Anda di halaman 1dari 32

ETNOSAINS

“Peran Etnosains dalam


Membangun Pembelajaran Abad-21
Kelompok 3
Mia Ramayani (21177009)
Monhartini (21177010)
Nanta Mulia (21177021)

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
POKOK PEMBAHASAN

01. 03.
Pendekatan Etnosains Strategi Penerapan
dalan Tinjauan Filsafat Etnosains dalam
Pendidikan Pembelajaran IPA

02. 04.
Peran Pendekatan Etnosains Penelitian Terkait
dalam PembelajaranAbad-
21
01.
Pendekatan Etnosains
dalam Tinjauan Filsafat
Pendidikan
Pendekatan Etnosains dalam Tinjauan
Filsafat Pendidikan
Pendekatan etnosains sebagai rancangan
pembelajaran yang merekonstruksi sains asli
(indegenious science) menjadi sains ilmiah sebagai
sumber belajar dengan model pembelajaran STEM
(Science Technology, Engineering dan Mathematic)
untuk mempersiapkan generasi unggul di bidang
karir dan tantangan global (STEM Literacy).
Tiga Aspek Tinjauan filsafat

Aspek Ontologi
01.
Menjelaskan tujuan etnosains dan STEM

02. Aspek Epistimologi


Menjelaskan bagaimana prinsip, prosedur dan proses pendekatan
serta bentuk keterkaitan pada pembelajaran E-STEM

