Anda di halaman 1dari 16

Dosen Pengampu :

Ibu Dr. Nurlaila, M. Pd

OLEH KELOMPOK 3 :

Afiva Ariyunia (1183371007)

Arinda Pramai Shella (1182171008)

Damai Julian Zega (1182171002)

Elsa Yustina Aritonang (1183171021)

Irfan Satriansyah Manurung (118117101)

Mustika Rahayu (1183171013)

PROGRAM S1 PENDIDIKAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
T.A. 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
kasih sayang-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tugas Assesment Hasil Pembelajaran
Masyarakat ini tepat pada waktunya. Adapun makalah “Format Penilian Hasil Pembelajaran Satuan
Pendidikan Masyarakat”ini disusun untuk memenuhi tugas dalam perkuliahan Assesment Hasil
Pembelajaran Masyarakat.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepadaIbu Dr. Nurlaila, M. Pd selaku dosen
pengampu dalam mata kuliah Assesment Hasil Pembelajaran Masyarakat atas segala arahan dan
bimbingan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami juga tidak lupa mengucapkan
banyak terima kasih kepada orang tua yang telah mendukung kami dalam meyelesaikan makalah ini.
Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat memberi manfaat kepada pembaca dan utamanya
kepada penulis sendiri.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan pada makalah ini. Hal ini
karena keterbatasan dan kemampuan dari penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna penyempurnaan makalah ini.

Medan, 13 Maret 2020

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii

BAB I :PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1

A. Latar Belakang.................................................................................................................... 1

B. Rumusnan Masalah ............................................................................................................. 1

C. Tujuan ................................................................................................................................. 1

BAB II : PEMBAHASAN ........................................................................................................... 2

A. Format Penilaian Pada Pendidikan Anak Usia Dini ........................................................... 3

B. Format Penilaian Pada Muktikeaksaraan ............................................................................ 7

C. Format Penilaian Pada Lembaga Kursus dan Pelatihan ..................................................... 9

BAB III : PENUTUP ................................................................................................................. 12

A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 12

B. Saran ................................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan untuk semua (educational for all) yang dilandasi oleh filsafat pendidikan
sepanjang hayat tidak akan memiliki arti yang mendalam jika layanan kebutuhan pendidikan tidak
menyentuh masyarakat lanjut usia. Pendidikan dikatakan berlangsung dari sejak buaian hingga di
liang lahat, tidak akan memiliki arti apa-apa jika hanya memusatkan perhatian pada pertumbuhan dan
perkembangan manusia saja, akan tetapi harus pula memperhatikan manusia disaat mengalami
kemunduran fungsi. Untuk itu dipandang perlu pendidikan yang berorientasi pada sasaran (warga
binaan) lanjut usia, mengingat potensi yang dimilikinya baik secara kuantitas maupun secara kualitas,
sehingga pendidikan bisa berlangsung sepanjang hayat.

Evaluasi program non formal adalah kegiatan sistematis untuk mengumpulkan, mengolah,
menganalisis dan menyajikan data sebagai masukan untuk pengambilan keputusan. Batasan Evaluasi
program ini mengandung 3 unsur penting yaitu kegiatan sistematis, data dan pengambilan keputusan.
kegiatan sistematis mengandung makna bahwa evaluasi harus melalui prosedur yang tertib
berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah. Data yang dikumpulkan sebagai focus evaluasi program, diperoleh
melalui kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian dengan menggunakan pendekatan,
model, metode dan teknik ilmiah. Pengambilan keputusan bermakna bahwa data yang disajikan itu
akan bernilai apabila menjadi masukan berharga untuk pengambilan keputusan tentang alternatif yang
akan diambil terhadap program.

B. Rumusan Masalah

1) Bagaimana penilaian Hasil Belajar Pendidikan Multikeaksaraan?


2) Bagaimana penilaian Akhir Pendidikan Anak Usia Dini?
3) Bagaimana Penilaian pada pelatihan ?

