MAKALAH
Diajukan Sebagai Tugas Kelompok
Mata Kuliah Implementasi Kebijakan
Disusun Oleh
Kelompok 3:
Leonardo Wila Tenga (2021420039)
Bela Safira (2021420037)
Kurnia Dewiyanti (20172100430)
Angelina Yusi Utami (2021420003)
Ratna Setyo Rahayu (2021420003)
Roberta Ayu Lestari (2021420023)
Puji Syukur kami kelompok 3 panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat atas dan ijinya kami kelompok 3 dapat menyelesaikan tugas makalah
terkait implementasi kebijakan, dengan deskripsi pembahasan yakni “Implementasi
Kebijakan Otonomi Dan Desentralisasi Daerah Terhadap Perkembangan
Pendidikan Di Indonesia”
kami menyusun makalah ini dengan maksud selain sebagai persyaratan tugas
mata kuliah yang diberikan Bpk. Dr, Cahyo Sasmito, S.H., M.Si, juga sebagai bahan
reverensi bagi kami sendiri dalam memahami model implemen tasi publik dan proses
implementasi yang ada di Indonesia saat ini.
Dengan harapan yang sama pula, kami berharap pemaca makalah kami dapat
memperluas cakrawala pemikiran terkait implementasi kebijakan khususnya
kenijakan otonomi dan desentralisasi daerah terhadap perkembangan pendidikan di
Indonesia.
Kami mnyadari dalam menyusun makalah ini tidak terlepas dari banyak nya
kekurangan dan kikhilafan pemilihan kata, oleh karena itu kami berharap kritik dan
saran dari pembaca, demi kesempuranaan makalah kami kedepannya. Terima Kasih
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
2.1 Implmentasi Kebijakan......................................................................................4
2.1.1 Pengertian Implementasi Kebijakan.......................................................4
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
masih belum merata. Pendidikan yang belum merata di Indonesia menjadi masalah.
SDM (sumber daya manusia),rendahnya kualitas guru, rendahnya prestasi dan sarana
dan prasarana sekolah. Daerah di Indonesia yang kualitas pendidikannya yang kurang
ialah Indonesia bagian timur. Karena, disana bukan hanya sarana dan prasarananya
yang kurang tetapi tenaga pendidikannya juga kurang, sehingga masih membutuhkan
tenaga pendidik dari luar daerah. Penyebab dari faktor kemiskinan banyak anak-anak
yang masih dibawah umur berkerja untuk membantu ekonomi keluarganya yang
sekelompok masyarakat yang miskin dan masyarakat yang ada di daerah terpencil.
mengadakan program wajib belajar 9 tahun. Namun yang menyelengarakan itu bukan
1
melimpahkan kekuasaan kepada pemerintah daerah agar mengawasi pendidikan di
UUD 1945. Hal ini juga diatur dalam Undnag-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
2008 tentang Wajib Belajar. Namun faktanya masih banyak anak-anak indonesia
yang belum mendapatkan pendidikan yang layak. Hal ini disebabkan oleh kurang
2021. Jumlah anak yang putus sekolah di tingkat sekolah dasar (SD) merupakan yang
sebelumnya. Pada 2020, ada 44.516 orang anak yang putus sekolah di tingkat SD.
Kemudian, jumlah anak putus sekolah di tingkat sekolah menengah pertama (SMP)
yakni sebanyak 15.042 orang. Jumlah ini naik 32,20% dari tahun sebelumnya yang
sebanyak 11.378 orang. Berikutnya, sebanyak 12.063 orang anak putus sekolah di
tingkat sekolah menengah kejuruan (SMK). Jumlah ini turun 13,53% dibandingkan
2
2. apa saja faktor pendukung dan penghambat Implementasi Kebijakan Otonomi Dan
3
BAB II
PEMBAHASAN
yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Secara sederhana implementasi
dapat juga diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan. Browne dan Wildavsky
suatu perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan. Van Meter dan Van Horn (dalam
pemerintahan atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah
mengandung arti bahwa implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan
yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan atau norma
sebagai pelaksanaan atau penerapan. Itu artinya bahwa setiap kegiatan yang akan
4
Kebijakan dan Politik mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi yaitu:
perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan
akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran
kebijakan itu sendiri. Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier dalam bukunya
atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau
5
implementasi kebijakan adalah sesuatu yang penting dan bahkan jauh lebih penting
atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan.
