OLEH:
DOSENPENGAMPUMATAKULIAH:
Prof. Dr. Azwar Ananda, M.A
i
KATAPENGANTAR
PujisyukurkamipanjatkankehadiratAllahSWT,karenalimpahanrahmat-Nyamakalah
Landasan Ilmu Pendidikan dapat diselesaikan. Makalah ini disusun untuk
memenuhitugasmata kuliahLandasan Ilmu Pendidikan.
Padakesempatankaliini,tidaklupamenyampaikanrasasyukurdanterimakasihkepada
pihak-pihak yang telah membantu selama penyusunan makalah ini terutama
untukdosenpengampu matakuliahLandasan Ilmu Pendidikan.
Tidak ada yang sempurna didunia ini melainkanAllah SWT, maka makalah ini
puntidakluputdarisegalakekurangandanjauhdarikatasempurna.Olehkarena
itu,kamimengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun
dari
pihakpembaca.Semogamakalahinibermanfaatbagipenulisdanpembaca.Sekalilagikamiucapkan
terimakasih.
Padang,27September2022
Penulis
i
DAFTARISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTARISI...........................................................................................................ii
BABIPENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..........................................................................................1
PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang
Pendidikan merupakan kebutuhan manusia. Pendidikan selalu mengalami perubahan,
perkembangan dan perbaikan sesuai dengan perkembangan di segala bidang kehidupan.
Perubahan dan perbaikan dalam bidang pendidikan meliputi berbagai komponen yang terlibat di
dalamnya baik itu pelaksana pendidikan di lapangan (kompetensi guru dan kualitas tenaga
pendidik), mutu pendidikan, perangkat kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan dan mutu
menejemen pendidikan termasuk perubahan dalam metode dan strategi pembelajaran yang lebih
inovatif. Upaya perubahan dan perbaikan tersebut bertujuan membawa kualitas pendidikan
Indonesia lebih baik.
Sentralisasi merupakan salah satu fungsi dalam manajemen suatu organisasi. Dan
berfungsi untuk memusatkan seluruh wewenang sejumlah kecil manajer atau yang berada di
posisi puncak pada suatu struktur organisasi. Dan sentralisasi memiliki kelebihan seperti lebih
mudah untuk menerapkan kebijakan umum dan praktek untuk bisnis dan keseluruhan, mencegah
bagian lain dari bisnis menjadi terlalu mandiri, lebih mudah untuk mengkoordinasikan dan
mengendalikan dari pusat, lebih cepat mengambilan keputusan lebih mudah untuk menunjukan
kepemimpinan yang kuat.
Penyerahan urusan pemerintah dari pusat kepada daerah pelimpahan wewenang kepada
Pemerintahan Daerah semata-mata untuk mencapai suatu pemerintahan yang efisien yang
memiliki fungsi harus meningkatkan motivasi staf, keputusan yang dibuat lebih dekat dengan
pelanggan, konsisten dengan bertujuan untuk menyanjung hirarki, cara yang baik untuk melatih
dan mengembangkan manajemen junior.
1.2. RumusanMasalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
a) Apa definisi dari Negara dan Pendidikan ?
b) Apa definisi dari sentralisasi dan desentralisasi ?
c) Apa kelemahan dan kelebihan dari sentralisasi dengan desentralisasi ?
d) Apa dampak dari penerapan sentralisasi dan desentralisasi ?
e) Bagaimana pendidikan manajemen berbasis sekolah ?
f) Apa prinsip pendidikan manajemen berbasis sekolah ?
1
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
a) Mengetahui definisi dari Negara dan Pendidikan
b) Mengetahui pengertian sentralisasi dan desentralisasi
c) Mengetahui kelemahan dan kelebihan dari sentralisasi dengan desentralisasi
d) Mengetahui dampak dari penerapan sentralisasi dan desentralisasi
e) Mengetahui Pendidikan manajemen berbasis sekolah
f) Apa prinsip pendidikan manajemen berbasis sekolah
2
BAB II
PEMBAHASAN
a) Sentralisasi
Sentralisasi adalah suatu sistem pemerintahan di mana segala kekuasaan
dipusatkan di pemerintah pusat. Menurut J. In het Veld, kelebihan sentralisasi adalah
menjadi landasan kesatuan kebijakan lembaga atau masyarakat dapat mencegah
keinginan untuk memisahkan diri dari negara dan dapat meningkatkan rasa persatuan
meningkatkan rasa persamaan dalam perundang-undangan, pemerintahan dan
pengadilan sepanjang meliputi kepentingan seluruh wilayah dan lebih mengutamakan
umum daripada kepentingan daerah nya sendiri, golongan atau perorangan, masalah
keperluan umum menjadi beban merata dari seluruh pihak tenaga yang lemah dapat
dihimpun menjadi suatu kekuatan yang besar meningkatkan daya guna dan hasil guna
dalam penyelenggaraan pemerintahan meskipun hal tersebut belum merupakan suatu
kepastian tenaga yang lemah dapat dihimpun menjadi suatu kekuatan yang besar.