C. Tujuan

1) Untuk mengetahui format penilaian Pendidikan Multikeaksaraan


2) Untuk mengetahui format penilaian akhir PAUD
3) Untuk mengetahui format penilaian pada pelatihan

1
BAB II

PEMBAHASAN

Kita semua akrab dengan pendidikan formal. Tahukah anda bahwa ada alternatif lain selain
ini? Alternatif berbeda dari pendidikan formal adalah pendidikan informal atau insidental (terjadi
sebagai hasil dari sesuatu yang lain). Pendidikan non formal. Pendidikan jarak jauh DLL Keragu-
raguan memang muncul apakah semua jenis pendidikan ini satu dan sama atau mereka berbeda satu
sama lain. Ya. Karena itu, perlu mengetahui artinya yang tepat. Pendidikan adalah proses seumur
hidup. Pembelajaran berkembang seiring dengan pertumbuhan individu. Orang tersebut mempelajari
berbagai hal dari orang tua dan anggota keluarganya. Setelah ioining di sekolah atau bahkan tanpa
sekolah, seseorang mempelajari banyak hal melalui kelompok teman, teman, televisi. Film. Radio
DLL Pembelajaran ini terjadi melalui pengamatan dan penjiplakan (salinan dari sesuatu) dalam suatu
cara yang tidak resmi. Oleh karena itu, pertalian tersebut disebut sebagai pendidikan Informal atau
kebetulan1.

Penilaian hasil belajar adalah kegiatan untuk mengumpulkan data capaian hasil belajar peserta
didik, baik pada aspek sikap, pengetahuan, maupun keterampilan. Penilaian hasil belajar dilaksanakan
oleh pendidik secara terencana, sistematis, dan berkesinambungan. Adapun tujuan dari penilaian oleh
pendidik, antara lain untuk:

1) Mengetahui tingkat ketuntasan penguasaan kompetensi oleh peserta didik;


2) Menentukan kegiatan remedial atau pengayaan; dan
3) Memperbaiki proses pembelajaran.

Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan tingkat
pencapaian perkembangan anak2. Sedangkan menurut Mulyasa, penilaian merupakan suatu proses
pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar anak dengan menerapkan
prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti autentik, akurat dan konsisten3.

Dapat disimpulkan bahwa penilaian merupakan proses menafsirkan berbagai informasi secara
sistematis, berkala, berkelanjutan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan serta
perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui kegiatan pembelajaran dan
menginterpretasikan informasi tersebut untuk membuat keputusan.

Kemampuan individu ada dalam berbagai tingkatan dan ditingkatkan atau diencerkan oleh
faktor-faktor perkembangan (termasuk usia dan kematangan), jenis atau tingkat kelumpuhan, dan
kondisi lingkungan. Misalnya, seorang penyedia yang suportif dan lingkungan sekolah yang
mendukung menciptakan kesempatan dan mendorong risiko mengambil, mengeksplorasi, dan
mengembangkan kemampuan. Ketiadaan pendukung lingkungan ini membatasi kesempatan,
menciptakan hambatan, dan mendorong ketergantungan dan/atau perilaku putus asa4.

1
Terjemahan dari: Pandya, Rameshwari. (2014). Non-Formal Education : An Indian Context.
University of Baroda, Vadodara, India
2
(Kemdiknas:2010)
3
Mulyasa (2012:195)
4
Terjemahan dari: Fetterman. M, David. (1994). American Journal of Evaluating. 5 (1)

2
A. Format Penilaian Pendidikan Anak Usia Dini

Dalam Kurikulum 2013 PAUD, penilaian yang dilakukan oleh pendidik yaitu dengan
pendekatan autentik (Authentic Assessment). Menurut Morrison, ciri-ciri penilaian autentik adalah:

Berdasarkan kurikulum; anak dinilai berdasarkan apa yang mereka pelajari dan kerjakan.