03. Aspek Aksiologi


Menjelaskan implikasi dari implementasi pembelajaran E-STEM
Tiga Aspek Tinjauan filsafat
• Tinjauan filsafat sebagai ruh dari aspek ontologi yang menjelaskan apa,
mengapa dan alasan yang kuat untuk mempelajari model Pembelajaran
E-STEM,
• Aspek epistimologi untuk menjelaskan bagaimana model dikaji dan
dimodifikasi sehingga mendapatkan model baru dari E-STEM,
• dan aspek aksiologi sebagai bentuk implikasi dari pengembangan model
pembalajaran E-STEM dan sejauh mana kontribusi terhadap
keterampilan capaian pembelajaran IPA Apa yang dapat dikaji dari
pendekatan etnosains dan pembelajaran STEM.
Tiga Aspek Tinjauan filsafat
• Ontologi dijelaskan berdasarkan grand teori yang melandasinya yaitu:
Pendekatan etnosains dan Pembelajaran STEM. Pendekatan etnosains
merupakan strategi penciptaan lingkungan belajar dan perancangan
pengalaman belajar yang mengintegrasikan budaya sebagai bagian dari
proses pembelajaran IPA (Bybee, R. W. 2013.). Costa (1995) Budaya
merupakan hasil cipta rasa dan karsa manusia yang berkembang
sebagai pengetahuan asli (indegenious science) yang ditransformasikan
menjadi sains ilmiah. Hanover (2011). Sejumlah istilah dapat digunakan
untuk menyebut pengetahuan asli, yaitu pengetahuan ekologi tradisional,
pengetahuan tradisional, dan sains asli.
Tiga Aspek Tinjauan filsafat
• Aspek ontologi dari pendekatan etnosains dan pembelajaran STEM
sebagai bahan kajian dalam epistimologi untuk mengolah ketarkaitan
antara keduanya. Aspek epistimologi yang dikaji melalui prinsip, proses
pendekatan dan diagram keterkaitan merekonstruksi sains yang efektif.
Terdapat batasan-batasan pemikiran siswa yang dijelaskan oleh Costa
(1995). Etnosains sebagai bentuk pengetahuan makro yang sangat luas
cakupannya, sehingga perlu adanya modifikasi dan bantuan model
pembelajaran untuk mengimlementasikannya dengan
mempertimbangkan pendekatan STEM.
02.
Peran Pendekatan
Etnosains dalam
Pembelajaran Abad-21
Peran Pendekatan Etnosains dalam Pembelajaran
Abad-21
• Etnosains merupakan suatu pendekatan yang menghubungkan aplikasi
sains dalam kehidupan masyarakat sehingga sains dan budaya menjadi
terhubung dalam pembentukan karakter siswa. Pendekatan ini
dimaksudkan untuk mendekatkan siswa dengan lingkungan sekitarnya.
• Beberapa laporan penelitian melaporkan bahwa praktik dan persepsi
lokal dapat melatih keterampilan berpikir dan proses siswa.
• Rist & Dahdouh-Guebas menguraikan manfaat pendekatan etnosains
dalam proses pembelajaran. Selain menciptakan kesadaran untuk
menggali budaya melalui pemangku kepentingan dan komunitas sosial
lainnya, etnosains dapat berkontribusi dalam menyiapkan wadah untuk
membantu penyelesaian masalah sosial dan berperan aktif dalam
proses sosial sehingga membantu pemangku kepentingan dalam
merumuskan kebijakan dan implementasinya.
Keterampilan berpikir kritis sebagai salah satu
kompetensi penting dalam abad ke-21
• Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu kompetensi penting
dalam kehidupan abad ke-21 selain pemecahan masalah, kemampuan
komunikasi, kolaborasi, keterampilan matematis, kreativitas, dan
kelancaran dalam TIK (Partnership for 21st Century Skills; 2009).
• Berpikir kritis adalah pengenalan yang komprehensif supaya dapat
melakukan penalaran yang lebih baik, terdiri atas memperoleh,
mengembangkan, dan mengolah kemampuan untuk memahami
kesimpulan dalam suatu pernyataan (Hughes & Lavery, 2014; Mulnix, 2012).
• Keterampilan berpikir kritis menggunakan dasar proses berpikir untuk
menganalisis argumen dan memunculkan wawasan terhadap setiap
makna dan interpretasi, untuk mengembangkan pola penalaran yang
kohesif dan logis, memahami asumsi dan bias yang mendasari tiap-tiap
posisi, memberikan model presentasi yang dapat dipercaya, ringkas dan
meyakinkan.
Keterampilan berpikir kritis sebagai salah satu
kompetensi penting dalam abad ke-21
• Suputra et al. (2013) menjelaskan bahwa rata-rata kemampuan berpikir
kritis siswa pada kelas yang belajar dengan model pembelajaran
berorientasi kearifan lokal lebih tinggi daripada rata-rata kemampuan
berpikir kritis siswa pada kelas yang belajar dengan model pembelajaran
konvensional. Pembelajaran berbasis budaya lokal dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kritis peserta didik, 75% peserta didik menunjukkan
peningkatan keterampilan berpikir kritis dengan kategori sangat baik
dan sisanya menunjukkan peningkatan keterampilan berpikir kritis
dengan kategori baik.
• Hasil penelitian Azizahwati (2015) juga mendapatkan kesimpulan bahwa
melalui pembelajaran berorientasi budaya lokal dapat meningkatkan
keterampilan berpikir siswa, hal ini disebabkan karena pembelajaran
berorientasi pengetahuan lokal lebih memberikan kesan yang
kontekstual dalam pembelajaran sehingga siswa mudah memahami
materi yang dipelajari.
Keterampilan berpikir kritis sebagai salah satu
kompetensi penting dalam abad ke-21
• Trend dalam kebijakan pendidikan sains di abad ke-21 ini menekankan
pentingnya literasi sains, (Fives et al , 2014; Rahayu, 2017).
• Peningkatan literasi sains mahasiswa dan siswa ini dimungkinkan sebagai