Urutan-urutan yang bersifat sentral adalah :
1. Luar Negeri
4
2. Peradilan
3. Hankam
4. Moneter dalam arti mencetak uang maupun menentukan nilai uang.
5. Pemerintahan Umum
Kelemahan Sentralisasi
Manajemen lokal cenderung jauh lebih dekat dengan kebutuhan pelanggan.
Kurangnya otoritas turun hirarki mungkin mengurangi motivasi manajer.
Layanan pelanggan tidak mendapat manfaat dari fleksibilitas dan kecepatan dalam
pengambilan keputusan.
1. Segi Ekonomi
Efek positif yang diberikan oleh sistem sentralisasi ini adalah perekonomian lebih
terarah dan teratur karena pada sistem ini hanya pusat saja yang mengatur
perekonomian.Sedangkan dampak negatifnya adalah daerah seolah-olah hanya
dijadikan sapi perahan saja dan tidak dibiarkan mengatur kebijakan perekonomiannya
masing-masing sehingga terjadi pemusatan keuangan pada pemerintah pusat.
5
Perbedaan kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia dapat dipersatukan
sehingga setiap daerah tidak saling menonjolkan kebudayaan masing-masing dan lebih
menguatkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang dimiliki bangsa Indonesia.
Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan sistem ini adalah pemerintah pusat
begitu dominan dalam menggerakkan seluruh aktivitas negara. Dominasi pemerintah
pusat terhadap pemerintah daerah telah menghilangkan eksistensi daerah sebagai
tatanan pemerintahan local yang memiliki keunikan dinamika sosiakl budaya tersendiri,
keadaan ini dalam jangka waktu yng panjang mengakibatkan ketergantungan kepada
pemerintah pusat yang pada akhirnya mematikan kreasi dan inisiatif local untuk
membangun lokalitasnya.
b) Desentralisasi
10
Untuk mengantisipasi munculnya permasalahan tersebut di atas, disentralisasi
pendidikan dalam pelaksanaannya harus bersikap hati-hati. Ketepatan strategi yang
ditempuh sangat menentukan tingkat efektifitas implementasi disentralisasi. Untuk
mengantisipasi berbagai kemungkinan buruk tersebut ada beberapa hal yang perlu di
perhatikan:
a) Adanya jaminan dan keyakinan bahwa pendidikan akan tetap berfungsi sebagai wahana
pemersatu bangsa.
b) Masa transisi benar-benar digunakan untuk menyiapkan berbagai hal yang dilakukan
secara garnual dan dijadwalkan setepat mungkin.
c) Adanya komitmen dari pemerintah daerah terhadap pendidikan, terutama dalam
pendanaan pendidikan.
d) Adanya kesiapan sumber daya manusia dan sistem manajemen yang tepat yang telah
dipersiapkan dengan matang oleh daerah.
e) Pemahaman pemerintah daerah maupun DPRD terhadap keunikan dan keberagaman
sistem pengelolaan pendidikan, dimana sistem pengelolaan pendidikan tidak sama
dengan pengelolaan pendidikan daerah lainnya.
f) Adanya kesadaran dari semua pihak (pemerintah, DPRD, masyarakat) bahwa
pengelolaan tenaga kependidikan di sekolah, terutama guru tidak sama dengan
pengelolaan aparat birokrat lainnya.
g) Adanya kesiapan psikologis dari pemerintah pusat dari propinsi untuk melepas
kewenangannya pada pemerintah kabupaten/kota.
Selain dampak negatif tentu saja disentralisasi pendidikan juga telah
membuktikan keberhasilan antara lain:
a) Mendekatkan proses pendidikan kepada rakyat sebagai pemilik pendidikan itu sendiri.