1. Merupakan proses kerja sama dalam melibatkan anak, guru dan orang tuayakni dalam proses
penilaian yang kooperatif dan kolaboratif; tujuannya adalah membuat penilaian yang berpusat
pada anak.
2. Merupakan bagian dari proses belajar.
3. Menilai anak secara menyeluruh, bukan hanya dari penguasaan keterampilan.
4. Penilaian yang berkelanjutan sepanjang tahun ajaran
5. Menilai anak dan karya mereka yang sebenarnya dengan menggunakan contoh karya,
portofolio, performa, jurnal, proyek, dan observasi guru.
6. Mempertimbangkan kebutuhan khusus menyangkut bahasa, budaya dan kebutuhan khusus
lainnya.
7. Menggunakan sejumlah cara yang berbeda untuk menentukan prestasi anak dan apa yang
mereka ketahui dan mampu lakukan.

Penilaian pada Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini dilakukan melalui penilaian
otentik dilakukan melalui beberapa tahap, berikut bagan tahap penilaian:

I. Perencanaan

1. Menentukan Kompetensi Dasar dan Merumuskan Kegiatan

a. Tahap ini saat menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH),adalah menetapkan
dahulu aspek apa yang akan dinilai. Dalam RPPH ada bagian yang disebut dengan rencana penilaian
yang isinya sikap, pengetahuan, dan keterampilan apa yang akan dilihat pada anak.

b. Pada tahap berikutnya, jumlah unsur yang dinilai cukup satu indikator dari setiap domain sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Seiring dengan terbiasa dengan proses penilaian otentik tersebut,
maka jumlah indikator yang dinilai mulai bertambah. Misalnya 1 unsur dari sikap, 1 indikator dari
keterampilan, dan 2 indikator pengetahuan.

2. Menetapkan alat dan kriteria penilaian

Dalam menentukan alat penilaian harus disesuaikan dengan indikator yang telah ditetapkan dalam
RPPH. Kriteria penilaian adalah patokan ukuran keberhasilan anak, penetapan kriteria harus
memperhatikan anak dan waktu yang disediakan untuk memiliki kemampuan tersebut.

3. Menentukan waktu dan tempat yang terbaik.

Sering kali pertanyaan guru adalah bagaimana mungkin dapat mengobservasi dan mencatat banyak
informasi saat anak main, sebab banyak yang harus dikerjakan dengan memberi dukungan saat anak
bermain. Untuk mengatasi kondisi tersebut maka:

a. Tentukan waktu yang paling cocok untuk melihat indikator tertentu, misalnya untuk melihat anak
dapat bekerja sama, maka waktu observasi yang lebih tepat saat anak menunggu waktu mengantri ke
kamar kecil atau saat mau mencuci tangan.

3
b. Ketika guru sudah menetapkan indikator apa yang diobservasi, dan menentukan apa yang akan
diobservasi, maka memudahkan guru hanya perlu beberapa menit untuk mengamati anak, maka ia
akan dapat informasi yang lebih banyak dibanding bila guru tidak menyiapkan tentang apa yang akan
diobservasi.

II. Pelaksanaan

Pelaksanaan penilaian pendidikan anak usia dini merupakan aktivitas yang harus dikuasai
oleh guru yaitu berdasarkan deskripsi pertumbuhan dan perkembangan, serta unjuk kerja anak didik
yang diperoleh dengan menggunakan berbagai teknik penilaian. Dalam kegiatan pembelajaran sehari-
hari, penggunaan berbagai teknik penilaian ini terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran itu sendiri.
Paparan berikut menjelaskan tentang pelaksanaan dan beberapa teknik penilaian yang dapat dilakukan
di PAUD, diantaranya:

1. Observasi/Pengamatan

Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan guru secara langsung dan alamiah untuk
mendapatkan data atau informasi tentang perkembangan dan permasalahan anak dalam berbagai
situasi dan kegiatan yang dilakukan. Observasi dapat dilakukan dengan cara mengamati berbagai
perilaku atau perubahan yang terjadi yang ditunjukkan anak selama kurun waktu tertentu. Agar
observasi dapat terarah, guru dapat menggunakan instrumen observasi, dengan tetap mengacu pada
indikator pencapaian perkembangan anak.