akibat pembelajaran terintegrasi etnosains yang diimplementasikan
melatih siswa dan mahasiswa untuk menyadari bahwa banyak
pengetahuan yang digunakan untuk menjawab peristiwa atau fenomena
yang ada di lingkungan sekitar yang pada awalnya berupa pengetahuan
masyarakat ternyata dapat dijelaskan secara ilmiah (Sudarmin, 2014).
• Dalam proses pembelajaran, guru dan dosen tidak hanya menyebutkan
contoh aplikasi bahan kajian dalam kehidupan sehari-hari namun contoh
tersebut dibahas lebih lanjut dalam kaitannya dengan bahan kajian
melalui tugas yang diberikan.
Keterampilan berpikir kritis sebagai salah satu
kompetensi penting dalam abad ke-21
• Trend dalam kebijakan pendidikan sains di abad ke-21 ini menekankan
pentingnya literasi sains, (Fives et al , 2014; Rahayu, 2017).
• Peningkatan literasi sains mahasiswa dan siswa ini dimungkinkan sebagai
akibat pembelajaran terintegrasi etnosains yang diimplementasikan
melatih siswa dan mahasiswa untuk menyadari bahwa banyak
pengetahuan yang digunakan untuk menjawab peristiwa atau fenomena
yang ada di lingkungan sekitar yang pada awalnya berupa pengetahuan
masyarakat ternyata dapat dijelaskan secara ilmiah (Sudarmin, 2014).
• Dalam proses pembelajaran, guru dan dosen tidak hanya menyebutkan
contoh aplikasi bahan kajian dalam kehidupan sehari-hari namun contoh
tersebut dibahas lebih lanjut dalam kaitannya dengan bahan kajian
melalui tugas yang diberikan.
Keterampilan berpikir kritis sebagai salah satu
kompetensi penting dalam abad ke-21
• Sikap terhadap pembelajaran sains telah menjadi fokus dalam literatur dan
penelitian telah dilakukan dalam hal ini.
• Berikut perspektif dari mana masalah sikap siswa terhadap sains dapat
diperiksa:
• (a) sikap siswa terhadap sekolah dan mata pelajaran sekolah yang berbeda
dibandingkan dengan ilmu;
• (b) sikap siswa terhadap sains sebagai disiplin dan sebagai subjek sekolah;
• (c) hubungan antara sikap terhadap sains dan strategi pengajaran yang
berbeda;
• (d) hubungan antara sikap terhadap sains secara umum dan area ilmu di
sekolah;
• (e) hubungan antara sikap terhadap sains dan prestasi siswa;
• (f) pengaruh perilaku guru terhadap sikap siswa; dan
• (g) hubungan antara sikap terhadap sains dan variabel eksternal ke kelas
seperti usia, jenis kelamin, etnis, dan tingkat kelas.
Keterampilan Generik Sains (KGS)
• Keterampilan generik sains adalah keterampilan berpikir, bertindak,
dan bekerja secara ilmiah berdasarkan pengetahuan kimia yang
dimilikinya (Sudarmin, 2012; Liliasari., 2007).
• Keterampilan generik sebagai keterampilan employability yang
digunakan untuk menerapkan pengetahuan dan relevan dengan aspek
sosial (Selvadurai et al., 2012)
• KGS perlu dilatihkan karena dapat membekali siswa dengan suatu
pengalaman dan kemampuan berfikir tingkat tinggi yang sangat
berguna untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupannya.
• Pendidikan sains yang memperhatikan kearifan budaya lokal, karakter
dan adat istiadat merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan
dalam Kurikulum di Perguruan Tinggi dan sekolah menengah (Prasetyo,
2013).
• Pengintegrasian budaya ke dalam pembelajaran merupakan upaya
yang sangat penting untuk dilakukan,
• Pembelajaran berpendekatan budaya lokal sebagai salah satu strategi
penciptaan lingkungan belajar dan perancangan pengalaman belajar
yang mengintegrasikan budaya sebagai bagian dari proses
pembelajaran (Aikenhead & Jegede, 1999; Cobern & Loving, 2001) yang
mentransformasikan (rekonstruksi) pengetahuan asli masyarakat ke
pengetahuan ilmiah penting, karena belum banyak dilakukan oleh
dosen atau guru sebagai sumber belajar.
• Strategi atau metode yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana
internalisasi nilai karakter konservasi untuk segenap civitas akademika,
khususnya dosen dan mahasiswa, amat dibutuhkan, agar setelah
melalui proses internalisasi nilai-nilai konservasi itu diharapkan pada
gilirannya akan tumbuh berkembang insan-insan masa depan yang
berkarakter.
• Pembelajaran berbasis kearifan lokal telah menyediakan
lingkungan belajar yang tepat dan sistem pembelajaran yang
memungkinkan anak untuk berpikir kreatif.
• Untuk dapat memiliki perilaku positif untuk berpikir kreatif
maka pada setiap individu mahasiswa perlu ditumbuhkan rasa
ingin tahu, tantangan, ketidakpuasan terhadap apa yang ada,
keyakinan bahwa masalah pasti dapat dipecahkan, dan
kemampuan membedakan keputusan dan kritik.
• Pembelajaran berbasis kearifan lokal dilakukan tidak hanya di
dalam kelas, namun mahasiswa juga mencari informasi melalui
berbagai sumber, diantaranya observasi ke sejumlah
pengrajin, mewawancarai narasumber terkait dengan kearifan
lokal yang akan digali.
03.
Strategi Penerapan
Etnosains dalam
Pembelajaran IPA
• Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan konsep pembelajaran
mengenai gejala alam yang memiliki hubungan dengan
kehidupan manusia dan objek kajian luas, yang terdiri dari:
kumpulan suatu konsep, prinsip, hukum, dan teori yang
terbentuk melalui sikap ilmiah dan keterampilan proses
penemuan (Setyowati, 2013).