Rakyat harus berpartisipasi di dalam pembentukan social capital tersebut.
b) Mampu memenuhi tujuan politis, yaitu melaksanakan demokratisasi dalam pengelolaan
pendidikan.
c) Mampu membangun partisipasi masyarakat sehingga melahirkan pendidikan yang
relevan, karena pendidikan benar-benar dari oleh dan untuk masyarakat.
d) Mampu menyelenggarakan pendidikan dengan cara menfasilitasi proses belajar mengajar
yang kondusif, yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas belajar siswa.
11
Istilah manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dari School-Based
Management. Istilah ini pertama kali muncul di Amerika Serikat ketika masyarakat mulai
mempertanyakan relevansi pendidikan dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat
setempat. MBS merupakan paradigma baru pendidikan yang memberikan otonomi luas pada
tingkat sekolah (pelibatan masyarakat) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Otonomi
diberikan agar sekolah leluasa mengelola sumber daya dan sumber dana dengan
mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan. Otonomisasi penyelenggaraan
pendidikan melahirkan sebuah perspektif baru dalam pengelolaan pendidikan yang disebut
dengan Manajemen Berbasis Sekolah.
Terdapat 5 (lima) prinsip pelaksanaan MBS antara lain:
a) Kemandirian
Sekolah yang mandiri dapat diartikan sebagai sekolah yang mampu menyelesaikan
segala permasalahan tanpa terlalu mengandalkan campur tangan dari pemerintah pusat.
Sekolah diharapkan dapat berupaya menciptakan dan meningkatkan situasi, kondisi, dan
budaya kemandirian melalui berbagai cara seperti mengembangkan unit-unit usaha
sekolah, membangun kerja sama dengan pihak lain dalam bidang komersial, dan upaya-
upaya lain untuk meningkatkan pemasukan pendanaan dan peningkatan program
sekolah.
b) Kemitraan
Prinsip kemitraan adalah suatu bentuk kerja sama antara sekolah dengan para pemangku
kepentingan. Esensi kemitraan pada dasarnya adalah untuk meningkatkan keterlibatan,
kepedulian, kepemilikan, dan dari masyarakat baik berupa dukungan moral, pemikiran,
tenaga, material, maupun finansial. Bentuk kemitraan yang dapat dilakukan dapat
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan sekolah sesuai kategori sekolah. Pastikan
kemitraan yang terjalin saling menguntungkan dan bersifat sejajar.
c) Partisipasi
Partisipasi dapat dimaknai sebagai keterlibatan para pemangku kepentingan secara aktif.
Konteks partisipasi dalam implementasi MBS antara lain dalam hal pengambilan
keputusan, pembuatan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan
di sekolah. Tujuan utama peningkatan partisipasi antara lain untuk meningkatkan
kontribusi, memberdayakan kemampuan pemangku kepentingan, meningkatkan peran
pemangku kepentingan, dan menjamin agar setiap keputusan yang diambil mewakili
aspirasi pemangku kepentingan. Upaya peningkatan partisipasi di satuan pendidikan
12
dapat diwujudkan melalui penyediaan sarana partisipasi, advokasi, publikasi sekaligus
transparansi terhadap pemangku kepentingan.
d) Keterbukaan
Sebagai lembaga pendidikan formal yang memberikan pelayanan pendidikan kepada
masyarakat, maka prinsip keterbukaan sangat penting diimplementasikan. Keterbukaan
dapat membangun kepercayaan publik terhadap program-program yang dijalankan oleh
sekolah. Upaya yang dapat dilakukan oleh satuan pendidikan untuk membangun
keterbukaan kepada publik yaitu dengan mendayagunakan berbagai jalur komunikasi
yang tersedia untuk menyampaikan berbagai program yang akan dijalankan serta
menyampaikan laporan dari setiap program yang telah berjalan.
e) Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan prinsip yang sangat penting dijalankan oleh sekolah. Akuntabilitas
memiliki arti suatu keadaan dimana suatu hal dapat dipertanggungjawabkan. Upaya
peningkatan akuntabilitas dapat dilakukan dengan menyusun pedoman pemantauan
kinerja satuan pendidikan, menyusun rencana pengembangan sekolah, memberikan
tanggapan terhadap pertanyaan dan pengaduan publik. .
Munculnya MBS, dikarenakan beberapa alasan antara lain adalah:
a) Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya
sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk
memajukan sekolahnya.
b) Sekolah lebih mengeahui bebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan
dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidkan sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
c) Pengambilan keputusan oleh sekolahnya lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan
sekolah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya.
d) Penggunaan sumberdaya pendidikan lebih efisien dan efektif bilamana dikontrol oleh
masyarakat setempat.
e) Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarkat dalam pengambilan keputusan sekolah
menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat.
f) Sekolah cepat merespons aspirasi masyarakat dan lingkungan.