Hal yang paling penting dalam melakukan penilaian terhadap anak adalah melakukan
pengamatan (observasi). Observasi adalah cara pengumpulan data/informasi melalui pengamatan
langsung terhadap sikap, pengetahuan dan keterampilan anak. Teknik yang dapat dilakukan pendidik
dalam pencatatan atau mendokumentasikan perkembangan dan hasil belajar anak dengan
menggunakan:

a. Catatan harian

Catatan harian dilakukan guru selama melakukan observasi disaat anak bermain. Jika anak
cukup banyak sebaiknya guru memfokuskan pada beberapa anak di setiap harinya secara bergilir,
sehingga dalam satu minggu (sub tema) semua anak sudah teramati dan tercatat perkembangannya
dalam catatan harian. Catatan harian dibuat dengan memperhatikan:

1. Catatan tidak berdasarkan asumsi (menurut sudut pandang pengamat), misalnya menuliskan:
Budi agresif, bosan, marah, dll.
2. Tidak menggunakan kata-kata yang subjektif dan ambigu (memiliki lebih dari satu makna),
misalnya: Yani bermain berantakan. Ia terlalu banyakmenggunakan mainan.
3. Catat kejadian segera pada saat peristiwa berlangsung, oleh karena itu sebaiknya guru selalu
membawa buku kecil di dalam saku dan mencatat kata-kata kunci terkait dengan hal yang
diamati. Bila tidak memungkinkan segera lakukan pencatatan saat anak pulang.
4. Tulis nama dan usia anak, tanggal/waktu, tempat kejadian, serta peristiwa yang diamati.
5. Telaah KD dan indikator perkembangan, tentukan KD dan indikator perkembangan mana
yang relevan dengan peristiwa pada catatan.

4
Berikut contoh format catatan harian5:

b. Catatan anekdot (anecdotal records)

Adalah suatu teknik pengumpulan data yang bersifat pengamatan, akan tetapi teknik penilaian
ini jarang dilakukan oleh guru karena belum memahami dalam mengamati anak didik dan kesulitan
dalam mencatat peristiwa yang betul-betul bermakna. Berikut beberapa petunjuk saat membuat
catatan anekdot:

1. Terdiri atas kata-kata yang menggambarkan situasi/peristiwa yang sebenarnya.


2. Mencatat peristiwa yang bersifat insidental/tiba-tiba.
3. Apa yang dicatat bukan berbentuk interpretasi.
4. Pencatatan bersifat runtut, peristiwademi peristiwa disebutkan secara runtut.
5. Pencatatan sebaiknya segera dilakukan setelah peristiwa terjadi.

Tujuan catatan Anekdot:

1. Memperkuat pemahaman guru terhadap setiap anak sebagai suatu pola atau munculnya profil
anak.
2. Memunculkan situasi belajar yang lebih tepat untuk memunculkan kembali perilaku yang
diharapkan dan mencegah munculnya kembali perilaku yang kurang tepat.

5
Fatimah. Z, Ifat. Penilaian dalam Pembelajaran Anak Usia Dini. 1 (1), hal : 100

5
Berikut contoh format Catatan Anekdot6 :

c. Catatan Karya anak

Hasil karya adalah hasil kerja anak didik setelah melakukan suatu kegiatan dapat berupa
pekerjaan tangan, karya seniatau tampilan anak. Misalnya: gambar, lukisan, melipat, kolase, hasil
guntingan, tulisan/coretan-coretan, hasil roncean, bangunan balok, tari, dll. Rambu-rambu membuat
Catatan Hasil Karya Anak.

