Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“PERANAN, BUKTI, DAN DASAR-DASAR TAKSONOMI”

Dosen Pengampu: Dr. Moralita Chatri, M.P

DISUSUN OLEH :
NANTA MULIA
21177021

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 2
URAIAN MATERI........................................................................................................................1
A. Peranan dari Bukti Taksonomi....................................................... Error: Reference source not found
B. Macam-macam Bukti Taksonomi..........................................................................................1
C. Dasar-dasar Taksonomi Tumbuhan....................................................................................... 6
KESIMPULAN............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..……………....11

ii
URAIAN MATERI

A. Peranan Dari Bukti Taksonomi


Sifat dan ciri taksonomi sangat penting sebagai sumber bukti taksonomi untuk
memecahkan berbagai permasalahan taksonomi. Sifat-sifat yang dipakai sebagai bukti
taksonomi dalam mendeterminasi, mencirikan dan menggolongkan jenis-jenis tumbuhan
dapat berasal dari seluruh bagian dan dari semua fase serta proses pertumbuhan tumbuhan itu
(Falahudin, dkk, 2014).
B. Macam-macam Bukti Taksonomi
Berikut ini akan diungkapkan beberapa cabang biologi yang dapat dijadikan sebagai
sumber bukti taksonomi:
1. Morfologi

Data morfologi hingga sekarang masih tetap dipakai karena mudah diamati dan

praktis digunakan untuk kunci determinasi. Sifat yang mantap pada data morfologi adalah

organ generatif→ bunga dan buah. Data morfologi berupa organ vegetatif yang sering

dipakai antara lain: habit, akar banir, penyebaran bulu pada bagian-bagian tumbuhan. Data

morfologi sering menunjukkan cara-cara tumbuhan tersebut mengadaptasikan diri dengan

lingkungannya dan evolusinya. Contoh penggunaan: Melastomataceae ditentukan

berdasarkan bentuk morfologi daunnya, Cucurbitaceae ditentukan berdasarkan sulurnya

(Mulyani, 2006).

Ciri-ciri morfologi berfaedah besar, bahkan pada pengamatan spesimen-spesimen

herbarium, ciri-ciri ini menunjukkan tingkat keberhasilan yang tinggi untuk menyusun

klasifikasi. Di lain pihak, ciri-ciri mikroskopis atau ciri endomorfik sering kali tidak

terdapat pada beberapa golongan tertentu. Meskipun demikian, bukan berarti ciri-ciri

lainnya tidak dapat digunakan sebagai dasar penyusunan klasifikasi.

Banyak ciri-ciri morfologi yang penting ternyata diabaikan, baik dari sifat

vegetatifnya maupun sifat generatif. Ciri-ciri ini biasanya:

a. Sulit dilihat (misal kelenjar madu, lodicula, tangkai benang sari)

1
b. Sulit dibuat koleksi (misal pangkal daun dari suku palmae)

Ciri-ciri vegetatif yang mempunyai nilai taksonomi antara lain :


a. Perawakan (habitus)

Perawakan ini berhubungan dengan tanda-tanda seperti ukuran, percabangan,

persebaran, kerapatan, bentuk, ukuran serta tekstur daun, sistem perakaran, cara

perkembangbiakan, serta kehidupan dan periodisitas.

b. Organ-organ dalam tanah

Bagian tumbuhan yang berada dibawah tanah sering kali memberikan ciri-ciri berharga

untuk pemisahan taksonomi, tetapi sering kali tidak mendapat perhatian.


c. Daun

Bentuk daun seringkali memberikan variasi yang luas mulai dari pangkal daun sampai

ujung daun, khususnya tunas dari berbagai pohonana yang berbeda jenisnya. Ptiksis

yaitu cara penggulungan atau pelipatan organ-organ yang berdiri sendiri seperti daun

atau petala pada waktu kuncup. Sifat-sifat ptiksis ini dapat sebagai bukti taksonomi

pada takson tertentu seperti marga Primula, suku Rosaceae (Lumowa, 2012).

2. Embriologi

Banyak macam data embriologi yang digunakan untuk memecahkan

masalah taksonomi.Data tersebut berasal dari beberapa sumber baik yang berkaitan dengan

struktur maupun proses, seperti: kepala sari, gametofit jantan, gametofit betina, bakal biji,

pembuahan, endosperma, kulit biji, apomiksis dan poliembrio. Pembagian utama Dikotil

dan Monokotil didasarkan pada satu sifat embrio (lembaga), tapi untuk taksa rendah masih

jarang digunakan.