Manajemen berbasis sekolah (MBS) dapat diartikan sebagai model pengelolaan
yang memberikan otonomi (kewenangan dan tanggungjawab) lebih besar kepada
sekolah, memberikan fleksibilitas/keluwesan keluwesan kepada sekolah, dan
mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah,
13
karyawan) dan masyarakat (orangtua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan, pengusaha,
dan sebagainya.), untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan
nasional serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan otonomi tersebut,
sekolah diberikan kewenangan dan tanggungjawab untuk mengambil keputusan-
keputusan sesuai dengan kebutuhan, kemampuan dan tuntutan sekolah serta masyarakat
atau stakeholder yang ada.
Dengan pengertian di atas, maka sekolah memiliki kemandirian lebih besar
dalam mengelola sekolahnya (menetapkan sasaran peningkatan mutu, menyusun
rencana peningkatan mutu, melaksanakan rencana peningkatan mutu, dan melakukan
evaluasi pelaksanaan peningkatan mutu), memiliki fleksibilitas pengelolaan
sumberdaya sekolah, dan memiliki partisipasi yang lebih besar dari kelompok-
kelompok yang berkepentingan dengan sekolah. Dengan kepemilikan ketiga hal ini,
maka sekolah akan merupakan unit utama pengelolaan proses pendidikan, sedang unit-
unit di atasnya (Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan Provinsi, dan
Departemen Pendidikan Nasional) akan merupakan unit pendukung dan pelayan
sekolah, khususnya dalam pengelolaan peningkatan mutu.
Sekolah yang mandiri memiliki ciri-ciri sebagai berikut: sifat ketergantungan
rendah; kreatif dan inisiatf, adaptif dan antisipatif/proaktif terhadap perubahan;
memiliki jiwa kewirausahaan tinggi (inovatif, gigih, ulet, berani mengambil resiko, dan
sebagainya); bertanggungjawab terhadap kinerja sekolah; memiliki kontrol yang kuat
terhadap input manajemen dan sumberdayanya; memiliki kontrol yang kuat terhadap
kondisi kerja; komitmen yang tinggi pada dirinya; dan prestasi merupakan acuan bagi
penilaiannya. Selanjutnya, bagi sumberdaya manusia sekolah yang berdaya, pada
umumnya, memiliki ciri-ciri: pekerjaan adalah miliknya, dia bertanggungjawab,
pekerjaannya memiliki kontribusi, dia tahu posisinya di mana, dia memiliki kontrol
terhadap pekerjaannya, dan pekerjaannya merupakan bagian hidupnya.
Contoh tentang hal-hal yang dapat memandirikan/memberdayakan warga sekolah adalah:
pemberian kewenangan, pemberian tanggungjawab, pekerjaan yang bermakna, pemecahan
masalah sekolah secara teamwork, variasi tugas, hasil kerja yang terukur, kemampuan untuk
mengukur kinerjanya sendiri, tantangan, kepercayaan, didengar, ada pujian, menghargai ide-ide,
mengetahui bahwa dia adalah bagian penting dari sekolah, kontrol yang luwes, dukungan,
komunikasi yang efektif, umpan balik bagus, sumberdaya yang dibutuhkan ada, dan warga
sekolah diberlakukan sebagai manusia ciptaan-Nya yang memiliki martabat tertinggi.
Tujuan MBS
14
MBS bertujuan untuk meningkatkan kinerja sekolah melalui pemberian
kewenangan dan tanggungjawab yang lebih besar kepada sekolah yang dilaksanakan
berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola sekolah yang baik yaitu partisipasi, transparansi,
dan akuntabilitas. Peningkatan kinerja sekolah yang dimaksud meliputi peningkatan
kualitas, efektivitas, efisiensi, produktivitas, dan inovasi pendidikan.
Dengan MBS, sekolah diharapkan makin mampu dan berdaya dalam mengurus
dan mengatur sekolahnya dengan tetap berpegang pada koridor-koridor kebijakan
pendidikan nasional. Perlu digarisbawahi bahwa pencapaian tujuan MBS harus
dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola yang baik (partisipasi, transparansi,
akuntabilitas, dan sebagainya).