1. Tuliskan nama, tanggal hasil karya tersebut dibuat. Data ini diperlukan untuk melihat
perkembangan hasil karya yang dibuat anak di waktu sebelumnya.
2. Perhatikan apa yang sudah dibuat oleh anak (looking) dengan teliti. Semakin guru melihat
dengan rinci maka akan lebih banyak informasi yang didapatkan guru dari hasil karya anak
tersebut.
3. Tanyakan kepada anak apa yang terlihat oleh guru, tidak menggunakan pikiran atau
kesimpulan guru. Misalnya Yasmin membuat gambar banyak kepala dengan berbagai warna.
Maka yang dikatakan guru adalah: ”ada banyak gambar yang sudah kamu buat, bisa
diceritakan gambar apa saja?, warna apa saja yang kamu pakai?” dst.
4. Tuliskan semua yang dikatakan oleh anak untuk mengkonfirmasi hasil karya yang dibuatnya
agar tidak salah saat guru membuat interpretasi karya tersebut.
5. Dari hasil catatan guru akan nampak Kompetensi Dasar apa saja yang muncul dari hasil karya
anak tersebut.

6
Fatimah. Z, Ifat. Penilaian dalam Pembelajaran Anak Usia Dini. 1 (1), hal : 101

6
B. Format Penilaian Muktikeaksaraan (Dalam dimensi sikap)

a. Pengertian

Penilaian dimensi sikap adalah penilaian terhadap kecenderungan perilaku peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran. Penilaian sikap merupakan bagian dari pembinaan dan
penanaman/pembentukan sikap spiritual dan sikap sosial peserta didik pendidikan multikeaksaraan.

b. Lingkup

1. Rasa syukur dan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas potensi diri yang dimiliki,
indikatornya:
 Memiliki kepedulian terhadap sesama; dan
 Melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut.
2. Sikap jujur sebagai dasar dalam membangun hubungan sosial, indikatornya:
 Bertanggung jawab; dan
 Bersikap terbuka dalam membangun hubungan sosial.
3. Komitmen untuk membangun kebersamaan dalam mengembangkan peran dan fungsi dalam
masyarakat, indikatornya:
 Disiplin dalam menjalankan aktivitas sehari-hari; dan
 Bekerja keras dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

c. Teknik

1. Observasi, yaitu teknik penilaian dengan cara mengamati perilaku peserta didik kemudian
mencatatkan perilaku positif atau negatif yang berkaitan indicator aspek sikap yang telah ditetapkan.
Catatan positif digunakan untuk menguatkan perilaku positif, sedangkan catatan negatif dapat
dipergunakan untuk pembinaan.

Hasil observasi dapat dicacat pada format penilaian di bawah ini7 :

7
Iskandar, Haris. (2017). Pedoman Penilaian Pembelajaran dan Sertifikasi Pendidikan
Multikeaksaraan. Jakarta halaman: 9

7
2. Jurnal, berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan aspek sikap pada diri
peserta didik. Jurnal merupakan rekapitulasi dari catatan hasil observasi. Di bawah ini adalah contoh
format penilaian jurnal :

3. Penilaian diri, dilakukan dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan
kekurangan dirinya dalam berperilaku. Penilaian diri dilakukan melalui wawancara langsung dengan
peserta didik dengan mempergunakan contoh instrumen di bawah ini8 :

8
Iskandar, Haris. (2017). Pedoman Penilaian Pembelajaran dan Sertifikasi Pendidikan
Multikeaksaraan. Jakarta. halaman: 10

8
C. Format Penilaian Lembaga Kursus dan Pelatihan

1) Panduan Pedoman Penilaian Akhir Pembelajaran

Agar pelaksanaan penilaian bisa terlaksana dengan baik dan lebih mudah diukur serta
mudah pula dievaluasi, maka pelaksanaan penilaian hasil belajar peserta didik di LKP perlu panduan
pedoman penilaian akhir pembelajaran. Panduan pedoman penilaian tersebut mencakup 4 unsur,
yaitu:

a. Ruang lingkup penilaian

Ruang lingkup penilaian hasil belajar peserta didik terdiri dari tiga ranah, yaitu penilaian pada
ranah pengetahuan, sikap dan keterampilan. Setiap ranah ditetapkan bobot penilaian dan disesuaikan
dengan rasio/persentase alokasi waktu pembelajaran teori dan praktek. Jika rasio pembelajaran teori
dan praktek 40:60, maka bobot penilaian teori dan praktek juga 40:60.