Individu dalam marga atau suku mungkin dicirikan dengan tipe embrionya, dan tanda

ini mungkin dapat dipakai untuk menentukan pembatasan taksonomi dan kekerabatan

2
alami. Data-data embriologis yang digabungkan dengan ciri-ciri anatomi dan morfologis,

dapat digunakan dalam membuat klasifikasi yang lebih baik (Lumowa, 2012).

3. Anatomi

Dalam mendeterminasi, menunjukkan kecondongan evolusi atau kekerabatan secara

filogeni. Data anatomi ini banyak digunakan untuk mendeterminasi kayu-kayu ekonomis.

Beberapa contoh pemakaian data anatomi dalam taksonomi:


a. Orang menyimpulkan keprimitifan suku-suku Ranales diperkuat dengan tidak adanya

pembuluh tapis; sifat ini juga dimiliki Gymnospermae dan Pteridophyta.

b. Susunan sel pelindung stomata berbeda-beda dan mantap untuk marga atau di atasnya.

c. Kerapatan stomata bisa membantu sampai jenis


d. Anatomi bunga; adanya bekas-bekas ikatan pembuluh meski bunga tereduksi,

sehinggaorang dapat membuktikan adanya bekas-bekas mahkota pada Fagaceae,

sehingga memperkuat dugaan bahwa suku tersebut dan sebangsanya mempunyai bunga

yang tidak primitive (Mulyani, 2006).

Data anatomi antara lain dapat dipergunakan untuk tujuan praktis, misalnya

identifikasi, penggolongan atau mempelajari arah filogenetik dan tingkat kekerabatan.

Peranan anatomi perbandingan batang dalam taksonomi antara lain:

a. Mempunyai nilai untuk pengenalan dan untuk menentukan kekerabatan dan arah

evolusi spesialisasi
b. Sebagai ciri-ciri identifikasi, sifat-sifat anatomis mungkin dapat dipergunakan pada

semua tingkat taksonomi, tetapi pada tingkat jenis dan di atas tingkat suku dalam

Angiospermae cenderung kurang dapat dipercaya.

c. Di atas tingkat suku pada Angiospermae, heterogenitas struktur anatomis

mengingatkan asal “polyphyletic”

3
d. Kriteria endomorfik tidak mempunyai nilai yang sama pada seluruh taksa (Mulyani,

2006)

4. Palinologi

Palinologi adalah studi tentang serbuk sari dan spora. Serbuk sari menjadi sumber

taksonomi yang penting. Variasi yang diperlihatkan serbuk sari antara lain adalah jumlah

dan letak alur dan lubang di permukaannya, bentuk ukiran eksin (lapisan luar serbuk sari)

serta bentuk umum dan ukurannya. Serbuk sari bisa khas untuk jenis, marga atau suku.

Ciri-ciri utama butir polen yang mempunyai nilai taksonomi adalah jumlah dan

posisi alur, jumlah, posisi dan kekompleksan apertura serta bentuk pahatan eksin. Tipe

butir polen pada Angiospermae ada 2 tipe pokok yaitu :


a. Monocolpate: butir polen yang dilengkapi suatu alur tunggal yang terdapat pada satu

sisi butir polen yang jauh dari titik hubungan setrad.


b. Trocolpate: butir polen dengan tiga alur meridional. Rangkaian spesialisasi diawali dari

monocolpate maupun tricolpate kemudian mencapai puncaknya pada acolpate (tanpa

alur) dan pancolpate (beralur banyak) (Lumowa, 2012).

5. Sitologi

Sitologi adalah ilmu tentang seluk beluk sel. Meskipun istilah sitologi menyangkut

semua aspek sel, namun bila dikaitkan dengan taksonomi, pembahasan difokuskan pada

kromosom dan berbagai atributnya. Berbagai data kromosom yang digunakan untuk tujuan

taksonomi, yaitu: jumlah, ukuran dan bentuk, perilaku pada waktu meiosis: diambil

kariotipe (keadaan kromosom pada tingkat metaphase dalam proses mitosis), meliputi

ukuran panjang kromosom, letak sentromer, ada tidaknya satelit.

a. Ukuran kromosom mantap untuk jenis

4
b. Jumlah kromosom semua individu yang tergolong satu jenis itu umumnya sama,

kecuali dalam beberapa jenis tertentu. Secara garis besar terdapat tiga macam jumlah

kromosom:
1) Sama untuk seluruh anggota golongan, misalnya Pinus seluruh jenisnya

mempunyai n=12
2) Kelipatan jumlah kromosom sehingga terjadi deret poliploidi pada anggota suatu

golongan tumbuhan, misalnya Taraxacum (Compositae): 2n = 16, 24, 32, 40, 48,.