Karakteristik MBS
Manajemen Berbasis Sekolah memiliki karakteristik yang perlu dipahami oleh
sekolah yang akan menerapkannya. Dengan kata lain, jika sekolah ingin sukses dalam
menerapkan MBS, maka sejumlah karakteristik MBS berikut perlu dimiliki. Berbicara
karakteristik MBS tidak dapat dipisahkan dengan karakteristik sekolah efektif. Jika
MBS merupakan wadah/kerangkanya, maka sekolah efektif merupakan isinya. Oleh
karena itu, karakteristik MBS berikut memuat secara inklusif elemen-elemen sekolah
efektif, yang dikategorikan menjadi input, proses, dan output.
Dalam menguraikan karakteristik MBS, pendekatan sistem yaitu input-proses-
output digunakan untuk memandunya. Hal ini didasari oleh pengertian bahwa sekolah
merupakan sistem sehingga penguraian karakteristik MBS (yang juga karakteristik
sekolah efektif) mendasarkan pada input, proses, dan output. Selanjutnya, uraian berikut
dimulai dari output dan diakhiri input, mengingat output memiliki tingkat kepentingan
tertinggi, sedang proses memiliki tingkat kepentingan satu tingkat lebih rendah
dari output, dan input memiliki tingkat kepentingan dua tingkat lebih rendah
dari output.
a) Output yang diharapkan
Sekolah memiliki output yang diharapkan. Output sekolah adalah prestasi
sekolah yang dihasilkan oleh proses pembelajaran dan manajemen di sekolah. Pada
umumnya, output dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu output berupa prestasi
akademik (academic achievement) dan output berupa prestasi non-akademik (non-
academic achievement). Output prestasi akademik misalnya, NUN/NUS, lomba karya
ilmiah remaja, lomba (Bahasa Inggris, Matematika, Fisika), cara-cara berpikir (kritis,
kreatif/ divergen, nalar, rasional, induktif, deduktif, dan ilmiah). Output non-akademik,
15
misalnya keingintahuan yang tinggi, harga diri, akhlak/budipekerti, perilaku sosial yang
baik seperti misalnya bebas narkoba, kejujuran, kerjasama yang baik, rasa kasih sayang
yang tinggi terhadap sesama, solidaritas yang tinggi, toleransi, kedisiplinan, kerajinan,
prestasi olahraga, kesenian, dan kepramukaan.
b. Proses
Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki sejumlah karakteristik proses sebagai berikut:
1) Proses Belajar Mengajar yang Efektivitasnya Tinggi
2) Kepemimpinan Sekolah yang Kuat
3) Lingkungan Sekolah yang Aman dan Tertib
4) Pengelolaan Tenaga Kependidikan yang Efektif
5) Sekolah Memiliki Budaya Mutu
6) Sekolah Memiliki “Teamwork” yang Kompak, Cerdas, dan Dinamis
7) Sekolah Memiliki Kewenangan
8) Partisipasi yang Tinggi dari Warga Sekolah dan Masyarakat
9) Sekolah Memiliki Keterbukaan (Transparansi) Manajemen
10) Sekolah Memiliki Kemauan untuk Berubah (psikologis dan pisik)
11) Sekolah Melakukan Evaluasi dan Perbaikan Secara Berkelanjutan
12) Sekolah Responsif dan Antisipatif terhadap Kebutuhan
13) Memiliki Komunikasi yang Baik
14) Sekolah Memiliki Akuntabilitas
15) Manajemen Lingkungan Hidup Sekolah Bagus
16) Sekolah memiliki Kemampuan Menjaga Sustainabilitas
b) Input Pendidikan
1) Memiliki Kebijakan, Tujuan, dan Sasaran Mutu yang Jelas
2) Sumberdaya Tersedia dan Siap
3) Staf yang Kompeten dan Berdedikasi Tinggi
4) Memiliki Harapan Prestasi yang Tinggi
5) Fokus pada Pelanggan (Khususnya Siswa)
6) Input Manajemen
Pelaksanaan MBS
Esensi MBS adalah peningkatan otonomi sekolah, peningkatan partisipasi
warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan, dan peningkatan
fleksibilitas pengelolaan sumberdaya sekolah. Konsep ini membawa konsekuensi
bahwa pelaksanaan MBS sudah sepantasnya menerapkan pendekatan “idiograpik”
16
(membolehkan adanya keberbagaian cara melaksanakan MBS) dan bukan lagi
menggunakan pendekatan “nomotetik” (cara melaksanakan MBS yang cenderung
seragam atau konformitas untuk semua sekolah). Oleh karena itu, dalam arti yang
sebenarnya, tidak ada satu resep pelaksanaan MBS yang sama untuk diberlakukan ke
semua sekolah. Tetapi satu hal yang perlu diperhatikan bahwa mengubah pendekatan
manajemen berbasis pusat menjadi manajemen berbasis sekolah bukanlah merupakan
proses sekali jadi dan bagus hasilnya (one-shot and quick-fix), akan tetapi merupakan
proses yang berlangsung secara terus menerus dan melibatkan semua pihak yang
berwenang dan bertanggungjawab dalam penyelenggaraan sekolah. Paling tidak, proses
menuju MBS memerlukan perubahan empat hal pokok berikut:
Tahap-tahap Pelaksanaan MBS
1. Melakukan Sosialisasi MBS
Secara umum, garis-garis besar kegiatan sosialisasi/pembudayaan MBS dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Baca dan pahamilah sistem, budaya, dan sumberdaya yang ada di sekolah secara
cermat dan refleksikan kecocokannya dengan sistem, budaya, dan sumberdaya baru
yang diharapkan dapat mendukung penyelenggaraan MBS.
