LEMBAGA PENDIDIKAN
Makalah
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Penjaminan Mutu Pendidikan
Disusun Oleh:
Dosen Pengampu :
Dr. Lilis Kholisoh Nuryani, S.Ag., M. Pd
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS GALUH
2022
KATA PENGANTAR
Dengan kebesaran Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
penulis panjatkan rasa puji syukur atas hidayah-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, nikmat, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah "Implementasi Kebijakan Survival dan Divestasi”. Adapun
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Penjaminan Mutu
Pendidikan.
Adapun makalah ilmiah "Implementasi Kebijakan Survival dan Divestasi
Lembaga Pendidikan.” ini telah penulis usahakan dapat disusun dengan sebaik
mungkin dengan mendapat bantuan dari berbagai pihak, sehingga penyusunan
makalah ini dapat diselesaikan secara tepat waktu. Untuk itu penulis tidak lupa
untuk menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam penulisan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada Dr.Lilis Kholisoh N., S.Ag.,M.Pd.. yang telah
menjelaskan peta konsep dari mata kuliah ini untuk masing-masing topik
perkuliahan, sehingga kami mendapatkan gambaran yang relatif utuh dari topik
perkuliahan ini.
Terlepas dari upaya penulis untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-
baiknya, penulis tetap menyadari bahwa tentunya selalu ada kekurangan, baik dari
segi penggunaan kosa-kata, tata bahasa maupun kekurangan-kekurangan lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada penulis membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang bermaksud untuk memberikan kritik dan saran kepada penulis agar
penulis dapat memperbaiki kualitas dari makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah "Implementasi Kebijakan Survival dan
Divestasi Lembaga Pendidikan” ini bermanfaat, dan dapat diambil hikmah dan
manfaatnya oleh para pembaca.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kebijakan
Pengertian Kebijakan Menurut Monahan dan Hengst seperti yang dikutip
oleh (Syafaruddin, 2008: 75) Kebijakan (policy) secara etimologi (asal kata)
diturunkan dalam bahasa Yunani, yaitu “Polis” yang artinya kota (city). Dapat
ditambahkan, kebijakan mengacu kepada cara-cara dari semua bagian
pemerintahan mengarahkan untuk mengelola kegiatan mereka. Dalam hal ini,
kebijakan berkenaan dengan gagasan pengaturan organisasi dan merupakan pola
formal yang sama-sama diterima pemerintah atau lembaga sehingga dengan hal itu
mereka berusaha mengejar tujuannya. Berdasarkan penjelasan di atas bahwa
pengertian kebijakan merupakan petunjuk dan batasan secara umum yang menjadi
arah dari tindakan yang dilakukan dan aturan yang harus diikuti oleh para pelaku
dan pelaksana kebijakan karena sangat penting bagi pengolahan dalam mengambil
keputusan atas perencanaan yang telah dibuat dan disepakati bersama. Dengan
demikian kebijakan menjadi sarana pemecahan masalah atas tindakan yang terjadi.
2.2 Survival (Bertahan Hidup)
Diskusi teoritis untuk mengungkap kekuatan bertahan hidup dengan cara-
cara hidup sesuai kebudayaan pada komunitas untuk menghadapi dan mengatasi
persoalan hidup dengan caranya sendiri. Melalui strategi menjaga dan melindungi
hak milik untuk bertahan hidup (property protection for survival strategy) meliputi
manusia, tanah, hutan, adat, kebudayaan, identitas, dan sebagainya telah
memberikan penguatan untuk bertahan hidup (survive).