Dalam deret ini 8 merupakan jumlah dasar.


3) Jumlah kromosom tidak beraturan disebut aneuploid, misalnya Brassica: n = 6, 7,

8, 9,atau 10 (Tjitrosoepomo, 2005)

6. Fisiologi

Data-data fisiologi tidak dipakai secara langsung untuk keperluan bukti-

bukti taksonomi. Musim berbunga, keperluan cahaya, pola perkawinan, penyebaran

geografis penting untuk mempertegas perbedaan jenis-jenis tumbuhan. Tumbuhan yang

tergolong dalam satu jenis dianggap menunjukkan sifat fisiologi yang sama pula.

Tumbuhan yang menunjukkan sifat morfologi yang sama mungkin sifat fisiologisnya

berbeda (Lumowa, 2012).

7. Fitokimia

Contoh penggunaannya yaitu:


a. Penggolongan ganggang didasarkan pada pigmen dalam plastidanya serta susunan

kimia senyawa cadangan makanan.


b. Adanya kandungan morfin dalam Papaver

c. Cadangan pati, bukti penguat anggota Gramineae

5
d. Kristal kalsium oksalat (rapid): membantu dalam penyusunan klasifikasi Rubiaceae,

Liliaceae dan Compositae serta kekerabatan antara cactaceae dengan anggota

Centrosperma

Ciri kimiawi dapat mempunyai nilai taksonomi yang tinggi jika dapat menunjukkan

konstan, tidak menyebar pada seluruh takson secara sama, tidak mudah terpengaruh satu

dengan yang lainnya. Ciri kimiawi dapat digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu :
a. Berupa hasil tumbuhan seperti alkaloid, flavonoid dan terpenoid, serologi dan

elektroforesis protein

b. Substansi kimiawi yang secara langsung dapat dilihat :

1) Butiran-butiran pati

Butiran-butiran pati terdapat di dalam plastisida-plastisida. Butiran-butiran dapat

tunggal atau majemuk, mereka bervariasi dalam bentuk dan sering menunjukkan

lapisan.

2) Rafid

Merupakan tungkalan-tungkalan kristal kalsium yang terkandung dalam sel-sel

besar dalam tumbuhan. Tukalan-tukalan kristal kalsium oksalat ini terbatas pada

kelompok tumbuhan tertentu dan mempunyai nilai sebagai bukti hubungan

kekerabatan.

8. Penyebaran geografis
a. Memegang peranan penting dalam menentukan apakah suatu kelompok populasi perlu

diperlakukan sebagai jenis tersendiri atau cukup sebagai sub spesies, varietas atau

forma.

b. Erat hubungannya dengan factor ekologi yang menentukan beberapa sifat biologi

c. Mempelajari asal usul, sejarah perkembangan dan evolusi takson

6
d. Dengan peta penyebaran, setiap jenis dapat diselidiki daerah paling banyak jumlah jenis

dan paling besar variasi ciri-cirinya yang dianggap sebagai pusat keanekaragaman dan

sering dianggap tempat asal evolusi takson itu.

Suatu takson yang terdapat pada suatu areal yang sama dianggap mempunyai

hubungan kekerabatan yang lebih dekat dibanding jika terdapat dalam areal yang

berbeda. Pembatasan takson-takson seperti jenis, anak jenis, varietas, forma sering

dikaitkan dengan batas-batas daerah distribusinya. Ipomoea pascaprae; Nypa fruticans;

Cocos nucifera dapat tumbuh baik di kawasan pantai berdekatan dengan formasi

Rhizopora sp. dan Brugueira sp. Sedang Edelweis (bunga abadi) hanya ditemukan di

kawasan dengan ketinggian tertentu di puncak gunung. Tanaman Apel (Pyrus malus);

markisah (Passiflora edulis); Tomat (Lycopersicum esculenta), Paku tiang (Alsophyla

glauca), Paku resam (Gleichenia linnearis) hanya mampu tumbuh baik pada ketinggian

tertentu di daerah pegunungan. Sedang beberapa jenis yang dikenal seperti Syzigium

aqueum; Ipomoea aquatica, Hydrilla verticellata terlihat kesan bahwa jenis ini

merupakan tumbuhan yang hidup di air.