b. Identifikasikan sistem, budaya, dan sumberdaya yang perlu diperkuat dan yang perlu
diubah, dan kenalkan sistem, budaya, dan sumberdaya baru yang diperlukan untuk
menyelenggarakan MBS.
c. Buatlah komitmen secara rinci yang diketahui oleh semua unsur yang
bertanggungjawab, jika terjadi perubahan sistem, budaya, dan sumberdaya yang
cukup mendasar.
d. Bekerjalah dengan semua unsur sekolah untuk mengklarifikasikan visi, misi, tujuan,
sasaran, rencana, dan program-program penyelenggaraan MBS.
e. Hadapilah “status quo” (resistensi) terhadap perubahan, jangan menghindar dan
jangan menarik darinya serta jelaskan mengapa diperlukan perubahan dari
manajemen berbasis pusat menjadi MBS.
f. Garisbawahi prioritas sistem, budaya, dan sumberdaya yang belum ada sekarang,
akan tetapi sangat diperlukan untuk mendukung visi, misi, tujuan, sasaran, rencana,
dan program-program penyelenggaraan MBS dan doronglah sistem, budaya, dan
sumberdaya manusia yang mendukung penerapan MBS serta hargailah mereka
(unsur-unsur) yang telah memberi contoh dalam penerapan MBS.
17
g. Pantaulah dan arahkan proses perubahan agar sesuai dengan visi, misi, tujuan,
sasaran, rencana, dan program-program MBS yang telah disepakati.
h. Memperbanyak Mitra Sekolah
2. Merumuskan Kembali Aturan Sekolah, Peran Unsur-unsur Sekolah, Kebiasaan dan
hubungan antar Unsur-unsur Sekolah
3. Menerapkan Prinsip-prinsip Tata Kelola yang Baik
4. Mengklarifikasi Fungsi dan Aspek Manajemen Sekolah
5. Meningkatkan Kapasitas Sekolah
6. Meredistribusi Kewenangan dan Tanggung jawab
7. Menyusun Rencana Pengembangan Sekolah (RPS/RKAS), Melaksanakan, dan
Memonitor serta Mengevaluasinya.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Istilah negara diterjemahkan dari kata-kata asing Staat (bahasa Belanda dan Jerman); State
(bahasa Inggris); Etat (bahasa Prancis). Istilah Staat mempunyai sejarah sendiri. Istilah itu mula-
mula dipergunakan dalam abad ke- 15 di Eropa Barat. Secara etimologis kata status itu dalam
bahasa Latin Klasik adalah suatu istilah abstrak yang menunjukan keadaan yang tegak dan tetap,
atau sesuatu yang dimiliki sifat-sifat yang tegak dan tegak itu.1 Kata “negara” mempunyai dua
arti. Pertama, negara adalah masyarakat atau wilayah yang merupakan satu kesatuan politis.
Kedua, negara adalah lembaga pusat yang menjamin kesatuan politis itu, yang menata dan
dengan demikianmenguasai wilayah itu.
3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah cakrawala dan wawasan pembaca
dalam memahami tentang isi makalah.
19
DAFTARPUSTAKA
Natawidjaja,R. Nana, S,S. Ibrahim, R. As’ari, D. 2007. Rujukan Filsafat, Teori, dan Praktis
Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Press.
20