Kondisi yang dihadapi pada setiap lingkungan masyarakat berbeda-beda,
sehingga cara mengembangkan kekuatan untuk bertahan hidup (survive) dengan
cara-cara hidup sesuai kebudayaan pada setiap komunitas tidak sama. Perspektif
negatif dari menguatnya stigma pada suatu komunitas dapat menyebabkan
kehidupan manusia maupun komunitas yang terabaikan dalam memperoleh
pengakuan, pelayanan dari masyarakat maupun pemerintah (negara) maupun
masyarakat. Nilai positif untuk survive dalam mengelola wilayah melalui cara
menjaga, melindungi hak milik yang berharga (bernilai) untuk mewujudkan
6. Mengelola Perubahan
Terdapat beberapa hal yang perlu dikelola menyangkut perubahan ini
supaya organisasi dapat berkembang dengan baik, yaitu:
1. Perubahan pangsa pasar lembaga pendidikan
2. Perubahan budaya organisasi pendidikan
3. Perubahan tantangan dengan lembaga lainnya
Berbagai perubahan harus disikapi secara professional sehingga sebuah
lembaga dapat eksis, terlebih persaingan semakin ketat dan membutuhkan inovasi
dalam berbagai hal. Lembaga pendidikan memiliki kekhususan dalam hal input dan
prosesnya karena produknya pun berbeda dengan produksi pabrik sehingga sangat
spesifik dan unik. Mengelola perubahan harus dimulai dari dalam organisasi
lembaga pendidikan sehingga mampu bersaing ke luar dengan baik. Ketika di
dalam organisasi tidak sehat, maka organisasi lembaga pendidikan hampir dapat
dipastikan akan semakin tertinggal dan tidak mampu bersaing. Perubahan yang
paling sulit diantisipasi menyangkut internal movement yang kadang tidak solid
sehingga kebersamaan di dalam kemajuan organisasi.
jaringan yang luas. Hal itu sebagai modal dalam mengembangkan pendidikan agar
lebih maju.
Divestasi dianggap menjadi strategi yang dapat digunakan oleh lembaga
pendidikan untuk mempertahankan lembaganya, yaitu dengan cara pengurangan
aset lembaga pendidikan untuk memenuhi kepentingan maupun keuangan lembaga
ini dan melakukan penyatuan antara satu lembaga dengan lembaga pendidikan lain,
yang manfaatnya untuk mendapatkan keuntungan bagi kedua lembaga tersebut.
Menurut Flickinger terdapat dua alasan dilakukannya divestasi oleh sebuah
organisasi yaitu Meningkatkan efisiensi; dan Peningkatan pengelolaan Investasi.
Fokus divestasi adalah mengarah pada peningkatan efisiensi investasi dengan
mengurangi kemungkinan untuk menyimpan alokasi investasi dalam sebuah
organisasi.
1. Manajemen Aset Sekolah
Manajemen aset didefinisikan sebagai sebuah proses pengelolaan
aset (kekayaan) lembaga pendidikan baik berwujud dan tidak berwujud
yang memiliki nilai ekonomis, nilai komersial, dan nilai tukar, serta mampu
mendorong tercapainya tujuan. Secara umum, siklus pengelolaan aset
adalah tahapan yang harus dilalui dalam manajemen aset.
Pengelolaan aset kekayaan pada lembaga pendidikan sangat
dibutuhkan, karena setiap lembaga pasti memiliki kekayaan dan
menginginkan pemeliharaan, penjagaan dan pengembangan nilai
kekayaannya untuk memenuhi kebutuhannya. Masih banyak lembaga
pendidikan yang belum menyadari pentingnya pengelolaan aset atau
kekayaan lembaga, bahkan ada beberapa yang belum mengetahui kekayaan
lembaganya. Hal tersebut menyebabkan lembaga tidak mampu secara
maksimal mendayagunakan sumber dananya untuk membiayai kebutuhan
lembaganya.
Aset sekolah terdiri dari dua macam yaitu aset tidak bergerak
(prasarana) dan aset bergerak (sarana). Aset tidak bergerak (prasarana)
meliputi lahan, bangunan, ruang-ruang, dan instansi daya dan jasa yang
wajib dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah. Aset bergerak (sarana)
meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber
juga sebagai milik Negara) dari daftar inventaris dengan cara berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selanjutnya dikemukakan, Divestasi sebagai salah satu aktivitas
pengelolaan sarana pendidikan mempunyai tujuan untuk:
1) Mencegah atau membatasi kerugian yang lebih besar sebagai
akibat pengeluaran dana untuk pemeliharaan atau perbaikan
sarana yang rusak.
2) Mencegah terjadinya pemborosan biaya pengamanan
perlengkapan yang tidak berguna lagi.
3) Membebaskan lembaga dari tanggung jawab pemeliharaan dan
pengamanan.
4) Meringankan beban inventarisasi.
Kepala sekolah memiliki wewenang untuk melakukan Divestasi,
Namun sarana yang akan dihapus harus memenuhi syarat- syarat Divestasi.