Berdasarkan letak lintang dan bujur, tumbuhan masih memperlihatkan adaptasi

yang berbeda. Tumbuhan yang ditemukan di kawasan daerah tropik, jarang ditemukan

di kawasan sub-trofik maupun di daerah kutub. Bunga tulip (Liliodendron

tulifera) hanya ditemukan di negeri Belanda. Bunga sakura hanya ditemukan di Jepang,

kapas dan gandum tumbuh dengan baik di kawasan subtropika. Nama jenis banyak

diambil dari nama negara, wilayah daerah, di antaranya: Mangga Mangifera

indica (Indica=India); Teh Camelia sinensis (Sinensis, Chinensis +

China). Kemiri Aleurites moluccana (Moluccana = Moluccas = Maluku), Diospyros

celebica (Celebica = Celebes = Sulawesi). Salak Sidimpuan Salacca

sumatrana (Sumatrana = Sumatera); Salacca borneensis (Borneo = Kalimantan).

7
Pinanga javana, Sambucus javanicus (Java = Jawa), Calamus karoensis (Karo =

Sumatera Utara)
C. Dasar-dasar Taksonomi Tumbuhan
1. Klasifikasi
Klasifikasi adalah penyusunan tumbuhan secara teratur ke dalam suatu herarki.
Sistem penyusunan ini berasal dari kumpulan informasi tumbuhan secara individual yang
menggambarkan kekerabatan. Misalkan dalam klasifikasi tumbuhan merupakan Klasifikasi
Tumbuhan dibagai menjadi 5 divisio, yaitu:
a. Divisio Schyzophyta (tumbuhan belah)
b. Divisio Thallophyta (tumbuhan talus)
c. Divisio Bryophyta (tumbuhan lumut)
d. Divisio Pterydophyta (tumbuhan paku)
e. Divisio Spermatophyta (tumbuhan biji)
Klasifikasi bertujuan untuk menyederhanakan objek studi yaitu mencari
keanekaragaman dalam keseragaman. Kesamaan-kesamaan atau keseragaman itulah
yang nantinya akan menjadi dasar dalam pengklasifikasian jadi suatu takson atau suatu unit
mempunyai sejumlah kesamaan-kesamaan sifat (Falahudin, 2015).
2. Identifikasi
Identifikasi ini ada dua macam yaitu; identifikasi tumbuhan yang belum dikenal oleh
dunia ilmu pengetahuan, dan identifikasi tumbuhan yang sudah dikenal oleh dunia ilmu
pengetahuan (Tjitrosoepomo, 2005).
a. Identifikasi tumbuhan yang belum dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan
Jika kita mengadakan koleksi tumbuhan kemungkinan setelah mengadakan
penelusuran pustaka yang ada di dunia ini atau pengecekan terhadap pustaka-
pustaka atau koleksi herbarium yang ada di Lembaga Herbarium Internasional di
seluruh dunia, diketahui bahwa tumbuhan tersebut belum diidentifikasi atau di beri
nama, maka tugas kita adalah memberi nama timbuhan dan menempatkannya dalam
klasifikasi tumbuhan. Untuk memberi nama baru harus mengikuti aturan yang ada
dalam Kode Internasional Tatanama Tumbuhan (KITT) dan hendaknya harus
mengikuti rekomendasinya. Nama yang harus diberikan adalah nama ilmiah, syah,
dipublikasi secara valid dan efektif serta berhubungan secara permanent dengan salah

8
satu elemen dari takson tersebut, yaitu tipe tatanama dari takson baru tersebut. Untuk
klasifikasinyapun diharapkan agar dapat disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan.
Identifikasi tumbuhan selalu didasarkan atas specimen (bahan) yang real, baik
specimen yang masih hidup maupun yang telah diawetkan. Oleh pelaku
identifikasi specimen yang belum dikenal itu, melalui studi yang seksama
kemudian dibuatkan candra yang memuatkan ciri-ciri diagnostiknya. Berikutnya
adalah menetapkan specimen itu merupakan anggota populasi jenis apa, dan
berturut-turut ke atas di masukkkan kategori mana (marga, suku, bangsa, dan kelas
serta devisinya). Penentuan nama jenis dan tingkat takson ke atas berturut-turut
tidak boleh menyimpang dari ketentuan yang berlaku dalam KITT. Nama takson
baru itu selanjutnya harus dipublikasikan melalui cara-cara yang diatur dalam KITT.
b. Identifikasi tumbuhan yang sudah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan
Untuk identifikasi tumbuhan yang kita tidak kenal, tetapi telah dikenal oleh
dunia ilmu pengetahuan tersedia beberapa sarana, antara lain :
1) Menanyakan identitas tumbuhan yang tidak kita kenal kepada seorang yang kita
anggap ahli dan kita perkirakan mampu memberikan jawaban atas pertanyaan
kita.
2) Mencocokkan dengan specimen herbarium yang telah diidentifikasi. Cara ini
merupakan cara yang umum terjadi di seluruh dunia, yang berupa pengiriman
specimen tumbuhan ke herbarium atau lembaga-lembaga penelitian biologi
yang benar untuk diidentifikasikan. Selain itu cara ini juga kerap digunakan
antar ilmuwan untuk memperoleh kepastian mengenai identitas tumbuhan,
pengecekan silang atau konfirmasi.
3) Mencocokkan candra dan gambar-gambar yan ada dalam buku flora atau
monografi. Selain penguasaan ilmu hayat, pelaku identifikasi dengan caraini
harus pula menguasai peristilahan yang lazim digunakan dalam mencandra
tumbuhan. Selain itu, kadang diperlukan juga peralatan tertentu seperti perangkat
alat pengurai (dissecting kit), kaca pembesar, bahkan mikroskop.
4) Menggunakan kunci identifikasi. Kunci identifikasi adalah serentetan
pertanyaan-pertanyaan yang jawabanya harus ditemukan pada specimen yang