• Melalui pembelajaran IPA, siswa memperoleh pengalaman


secara langsung untuk menggali dan menerapkan konsep yang
telah dipelajarinya secara menyeluruh dalam kehidupan
sehari-hari. Menurut Seroto (2012) sains mengacu pada
kegiatan sehari-hari. Dengan demikian siswa dapat berfikir
secara ilmiah terhadap suatu keadaan disekitarnya.
• Shidiq (2016:235) Etnosains mendorong guru dan juga praktisi
pendidikan untuk mengajarkan sains yang berlandaskan kebudayaan,
kearifan lokal dan permasalahan yang ada di masyarakat, sehingga
peserta didik dapat memahami dan mengaplikasikan sains yang
mereka pelajari di dalam kelas dapat digunakan untuk memecahkan
masalah yang mereka temui dalam kehidupan sehari–hari, sehingga
menjadikan pembelajaran sains di kelas lebih bermakna.
• Hal ini sejalan dengan pendapat Wahyu (2017:142) yang menyatakan
bahwa bentuk etnosains akan lebih mudah diidentifikasi melalui proses
pendidikan tentang kehidupan sehari-hari yang dikembangkan oleh
budaya, baik proses, cara, metode, maupun isinya. Pengetahuan budaya
seperti dongeng, tembang, permainan - permainan, rumah adat, ritual
adat, produksi lokal, pemanfaatan alam merupakan salah satu wujud
sistem pendidikan etnosains. Identifikasi etnosains dimasukan dalam
pembelajaran berkaitan dengan pengetahuan kebudayaan yang dimiliki
daerah setempat.
• Penerapan pebelajaran etnosains tidak hanya hanya sesuai dengan
perkembangan zaman dan kaidah kurikulum pendidikan yang saat ini
dianut oleh bangsa Indonesia, akan tetapi juga bertujuan untuk
menanamkan sikap cinta terhadap budaya dan bangsanya,
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap
budaya dan potensi yang dimiliki oleh daerahnya.
• Hal ini berguna untuk mengatasi kesulitan peserta didik dalam
menyerap pelajaran yang bersifat abstrak dengan menyediakan
pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks
sesuai dunia nyata (kontekstual) dan sebagai alternatif khusus sebagai
satu langkah mewujudkan pembentukan karakter nasionalisme melalui
penguatan nilai kearifan lokal daerah dengan implementasi etnosains.
• Pendekatan etnosains dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan
mengintegrasikan antara materi pembelajaran dengan lingkungan.
Selain itu dalam mengimplementasikan pembelajaran tematik berbasis
etnosains perlu memperhatikan pemilihan sumber belajar.
• Beberapa sumber belajar yang efektif digunakan dalam pembelajaran
IPA, antara lain lingkungan sekitar, literatur, audio visual, dan internet.
Guru dapat membuat suatu sumber belajar berupa media, seperti
video, modul, dan lainnya untuk mempermudah pelaksaanaan
pembelajaran tematik berbasis etnosains. Selain itu, guru dapat
memanfaatkan berbagai literatur serta internet untuk membantu
proses pembelajaran.
Selanjutnya, Sudarmin (2014) mengungkapkan ada 3 hal
yang perlu dilakukan oleh guru dalam mengembangkan
pembelajaran etnosains:

1. Mengidentifikasi pengetahuan awal siswa tentang sains asli masyarakat (sains


tradisional). Hal ini bertujuan untuk menggali konsepsi-konsepsi yang telah dimiliki
siswa yang berakar pada budaya masyarakat tempat mereka tinggal.
2. Menerapkan pembelajaran kelompok. Pembelajaran kelompok cocok diterapkan di
kelas karena sesuai dengan kehidupan masyarakat tradisional Indonesia yang senang
melakukan kegiatan secara berkelompok. Pembelajaran ini bersifat indigenous (asli).
3. Menjadi penegosiasi sains modern dan sains tradisional. Hal ini dilakukan dengan
cara (i) memberi kesempatan kepada siswa untuk mengekspresikan pikirannya, (ii)
menyajikan contoh-contoh keganjilan (discrepant events) yang menurut sains
modern merupakan hal biasa, (iii) menuntun siswa melintasi batas budaya, (iv)
mendorong siswa untuk aktif bertanya, dan (v) memotivasi siswa agar menyadari
akan pengaruh positif dan negatif sains modern dan teknologi yang dihasilkannya.
04.
Penelitian Terkait
• Pendekatan etnosains dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan
mengintegrasikan antara materi pembelajaran dengan lingkungan.
Selain itu dalam mengimplementasikan pembelajaran tematik berbasis
etnosains perlu memperhatikan pemilihan sumber belajar.
• Beberapa sumber belajar yang efektif digunakan dalam pembelajaran
IPA, antara lain lingkungan sekitar, literatur, audio visual, dan internet.
Guru dapat membuat suatu sumber belajar berupa media, seperti
video, modul, dan lainnya untuk mempermudah pelaksaanaan
pembelajaran tematik berbasis etnosains. Selain itu, guru dapat
memanfaatkan berbagai literatur serta internet untuk membantu
proses pembelajaran.
Dengan pengintegrasian etnosains ke dalam
pembelajaran di abad-21 memiliki banyak keuntungan
atau dampak positif, seperti meningkatkan
kemampuan berpikir kritis, literasi sains, cultur literacy,
menanamkan jiwa konservasi dan masih banyak
lainnya
Berikut beberapa penelitian terkait terhadap peran etnosains dalam
pembelajaran abad-21:
• 1. Utami Dian Pertiwi dan Umni Yatti Rusyda Firdausi (2019): “Upaya
Meningkatkan Literasi Sains Melalui Pembelajaran Berbasis Etnosains”.
Dengan meningkatkan literasi sains dalam pembelajaran mampu
memperbaiki aspek pendidikan, sedangkan tingkat literasi di Indonesia
masih dirasa kurang. Upaya peningkatan literasi sains di Indonesia
dapat dilakukan dengan pembelajaran berbasis etnosains. Pentingnya
pembelajaran menggunakan pendekatan budaya lokal dan lingkungan
sekitar atau pendekatan etnosains sebagai sumber belajar supaya
proses belajar lebih bermakna bagi peserta didik dan dapat
mempengaruhi peningkatan hasil akademik peserta didik. Dengan
demikian, Pembelajaran berbasis etnosains dapat dijadikan acuan
sebagai upaya untuk meningkatkan literasi sains.
Berikut beberapa penelitian terkait terhadap peran etnosains dalam
pembelajaran abad-21:
2. Niken Purnama Sari, Suhirman, Ahmad Walid (2020) dengan judul
penelitiannya “Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Berbasis
Etnosains Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungannya Untuk
Menanamkan Jiwa Konservasi Siswa Kelas VII SMP”. Pendidikan abad-21
yang mana menekankan siswa untuk memiliki skill seperti kemampuan
berpikir kritis dan berpikir kreatif, kemampuan menyelesaikan masalah,
kemampuan bekerja dengan etos kerja yang baik, kemampuan meneliti
dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dan
membudayakan sikap mandiri, bertanggungjawab, demokratis, jujur, dan
bermoral. Dengan adanya pengembangan modul berbasis etnosains ini
bisa menanamkan jiwa konservasi siswa, yang mana dalam pelaksanaan
konservasi ini dibutuhkan skill yang memadai.
Berikut beberapa penelitian terkait terhadap peran etnosains dalam
pembelajaran abad-21:
3. Aldeva Ilhami, dkk (2021) yang melakukan penelitian tentang “Analisis
Kearifan Lokal Manongkah Kerang Di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau
Sebagai Sumber Belajar Ipa Berbasis Etnosains”. Menongkah kerang
salah satu kearifan masyarakat suku duanu yang terletak di kabupaten
Indragiri Hilir. Dengan mengintegrasikan kearifan lokal ini dalam
pembelajaran bisa meningkatkan softskill dan literasi budaya siswa.
Integrasi muatan kearifan lokal dalam pembelajaran sangat penting
dilakukan hal ini sejalan dengan tuntutan keterampilan abad 21 yaitunya
keterampilan cultural literacy.
Thank you!
Diskusi
1. Kak tita
• Kesulitan yang dialami pendidik dalam memperkenalkan etnosains
sebagai pembelajaran abad 21?
• Apakah di lingkungan sekolah yang ditemui, etnosains sudah
diaplikasikan secara baik?

2. Annisa
• Bagaimana upaya guru dalam mengatasi kesulitan-kesulitan dalam
mengaplikasikan etnosains?

3. Kak Wirda
• Apakah hanya STEM yang bisa menjadi pendekatan yang digunakan
dalam etnosains?

4. Kak Jumi’ah
• Bagaimana cara meningkatkan keterampilan generik sains (KGS)?

Anda mungkin juga menyukai