b. Teknik penilaian

Penilaian hasil belajar dapat menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan
kompetensi dasar yang harus dikuasai. Ditinjau dari tekniknya, penilaian dibagi menjadi dua, yaitu tes
dan nontes:

a) Teknik Tes yang terdiri dari : tes tertulis, tes lisan dan tes praktik/ perbuatan
b) Teknik Nontes yang terdiri dari: pengamatan/observasi, penugasan, produk dan portofolio

c. Standar kelulusan

Standar kelulusan adalah standar yang ditetapkan oleh LKP dalam menetapkan lulus tidaknya
peserta didik setelah mengikuti ujian

d. Panduan scoring (panduan pensekoran )

Panduan scoring atau panduan pensekoran adalah panduan untuk membantu penguji dalam
melakukan penilaian sehingga hasil penilaian terukur dan memiliki akuntabilitas tinggi serta dapat
dipertanggungjawabkan. Panduan scoring dilengkapi dengan rubrik penilaian.

Contoh dalam melakukan penilaian:

i. Penilaian Ujian Teori

Penilaian ini didasari oleh penetapan skor maksimal, dimana skor maksimal ditentukan oleh
jumlah butir soal dan bentuk soal (pilihan ganda, menjodohkan, benar salah dan isian singkat),
biasanya sifat dari ujian ini objektif tes, dimana skor yang didapatkan oleh peserta satu atau nol.
Penetapan nilai ujian teori menggunakan rumus: Nilai ujian teori (NT) = (skor yang diperoleh/skor
maksimal) x bobot ujian teori.

ii. Penilaian Ujian Praktek

Penilaian ini didasari oleh penetapan skor maksimal ujian praktek, dimana skor maksimal
ditentukan oleh jumlah butir soal dan nilai untuk setiap butir soal itu antara 0-3 dengan melihat rubrik
penilaian (pedoman ini harus membuat rubrik penilaian)

9
2) Komponen Pedoman Penilaian

Pedoman Penilaian Akhir Pembelajaran meliputi beberapa komponen, dimana antara satu
komponen dengan komponen lainnya saling berkaitan dan merupakan bagian yang tidak bisa
dipisahkan. Komponen tersebut adalah; jadwal ujian lembaga, jadwal uji kompetensi, ruang lingkup ,
form penilaian ujian teori, form penilaian ujian praktek, nilai minimal kelulusan, persyaratan
kehadiran peserta dalam mengikuti kursus dan persyaratan peserta ujian.

3) Keberadaan soal teori dan praktek

LKP yang baik senantiasa akan menyimpan soal atau materi ujian yang pernah diberikan pada
peserta didik. Keberadaan soal tersebut harus tersimpan dan terklasifikasi dengan baik.

4) Penilaian hasil belajar

Dalam penilaian hasil belajar ada beberapa hasil kegiatan dan tahapan penilaian yang
komprehensif dan terintegrasi sehingga menjadi hasil penilaian yang utuh. Penilaian hasil belajar
meliputi: presensi, penugasan, ujian tengah pembelajaran, ujian akhir lembaga, dan ujian kompetensi
melalui lembaga sertifikasi.

5) Ujian akhir lembaga (ujian lokal)

Pada persyaratan ujian akhir lembaga (ujian lokal) rekaman dan dokumen yang harus ada
adalah data peserta, soal ujian, lembar penilaian, rekap hasil penilaian, salinan sertifikat, dan tanda
terima sertifikat. Bila hasil rekaman dan dokumen ada, lengkap, dan sesuai maka hal ini membuktikan
bahwa ujian akhir lembaga telah dilaksanakan.