kebijakan menyangkut tiga hal, yaitu pertama adanya tujuan atau sasaran kebijakan,
kedua adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan, dan yang ketiga adalah
1. Komunikasi
Menurut Edward III dalam Widodo (2010 :97), komunikasi diartikan sebagai
mengenai kebijakan publik menurut Edward III dalam Widodo (2010:97) perlu
disampaikan kepada pelaku kebijakan agar para pelaku kebijakan dapat mengetahui
apa yang harus mereka persiapkan dan lakukan untuk menjalankan kebijakan tersebut
sehingga tujuan dan sasaran kebijakan dapat dicapai sesuai dengan yang diharapakan.
wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan
6
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi diartikan sebagai
yang disampaikan oleh pemerintah negeri kepada pelaku kebijakan agar para
pemerintah daerah dapat mengetahui apa yang harus mereka persiapkan dan lakukan
untuk menjalankan kebijakan tersebut sehingga tujuan dan sasaran kebijakan dapat
dicapai dengan yang diharapkan. Dimana Tujuan dengan adanya desentralisasi adalah
7
kepada kelompok sasaran kebijakan dan pihak lain yang berkepentingan baik
tersebut dapat berjalan dengan lancar perlu adanya dukungan dari pemerintah daerah
dan masyarakat yang saling berkaitan satu sama lain demi mencerdaskan anak
mudah membangun tujuan dari kebijakan otonomi dan desentralisasi daerah terhadap
yaitu:
kependidikan.
nilai sikap
kepada pelaksana, target grup dan pihak lain yang berkepentingan secara jelas
sehingga diantara mereka mengetahui apa yang menjadi maksud, tujuan, sasaran,
8
serta substansi dari kebijakan publik tersebut sehingga masingmasing akan
Dari prinsip tersebut pemerintah daerah dapat lebih paham untuk bergerak
kepentingan harus didasarkan untuk rakyat. Pendidikan didaerah saat ini masih
banyak yang berkekurangan baik dari fasilitas, akses, dan partisipasi masyarakat.
di Indonesia harus konsitensi agar kebijakan yang dibuat tidak simpang siur dan
dituju harus jelas kepada siapa sasaran desentralisasi ini dilakukan. Dengan adanya
9
konsistensi kebijakan yan dibuat dapat ditekuni oleh target sasaran. Pendidikan
daerah merupakan tinjauan daerah dimana dapat dinilai maju atau tidaknya suatu
daerah dilihat dari akses pendidikan yang memadai dimana tujuan ini harus menjadi
2. Sumber Daya
sale reveue, etc”. Serta sumber daya informasi dibagi menjadi: “Data resources-
diukur dari aspek kecukupannya yang didalamnya tersirat kesesuaian dan kejelasan;
10
“Insufficient resources will mean that laws will not be enforced, services will not be
yang mempunyai implikasi yang bersifat ekonomis dan teknologis. Secara ekonomis,
sumber daya bertalian dengan biaya atau pengorbanan langsung yang dikeluarkan
a. Staf.
Sumber daya utama dalam implementasi kebijakan adalah staf atau pegawai
mengimplementasikan kebijakan.
b. Informasi.
