dikatakan
memiliki dampak manakala kebijkan atau program tadi dapat mencapai perubahan kea rah
tujuan dan sasaran yang dikehendaki ( Widodo, 2007.hal 120 ).

Menurut Samodra Wibawa, ada 2 jenis kegiatan evaluasi yaitu Evaluasi Implementasi dan
Evaluasi Dampak Kebijakan.

1. Evaluasi Implementasi, berusaha melihat proses pelaksanaan atau implementasi


dimana yang terkait ialah pelaksana dan bagaimana pelaksanaannya.
2. Evaluasi Dampak Kebijakan, memberi perhatian lebih besar pada output dan
dampak kebijakan dibandingkan kepada proses pelaksanaannya. Dalam kaitannya
dengan dampak, evaluasi implementasi mengamati dampak jangka pendek atau
dampak sementara sedangkan evaluasi dampak mengamati dampak tetap atau
dampak jangka panjang.

25
2.4.3 Pendidikan Wajib Belajar 12 Tahun
Pendidikan ialah suatu proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru terhadap
muridnya untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang akan menjadi bekal hidupnya esok di
kemudian hari. Dengan adanya pendidikan maka taraf hidup seseorang akan menjadi lebih
baik, yang sebelumnya tidak mengenal apa – apa, dengan pendidikan maka ia akan belajar
untuk memahami dan mengerti apa yang dipelajarinya.

Menurut Theodore Brameld Istilah pendidikan mengandung fungsi yang luas dari
pemelihara dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat, terutama membawa warga
masyarakat yang baru mengenal tanggung jawab bersama di dalam masyarakat. Jadi
pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas daripada proses yang berlangsung di dalam
sekolah saja.

Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang memungkinkan masyarakat tetap ada dan
berkembang. Di dalam masyarakat yang kompleks, fungsi pendidikan ini mengalami
spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal yang senantiasa tetap berhubungan
dengan proses pendidikan informal di luar sekolah.

2.4.4 Masyarakat Miskin


Masyarakat miskin menurut pendapat saya ialah masyarakat yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan sandang, pangan dan papan. Dimana dengan terpenuhinya 3 kebutuhan pokok
tersebut maka masyarakat atau manusia disebut masyarakat mampu. Akan tetapi walaupun
terpenuhinya 3 pokok tersebut, belum tentu masyarakat tersebut adalah masyarakat yang
mampu / terpenuhi kebutuhanya, bisa saja masyarakat tersebut tidak mampu. Dikarenakan
jumlah pendapatanya kurang dan tidak mencukupi kebutuhanya sehari – hari.Sedangkan
Menurut Friedman dalam Karnaji dan Suyanto (2005, hal.2), kemiskinan adalah “
ketidaksamaan untuk mengakumulasi basis keksuatan social “. Sementara yang dimaksud
basis kekuasaan itu menurut Friedman meliputi hal – hal berikut.

1. Modal produktif atas asset, misalnya tanah perumahan, peralatan, dan kesehatan.
2. Sumber keuangan, seperti income dan kredit yang memadai.
3. Organisasi social dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan
bersama seperti koperasi.
4. Network atau jaringan social untuk memperoleh pekerjaan, barang – barang,
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai.
5. Informasi – informasi yang berguna untuk kehidupan.

26
1. Pemahaman tentang Perwali No 47 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan dan Pengelolaan
Pendidikan di Kota Surabaya ( khusus program wajib belajar 12 tahun ) pada masyarakat
miskin.

Berdasarkan tugas pokok fungsi dan tujuan Perwali No 47 tahun 2013 tentang
penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan di Kota Surabaya yang tertera pada pasal 13
yang berbunyi :

a. Wajib belajar berfungsi mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan


memperoleh pendidikan yang bermutu bagi setiap warga Kota Surabaya.
b. Wajib belajar bertujuan memberikan pendidikan minimal bagi warga Kota
Surabaya untuk dapat mengembangkan potensi dirinya agar dapat hidup mandiri di
dalam masyarakat atau melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Penjelasan awal
diatas merupakan tujuan utama dari perwali ini, yang mana mewajibkan seluruh
lapisan masyarakat terutama pada masyarakat miskin. Peraturan ini merupakan suatu
bentuk peraturan yang dikeluarkan oleh walikota yang membahas mengenai
penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan di Kota Surabaya. Dalam peraturan
walikota ini didalamnya mengatur mengenai penyusunan rencana kerja tahunan
bidang pendidikan dengan memprioritaskan salah satu programnya ialah wajib belajar
12 tahun.
Dengan adanya perwali dan sekaligus program ini bertujuan untuk membantu
pemerintah dalam menyelesaikan masalah – masalah di dunia pendidikan, terutama
untuk mengakomodir pendidikan bagi masyarakat miskin, mengapa masyarakat
miskin ?. dikarenakan masyarakat miskin sangat perlu untuk mendapat akses
pendidikan yang pasti dari pemerintah serta kemudahan dan kebutuhan untuk
mendukung proses pendidikan yang sedang dilaksanakan. Dalam hal ini dengan
adanya wajib belajar 12 tahun bagi seluruh siswa di Kota Surabaya, maka ini
membuka sedikit pintu pendidikan untuk dapat diakses oleh warga miskin atau
masyarakat miskin yang sangat membutuhkan pendidikan.

2. Pemahaman Khusus Tentang Program Wajib Belajar 12 Tahun Pada Masyarakat


Miskin. Kota Surabaya yang merupakan salah satu kota besar di Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang memiliki berbagai macam prestasi Adipura, Kalpataru, Adiwiyata, dan masih
banyak berbagai penghargaan lain yang didapatkan. Sedangkan untuk penghargaan

27
pendidikan kota peduli pendidikan dan penghargaan kota bebas buta aksara. Dari berbagai
penghargaan tersebut Kota Surabaya menjadi jujukan atau percontohan daerah – daerah atau
kabupaten dan kota lain yang ingin maju dan berkembang. Kota Surabaya yang merupakan
salah satu kota yang telah menerapkan program nasional wajib belajar 12 tahun yang telah
dicanangkan oleh pemerintah pusat, telah menjadi kota percontohan wajib belajar 12 tahun
bagi kota – kota lain di Indonesia. Kota Surabaya dijadikan contoh dikarenakan lancarnya
dan suksesnya program tersebut. Oleh sebab itu di dalam pendidikan Kota Surabaya tidak ada
anak yang tidak boleh sekolah, semua warga Kota Surabaya diwaibkan untuk menuntaskan
wajib belajar supaya dengan menuntaskan wajib belajar tersebut maka seccara otomatis akan
meningkatkan taraf hidup mereka. Terutama masyarakat miskin.,, berikut ialah persentase
jumlah siswa tiap jenjang di Kota Surabaya.

3. Dampak Program Wajib Belajar 12 Tahun ( Studi Kasus Pada Masyarakat Miskin )

Peraturan walikota no 47 tahun 2013 tentang penyelenggaraan dan pengelolaan


pendidikan di Kota Surabaya ( khususnya program wajib belajar 12 tahun ) pada masyarakat
miskin adalah suatu peraturan yang menjadi landasan hukum dalam pelaksanaan pendidikan
di Kota Surabaya. Dengan diterbitkannya perwali ini sebagai landasan hukum maka
pemerintah Kota Surabaya berusaha untuk memperluas dan meratakan pendidikan di
berbagai pelosok Kota Surabaya, yang salah satunya ialah menjangkau wilayah yang tingkat
kemiskinannya relatif tinggi yaitu Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir.
Berdasarkan perihal diatas supaya keluarga miskin atau masyarakat miskin dapat terjangkau
akses pendidikan maka terbitlah peraturan walikota ini yang dipergunakan sebagai landasan
dalam pelaksanaan pendidikan wajib belajar 12 tahun. Dengan adanya peraturan walikota ini
maka membuka akses seluas – luasnya bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang
tinggi, tidak terkecuali masyarakat miskin yang menjadi target dalam pelaksanaanya. Hal ini
berdampak pada anak – anak yang berasal dari keluarga miskin dapat meraih pendidikan
yang tinggi dan juga sekaligus mendapatkan kehidupan yang baik, yang mana dengan
berpendidikan tinggi mereka akan siap untuk hidup mandiri dan berkontribusi bagi
masyarakat sekitar mereka. Lebih lanjut, berikut akan dibahas satu persatu mengenai tujuan
dari peraturan walikota no 47 tahun 2013 tentang penyelenggaraan dan pengelolaan
pendidikan di Kota Surabaya khusus program wajib belajar 12 tahun pada masyarakat miskin
yang mana menjadi landasan telah berjalannya peraturan walikota ini sesuai dengan tujuan
dalam peraturan walikota.