6) Uji Kompetensi dari lembaga sertifikasi

Uji kompetensi dari lembaga sertifikasi yang bersifat mandiri dan diakui oleh pemerintah
sangat dianjurkan untuk diikuti oleh peserta didik dari LKP. Hasil penilaian dari pelaksanaan uji
kompetensi yang dilaksanakan oleh lembaga sertifikasi diharapkan dapat memberikan umpan balik
yang lebih valid bagi pengelola lembaga sebagaimana ujian akhir lembaga. Hal ini dikarenakan
pelaksanaan ujian yang independen, bebas dari konflik kepentingan sehingga proses penilaian akan
sangat objektif.

Sebagaimana ujian akhir lembaga maka persyaratan uji kompetensi dari lembaga sertifikasi
juga memastikan adanya rekaman/dokumen tentang keikutsertaan peserta didik dari lembaga kursus
pada lembaga sertifikasi mandiri, di antaranya adalah: Lembaga Sertifikasi Internasional, Lembaga
Sertifikasi Kompetensi (LSK) , Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) dan dari Lembaga/Institusi lainnya
yang mengadakan uji kompetensi.

7) Hasil belajar peserta didik

Hasil belajar peserta didik pada LKP yang berasal dari penilaian harian, penilaian tengah
pembelajaran, penilaian akhir lembaga, presensi dan penilaian uji kompetensi harus terdokumentasi
dengan baik sehingga data tersebut sewaktu-waktu dapat digunakan sebagai bahan penilaian ulang
(jika diperlukan) dan bahan evaluasi untuk meningkatkan mutu lembaga.

8) Laporan hasil belajar peserta didik

Sebagai bentuk akuntabilitas publik dan sebagai dasar bagi pemerintah dan pemangku
kepentingan lainnya dalam melakukan pembinaan, maka rekaman hasil belajar peserta didik

10
dilaporkan kepada: pimpinan lembaga, dinas pendidikan setempat, penilik PNF, peserta didik dan
orang tua peserta didik.

I. Format penilaian teori9

II. Format penilaian pada praktik10

9
Muhyiddin, Yusuf. (2017). Bimbingan Teknis Peningkatan Mutu Manajemen LKP. Jakarta.
Halaman: 16
10
Muhyiddin, Yusuf. (2017). Bimbingan Teknis Peningkatan Mutu Manajemen LKP. Jakarta.
Halaman: 17

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun makalah ini berusaha untuk menguraikan secara terperinci aspek dan komponen yang
dipandang perlu untuk diketahui dan dipahami oleh semua pihak yang kompeten baik Dosen maupun
mahasiswa/i dalam memahami pelaksanaan penilaian program pendidikan multikeaksaraan, supaya
proses dan hasilnya dapat berkualitas serta terstandar sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku
untuk mendukung terwujudnya akuntabilitas dan transparansi publik penyelenggaraan program
pendidikan multikeaksaraan di Indonesia.

B. Saran

Adapun saran yang dapat kami berikan ialah agar para pembaca maupun pendengar dapat
memahami materi dalam makalah ini dengan seksama, sehingga kelak jika bekerja dalam bidang nya
menyangkut mengenai format penilaian dalam Pendidikan Masyarakat mampu memberikan penilaian
hasil belajar dengan ketentuan-ketentuan yang baik dan benar.

12
DAFTAR PUSTAKA

Fatimah. Z, Ifat. Penilaian dalam Pembelajaran Anak Usia Dini. 1 (1) : 92 – 111

Fetterman. M, David. (1994). American Journal of Evaluating. 5 (1)

Iskandar, Haris. (2017). Pedoman Penilaian Pembelajaran dan Sertifikasi Pendidikan


Multikeaksaraan. Jakarta.

Muhyiddin, Yusuf. (2017). Bimbingan Teknis Peningkatan Mutu Manajemen LKP. Jakarta.

Kementerian Pendidikan Nasional (2010). Pedoman Penilaian Di Taman Kanak-Kanak. Tidak


diterbitkan. Jakarta.

Mulyasa. E. Prof. (2012). Manajemen PAUD. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung

Pandya, Rameshwari. (2014). Non-Formal Education : An Indian Context. University of Baroda,


Vadodara, India.

13

Anda mungkin juga menyukai