Kemudian Ibrahim Bafadal menyatakan mengenai syarat-syarat Divestasi
sarana di sekolah adalah barang- barang:
1) Dalam keadaan rusak berat sehingga tidak dimanfaatkan lagi,
2) Tidak sesuai dengan kebutuhan,
3) Kuno, yang penggunaannya tidak sesuai lagi,
4) Terkena larangan,
5) Mengalami penyusutan di luar kekuasaan pengurus barang,
6) biaya pemeliharaannya tidak seimbang dengan kegunaannya,
7) Berlebihan, tidak digunakan lagi,
8) Dicuri,
9) Diselewengkan, dan
10) Terbakar atau musnah akibat adanya bencana alam.
Dijelaskan juga prosedur penghapusan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di indonesia, langkah penghapusan
perlengkapan pendidikan sekolah seperti, SLTP dan SMU yaitu:
a. Kepala sekolah bisa dengan menunjuk seseorang untuk
mengelompokkan perlengkapan yang akan dihapus dan
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan penggabungan dilakukan berdasarkan asas demokrasi.
Persetujuan utama penggabungan diperoleh dari pihak sekolah sasaran.
Pelaksanaan penggabungan sekolah baru dilaksanakan ketikan SK
regrouping telah diterbitkan oleh pemerintah kabupaten.
5. Monitoring
Fokus monitoring program regrouping sekolah dasar yang bertujuan
menjaga kebijakan yang sedang diimplementasikan sesuai dengan tujuan
sasaran dilakuka pada saat komunikasi dengan pihak sekolah sasaran
selama proses penentuan sekolah peserta regrouping. Hal utama yang
dilakukan oleh tim penggabungan sekolah adalah memberikan motivasi
agar tujuan penggabungan sekolah dapat tercapai.
6. Evaluasi
Evaluasi program regrouping menujukkan ketercapain tujuan dari
program regrouping. Pemenuhan standar minimal pendidikan dapat
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dunia pendidikan harus dikelola secara professional, karena semakin
ketatnya persaingan dalam lembaga pendidikan. Jika lembaga pendidikan dikelola
seadanya maka akan tertinggal. Keberhasilan kegiatan pendidikan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, di antaranya seperti kurikulum, metode belajar mengajar, sumber
daya manusia, serta sarana dan prasarana pendidikan. Untuk mempelancar proses
pencapaiaan tujuan pendidikan perlu didukung oleh beberapa sumber daya yang
ada baik manusia maupun materil. Sementara itu, pendidikan dihadapkan pada
beberapa masalah, seperti peningkatan kualitas pendidikan, anggaran pendidikan
dan sumber daya manusia yang profesional.
Lembaga pendidikan harus bisa survive dalam menghadapi perkembangan
zaman dimana pada era ini terjadi perubahan yang sangat cepat dalam berbagai
bidang kehidupan umumnya, dan khususnya dalam bidang teknologi dan ilmu
pengetahuan. Untuk itu maka dunia pendidikan perlu menyiapkan sumber daya
manusia, yang memiliki keahlian agar tetap survive di era ini, yaitu: (1) kemampuan
berfikir kritis dan kemauan bekerja keras, (2) kreativitas, (3) kalaborasi, (4)
pemahaman antar budaya, (5) komunikasi, (6) mengopersikan komputer, (7)
kemampuan belajar secara mandiri.
Keberhasilan kegiatan pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, di
antaranya seperti kurikulum, metode belajar mengajar, guru, serta sarana dan
prasarana pendidikan. Untuk mempelancar proses pencapaiaan tujuan pendidikan
perlu didukung oleh beberapa sumber daya yang ada baik manusia maupun materil.
Sementara itu, pendidikan dihadapkan pada beberapa masalah, seperti peningkatan
kualitas pendidikan, anggaran pendidikan dan sumber daya manusia yang
profesional.
Menurut teori survival strategy yang dikembangkan oleh Suckhurgbh
(2008: 9) tentang Survival of The Human Race yaitu sukses atau keberhasilan yang
dicapai kelompok karena mereka bisa mengorganisir diri (organisation),
berkomunikasi (communication), dan pembaharuan (innovation). Oleh karena itu
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Moin. 2010. Merger, Akuisisi dan Divestasi. Edisi 2, Ekonisia, Yogyakarta.
Barnawi dan M. Arifi, Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah, (Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2014), hlm 48-49.
Matin dan Nurhattati Fuad, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Konsep
dan Aplikasi, (Jakarta:Rajawali Pers, 2016), hlm. 55.