28
Dalam menjelaskan secara lebih rinci mengenai dampak perwali ini yang berdasarkan
tujuan perwali tersebut, berikut akan disampaikan mengenai subbab – subbab tujuan
peraturan walikota yang menjadi landasan dari dampak peraturan walikota diatas yang
meliputi:

a. Perluasan dan Pemerataan Wajib Belajar 122 Tahun Pada Siswa Yang Berasal
dari Masyarakat Miskin di Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir Kota
Surabaya.
b. Mengembangkan Potensi Diri Agar Dapat Hidup Mandiri di Dalam Masyarakat
Program wajib belajar 12 tahun yang sedang dilaksankaan di Kota Surabaya.
c. Melanjutkan Ke Jenjang Yang Lebih Tinggi.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan bermutu dan berkualitas pada saat ini sangatlah dibutuhkan bagi
perkembangan setiap individu di seluruh dunia, yang mana dewasa ini kita melihat setiap
negara mulai berlomba – lomba untuk merencanakan pendidikan yang tinggi bagi setiap
warganya. Dengan pendidikan yang baik maka sebuah bangsa didalamnya secara otomatis
mulai membangun dan mendidik masyarakatnya kearah yang berkompeten dan juga melalui
pendidikan negara mencoba untuk melahirkan sumber daya manusia ( SDM ) yang bermutu
dan berkualitas, dengan kata lain dapat bersaing secara kompeten dengan warga negara lain.

Di era globalisasi ini pembangunan adalah syarat mutlak yang harus dilakukan oleh
setiap Negara atau bangsa yang ingin menunjukkan eksistensinya dalam percaturan dinamika
globalisasi saat ini. Dalam hal ini pembangunan yang menjadi syarat mutlak ialah
pembangunan manusia yang memiliki tingkat kompetisi tinggi, daya saing dan memiliki
wawasan yang luas ialah pembangunan manusia melalui pendidikan. Oleh sebab itu

29
pemerintah Indonesia sejak tahun 2013 merintis program pendidikan menengah universal
atau pendidikan 12 tahun yang diharapkan tuntas pada tahun 2025 dan untuk mendukung
program ini, pemerintah membutuhkan anggaran Rp 25 triliun agar program wajib belajar ini
bisa dilaksanakan secara gratis ( M.Yunus, Tempo 2012 ). Meski telah ada berbagai program
pemerintah yang telah dilaksanakan seperti wajib belajar 12 tahun, akan tetapi masih ada saja
warga atau masyarakat yang tidak mendapatkan akses atau pelayanan pendidikan yang
seharusnya dan juga beberapa daerah yang masih belum memberlakukan wajib belajar 12
tahun. Padahal anggaran alokasi pendidikan nasional sudah diatur dalam UUD 1945 pasal 31
yang mengamanatkan bahwa pemerintah memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang –
kurangnya sebesar 20 % dari APBN untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaran pendidikan
nasional.

3.2 Saran
Demikianlah makalah ini kami susun, semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca. Dalam penulisan ini kami sadari masih banyak kekurangan, saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah kami ini.

DAFTAR PUSTAKA

kompas.com. (2015, Januari 13). Puan Maharani: Wajib Belajar 12 Tahun Dimulai Juni
2015. Retrieved from
https://edukasi.kompas.com/read/2015/01/13/01183401/Puan.Maharani.Wajib.Belajar
.12.Tahun.Dimulai.Juni.2015
Martono, I. U. (2017). KAJIAN IMPLEMENTASI PROGRAM WAJIB BELAJAR 12
TAHUN DI KOTA SURABAYA.
Merlion, M. I. (2017). Implementasi "Pelaksanaan Program Wajib Belajar 12 Tahun Di Kota
Pekanbaru" FISIP Universitas Riau Kampus Bina .
Pradata, T. Y. (2015). EVALUSI PROGRAM WAJIB BELAJAR 12 TAHUN PADA
MASYRAKAT. Kebijakan dan Manajemen Publik, 10.
Setiawan, Y. (2016, Mei 24). Kemdikbud Upayakan Wajib Belajar 12 Tahun Melalui PIP.
Retrieved from https://smk.kemdikbud.go.id/konten/1906/kemdikbud-upayakan-
wajib-belajar-12-tahun-melalui-pip

30
Siska, A. W. (2020). WAJIB BELAJAR 12TAHUN REKOMENDASI
KEBIJAKANPENDIDIKAN MENENGAH UNIVERSAL (PMU). 15.
Wardani, W. K. (2013). Implementasi "PROGRAM WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI
PROVINSI DKI JAKARTA (STUDI KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR)"
Universitas Diponegoro Semarang.

31

Anda mungkin juga menyukai