9
akan diidentifikasi. Bila semua pertanyaan berturut-turut dalam kunci identifikasi
itu ditemukan jawabannya, berarti tumbuhan yang akan diidentifikasikan
sama dengan salah satu yang telah dibuat kuncinya, dan nama serta tempatnya
dalam system klasifikasi akan diketahui setelah semua pertanyaan dalam kunci
dapat dijawab.
5) Menggunakan lembar identifikasi jenis (spesies identification sheet), yaitu
sebuahgambar suatu jenis tumbuhan yang disertai nama dan klasifikasijenis
yang bersangkutan. Disamping itu, gambar juga dilengkapi dengan candra serta
keterangan-keterangan lain menambah lengkapnya informasi mengenai jenis
tumbuhan tadi. Dengan tersedianya lembar-lembar identifikasi jenis, yang
merupakan flora bergambar untuk suatu lingkungan tertentu, mereka dimungkinkan
untuk mengadakan inventarisasi jenis-jenis gulma -gulma yang ada dalam
wilayah kerjanya. Dengan demikian dapat diperoleh informasi yang dapat
menunjang kepentingan-kepentingan lain, seperti dalam menetapkan metode
pengendalian gulma di perkebunan yang bersangkutan (Mulyani, 2006).
3. Nomenklatur
Nomenklatur adalah pemberian nama pada tumbuhan atau tata nama yang baik.
Adapun cara pemberian nama itu melibatkan asas-asas yang diatur oleh peraturan-
peraturan yang dibuat dan disahkan Kongres Botani sedunia. Peraturan-peraturan
tersebut secara formal dimuat pada Kode Internasional Tatanama Tumbuhan
(International Code of Botanical Nomenclature). Ada juga yang berpendapat bahwa
Nomenklatur adalah merupakan tujuan utama sistem ini yang menciptakan satu nama
untuk setiap takson (Rideng, 1989). Kode tatanama ini bertujuan untuk menyediakan
cara yang mantap dalam pemberian nama bagi kesatuan-kesatuan taksonomi, menjauhi
atau menolak pemakaian nama-nama yang mungkin menyebabkan kesalahan atau
keragu-raguan atau yang menyebabkan timbulnya kesimpangsiuran dalam ilmu
pengetahuan (Rifai,1973).

10
KESIMPULAN
1. Sifat-sifat yang dipakai sebagai bukti taksonomi digunakan dalam mendeterminasi,
mencirikan dan menggolongkan jenis-jenis tumbuhan.
2. Bukti taksonomi dapat ditemukan pada morfologi, embriologi, anatomi, palinologi, sitologi,
fisiologi, fitokimia, dan penyebaran grafis.
3. Dasar-dasar taksonomi tumbuhan ada 3, yaitu: klasifikasi, identifikasi, dan nomenklatur.

11
DAFTAR PUSTAKA
Falahudin, I. dkk. 2014. Biologi Dasar. Palembang : Excellent Publishing Palembang.
Falahudin, I. 2015. Panduan Praktikum Biologi Umum. Palembang: Universitas Islam Negeri
Raden Fatah.
Lumowa, S.V.T. 2012 . Bahan Ajar Botani Tingkat Tinggi.Samarinda: Universitas mulawarman
Mulyani, S. 2006. Botani Umum 3. Yogyakarta : Kanisius.
Rifai, M. A. 1976. Sendi-sendi Botani Sistematika. Bogor : Lembaga Biologi Nasional-LIPI.
Tjitrosoepomo, G. 2005. Taksonomi Umum (Dasar-Dasar Taksonomi Tumbuhan).
Yogyakarta: Gajah Mada University Press

12

Anda mungkin juga menyukai