11
Dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai dua bentuk yaitu:
c. Wewenang
politik. Ketika wewenang tidak ada, maka kekuatan para implementor di mata
kebijakan publik. Tetapi dalam konteks yang lain, ketika wewenang formal
kelompoknya.
d. Fasilitas
12
3. Disposition (Disposisi)
kebijakan. Disposisi itu seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratik. Apabila
pelaksana kebijakan mempunyai karakteristik atau watak yang baik, maka dia akan
melaksanakan kebijakan dengan baik sesuai dengan sasaran tujuan dan keinginan
pembuat kebijakan. Menurut Van Meter dan Van Horn (Widodo, 2007:105) terdapat
arah respon mereka apakah menerima, netral atau menolak (acceptance, neutrality,
penting karena dengan pengetahuan tinggi yang dimiliki oleh aparatur dapat
yang akan di capai. Respon masyarakat juga dapat menentukan keberhasilan suatu
atau menolak.
a. Pengangakatan birokrasi
13
melaksanakan kebijakan yang didinginkan oleh pejabat yang lebih atas.
pendidikan tidak terlepas dari keberadaan birokrasi tidak hanya ada dalam organisasi
atau struktur pemerintah, tetapi juga ada dalam institusi pendidikan maupun
kompleks menuntut adanya kerjasama banyak pihak. Ketika struktur birokrasi tidak
kondusif terhadap implementasi suatu kebijakan, maka hal ini akan menyebabkan
kebijakan publik.
Menurut Edwards III, terdapat dua karakteristik utama dari birokrasi yakni,
perkembangan dari tuntutan internal akan kepastian waktu, sumber daya serta
14
kebutuhan penyeragaman dalam organisasi kerja yang kompleks dan luas. Ukuran
dasar SOP atau prosedur kerja ini biasa digunakan untuk menanggulangi keadaan
umum diberbagai sektor publik dan swasta. Dengan menggunakan SOP, para
pelaksana dapat mengoptimalkan waktu yang tersedia dan dapat berfungsi untuk
tersebar luas, sehingga dapat menimbulkan fleksibilitas yang besar dan kesamaan
yang besar dalam penerapan peraturan. SOP sangat mungkin dapat menjadi kendala
bagi implementasi kebijakan baru yang membutuhkan cara-cara kerja baru atau tipe-
besar kebijakan membutuhkan perubahan dalam cara-cara yang lazim dalam suatu
memunyai manfaat. Organisasi dengan prosedur perencanaan yang luwes dan kontrol
yang besar atas program yang bersifat fleksibel mungkin lebih dapat menyesuaikan
tanggung jawab yang baru pada birokrasi-birokrasi tanpa memunyai tupoksi yang
jelas. Pengetahuan pegawai akan fungsi dinas pendidikan kemudian diperjelas dalam
bentuk sosialisasi terhadap fungsi dinas tersebut. begitu juga terhadap tugas pokok
dan fungsi dari masing-masing bagian, dilaksanakan oleh setiap pegawai di dinas
pendidikan dengan memedomani peraturan daerah tersebut. Sifat kedua dari struktur
15
Pada umumnya, semakin besar koordinasi yang diperlukan untuk melaksanakan
birokrasi. Hal ini akan menimbulkan konsekuensi pokok yang merugikan bagi
Birokrasi dalam dinas pendidikan dipecah kedalam lima bidang yang disetiap
bidangnya kemudian dibagi lagi ke dalam tiga sampai lima seksi. Setiap bidangnya
memegang tugas dan fungsi yang berbeda dengan bidang yang lain didalam dinas
pendidikan luar sekolah. Pembagian bidang dan seksi ini dibutuhkan untuk
pelaksanaan setiap tugas dan fungsi dinas pendidikan dan menghindari terjadinya
kebijakan publik seperti: ”Pertama, tidak ada otoritas yang kuat dalam implementasi
yurisdiksi yang terbatas atas suatu bidang, maka tugas-tugas yang penting mungkin
pandangan yang sempit dari bidang yang mungkin juga akan menghambat perubahan.
Jika suatu bidang mempunyai fleksibilitas yang rendah dalam misi-misinya, maka
16
bidangbidang itu akan berusaha mempertahankan esensinya dan besar kemungkinan
17
DAFTAR PUSTAKA
18